Rasa Aman - Bersama MENYEHATKAN INDONESIA Web viewPerubahan dalam organisasi tidak mungkin hanya...
Transcript of Rasa Aman - Bersama MENYEHATKAN INDONESIA Web viewPerubahan dalam organisasi tidak mungkin hanya...
BAB 1
PERUBAHAN
1.1 Pengertian Perubahan
Menurut Robbins. (Robbins/Coulter, 1999: 380). “Change : any alteration in
people, structure or technology – perubahan : setiap perubahan dalam manusia,
struktur atau teknologi”. Definisi ini menyatakan bahwa perubahan mencakup
perubahan dalam manusia, struktur, atau teknologi. Perubahan juga mencakup
perubahan dalam unsur lingkungan (sistem nilai) dan sumber daya. Tingkat
perubahan berlangsung dengan cepat dalam kondisi seperti sekarang ini, contohnya
pengetahuan serta teknologi yang senantiasa menciptakan inovasi baru dengan
kecepatan yang luar biasa.
Organisasi dewasa ini menghadapi lingkungan yang dinamik serta mengalami
perubahan. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya keharusan organisasi untuk
berubah. Ada enam macam kekuatan yang bekerja sebagai stimulan bagi perubahan
yakni:
a. Sifat angkatan kerja yang berubah;
b. Teknologi;
c. Kejutan ekonomi;
d. Tren sosial yang berubah;
e. Politik dunia “baru”;
f. Sifat persaingan yang berubah.
(secara singkat dinyatakan: “change: making things different”)
1
1.2 Faktor Pendorong Perubahan
Faktor yang berpengaruh pada terjadinya perubahan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu faktor lingkungan (berada di luar kendali manajemen)
dan faktor internal (berada di dalam perusahaan dan biasanya dapat dikendalikan oleh
manajemen)
a. Faktor lingkungan, meliputi :
1) Keadaan Pasar
Manajer dari perusahaan bisnis secara historis berkaitan dengan reaksi
terhadap perubahan pasar. Perubahan pasar tersebut contohnya antara lain :
pesaing memperkenalkan produk baru, meningkatkan iklan, mengurangi
harga, maupun meningkatkan layanan pelanggan mereka. Selera pelanggan
juga merupakan contoh perubahan keadaan pasar yang akhirnya akan dapat
mempengaruhi pendapatan dari suatu perusahaan.
2) Perubahan Teknologi
Berkembangnya ilmu pengetahuan telah memperkenalkan teknologi baru
yang dapat berpengaruh di semua fungsi dalam organisasi. Komputer telah
memungkinkan pengolahan data kecepatan tinggi dan solusi untuk masalah
produksi yang kompleks. Mesin dengan proses baru telah merevolusi cara
suatu produk diproduksi dan didistribusikan.
Teknologi komputer dan otomatisasi tersebut telah mempengaruhi tidak
hanya kondisi teknis pekerjaan, tetapi juga kondisi sosial. Pekerjaan baru
telah diciptakan, dan yang lainnya telah dieliminasi. Kelambatan dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat mengurangi biaya dan meningkatkan
2
kualitas tersebut dapat dilihat dalam laporan keuangan secara cepat maupun
lambat. Kemajuan teknologi akan terus menuntut perhatian sebagai faktor
perubahan yang ada.
3) Perubahan Sosial dan Politik
Manajer bisnis harus memiliki kontrol untuk mempengaruhi nasib
perusahaan mereka. Komunikasi massa yang canggih dan pasar internal
menciptakan potensi yang besar untuk bisnis, tetapi dapat juga menimbulkan
ancaman besar bagi para manajer yang tidak mampu untuk memahami apa
yang terjadi. Tekanan untuk perubahan mencerminkan meningkatnya
kompleksitas dan saling ketergantungan kehidupan modern. Tidak diragukan
lagi, peristiwa masa depan akan mengintensifkan faktor lingkungan eksternal
untuk mendorong perubahan.
4) Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi juga mempengaruhi hampir semua organisasi.
Sebagai contoh, tekanan global organisasi yang mendorong untuk menjadi
lebih efisien dalam keuangan. Walaupun organisasi berada di suatu ekonomi
kuat, ketidakpastian tentang tingkat bunga, defisit anggaran pemerintah
pusat, dan tingkat tarif bursa uang juga dapat menciptakan kondisi yang
memaksa organisasi untuk berubah.
Untuk mengatasi perubahan eksternal secara efektif, maka fungsi
organisasi harus sensitif terhadap faktor perubahan yang ada tersebut. Fungsi ini
harus dapat menjembatani antara lingkungan eksternal dengan unit organisasi.
3
Fungsi yang dimaksud contohnya seperti penelitian pemasaran, hubungan kerja,
perekrutan personil, pembelian, dan beberapa bidang keuangan yang juga
merasakan adanya perubahan. Dalam lingkungan eksternal dan menyampaikan
informasi tentang perubahan ini ke manajer.
b. Faktor internal yang memaksa.
Faktor intenal biasanya dapat ditelusuri pada masalah perilaku pekerja
seperti absensi, masalah peralatan seperti adanya peralatan baru, dan masalah
proses seperti kerusakan dalam komunikasi, pengambilan keputusan, serta
konflik interpersonal maupun antardepartemen.
Rendahnya tingkat moral dan tingginya tingkat ketidakhadiran dan
pergantian adalah gejala masalah perilaku yang harus didiagnosis. Sebuah
pemogokan dari staff organisasi merupakan salah satu tanda yang paling nyata
dari adanya suatu masalah yang bertujuan agar manajemen dapat bertindak
sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Pada dasarnya kebutuhan untuk
perubahan harus diakui dengan beberapa cara dan apabila kebutuhan akan
perubahan tersebut telah diakui, maka sifat dari masalah atau dampak perubahan
tersebut harus segera didiagnosis. Jika masalah ini tidak dipahami, dampak
perubahan pada orang bisa menjadi sangat negatif.
Perubahan yang terjadi pada organisasi ditimbulkan oleh bermacam faktor
eksternal dan internal yang sering kali berinteraksi hingga mereka saling memperkuat
satu sama lainnya. Guna bertahan dan berkembang, maka organisasi perlu bereaksi
dan menyesuaikan diri terhadap berbagai macam faktor tersebut. Mereka perlu
4
melaksanakan kegiatan inovasi dan secara berkesinambungan memperbaiki produk
serta jasa mereka guna memenuhi permintaan konsumen yang berubah dan guna
menghadapi pihak pesaing. Teknologi yang digunakan juga perlu disesuaikan dan
perlu diketemukan cara yang lebih baru dan lebih baik untuk melaksanakan kegiatan
pengorganisasian dan manajemen.
1.3 Faktor Penghambat Perubahan
1.3.1 Masalah dalam Perubahan (Barrier of Change)
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan.
Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu
sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi
perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif
karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa
dilakukan secara sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam
bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera,
misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya;
atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada
organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat,
tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas
perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan kelompok
maupun organisasional.
5
a. Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu
punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan.
