PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/2585/2/128114095_full.pdf · 2016. 1....
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/2585/2/128114095_full.pdf · 2016. 1....
UJI ANALGESIK DEKOK
MENCIT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
UJI ANALGESIK DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L. PADA
MENCIT BETINA GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Kristiyani Irawati
NIM : 128114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
L. PADA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANALGESIK DEKOK
MENCIT
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
UNIVERSITAS SANATA
i
UJI ANALGESIK DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L. PADA
MENCIT BETINA GALUR SWISS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Kristiyani Irawati
NIM : 128114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
L. PADA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan Yesus yang selalu memberkati, dan memimpin setiap langkah hidupku,Papa, Mama dan keluarga tercinta atas semangat, doa dan kasih sayang,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk…Tuhan Yesus yang selalu memberkati, dan memimpin setiap langkah hidupku,
Papa, Mama dan keluarga tercinta atas semangat, doa dan kasih sayang,Teman-teman dan sahabat terkasih,
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
“Tuhan selalu besertamu”
Tuhan tidak berjanji
Langit selalu biru
Bunga di sepanjang jalanmu
Lautan tanpa gelombang
Tapi …
Ia berjanji
Beserta kita …
Mendampingi kita …
Kupersembahkan skripsi ini untuk… Tuhan Yesus yang selalu memberkati, dan memimpin setiap langkah hidupku,
Papa, Mama dan keluarga tercinta atas semangat, doa dan kasih sayang, teman dan sahabat terkasih,
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, berkat, penguatan dan kasih yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga
tanarius L. dengan Metode Geliat pada Mencit Betina Galur Swiss” sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing utama skripsi ini
atas segala kesabaran untuk selalu memberi masukan, bimbingan, dukungan
dan motivasi kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing kedua
yang telah memberikan pengarahan, masukan, bimbingan dan dukungan
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah
banyak memberikan ide, saran dan masukkan yang membangun untuk
peneitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen penguji skripsi yang
telah banyak memberikan ide, saran dan masukkan yang membangun untuk
peneitian ini.
6. Dr. Fenty, selaku dosen pembimbing akademik penulis atas pendampingan,
pengarahan dan dukungan kepada penulis selama ini.
7. Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Kayat selaku laboran atas segala bantuan yang
diberikan serta dinamika di laboratorium selama melakukan penelitian ini.
8. Ayah, Ibu, dan kakak tercinta atas cinta dan kasih sayang yang begitu besar
untuk selalu mendukung, memberi semangat dan senantiasa mendoakan.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan sejak awal penulis masuk hingga penelitian
Macaranga tanarius L., Antonia Vidya Kartika, Nurul Kusumawardani, Silvia
Puspa Dwi Susanti atas perjuangan, semangat, bantuan, pengertian, kesabaran
dan suka-duka yang telah dilewati bersama selama penelitian.
10. Sahabat-sahabat tercinta, Dinda, Mamih, Opita, Tika, Shela, Martha, Mikhael,
Randy, Nita, Ratih, Agnes dan Cathy.
11. Teman-teman Kos Griya Talenta, Putri, Ayang, Asti, Cindi, Agata, Mbak Ima.
12. Teman-teman FSM-C dan FKK-B angkatan 2012 atas kebersamaan dan
dinamika bersama.
13. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga isi skripsi ini bermanfaat untuk pihak mahasiswa,
lingkungan akademis, masyarakat serta turut berperan serta dalam memperkaya
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kefarmasian.
Yogyakarta, 5 November 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………..... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN.………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………… iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………… vi
PRAKATA……………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………..... x
DAFTAR TABEL…………………………………………………..... xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xvi
INTISARI…………………………………………………………….. xvii
ABSTRACT………………………………………………………….. xviii
BAB I. PENGANTAR……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
1. Rumusan masalah…………………………………………..... 4
2. Keaslian penelitian…………………………………………… 4
3. Manfaat penelitian……………………………………………. 6
B. Tujuan Penelitian……………………………………………... 6
1. Tujuan umum…………………………………………………. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Tujuan khusus………………………………………………… 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………………..... 8
A. Nyeri………………………………………………………........... 8
1. Pengertian nyeri……………………………………………..... 8
2. Klasifikasi Nyeri……………………………………………… 8
B. Mekanisme Nyeri………………………………………………… 13
C. Asam Asetat………………………………………………………. 16
D. Asetosal…………………………………………………………… 17
E. Analgesik…………………………………………………………. 19
F. Metode Uji Analgesik…………………………………………….. 22
G. Dekokta…………………………………………………………… 26
H. Macaranga tanarius L..…………………………………………... 26
1. Klasifikasi……………………………………………………... 26
2. Nama lain………………………………………………………. 27
3. Morfologi………………………………………………………. 27
4. Manfaat tanaman………………………………………………. 27
5. Kandungan Kimia…………………………………………….. 28
I. Radikal Bebas…………………………………………………….. 30
J. Skrining Fitokimia……………………………………………….. 30
K. Landasan Teori……………………………………………………. 32
L. Hipotesis…………………………………………………………... 34
BAB. III METODE PENELITIAN…………………………............... 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………….............. 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Variabel dan Definisi Operasional………………………............. 35
C. Bahan Penelitian………………………………………………….. 38
D. Alat Penelitian…………………………………………………….. 39
E. Tata Cara Penelitian………………………………………………. 39
F. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………….. 50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….. 52
A. Penyiapan Bahan………………………………………………….. 52
B. Uji Pendahuluan………………………………………………….. 56
C. Skrining Fitokimia………………………………………………... 61
D. Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L……………. 64
E. Kekerabatan Dosis……………………………………….............. 81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 82
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 82
B. Saran……………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 84
LAMPIRAN…………………………………………………………... 92
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L. ………... 5
Tabel II. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol
negatif CMC-Na dan kontrol positif asetosal selang
waktu 10 dan 15 menit…………………………………..
58
Tabel III. Hasil uji T tidak berpasangan rata-rata jumlah kumulatif
geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat
dosis 50 mg/kgBB ………………………………………
58
Tabel IV. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada
dekokta daun Macaranga tanarius L. …………………..
62
Tabel V. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif,
positif dan tiga peringkat dosis dekokta daun
Macaranga tanarius L. ………………………………....
66
Tabel VI. Hasil uji Scheffe persen proteksi geliat pada kelompok
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. ……….
68
Tabel VII. Rata-rata perubahan persen proteksi kontrol negatif,
positif dan tiga peringkat dosis dekokta Macaranga
tanarius L. ………………………………………………
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembagian kualitas nyeri berdasarkan persepsi nyeri….. 9
Gambar 2. Proses biosintesis prostaglandin………………………... 15
Gambar 3. Struktur asetosal………………………………………… 17
Gambar 4. Klasifikasi obat analgesik-antiinflamasi non steroid…… 20
Gambar 5. Struktur senyawa yang terdapat dalam tanaman
Macaranga tanarius L. …………………………………
29
Gambar 6. Skema kerja penelitian…………………………………. 46
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat
pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol
negatif, positif, dan peringkat dosis dekokta……………
66
Gambar 8. Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian
efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, positif,
dan peringkat dosis dekokta……………………………..
67
Gambar 9. Diagram batang rata-rata perubahan persen proteksi
pengujian efek analgesik pada kelompok uji kontrol
negatif, positif, dan peringkat dosis dekokta……………
69
Gambar 10. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L……………….. 93
Gambar 11. Dekokta daun Macaranga tanarius L…………………... 93
Gambar 12. Geliat mencit yang memenuhi syarat…………………… 94
Gambar 13. Geliat mencit yang tidak memenuhi syarat……………... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius L. dan dekokta
Macaranga tanarius L. …………………………………
93
Lampiran 2. Foto proses pengamatan uji analgesik dekokta
Macaranga tanarius L. …………………………………
94
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada
dekokta daun Macaranga tanarius L. ………………….
95
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L… 97
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM 98
Lampiran 6. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius L. ………………………………………………
99
Lampiran 7. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk
pengujian data secara statistik …………………………..
100
Lampiran 8. Perhitungan dosis ………………………………………. 101
Lampiran 9. Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia …… 103
Lampiran 10. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan
selang waktu pemberian ………………………………..
104
Lampiran 11. Hasil analisis statistik uji efek analgesik dekokta daun
Macaranga tanarius L. …………………………………
109
Lampiran 12. Data persen proteksi geliat terhadap kontrol negatif
aquadest pada uji efek analgesik dekokta daun
Macarnga tanarius L. …………………………………..
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Lampiran 13. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol
positif asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek
analgesik ………………………………………………..
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Macaranga tanarius L. merupakan salah satu tanaman pengobatan yang pengembangannya semakin ditingkatkan. Secara tradisional Macaranga tanarius L. dilaporkan berkhasiat sebagai obat diare, luka dan pencegahan peradangan. Tanaman ini diduga memiliki potensi untuk digunakan sebagai alternatif pengobatan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%.
Metode pengukuran analgesik menggunakan metode geliat rangsang kimia asam asetat 1% sebagai penginduksi nyeri yang diberikan secara intraperitoneal. Jenis penelitian ini yaitu eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Penelitian ini menggunakan 25 mencit betina sehat galur Swiss yang diambil secara random kemudian dibagi acak ke dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 hewan uji. Kelompok I diberikan aquadest dosis 0,025 mg/kgBB, kelompok II diberikan larutan asetosal dosis 91 mg/kgBB, kelompok III-V diberikan dekokta Macaranga tanarius L. dengan dosis 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB. Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Hasil kemudian dianalisis dengan menggunakan metode uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Pada penelitian ini digunakan uji One Way ANOVA karena data terdistribusi normal. Dilakukan pula analisis Post-Hoc untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda bermakna menggunakan uji Scheffe.
Hasil studi menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik terhadap mencit betina galur Swiss. Efek analgesik yang dihasilkan oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB memiliki persen proteksi beruturut-turut adalah 60,5; 74,8 dan 53,6 %. Perubahan persen proteksi berturut-turut adalah -17,4; 1,7 dan -26,7%. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa tidak terdapat kekerabatan antara peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek analgesik yang ditimbulkan. Kata kunci: Analgesik, Dekokta, Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Macaranga tanarius L. is one of the medicinal plants whose development is further enhanced. Macaranga tanarius L. traditionally used to treat diarrhoea, injuries, and inflammation. This plant has potential to be used in alternative pain treatment. This study aimed to know whether the decoction extract Macaranga tanarius L. leaves have analgesic effect in female mice of Swiss strain that induced by acetic acid.
Analgesic measurement method used writhing test 1% acetic acid as an inducer of pain administered intraperitoneally. This research was an experimental research with direct sampling This type of research is purely experimental design with direct sampling design. This research used 30 healthy female mice of Swiss strain were randomly divided into 5 treatment groups. Each group contain of 5 mice. The first group as a control negative received 0,025 mg/kgBB the dose of aquadest, the second group as a control positive received 91 mg/kgBB the dose of asetosal. The third until fifth group received respectively, decoction extract of Macaranga tanarius L. leaves the dose of 833,33; 1666,67; 3333,33 mg/kgBB. Writhings were counted every 5 minutes for 1 hour. The results were analyzed using the Shapiro-Wilk test to find out the distribution of data. In this study, One-Way ANOVA test was used for normal distributed data. After that Post-Hoc analysis was done to determine which groups are different significantly using Scheffe test.
The result of the study showed the decoction extract of Macaranga tanarius L. leaves has analgesic effect in female mice of Swiss strain. Analgesic effect which was produced by a decoction of Macaranga tanarius L. leaves doses 833.33; 1666.67; 3333.33 mg/kgBB have percent protection respectively 60.5; 74.8 and 53.6 %. The change in percent protetction respectively were -17.4; 1.7 and -26.7%. There was no relation between dose decoction Macaranga tanarius L. leaves and analgesic effect response.
Keywords : Analgesic, Decoction, Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Penelitian
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya
gangguan di jaringan, seperti peradangan atau infeksi jasad renik (Tjay dan
Rahardja, 2007). Saat ini nyeri menjadi gangguan universal yang menyedot
perhatian dan biaya yang besar, serta menjadi tantangan tenaga kesehatan untuk
memberi dukungan terhadap mereka yang menderita nyeri (Muchlisin, Purwanto,
dan Astuti, 2013). Penanganan nyeri dapat diatasi dengan obat analgesik.
Analgesik merupakan zat-zat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Siswandono dan Soekarjdo, 2000).
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, dan ketrampilan
yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi berikutnya, termasuk
generasi saat ini (Wijayakusuma, 2000).
Analgesik dapat berasal dari tanaman obat yang telah terbukti dan
dipercaya memiliki efek anti nyeri. Pemakaian tanaman sebagai obat bila
digunakan secara benar dan tepat akan memberikan manfaat bagi pemakainya.
Selain itu biaya yang diperlukan bila memanfaatkan tanaman sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
obat pencegah penyakit maupun penjaga kesehatan relatif lebih murah, mudah
untuk diaplikasikan oleh setiap kalangan serta efek sampingnya yang relatif lebih
rendah (Katno dan Pramono, 2005).
Akhir-akhir ini, semakin marak adanya trend hidup sehat pada masyarakat
dengan menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, obat-obatan
tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan. Salah satu
khasiat yang semakin ditingkatkan pengembangannya yaitu untuk mengatasi
nyeri. Macaranga tanarius L. merupakan tanaman yang diduga berpotensi sebagai
alternatif yang digunakan untuk analgesik (anti nyeri) dengan cara menghambat
pelepasan mediator-mediator nyeri.
Rasa nyeri dapat timbul karena adanya kehadiran radikal bebas yang
jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Ketika radikal bebas menyerang dapat
menyebabkan kerusakan pada membran sel yang kemudian dapat melepaskan
mediator-mediator nyeri seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin (Tjay dan
Rahadja, 2007). Proses ini dapat menyebabkan kerusakan terus-menerus sehingga
dibutuhkan senyawa yang berpotensi sebagai analgesik untuk mengatasi nyeri.
Telah dilaporkan oleh Phommart, Sutthivaiyakit, Ruchirawat, dan
Sutthivaiyakit (2005) bahwa Macaranga tanarius L. mengandung senyawa
flavonoid, antara lain tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D.
Penelitian oleh Matsunami et al., (2006) menemukan bahwa daun Macaranga
tanarius L. memiliki kandungan senyawa glikosida yaitu macarangioside A-C
dan mallophenol B. Kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa senyawa
yang ditemukan memiliki aktivitas antioksidan, yaitu mampu melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penangkapan radikal bebas terhadap DPPH. Aktivitas antioksidan senyawa
glikosida dan flavonoid dalam daun Macaranga tanarius L. ini diharapkan dapat
menghentikan inisiasi pembentukan serta menangkap radikal bebas dalam tubuh
sehingga pelepasan mediator nyeri dapat dihambat. Apabila mediator nyeri tidak
terbentuk maka rasa nyeri dapat diatasi.
Senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut
organik tetapi lebih mudah larut dalam air (Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan
Febriyanti, 2014). Flavonoid merupakan senyawa yang sifatnya larut air (Astuti,
2001). Pada penelitian ini digunakan bentuk sediaan dekokta yaitu metode
sederhana yang menggunakan penyari berupa air, sehingga diharapkan lebih
banyak menangkap senyawa-senyawa glikosida yang mempunyai aktivitas
penangkapan radikal bebas. Semakin banyak adanya aktivitas penangkapan
radikal bebas diharapkan dapat menghambat dan mencegah terjadinya nyeri.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wulandari (2010) di mana infusa daun
Macaranga tanarius L. terbukti memiliki efek analgesik pada mencit betina galur
Swiss. Adanya efek analgesik yang dihasilkan oleh infusa daun Macaranga
tanarius L. dalam menghambat nyeri yang diperantarai oleh prostaglandin
memunculkan dugaan apakah dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu
dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss mampu
berperan sebagai analgesik dengan cara menghambat mediator-mediator nyeri.
Dekokta didefinisikan sebagai sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak
sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit (Astuti, 2001). Infusa
didefinisikan sebagai sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit (Depkes RI, 1995). Sediaan
dekokta dipilih pada penelitian karena diharapkan senyawa glikosida dan
flavonoid yang memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas dapat tertarik lebih
banyak dan akhirnya dapat menghambat proses terjadinya nyeri, karena semakin
lama sebuah langkah diharapkan senyawa fitokimia yang dapat terambil semakin
banyak (Chichoke, 2001).
1. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek
analgesik pada mencit betina galur Swiss ?
b. Berapakah besar persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada
mencit betina galur Swiss ?
c. Berapakah besar perubahan persen proteksi analgesik dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada mencit betina galur Swiss ?
d. Apakah ada kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga
tanarius L. dengan penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss terinduksi
asam asetat ?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian terkait Macaranga tanarius L. dan aktivitasnya sebagai
analgesik dipaparkan pada tabel I di bawah berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Penelitian terkait daun Macaranga tanarius L.
Judul Penelitian dan Peneliti Metode Hasil Radical Scavanging
Activities of New Megastigme Glucosides from
Macaranga tanarius (L.) Mull-Arg oleh Matsunami et
al. (2006)
Proses isolasi dengan metode
penyarian ekstrak metanol
Macaranga tanarius L.
Daun Macaranga tanarius L. memiliki senyawa glikosida
macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi
dari fraksi butanol daun Macaranga tanarius L. menunjukkan adanya aktivitas penangkapan
radikal bebas terhadap DPPH Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius L. oleh Phommart, Sutthivaiyakit,
Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005)
Penyarian dengan menggunakan n-
heksan dan ekstrak kloroform
Macaranga tanarius L.
Kandungan nymphaeol dan tanariflavon dari ekstrak n-heksan daun Macaranga
tanarius L. sebagai antioksidan terhadap uji
DPPH serta nympaheol B sebagai agen antiinflamasi
pada uji COX-2 Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L., pada
mencit galur Swiss oleh Wulandari (2010)
Infusa daun Macaranga tanarius L.
Infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek
anelgesik pada mencit betina galur Swiss
Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss
oleh Andini (2010)
Ekstraksi metanol-air daun
Macaranga tanarius L.
Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
mempunyai efek analgesik terhadap mencit betina galur
Swiss. Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) pada Mencit
Betina Terinduksi Karagenin oleh Todingbua (2014)
Topikal ekstrak metanol-air daun
Senu
Topikal ekstrak metanol-air daun Senu (M. tanarius L.
Mull. Arg) pada mencit betina terinduksi karagenin
mempunyai efek antiinflamasi.
Sejauh penelusuran penulis penelitian mengenai uji efek analgesik dekokta
daun Macaranga tanarius L. dengan melihat persen proteksi geliat pada mencit
betina galur Swiss terinduksi asam asetat 1 % belum pernah dilakukan
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, khususnya
dalam bidang kefarmasian terkait pengaruh pemberian dekokta
menggunakan tumbuhan alternatif Macaranga tanarius L. sebagai
analgesik, persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat dekokta
daun Macaranga tanarius L., serta hubungan kekerabatan dekokta daun
Macaranga tanarius L. terhadap penurunan geliat mencit yang terinduksi
asam asetat.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pengaruh pemberian dekokta dengan menggunakan tumbuhan
alternatif Macaranga tanarius L. yang dapat digunakan sebagai analgesik.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga
tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit betina galur Swiss yang
terinduksi asam asetat 1%.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui berapa besar persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga
tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss.
b. Mengetahui perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga
tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga
tanarius L. dengan penurunan geliat pada mencit betina galur Swiss
terinduksi asam asetat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan perasaan yang dipicu oleh sistem saraf. Nyeri dapat
menyakitkan atau membahayakan bagi penderitanya. Penderita mungkin merasa
nyeri di satu daerah tubuh, seperti punggung, perut atau dada atau mungkin
merasa sakit di sekujur tubuh. Nyeri dapat digunakan untuk membantu dalam
mendiagnosis suatu masalah kesehatan (Dugdale, 2009). The International
Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan
kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
kerusakan tersebut. Rasa nyeri merupakan gejala yang sering dirasakan pada
seseorang dengan penyebab dan gejala beraneka ragam, lokasi, kualitas, durasi
rasa nyeri, frekuensi, sifat serta gejala penyertanya (Kasran dan Kusumaratna,
2006).
