RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM

4
RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM Makasar, 11-13 Agustus 2006 Pandangan petugas lapangan terhadap para pengguna napza: a. Orang-orang yang TIDAK BERDAYA, bergantung, lemah, perlu diberi bantuan (pandangan terbanyak); b. Orang-orang yang MENJADI KORBAN; c. Orang-orang yang MEMILIKI HAK sebagai warga negara; d. Orang-orang yang DISTIGMA oleh masyarakat luas; e. Orang-orang yang seharusnya diberikan kesempatan untuk BERDAYA. Respon (yang telah dilakukan) petugas lapangan terhadap pandangan- pandangan tersebut: a. Memberikan informasi kesehatan; b. Memberikan materi pencegahan (jarum steril, kondom); c. Memberikan rujukan layanan kesehatan; d. Memberikan konseling dan penyadaran. Kesenjangan antara pandangan dan respon petugas lapangan: a. Dari keempat respon tersebut, semuanya mengarah pada pandangan bahwa para pengguna adalah orang yang tidak berdaya/lemah sehingga MEMBERI menjadi satu-satunya respon yang paling masuk akal; b. Ketika memandang pengguna napza sebagai korban, para peserta sebenarnya tidak begitu menyepakati hal ini. Ada beberapa yang beranggapan bahwa mereka menjadi korban atas pilihannya sendiri, atau korban pergaulan. Dalam pandangan ini maka menjadi tidak layak jika si korban atas pilihannya sendiri ini DIBERIKAN bantuan; c. Pandangan bahwa para pengguna memiliki hak sebagai warga negara, khususnya dalam hal kesehatan, tidak mendapat respon. Dengan kata lain, tidak ada yang dilakukan terhadap pandangan ini; d. Pandangan bahwa para pengguna distigma oleh masyarakat juga tidak mendapat respon; e. Sama halnya dengan pandangan bahwa para pengguna seharusnya diberikan kesempatan untuk berdaya;

Transcript of RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM

Page 1: RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM

RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM Makasar, 11-13 Agustus 2006

Pandangan petugas lapangan terhadap para pengguna napza:

a. Orang-orang yang TIDAK BERDAYA, bergantung, lemah, perlu diberi bantuan (pandangan terbanyak);

b. Orang-orang yang MENJADI KORBAN; c. Orang-orang yang MEMILIKI HAK sebagai warga negara; d. Orang-orang yang DISTIGMA oleh masyarakat luas; e. Orang-orang yang seharusnya diberikan kesempatan untuk BERDAYA.

Respon (yang telah dilakukan) petugas lapangan terhadap pandangan-pandangan tersebut:

a. Memberikan informasi kesehatan; b. Memberikan materi pencegahan (jarum steril, kondom); c. Memberikan rujukan layanan kesehatan; d. Memberikan konseling dan penyadaran.

Kesenjangan antara pandangan dan respon petugas lapangan:

a. Dari keempat respon tersebut, semuanya mengarah pada pandangan bahwa para pengguna adalah orang yang tidak berdaya/lemah sehingga MEMBERI menjadi satu-satunya respon yang paling masuk akal;

b. Ketika memandang pengguna napza sebagai korban, para peserta sebenarnya tidak begitu menyepakati hal ini. Ada beberapa yang beranggapan bahwa mereka menjadi korban atas pilihannya sendiri, atau korban pergaulan. Dalam pandangan ini maka menjadi tidak layak jika si korban atas pilihannya sendiri ini DIBERIKAN bantuan;

c. Pandangan bahwa para pengguna memiliki hak sebagai warga negara, khususnya dalam hal kesehatan, tidak mendapat respon. Dengan kata lain, tidak ada yang dilakukan terhadap pandangan ini;

d. Pandangan bahwa para pengguna distigma oleh masyarakat juga tidak mendapat respon;

e. Sama halnya dengan pandangan bahwa para pengguna seharusnya diberikan kesempatan untuk berdaya;