1) Kebiasaan
Merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang
sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman,
menyenangkan. Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan
pulang pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam.
Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-
hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka
muncul mekanisme diri, yaitu penolakan.
6
2) Rasa Aman
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki
kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan
pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan
rasa tidak aman bagi para pegawai.
3) Faktor Ekonomi
Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-
nya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja karena akan
kehilangan upah lembur.
5) Takut Akan Sesuatu yang Tidak Diketahui
Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu
muncul ketidak pastian dan keraguraguan. Kalau kondisi sekarang sudah
pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan
cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
6) Persepsi
Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini
mempengaruhi sikap. Pada awalnya program keluarga berencana banyak
ditolak oleh masyarakat, karena banyak yang memandang program ini
bertentangan dengan ajaran agama, sehingga menimbulkan sikap negatif.
Kebiasaan Rasa Aman Faktor Ekonomi
7
Resistensi
Individual
Ketidakpastian Persepsi
Gambar 1.1 Skema Resistensi Individual
b. Resistensi Organisasional
Organisasi pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka
menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenalkan
doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan
lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan
di sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh
lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi
bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan.
1) Inersia Struktural
Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan tujuan,
struktur, aturan main, uraian tugas, dan kedisiplinannya menghasilkan
stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas
akan terganggu.
2) Fokus Perubahan Berdampak Luas
Perubahan dalam organisasi tidak mungkin hanya terjadi fokus pada satu
bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian
diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen
8
mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur
organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
3) Inersia Kelompok Kerja
Apabila individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya
potensi untuk menghalangi perubahan tersebut. Sebagai anggota serikat
pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika
perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan
individual menjadi lemah.
4) Ancaman terhadap Keahlian
Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keahlian kelompok
kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu
desain akan mengancam kedudukan para juru gambar.
5) Ancaman terhadap Hubungan Kekuasaan yang telah Mapan
Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa
dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat
menengah.
6) Ancaman Terhadap Alokasi Sumberdaya
Kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan
jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman
bagi mereka.
Inersia Struktural Dampak Luas Perubahan Inersia Kelompok
9
Ancaman Keahlian Ancaman Kekuasaan Ancaman Alokasi Sumberdaya
Gambar 1.2 Skema Resistensi Organisasional
1.3.2 Mengurangi Resistensi Perubahan (Reducing Resistance of Change)
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk
mengatasi resistensi terhadap perubahan :
a. Pendidikan dan komunikasi, yaitu berupa penjelasan secara tuntas tentang
latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua
pihak. Komunikasi tersebut bisa dalam berbagai macam bentuk, seperti :
ceramah, diskusi, laporan, dan presentasi. Diskusi dianggap penting
dikarenakan pada dasarnya terdapat rasa ketakutan yang tidak diketahui yang
juga dapat menjadi salah satu hambatan utama untuk berubah. Ketakutan ini
dapat dikurangi dengan mendiskusikan perubahan yang akan datang dengan
karyawan yang terkena dampak tersebut. Selama diskusi, seorang manajer
harus terbuka dan jujur. Persyaratan penting untuk sukses dalam diskusi
adalah manajer memberikan karyawan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan manajer juga harus mencoba untuk menjawab setiap
pertanyaan semaksimal mungkin.
10
Resistensi
Organisasional
b. Partisipasi, yaitu berupa ajakan kepada semua pihak untuk mengambil
keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator
sedangkan anggota organisasi yang mengambil keputusan. Hal ini sangat
diperlukan mengingat karyawan ikut serta dalam perubahan yang ada.
Pendekatan yang baik adalah untuk meminta masukan ide sedini mungkin
dalam proses perubahan kepada karyawan. Karyawan yang telah terlibat
dalam perubahan dari awal akan semakin aktif mendukung perubahan.
c. Memberikan kemudahan dan dukungan. Contohnya : jika pegawai takut atau
cemas maka sebaiknya dilakukan konsultasi atau bahkan terapi. Walaupun
membutuhkan banyak waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan
terhadap perubahan. Selain itu, dengan adanya dukungan maka akan
terbangun pula kepercayaan antara manajemen dan karyawan. Hal ini
sangatlah penting mengingat apabila karyawan memiliki kepercayaan dan
keyakinan dalam manajemen maka tentunya mereka jauh lebih mungkin
untuk menerima perubahan. Kepercayaan tersebut tidak datang hanya dalam
waktu semalam, tetapi itu dibangun dari waktu ke waktu.
Tindakan manajemen menentukan tingkat kepercayaan di antara karyawan.
Jika karyawan melihat manajemen seperti adil, jujur, dan terus terang, maka
kepercayaan berkembang. Jika mereka berpikir manajemen selalu berusaha
untuk menempatkan sesuatu yang lebih dari pada mereka, maka mereka tidak
akan menunjukkan kepercayaan.
d. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi
dengan pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang
11
menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat
pekerja, tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
e. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang
sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih
menarik, tidak mengutarakan hal yang negative bahkan menyeebarkan rumor.
Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada
pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
f. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan, caranya adalah dengan memberikan
ancaman dan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya
perubahan. Manajer yang mencoba untuk memaksa perubahan melalui
penggunaan ancaman ini termasuk dalam pendekatan negatif. Taktik seperti
ini biasanya juga memiliki dampak negatif terhadap semangat kerja
karyawannya.
1.4 Sasaran Perubahan
a. Perubahan Struktural
Perubahan struktur sebuah organisasi bisa berupa pengaturan ulang sistem
internal, seperti jalur komunikasi, alur kerja, atau hierarki manajemen.
1) Desain Organisasi
Desain organisasi klasik memfokuskan pada penentuan tanggung jawab
pekerjaan secara hati-hati dan menciptakan pembagian pekerjaan dan lini
kerja yang memadai. Seperti yang sering kita lihat, salah satu
kecendrungan struktur yang paling signifikan adalah kearah organisasi
12
yang datar dan ramping. Dalam struktur seperti itu manajemen menengah
dihilangkan untuk merampingkan interaksi antara manajer puncak dengan
karyawan bukan manajemen, yang diberi tanggung jawab lebih banyak.
2) Desentralisasi
Salah satu pendekatan desentralisasi termasuk menciptakan unit organisasi
yang lebih kecil dan lengkap yang berarti meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja anggota unit dan memfokuskan perhatian mereka pada
aktivitas berprioritas tinggi. Desentralisasi juga mendorong setiap unit
untuk menyesuaikan struktur dan teknologinya dengan tugas tertentu dan
lingkungan tempatnya berada.
3) Modifikasi Arus Kerja
Modifikasi arus kerja dan pengelompokan spesialisasi secara hati-hati
dapat juga mengarah pada perbaikan produktivitas dan moral. Slah satu
ekspresi kecenderungan ini adalah jumlah uang yang dapat dikeluarkan
oleh karyawan tanpa mendapat otorisasi.
b. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi sebuah organisasi mencakup pergantian peralatan, proses
rekayasa, tehnik penelitian, atau metode produksi. Teknologi produksi sering
kali mempunyai pengaruh besar pada struktur organisasi. Untuk alasan
tersebut, pendekatan dalam teknostruktural atau sosioteknis berusaha untuk
memperbaiki prestasi kerja secara serentak mengubah aspek struktur
organisasi dan teknologinya, perluasan pekerjaan dan pengayaan pekerjaan
merupakan contoh pendekatan teknostruktural pada perubahan.