2. Klasifikasi nyeri
Nyeri pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: nyeri
adaptif dan nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan serta dalam proses bertahan
hidup dengan melindungi organisme dari cedera berkepanjangan dan membantu
proses pemulihan. Sebaliknya, nyeri maladaptif merupakan bentuk patologis dari
sistem saraf (Woolf, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1. Pembagian kualitas nyeri berdasarkan mekanisme nyeri
(Nicholson, 2006).
Pembagian kualitas nyeri berdasarkan mekanisme nyeri dibedakan
menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik (Gambar 1). Nyeri nosiseptif adalah nyeri
yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses
radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri
somatik dibagi lagi atas 2 kualitas nyeri yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam.
Apabila rangsang bertempat dalam kulit maka rasa yang terjadi disebut nyeri
permukaan. Sebaliknya nyeri yang berasal dari otot, persendian, tulang atau dari
jaringan ikat disebut nyeri dalam (Nicholson, 2006).
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya
kerusakan atau disfungsi dari sistem saraf baik perifer atau pusat. Kerusakan saraf
atau rangsangan terus-menerus dapat menyebabkan rangsangan nyeri saraf
autonom dan meningkatkan pelepasan bahan dari syaraf tanduk dorsal yang
progresif. Sindrom nyeri neuropatik seperti nyeri punggung bawah, neuropati
Mekanisme
Nosiseptif
Neuropatik
Somatik
Viseral
Periferal
Pusat
Permukaan
Dalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
diabetik, nyeri akibat kanker, luka pada sumsum tulang belakang (Dipiro, Talbert,
Yee, Matzke, Wells, dan Posey, 2008).
Berdasarkan durasinya, nyeri dapat diklasifikasikan sebagai nyeri akut
(nosiseptif) dan nyeri kronis (neuropatik) (Hartwig dan Wilson, 2006; Sukandar,
Andrajati, Sigit, Adnyana, Setiadi dan Kusnandar, 2009).
1. Nyeri akut :
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri akut
(nosiseptif) merupakan nyeri somatik (sumber nyeri berasal dari kulit, tulang,
sendi, otot atau jaringan penghubung) atau viseral (berasal dari organ dalam
seperti usus besar atau pankreas), yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Nyeri ini
ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi, hipertensi,
hiperhidrosis, pucat. Nyeri akut dihubungkan dengan kerusakan jaringan dan
durasi yang terbatas setelah nosiseptor kembali ke ambang batas stimulus istirahat
(ACPA, 2014).
Nyeri akut dibagi atas: Pertama, nyeri yang muncul pada pasien, dimana
sebelumnya tidak ada nyeri kronik. Pada pasien dengan nyeri akut tipe ini,
pengobatan ditujukan terhadap nyeri dan penyebabnya. Kedua, nyeri yang datang
tiba-tiba pada pasien yang sebelumnya sudah menderita nyeri kronik akan tetapi
nyeri akut tidak berhubungan dengan nyeri kronik. Misalnya: pasien dengan nyeri
kanker yang diderita selama ini, kemudian menderita patah tulang tanpa
berhubungan dengan kankernya, dan mengalami nyeri. Keadaan seperti ini selain
pengobatan untuk nyeri yang lama, perlu ditambahkan analgesik yang sesuai
untuk patah tulang. Ketiga, nyeri akut yang merupakan eksaserbasi nyeri kronik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang selama ini diderita oleh pasien. Misalnya: seorang pasien dengan nyeri
kanker kronik dan mengalami nyeri patah tulang oleh karena memberatnya
penyakit. Oleh karena itu kecemasan sangat mempengaruhi intensitas nyeri.
Untuk kasus seperti ini, terapi ditujukan untuk menurunkan kecemasan yang dapat
berupa dukungan emosional (Levine, 2004).
2. Nyeri kronis :
Nyeri menahun second pain. Rangsangan-rangsangan yang lebih hebat
mengaktivasi nosiseptor polimodal dan mengakibatkan rasa difus, tak
menyenangkan dan rasa terbakar terus menerus yang berlangsung lebih dari
rangsangan nyeri akut dan permulaannya agak lambat. Second pain berhubungan
dengan aspek afektif-motivasional dan terdapat terutama pada waktu nyeri
menahun dan nyeri berasal dari rongga perut (ACPA, 2014). Nyeri kronis
(neuropatik) terjadi akibat dari proses input sensorik yang abnormal oleh sistem
saraf pusat atau perifer, yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih (Sukandar et
al., 2009).
Menurut Asmadi (2008), berdasarkan tempatnya nyeri dibedakan menjadi
empat golongan :
a. Pheriperal pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa.
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
atau pada organ-organ tubuh viseral.
c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-lain.
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious
yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari
perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan korteks cerebri. Apabila telah
terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya, dari
fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat perbaikan
kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga stimulus nonnoksious
atau noksious ringan yang mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan
nyeri. Sebagai akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau gerakan
pada bagian yang cidera tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan
meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut. Respon inflamasi berlebihan atau
kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan. Tujuan terapi adalah
menormalkan sensitivitas nyeri (Woolf, 2004).
Mediator nyeri yang kini juga disebut autacoida, terdiri dari histamin,
serotonin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin. Bradikinin adalah polipeptida
yang dibentuk dari protein plasma. Struktur prostaglandin mirip dengan asam
lemak dan terbentuk dari asam arakhidonat. Zat-zat ini meningkatkan kepekaan
ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator
lainnya (Tjay dan Rahardja, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Mekanisme Nyeri
Menurut Timby (2009), mekanisme terjadinya nyeri terdiri dari empat
tahap : transduksi, transmisi, persepsi nyeri, dan modulasi.
a. Transduksi, adalah perubahan rangsangan nyeri (noxious stimuli) menjadi
aktivitas listrik pada ujung-ujung saraf sensoris. Sensasi nyeri dimulai dengan
pembebasan reseptor nyeri akibat rangsangan mekanis, panas dan kimia.
Adanya rangsangan tersebut menyebabkan lepasnya prostaglandin, serotonin,
bradikinin, leukotrien, substansi P, histamin, potassium yang akan
mengaktifkan reseptor-reseptor nyeri. Reseptor nyeri merupakan anyaman
ujung-ujung bebas serat-serta afferent A-delta dan C, yaitu serat-serat saraf
sensorik yang mempunyai fungsi meneruskan sensorik nyeri dari perifer ke
sentral di sistem saraf pusat. Interaksi antara zat analgesik dengan reseptor
nyeri menyebabkan terbentuknya impuls nyeri. Transduksi adalah proses dari
stimulasi dikonversi menjadi bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses
transduksi dimulai ketika nosiseptor teraktivasi. Aktivasi nosiseptor
merupakan bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan
jaringan.
b. Transmisi, adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa
impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan
saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke diameter
sedang, serta yang berdiameter besar. Saraf aferan akan berakson pada dorsal
horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
contralateral spinothalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju
cortex serebral.
c. Modulasi, proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Impuls
nyeri ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls
nyeri ke bagian lain dari sistem saraf, seperti bagian cortex. Selanjutnya
impuls nyeri akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang
belakang untuk memodulasi efektor.
Tempat kontak lain yang penting dari serabut nyeri adalah thalamus
opticus, dimana impuls akan diteruskan ke sistem limbik, yang terutama
terlibat pada penilaian emosional nyeri. Oleh otak besar dan otak kecil
bersama-sama dilakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang
terkoordinasi. Apabila sistem neospinotalamikus pada tingkat thalamus gagal
menghambat atau menekan aferen paleospinotalamikus, maka dapat terjadi
menghantarkan transmisi rangsang nyeri (DiPiro et al., 2008).
d. Persepsi, adalah proses yang subyektif. Persepsi nyeri sebagai titik utama
transmisi impuls nyeri. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan
proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi
pengenalan dan mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan
perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman
nyeri tersebut.
Prostaglandin merupakan suatu senyawa dalam tubuh yang berperan
sebagai mediator nyeri dan radang atau inflamasi. Proses biosintesis prostaglandin
sampai menimbulkan nyeri dapat dilihat dalam gambar 2. Prostaglandin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dilepaskan ke peredaran darah dengan cepat saat terjadi kerusakan jaringan.
Adanya gangguan pada membran sel ini akan menghasilkan fosfolipid, dengan
bantuan enzim fosfolipase akan disintesis menjadi asam arakhidonat. Asam
arakhidonat akan menghasilkan leukotrien, prostasiklin, tromboksan dan
prostaglandin sebagai mediator nyeri yang difasilitasi oleh enzim lipooksigenase
dan siklooksigenase (Wilmana dan Gan, 2007). Prostaglandin terlibat pada
terjadinya nyeri yang berlangsung lama, proses peradangan dan timbulnya demam
(Tjay dan Rahardja, 2007).
Trauma/luka pada sel
Gangguan pada membran sel
Fosfolipid
Asam Arakhidonat
Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2/PGH
Leukotrien PGE2, PGF2, PGD2, Prostasiklin
Tromboksan A2
Gambar 2. Proses biosintesis prostaglandin (Wilmana dan Gan, 2007).
Enzim Fosfolipase
Enzim Lipooksigenase Enzim Siklooksigenase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan
jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Di sini senyawa tubuh sendiri
dibebaskan dari sel-sel yang rusak yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang
menimbulkan reaksi inflamasi yang diteruskan sebagai sinyal ke otak. Sinyal
nyeri dalam bentuk impuls listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf nosiseptor
tidak bermielin (serabut C dan δ) yang bersinaps dengan neuron di kornu dorsalis
medulla spinalis. Sinyal kemudian diteruskan melalui traktus spinotalamikus di
otak, dimana nyeri dipersepsi, dilokalisir, dan diintepretasikan (Brookoff, 2005).
C. Asam Asetat
Nama asam asetat berasal dari kata Latin asetum, “vinegar”. Bentuk
murni dari asam asetat ialah asam asetat glasial. Asam asetat glasial memiliki ciri-
ciri tidak berwarna, mudah terbakar dengan bau pedas menggigit, dapat
bercampur dengan air dan pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam
asetat glasial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Penggunaan asam asetat sebagai penginduksi inflamasi dan nyeri telah
lama digunakan untuk mengevaluasi agen baru yang bersifat analgesik dan anti-
inflamasi. Injeksi peritonial asam asetat memproduksi peradangan peritoneum
yang terkait dengan peningkatan prostaglandin, dan dengan demikian akan
meningkatkan permeabilitas kapiler yang diperkirakan akan berkonstribusi dengan
peningkatan inflamasi. Selain itu, secara tidak langsung juga untuk
mengemukakan rasa sakit yang terkait dalam pengujian melalui stimulasi neuron
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nociceptive perifer oleh mediator endo
dan prostaglandin (Khalid,
Pemilihan asam asetat sebagai induksi nyeri, karena nyeri yang dihasilkan
berasal dari reaksi inflamasi akut lokal yaitu pelepasan asam arakidonat dari
jaringan fosfolipid melalui jalur siklooksigenase da
terutama prostaglandin E
peritoneal. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat
menghambat geliat pada mencit yang memiliki efek analgesik cenderung
menghambat di sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan Khan, 2012).
Pada pengujian efek analgesik, asam asetat
merusak jaringan secara lokal. Setelah pembe
asetat merubah pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H
yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan
melepaskan asam arakhidonat yang akan membentuk prostaglandin dan
menimbulkan nyeri (Wilmana dan Gan, 2007).
Gambar 3
oleh mediator endogen seperti serotonin, histamin, bradik
dan prostaglandin (Khalid, Shaik, Israf, Hashim, Rejab, Shaberi et al., 2009).
Pemilihan asam asetat sebagai induksi nyeri, karena nyeri yang dihasilkan
berasal dari reaksi inflamasi akut lokal yaitu pelepasan asam arakidonat dari
jaringan fosfolipid melalui jalur siklooksigenase dan menghasilkan prostaglandin,
terutama prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin F2α (PGF2α) di dalam cairan
peritoneal. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat
menghambat geliat pada mencit yang memiliki efek analgesik cenderung
menghambat di sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan Khan, 2012).
Pada pengujian efek analgesik, asam asetat bekerja sebagai iritan yang
merusak jaringan secara lokal. Setelah pemberian secara intraperitonial, asam
asetat merubah pH di dalam rongga perut akibat pelepasan ion H+ dari asam asetat
yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan
melepaskan asam arakhidonat yang akan membentuk prostaglandin dan
nimbulkan nyeri (Wilmana dan Gan, 2007).
D. Asetosal
Gambar 3. Struktur Asetosal (Depkes RI, 1995).
17
, bradikinin,
, 2009).
Pemilihan asam asetat sebagai induksi nyeri, karena nyeri yang dihasilkan
berasal dari reaksi inflamasi akut lokal yaitu pelepasan asam arakidonat dari
n menghasilkan prostaglandin,
) di dalam cairan
peritoneal. Prostaglandin tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat
menghambat geliat pada mencit yang memiliki efek analgesik cenderung
menghambat di sintesis prostaglandin (Muhammad, Saeed, dan Khan, 2012).
bekerja sebagai iritan yang
rian secara intraperitonial, asam
dari asam asetat
yang menyebabkan luka pada membran sel. Fosfolipid dari membran sel akan
melepaskan asam arakhidonat yang akan membentuk prostaglandin dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) (Gambar 3) adalah obat
golongan salisilat yang paling sering digunakan karena mempunyai sifat
analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (Chyka, Erdman, Christianson, Wax,
Booze, dan Manoguerra, 2007). Indikasi asetosal adalah sebagai pereda nyeri,
sakit kepala, nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi, nyeri
ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenorea (Dinkes,
2010). Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis
menjadi asam salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai
dalam 1-2 jam. Kecepatan absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada
tidaknya makanan dalam lambung, tingkat keasaman lambung, dan faktor fisilogi
lainnya (Coulter, 2003). Onset analgesik asetosal adalah 0,5 jam dengan durasi
analgesiknya 3-6 jam (Baumann, 2005).
Aspirin efektif mengurangi nyeri ringan sampai sedang akut. Obat ini
mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP
atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Obat ini banyak
diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka-ragam,
misalnya nyeri kepala, gigi, otot, perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Aspirin menghambat pada awal jalur asam arakidonat, tepatnya pada
langkah siklooksigenase. Zat kimia ini bersifat kompetitif inhibitor, di mana
aspirin akan bersaing dengan asam arakidonat dan siklooksigenase untuk
melalukan pengikatan. Jika enzim sibuk bekerja dengan NSAID tersebut maka
enzim tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik akibatnya pembentukan asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
arakidonat terhenti, otomatis mediator nyeri seperti prostaglandin E2 (PGE2)
sintesisnya dapat diturunkan, di mana PGE2 diduga mensensitisasi ujung saraf
terhadap efek bradikinin, histamin dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan
secara lokal oleh proses inflamasi. Adanya penurunan sintesis PGE2 tersebut dapat
menekan sensasi rasa sakit (Kimbrough, 2004).
Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuan
menghambat siklooksigenase yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat
menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan tromboksan A2. Aspirin hanya
bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga
tidak menghambat pembentukan leukotrien (Roy, 2007).
E. Analgesik
Analgesik adalah obat atau senyawa yang bekerja untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Mekanisme kerja
analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada SSP
yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, sehingga mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit yang dapat merangsang rasa
sakit secara mekanik maupun kimiawi. Berdasarkan potensi kerjanya analgesik
dibagi menjadi analgesik opioid dan analgesik non opioid (Siswandono dan
Soekarjdo, 2000).
Secara garis besar penggolongan analgesik dibagi atas dua golongan yaitu
analgesik nonopioid dan analgesik opioid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Analgesik Nonopioid
Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan analgesik nonopioid yang mampu meredakan atau menghilangkan rasa
nyeri yang tidak menyebabkan adiksi. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok
obat yang heterogen secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini memiliki
banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Contoh obat golongan
ini adalah aspirin (Wilmana dan Gan, 2007).
Klasifikasi AINS berdasarkan selektivitasnya terhadap siklooksigenase
(COX), dapat dilihat pada gambar 4 :
Gambar 4. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (Obat
AINS)( Wilmana dan Gan, 2007).
AINS
AINS COX
nonselektif
AINS COX-2 preferential
AINS COX-2
selektif
‐ Aspirin
‐ Indometasin
‐ Piroksikam
‐ Ibuprofen
‐ Naproksen
‐ Asam mefenamat
‐ Nimesulid
‐ Meloksikam
‐ Nabumeton
‐ Diklofenak
‐ Etodolak
Generasi I : ‐ Selekoksib
‐ Rofekoksib
‐ Parekoksib
‐ Eteroksib
Generasi II :
- Lumirakoksib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Asam asetilsalisilat (Aspirin atau asetosal), dan obat antiinflamasi
nonsteroid (AINS) lainnya merupakan obat analgesik nonopioid yang digunakan
untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang (Baumann, 2005).
b. Analgesik Opioid
Kelompok obat yang memiliki sifat analgesik dan seperti opium disebut
analgesik opioid. Opium berasal dari getah muda Papaver smniferum L.
mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan
papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri, tetapi dapat menimbulkan adiksi, Selain itu juga
memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Golongan opioid
meliputi alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik
dengan sifat farmakologi menyerupai opium (Dewoto, 2007).
Reseptor opioid terdistribusi luas dalam sistem saraf dan sudah
diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama, yaitu resptor µ, δ, κ. Reseptor µ
mempunyai konsentrasi yang paling tinggi dalam daerah otak yang terlibat dalam
antinosiseptif dan merupakan reseptor yang berinteraksi dengan sebagian besar
analgesik opioid untuk menghasilkan analgesia. Reseptor µ memperantarai efek
analgesik mirip morfin, yaitu euforia, depresi nafas, miosis, berkurangnya
motilitas saluran cerna (Neal, 2005; Dewoto, 2007).
Pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan dua metode yaitu induksi
nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik. Daya kerja analgesik dinilai
pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus
diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
stimulus nyeri (Sirait, Hargono, Wattimena, Husin, Sumadilaga, dan Santoso,
2007).
Berikut beberapa kriteria atau sifat farmakokinetika untuk memperoleh
efek analgesik yang optimal dari suatu obat :
1. Diabsorpsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut.
2. Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang
tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping.
3..Eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah
terjadinya penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal dan hepar
(Soelistiono, 2002 cit Hidayat, 2010).
F. Metode Uji Analgesik
Pengujian aktivitas analgesik suatu bahan uji pada induksi nyeri cara
kimiawi yang responnya berupa geliat harus ditentukan daya analgesiknya. Daya
analgesik merupakan perbandingan antara jumlah geliat rata-rata kelompok
perlakuan dengan jumlah geliat rata-rata kelompok kontrol. Daya analgesik untuk
mengetahui besarnya kemampuan bahan uji tersebut dalam mengurangi rasa nyeri
kelompok kontrol. Daya analgesik dapat dijadikan dasar untuk perhitungan
efektifitas analgesik yang dibandingkan dengan pembanding analgesik untuk
mengetahui keefektifan bahan uji yang diduga berfungsi sebagai analgesik
(Kardoko dan Eleison, 1999; Pudjiastuti, Dzulkarnain, dan Nuratmi, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pengujian aktivitas analgesik menjadi dua, yaitu golongan analgetika
narkotika dan golongan analgetika non narkotika. Berikut di bawah ini penguraian
dari masing-masing metode.