Page 2: RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM

Analisis kesenjangan: a. Mengapa pandangan c, d, dan e di atas tidak mendapat respon adalah

karena para petugas lapangan tidak dibekali job desk untuk melakukan hal itu. Ini terungkap ketika para peserta dihadapkan dengan pertanyaan “apa yang belum dilakukan?” Para peserta menganggap segalanya sudah dilakukan – berdasarkan job desk dari lembaga. Pertanyaannya kemudian adalah, jika segalanya sudah dilakukan lalu mengapa masih banyak pengguna napza yang sering dijumpai oleh petugas lapangan tidak berdaya, ketergantungan, tidak mandiri, distigma, dan tidak memperoleh apa yang menjadi hak sebagai warga negara yang melekat padanya?;

b. Agar menjadi layak untuk diberikan bantuan, maka pandangan tentang KORBAN adalah korban dari sesuatu yang lebih kuat dari dirinya sendiri. Dalam diskusi kemudian tergali bahwa para pengguna akhirnya menjadi korban pasar gelap narkoba, korban dari sistem negara yang lemah, aparat yang korup, dan kampanye hitam narkoba. Walaupun posisinya adalah sebagai korban dari sesuatu yang lebih kuat di luar dirinya, para pengguna tidak selayaknya DIBERIKAN bantuan. Pemberian bantuan yang terus-menerus akan membuat mereka semakin tergantung dan menciptakan ketidakberdayaan;

c. Penyadaran akan hak tidak dilakukan, malah yang dilakukan adalah penyadaran bahwa apa yang mereka lakukan adalah kegiatan beresiko dan sebaiknya mengubah perilaku. Perubahan perilaku, apalagi untuk menghentikan pemakaian, membutuhkan upaya dan proses yang panjang serta berulang-ulang. Dukungan berupa pemberian informasi, konseling, dan nasehat yang terus diberikan oleh petugas lapangan membuat para pengguna menjadi tergantung. Ditambah kegagalan para pemakai dalam mengubah perilaku membuat mereka sebagai manusia merasa lemah dan tidak berdaya. Di sisi yang berseberangan, para petugas lapangan terus MEMBERIKAN PENYADARAN untuk mengubah perilaku karena berpandangan bahwa para pengguna sangat-sangat tidak berdaya, lemah bahkan untuk menyadari bahwa perilakunya beresiko dan harus diubah;

d. Stigma terus terjadi karena para pengguna jarang diberikan KESEMPATAN untuk berada dalam ruang publik, ruang untuk pembuktian bahwa mereka adalah manusia yang dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakatnya – dan tetap di sisi lain, sebagai manusia, ada sifat negatifnya;

e. Ketiga pandangan yang tidak mendapat respon dari kerja-kerja lapangan ini mengarahkan pada ketidakberdayaan para pengguna napza sebagai sasaran kegiatan program. Si KORBAN yang TIDAK SADAR dan TIDAK BERDAYA ini malah terus MENDAPATKAN STIGMA dan terus menjauh dari ruang publik. Gagasan tentang PEMBERDAYAAN para pengguna akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan “apa yang belum dilakukan?”

Page 3: RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM

Kesimpulan: a. Korban seharusnya bukan diberikan bantuan tapi DIKUATKAN; b. Agar menjadi kuat, para pengguna yang tercerai berai dan hanya bersifat

kerumunan ini MEMBENTUK KELOMPOK dan BERJEJARING; c. Dalam pembentukan kelompok ini para pengguna membahas masalah-

masalah bersama, menentukan tujuan bersama, dan melaksanakan KEGIATAN BERSAMA;

d. Dalam melakukan kegiatan bersama, kelompok-kelompok pengguna ini pastinya akan bersentuhan atau berada di ruang publik sehingga menjadi ajang PEMBUKTIAN atas stigma yang melekat pada pengguna napza;

e. Ruang-ruang publik yang diisi oleh kelompok pengguna ini yang kemudian menjadi ruang untuk penunaian hak, khususnya hak kesehatan dan hak tersangka, oleh negara. Ketika berada di ruang publik, kelompok pengguna dapat SECARA TERBUKA MEMPERJUANGKAN HAK yang melekat pada diri mereka sebagai warga negara;

f. Dalam pembentukan sebuah kelompok, para petugas lapangan (didukung mandat dari lembaga) perlu SECARA SADAR memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok maupun jaringan kelompok pengguna napza.

Rekomendasi:

Page 4: RANGKUMAN PELATIHAN PETUGAS LAPANGAN LSM