13
c. Perubahan Manusia
Baik pendekatan teknis maupun struktural mencoba memperbaiki prestasi
kerja organisasi dengan mengubah situasi kerja. Pendekatan dalam perubahan
manusia, sebaliknya, mencoba mengubah tingkah laku karyawan dengan
memfokuskan pada keterampilan, sikap, persepsi, dan harapan mereka. Kita
akan menjajaki perluasan pendekatan pada perubahan ini ketika kita
mendiskusikan pengembangan organisasi.
14
Desain Ulang Organisasi,
Desentralisasi, Modifikasi
Arus Kerja
Perubahan
dalam Struktur
Pendekatan
Teknostruktural
Perubahan
dalam
Teknologi
Perubahan
dalam Manusia
Desain Ulang
Struktur dan Operasi
Pekerjaan
Desain Ulang
Operasi Pekerjaan
Perubahan dalam
keterampilan, Sikap,
Harapan, Persepsi
Prestasi
Kerja
Organisasi
yang
Semakin
Baik
Sasaran
Perubahan
Gambar 1.3 Diagram Sasaran Perubahan
1.5 Kesimpulan
Perubahan organisasi adalah setiap perubahan orang, struktur, atau teknologi.
Kekuatan eksternal dalam perubahan contohnya perubahan di pasar, hukum dan
peraturan pemerintah, teknologi, dan perubahan ekonomi. Kekuatan internal dalam
perubahan contohnya perubahan dalam strategi organisasi, tenaga kerja, peralatan,
atau sikap karyawan.
Orang menolak perubahan karena ambiguitas atau ketidakpastian, sulit untuk
mengubah kebiasaan, keprihatinan atas kerugian pribadi, dan percaya bahwa
perubahan itu tidak dalam kepentingan terbaik organisasi. Untuk mengurangi
resistensi terhadap perubahan, manajer dapat menggunakan pendidikan dan
komunikasi, partisipasi, fasilitasi dan dukungan, negosiasi, manipulasi dan kooptasi,
atau pemaksaan.
Perubahan struktur melibatkan perubahan variabel struktural organisasi.
Perubahan teknologi melibatkan cara pekerjaan dilakukan atau metode atau peralatan
yang digunakan, perubahan orang melibatkan sikap, harapan, persepsi, atau perilaku.
Adapun perubahan budaya dirasa sulit karena terdiri dari karakteristik yang relatif
stabil dan permanen sehingga resisten terhadap perubahan. Manajer dapat
15
melakukannya dengan memahami faktor-faktor situasional dan dengan memiliki
strategi untuk perubahan.
BAB II
PROSES PERUBAHAN
2.1 Agen Perubahan Organisasi
a. Manajerial
Dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan, peranan manager adalah
mempertahankan keseimbangan dinamis antara kebutuhan akan stabilitas dan
kontinuitas organisasi dengan kebutuhan akan adaptasi dan inovasi. Dalam banyak
organisasi, manager menghadapi pesatnya perubahan baik dalam sistem lingkungan
16
luar organisasi maupun sistem internal organisasi yang mempengaruhi proses
manajerial. Manajer harus sabar terhadap kekaburan (ambiguity) serta harus selalu
mendiagnosa situasi dan identifikasi masalah ataupun kesempatan yang ada.
Pangdangan contingency adalah penting untuk membuat pilihan strategis untuk
merancang perubahan yang dapat menanggapi kebutuhan spesifik dalam keadaan
tertentu.
b. Konsultan
Dorongan kuat untuk perubahan dalam organisasi juga datang dari para
konsultan. Konsultan digambarkan sebagai ”jawaban atas pertanyaan”. Terdapat
pendekatan directive (membimbing) yaitu tindakan yang berpusat pada konsultan ahli
yang memakai pengetahuannya untuk menilai organisasi dan mengatakan kepada
para manager apa yang harus dilakukan untuk melaksanakan perubahan dalam hal
perbaikan. Selain itu terdapat pendekatan facultative (memudahkan) yaitu tindakan
yang berpusat pada klien yang mengidentifikasi masalah atau kesempatan, membuat
pemecahan alternatif, mengadakan pilihan, dan mengembangkan rencana tindakan.
Konsultan memudahkan organisasi dalam proses membantu diri sendiri.
2.2 Proses Perubahan
Perubahan organisasi terencana adalah upaya untuk memodifikasi seluruh
fungsi organisasi atau salah satu bagian utama dalam rangka untuk meningkatkan
efektivitas. Upaya perubahan terencana difokuskan pada individu, kelompok, atau
perilaku organisasi.
a. Efektivitas individu
17
Suatu organisasi terdiri dari banyak anggota individu dan setiap anggota
memiliki nilai, keyakinan, dan motivasi yang berbeda. Gaya kepemimpinan top
manajemen bergabung dengan norma, nilai, dan keyakinan dari anggota
organisasi untuk membentuk budaya organisasi. Efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang bertujuan mencapai tujuan
organisasi dan juga pada saat yang sama memenuhi kebutuhan anggota. Manajer
yang mampu membuka potensi setiap anggota mereka akan mampu
memanfaatkan sumber energi produktif.
Upaya perubahan fokus pada efektivitas individu dari berbagai program
pelatihan informal sampai program pengembangan eksekutif. Termasuk di
dalamnya kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan,
kemampuan, dan motivasi dari setiap anggota organisasi. Tujuan pelatihan dan
program pengembangan tersebut adalah untuk meningkatkan keterampilan teknis
atau kompetensi interpersonal. Upaya perubahan dapat juga diarahkan untuk
meningkatkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, atau pemecahan masalah
di antara anggota organisasi. Asumsi yang mendasari upaya tersebut adalah
bahwa dengan mengembangkan manajer dan karyawan yang lebih baik maka
akan menghasilkan sebuah organisasi yang lebih efektif.
b. Efektivitas kelompok
Upaya perubahan juga dapat difokuskan pada unit dasar dari sebuah
organisasi, tim atau kelompok kerja yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan
efektivitas organisasi. Beberapa organisasi saat ini sedang bergerak menuju tim
kerja yang "high involvement" atau "self-managed". Premis dari pendekatan yang
18
muncul adalah organisasilah yang harus mendapatkan komitmen dari karyawan
mereka, jika mereka bertujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan di pasar yang bergejolak. Kegiatan ini dirancang untuk
meningkatkan kinerja tim, proses kerja, dan kualitas hubungan antara anggota
tim. Asumsinya adalah bahwa tim kerja adalah unit utama dari suatu organisasi
dan bahwa tim yang efektif akan meningkatkan efektivitas organisasi.