1. Gologan analgetika narkotika
Yang dimaksud anlgetika narkotika adalah analgetika dengan mekanisme
kerja sentral. Berikut ini metode penapisan aktivitas analgesik untuk analgetika
narkotika.
a. Metode jentikan ekor. Pengujian analgesik metode ini menggunakan ekor
mencit atau tikus yang dicukur dan dilapisi dengan cat penyerap panas berwarna
hitam. Hewan uji ditempatkan pada balok dengan lampu inframerah yang panas
sehingga ekor dapat menerima panas secara maksimum. Jarak antara waktu
sebelum hewan uji menjentikkan ekornya untuk keluar dari balok inframerah
dicatat. Prosedur pengujian diulangi dengan menggunakan hewan uji yang sudah
diberi dosis agen analgesik yang diteliti dan perpanjangan waktu selama ekor
hewan uji masih berada pada balok yang panas (Cannon, 2007).
b. Metode rangsang panas. Pengujian analgesik metode ini memanfaatkan
seperangkat alat laboratorium yang berupa lempeng panas dengan suhu yang telah
ditentukan. Hewan uji diletakkan pada lempeng panas dan jarak waktu sebelum
hewan uji ini menunjukkan tanda ketidaknyamanan dicatat. Prosedur uji ini
diulang dengan menggunakan hewan uji yang telah diberi dosis agen analgesik,
kemudian diamati jarak waktu selama hewan uji masih dapat tinggal pada
lempeng panas sebelum menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Kurva antara dosis
dan respon dibuat dan dilakukan analisis secara statistik (Cannon, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Golongan analgetika non narkotika
Pada analgetika non narkotika mekanisme kerjanya secara perifer. Metode
penapisan analgesik untuk analgetika non narkotika sebagai berikut.
a. Metode rangsang kimia. Pada pengujian efek analgesik metode ini rasa nyeri
yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh senyawa kimia
yaitu asam asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal (i.p.).
Senyawa pembanding yang biasanya digunakan untuk uji proteksi nyeri analgesik
jenis ini adalah asetosal, parasetamol, dan sebagainya. Hewan uji mencit yang
lebih sering digunakan adalah mencit betina karena mencit betina lebih peka
terhadap rangsang dari pada mencit jantan. Respon mencit yang biasa diamati
adalah lompatan dan kontraksi perut dengan disertai tarikan kaki kea rah belakang
berupa rentangan yang disebut geliat (Turner, 1965).
Menurut Vogel (2002), yang dimaksud metode rangsang kimia yaitu rasa
nyeri yang timbul akibat dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang
diinjeksikan secara intraperitonial pada hewan uji. Beberapa zat yang sering
digunakan untuk menimbulkan rasa nyeri dalam metode ini yaitu asam asetat dan
fenil kuionon. Metode ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa
analgetika yang mempunyai daya analgesik lemah. Selain metode ini cukup peka,
metode rangsang kimia lebih sederhana, reprodusibel, dan hasilnya spesifik.
b. Metode pedolometer. Pengujian efek analgesik dengan metode ini
menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya daya analgesik. Alas
kandang tikus berasal dari kepingan metal yang bisa mengalirkan listrik. Tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ditempatkan pada kandang tersebut kemudian diberikan aliran listrik. Respon
positif ditandai dengan teriakan mencicit dari tikus tersebut (Turner, 1965).
Pemberian analgesik akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama
sekali. Reaksi mencit yang dapat ditimbulkan seperti menjilat kaki depan, kaki
belakang lalu meloncat, menarik satu atau kedua kaki ke belakang. Selang waktu
antara pemberian stimulus nyeri dengan terjadinya respon disebut waktu reaksi.
Waktu reaksi ini dapat dipengaruhi oleh obat-obat analgesik. Proses
berlangsungnya waktu reaksi selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam
mengevaluasi aktivitas analgesik (Vogel, 2002).
Efek proteksi ditujukan karena nyeri yang terjadi pada mencit adalah nyeri
viseral dimana penghantaran nyeri lebih lambat dan terjadi secara
berkesinambungan, sehingga metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
metode writhing test yaitu dengan melihat adanya efek proteksi terhadap rasa sakit
akibat pemberian asam asetat secara intra peritoneal pada mencit percobaan
(Somchit, Shukriyah, Bustamam, dan Zuraini, 2005).
Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat :
% proteksi geliat = ( 100 -[( P/K ) x 100 ])%
P : Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi perlakuan K : Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol negatif
(Turner, 1965). Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan perubahan persen proteksi
geliat dengan menggunakan rumus :
Perubahan % proteksi geliat = [ (A-B) / B ] x 100
A = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif
(Pudjiastuti dkk., 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus
Musculus) karena mudah diperoleh, relatif murah, mempunyai sistem syaraf yang
mirip dengan syaraf manusia dan sering digunakan untuk uji analgesik suatu
senyawa (Thompson, 1990).
G. Dekokta
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak sediaan
herbal dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit. Dekokta dapat dibuat dengan
mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu
90˚C sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, dan
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekokta
yang dikehendaki (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010).
H. Macaranga tanarius L.
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Maginoliophyta
Kelas : Maginoliospida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Acalyphoides
Bangsa : Acalypheae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Sub Bangsa : Macaranginae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius (L.) M.A.
(Magadula, 2014).
2. Nama lain
Tanaman Macaranga tanarius L. mempunyai nama lain, seperti mahang
putih, incong, kundoh, sekubin air, tampu, tampu hutan, tampu putih (Ong, 2008).
3. Morfologi
Macaranga tanarius L. merupakan pokok kecil atau sederhana besar
dengan ketinggian pohon hingga 24 m. Daun dengan tangkai ranting, dan bagian
permukaan bawah daun berkeadaan licin tetapi permukaan atas daun mempunyai
bulu halus, lamina daun pada pokok kecil hingga 35 cm panjang, tangkai dan urat
daun biasanya berwarna merah jambu, lamina daun pada pokok matang 7,5-23 cm
panjang, ukuran lebarnya hampir sama, daun berwarna hijau muda dan
berkeadaan lembut apabila disentuh, tangkai daun 5-20 panjang. Bunga dengan
karangan bunga sepanjang 10-20 cm, warna hjau pucat, dihasilkan pada ketiak
daun. Karangan bunga jantan banyak bercabang, karangan bunga betina tidak ada
atau sedikit cabang. Buah mempunyai bulu kasar yang lembut dan serbuk yang
mekit berwarna kuning, dengan panjang 0,6-1,2 cm dan lebar 1,2 cm (Ong, 2008).
4. Manfaat tanaman
Daun Macaranga tanarius L. kaya akan tannin yang digunakan sebagai
obat di masyarakat seperti diare, luka dan juga antiseptik (Lin, Nonaka, dan
Nishioka, 1990). Dekokta akar Macaranga tanarius L. digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
antipiretik dan antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai agen emetik,
sementara pada daunnya digunakan sebagai agen anti-inflamasi untuk penutup
luka yang mencegah terjadinya inflamasi. Negara Cina menggunakan Macaranga
tanarius L. sebagai produk minuman kesehatan (Lin, Lim, dan Yule, 2009).
Secara tradisional Macaranga tanarius L. digunakan untuk fermentasi pada tempe
dan pakan hewan (Putri dan Kawabata, 2010).
5. Kandungan kimia
Menurut Phommart et al. (2005) kandungan Macaranga tanarius L. antara
lain tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D bersama dengan 7
kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C,
tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol
dan annuionon). Isolat tersebut telah dievaluasi untuk diketahui kegiatan
biologisnya dan dihasilkan aktivitas penghambatan terhadap sistem
siklooksigenase (COX-2). Kandungan kimia daun Macaranga tanarius L. yang
lain macarangioside A-D, mallophenol B, lauroside D, methyl brevifolin
carboxylate, hyperin dan isoquercitrin (Matsunami et al., 2006). Penelitian
terbaru Matsunami et al., (2009) melaporkan keberadaan lignan glukosida,
pinoresinol, dan megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F,
bersama dengan 15 komponen lain yang telah diketahui dilaporkan terdapat pada
daun Macaranga tanarius L. (Gambar 5). Uji kimia tannin dalam daun
Macaranga tanarius L. dilaporkan mengandung 7 hydrolyzable tannin (Lin,
Nonaka dan Nishioka, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Nymphaeol-A Nymphaeol-B
Macarangioside A Macarangioside B Macarangioside C
Macarangioside D Macarangioside E Macarangioside F
Tanariflavanon C Tanariflavanon D Nymphaeol-C
Gambar 5. Struktur senyawa dalam tanaman Macaranga tanarius L. (Phommart
et al., 2005) dan (Matsunamai et al., 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
I. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada lintasan paling luar. Radikal bebas memiliki sifat
yang reaktif sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein,
lipid dan DNA (Harjanto, 2004). Dalam keadaan normal radikal bebas yang
diproduksi di dalam tubuh tidak berbahaya dan penting untuk fungsi biologis seperti
pengaturan pertumbuhan sel. Namun ketika diproduksi dalam jumlah yang berlebihan
oleh sel, radikal bebas dapat menjadi berbahaya karena saat masuk ke dalam tubuh
radikal bebas ini akan mencari pasangan elektron lain dengan mengambil elektron
dari sel tubuh sehingga membentuk reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas
baru (Zainal, 2002).
Radikal bebas yang terbentuk dari dalam tubuh (endogen) terbentuk dari
sisa proses metabolisme (proses pembakaran) protein, karbohodrat, dan lemak
pada mitokondria, proses inflamasi atau peradangan, reaksi antara logam transisi
dalam tubuh. Sumber dari luar tubuh (eksogen) dapat berasal dari asap rokok,
populasi lingkungan, radiasi, obat-obatan, pestisida, anestetik, limbah industri,
ozon, serta sinar ultraviolet (Langseth, 2000).
Reaksi pembentukan radikal bebas dapat terjadi melalui tiga tahapan
reaksi (Winarsi, 2007).
1. Tahap inisiasi, merupakan tahapan awal yang menyebabkan terbentuknya
radikal bebas.
2. Tahapan propagasi, merupakan tahapan pemanjangan rantai radikal bebas yang
membuat radikal bebas cenderung bertambah banyak melalui reaksi rantai
dengan molekul lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Tahapan terminasi, merupakan proses terjadinya reaksi radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan penangkap radikal. Reaksi
ini mengubah radikal bebas menjadi radikal bebas stabil dan tidak reaktif yang
menyebabkan propagasinya rendah sehingga tidak ada radikal bebas baru yang
terbentuk dalam tahapan ini dan rantai menjadi putus.
Radikal bebas diduga merupakan penyebab kerusakan sel yang mendasari
timbulnya berbagai macam penyakit, seperti kanker, jantung koroner, rematik
artritis, penyakit respiratorik, katarak, penyakit hati, serta berperan utama pada
proses penuaan dini. Radikal bebas terbentuk dalam tubuh sebagai produk
samping proses metabolisme, selain itu juga dapat berasal dari luar tubuh yang
terserap melalui pernafasan atau kulit (Bast, Haenen, and Doelman, 1991).
Proses penangkapan radikal bebas ini melalui mekanisme pengambilan
atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas
menangkap satu elektron dari antioksidan. Radikal bebas sintetik yang digunakan
adalah DPPH. Senyawa DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui
pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan
pasangan elektron (Pokorny, Yanishlieva, Gordon, 2001).
J. Skrining Fitokimia
Fitokimia adalah senyawa aktif kimia pada tanaman atau merupakan unsur
pokok dalam tanaman. Fitokimia terdiri dari senyawa metabolit primer dan
sekunder. Unsur pokok pada tanaman terdiri dari dua, metabolit primer dan
sekunder. Metabolit primer pada tanaman seperti protein, karbohidrat dan lemak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pada tanaman, sedangkan metabolit sekunder adalah turunan dari metabolit
primer. Metabolit sekunder antara lain fenol, flavonoid, saponin, terpenoid,
steroid, tannin, plobatamin, kumarin, dan alkaloid merupakan bioaktif pada
tanaman (Lenny, 2006). Unsur pokok pada tanaman yang biasa diuji adalah
senyawa alkaloid, tannin, saponin, flavonoid dan fenolik (Edeoga, Okwu, dan
Mbaebre, 2005).
K. Landasan Teori
Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, di mana biasanya
dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit. Mekanisme terjadinya nyeri terdiri
dari empat tahap : transduksi, transmisi, persepsi nyeri, dan modulasi (Timby,
2009). Penanganan nyeri dapat diatasi dengan obat analgesik. Analgesik
merupakan zat-zat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran (Siswandono dan Soekarjdo, 2000).
Pemakaian tanaman sebagai obat bila digunakan secara benar dan tepat
akan memberikan manfaat bagi pemakainya. Telah dilaporkan bahwa daun
Macaranga tanarius L. kaya akan tannin yang digunakan sebagai obat di
masyarakat seperti diare, luka dan juga antiseptik. Dekokta akar Macaranga
tanarius L. digunakan sebagai antipiretik dan antitusif (Lin, Nonaka, dan
Nishioka, 1990).
Matsunami et al., (2006, 2009) melaporkan bahwa Macaranga tanarius L.
memiliki kandungan senyawa macarangiosida A-C dan malofenol B, yang
menunjukkan adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Tjay dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Rahardja (2007) menyatakan bahwa, bila radikal bebas tersebut dapat ditangkap
maka kemungkinan proses perubahan asam arakidonat menjadi endoperoksida
dan asam hidroksiperoksida melalui jalur sikloksigenase dan lipooksigenase juga
akan terhambat sehingga mediator-mediator nyeri tidak terbentuk dan nyeri tidak
terjadi.
Pengujian efek analgesik menggunakan metode rangsang kimia digunakan
sebagai skrining awal untuk penapisan farmakologi. Pemberian dekokta
Macaranga tanarius L. diharapkan dapat memberikan efek analgesik (anti nyeri)
dengan cara menghambat pelepasan mediator-mediator nyeri. Melalui penelitian
ini akan diketahui apakah pemberian dekokta Macaranga tanarius L. dapat
mengurangi jumlah geliat mencit setelah pemberian perlakuan terhadap induksi
asam asetat sebagai iritan yang dapat merusak jaringan secara lokal.
Senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut
organik tetapi lebih mudah larut dalam air (Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan
Febriyanti, 2014). Flavonoid merupakan senyawa yang sifatnya larut air (Astuti,
2001). Bentuk sediaan dekokta dipilih karena menggunakan penyari berupa air,
sehingga diharapkan lebih banyak menangkap senyawa-senyawa glikosida yang
mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas di mana radikal bebas memegang
peranan dalam timbulnya nyeri (Tjay dan Rahadja, 2007). Semakin banyak
adanya aktivitas penangkapan radikal bebas diharapkan dapat memberi efek
dalam menghambat dan mencegah terjadinya nyeri.
Penelitian oleh Wulandari (2009) membuktikan infusa daun Macaranga
tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit betina galur Swiss, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan melakukan uji efek analgesik dengan
metode penyarian yang berbeda yaitu dekokta. Kemiripan antara metode infusa
dengan dekokta, yaitu sama-sama menggunakan sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90˚C.
Perbedaan antara metode infusa dengan dekokta, yaitu pada lama waktu
perebusan. Infusa hanya membutuhkan pemanasan selama 15 menit, sedangkan
dekokta membutuhkan pemanasan selama 30 menit. Metode dekokta dipilih
dalam penelitian karena diharapkan dapat menarik dan mengambil lebih banyak
senyawa glikosida dan flavonoid yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal
bebas sehingga dapat menghambat proses nyeri. Semakin lama sebuah langkah,
diharapkan senyawa fitokimia yang dapat terambil semakin banyak (Chichoke,
2001). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode dekokta yang
memiliki waktu perebusan yang lebih lama untuk mengetahui seberapa besar efek
analgesik dengan metode dekokta di mana proses pembuatannya mudah,
sederhana dan sering dilakukan di lingkungan masyarakat.
L. Hipotesis
Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. yang diberikan pada mencit
betina galur Swiss terinduksi asam asetat 1% mampu memberikan efek enalgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah.
Eksperimental murni merupakan penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara member perlakuan
pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan (Wasis, 2008).
Rancangan acak lengkap merupakan teknik random sampling. Teknik ini
merupakan cara yang terbaik dalam menetapkan sampel yang representatif. Dalam
teknik ini semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk
menjadi untuk menjadi sampel (Wasis, 2008). Yang dimaksud pola searah yaitu
variabel bebas yang diberikan hanya satu, melihat pengaruh pemberian dosis
dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas analgesik.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini adalah dosis dekokta daun
Macaranga tanarius L.
b. Variabel tergantung. Jumlah geliat pada mencit betina galur Swiss
terinduksi asam asetat 1% yang dihitung sebagai persen proteksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah :
1. Galur, berat badan, dan umur dari hewan uji. Hewan uji yang
digunakan adalah mencit betina galur Swiss dengan berat badan 20-30
gram, dan berumur 2-3 bulan.
2. Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanrius L., yang
berasal dari lingkungan Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
3. Waktu pemanenan daun Macaranga tanrius L. dilakukan pada jam 7-
10 pagi hari.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam
penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hewan uji yang digunakan,
kemampuan tubuh hewan uji untuk mengabsorpsi sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L.
3. Definisi operasional
a. Daun Macaranga tanarius L. Merupakan daun yang diperoleh dari
tumbuhan Macaranga tanarius L. Daun yang digunakan untuk penelitian
yaitu daun yang segar, berwarna hijau serta tidak berlubang. Daun
diperoleh dari dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
b. Sediaan Dekokta. Dekokta yang dibuat dari serbuk kering daun Macaranga
tanarius L. didapatkan dengan cara menginfudasi sebanyak 10 gram serbuk
kering daun Macaranga tanarius L. dan dimasukkan 20 mL aquadest ke
dalam panci dekokta sebagai pembasah, kemudian ditambahkan aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sampai 100 mL. Dipanaskan pada suhu 90oC selama 30 menit sambil
diaduk setiap 5 menit sekali dan diserkai selagi panas, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. yang dikehendaki yaitu 100,0 mL.
c. Efek Analgesik. Didefinisikan sebagai kemampuan sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L., pada dosis tertentu terhadap penurunan geliat pada
mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat sebagai penginduksi
nyeri.
d. Dosis Dekokta. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan konsentrasi yang dapat dibuat yaitu 10%
dengan berat badan mencit tertinggi 30 gram dan volume maksimal
pemberian yaitu 1 mL.
e. Persen Proteksi. Persen proteksi geliat adalah seratus dikurangi jumlah
kumulatif geliat kelompok perlakuan dibagi rata-rata jumlah kumulatif
geliat kelompok kontrol dikali 100 persen.
f. Kriteria Geliat Mencit. Kriteria geliat mencit yang dihitung adalah mencit
melakukan gerakan menggeliat dengan menarik satu atau kedua kaki ke
belakang serta perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh
mencit terlihat memanjang. Geliat diamati setiap 5 menit selama 1 jam.
g. Rangsang Kimia. Metode induksi secara rangsang kimia adalah metode
yang digunakan untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji
dengan cara memberi rangsang nyeri dengan pemberian asam asetat 1%
yang diberikan secara intraperitoneal pada selang waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Daun Macaranga tanarius L.diperoleh dari lingkungan Paingan,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
b. Hewan uji yang digunakan berupa mencit betina galur Swiss dengan umur
2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboraturium
Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bahan kimia
a. Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium
Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
b. Asetosal diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
c. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
d. Carboxymethylcellulose-natrrium atau CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co.,
Ltd), untuk pembuatan suspensi asetosal 1% sebagai obat analgesik
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
e. Ketamin untuk melakukan euthanasia pada mencit setelah melakukan
penelitian diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Alat-alat yang digunakan antara lain adalah oven (Memmert), mesin
penyerbuk (Retsch), dan ayakan nomor 40.
