Rangsang Meningeal Positif

4
Rangsang meningeal positif (+) bila terdapat radang selaput otak (ex. meningitis), benda asing di rongga subarachnoid (ex. darah, seperti pada perdarahan subarachnoid) · Terdiri atas 1. Kaku kuduk 2. Tanda lasegue / tes lasegue 3. Kernig sign 4. Brudzinski (I, II, III, IV) Berikut akan dibahas secara ringkas mengenai teknik pemeriksaan rangsang selaput otak. 1. Kaku Kuduk - Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada. - Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. - Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal. 2. Tes Lasegue - Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus (tidak bergerak)

Transcript of Rangsang Meningeal Positif

Page 1: Rangsang Meningeal Positif

Rangsang meningeal positif (+) bila terdapat radang selaput otak (ex. meningitis), benda asing di rongga subarachnoid (ex. darah, seperti pada perdarahan subarachnoid)

· Terdiri atas

1. Kaku kuduk

2. Tanda lasegue / tes lasegue

3. Kernig sign

4. Brudzinski (I, II, III, IV)

Berikut akan dibahas secara ringkas mengenai teknik pemeriksaan rangsang selaput otak.

1. Kaku Kuduk

- Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada.

- Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.

- Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal.

2. Tes Lasegue

- Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus (tidak bergerak)

Tes Lasegue

- Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut < 70° (dewasa) dan < 60° (lansia)

- Tanda Lasegue (+) dijumpai pada meningitis, isialgia, iritasi pleksus lumbosakral (ex.HNP lumbosakralis)

Page 2: Rangsang Meningeal Positif

3. Tanda Kernig/Kernig Sign

- Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut 135°

Tes Kernig

- Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencaai sudut 135°

- Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit – penyakit seperti yang terdapat pada tanda lasegue (+)

4. Brudzinski (I, II, III, IV)

· Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)

- Caranya: Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.

Tes Brudzinski I

- Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai

· Brudzinski II (Brudzinski’s Contra-Lateral Leg Sign)

- Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada persendian panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).

Page 3: Rangsang Meningeal Positif

Tes Brudzinski II

- Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai yang satunya ikut pula terfleksi.

· Brudzinski III

- Caranya: Tekan os zigomaticum

- Interpretasi: Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas superior (lengan tangan fleksi)

· Brudzinski IV

- Caranya: Tekan simfisis ossis pubis (SOP)

- Interpretasi: Tanda Brudzinski IV (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki)

Catatan:

Untuk pembahasan Bab IV sampai Bab VIII, silahkan lanjutkan pada "Pemeriksaan Klinis Neurologi 2" , "Pemeriksaan Klinis Neurologi 3", "Pemeriksaan Klinis Neurologi 4", dan "Pemeriksaan Klinis Neurologi 5"

Referensi

1. Bahan Kuliah Sistem Neuropsikiatry, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2004.

2. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007.

3. Lumbantobing S, Neurologi Klinik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007.

4. Mahar Marjono, Neurologi Klinis Dasar, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2008.

Page 4: Rangsang Meningeal Positif

5. Protap SMF Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2000.