Salah satu teknik yang sering digunakan dalam mengevaluasi kelompok
adalah proses observasi. Saat suatu kelompok kerja dipandang sebagai sebuah
sistem, dua dimensi yang terpisah dapat diidentifikasi, yaitu: (1) konten tugas
kelompok, dan (2) proses, cara, dan fungsi kelompok. Proses kerja kelompok
meliputi faktor seperti kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, dan
konflik. Konten adalah apa yang sedang dibahas, proses adalah bagaimana cara
kelompok ini beroperasi.
Dengan mengamati perilaku anggota kelompok, kita dapat mengetahui
bagaimana kelompok berfungsi. Pengamat menggambarkan fungsi kelompok
secara sistematis, seperti siapa berbicara kepada siapa, frekuensi perilaku
tertentu, dan sebagainya. Pengamatan ini kemudian diringkas dan disajikan
kepada kelompok. Hal ini berguna bagi konsultan OD untuk mengembangkan
keterampilan dan belajar untuk menjadi peserta sekaligus pengamat yang secara
aktif berpartisipasi. Keterampilan tersebut sangat berguna dalam
mengembangkan tim konsultasi yang efektif.
c. Efektivitas Organisasi
19
Fokus lain untuk upaya perubahan OD yang direncanakan adalah sistem
organisasi. Organisasi dapat dikaji dengan survei iklim, yaitu program perubahan
yang direncanakan kemudian dirancang untuk menangani masalah spesifik yang
diidentifikasi dalam survei. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas yang struktural, perubahan subsistem teknis, atau manajerial. Tujuan
operasi seluruh sistem tersebut adalah untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,
dan aktifitas organisasi. Upaya perubahan terencana ini bertujuan untuk
meningkatkan pencapaian tujuan keseluruhan sistem, tetapi tetap pada target dan
program perubahan masing-masing. Proses perubahan OD mungkin melibatkan
individu, kelompok, dan pendekatan antarkelompok, tetapi OD digunakan hanya
saat sistem tersebut menjadi tujuan perubahan. Dalam program OD, tujuan dapat
teridentifikasi, dan tindakan yang dilakukan melibatkan komitmen dari seluruh
anggota organisasi untuk menuju peningkatan organisasi.
Teresa Colvin dan Ralph Kilmann menemukan bukti bahwa ada
hubungan antara tingkat partisipasi karyawan dalam perubahan dan keberhasilan
program perubahan. Frank Friedlander dan L. Dave Brown (Praktisi OD / dosen)
juga mencatat bahwa upaya untuk mengubah salah satu dari anggota saja,
teknologi saja, atau struktur saja hanya akan menghadapi perlawanan atau
kegagalan.
2.2.1 Proses Perubahan Organisasi
Perubahan dalam OD adalah proses perbaikan organisasi yang
berkelanjutan dan jangka panjang yang terdiri dari serangkaian tahap. Perubahan
dalam OD merupakan proses perubahan yang termasuk dalam kategori
20
perubahan yang besar atau menyeluruh. Penekanan program perubahan dalam
OD ditempatkan pada individu, kelompok, dan hubungan organisasi.
Perbedaan utama antara OD dan ilmu perilaku lain adalah penekanan
yang ditempatkan pada individu, kelompok, dan organisasi sebagai sistem total
dan sebagai beberapa elemen yang saling berinteraksi. Pengembangan organisasi
adalah penerapan pendekatan sistem untuk hubungan fungsional, struktural,
teknis, dan pribadi dalam organisasi. Tujuan dari program OD tersebut adalah
untuk meningkatkan efektivitas organisasi dengan penerapan nilai-nilai dan
teknik OD.
Banyak program pengembangan organisasi menggunakan action
research model. Penelitian dalam tindakan ini melibatkan pengumpulan
informasi tentang organisasi, memberikan informasi balik ke sistem,
mengembangkan dan mengimplementasikan program tindakan untuk
meningkatkan kinerja sistem. Manajer juga perlu menyadari proses yang harus
dipertimbangkan ketika mencoba untuk menciptakan perubahan. Berikut
merupakan jenis dan tahap perubahan :
a. Tahap perubahan organisasi yang besar atau menyeluruh.
Tahap untuk memimpin perubahan organisasi yang besar atau
menyeluruh menurut Kotler yaitu :
1) Menetapkan rasa kegentingan, yakni mencairkan organisasi dengan
menciptakan alasan yang memaksa mengapa perubahan perlu untuk
dilakukan, selain itu, juga untuk menginspirasi SDM organisasi untuk
mendukung dan merealisasikan perubahan.
21
2) Menciptakan koalisi yang memberikan pedoman, yakni dengan
menciptakan orang yang lintas fungsi dan lintas kelompok dengan
kekuatan yang mencukupi untuk memimpin perubahan.
3) Mengembangkan suatu visi dan strategi, yakni menciptakan visi dan
rencana strategis untuk memandu proses perubahan.
4) Membentuk dan mengimplementasikan strategi komunikasi yang
secara konsisten mengkomunikasikan visi dan rencana strategi baru.
5) Memberdayakan tindakan yang berbasis luas, yaitu dengan
menghilangkan halangan terhadap perubahan dan menggunakan
elemen target dari perubahan untuk mentransformasikan organisasi.
Mendorong sikap yang berani mengambil resiko dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
6) Menghasilkan keberhasilan jangka pendek, yakni merencanakan untuk
menciptakan target keberhasilan atau perbaikan jangka pendek, serta
mengakui dan menghargai karyawan yang memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan.
7) Mengonsolidasikan keuntungan dan menghasilkan lebih banyak
perubahan.
Koalisi akan memandu untuk menciptakan perubahan yang lebih
banyak menggunakan kredibilitas dari keberhasilan jangka pendek.
Tambahan karyawan dilibatkan pada proses perubahan ketika
perubahan mengalir ke seluruh organisasi. Usaha dibuat untuk
menyegarkan kembali proses perubahan yang ada.
22
8) Menancapkan pendekatan baru ke dalam budaya dengan cara
memperkuat perubahan yang menggarisbawahi hubungan antara
perilaku dan proses baru dengan keberhasilan organisasi. Selain itu
juga dengan cara mengembangkan metode untuk memastikan
pengembangan dan suksesi kepemimpinan.
b. Tahap perubahan organisasi yang kecil atau sederhana.
Tahap perubahan organisasi yang sederhana menurut model Kurt
Lewin’s yaitu :
1) Unfreezing (Pencairan tingkatan sekarang), berkaitan dengan
meruntuhkan kekuatan yang mendukung atau mempertahankan
perilaku lama. Kekuatan ini dapat mencakup variabel seperti sistem
imbalan formal, penguatan dari kelompok kerja, dan persepsi individu
dari perilaku apa yang tepat dalam peran tertentu.
2) Conversion (Perpindahan ke tingkatan baru), menyajikan alternatif
baru yang melibatkan penawaran pilihan yang jelas dan menarik yang
mewakili pola perilaku baru.