2. Alat induksi nyeri
Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pipet
tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik Mettler
Toledo®, stopwatch, spuit, needle, dan kotak kaca tempat pengamatan geliat.
3. Alat pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Seperangkat alat gelas beaker glass, corong gelas, gelas ukur, labu ukur,
pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik
Mettler Toledo®, stopwatch, spuit, panci dekokta, heater, statif dan
termometer.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi serbuk daun Macaranga tanarius L.
Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. dilakukan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bertempat di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia. Determinasi dilakukan mengacu pada buku acuan
(Steenis et al., 1992) dan membandingkan dengan koleksi referensi yang
terdapat di Laboratorium Botani Farmasi.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
segar berwarna hijau, tidak berlubang dan dipanen pada bulan April 2015.
Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.
Daun Macaranga tanarius L. yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air
mengalir, kemudian ditiriskan untuk meniadakan air pada daun. Selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 45˚C - 50oC selama 24 jam. Setelah daun
kering, daun diserbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan nomor 40.
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Tujuan dari penetapan kadar air dari serbuk kering daun Macaranga
tanarius L., yaitu untuk mengetahui serbuk yang digunakan telah memenuhi
persyaratan serbuk yang baik yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Penetapan kadar air dilakukan dengan
Metode Gravimetri, dimulai dengan penimbangan kurs kosong (bobot A).
Sampel ditimbang secara homogen, ke dalam kurs porselen (bobot B),
dilanjutkan dengan pemanasan di dalam oven pada suhu 1050C selama ± 3 jam
hingga berat konstan. Apabila belum tercapai berat konstan kembali
dipanaskan hingga air berhasil diuapkan dalam sampel. Berat konstan akan
diperoleh jika semua kadar air telah menguap. Sampel selanjutnya dimasukkan
ke dalam eksikator, kemudian ditimbang kembali (bobot C). Berikut cara
menghitung kadar air dengan rumus:
(A + B) − C
Bx100% = Kadarair
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
5. Pembuatan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram
dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest
sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL.
Campuran ini dipanaskan di atas penangas air kemudian diukur dengan
bantuan termometer dengan target suhu campuran mencapai 90oC. Setelah
mencapai suhu 90oC dilanjutkan pemanasan kembali selama 30 menit dengan
diaduk setiap 5 menit sekali, selama proses berlangsung suhu dijaga konstan.
Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain
flanel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume dekokta daun Macaranga tanarius L. yang diinginkan yaitu
sediaan dekokta yang ditampung dalam labu ukur berukuran 100 mL labu
ukur (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010). Aquadest digunakan
sebagai pelarut karena Macaranga tanarius L. mengandung flavonoid. Di
mana flavonoid merupakan hasil metabolisme sekunder polifenol yang
sifatnya larut air (Salah, Miller, Pangauga, Bolwell, Rice, and Evans, 1995).
Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat
dosis untuk mengetahui persen proteksi analgesik pada mencit betina galur
Swiss.
6. Pembuatan larutan asam asetat 1% v/v.
Larutan asam asetat 1% dibuat dari larutan asam asetat glacial 100% v/v
dengan menggunakan rumus V1C1=V2C2, sebanyak 0,250 mL asam asetat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
glasial 100% diambil dan dilarutkan dengan menggunakan aquadest pada
labu ukur 25 mL.
7. Pembuatan larutan CMC Na 1%.
Larutan CMC Na 1% didapatkan dengan cara menimbang sebanyak 1,0
gram serbuk CMC Na yang kemudian ditaburkan sedikit demi sedikit secara
merata pada beaker glass yang berisikan aquadest panas secukupnya sambil
diaduk hingga mengembang. Larutan yang sudah terbentuk dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL add aquadest kemudian digojog.
8. Pembuatan suspensi asetosal 1 % dalam CMC Na 1%
Suspensi asetosal 1 % dibuat dengan mensuspensikan 250,0 mg asetosal
dalam CMC Na 1 % sampai 25,0 mL.
9. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1% v/v
Selang waktu pemberian asam asetat merupakan jeda antara pemberian
dekokta secara peroral dengan pemberian injeksi asam asetat secara
intraperitoneal. Pada saat selang waktu tersebut zat uji diharapkan telah
diabsorpsi sehingga dapat memberikan efek analgesik secara optimal. Pada
penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis
91 mg/kg BB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 menit, dan 15 menit.
Sebanyak 6 ekor mencit digunakan dalam penetapan waktu pemberian yang
dibagi ke dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 3
ekor mencit betina galur Swiss dengan berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang
telah dipuasakan selama 24 jam, kemudian secara intraperitonial diinjeksi
dengan asam asetat 1 %. Selanjutnya dihitung rata-rata jumlah geliat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
selang waktu 10, dan 15 menit setelah pemberian asetosal dosis 91 mg/kgBB
secara per oral untuk menemukan selang waktu optimum. Kemudian dipilih
berdasarkan waktu yang paling efektif dalam pemberian dekokta terhadap
penurunan jumlah geliat.
10. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor mencit galur Swiss yang
pengambilannya dilakukan secara acak, umur 2-3 bulan, berat badan yang
diseragamkan yaitu antara 20-30 gram. Sebelum digunakan, hewan uji
dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum saja. Hewan uji
selanjutnya diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam.
11. Uji pendahuluan
a. Penetapan Kriteria Geliat
Pengujian efek analgesik menggunakan rangsang kimia sangat
bervariasi, oleh karena itu perlu ditetapkan kriteria geliat yang kurang lebih
sama sehingga pengamatan tidak mengacaukan hasil penelitian. Kriteria geliat
yang memenuhi syarat adalah mencit menarik satu atau kedua kaki ke arah
belakang dan perutnya menempel ke alas pengamatan sehingga tubuh mencit
terlihat memanjang.
b. Penetapan dosis asam asetat 1% v/v.
Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2010), yaitu 50
mg/kgBB sebagai dosis optimal. Pada dosis tersebut dapat menyebabkan
kerusakan jaringan pada mencit betina yang ditunjukkan melalui rangsang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
nyeri berupa geliat pada hewan uji namun tidak menyebabkan kematian pada
hewan uji.
c. Penetapan dosis asetosal
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetosal,
sehingga asetosal harus mampu memberikan respon pengurangan geliat pada
mencit yang terinduksi asam asetat 1%. Mengacu pada penelitian sebelumnya,
dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini menurut Handara (2006);
Riadiani (2006), Tusthi (2007) dan Wulandari (2010) adalah 91 mg/kgBB.
Kekuatan asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian sebelumnya yaitu 500 mg yang digunakan pada manusia dengan
berat badan 50 kg (Wulandari, 2010). Apabila dikonversikan pada manusia
dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Dosis asetosal
pada mencit dengan berat badan 20 gram dikonversikan ke dalam dosis
manusia dengan berat badan 70 kg adalah 0,0026. Perhitungannya sbb. :
Dosis = 700 mg x 0,0026
= 1,82 mg / 20 gramBB
= 91 mg/kgBB
d. Penetapan dosis sediaan dekokta Macaranga tanarius L.
Dasar penentuan peringkat :
1) Bobot tertinggi mencit = 30 gram
2) Pemberian dekokta menggunakan volume maksimal tertinggi pemberian
secara per oral, yaitu 1 mL
3) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan : 10%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu :
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g / 100 mL x 1 mL
D = 0,003333 g/g BB
D = 3333,33 mg/kg BB
Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dosis 3333,33 mg/kgBB
kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu : 3333,33;
1666,67; 833,33 mg/kgBB.
12. Perlakuan hewan uji
Pada penelitian ini akan dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok, mencit
dipuasakan selama 24 jam dengan tetap diberi minum. Masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, sehingga total mencit yang digunakan
adalah 25 ekor untuk pengujian efek analgesik sediaan dekokta Macaranga
tanarius L. dengan rincian sebagai berikut :
1) Kelompok I sebagai kontrol negatif (Aquadest) dosis 0,025 mg/kgBB
2) Kelompok II sebagai kontrol positif (Asetosal) dosis 91 mg/kgBB
3) Kelompok perlakuan III (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis terendah
833,33 mg/kgBB) + asam asetat)
4) Kelompok perlakuan IV (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis
menengah 1666,67 mg/kgBB) + asam asetat)
5) Kelompok perlakuan V (Dekokta Macaranga tanarius L. (dosis tertinggi
3333,33 mg/kgBB) + asam asetat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Rute pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dilakukan
secara per oral. Pemberian rangsang kimia asam asetat secara intraperitonial
dilakukan 10 menit setelah pemberian senyawa uji, kemudian respon geliat
diamati setiap 5 menit selama 1 jam.
Gambar 6. Skema kerja penelitian
Sebanyak 25 ekor mencit dibagi secara acak dalam 5 kelompok
Kel. I
Kontrol -
Aquadest
Kel. II
Kontrol +
Asetosal
Kel. III
Perlakuan
dekokta
daun
Macaranga
tanarius L.
Dosis
833,33
mg/kgBB
Kel. IV
Perlakuan
dekokta
daun
Macaranga
tanarius L.
Dosis
1666,67
mg/kgBB
Kel. V
Perlakuan
dekokta
daun
Macaranga
tanarius L.
Dosis
3333,33
mg/kgBB
Diberikan senyawa uji dengan selang waktu pemberian 10 menit
Dihitung jumlah geliat setiap 5 menit selama 1 jam
Dihitung % proteksi dan perubahan % proteksi geliat
Diberikan larutan asam asetat 1% dosis 50 mg/kgBB secara i.p.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
13. Pengukuran aktivitas analgesik
Pengukuran aktivitas analgesik dilakukan dengan metode rangsang
kimia, di mana akan dilakukan pengukuran persen proteksi geliat mencit
betina galur Swiss yang telah terinduksi asam asetat. Pengukuran dilakukan
setiap 5 menit selama 1 jam. Respon geliat yang terjadi pada pengujian daya
analgesik diamati dan dihitung apabila mencit melakukan gerakan menggeliat
dengan menarik satu atau kedua kaki ke belakang serta perutnya menempel ke
alas pengamatan sehingga tubuh mencit terlihat memanjang.
Penentuan % proteksi geliat terhadap kontrol negatif dihitung dengan
persamaan yaitu :
% proteksi geliat = (100 - [ (P/K) x 100] )%
Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji K = jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif
Data persen proteksi geliat tersebut kemudian dianalisis secara statistik.
Uji kemudian dilanjutkan dengan pengukuran perubahan persen proteksi
geliat menggunakan hasil % proteksi geliat terhadap kontrol positif yang
dihitung menggunakan rumus :
Perubahan % proteksi geliat = [ (A-B) / B ] x 100
Keterangan : A = % proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif
14. Uji Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan menggunakan metode skrining fitokimia
yaitu dengan cara melakukan beberapa tes untuk menguji kandungan /
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
senyawa yang berada dalam Macaranga tanarius L. sehingga dapat diketahui
metabolit sekunder yang terkandung di dalam dekokta Macaranga tanarius L.
yang dapat memberikan efek analgesik.
a. Uji Alkaloid
Uji Alkaloid dilakukan dengan cara mengambil 9 mL air infusa tanaman
dan 1 mL HCL 2 N. Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, 10 tetes filtrate dipindahkan dan ditambahkan dengan 2 tetes
Dragendorf. Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya endapan merah di
dasar tabung reaksi (Azizah, Suarsini, dan Prabaningtyas, 2014).
b. Uji Flavonoid
Uji Flavonoid dilakukan dengan cara menggunakan air seduhan
sebanyak 2 mL kemudian dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan
0,1 gram serbuk Mg, 1-2 mL etanol 95%, dan 10 tetes HCL pekat. Hasil uji
positif dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi kuning jingga
(Azizah et al., 2014).
c. Uji Glikosida
Uji Glikosida dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak
0,1 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL
aquadest, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati melalui
dinding tabung reaksi, Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya cincin ungu
pada batas cairan (Azizah et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d. Uji Saponin
Uji Saponin dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak 10
ml dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok kuat-kuat selama 10
detik. Hasil uji positif dibuktikan dengan adanya buih setinggi 1 cm (Azizah et
al., 2014).
e. Uji Tanin
Uji tannin dilakukan dengan cara mengambil air seduhan sebanyak 1 ml
dan dipindahkan ke atas plat tetes kemudian ditambah dengan beberpa tetes
FeCl3 1%. Hasil uji postitif dibuktikan dengan perubahan warna larutan
menjadi hijau sampai biru kehitaman (Azizah et al., 2014).
f. Uji Terpenoid
Uji Terpenoid dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL larutan diuapkan
sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchad.
Apabila warna berubah menjadi merah, menandakan adanya senyawa
terpenoid (Harborne, 1987).
g. Uji Fenolik
Uji fenolik dengan cara sebanyak 2 mL ditambahkan dengan 10 mL
aquadest lalu didihkan selama 10 menit dalam tangas air mendidih. Larutan
kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 3 tetes FeCl3 1%.
Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya fenolik (Harborne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data jumlah geliat yang diperoleh dari hasil pengujian analgesik dilakukan
analisis dengan menghitung persen proteksi geliat pada mencit yang dilakukan
selama 1 jam. Hasil perhitungan data selanjutnya dianalisis secara statistika
dengan uji Shapiro-Wilk untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak
secara analitis. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena lebih sensitif untuk mengukur
sampel yang jumlahnya sedikit yaitu kurang atau sama dengan dari 50, nilai
probabilitas yang dihasilkan yaitu (p) > 0,05% maka data terdistribusi normal.
Setelah diketahui data terdistribusi normal, dalam penetapan selang waktu
digunakan uji T tidak berpasangan. Tujuan penggunaan analisis uji T tidak
berpasangan adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna
antar dua kelompok perlakuan. Pengujian dengan uji T tidak berpasangan ini
dipilih untuk membandingkan dua kelompok perlakuan tidak berpasangan dengan
satu kali pengukuran. Apabila nilai probabilitas yang didapatkan sebesar
(p) > 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
Adapun pada analisis uji efek analgesik dekokta Macaranga tanarius L.
setelah diketahui data terdistribusi normal, Analisis selanjutnya dilakukan dengan
pengujian varian data antar kelompok dengan Levene test. Nilai probabilitas
yang dihasilkan (p) < 0,05 menunjukkan data antar kelompok variansi berbeda.
Kemudian dapat dilanjutkan analisis hasil dengan metode One Way ANOVA satu
arah dengan taraf kepercayaan 95% tujuannya untuk mengetahui adakah
perbedaan antar kelompok tidak berpasangan yang lebih dari dua kelompok
percobaan. Hasil uji ANNOVA menghasilkan nilai (p) < 0,05 artinya paling tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang
bermakna, maka dilanjutkan analisis dengan Post-Hoc tujuannya mengetahui
kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Pada analisis ANNOVA
menggunakan Post-Hoc berupa uji Scheffe. Apabila diperoleh nilai (p) < 0,05
artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data, jika
diperoleh (p) > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara
dua kelompok data (Dahlan, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit
betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Mengetahui berapa besar
persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga
tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss. Mengetahui kekerabatan antara
dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan geliat
pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat. Selain itu dilakukan
pengujian skrining fitokimia dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang
metabolit sekunder yang terkandung dalam dekokta Macaranga tanarius L.
A. Penyiapan Bahan
1. Bahan utama dan alasan penggunaan daun
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macaranga tanarius
L., di mana bagian yang diteliti adalah bagian daunnya. Daun dipilih sebagai
bagian untuk diteliti karena menurut Kumazawa, Murase, Momose, Fukumoto
(2014) daun mengandung prenylflavonoid yang memiliki aktivitas penangkapan
radikal terhadap DPPH yang paling tinggi setelah bagian granular trikoma. Bagian
granular trikoma cenderung lebih sulit untuk dikumpulkan dalam jumlah yang
banyak. Pada bagian daun lebih mudah untuk dilakukan pengumpulan dalam
jumlah yang banyak, sehingga pada penelitian ini digunakan daun untuk menguji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
ada tidaknya efek analgesik dengan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L..
2. Hasil determinasi tanaman
Daun Macaranga tanarius L. sebelum digunakan dalam pengujian efek
analgesik dekokta perlu dilakukan determinasi tanaman, tujuannya untuk
memastikan bahwa tanaman maupun bagian tanaman yang akan digunakan benar-
benar merupakan tanaman Macaranga tanarius L., sehingga tidak ada kesalahan
bahan yang akan dipakai. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi
adalah bagian daun, batang, bunga, buah dan biji.
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia,
Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta sesuai dengan buku acuan (Steenis
et al., 1992). Proses determinasi didukung juga dengan cara membandingkan
tanaman bagian daun, batang, bunga, buah dan biji dengan herbarium Macaranga
tanarius L. koleksi referensi yang terdapat di Laboratorium Botani Farmasi.
Berdasarkan hasil determinasi tersebut dinyatakan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah benar Macaranga tanarius L. dan sudah
sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.
Proses pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada pagi hari,
tujuannya didapatkan daun yang masih segar. Waktu pemanenan merupakan salah
satu faktor yang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan senyawa
metabolit dalam daun, sehingga pemanenan harus dilakukan pada waktu yang
tepat agar diperoleh kandungan metabolit dalam jumlah optimal (Soegihardjo,
2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kondisi temperatur yang terlalu tinggi, durasi sinar matahari secara
signifikan dapat mempengaruhi kualitas fisik, kimia dan biologi tanaman obat
termasuk kegiatan fisiologis dan biokimia tanaman (WHO Guidelines Good
Agricultural and Collection Practice, 2003). Menurut Tjay dan Rahardja (2007),
sinar UV matahari menghasilkan radikal bebas. Apabila proses pemanenan
dilakukan pada siang hari dikhawatirkan senyawa antioksidan yang terkandung
dalam tanaman Macaranga tanarius L. digunakan sebagai senyawa proteksi bagi
tumbuhan akibatnya kandungan senyawa antioksidan dalam daun Macaranga
tanarius L. dapat berkurang.
Daun yang digunakan untuk penelitian yaitu daun yang segar, berwarna
hijau serta tidak berlubang. Daun yang sudah dipanen kemudian dicuci bersih dan
dijemur secara tidak langsung di bawah sinar matahari. Daun yang dijemur
ditutupi dengan kain hitam tujuannya menjaga kandungan kimia yang terdapat
dalam daun supaya tidak hilang selama proses pengeringan. Proses pengeringan
ini berlangsung sampai didapatkan daun yang kering dan mudah dihancurkan.
Simplisia kering yang telah dijemur kemudian dibawa ke LPPT UGM untuk
dilakukan pembuatan serbuk. Pembuatan serbuk disesuaikan dengan prosedur di
LPPT UGM. Simplisia kering dipotong-potong untuk memudahkan proses
penyerbukan, kemudian dilakukan proses pengeringan kembali dalam almari
pengering pada suhu 45˚C selama 20 jam, sehingga menghasilkan potongan daun
yang benar-benar kering. Simplisia kering tersebut kemudian diserbuk dengan
mesin penyerbuk dengan lubang saringan 1 mm. Hasil penyerbukan kemudian
ditimbang dan dikemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Serbuk yang telah didapatkan kemudian diayak kembali dengan ayakan
mesh nomor 40. Proses pengayakan bertujuan agar didapatkan ukuran serbuk
yang seragam untuk pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.. Tujuan
dilakukannya penyerbukan untuk meningkatkan luas permukaan serbuk, semakin
besar luas permukaan serbuk maka semakin banyak kontak dengan cairan penyari.
Banyaknya kontak dengan pelarut diharapkan senyawa metabolit yang terkandung
di dalam serbuk daun Macaranga tanarius L. dapat tersari lebih banyak.
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri di mana serbuk
dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Tujuan dari penetapan kadar air dari
serbuk kering daun Macaranga tanarius L., yaitu untuk mengetahui serbuk yang
digunakan terjamin kualitasnya untuk dilakukan penelitian selanjutnya dan telah
memenuhi persyaratan serbuk yang baik. Pemanasan dilakukan pada suhu 1050C
selama 3 jam hingga berat konstan. Tercapainya berat yang konstan menandakan
bahwa air yang terkandung dalam serbuk telah berhasil diuapkan. Pemanasan
pada suhu 1050C dan waktu 3 jam karena pada suhu tersebut diasumsikan seluruh
kandungan air yang ada dalam serbuk telah menguap.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa daun Macaranga tanarius L.
memiliki kadar air sebesar 6,66 %. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan (1995) menyatakan bahwa, persyaratan kadar air yang memenuhi
standar yaitu kurang dari 10 %, sehingga dari pengujian menunjukkan bahwa
kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi persyaratan kadar
air yang ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada kadar air < 10 % dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad
renik serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat
bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan
simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu (Prasetyo dan Endang,
2013).
5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram
dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest
sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL.
Campuran ini dipanaskan pada suhu 90oC dan dijaga tetap dalam suhu tersebut.
Setelah mencapai suhu 90oC dilanjutkan pemanasan selama 30 menit dengan
diaduk setiap 5 menit sekali. Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
diberikan dalam tiga peringkat dosis yaitu 833,33; 1666,67; dan 3333,33
mg/kgBB.
B. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang
akan diperlukan dalam pengambilan data selama masa penelitian. Tujuan dari uji
pendahuluan adalah untuk menentukan hal-hal yang akan digunakan sebagai
acuan pada pengujian sebenarnya, sehingga penelitian akan mendapat hasil yang
valid dan akurat. Uji pendahuluan meliputi : penetapan selang waktu pemberian
asam asetat, penentuan dosis asam asetat 1%, penentuan dosis asetosal, penentuan
dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat
Penetapan selang waktu pemberian rangsang merupakan jarak waktu
antara pemberian zat uji secara per oral dengan saat pemberian injeksi rangsang
nyeri berupa asam asetat secara intraperitonial. Penetapan selang waktu
pemberian rangsang bertujuan untuk mengetahui pada selang waktu berapa zat uji
asetosal sebagai kontrol positif dan senyawa uji dekokta Macaranga tanarius L.
sudah terabsorpsi di dalam tubuh hewan uji sehingga dapat memberikan efek
analgesik secara optimal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah
geliat pada mencit yang diamati.
Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan
asetosal dosis 91 mg/kg BB. Sedangkan dosis asam asetat yang digunakan adalah
dosis 50 mg/kgBB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 dan 15 menit. Variansi
selang waktu 10 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja
(2007), di mana selang waktu 10 menit sebagai selang waktu optimum untuk
menimbulkan geliat. Variansi selang waktu 15 menit didasarkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Andini (2010) dan Wulandari (2010), di mana selang waktu
15 menit sebagai selang waktu optimum untuk menimbulkan geliat. Oleh karena
itu peneliti melalukan orientasi pada menit ke 10 dan 15 untuk menentukan selang
waktu optimum dalam menimbulkan geliat.
Rata-rata jumlah kumulatif geliat kontrol negatif CMC-Na, kontrol positif
asetosal selang waktu 10 dan 15 menit dapat dilihat pada tabel II berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel II. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol negatif CMC-Na dan kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit
Kelompok Jumlah geliat (X ± SE) Nilai p Kontrol negatif CMC-Na
3,836mg/20gBB selang waktu 10 menit 92, 00 ± 1,73 1,000 (N)
Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit
35, 00 ± 0,57 1,000 (N)
Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 15 menit
32,67 ± 1,45 0,780 (N)
Keterangan : X = Mean (Rata-rata)
SE = Standar Error (SD/√�) N = Distribusi data normal (p>0,05) Berdasarkan hasil analisis statistika untuk melihat distribusi data
digunakan metode analisis Shapiro-Wilk. Hasil analisis didapatkan nilai
probabilitas (p>0,05) yang menunjukkan sebaran normal maka analisis statistika
dilanjutkan menggunakan uji T tidak berpasangan. Pengujian dengan uji T tidak
berpasangan ini dipilih karena ingin membandingkan dua kelompok perlakuan
antara kontrol negatif CMC-Na 3,836 mg/20gBB selang waktu 10 menit dengan
kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit serta kontrol
positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif
asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 15 menit. Berikut ini hasil analisis
statistika penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB.
Tabel III. Hasil uji T tidak berpasangan rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mg/kgBB
Kelompok Nilai p
Kontrol Negatif CMC-Na 3,836 mg/20gBB selang
waktu 10 menit
Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang
waktu 10 menit
0,000 (BB)
Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang
waktu 10 menit
Kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang
waktu 15 menit
0,210 (BTB)
Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0.05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kelompok kontrol negatif CMC-Na selang waktu 10 menit dengan nilai
rata-rata jumlah geliat 92, 00 ± 1,73 dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10 menit sebesar 35, 00 ± 0,57
(Tabel II). Hasil kemudian dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan, di
mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti
terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif CMC-Na 3,836
mg/20gBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91
mg/kgBB selang waktu 10 menit. Hal tersebut menunjukkan kontrol negatif
CMC-Na tidak memiliki efek analgesik karena tidak memberikan penurunan
geliat dan berdasarkan hasil analisis statistik berbeda bermakna dengan kontrol
positif asetosal dosis 91 mg/kgBB. CMC-Na tidak memberikan efek analgesik
juga telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja (2007),
Winahyu (2015) di mana kontrol negatif CMC-Na memiliki rata-rata jumlah
geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain dan memiliki persen
proteksi geliat yang paling kecil.
Kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB selang waktu 10
dengan 15 menit dengan nilai rata-rata jumlah geliat berturut-turut sebesar 35, 00
± 0,57 dan 32,67 ± 1,45 (Tabel II). Hasil kemudian dianalisis dengan uji T tidak
berpasangan di mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,238 (p > 0,05).
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara selang waktu 10
menit dengan selang waktu 15 menit (Tabel III), yang artinya pada kedua menit
tersebut memberikan hasil yang sama. Pemberian asetosal dosis 91 mg/kgBB baik
pada selang waktu 10 atau 15 menit telah diabsorpsi dan telah memberikan efek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Dengan demikian dipilih waktu yang lebih pendek, yaitu 10 menit sebagai selang
waktu pemberian untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.
2. Penentuan dosis asam asetat 1 %
Dalam metode ini digunakan senyawa penginduksi nyeri yaitu asam asetat
1%. Asam asetat adalah suatu iritan yang merusak jaringan secara lokal, yang
menyebabkan nyeri pada rongga perut. Konsentrasi asam asetat 1% yang
digunakan didasarkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya (Putra, 2003;
Wulandari, 2010). Senyawa ini diinjeksikan secara intraperitonial pada mencit
putih betina galur Swiss.
Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Wulandari (2010), Andini (2010)
melaporkan bahwa pemberian asam asetat pada dosis 25 mg/kgBB berbeda
bermakna dengan dosis 50 dan 75 mg/kgBB. Namun dosis 50 mg/kgBB berbeda
tidak bermakna dengan dosis 75 mg/kgBB. Melalui hasil pelaporan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa untuk percobaan dosis asam asetat, 50 mg/kgBB dipilih
sebagai dosis optimal yang dapat menimbulkan nyeri berupa geliat.
3. Penentuan dosis asetosal
Asetosal digunakan sebagai kontrol positif, di mana asetosal merupakan
obat analgesik yang paling banyak digunakan karena merupakan penghambat
prostaglandin paling efektif dari golongan salisilat (Priyanto, 2008). Kontrol
positif disini berfungsi sebagai parameter validitas metode untuk membuktikan
bahwa metode yang digunakan dapat dipercaya kevalidannya untuk
membandingkan daya analgesik dengan sampel yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Menurut penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Handara (2006);
Riadiani (2006); dan Tusthi (2007) adalah 91 mg/kgBB. Asetosal diujikan pada
variansi dosis 68,25; 91 dan 113,75 mg/kgBB. Hasil orientasi menyatakan bahwa
dosis yang digunakan adalah 91 mg/kgBB, di mana pada dosis tersebut berbeda
bermakna dengan dosis 68,25 dan mempunyai perbedaan tidak bermakna dengan
dosis 113,75 mg/kgBB. Oleh karena itu penetapan dosis asetosal yang digunakan
dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu
asetosal dosis 91 mg/kgBB.
D. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian
fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran senyawa yang terkandung
dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan
melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna
(Kristanti, Aminah, Tanjung, dan Kurniadi, 2008).
Metode yang digunakan untuk melakukan skrining fitokimia yaitu dengan
uji tabung. Uji tabung dilakukan dengan menambahkan pereaksi ke dalam
senyawa uji yang kemudian diamati ada tidaknya perubahan warna atau endapan.
Skrining fitokimia dilakukan terhadap senyawa metabolit sekunder diantaranya
alkaloid, flavonoid, kuinon, saponin, dan tanin. Berikut ini hasil analisis kualitatif
kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel IV. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L.
No Kandungan Kualitatif
Hasil Uji Tanda positif Hasil Keterangan
1 Alkaloid Endapan merah Endapan merah +++ 2 Flavonoid Kuning-Jingga Kuning +++ 3 Glikosida Cincin berwarna biru-
ungu pada batas cairan Cincin ungu pada batas cairan
++
4 Saponin Buih > 1 cm dan bertahan selama 30 menit
Buih > 1 cm selama 30 menit
+++
5 Tannin Biru kehitaman Biru kehitaman +++ 6 Terpenoid Merah Coklat - 7 Fenolik Hijau-biru Biru Kehitaman +
(Azizah et al., 2014). Keterangan : (-) = hasil pengujian negatif pada kandungan yang diujikan (+) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat kurang jelas (++) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat jelas (+++) = hasil pengujian positif pada kandungan yang diujikan terlihat sangat jelas
Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang terdapat pada tabel IV,
menunjukan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung alkaloid,
flavonoid, glikosida, saponin, tannin dan fenolik. Ini membuktikan dekokta
Macaranga tanarius L. mengandung senyawa aktif metabolit sekunder. Pada
pengujian alkaloid menunjukan hasil positif dengan adanya endapan merah.
Senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun, dimana proses fotosintesis terjadi.
Senyawa alkaloid sendiri digunakan pada tanaman untuk mempertahankan diri
dari serangan luar. Beberapa senyawa alkaloid yang terisolasi dapat memberikan
efek farmakologis sebagai analgesik, mempengaruhi peredaran darah dan
pernapasan, anastesi lokal, dan antiparasit (Sirait et al., 2007).
Pada pengujian flavonoid menunjukan hasil positif dengan perubahan
kuning. Untuk uji tannin hasil menunjukkan positif karena ada perubahan warna
biru kehitaman. Sifat antioksidan dari flavonoid dan tanin berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kemampuan untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas, dengan
mekanisme tersebut flavonoid dan tanin memiliki efek yaitu menghambat
peroksidasi lipid dan menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Yuhernita,
2011).
Pada pengujian glikosida membentuk adanya cincin ungu pada batas
cairan. Senyawa glikosida yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius L.
adalah mallophenol B, (+)-pinoresinol 4-O-[6”-O-galloyl]-β-D-glucopyranoside,
dan macarangioside A, B, C, dan E (Matsunami et al., 2009). Adanya senyawa
glikosida yang terkandung dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat
memberikan aktivitas penangkapan oksidan reaktif seperti radikal bebas.
Uji fenolik menunjukkan hasil positif karena adanya perubahan warna
menjadi warna biru kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa dekokta daun
Macaranga tanarius L. mengandung senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang
dapat terkandung antara lain : tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan
tanariflavanon D, nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanon B,
blumenol A (vomifoliol), blumenol B, Tanariflavanone A-D, nymphaeol A-C, dan
macarangaflavanone A-G (Phommart et al., 2005). Senyawa fenolik yang
terkandung dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat berperan sebagai
antioksidan.
Uji saponin menunjukkan adanya buih yang terbentuk setinggi > 1 cm.
Saponin merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob.
Pada saat digojok gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus
hidrofob akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Uji tannin menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna biru
kehitaman. Hal ini didukung oleh penelitian Puteri dan Kawabata (2010) yang
membuktikan bahwa daun Macaranga tanarius L. memiliki kandungan
ellagitannin yaitu mallotinic acid, corilagn, macatannin A, dan macatannin B.
Untuk uji terpenoid memberikan hasil negatif karena tidak adanya
perubahan warna merah pada tabung reaksi. Hasil negatif ini dikarenakan
senyawa terpenoid tidak tersari dengan pelarut yang digunakan dalam proses
penyarian. Pelarut yang digunakan pada pembuatan dekokta Macaranga tanarius
L. bersifat polar, sedangkan terpenoid umumnya merupakan senyawa yang larut
dalam lipid (Sirait et al., 2007),
E. Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L.
Tahap uji pendahuluan yang telah selesai dilakukan selanjutnya
dilanjutkan dengan pengujian aktivitas analgesik untuk masing-masing kelompok.
Telah diketahui dari uji pendahuluan bahwa asam asetat 1 % dengan dosis 50
mg/kgBB sebagai zat penginduksi nyeri. Selang waktu yang diperoleh yaitu 10
menit. Asetosal digunakan sebagai sebagai kontrol positif dengan dosis 91
mg/kgBB yang diberikan 10 menit sebelum pemberian asam asetat. Aquadest
digunakan sebagai pelarut dekokta daun Macaranga tanarius L. dan digunakan
sebagai kontrol negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian
dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan tiga tingkatan dosis yang berbeda
dengan cara mengukur kemampuan senyawa uji dalam mengatasi sensasi nyeri
pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1%. Parameter yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
digunakan adalah geliat mencit. Geliat mencit diamati setiap lima menit sekali
selama satu jam untuk menghitung jumlah kumulatif geliat. Jumlah data kumulatif
geliat tersebut, kemudian diolah untuk menghitung persen daya analgesik dan
perubahan persen proteksi. Kemampuan penurunan jumlah geliat terhadap
rangsang nyeri yang biasa disebut juga dengan daya analgetika.
Penetapan peringkat dosis didasarkan pada konsentrasi dekokta daun
Macaranga tanarius L. yang digunakan, yaitu sebesar 10 %. Berdasarkan
konsentrasi tersebut didapatkan tiga peringkat dosis sebesar 833,33; 1666,67; dan
3333,33 mg/kgBB. Tujuan kelompok perlakuan tiga peringkat dosis tersebut
untuk melihat pengaruh dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB pada
mencit galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1% terhadap penurunan geliat.
Data hasil pengamatan selama penelitian dianalisis secara statistik untuk
dicari persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri. Persen proteksi diperoleh dari
jumlah geliat setiap kelompok dibandingkan dengan aquadest sebagai kontrol
negatif. Efek analgesik ditunjukkan dengan penurunan jumlah geliat dibandingkan
dengan kontrol negatif, sedangkan untuk mencari perubahan persen proteksi
senyawa uji terhadap nyeri dibandingkan dengan asetosal sebagai kontrol positif.
Perubahan persen proteksi berguna untuk mengetahui besar daya analgesik
dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap asetosal 91 mg/kgBB di dalam
berbagai peringkat dosis yang diduga dapat bermanfaat sebagai obat analgesik.
Hasil penelitian pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. untuk rata-rata
jumlah kumulatif geliat mencit, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi
ditunjukkan dalam bentuk Mean ± Standard Error pada tabel V berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel V. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek analgesik kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif dan tiga peringkat
dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. ( n = 5 ) Kelompok Uji Rata-rata
jumlah geliat (X ± SE)
Nilai p Rata-rata persen proteksi (X ± SE)
Nilai p
Aquadest 0,025 mg/kgBB
99,2 ± 4,8 0,92(N) 0,0 ± 4,8 0,92(N)
Asetosal 91 mg/kgBB
26,8 ± 2,8 0,49(N) 73,2 ± 2,7 0,82(N)
DDM 833,33 mg/kgBB
39,6 ± 1,8 0,23(N) 60,5 ± 2,2 0,11(N)
DDM 1666,67 mg/kgBB
24,4 ± 0,9 0,75(N) 74,8 ± 0,7 0,96(N)
DDM 3333,33 mg/kgBB
44,8 ± 1,2 0,50(N) 53,6 ± 0,7 0,96(N)
Keterangan : X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√�) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L. N = Distribusi data normal (p > 0,05) Berikut di bawah ini disajikan diagram batang rata-rata jumlah kumulatif
geliat mencit serta rata-rata persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L.
Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pengujian efek analgesik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis dekokta.
99,2 ± 4,8
26,8 ± 2,8
39,6 ± 1,8
24,4 ± 0,9
44,8 ± 1,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 8. Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek
analgesik pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis dekokta.
Melalui hasil data dalam tabel V dan histogram kelompok kontrol negatif,
kontrol positif dan ketiga peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
menunjukkan jumlah kumulatif rata-rata geliat berbanding terbalik dengan persen
proteksi. Hal ini membuktikan bahwa, semakin besar persen proteksi geliat maka
semakin kecil jumlah kumulatif rata-rata geliat yang dihasilkan.
Setelah diperoleh data jumlah kumulatif geliat dan persen proteksi,
selanjutnya dilakukan analisis statistika untuk mengetahui adanya perbedaan antar
kelompok. Metode analisis yang digunakan diawali dengan menggunakan metode
Shapiro-Wilk. Hasil analisis yang didapatkan yaitu nilai probabilitas pada semua
kelompok (p>0,05) menunjukkan sebaran distribusi data normal pada semua
kelompok sehingga analisis statistika dapat dilanjutkan menggunakan uji hipotesis
One-way ANOVA.
Pada pengujian variansi data Levene Test. Hasil analisis significancy test
homogeneity of variances menunjukkan angka 0,014 (p<0,05) artinya paling tidak
0,0 ± 4,8
73,2 ± 2,7 60,5 ± 2,2 74,8 ± 0,7 53,6 ± 0,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
terdapat dua kelompok yang mempunyai varian berbeda. Significancy ANOVA
menunjukkan nilai 0,000 (p<0,05), artinya pada kelima kelompok uji tersebut
paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata jumlah geliat yang
berbeda bermakna. Oleh karena uji hipotesis One-way ANOVA bermakna dan
varian berbeda pengujian dapat dilanjutkan dengan uji Post-Hoc menggunakan uji
Scheffe.