3) Refreezing (Pembekuan atau pemantapan tingkatan baru),
mengharuskan perubahan perilaku yang diperkuat oleh sistem reward
formal dan informal melalui kelompok kerja. Dalam langkah ini,
manajer dapat memainkan peran penting dengan positif memperkuat
upaya karyawan untuk berubah.
Pencairan meliputi upaya memperlemah daya kekuatan perilaku
lama untuk membentuk perilaku organisasi masa kini. Perpindahan
23
mencakup tindakan atas hasil langkah sebelumnya. Tindakan
perpindahan menuju ke situasi yang lebih baik membutuhkan
pengembangan perilaku, nilai dan sikap baru melalui perubahan
struktur dan proses organisasi. Pemantapan merupakan langkah
terakhir dalam model tiga langkah yang akan memastikan cara kerja
baru mulai dilaksanakan yaitu melalui proses sosialisasi sehingga
kestabilan dalam organisasi dapat tercapai.
c. Tahap perubahan organisasi yang melibatkan konsultan perubahan.
Dalam bagian ini terdapat delapan tahap dalam proses perubahan
organisasi. Setiap tahap tergantung pada perubahan dan kesuksesan tahap
sebelumnya. Masing-masing tahap ini dijabarkan dalam urutan yang logis.
1) Tahap satu: Kebutuhan untuk berubah
Sebelum program perubahan dapat diterapkan, organisasi harus
memahami kebutuhan untuk perubahan. Langkah pertama tergantung
pada persepsi manajer bahwa organisasi entah bagaimana dalam
keadaan ketidakseimbangan dan memerlukan perbaikan. Keadaan
kesetimbangan dapat mengakibatkan penghambatan pertumbuhan dan
daya saing organisasi, teknologi, perubahan hukum, atau sosial di
lingkungan eksternal. Harus ada kebutuhan yang dirasakan, karena
diperlukan keyakinan individu untuk mengadopsi cara-cara baru.
Manajer harus peka terhadap perubahan dalam lingkungan kompetitif.
Proses reorganisasi dilaksanakan untuk merevitalisasi
perusahaan. Stimulus untuk perubahan ini adalah kesadaran menjadi
24
anggota organisasi yang terlalu lambat untuk membuat keputusan,
terlalu lambat untuk merespon kondisi berubah, dan terlalu lambat
untuk berkompetensi dalam pasar.
2) Tahap dua: Masuknya Intervensi dari Konsultan
Konsultan harus memasukkan situasi organisasi yang sedang
berlangsung jika perusahaan sedang dalam perubahan status quo.
Konsultan mungkin seorang manajer atau anggota lain dari organisasi,
disebut sebagai konsultan internal, atau sumber luar, disebut konsultan
eksternal.
Konsultan harus dapat memutuskan kapan waktu yang tepat
untuk memasuki sistem dan apa peranannya. Sebagai contoh,
konsultan harus melakukan intervensi dengan sanksi dan persetujuan
manajemen puncak, dengan atau tanpa dukungan anggota di tingkat
bawah.
3) Tahap Tiga: Mengembangkan Hubungan Konsultan-Klien
Setelah sebuah organisasi mengenali perlunya perubahan
sistem, tahapan mulai pada mengembangkan hubungan antara
konsultan dan sistem. Perkembangan hubungan ini merupakan faktor
penentu penting keberhasilan atau kegagalan kemungkinan program
OD. Seperti hubungan interpersonal pada umumya, saling bertukar
hak dan kewajiban (pembentukan kontrak psikologis) tergantung pada
kesan pertama yang baik antara konsultan dan sistem klien.
25
Usaha konsultan adalah untuk membangun pola komunikasi
yang terbuka, hubungan kepercayaan, dan suasana tanggung jawab
bersama. Masalah yang berurusan dengan tanggung jawab,
penghargaan, dan tujuan harus diklarifikasi bersama. Misalnya, satu
perusahaan besar mempunyai masalah dalam manajemen otokratik dan
persaingan antarkelompok. Namun, seorang manajer puncak baru
mengambil alih dan mulai benar-benar merombak perilaku
perusahaan. Sebuah kelompok konsultan manajemen dihubungi dan
perusahaan tersebut dan memulai program perubahan yang bertujuan
meningkatkan peran dan negosiasi antar korporasi.
4) Tahap Empat: Tahap Mengumpulkan informasi
Pengumpulan data adalah aktivitas penting untuk menyediakan
pemahaman yang lebih baik bagi organisasi dan konsultan. Data dapat
menyajikan gambaran yang lengkap tentang keadaan organisasi.
Konsultan dan klien mungkin setuju untuk meningkatkan pemahaman
dari data yang tersedia dengan melakukan wawancara atau kuesioner
sebagai dasar untuk program-program tindakan lebih lanjut
Satu organisasi, misalnya, mengalami masalah seringnya terjadi
pergantian karyawan. Dalam kasus seperti ini konsultan menyelidiki
tingkat turnover yang tinggi dengan cara wawancara atau kuesioner
untuk mengetahui penyebab, dan dari data ini program OD dirancang
26
untuk memperbaiki masalah. Program OD mengurangi masalah
pergantian karyawan menjadi sekian persen dari total tingginya jumlah
pergantian karyawan.
5) Tahap Lima: Tahap diagnostik
Setelah mendapatkan informasi yang relevan dengan situasi
yang dianggap tidak seimbang, konsultan dan klien bersama-sama
menganalisis data untuk mengidentifikasi masalah dan hubungan
kausal. Jika sebuah diagnostik yang ada dianggap lemah atau tidak
akurat, digunakan cara diagnosis lain untuk menentukan masalah yang
tepat untuk mengidentifikasi kekuatan kausal dalam situasi, dan untuk
memberikan dasar untuk memilih strategi perubahan yang efektif bagi
organisasi.
6) Tahap Enam: rencana aksi, strategi, dan teknik
Fase diagnostik mengarah ke serangkaian intervensi, kegiatan,
atau program yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan efektivitas organisasi. Program-program ini
menerapkan teknik OD sebagai lingkaran kualitas, program Grid
manajerial, manajemen oleh program tujuan, membangun tim, atau
pengembangan antarkelompok dengan penyebab yang ditentukan
dalam fase diagnostik. Untuk memulai program, direktur mengundang
manajer dan bawahan mereka untuk menghadiri sesi pelatihan dan ia
sendiri yang harus memutuskan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana cara yang terbaik bagi sistemnya. Perusahaan merasa
27
bahwa harus ada penekanan lebih pada perubahan organisasi
dibandingkan pada proses kerja sehari-hari, sehingga mereka terlatih
untuk fokus pada kelompok kerja mereka bukan pada ketergantungan
individu.
7) Tahap tujuh: memantau, meninjau, dan menstabilkan program
Setelah sebuah program aksi dilaksanakan, langkah berikutnya
adalah untuk memantau hasildan menstabilkan perubahan. Tahap ini
terpusat pada penilaian efektiv atau tidaknya strategi perubahan yang
telah dilakukan dalam mencapai tujuan. Setiap tahap dari program OD
perlu dipantau untuk mendapatkan umpan balik pada reaksi anggota
dalam upaya perubahan. Para anggota sistem perlu mengetahui hasil
upaya perubahan dalam rangka untuk menentukan apakah mereka
harus memodifikasi, melanjutkan, atau menghentikan kegiatan
perubahan tersebut. Setelah disequilibrium telah diperbaiki dan
program perubahan telah diimplementasikan dan dimonitor, berarti
harus dipastikan bahwa perilaku yang baru berjalan stabil dan
berkelanjutan. Jika ini tidak dilakukan, kecenderungan sistem untuk
mundur ke perilaku sebelumnya. Sistem klien perlu mengembangkan
kemampuan untuk mempertahankan inovasi tanpa dukungan dari luar.
8) Tahap delapan: penghentian dari program OD
Tahap akhir adalah penghentian atau pelepasan konsultan
program OD dari sistem. Sebagai program OD yang stabil,
ketergantungan system kepada konsultan harus berangsur-angsur
28
diturunkan. Jika sistem bergerak menuju kemandirian dan terbukti
dapat melkukan perubahan diri, penghentian bertahap sistem
hubungan konsultan-klien mudah dicapai. Jika sistem terlalu
bergantung pada konsultan, pemutusan hubungan ini bisa menjadi
masalah yang sulit. Di satu perusahaan, misalnya, program ini telah
menghasilkan manfaat yang nyata. Dari 264 mangers terlibat dalam
program ini, 93 persen melaporkan bahwa program yang dipimpin
dapat bekerja lebih baik.
Dalam salah satu penelitian terhadap pengambilan keputusan
kecepatan tinggi, Kathleen Eisenhardt dan LJ Bourgeois, III,
menemukan bahwa politik tidak mempengaruhi keputusan dan bahwa
konflik politik dalam tim manajemen puncak berhubungan dengan
kinerja perusahaan yang buruk.
Konsultan OD bertindak sebagai fasilitator untuk
mempromosikan kolaborasi pemecahan masalah dan nilai-nilai
kepercayaan mupun keterbukaan. Mengingat sifat dari program OD,
adalah bukan merupakan tipe atau kekuasaan politik intervensi OD.
Tapi, mengingat sifat politik yang mempengaruhi keputusan
beroganisasi, konsultan OD harus sadar politik dan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang kompatibel dengan situasi yang
berorientasi kekuasaan.
2.3 Kesimpulan
29
Agen perubahan adalah individu yang bertindak sebagai katalis untuk
perubahan dan memikul tanggung jawab untuk mengelola proses perubahan. Agen
perubahan eksternal mungkin memiliki pemahaman yang terbatas dari organisasi,
tetapi lebih mungkin untuk memulai perubahan drastis. Agen perubahan internal yang
akrab dengan organisasi, tetapi mungkin enggan untuk mencoba pendekatan baru.
Membuat perubahan terjadi berhasil melibatkan berfokus pada pembuatan organisasi
siap untuk perubahan dan manajer memahami perannya sendiri dalam proses.
Perubahan dalam Organization Development (OD) adalah proses perbaikan
organisasi yang berkelanjutan dan jangka panjang yang terdiri dari serangkaian tahap.
Penekanan program perubahan dalam OD ditempatkan pada individu, kelompok, dan
hubungan organisasi. Langkah proses perubahan menurut Kurt Lewin unfreezing
(pencairan tingkat sekarang), conversion (Perpindahan ke tingkatan yang baru), dan
freezing (pembekuan dan pemantapan tingkatan yang baru).
30
BAB III
PERUBAHAN DALAM ORGANISASI
3.1 Perubahan dalam organisasi belajar (learning organization)
Learning organization adalah kemampuan sebuah organisasi untuk
mampu menggali dan mengolah pengalaman melalui eksperimen, observasi
serta mampu menganalisis keberhasilan dan kegagalan untuk diterapkan
dalam suatu sistem atau aplikasi baru yang membantu pencapaian yang lebih
baik. Hacket (2000) menyatakan bahwa learning organization adalah proses
yang mendukung organisasi untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan,
serta mampu bertumbuh ke arah yang lebih baik melalui penciptaaan dan
pengaplikasian hal-hal baru seperti knowledge, kemampuan dan kompetensi
31
sekaligus mampu mentransformasikannya kepada kolega lainnya. Dari
penjelasan di atas maka dapat disimpilkan bahwa Knowledge, pengalaman
dan kreativitas karyawan hanya akan terbentuk bila karyawan diberikan
kesempatan untuk melakukan pembelajaran (learning).
Organizational learning culture mendorong individu dan tim tumbuh
dan berkembang melalui kreativitas, tim kerja dan perbaikan yang kontinu.
Dalam hal untuk menciptakan learning organization dibutuhkan konsep
mengenai change management dalam kerangka kerja knowledge management
yang ditujukan untuk mengubah pola kerja, pola pikir dan tindakan para
karyawan sehingga berbasiskan pada orientasi pengetahuan.
Agar tercipta kondisi organizational learning yang kondusif maka
tentunya tidak terlepas dari peran top management yang direpresentasikan
oleh pimpinan dan manajer. Peran pemimpin agar organisasinya berbasis
learning organizational meliputi menyusun target, mengembangkan strategi,
mengkomunikasikan visi dan mengaitkan karyawan dengan departemennya.
Selain itu, perubahan merupakan tujuan utamanya, sehingga dapat
menggalang seluruh bagian dalam organisasi ke arah tujuan yang diinginkan
dengan cara yang lebih cepat.
3.1.1 Leadership dalam perubahan organisasi
Menjadi pemimpin yang efektif untuk perubahan mungkin merupakan
hal yang paling penting bagi eksekutif agar dapat melakukan pengembangan
pribadi mereka dan perusahaan. Sebuah studi yang baru dilaporkan oleh
Harvard Business Review tentang kuantifikasi pengalaman empirik: tanpa
32
tindakan yang berkelanjutan, komitmen kepemimpinan, dan keaktifan,
perubahan organisasi tidak akan berhasil. Penelitian ini membandingkan
antara hasil uang dari upaya mendesain ulang proses bisnis, dampak yang
mereka antisipasi, dan tingkat komitmen manajemen puncak. Sebagai contoh,
di Eropa dan U.S., perusahaan dengan komitmen manajemen yang tinggi
dapat memenuhi target keuangan; sedangkan mereka dengan komitmen
manajemen rendah memiliki hasil yang lebih rendah, dan manfaat moneter
terjatuh secara substansial.
Phillip Kotter mengatakan, membuat perubahan adalah fungsi utama
kepemimpinan. Ia membedakan fungsi antara kepemimpinan dan manajemen.
Sebagai contoh, manajer membuat rencana dan menghasilkan hasil yang
produktif, sedangkan pemimpin menentukan arah dan mengembangkan visi
dan strategi organisasi; manajer mengatur dan melakukan tugas, sementara
para pemimpin menyelaraskan para kayawan tentang keselarasin visi dengan
tindakan. Dalam prakteknya, tentu saja, seorang eksekutif dapat menjadi
seorang pemimpin dan manajer. Karena kedua jenis keterampilan dan kualitas
tersebut sangat penting untuk mempengaruhi perubahan, eksekutif yang lebih
"pemimpin" dari pada "manajer" dapat mengembangkan sebuah tim
manajemen yang mencerminkan keduanya.
Teori manajemen Abraham Zaleznik percaya bahwa jiwa
kepemimpinan ada dari lahir bukan dibuat. Setiap tim manajemen perubahan
dalam suatu organisasi harus memiliki kolektifitas dan bahwa organisasi dapat
33
mendorong mereka tumbuh menjadi seorang manajer. Berikut merupakan hal
yang sebaiknya dilakukan oleh pemimpin perubahan :
a. Melakukan perubahan saat diperlukan.
Jack Welch menyimpulkan diperlukan pemimpin yang terbuka
terhadap perubahan: "Ubah sebelum Anda harus merubahnya". Para
eksekutif tidak akan memimpin perubahan sebelum mereka
berkomitmen kepada sendiri. Setelah dirasa ada kebutuhan akan
perubahan, perubahan itupun harus sepenuhnya dilaksanakan.
Sama seperti manajer menengah dan karyawan yang mungkin
menolak perubahan, banyak eksekutif atas yang mungkin sulit untuk
menerima perubahan, apalagi untuk menjalankannya. Dalam beberapa
kasus, perubahan mungkin bisa berarti merubah pola kesuksesan masa
lalu yang seorang telah dibangun.
Untuk manajer bagian atas bagaimanapun perlu mengakui
kebutuhan untuk berubah dan memiliki keyakinan untuk memimpin
meski harus menghadapi hambatan yang datang dari dalam. Jika risiko
untuk melakukan perubahan dirasa besar, manajer perlu
mempertimbangkan jalan lain sebagai tindakan alternatif.
b. Menentukan visi organisasi,
Visi merupakan kunci bagi arah kerja tim dan penciptaan
inovasi. Visi juga menjelaskan Total Quality perusahaan yang berarti
perusahaan yang terus memperbaiki semua proses pekerjaan kepuasan
pelanggan internal dan eksternal : 1) menghasilkan pelanggan yang
34
puas, 2) memfokuskan perbaikan secara terus-menerus, dan 3)
memiliki karyawan yang termotivasi dan terlatih. Juga termasuk
mengambil langkah-langkah yang berkualitas untuk mencapai hasil
bisnis memuaskan, seperti mengelola keadaan, melakukan proses
tindakan, dan melakukan proses bisnis yang memiliki perencanaan
yang berkualitas, langkah-langkah untuk mencapai tujuan, dan
menyediakan sarana.
Salah satu contoh yang menggambarkan aktivitas manajemen
perubahan yang hanya dapat dilakukan oleh manajemen puncak
adalah mengembangkan visi organisasi yang baru. Tidak ada orang
lain memiliki kekuatan untuk mengatur arah perubahan secara
keseluruhan. Bahkan, visi dianggap sebagai kunci utama
kepemimpinan.
Visi merupakan gambaran masa depan, tujuan bersama yang
menetapkan arah setiap anggota untuk melakukan pekerjaannya. Visi
yang paling efektif adalah visi yang sederhana, jelas, dan menarik
yang menantang organisasi untuk mengambil langkah besar.
c. Mengkomunikasikan kebutuhan kritis untuk perubahan, perubahan
visi, kebutuhan biaya untuk melakukan perubahan, dan hasil yang
didapat.
Komunikasi organisasi secara keseluruhan sangat penting
dalam manajemen perubahan, pemimpin perubahan di semua
tingkatan harus mengambil peran aktif dalam mengkomunikasikan
35
perubahan kepada para bawahan. Keterlibatan pemimpin puncak itu
terlihat saat ia mengambil tindakan perubahan ini dengan serius dan
diikuti oleh karyawan, stakeholder, dan pelanggan.
d. Aktif terlibat dan melakukan perencanaan mulai dari sekarang.
Eksekutif puncak memiliki tanggung jawab yang begitu
banyak sehingga akan lebih mudah jika mereka telah memimpin
perubahan dan perubahan visi yang dibuat telah diterima oleh semua
anggota. Bahkan manajemen perubahan yang suksespun tetap
memerlukan kelanjutan, dukungan prioritas sebagai juara, model
peran, dan pengawas perubahan. Keterlibatan aktif mereka dapat
mencakup kegiatan yang beragam seperti berpartisipasi dalam
pengendalian, memimpin acara penghargaan keberhasilan karyawan,
secara teratur meninjau indikator pengukuran untuk menilai kemajuan
perubahan, mengambil peran sentral dalam keputusan yang sedang
berjalan terkait perubahan, dan terus malakukan komunikasi dalam
forum besar maupun kecil. Aspek kepemimpinan ini lebih focus pada
tuntutan dan komitmen dari pada waktu.
Status quo yang dipertahankan tidak akan memberikan energi perubahan. Para
pemimpin perubahan yang efektif menunjukkan bahwa perubahan nyata tidak hanya
pada dasar-dasar organisasi, tetapi juga rutin dilakukan dalam aktivitas bekerja.
Pemikiran inovatif adalah salah satu hal yang penting untuk mendesain ulang proses
untuk mencapai kesuksesan organisasi.
36
3.2 Pentingnya Inovasi
Organisasi harus menciptakan produk dan layanan baru serta mengadopsi
teknologi negara maju jika mereka ingin bersaing dengan sukses. Hal tersebut dapat
dicapai dengan cara terus menerus melakukan inovasi baik terhadap produk maupun
proses produksinya.
a. Kreativitas Versus Inovasi
Kreativitas mengacu pada kemampuan untuk menggabungkan ide
dengan cara yang unik atau untuk membuat asosiasi yang tidak biasa. Sebuah
organisasi yang merangsang kreativitas mengembangkan cara yang unik
untuk bekerja maupun mencari solusi untuk suatu masalah. Inovasi adalah
proses mengambil ide kreatif dan mengubahnya menjadi produk yang
bermanfaat, layanan, atau metode kerja. Dengan demikian, organisasi inovatif
dicirikan oleh kemampuannya untuk menyalurkan kreativitas menjadi hasil
yang bermanfaat. Ketika manajer berbicara tentang perubahan organisasi agar
menjadi lebih kreatif, maka mereka biasanya merangsang dan memupuk
inovasi.
b. Merangsang Inovasi
Output yang kita inginkan, misalnya : produk kreatif dan metode kerja,
sangat berhubungan erat dengan input serta proses transformasi dari input
yang kita sediakan. Input yang mendukung misalnya sumber daya manusia
dan kelompok yang kreatif dalam organisasi. Lingkungan (struktur dan
budaya organisasi) yang tepat untuk proses inovasi juga dibutuhkan untuk
37
mendukung proses transformasi input yang ada. Berikut adalah variabel yang
merangsang inovasi :
1) Variabel Struktural
Pertama, struktur organisasi. Hal ini dikarenakan struktur organisasi
seperti formalisasi, sentralisasi, dan spesialisasi kerja, dapat memfasilitasi
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan lintas-fertilisasi diperlukan dalam
inovasi. Kedua, ketersediaan sumber daya yang berlimpah sehingga manajer
dapat mampu untuk mampu membayar biaya inovasi yang dibutuhkan serta
dapat menyerap kegagalan.
2) Variabel budaya
Organisasi inovatif cenderung memiliki cultures. Mereka mendorong
eksperimentasi, penghargaan baik keberhasilan dan kegagalan, dan merayakan
kesalahan. Sebuah budaya inovatif cenderung memiliki
karakteristik sebagai berikut.
a) Penerimaan ambiguitas. Terlalu banyak penekanan pada objektivitas
dan spesifisitas kendala kreativitas.
b) Toleransi dari praktis. Individu yang menawarkan praktis, bahkan
bodoh, jawaban apa-jika pertanyaan tidak tertahan. Apa yang pada
awalnya tampak tidak praktis mungkin mengarah pada solusi yang
inovatif.
c) Rendah eksternal kontrol. Aturan, peraturan, kebijakan, dan kontrol
organisasi serupa dijaga agar tetap minimum.
38
d) Toleransi risiko. Karyawan didorong untuk bereksperimen tanpa takut
konsekuensi yang harus mereka gagal. Kesalahan diperlakukan
sebagai kesempatan belajar.
e) Toleransi konflik. Keragaman pendapat dianjurkan. Harmoni dan
kesepakatan antara individu atau unit tidak diasumsikan menjadi bukti
dari kinerja tinggi.
f) Fokus pada tujuan, bukan berarti. Tujuan dibuat jelas, dan individu
yang didorong untuk mempertimbangkan rute alternatif terhadap
pertemuan tujuan. Berfokus pada ujung menunjukkan bahwa mungkin
ada beberapa jawaban yang benar untuk setiap soal yang diberikan.
g) Buka-sistem fokus. Manajer memantau lingkungan dan merespon
perubahan yang terjadi.
3) Variabel Sumber Daya Manusia
Dalam kategori sumber daya manusia, kita menemukan bahwa
organisasi inovatif secara aktif mempromosikan pelatihan dan pengembangan
anggota mereka sehingga pengetahuan mereka tetap saat ini, menawarkan
keamanan kerja karyawan mereka tinggi untuk mengurangi rasa takut dipecat
karena melakukan kesalahan, dan mendorong individu untuk menjadi "juara"
perubahan. Ide juara secara aktif dan antusias mendukung ide baru,
membangun dukungan, mengatasi hambatan, dan memastikan bahwa inovasi
diimplementasikan. Penelitian menemukan bahwa juara ide memiliki
karakteristik kepribadian umum: sangat tinggi kepercayaan diri, ketekunan,
39
energi, dan kecenderungan pengambilan risiko. Juara juga menampilkan
karakteristik yang terkait dengan kepemimpinan yang dinamis.Mereka
menginspirasi dan memberi energi orang lain dengan visi mereka tentang
potensi inovasi dan melalui keyakinan yang kuat pribadi mereka dalam misi
mereka.Mereka juga baik untuk memperoleh komitmen orang lain untuk
mendukung misi mereka. Selain itu, juara memiliki pekerjaan yang
memberikan cukup pengambilan keputusan kebijaksanaan. Otonomi Ini
membantu mereka memperkenalkan dan menerapkan inovasi dalam
organisasi.
3.3 Kesimpulan
Learning organization adalah proses yang mendukung organisasi untuk
mampu beradaptasi terhadap perubahan, serta mampu bertumbuh ke arah yang lebih
baik melalui penciptaaan dan pengaplikasian hal-hal baru seperti knowledge,
kemampuan dan kompetensi sekaligus mampu mentransformasikannya kepada
kolega lainnya. Peran pemimpin agar organisasinya berbasis learning organizational
meliputi menyusun target, mengembangkan strategi, mengkomunikasikan visi dan
mengaitkan karyawan dengan departemennya. Selain itu, perubahan merupakan
tujuan utamanya, sehingga dapat menggalang seluruh bagian dalam organisasi ke
arah tujuan yang diinginkan dengan cara yang lebih cepat.
Kreativitas mengacu pada kemampuan untuk menggabungkan ide-ide dengan
cara yang unik atau untuk membuat asosiasi yang tidak biasa antara ide-ide. Inovasi
adalah memutar hasil dari proses kreatif menjadi sesuatu yang bermanfaat - produk
40
atau bekerja metode. Pandangan sistem inovasi terlihat pada input (orang-orang
kreatif, kelompok, atau organisasi), transformasi, dan output (produk inovatif atau
metode kerja).
Conclusion
Organizational change is any alteration of people, structure, or technology.
External forces for change include changes in the marketplace, governmental laws
and regulations, technology, labor market fluctuations, and economic changes.
Internal forces for change include changes in the organization's strategy, workforce,
equipment, or employee attitudes.
Changing structure involves changing organizational structural variables.
Changing technology involves changing the way work is performed or the methods or
equipment that are used. Changing people involves changing attitudes, expectations,
perceptions, or behavior. Changing culture is difficult because it's made up of
41
relatively stable and permanent characteristics making it resistant to change.
Managers can do it by understanding the situational factors and by having a strategy
for change.
People resist change because of ambiguity or uncertainty, hard to change
habits, concern over personal loss, and believing that the change is not in the
organization's best interests. To reduce resistance to change, managers can use
education and communication, participation, facilitation and support, negotiation,
manipulation and co-optation, or coercion.
Lewin's three-step model includes unfreezing the status quo, changing to a
new state, and refreezing to make the change permanent. Change agents are
individuals who act as a catalyst for change and assume the responsibility for
managing the change process. External change agents may have a limited
understanding of the organization but are more likely to initiate drastic change.
Internal change agents are familiar with the organization, but may be reluctant to try
new approaches. Making change happen successfully involves focusing on making
the organization ready for change and the manager understanding his or her own
role in the process.
Creativity refers to the ability to combine ideas in a unique way or to make
unusual associations between ideas. Innovation is turning the results of the creative
process into something useful - product or work methods. The systems view of
innovation looks at the inputs (creative people, groups, or organizations), the
transformation, and the outputs (innovative products or work methods).
42
Daftar Pustaka
Carr, David K, Kelvin Hard, William J. Trahant, 1994, Managing Change : Opening Organizational Horizons, Coopers & Lybrand, L.L.P, Washington, D.C.
James L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, JR. , 1985, Organizations : Behavior, Structure, Processes fifth edition, Business Publications, INC. , Plano, Texas
Robbins,Stephen P. & Mary Coulter, 1999, Management, Prentice Hall International, Upper Saddle River, New Jersey.
Rue, Leslie W., Lloyd L. Byars, 2005, Management: skills and application, eleventh edition,The McGraw-Hill Companies, New York
Webber, Ross A.,1981, To Be A Manager essentials of management, Richard D. Irwin, Inc., United States of America
43
44