Tabel VI. Hasil uji Scheffe persen proteksi geliat pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Kelompok Nilai P
Aquadest 0,025
mg/kgBB
Asetosal 91 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,000(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,000(BB)
Asetosal 91 mg/kgBB
DDM 833,33 mg/kgBB
0,055(BTB)
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,996(BTB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,002(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,025(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,534(BTB)
DDM 1666,67
mg/kgBB
DDM 833,33 mg/kgBB
0,025(BB)
DDM 3333,33 mg/kgBB
0,001(BB)
DDM 3333,33
mg/kgBB
DDM 1666,67 mg/kgBB
0,534(BB)
DDM 833,33 mg/kgBB
0,001 (BTB)
Keterangan : BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) BB = Berbeda bermakna (p < 0,05) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan hasil perhitungan statistika persen proteksi kemudian
dilanjutkan dengan perhitungan rata-rata perubahan persen proteksi pengujian
efek analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap kontrol positif
asetosal 91 mg/kgBB. Berikut ini disajikan rata-rata perubahan persen proteksi
dan diagram batang perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Tabel VII. Rata-rata perubahan persen proteksi pada pengujian efek analgesik kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif dan tiga peringkat
dosis dekokta Macaranga tanarius L. ( n = 5 )
Kelompok Uji Rata-rata perubahan
persen proteksi (X ± SE) Nilai p
Aquadest 0,025 mg/kgBB -100,0 ± 6,5 0,92(N) Asetosal 91 mg/kgBB 0,0 ± 3,7 0,82(N)
DDM 833,33 mg/kgBB -17,4 ± 2,9 0,11(N) DDM 1666,67 mg/kgBB 1,7 ± 0,7 0,81(N) DDM 3333,33 mg/kgBB -26,7 ± 0,9 0,96(N) Keterangan : X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√�) DDM = Dekokta daun Macaranga tanarius L. Normal = Nilai P > 0,05
Gambar 9. Diagram batang rata-rata perubahan persen proteksi pengujian efek analgesik pada kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif, peringkat dosis
dekokta.
-100 ± 6,5 -17,4 ± 2,9 1,7 ± 0,7 -26,7 ± 0,9 0,0 ± 3,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
1. Kontrol negatif aquadest 0,025 mg/kgBB
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aquadest sebagai kelompok
kontrol negatif dengan tujuan untuk memastikan bahwa penurunan geliat pada
hewan uji hanya disebabkan oleh pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L.
dan menegaskan bahwa aquadest sebagai pelarut tidak memberikan pengaruh
terhadap perlakuan. Dosis aquadest yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
0,025 mg/kgBB.
Pada kelompok kontrol negatif aquadest di tabel V diketahui memiliki
jumlah rata-rata geliat yang paling besar yaitu 99,2 ± 4,8 dan nilai persen proteksi
yang paling kecil sebesar 0,0 ± 4,8 apabila dibandingkan dengan kelompok
kontrol positif Asetosal 91 mg/kgBB, dan ketiga peringkat dosis dekokta daun
Macranga tanarius L.. Rata-rata perubahan proteksi geliat ditunjukkan pada tabel
VII, di mana kontrol negatif aquadest memiliki rata-rata perubahan persen
proteksi sebesar -100,0 ± 6,5. Nilai negatif yang sangat besar menunjukkan bahwa
tidak terjadi penghambatan rangsang nyeri. Kontrol negatif aquadest sebagai
pelarut dekokta daun Macranga tanarius L. tidak memiliki kemampuan dalam
menangani nyeri terbukti dengan rata-rata jumlah kumulatif geliat pada mencit
betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1 % menghasilkan nilai yang
paling besar serta nilai persen proteksi yang sangat rendah dibandingkan dengan
kelompok uji lainnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol negatif
aquadest yang berfungsi sebagai pelarut dekokta daun Macranga tanarius L. tidak
memiliki daya analgesik.
Aquadest tidak memberikan efek analgesik juga telah dibuktikan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010), Tabalubun (2013) di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kontrol negatif aquadest memiliki rata-rata jumlah geliat yang paling besar
dibandingkan dengan kelompok lain dan memiliki persen proteksi geliat yang
paling kecil.
2. Kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian kelompok kontrol positif
asetosal dengan tujuan untuk melihat apakah asetosal benar-benar mampu
memberikan efek analgesik berupa penurunan geliat pada mencit yang terinduksi
asam asetat 50 mg/kgBB. Asetosal dipilih sebagai kontrol positif karena asetosal
sudah terbukti sebagai obat analgesik yang dianggap efektif dalam menanggulangi
rasa nyeri. Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 91 mg/kgBB.
Kelompok positif asetosal 91 mg/kgBB secara teoritis mempunyai efek analgesik
karena mampu menghambat proses sintesis prostaglandin.
Pada kelompok kontrol positif yaitu asetosal dosis 91 mg/kgBB memiliki
jumlah geliat dan nilai persen proteksi berturut-turut sebesar 26,8 ± 2,8; 73,2
± 2,7. Pada kontrol negatif aquadest jumlah geliat dan persen proteksi berturut-
turut 99,2 ± 4,8; 0,0 ± 4,8 (Tabel V), terlihat bahwa kelompok kelompok kontrol
positif asetosal dosis 91 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri daripada
kontrol negatif aquadest yang tidak memiliki efek penghambatan rasa nyeri.
Kemampuan asetosal dalam mengatasi nyeri dilihat dengan rata-rata jumlah geliat
yang lebih sedikit serta besarnya nilai persen proteksi dibandingkan dengan
kontrol negatif aquadest.
Analisis statistik menunjukkan bahwa persen proteksi geliat pada
kelompok perlakuan kontrol postitif asetosal 91 mg/kgBB berbeda bermakna
dengan kelompok kontrol negatif aquadest (Tabel VI). Hal ini dapat disimpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
bahwa asetosal sebagai kontrol positif terbukti memiliki kemampuan dalam
memberikan efek analgesik sehingga dapat menghambat terjadinya rasa nyeri.
3. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB
Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 39,6 ±
1,8 dan nilai persen proteksi 60,5 ± 2,2. Bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ±
4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri dibanding
kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi
geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB terhadap
kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang
artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki
kemampuan dalam menghambat nyeri.
Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah
geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi sebesar 73,2 ± 2,7, hasil analisis
statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan
perbedaan yang tidak bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta
daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mempunyai kemampuan
menghambat nyeri yang sebanding dengan asetosal. Berdasarkan hasil
perbandingan perubahan persen proteksi, dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki daya analgesik -17,4 ± 2,9 lebih rendah
dibandingkan asetosal (Tabel VII).
4. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. 1666,67
mg/kgBB
Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 24,4
± 0,9 dan nilai persen proteksi 74,8 ± 0,7. Bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ±
4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB mampu memberikan proteksi nyeri daripada
kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi
geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB terhadap
kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang
artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki
kemampuan dalam menghambat nyeri.
Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah
geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi 73,2 ± 2,7, hasil analisis
statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 1666,67 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan
perbedaan yang tidak bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta
daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB mempunyai kemampuan
menghambat nyeri yang setara dengan asetosal. Berdasarkan hasil perbandingan
perubahan persen proteksi, dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
mg/kgBB memiliki daya analgesik 1,7 ± 0,7 yang sebanding dengan asetosal
(Tabel VII).
5. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. 3333,33
mg/kgBB
Berdasarkan hasil tabel V pada kelompok dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki rata-rata jumlah geliat sebesar 44,8
± 1,2 dan nilai persen proteksi 53,6 ± 0,7. Bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol negatif aquadest dengan rata-rata jumlah geliat dan persen proteksi 99,2 ±
4,8; 0,0 ± 4,8 terlihat bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB mengalami penurunan geliat dibanding
kontrol negatif aquadest. Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi
geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB terhadap
kelompok kontrol negatif aquadest memberikan perbedaan bermakna, yang
artinya dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki
kemampuan dalam menghambat nyeri.
Adapun dibandingkan dengan kontrol positif asetosal rata-rata jumlah
geliat sebesar 26,8 ± 2,8 dan nilai persen proteksi 73,2 ± 2,7, hasil analisis
statistik menunjukkan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 3333,33 mg/kgBB terhadap kelompok kontrol postitif asetosal memberikan
perbedaan yang bermakna (Tabel VI). Hal ini menunjukkan bahwa dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB tidak memiliki pengaruh yang
sebanding dengan kelompok kontrol positif asetosal 91 mg/kgBB. Nilai
perubahan persen proteksi dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mg/kgBB sebesar -26,7 ± 0,9 sehingga tidak sebanding kekuatannya dengan
kontrol positif asetosal (Tabel VII).
Pada hasil pengujian ini menunjukkan bahwa, kemampuan analgesik
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB telah mengalami
penurunan dalam menghambat nyeri. Hal ini bisa terjadi karena dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB mengalami pro-oksidan. Pro-
oksidan merupakan senyawa kimia dan reaksi yang dapat menghasilkan Reactive
Oxygen Spesies (ROS) yang bersifat toksik. Pada dosis tertinggi yaitu 3333,33
mg/kgBB terjadi penurunan efek analgesik, hal ini dapat disebabkan karena
senyawa bioaktif seperti fenol yang terkandung dalam dekokta daun Macaranga
tanarius L. bertindak sebagai pro-oksidan.
Pada dosis pemberian tinggi, senyawa fenolik dapat mengandung logam
reduksi aktif. Kehadiran O2 dan logam transisi akan mengkatalisis reaksi redoks
fenolat dan dapat menyebabkan pembentukan ROS dan phenoxyl radical yang
akan merusak DNA, lipid dan molekul biologis lain (Galati dan O’Brien, 2004).
Flavonoid pada dosis yang tinggi dapat memicu aktivitas pro-oksidan, di mana
senyawa flavonoid teroksidasi setelah menangkap radikal bebas (Anzenbacher
dan Zanger, 2012). Katalisis pro-oksidan akan menghasilkan reaksi oksidatif dari
biomolekuler yang mana akan menuju pada disfungsi sel, yang berakhir pada
kematian sel (Aruoma, 2003).
6. Perbandingan antar kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33;
1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB masing-masing memiliki rata-rata jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kumulatif geliat yang bervariasi yaitu 39,6 ± 1,8; 24,4 ± 0,9; dan 44,8 ± 1,2 (Tabel
V). Rata-rata jumlah kumulatif geliat ini mengalami penurunan dimulai pada
dosis terendah sampai menengah, namun mengalami kenaikan kembali pada dosis
tertinggi.
Persen proteksi geliat terhadap nyeri mengalami kenaikan pada saat terjadi
penambahan dosis dekokta Macaranga tanarius L. dari dosis dekokta terendah
833,33 mg/kgBB dengan persen proteksi 60,5 ± 2,2 sampai pada puncaknya yaitu
dosis dekokta menengah 1666,67 mg/kgBB dengan persen proteksi 74,8 ± 0,7 dan
kemudian terjadi penurunan pada dosis dekokta tertinggi 3333,33 mg/kgBB
dengan persen proteksi 53,6 ± 0,7. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa
kelompok dekokta dosis 1666,67 mg/kgBB memiliki nilai persen proteksi yang
paling besar serta mempunyai kemampuan menghambat nyeri yang paling baik
dibandingkan dengan kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis
833,33; dan 3333,33 mg/kgBB (Tabel V).
Penelitian lebih lanjut mengenai efek analgesik sebaiknya dapat dilakukan
pada rentang dosis yang dipersempit yaitu antara 833,33 mg/kgBB hingga
1666,67 mg/kgBB dan rentang dosis antara 1666,67 mg/kgBB hingga 3333,33
mg/kgBB untuk mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L.
Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika (1991)
menyatakan bahwa adanya aktivitas analgesik pada metode rangsang kimia
ditunjukkan dengan adanya kemampuan menghambat geliat ≥ 50% dibandingkan
dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tabel V, kelompok dekokta
daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
masing-masing memiliki persen proteksi berturut-turut 60,5 ± 2,2; 74,8 ± 0,7; dan
53,6 ± 0,7. Hal ini membuktikan bahwa pada ketiga dosis tersebut mempunyai
aktivitas analgesik karena menunjukkan hasil penghambatan geliat ≥ 50%.
Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok dekokta
dosis terendah 833,33 mg/kgBB dan 1666,67 mg/kgBB menunjukkan perbedaan
bermakna, yang artinya kemampuan dosis terendah 833,33 mg/kgBB dalam
menghambat nyeri tidak sebanding dengan dosis 1666,67 mg/kgBB (Tabel VI).
Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB dengan dekokta
daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; dan 3333,33 mg/kgBB ternyata
memiliki perbedaan yang bermakna (Tabel VI). Hal ini dapat terjadi karena
kemampuan efek analgesik yang dimiliki oleh dekokta daun Macaranga tanarius
L. dosis 833,33; dan 3333,33 mg/kgBB mg/kgBB lebih rendah jika dibandingkan
dengan kelompok dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1666,67 mg/kgBB.
Pada uji Scheffe perbandingan persen proteksi antara kelompok dekokta
dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB dibandingkan dengan dekokta dosis 1666,67
mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna, yang artinya dosis 3333,33
mg/kgBB dengan dekokta dosis 1666,67 mg/kgBB tidak memiliki kemampuan
perubahan persen proteksi yang sebanding (Tabel VI). Pada dosis ini telah terjadi
penurunan persen proteksi sehingga kekuatannya tidak setara dengan asetosal
dalam menurunkan jumlah geliat.
Pada penelitian ini diketahui bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 1666,67 mg/kgBB merupakan dosis yang memberikan efek analgesik paling
baik. Adapun aplikasi ke masyarakat, dosis 1666,67 mg/kgBB jika dikonversi ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
manusia dengan berat badan 50 kg adalah sebesar 13,86 g. Dekokta daun
Macaranga tanarius L. yang mudah dan praktis diterapkan di masyarakat
diharapkan memiliki potensi untuk digunakan sebagai analgesik yang aman dan
berkhasiat di masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek pemberian jangka panjang berupa uji toksisitas sub kronis terhadap
dekokta daun Macaranga tanarius L.. Tujuan pengujian untuk mengetahui efek
pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. yang akan terjadi apabila
digunakan dalam waktu yang cukup lama, untuk mengetahui ada tidaknya
perubahan pada organ tubuh dengan melihat penampang secara makroskopis
organ lambung. Hal ini perlu diamati mengingat kemungkinan adanya
penghambatan COX-1. Menurut Wilmana (2007) COX-1 merupakan enzim yang
memperantarai keluarnya prostaglandin yang berfungsi menghambat sekresi asam
lambung dan merangsang sekresi mukosa usus halus yang bersifat sitoprotektif
(pelindung mukosa lambung).
Hubungan daya analgesik dengan aktivitas antioksidan. Analgesik
merupakan senyawa yang bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi rasa
nyeri. Proses sensasi nyeri dimulai dengan pembebasan reseptor nyeri akibat
rangsangan mekanis, termis dan kimiawi karena kerusakan yang terjadi pada
membran sel. Kerusakan membran sel ini akan memicu reseptor-reseptor nyeri
sehingga terjadinya pembebasan asam arakidonat dan dapat diuraikan menjadi
prostaglandin, serotonin, bradikinin, substansi P, histamin yang diperantarai
enzim siklooksigenase (COX) (Rang, Dale, Ritter, Flower, 2007).
Rangsangan nyeri ini dapat disebabkan karena adanya radikal bebas yang
berlebih di dalam tubuh. Ketika terjadi peningkatan jumlah radikal bebas akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
memicu terjadinya kerusakan membran sel. Radikal bebas adalah atom atau
molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada lintasan
paling luar dan memiliki sifat reaktif dan tidak stabil (Harjanto, 2004). Keadaan ini
akan membuat molekul tersebut mencari pasangan elektronnya dengan cara
merusak dan menyerang sel tubuh yang lain. Kerusakan ini apabila berjalan terus-
menerus dapat menimbulkan berbagai masalah dalam tubuh sehingga diperlukan
pemutusan biosintesis prostaglandin untuk mengatasi terjadinya nyeri dengan
adanya senyawa antioksidan dari luar yang akan melakukan penangkapan radikal
bebas. Proses penangkapan radikal bebas dengan antioksidan ini selanjutnya akan
menghambat proses asam arakhidonat tidak berubah menjadi prostaglandin
endoperosida siklik dan biosintesis prostaglandin terhenti. Prostaglandin
endoperoksida siklik merupakan prazat semua prostaglandin, oleh karena itu bila
senyawa tersebut tidak terbentuk, maka sintesis prostaglandin terhenti dan proses
nyeri dapat diatasi (Puspitasari, Listyawati, Widiyani, 2003).
Pada proses nyeri radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat
dikonversi menjadi endoperoksida melalui jalur siklooksigenase dan
hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan mediator
nyeri, yang selanjutnya disiklisasi menjadi prostaglandin endoperoksida siklik
dalam bentuk PGG2 dengan bantuan enzim sikloosigenase. Jumlah radikal bebas
meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh
memproduksi antioksidan endogen yang terbatas. Apabila antioksidan endogen
tidak mampu mengatasi secara efektif maka dibutuhkan antioksidan eksogen
(Wulandari dan Hendra, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Adanya efek analgesik dalam dekokta daun Macaranga tanarius L. diduga
karena kehadiran senyawa flavonoid dan glikosida yang larut dalam air. Menurut
Phommart et al., (2005) daun Macaranga tanarius L. dilaporkan mengandung
senyawa flavonoid seperti tanarifuranonol, tanariflavanone C, tanariflavanone D
dan nymphaeol B, di mana flavonoid berperan sebagai senyawa yang dapat
menangkap radikal bebas terhadap 2,2-difenil-1pikrilhidrazil (DPPH) dan
antioksidan. Flavonoid berperan sebagai penstabil Reactive Oxygen Spesies
(ROS) melalui reaksinya dengan senyawa reaktif dan radikal sehingga radikal
penyebab kerusakan jaringan sel menjadi inaktif. Selain itu flavonoid berperan
dalam menghambat pelepasan asam arakidonat dengan memblok jalur
siklooksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin yang menjadi mediator
terjadinya nyeri (Hidayanti, Listywati, dan Setyawan, 2005). Adanya sifat
antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga mampu memberikan efek
analgesik karena dapat menghambat inisiasi pembentukan radikal bebas dan
menghambat sintesis prostaglandin.
Senyawa glikosida yang larut dalam air yaitu macarangioside A-C dan
mallophenol B hasil ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. juga
menunjukkan aktivitas penangkapan oksidan reaktif seperti radikal bebas
(Matsunamai et al., 2006). Melalui pendekatan struktur, macarangioside A-C dan
dan mallophenol B berperan sebagai antioksidan yang mempunyai gugus karbonil
(C=O) dengan ikatan rangkap terkonjugasi yang memiliki α, β unsaturated.
Apabila terprotonasi terjadi perpindahan elektron yang mampu menangkap radikal
bebas sehingga dapat menghambat jalur pembentukan prostaglandin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
F. Kekerabatan Dosis
Hasil analisis statistik menunjukkan persen proteksi dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada kelompok, dosis terendah 83333 mg/kgBB
dibandingkan dengan dosis menengah 1666,67 mg/kgBB memiliki perbedaan
yang bermakna. Ketika dosis terendah 83333 mg/kgBB dibandingkan dengan
dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB hasil analisis statistik menunjukkan persen
proteksi memiliki perbedaan tidak bermakna. Pemberian dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis menengah 1666,67 mg/kgBB dibandingkan dengan
dosis tertinggi 3333,33 mg/kgBB memiliki hasil analisis statistika persen proteksi
yang berbeda bermakna. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada kekerabatan dosis antara pemberian ketiga dosis dekokta daun Macaranga
tanarius L. dengan penurunan jumlah geliat pada mencit yang terinduksi asam
asetat 1%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis statistik yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada
mencit betina galur Swiss.
2. Persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L. pada mencit
betina galur Swiss pada dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB
berturut-turut adalah 60,5; 74,8; dan 53,6 %.
3. Perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga tanarius L.
pada mencit betina galur Swiss dosis 833,33; 1666,67; dan 3333,33
mg/kgBB berturut-turut adalah -17,4; +1,7; dan -26,7 %.
4. Tidak ada kekerabatan dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius
L. dengan penurunan jumlah geliat pada mencit betina galur Swiss
terinduksi asam asetat 50 mg/KgBB.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1. Penelitian lanjutan terhadap efek pemberian jangka panjang berupa uji
toksisitas sub kronis dekokta daun Macaranga tanarius L. sebagai
analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2. Penelitian lebih lanjut mengenai efek analgesik pada rentang dosis yang
dipersempit yaitu antara 833,33 mg/kgBB hingga 1666,67 mg/kgBB dan
rentang dosis antara 1666,67 mg/kgBB hingga 3333,33 mg/kgBB untuk
mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius
L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA ACPA Resource Guide To Chronic Pain Medication & Treatment, 2014 Edition,
http://www.theacpa.org/uploads/ACPA_Resource_Guide_2014_FINAL.pdf, diakses tanggal 10 Agustus 2015.
Andini, A.P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Anzenbacher, P., Zanger, U.M., (Eds.), 2012, Metabolism of Drugs and Other
Xenobiotics, Wiley-VCH, Germany, pp. 562-563. Aruoma, O., 2003, Methodological Consideration for Characterizing Potential
Antioxidant Action of Bioactiver Components in Plant Foods, Mutation Research, Vol. 523-524, pp. 9-20.
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Kebutuhan Dasar
Klien, Salemba Medika, Jakarta, hal. 112-115. Astuti, M., 2001, Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan : Dasar
Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam, Bag. Biokimia, Bagian Biokimia FKUI, Jakarta, hal.1-15.
Azizah, N., Suarsini, E., Prabaningtyas, S., 2014, Analisis Kandungan Kimia
Infusa Tanaman Sangket (Basilicum polystachyon (L.) Moench) dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa Tanaman Sangket Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro, Skripsi, Universitas Negeri Malang, Malang.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat
Obat Asli Indonesia, Jakarta, hal. 3-4. Bast, A., G.R.M.M. Haenen and C.J.A. Doelman, 1991, Oxidants and
Antioxidants: State of Art, The American journal of Medicine, Proceedings
of a Symposium Oxidants and Antioxidats : Pathophysiologic Determinants
and Therapeutic Agents.
Baumann, T. J., 2005, Pain Management, Pharmacotherapy A Pathopyysiologic Approach, The McGraw-Hill Companies, New York, p. 1093.
Brookoff, D., 2005, Chronic pain as a disease the pathophysiology of disorderes pain, in McCarberg W., Passik SD (eds) : The Expert Guide to Pain Management, American College of Physicans, Philadelphia, pp.1-33.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Cannon, J.G., 2007, Pharmacology for Chemist, Second Edition, American Chemical Society, New York, pp.192-193.
Cichoke, A.J., 2001, Secret of Native American Herbal Remedies, Library of Congress Cataloging, New York, pp.14-15.
Chyka P.A., Erdman A.R., Christianson G., Wax P.M., Booze L.L., Manoguerra A.S. et al., 2007, Salicylate poisoning: An evidence‐based consensus guideline for out‐of‐ hospital management, Clinical Toxicology, 45 : 95‐131.
Coulter, B., 2003, Salicylate (SALY), Bulletin 9282 tdm 9, Beckman Cuolter, Inc.
www.beckmancoulter.com, diakses pada 16 April 2015. Dahlan, M.S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 6, Salemba
Medika, Jakarta, hal. 7, 12-14, 92-98,110-116. Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta, hal. 31-
35. Dewoto, H.R., 2007, Analgesik Opioid Antagonis, Farmakologi dan Terapi, Ed.5,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 210-211.
Dinkes, 2010, Informasi tentang Asetosal,
http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/220-asetosal.html, diakses tanggal 15 September 2015.
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M.,
2008, Pharmacotherapy : A Patophysiologic Approach, McGrawHill, USA, pp. 989-1002.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46. Dugdale, D.C., 2009, Pain, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/pain.html,
diakses tanggal 15 April 2015.
Edeoga HO, Okwu DE. & Mbaebre BO, 2005, Phytochemical Constituent of Some Nigerian Medicinal Plants, Afr Journal of Biotechnology, 4: 685-688
Fessenden, R. J. & Fessenden, J. S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta, hal 400-403.
Galati, G. and O‘Brien, P.J., 2004, Potential Toxicity of Flavonoids and Other Dietary Phenolics, Free Radic Biol Med, 37(3): 287–303.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB, Bandung, hal. 353.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Harjanto, 2004, Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga, Jurnal Kedokteran,
Yarsi, 12(3) : 82,83-85. Hartwig, M. S. & Wilson, L. M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Vol. 2, EGC, Jakarta, hal. 1063-1064, 1073, 1075. Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Anti-Inflamasi Jus Buah Nanas (Ananas
comosus L.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma. Hidayati, N., Listyawati, S., Setyawan A., 2005, Kandungan Kimia dan Uji
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1): 10-17
IASP, 2015, Pain Terms, http://www.iasp-pain.org/Taxonomy#Pain, diakses
tanggal 15 April 2015. Kardoko, H dan M. Eleison, 1999, Pemanfaatan ekstrak buah kemukus (Piper
cubeba L.F) sebagai analgetika, Buletin Penalaran Mahasiswa UGM, 6 (1): 9-11.
Kasran, K.S., Kusumaratna, R.K., 2006, Penatalaksanaan Rasa Nyeri pada Lanjut
Usia, Universa Medicina, Vol.25 No.1. Katno, Pramono S, 2005, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, hal. 1-3.
Khalid, S., Shaik, M.W.M., Israf, D.A., Hashim, P., Rejab., Shaberi, A.M.,
Mohamad, A.S., Zakaria, Z.A., and Sulaiman, M.R., 2009, In Vivo Analgesic Effect of Aqueous Extract of Tamarindus indica L. Fruits, Medical Principles and Practice, 255-259.
Kimbrough, D.R., 2004, The Aspirin Effect : Pain Relief and More, ChemMatters,
7-9. Kristanti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi, 2008, Buku Ajar
Fitokimia, Airlangga University Press, Surabaya, hal.47-48. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., Fukumoto, S., 2014, Analysis of
Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius, The Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20.
Langseth, L., 2000, Antioxidants and Their Effect on Health di dalam: Schmidl
M.K. and T.P. Labuza (Eds.), Essentials of Functional Foods, Aspen Publishers, Inc. Gaithersburg, Maryland.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lenny S., 2006, Senyawa Terpenoid dan Steroid, Department Kimia, Fakultas
Mathematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 10-17.
Levine, R.S., 2004, Pain management: primary oral medications, Medical Progress, 349-59.
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., dan Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant,
antibacterial and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599.
Lin, J.H., Nonaka, G., dan Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds
XCIV. 1)Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins from the Leaves of Macarangan tanarius (L.) MUEL (L.), et ARG., Chem.Pharm. Bul(L.), 38 (5), 1218-1223.
Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the Genus
Macaranga: A review, Journal of Medicinal Plant Research, Vol.8(12), 489-503.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H.,
et al., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MṺL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bul (L.) 54(10) pp. 1403-1407.
Matsunami, K. Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., dkk 2009, Absolute configuration of (+) - pinoressinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranosidine, macarangiosides E, and F isolated from the leaves of Macaranga tanarius L., Phytochemistry 70, 1277-1285.
Muchlisin, M.A., Purwanto, B.T., Astuti, E.J., 2013, Preparasi 4-Asetamidofenil
Benzoat dan Uji Aktivitas Analgesik pada Mencit, Media Farmasi, Vol 10 No.2 : 1-8.
Muhammad, N., Saeed, M & Khan, H., 2012, Antipiretic, Analgesic and Anti-Inflammatory Activity of Viola betonicifolia Whole Plant, BMC Complementary and Alternative Medicine, 12 (59).
Murray, R.K., K.G. Daryl, A.M. Peter & W.R. Victor, 1993, Harper’s
Biochemistry, Ed.22, Prentice Hall Internat Inc., London.
Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi ke-5, Erlangga, Jakarta, hal. 65-70.
Nicholson, B., 2006, Differential Diagnosis: Nociceptive and Neuropathic pain,
Am J Managed Care, 12:S256-S262.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ong, H.C., 2008, Tumbuhan Liar : Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, PRIN-AD SDN. BHD., Kuala Lumpur, hal. 124-125.
Phommart, S., Suthivaiyakit, P., Chimnoi N., Ruchirawat, S., dan Suthivaiyakit,
S., 2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68, 927-930.
Phytomedika, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta, hal.49.
Pokorny, J., N. Yanishlieva, and M. Gordon. 2001. Antioxidant in Food : Practical Application. CRC Pres. Boca Raton, Coston, New York, Washington, Dc. Woodhead Publishing Limited. Cambridge, England.
Prasetyo, dan Endang, I., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan
(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu, hal.19.
Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar, Penerbit Leskonfi: Jawa Barat, hal.115.
Pudjiastuti, B., Dzulkarnain, dan B. Nuratmi, 2000, Uji analgetik infus rimpang lempuyang pahit (Zingiber amaricans BL.) pada mencit putih, Cermin Dunia Kedokteran, 129: 39-41.
Putra, D.A.G., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota, L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Putri, M.D.P.T.G., dan Kawabata, J., 2010, Novel α- glucosidase inhibitors from Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, 384-389.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., 2007, Pharmacology, Ed 6, Churchill Livingstone, New York, pp. 213-223.
Riadiani, R.P., 2006, Efek Analgesik Ekstrak Petroleum Eter Daun Senggani (Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Robbinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, 6th edition, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 1995, Kamdungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung, hal. 191.
Roy V., 2007, Pharmacology Autacoids:Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs, Antipyretics, Analgesics: Drugs used in Gout, http://nsdl.niscair.res.in/jspui/bitstream/123456789/744/1/revised%20Autacoids%20nonsteroidal%20antiinflammatory%20drugs.pdf diakses pada 16 April 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Salah, W., Miller, N.J., Pangauga, T., Bolwell, G.P., Rice, E., and Evans, C., 1995, Polyphenolic Flavonols As Scavengers of Aqueous Phase Radicals As Chainbreaking Antioxidant, Arch. Biochem. Biorh, 2, 339-346.
Sendjaja, E., 2007, Efek Analgesik Infusa Bunga Srigading (Nyctanthes arbor-
tritis L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Sirait, M.D., D. Hargono, J.R. Wattimena, M. Husin, R.S. Sumadilaga, dan S.O. Santoso, 2007, Pedoman Pengujian Dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica, Jakarta, hal. 17.
Siswandono dan Soekarjdo, 2000, Prinsip-Prinsip Rancangan Obat, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 293-294.
Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi,Citra AjiParama, Yogyakarta, hal.8.
Somchit, M. N., Shukriyah, M. H. N., Bustamam, A. A., & Zuraini, A.,2005,
Anti-pyretic and analgesic activity of Zingiber zerumbet, International
Journal of Pharmacology, 1(3), 277- 280.
Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992,
Flora:Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh
Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp.35,36,37,49,50.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I. Adnyana, I Ketut, Setiadi, A. P., Kusnandar, 2009, ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta, hal. 517.
Supriyatna, Moelyono, Iskandar, Febriyanti, 2014, Prinsip Obat Herbal, Deepiblish, Yogyakarta, hal.31
Syukur, C dan Hernani, 2002, Budidaya Tanaman Obat Komersil, Penerbit Swadaya. Jakarta.
Tabalubun, E. M., 2013, Efek Analgesik Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus
L. Benth) Dengan Metode Rangsang Kimia Pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Thompson, EB, 1990, Drug Bioscreening, Drug Evaluation Technique in
Pharmacology, New York : VCH Publisher Inc. Timby, B.K., 2009, Fundamental Nursing Skill and Concepts, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 435-436. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisis VI, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, hal. 312-317.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Todingbua, G., 2014, Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu (Macaranga tanarius L. Mull. Arg) Pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Turner, R. A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Vol. I, Academic Press,
New York, p.160. Tusthi, G.N.T., 2007, Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun Senggani
(Melastoma polyanthum BI.) Pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assay,
edisi 2, Springer, Jerman, pp. 716-717. Wasis, Ns., 2008, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 19, 48. WHO Guidelines Good Agricultural and Collection Practices, 2003, WHO
Guidelines Good Agricultural and Collection Practices (GACP) for Medicinal Plant, World Health Organization, Geneva, pp. 9-11.
Wijayakusuma, H.M., 2000, Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia sebagai
Produk Kesehatan, Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta, hal. 25-26.
Wilmana, P.F., Gan, S., 2007, Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 210-233.
Winahyu, P.N.P., 2015, Pengaruh Praperlakuan Infusa Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Efek Analgesik Ibuprofen pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Univeristas Sanata Dharma.
Winarsi, Herry, M.S., 2007, Antioksidan Alam dan Radikal Bebas, Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisus, Yogyakarta, hal 18-19. Woolf, C.J., 2004, Pain: moving from symptom control towards mechanism-
specific pharmacologic management, Annals of Internal Medicine, 140(6):441-51.
Wulandari, D., 2010, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. pada
Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Wulandari, D., Phebe, H., 2011, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius
L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Bionatura, Vol. 13, No. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medika, 1991, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokima dan Pengujian Klinik, Jakarta, hal. 3, 41, 259.
Yuhernita, 2011, Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun
surian yang berpotensi sebagai antioksidan, Makara sains, 15(1):50-51. Zainal, A.N., 2002, Stress oksidatif dan penyakit degeneratif: Suatu tinjauan
biokimia, Jurnal Kedokteran Yarsi, 10(3):69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 1. Daun Macaranga tanarius L. dan dekokta Macaranga tanarius
L.
Gambar 10. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L.
Gambar 11. Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 2. Proses pengamatan uji analgesik dekokta
Macaranga tanarius L.
Gambar 12. Geliat mencit yang memenuhi syarat
Gambar 13. Geliat mencit yang tidak memenuhi syarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L.
Uji Alkaloid Uji Tanin
Uji Glikosida Uji Saponin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Uji Terpenoid Uji Fenolik
Uji Flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun
tanarius
Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius L.
100
Macaranga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 7. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data
secara statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 8. Perhitungan dosis
a. Dosis aquadest
Berat jenis aquadest adalah 1 g/ml. Dosis pemberian aquadest
menggunakan ½ volume maksimal yaitu 0,5 ml. Dosis aquadest yang
digunakan adalah 25 g/kg BB mencit. Perhitungan dosis untuk aquadest
sebagai berikut :
D x BB = C x V
D x 20 gramBB = 1 gram/ml x 0,5 ml
D = �,������/��
�������������� = 0,025 mg/kgBB mencit = 25 gram/kgBB mencit
b. Dosis asam asetat
Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Wulandari (2010), Andini
(2010) dosis 50 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 75 mg/kgBB.
Melalui hasil pelaporan tersebut, dosis yang digunakan dalam percobaan yaitu
asam asetat dosis 50 mg/kgBB sebagai dosis yang dapat menimbulkan nyeri
berupa geliat.
c. Dosis asetosal
Kekuatan asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian sebelumnya yaitu 500 mg yang digunakan pada manusia dengan
berat badan 50 kg (Wulandari, 2010). Apabila dikonversikan pada manusia
dengan berat badan 70 kg maka : (70/50) x 500 mg = 700 mg. Dosis asetosal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
pada mencit dengan berat badan 20 gram dikonversikan ke dalam dosis
manusia dengan berat badan 70 kg adalah 0,0026. Perhitungannya sbb. :
Dosis = 700 mg x 0,0026
= 1,82 mg / 20 gramBB
= 91 mg/kgBB
d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
Dasar penentuan peringkat :
5) Bobot tertinggi mencit = 30 gram
6) Pemberian dekokta menggunakan volume maksimal tertinggi pemberian
secara per oral, yaitu 1 mL
7) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan yaitu
10%
8) Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius L. yaitu :
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g / 100 mL x 1 mL
D = 0,003333 g/g BB
D = 3333,33 mg/kg BB
Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dosis 3333,33 mg/kgBB
kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu : 3333,33;
1666,67; 833,33 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9. Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia
Faktor konversi dari mencit 20-30 gram ke manusia 70 kg = 387,9
Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg
Rumus :
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00083333 g/gBB
= 0,0249999 g/30gBB
Dosis manusia = 0,0249999 g / 30gBB x 387,9
= 9,69746121 g / 70kgBB
= 6,926758 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00166767 g/gBB
= 0,0500301 g/30gBB
Dosis manusia = 0,0500301 g / 30gBB x 387,9
= 19,40667579 g / 70kgBB
= 13,8619113 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00333333 g/gBB
= 0,0999999 g/30gBB
Dosis manusia = 0,0999999 g / 30gBB x 387,9
= 38,78996121 g / 70kgBB
= 27,70711515 g /50 kgBB
Dosis manusia = dosis mencit 30 gBB x angka konversi ke manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 10. Hasil analisis statistik jumlah geliat pada penetapan selang
waktu pemberian
a. Uji normalitas kontrol negatif CMC-Na dengan selang waktu 10 menit
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Kontrol Negatif CMC-Na
selang 10 menit .175 3 . 1.000 3 1.000
Selang waktu pemberian 10
menit .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara
kelompok kontrol negatif dan kelompok selang waktu 15 menit
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Geliat Kontrol Negatif CMC-
Na selang 10 menit
Mean 92.0000 1.73205
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 84.5476
Upper Bound 99.4524
5% Trimmed Mean .
Median 92.0000
Variance 9.000
Std. Deviation 3.00000
Minimum 89.00
Maximum 95.00
Range 6.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Selang waktu
pemberian 10 menit
Mean 35.0000 .57735
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 32.5159
Upper Bound 37.4841
5% Trimmed Mean .
Median 35.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 34.00
Maximum 36.00
Range 2.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Geliat Equal
variances
assumed
1.600 .275 31.220 4 .000 57.00000 1.82574 51.93093 62.06907
Equal
variances not
assumed
31.220 2.439 .000 57.00000 1.82574 50.35537 63.64463
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b. Uji T tidak berpasangan antara kontrol selang waktu 10 dan 15 menit
Uji normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Selang waktu 10 menit .175 3 . 1.000 3 1.000
Selang waktu 15 menit .219 3 . .987 3 .780
a. Lilliefors Significance Correction
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara
kelompok selang waktu 10 dan 15 menit
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Geliat Selang waktu 10
menit
Mean 35.0000 .57735
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 32.5159
Upper Bound 37.4841
5% Trimmed Mean .
Median 35.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 34.00
Maximum 36.00
Range 2.00
Interquartile Range .
Skewness .000 1.225
Kurtosis . .
Selang waktu 15
menit
Mean 32.6667 1.45297
95% Confidence Interval for Lower Bound 26.4151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Mean Upper Bound 38.9183
5% Trimmed Mean .
Median 33.0000
Variance 6.333
Std. Deviation 2.51661
Minimum 30.00
Maximum 35.00
Range 5.00
Interquartile Range .
Skewness -.586 1.225
Kurtosis . .
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Geliat Equal
variances
assumed
1.923 .238 1.492 4 .210 2.33333 1.56347 -2.00756 6.67423
Equal
variances not
assumed
1.492 2.616 .245 2.33333 1.56347 -3.08186 7.74852
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 11. Hasil analisis statistik uji efek analgesik dekokta daun
Macaranga tanarius L.
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Geliat Kontrrol Negatif Aquades .168 5 .200* .977 5 .920
Kontrol Positif Asetosal .214 5 .200* .915 5 .497
Dosis Rendah .240 5 .200* .860 5 .227
Dosis Tengah .180 5 .200* .952 5 .754
Dosis Tinggi .221 5 .200* .915 5 .501
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
Geliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.122 4 20 .014
ANOVA
Geliat
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 18516.160 4 4629.040 129.158 .000
Within Groups 716.800 20 35.840
Total 19232.960 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Rata-rata jumlah geliat dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar
kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Geliat Kontrrol Negatif
Aquades
Mean 99.2000 4.76865
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 85.9601
Upper Bound 1.1244E2
5% Trimmed Mean 99.2778
Median 98.0000
Variance 113.700
Std. Deviation 1.06630E1
Minimum 85.00
Maximum 112.00
Range 27.00
Interquartile Range 20.00
Skewness -.149 .913
Kurtosis -1.044 2.000
Kontrol Positif
Asetosal
Mean 26.8000 2.78209
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19.0757
Upper Bound 34.5243
5% Trimmed Mean 26.6111
Median 25.0000
Variance 38.700
Std. Deviation 6.22093
Minimum 21.00
Maximum 36.00
Range 15.00
Interquartile Range 11.50
Skewness .865 .913
Kurtosis -.537 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Dosis Rendah Mean 39.6000 1.77764
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 34.6645
Upper Bound 44.5355
5% Trimmed Mean 39.7778
Median 41.0000
Variance 15.800
Std. Deviation 3.97492
Minimum 33.00
Maximum 43.00
Range 10.00
Interquartile Range 6.50
Skewness -1.538 .913
Kurtosis 2.356 2.000
Dosis Tengah Mean 24.4000 .92736
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 21.8252
Upper Bound 26.9748
5% Trimmed Mean 24.3889
Median 24.0000
Variance 4.300
Std. Deviation 2.07364
Minimum 22.00
Maximum 27.00
Range 5.00
Interquartile Range 4.00
Skewness .236 .913
Kurtosis -1.963 2.000
Dosis Tinggi Mean 44.8000 1.15758
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 41.5860
Upper Bound 48.0140
5% Trimmed Mean 44.7778
Median 44.0000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Variance 6.700
Std. Deviation 2.58844
Minimum 42.00
Maximum 48.00
Range 6.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .363 .913
Kurtosis -2.413 2.000
Multiple Comparisons
Geliat Tamhane
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper
Bound
Kontrrol Negatif
Aquades
Kontrol Positif Asetosal 72.40000* 5.52087 .000 49.4555 95.3445
Dosis Rendah 59.60000* 5.08920 .001 35.7012 83.4988
Dosis Tengah 74.80000* 4.85798 .001 49.2695 100.3305
Dosis Tinggi 54.40000* 4.90714 .002 29.3165 79.4835
Kontrol Positif
Asetosal
Kontrrol Negatif
Aquades -72.40000* 5.52087 .000 -95.3445 -49.4555
Dosis Rendah -12.80000 3.30151 .062 -26.2024 .6024
Dosis Tengah 2.40000 2.93258 .998 -11.7381 16.5381
Dosis Tinggi -18.00000* 3.01330 .015 -31.7551 -4.2449
Dosis Rendah Kontrrol Negatif
Aquades -59.60000* 5.08920 .001 -83.4988 -35.7012
Kontrol Positif Asetosal 12.80000 3.30151 .062 -.6024 26.2024
Dosis Tengah 15.20000* 2.00499 .003 6.6058 23.7942
Dosis Tinggi -5.20000 2.12132 .367 -13.7718 3.3718
Dosis Tengah Kontrrol Negatif
Aquades -74.80000* 4.85798 .001 -100.3305 -49.2695
Kontrol Positif Asetosal -2.40000 2.93258 .998 -16.5381 11.7381
Dosis Rendah -15.20000* 2.00499 .003 -23.7942 -6.6058
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Dosis Tinggi -20.40000* 1.48324 .000 -26.1544 -14.6456
Dosis Tinggi Kontrrol Negatif
Aquades -54.40000
* 4.90714 .002 -79.4835 -29.3165
Kontrol Positif Asetosal 18.00000* 3.01330 .015 4.2449 31.7551
Dosis Rendah 5.20000 2.12132 .367 -3.3718 13.7718
Dosis Tengah 20.40000* 1.48324 .000 14.6456 26.1544
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 12. Data persen proteksi geliat terhadap kontrol negatif aquadest
pada uji efek analgesik dekokta daun Macarnga tanarius L.
Kelompok Perlakuan
Persen Proteksi
1 2 3 4 5
Kontrol Negatif Aquadest Dosis 0,025 mg/kgBB ‐12.903 14.314 5.242 ‐7.863 1.21
Kontrol Positif Asetosal Dosis 91 mg/kgBB 69.758 79.839 73.79 64.718 77.823
Dekokta Dosis 833,33 mg/kgBB 56.653 60.685 57.661 68.75 58.669
Dekokta Dosis 1666,67 mg/kgBB 72.782 75.806 76.814 74.798 73.79
Dekokta Dosis 3333,33 mg/kgBB 52.621 54.637 55.645 53.629 51.613
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persen_
Proteksi
Kontrol Negatif Aquadest .168 5 .200* .977 5 .920
Kontrol Positif Asetosal .176 5 .200* .962 5 .823
DDM Dosis 833,33 mg/kgBB .283 5 .200* .816 5 .108
DDM Dosis 1666,67 mg/kgBB .136 5 .200* .987 5 .967
DDM Dosis 3333,33 mg/kgBB .136 5 .200* .987 5 .967
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Test of Homogeneity of Variances
Persen_Proteksi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.436 4 20 .010
ANOVA
Persen_Proteksi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18731.624 4 4682.906 128.941 .000
Within Groups 726.363 20 36.318
Total 19457.987 24
Rata-rata persen proteksi dengan standar error (SE) pada uji efek analgesik antar
kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Persen_
Proteksi
Kontrol Negatif
Aquadest
Mean .0000 4.80701
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -13.3464
Upper Bound 13.3464
5% Trimmed Mean -.0784
Median 1.2100
Variance 115.537
Std. Deviation 1.07488E1
Minimum -12.90
Maximum 14.31
Range 27.22
Interquartile Range 20.16
Skewness .149 .913
Kurtosis -1.044 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kontrol Positif
Asetosal
Mean 73.1856 2.73484
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 65.5925
Upper Bound 80.7787
5% Trimmed Mean 73.2864
Median 73.7900
Variance 37.397
Std. Deviation 6.11529
Minimum 64.72
Maximum 79.84
Range 15.12
Interquartile Range 11.59
Skewness -.461 .913
Kurtosis -1.117 2.000
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB
Mean 60.4836 2.17149
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 54.4546
Upper Bound 66.5126
5% Trimmed Mean 60.2372
Median 58.6690
Variance 23.577
Std. Deviation 4.85560
Minimum 56.65
Maximum 68.75
Range 12.10
Interquartile Range 7.56
Skewness 1.748 .913
Kurtosis 3.152 2.000
DDM Dosis
1666,67 mg/kgBB
Mean 74.7980 .71276
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 72.8191
Upper Bound 76.7769
5% Trimmed Mean 74.7980
Median 74.7980
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Variance 2.540
Std. Deviation 1.59379
Minimum 72.78
Maximum 76.81
Range 4.03
Interquartile Range 3.02
Skewness .000 .913
Kurtosis -1.200 2.000
DDM Dosis
3333,33 mg/kgBB
Mean 53.6290 .71276
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 51.6501
Upper Bound 55.6079
5% Trimmed Mean 53.6290
Median 53.6290
Variance 2.540
Std. Deviation 1.59379
Minimum 51.61
Maximum 55.64
Range 4.03
Interquartile Range 3.02
Skewness .000 .913
Kurtosis -1.200 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:Persen_Proteksi
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Scheffe Kontrol Negatif
Aquadest
Kontrol Positif
Asetosal -73.18560* 3.81146 .000 -86.0908 -60.2804
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB -60.48360
* 3.81146 .000 -73.3888 -47.5784
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-74.79800* 3.81146 .000 -87.7032 -61.8928
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
-53.62900* 3.81146 .000 -66.5342 -40.7238
Kontrol Positif
Asetosal
Kontrol Negatif
Aquadest 73.18560* 3.81146 .000 60.2804 86.0908
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB 12.70200 3.81146 .055 -.2032 25.6072
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-1.61240 3.81146 .996 -14.5176 11.2928
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
19.55660* 3.81146 .002 6.6514 32.4618
DDM Dosis
833,33
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 60.48360* 3.81146 .000 47.5784 73.3888
Kontrol Positif
Asetosal -12.70200 3.81146 .055 -25.6072 .2032
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-14.31440* 3.81146 .025 -27.2196 -1.4092
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
6.85460 3.81146 .534 -6.0506 19.7598
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 74.79800
* 3.81146 .000 61.8928 87.7032
Kontrol Positif
Asetosal 1.61240 3.81146 .996 -11.2928 14.5176
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB 14.31440
* 3.81146 .025 1.4092 27.2196
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
21.16900* 3.81146 .001 8.2638 34.0742
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 53.62900
* 3.81146 .000 40.7238 66.5342
Kontrol Positif
Asetosal -19.55660
* 3.81146 .002 -32.4618 -6.6514
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB -6.85460 3.81146 .534 -19.7598 6.0506
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-21.16900* 3.81146 .001 -34.0742 -8.2638
Tamhane Kontrol Negatif
Aquadest
Kontrol Positif
Asetosal -73.18560
* 5.53053 .000 -96.3272 -50.0440
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB -60.48360
* 5.27473 .000 -84.0276 -36.9396
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-74.79800* 4.85957 .001 -100.9200 -48.6760
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
-53.62900* 4.85957 .003 -79.7510 -27.5070
Kontrol Positif
Asetosal
Kontrol Negatif
Aquadest 73.18560
* 5.53053 .000 50.0440 96.3272
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB 12.70200 3.49209 .070 -.8638 26.2678
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-1.61240 2.82620 1.000 -15.9000 12.6752
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
19.55660* 2.82620 .014 5.2690 33.8442
DDM Dosis
833,33
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 60.48360
* 5.27473 .000 36.9396 84.0276
Kontrol Positif
Asetosal -12.70200 3.49209 .070 -26.2678 .8638
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-14.31440* 2.28547 .017 -25.3703 -3.2585
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
6.85460 2.28547 .272 -4.2013 17.9105
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 74.79800
* 4.85957 .001 48.6760 100.9200
Kontrol Positif
Asetosal 1.61240 2.82620 1.000 -12.6752 15.9000
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB 14.31440* 2.28547 .017 3.2585 25.3703
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
21.16900* 1.00800 .000 17.3221 25.0159
DDM Dosis
3333,33
mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 53.62900
* 4.85957 .003 27.5070 79.7510
Kontrol Positif
Asetosal -19.55660
* 2.82620 .014 -33.8442 -5.2690
DDM Dosis
833,33 mg/kgBB -6.85460 2.28547 .272 -17.9105 4.2013
DDM Dosis
1666,67
mg/kgBB
-21.16900* 1.00800 .000 -25.0159 -17.3221
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 13. Data perubahan persen proteksi geliat terhadap kontrol positif
asetosal dosis 91 mg/kgBB pada uji efek analgesik
Perubahan Persen Proteksi
Kelompok 1 2 3 4 5
Kontrol Negatif Aquadest Dosis 0,025 mg/kgBB
‐117.631 ‐80.441 ‐92.837 ‐110.744 ‐98.347
Kontrol Positif Asetosal Dosis 91 mg/kgBB ‐4.683 9.0911 0.826 ‐11.57 6.336
Dekokta Dosis 833,33 mg/kgBB ‐22.59 ‐17.081 ‐21.213 ‐6.061 ‐19.835
Dekokta Dosis 1666,67 mg/kgBB ‐0.551 3.58 2.203 2.203 0.826
Dekokta Dosis 3333,33 mg/kgBB ‐28.099 ‐25.345 ‐23.967 ‐26.722 ‐29.477
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Perubahan
_Persen_
Proteksi
Kontrol Negatif Aquadest .168 5 .200* .977 5 .920
Kontrol Positif Asetosal .176 5 .200* .962 5 .823
DDM dosis 833,33
mg/kgBB .283 5 .200
* .816 5 .108
DDM dosis 1666,67
mg/kgBB .237 5 .200
* .961 5 .814
DDM dosis 3333,33
mg/kgBB .136 5 .200
* .987 5 .967
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Test of Homogeneity of Variances
Perubahan_Persen_Proteksi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.693 4 20 .008
ANOVA
Perubahan_Persen_Proteksi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34805.026 4 8701.257 129.189 .000
Within Groups 1347.053 20 67.353
Total 36152.079 24
Rata-rata perubahan persen proteksi dengan standar error (SE) pada uji efek
analgesik antar kelompok
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Perubahan_
Persen_
Proteksi
Kontrol
Negatif
Aquadest
Mean -1.0000E2 6.56841
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -1.1824E2
Upper Bound -81.7632
5% Trimmed Mean -1.0011E2
Median -98.3470
Variance 215.720
Std. Deviation 1.46874E1
Minimum -117.63
Maximum -80.44
Range 37.19
Interquartile Range 27.55
Skewness .149 .913
Kurtosis -1.044 2.000
Kontrol Mean .0000 3.73678
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Positif
Asetosal
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -10.3749
Upper Bound 10.3750
5% Trimmed Mean .1377
Median .8260
Variance 69.818
Std. Deviation 8.35570
Minimum -11.57
Maximum 9.09
Range 20.66
Interquartile Range 15.84
Skewness -.461 .913
Kurtosis -1.116 2.000
DDM dosis
833,33
mg/kgBB
Mean -17.3560 2.96706
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -25.5939
Upper Bound -9.1181
5% Trimmed Mean -17.6927
Median -19.8350
Variance 44.017
Std. Deviation 6.63456
Minimum -22.59
Maximum -6.06
Range 16.53
Interquartile Range 10.33
Skewness 1.748 .913
Kurtosis 3.152 2.000
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
Mean 1.6522 .70213
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -.2972
Upper Bound 3.6016
5% Trimmed Mean 1.6675
Median 2.2030
Variance 2.465
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Std. Deviation 1.57002
Minimum -.55
Maximum 3.58
Range 4.13
Interquartile Range 2.75
Skewness -.405 .913
Kurtosis -.178 2.000
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
Mean -26.7220 .97397
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -29.4262
Upper Bound -24.0178
5% Trimmed Mean -26.7220
Median -26.7220
Variance 4.743
Std. Deviation 2.17786
Minimum -29.48
Maximum -23.97
Range 5.51
Interquartile Range 4.13
Skewness .000 .913
Kurtosis -1.199 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent
Variable:Perubahan_Persen_Proteksi
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Scheffe Kontrol Negatif
Aquadest
Kontrol Positif
Asetosal -100.00002* 5.19048 .000 -117.5745 -82.4256
DDM dosis
833,33 mg/kgBB -82.64400
* 5.19048 .000 -100.2184 -65.0696
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-101.65220* 5.19048 .000 -119.2266 -84.0778
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
-73.27800* 5.19048 .000 -90.8524 -55.7036
Kontrol Positif
Asetosal
Kontrol Negatif
Aquadest 100.00002* 5.19048 .000 82.4256 117.5745
DDM dosis
833,33 mg/kgBB 17.35602 5.19048 .054 -.2184 34.9305
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-1.65218 5.19048 .999 -19.2266 15.9223
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
26.72202* 5.19048 .001 9.1476 44.2965
DDM dosis
833,33 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 82.64400* 5.19048 .000 65.0696 100.2184
Kontrol Positif
Asetosal -17.35602 5.19048 .054 -34.9305 .2184
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-19.00820* 5.19048 .030 -36.5826 -1.4338
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
9.36600 5.19048 .531 -8.2084 26.9404
DDM dosis
1666,67 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 101.65220
* 5.19048 .000 84.0778 119.2266
Kontrol Positif
Asetosal 1.65218 5.19048 .999 -15.9223 19.2266
DDM dosis
833,33 mg/kgBB 19.00820
* 5.19048 .030 1.4338 36.5826
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
28.37420* 5.19048 .001 10.7998 45.9486
DDM dosis
3333,33 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 73.27800
* 5.19048 .000 55.7036 90.8524
Kontrol Positif
Asetosal -26.72202
* 5.19048 .001 -44.2965 -9.1476
DDM dosis
833,33 mg/kgBB -9.36600 5.19048 .531 -26.9404 8.2084
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-28.37420* 5.19048 .001 -45.9486 -10.7998
Tamhane Kontrol Negatif
Aquadest
Kontrol Positif
Asetosal -100.00002
* 7.55696 .000 -131.6213 -68.3787
DDM dosis
833,33 mg/kgBB -82.64400
* 7.20746 .000 -114.8151 -50.4729
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-101.65220* 6.60583 .001 -137.7330 -65.5714
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
-73.27800* 6.64023 .003 -108.9717 -37.5843
Kontrol Positif
Asetosal
Kontrol Negatif
Aquadest 100.00002
* 7.55696 .000 68.3787 131.6213
DDM dosis
833,33 mg/kgBB 17.35602 4.77148 .070 -1.1797 35.8918
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-1.65218 3.80217 1.000 -21.7036 18.3993
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
26.72202* 3.86163 .014 7.2001 46.2439
DDM dosis
833,33 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 82.64400
* 7.20746 .000 50.4729 114.8151
Kontrol Positif
Asetosal -17.35602 4.77148 .070 -35.8918 1.1797
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-19.00820* 3.04901 .023 -34.6513 -3.3651
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
9.36600 3.12283 .272 -5.7403 24.4723
DDM dosis
1666,67 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 101.65220
* 6.60583 .001 65.5714 137.7330
Kontrol Positif
Asetosal 1.65218 3.80217 1.000 -18.3993 21.7036
DDM dosis
833,33 mg/kgBB 19.00820* 3.04901 .023 3.3651 34.6513
DDM dosis
3333,33
mg/kgBB
28.37420* 1.20067 .000 23.6303 33.1181
DDM dosis
3333,33 mg/kgBB
Kontrol Negatif
Aquadest 73.27800
* 6.64023 .003 37.5843 108.9717
Kontrol Positif
Asetosal -26.72202
* 3.86163 .014 -46.2439 -7.2001
DDM dosis
833,33 mg/kgBB -9.36600 3.12283 .272 -24.4723 5.7403
DDM dosis
1666,67
mg/kgBB
-28.37420* 1.20067 .000 -33.1181 -23.6303
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Analgesik Dekokta
Daun Macaranga tanarius L. dengan Metode Geliat pada
Mencit Betina Galur Swiss” memiliki nama lengkap
Kristiyani Irawati, merupakan anak kedua dari dua
bersaudara pasangan Wagino dan Sri Ambar Kusti.
Penulis dilahirkan di Cirebon, 30 Januari 1994.
Pendidikan formal yang telah ditempuh, yaitu TK Kristen 1 Penabur Cirebon
(1998-2000), kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD
Kristen 1 Penabur Cirebon (2000-2006). Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
ditempuh oleh penulis di SMP Kristen 1 Penabur Cirebon (2006-2009), kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kristen 1 Cirebon
(2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Farmasi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012. Semasa menempuh
kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan baik dalam fakultas maupun luar
fakultas. Penulis pernah menjadi Sie Infokom “JMKI” (2013-2014), Fasilitator
“Cara Belajar Ibu Aktif” (2014), Sekretaris “Malam Keakraban JMKI” (2014),
Sie Publikasi “Paingan Festival” (2013), Sie Perlengkapan “Pharmacy
Competition” (2013). Penulis pernah menjadi finalis Program Kreavitas
Mahasiswa Bidang Kewirausahaan tingkat Yogyakarta (2014). Penulis aktif
dalam beberapa kegiatan di luar fakultas, menjadi anggota paduan suara “Talent
Choir” (2014-2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI