Randomized Controled Trial of Phyllanthus Niruri Linn Extract

39
BAB I PENDAHULUAN “Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn Extract” A. Problem, Intervensi, Compare, & Outcome Problem : Keuntungan secara klinis dari pengobatan antivirus pada anak yang menderita varicella tanpa komplikasi masih kontroversial. Ekstrak Phyllanthus niruri Linn sebagai obat alami digunakan untuk meningkatkan imunitas selular dan humoral. Intervensi : Subjek penelitian, 101 anak usia 2-14 tahun yang menderita varicella tanpa komplikasi. Subjek secara acak diberikan baik sirup ekstrak Phyllanthus niruri Linn (5 mg/5 ml; 3 kali sehari) maupun placebo. Compare : Membandingkan kelompok penelitian yang diberikan ekstrak Phyllanthus niruri Linn dengan kelompok placebo. 1

Transcript of Randomized Controled Trial of Phyllanthus Niruri Linn Extract

BAB I

PENDAHULUAN

“Randomized Controlled Trial of

Phyllanthus niruri Linn Extract”

A. Problem, Intervensi, Compare, & Outcome

Problem : Keuntungan secara klinis dari pengobatan antivirus pada anak yang

menderita varicella tanpa komplikasi masih kontroversial. Ekstrak

Phyllanthus niruri Linn sebagai obat alami digunakan untuk

meningkatkan imunitas selular dan humoral.

Intervensi : Subjek penelitian, 101 anak usia 2-14 tahun yang menderita varicella

tanpa komplikasi. Subjek secara acak diberikan baik sirup ekstrak

Phyllanthus niruri Linn (5 mg/5 ml; 3 kali sehari) maupun placebo.

Compare : Membandingkan kelompok penelitian yang diberikan ekstrak

Phyllanthus niruri Linn dengan kelompok placebo.

Outcome : Khasiat dari ekstrak Phyllanthus niruri Linn didasarkan pada tidak ada

lagi papul baru yang timbul pada monitoring selama 4 hari yang

terdeteksi pada 46 subjek (51,1%) kelompok ekstrak Phyllanthus niruri

Linn dibandingkan dengan kelompok placebo (p=0,723). Sementara itu,

perbedaan khasiat berdasarkan waktu hilangnya krusta pada kelompok

Phyllanthus niruri Linn dan placebo masing-masing adalah 22 subjek

(43,1%) dan 15 subjek (30%); (p=0,053). Temuan ini terbukti memiliki

manfaat klinis (NNT=7,6).

1

Pencarian bukti ilmiah :

Kata Kunci : varicella, varicella-zoster virus, papul, krusta, phyllanthus niruri Linn

Dipilih jurnal berjudul :

“Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn Extract”

Oleh :

Patria Vittarina Sarisetyaningtyas, Sri Rezeki Hadinegoro, Zakiudin Munasir

(Departemen Kesehatan Anak, FKUI/RSCM, Jakarta).

Dimuat dalam :

Paediatricia Indonesiana, volume 46, no. 3-4, p77–81, 2006.

B. Abstrak

Objektif : Untuk mengetahui efektivitas dan keamanan ekstrak Phyllanthus niruri

Linn dalam penatalaksanaan varicella pada anak dibandingkan placebo.

Desain : Metode penelitian double-blind randomized controlled trial.

Partisipan :Subjek penelitian adalah 101 anak-anak yang menderita varicella tanpa

komplikasi dimana papul timbul kurang dari 2 hari, dengan rentang usia

2-14 tahun, dan belum pernah mendapatkan vaksinasi varicella sebelum

didaftarkan dalam penelitian ini.

Intervensi :Subjek penelitian, 101 anak usia 2-14 tahun yang menderita varicella

tanpa komplikasi. Subjek secara acak diberikan baik sirup ekstrak

Phyllanthus niruri Linn (5 mg/5 ml; 3 kali sehari) maupun placebo.

Hasil :Data kuantitatif tentang khasiat dari ekstrak Phyllanthus niruri Linn

didasarkan pada tidak ada lagi papul baru yang timbul pada monitoring

2

selama 4 hari yang terdeteksi pada 46 subjek (51,1%) kelompok ekstrak

Phyllanthus niruri Linn dibandingkan dengan kelompok placebo

(p=0,723). Sementara itu, perbedaan khasiat berdasarkan waktu

hilangnya krusta pada kelompok Phyllanthus niruri Linn dan placebo

masing-masing adalah 22 subjek (43,1%) dan 15 subjek (30%);

(p=0,053). Temuan ini terbukti memiliki manfaat klinis (NNT=7,6).

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat Phyllanthus niruri

Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul-papul dan

krusta baru. Namun, secara klinis Phyllanthus niruri Linn mempercepat

hilangnya krusta dibandingkan dengan placebo.

C. Definisi Operasional

Varicella : suatu penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster dengan

gambaran klinis pada stadium prodromal berupa timbulnya ruam kulit disertai

demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada stadium erupsi kulit muncul di

wajah serta kulit kepala, dan dengan cepat menyebar ke tubuh dan ekstremitas.

Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke

papula, vesikula, pustule, dan akhirnya menjadi krusta.

Varicella-zoster virus : suatu virus yang merupakan salah satu dari 8 jenis virus dari

family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan primate. Merupakan virus

DNA alfa herpesvirus, memiliki 125000 pasangan basa yang mengandung 70 gen.

Papul : Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih

kecil dari 0,5 cm, dan berisikan zat padat. Warna papul dapat merah akibat

peradangan, pucat, hiperkrom, putih atau seperti kulit di sekitarnya.

3

Krusta : Cairan badan yang mongering, dapat bercampur dengan jaringan nekrotik,

maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada beberapa

macam; kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan

kehitaman berasal dari darah.

Phyllanthus niruri Linn : Disebut juga tanaman Meniran dalam khazanah Indonesia;

merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia dan memiliki kandungan senyawa

kimia, yaitu lignan, terpen, flavonoid, lipid, benzenoid, alkaloid, steroid, alcanes,

vitamin C, dan lain-lain. Digunakan sebagai imunostimulator yang dapat

meningkatkan sistem imun pada binatang percobaan maupun manusia.

D. Pendahuluan

Varicella yang dikenal sebagai cacar air, sangat menular. Di daerah

tropis, dilaporkan sebagai penyakit yang tidak berbahaya (benigna) pada anak

tetapi tidak pada dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh herpes virus yang

dinamakan varicella-zoster virus yang juga menyebabkan herpes-zoster. Data

rumah sakit menunjukkan bahwa varicella sebagian besar diderita pada anak

usia 5-13 tahun.

Anak yang sehat menerima tatalaksana simptomatik hanya pada

varicella tanpa komplikasi. Pada kebanyakan anak, keuntungan klinis dari

pengobatan antivirus masih kontroversial.

Pertanyaan-pertanyaan muncul sebagai respon dari kepantasan

penggunaan obat antivirus untuk mengobati suatu penyakit yang secara umum

tidak berbahaya (benigna). Alasan lain adalah ketidaknyamanan pengobatan

4

dengan dosis 4 kali sehari dan kemungkinan resistensi terhadap virus yang

akan berkembang.

Penyakit yang disebabkan oleh virus secara signifikan berhubungan

dengan imunitas. Dengan demikian, upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan imunitas adalah dengan pemberian obat imunostimulan sebagai

suatu terapi adjuvan.

Ekstrak Phyllanthus niruri Linn sebagai obat alami dapat digunakan untuk

meningkatkan imunitas spesifik dan nonspesifik pada penderita. Suatu penelitian

invitro pada mencit membuktikan bahwa pemberian secara oral dari ekstrak

Phyllanthus niruri Linn meningkatkan baik aktivitas makrofag maupun proliferasi

limfosit T. Sebagian limfosit T akan berdiferensiasi menjadi sel T helper 1 yang

berperan penting dalam respon imun selular. Ekstrak ini juga berperan mendorong

sekresi TNF alfa dari makrofag aktif.

Ekstrak Phyllanthus niruri Linn adalah obat herbal yang berasal dari

Indonesia yang kurang diteliti lebih lanjut untuk menerapkan keutamaannya dalam

pelayanan kesehatan. Peneliti mempelajari Phyllanthus niruri Linn dalam manajemen

varicella pada anak.

E. Metode

Penelitian ini adalah suatu penelitian double-blind randomized controlled

trial yang dilakukan di poliklinik rawat jalan, Departemen Kesehatan Anak,

FKUI/RSCM. Sebelum penelitian, persetujuan diperoleh dari komite etik FKUI.

Subjek penelitian adalah anak-anak yang menderita varicella tanpa

komplikasi, dimana papul muncul kurang dari 2 hari, dengan rentang usia 2-14 tahun,

dan belum pernah mendapatkan vaksinasi varicella sebelum didaftarkan dalam

penelitian ini. Persetujuan telah diperoleh dari orang tua.

5

Kriteria eksklusi terdiri atas anak-anak dengan penyakit imunodefisiensi,

menggunakan obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan, menderita gizi buruk,

dan mendapat pengobatan antivirus sekurang-kurangnya selama 2 minggu.

Subjek yang termasuk ke dalam kriteria inklusi secara acak dibagi menjadi

dua kelompok dengan simple randomized sampling. Kelompok penelitian menerima

sirup ekstrak Phyllanthus niruri Linn dan kelompok placebo menerima sirup placebo.

Keduanya dikemas dan diberi label yang sama. Sebuah produk komersial ekstrak

Phyllanthus niruri Linn (Stimuno®) digunakan dalam penelitian ini. Dosis sirup

ekstrak Phyllanthus niruri Linn berdasarkan rekomendasi farmasi adalah 25 mg; 3 x

5 ml selama 5 hari. Obat-obat lain dapat diberikan kecuali yang diindikasikan dalam

kriteria eksklusi.

Pada kunjungan pertama, pemeriksaan fisik dan laboratorium ginjal serta

fungsi hati dilakukan. Sebuah buku catatan diberikan kepada orang tua untuk

mencatat gejala-gejala dan tanda-tanda harian dari penyakit ini, efek samping, dan

pengobatan lain yang diberikan. Subjek di-follow up pada kunjungan kedua setelah

pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn selama 4 hari, dimana pemeriksaan fisik

dan laboratorium serta pengumpulan catatan harian dilakukan. Khasiat ekstrak

Phyllanthus niruri Linn ditentukan dengan memeriksa papul dan krusta. Analisis

statistik dilakukan dengan uji Chi-square.

F. Hasil

101 subjek terdaftar. 51 pasien dalam kelompok penelitian yang

diberikan ekstrak Phyllanthus niruri Linn secara oral dan 50 pasien diberikan

placebo. Karakteristik subjek ditunjukkan pada (tabel 1).

6

Penilaian klinis pada kunjungan pertama dilakukan dengan

menggunakan system penilaian pada (tabel 2). Tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam manifestasi klinis diantara kedua kelompok. Pada kunjungan

kedua tidak ditemukan papul baru, penampakan krusta lebih dari 50% dan

sebagian besar hampir tereliminasi. Penampakan krusta dan sebagian besar

krusta yang tereliminasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada

kedua kelompok (tabel 3). Parameter-parameter tersebut dimonitor melalui

catatan harian pasien.

7

(Figur 1) menunjukkan bahwa jumlah pasien dengan krusta pada

kelompok penelitian lebih tinggi daripada kelompok placebo, walaupun

perbedaannya secara statistik tidak signifikan (p=0,63).

Selama masa observasi selama 5 hari, tidak ditemukan peningkatan

dieresis pada subjek. Efek samping dimonitor dengan pemeriksaan

transaminase, ureum, dan serum kreatinin. Hati dan fungsi ginjal normal.

8

G. Diskusi

Berdasarkan penelitian epidemiologi varicella di Indonesia, insidensi

tertinggi diderita oleh anak usia 5-9 tahun. Penemuan-penemuan serupa juga

ditemukan pada penelitian ini dimana rata-rata usia pada kelompok penelitian

adalah 7 tahun dan pada kelompok placebo adalah 7,6 tahun. Ooi et al

menemukan bahwa varicella lebih banyak diderita anak laki-laki daripada

anak perempuan dengan rasio 1,4 : 1, tidak terlalu berbeda dengan yang

ditemukan pada penelitian ini, yaitu 1,1 : 1.

Manifestasi klinis yang terdeteksi pada kunjungan pertama terdiri atas

demam ringan yang timbul seiring munculnya lesi kulit, seperti papul, vesikel,

dan gatal ringan. Pada saat itu, krusta belum tampak. Proses pemulihan

varicella ditandai oleh suhu tubuh yang normal, berkurangnya jumlah papul,

dan ditemukannya krusta pada sebagian besar tubuh; sebagai tanda bahwa

penyakit ini sudah tidak lagi menular. Hal tersebut ditunjukkan bahwa setelah

4 hari pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn, krusta muncul lebih dari

50% dan sebagian besar tereliminasi pada 43,1% dan 30% pasien pada

kelompok penelitian dibandingkan dengan kelompok placebo. Data yang

dilaporkan dari catatan harian bahwa pada hari ke-3 follow up, subjek pada

kelompok penelitian memiliki krusta lebih banyak dibandingkan dengan

kelompok placebo.

Sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian ini, tidak ditemukan

perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, walaupun observasi klinis

menunjukkan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri Linn memiliki kelebihan

dalam proses munculnya krusta dan mengeliminasinya. Kurniati melaporkan

9

bahwa subjek yang mendapatkan ekstrak Phyllanthus niruri Linn yang

dikombinasikan dengan asiklovir untuk herpes zoster tanpa komplikasi

didapatkan pemulihan yang lebih baik pada lesi kulit dibandingkan kelompok

placebo yang hanya mendapatkan asiklovir. Perbaikan lesi kulit

dimanifestasikan eritema, edema, dan vesikel (p<0,01). Subjek pada kelompok

penelitian memiliki perkembangan klinis yang lebih baik daripada kelompok

placebo, dengan proporsi masing-masing 90,2% dan 88%, walaupun secara

statistik tidak signifikan.

Peneliti mengobservasi bahwa durasi demam pada anak dengan

varicella muncul secara bersamaan dengan timbulnya lesi pada kulit. Hal ini

cukup berbeda pada dewasa dan remaja dimana demam muncul pada 1-2 hari

sebelum timbul lesi. Lebih jauh lagi, penelitian ini menemukan bahwa demam

pada kedua kelompok menghilang pada kunjungan kedua di hari kedua

pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn. Bagaimanapun, subjek pada kedua

kelompok masih mengalami gatal ringan pada kunjungan kedua. Berbeda

dengan penelitian ini, Kurniati melaporkan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri

Linn dapat mengurangi gejala klinis pada pasien dewasa dengan herpes zoster

tanpa komplikasi.

Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn secara klinis telah

dibuktikan aman. Tidak ada subjek yang mengeluhkan peningkatan diuresis,

data ini juga didukung oleh penelitian lain. Munasir melaporkan bahwa

ekstrak Phyllanthus niruri Linn digunakan dengan baik pada pengobatan anak

dengan infeksi saluran pernapasan akut tanpa menggunakan obat antipiretik

atau obat antibiotik. Subjek tidak mengeluhkan apa pun selama follow up

10

setelah pemberian ekstrak Phyllanthus niruri Linn. Kurniati menemukan 60

subjek dengan herpes zoster dengan diuresis ringan terjadi pada 21,4%

kelompok penelitian dibandingkan 27,6% kelompok placebo. Sementara itu,

tidak ditemukan efek samping seperti gangguan fungsi hati dan ginjal. Oleh

karena itu, ekstrak Phyllanthus niruri Linn cukup aman dikonsumsi oleh anak-

anak dengan varicella. Peneliti menyarankan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri

Linn dapat diberikan selama stadium awal penyakit kepada anak dengan

varicella untuk meningkatkan pemulihan dan mempersingkat perjalanan

penyakit.

Kesimpulannya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat

Phyllanthus niruri Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul

baru dan krusta. Bagaimanapun, Phyllanthus niruri Linn memperpecat

kemunculan dan mengeliminasi krusta dibandingkan placebo.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Varicella

Varicella disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV). Varicella

terkenal dengan nama chickenpox atau cacar air adalah penyakit primer

varicella-zoster virus yang pada umumnya menyerang anak. Sedangkan

herpes zoster atau shingles merupakan suatu reaktivitasi infeksi endogen pada

periode laten varicella-zoster virus, umumnya menyerang orang dewasa atau

anak yang menderita defisiensi imun.

Varicella sebagai penyakit virus pada anak, sangat menular, lebih

menular daripada parotitis, tetapi kurang menular bila dibandingkan dengan

campak. Gejala klinis varicella bila mengenai anak sehat pada umumnya tidak

berat dan sangat sedikit yang menderita penyulit. Walaupun demikian,

berdasarkan penelitian di Amerika Serikat bila anak menderita varicella, anak

akan mangkir dari sekolah rata-rata 5-6 hari; dan akan diikuti oleh teman

sekelasnya yang lain oleh karena penularan varicella terjadi sejak sebelum

ruam keluar sampai terjadi krusta (kira-kira 7 hari). Di lain pihak, anak dengan

status imunitas yang menurun (misalnya anak yang menderita leukemia,

anemia aplastik, atau anak yang mendapat pengobatan imunosupresan), akan

mudah menderita penyulit dan kematian.

12

1. Epidemiologi

Di negara barat, kejadian varicella tergantung dari musim (musim

dingin dan awal musim semi). Di Indonesia walaupun belum pernah

dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus menyerang pada musim

peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Angka

kejadian di Indonesia belum pernah diteliti, tetapi di Amerika Serikat

disebutkan kira-kira 3,1-3,5 juta kasus dilaporkan tiap tahun.

Varicella sangat mudah menular terutama melalui kontak langsung,

droplet, atau aerosol dari lesi vesikular di kulit ataupun melalui sekret

saluran napas, dan jarang melalui kontak tidak langsung. Varicella dapat

menyerang semua golongan usia termasuk neonatus, 90% kasus berumur

10 tahun dan terbanyak umur 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa

prodromal sehingga transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau

melalui transfusi darah. Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48

jam sebelum lesi kulit timbul, sampai semua lesi timbul krusta, biasanya

7-8 hari. Seumur hidup seseorang hanya satu kali menderita varicella.

Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit pada herpes zoster.

2. Patogenesis

Varicella-zoster virus merupakan salah satu dari 8 jenis

herpesvirus dari family herpesviridae yang dapat menyerang manusia dan

primata, merupakan virus DNA alfa herpesvirus, memiliki 125.000

pasangan basa yang mengandung 70 gen.

13

Varicella-zoster virus masuk ke tubuh melalui mukosa saluran

napas bagian atas atau orofaring. Pada lokasi masuknya terjadi replikasi

virus yang selanjutnya menyebar melalui pembuluh darah dan limfe

(viremia pertama). Selanjutnya virus berkembang biak di sel

retikuloendotelial. Pada kebanyakan kasus, virus dapat mengatasi

pertahanan nonspesifik seperti interferon dan respon imun. Satu minggu

kemudian, virus kembali menyebar melalui pembuluh darah (viremia

kedua) dan pada saat ini timbul demam dan malaise. Penyebaran ke

seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak

bersamaan, sesuai dengan siklus viremia. Pada keadaan normal, siklus ini

berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan humoral dan selular

spesifik.

3. Gambaran Klinis

Stadium Prodromal

Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan

timbulnya ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta

malaise. Pada remaja dan dewasa, ruam didahului oleh demam selama

2-3 hari sebelumnya, menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia,

nyeri punggung, dan pada beberapa kasus nyeri tenggorok dan batuk.

Stadium Erupsi

Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar

ke badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang

tertutup dan jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan.

14

Penyebaran lesi varicella bersifat sentrifugal. Gambaran yang

menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke

papula, vesikula, pustula, dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan ini

hanya terjadi dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas,

superfisial, dinding tipis, dan tampak seperti tetesan air. Cairan vesikel

pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat

sebukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering

yang dimulai dari bagian tengah dan akhirnya berbentuk krusta. Krusta

akan lepas dalam waktu 1-3 minggu bergantung pada dalamnya lesi

kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah

muda dan kemudian berangsur-angsur hilang.

4. Diagnosis

Diagnosis varicella dapat ditegakkan secara klinis dengan

gambaran dan perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila

diketahui ada kontak 2-3 minggu sebelumnya. Gambaran khas termasuk :

muncul setelah masa prodromal yang singkat dan ringan; lesi berkelompok

terutama di bagian sentral; perubahan lesi yang cepat dari makula,

vesikula, pustule, hingga krusta; terdapatnya semua tingkat lesi kulit

dalam waktu bersamaan pada daerah yang sama; terdapatnya lesi mukosa

mulut.

Umumnya pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan lagi. Pada

tiga hari pertama dapat terjadi leukopenia yang diikuti leukositosis. Serum

antibodi IgA dan IgM dapat terdeteksi pada hari pertama dan kedua pasca

15

ruam. Pemeriksaan rontgen toraks dilakukan untuk mengonfirmasi

ataupun untuk mengekslusi pneumonia. Gambaran nodul infiltrat difus

bilateral umumnya terjadi pada pneumonia varicella primer sedangkan

infiltrat fokal mengindikasikan pneumonia bakterial sekunder. Pungsi

lumbal dapat dilakukan pada anak dengan kelainan neurologis.

5. Pengobatan

Pada anak sehat, varicella umumnya ringan dan sembuh sendiri,

cukup diberikan pengobatan simptomatik. Pada lesi kulit local dapat

diberikan lotio calamine. Untuk mengurangi rasa gatal dapat dengan

kompres dingin, mandi secara teratur, ataupun dengan pemberian

antihistamin. Antipiretik jarang diperlukan.

Antivirus yang dapat diberikan adalah asiklovir atau vidarabin.

Dosis asiklovir 80 mg/kgBB/hari per oral, terbagi dalam 5 dosis selama 5

hari atau 500 mg/m2, intravena tiap 8 jam selama 7 hari dan vidarabin 10

mg/kgBB selama 5 hari. Anak yang mendapat terapi asiklovir disarankan

harus mendapat cukup hidrasi karena asiklovir dapat mengkristal pada

tubulus renal bila diberikan pada individu yang dehidrasi.

6. Pencegahan

Semula vaksin varicella yang merupakan vaksin virus hidup yang

dilemahkan (live attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risiko

terjadi penyulit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, anak

yang mendapat pengobatan imunosupresan, atau menderita defisiensi

16

imun; tetapi pada perkembangannya vaksin ini juga diberikan pada anak

sehat. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan menggunakan vaksin single

live attenuated strain yang sudah terbukti aman, ditoleransi baik dengan

efek samping yang minimal (demam dan ruam minimal) dan memiliki

tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12 tahun, sedangkan di

negara maju tersedia sediaan kombinasi dengan vaksin lain, seperti MMR-

V. Imunisasi pasif dapat diberikan pada kelompok risiko tinggi, sedangkan

pada pasca paparan varicella harus diberikan dalam 96 jam pertama.

Berdasarkan guidelines terbaru dari Advisory Committee on

Immunization Practices of the Centers for Disease Control and

Prevention, pemberian vaksin varicella dosis tunggal belum mampu

mencegah wabah varicella sepenuhnya. Sehingga kini direkomendasikan

pemberian vaksin varicella dua kali (masing-masing 0,5 ml) subkutan pada

anak-anak berusia 12 bulan-12 tahun, dengan interval minimum 3 bulan.

Sedangkan pemberian pada pasien yang telah berusia lebih dari 12 tahun,

interval yang direkomendasikan adalah 4 minggu. Vaksin varicella ini

terbukti mampu memberikan perlindungan hingga 10 tahun kemudian.

B. Phyllanthus niruri Linn sebagai Imunomodulator

Imunomodulator digunakan untuk memperbaiki sistem

imun dengan cara stimulasi (imunostimulan) pada kondisi

defisiensi imun dan menekan (imunosupresan) atau

menormalkannya pada saat reaksi imun berlebihan. Salah

satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai

17

immunomodulator adalah Phyllanthus niruri L21 atau sering

disebut dengan Bahupatra, Bhuimala, Chanca Piedra, Quebra

Piedra, Pitirishi, stone breaker, memeniran, meniran, rami

buah, tamalaka, dan turi hutan.

Kandungan senyawa kimia Phyllanthus niruri Linn,

berupa :

a) Lignan (phyllanthine, hypophyllantine, phyltetraline, lintetralin, niranthin,

nirtetralin, nirurin, niruside, niephyline);

b) Terpen (cymene, limonene,lupeol, lupeol acetate);

c) Flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine,

physetinglucoside);

d) Lipid (ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid, linolenic acid);

e) Benzenoid (methilsalisilate);

f) Alkaloid (norsecurinine, 4-metoxinorsecurinine, entnorsecurinina, nirurine);

g) Steroid (beta sitosterol);

h) Alcanes (triacontanal, triacontanol);

i) dan lain-lain (vitamin C, tannin, saponin).

Phyllanthus niruri L telah digunakan pada Ayurvedic medicine

selama lebih dari 2000 tahun untuk penyakit batu empedu,

gonorhoe, dan diabetes. Secara topikal dipakai untuk

mengobati ulkus, luka, bengkak, dan gatal-gatal. Selain itu

juga digunakan untuk gangguan hati, antiseptik, astringen,

dan diuretik. Untuk gangguan pencernaan dipakai pada

kondisi dispepsia, kolik, diare dan disentri. Pada Ayurvedic

18

Medicine juga digunakan untuk pengobatan bronkhitis, lepra,

anemia, dan asma.

Sementara itu Unani System of Medicine Herb menggunakan

Phyllanthus niruri L untuk luka dan disenteri kronik. Buah

digunakan untuk luka, scabies dan cacing gelang. Akar yang

segar dipercaya baik untuk batu empedu. Campuran daun dan

garam dipakai untuk mengobati scabies dan tanpa garam

untuk mengobati luka dan memar. Infus dari akar dan daun

merupakan tonik yang baik. Di India lazim digunakan pada

gigitan ular dan gangguan pencernaan. Pemakaian secara

tradisional juga digunakan untuk batu ginjal, batu kandung

kemih, penyakit hati dan ayan.

Gambar 1. Phyllanthus niruri Linn

Ekstrak Phyllanthus niruri L telah melalui uji klinis dan pre-

klinis di beberapa rumah sakit besar. Uji klinis acak buta

19

ganda mengenai efek pemberian imunostimulan ekstrak

Phyllanthus niruri L pada pasien infeksi saluran nafas akut oleh

berbagai etiologi pada anak yang dilakukan di Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta, menunjukkan hasil yang baik terutama dalam

mempercepat turunnya suhu badan. Lebih lanjut penggunaan

ekstrak Phyllanthus niruri L sebagai adjuvan dengan obat

antituberkulosis juga menunjukkan perbaikan yang bermakna

dibandingkan dengan plasebo. Demikian juga penelitian

pemberian ekstrak Phyllanthus niruri sebagai ajuvan pada terapi

varisela di Bagian Kulit RSU Tangerang menunjukkan

penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan

penggunaan placebo.

Penggunaan utama Phyllanthus pada kebanyakan

gangguan fungsi hati telah dibuktikan. Phyllanthus menghambat

DNA polymerase – enzyme yang dibutuhkan untuk reproduksi

virus hepatitis B dan mengikat HbsAg pada penelitian in vitro.

Baru-baru ini juga diketahui adanya kasiat hepatoprotektif.

Phyllanthus niruri L mencegah peningkatan GTP dalam serum

maupun sitosol hepar dan kandungan flavanoidnya

merupakan antioksidan yang berpotensi mencegah kerusakan

sel hepar serta dipakai sebagai obat hepatoprotektif atau anti

hepatotoksik. Hasil penelitian menggunakan tikus

20

menunjukkan adanya efek dalam menormalkan penumpukan

asam lemak pada liver setelah minum alkohol.

Penelitian tentang manfaat Phyllanthus niruri L sebagai

imunomodulator terus dilakukan. Beberapa diantaranya telah

membuktikan manfaat imunostimulan pada kasus-kasus

bruselosis kronis dan infeksi virus yang tidak dapat diobati

dengan antibiotika. Beberapa jenis infeksi virus yang dapat

diberikan Phyllanthus niruri L misalnya morbili, influenza,

bronkhitis, rhinovirus, pneumonia, dan herpes simpleks.

Penelitian lain pada mencit Balb/C memberikan kesimpulan

bahwa efek Phyllanthus niruri L setingkat kotrimoksasol dalam

pengendalian infeksi stafilokokus aureus. Phyllanthus juga baik

untuk terapi adjuvant pada kanker dengan menunjukkan

aktifitas antikarsinogenik dan antimutagenik pada penelitian

in vivo dan in vitro.

Dari hasil penelitian in vitro, pemberian ekstrak Phyllanthus

niruri L diketahui mempunyai efek terhadap respon imun

nonspesifik berupa peningkatan fagositosis dan kemotaksis

makrofag, kemotaksis neutrofil, sitotoksisitas sel NK serta

aktivasi komplemen. Terhadap respons imun spesifik

pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L mempunyai efek

meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi

TNFα, IFNγ, dan IL-4 serta menurunkan sekresi IL-2 dan IL-10.

Terhadap imunitas humoral, ekstrak Phyllanthus niruri L ini dapat

21

meningkatkan produksi imunoglobulin M (IgM) serta

imunoglobulin G (IgG).

Hal yang menarik bahwa Phyllanthus diduga kuat

mempunyai efek antiinflamasi. Phyllanthus menunjukkan

kemampuan menghambat nitrit oxida (NO) dan prostaglandin

E-2 (PGE-2), menurunkan endotoxin-induced nitric oxide synthase

(iNOS), cyclooxygenase (COX-2), dan menghambat produksi NFκB

secara in vitro. Juga menghambat induksi IL-1β, IL-10, dan IFNγ

pada whole blood serta reduksi TNFα secara in vivo. Penelitian

pada binatang menunjukkan bahwa Phyllanthus

meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioxidan, seperti

superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT), glutathione-S-transferase

(GST), glutathione peroxidase (GPX), dan glutathione reductase (GR), di

darah maupun jaringan yang tereduksi pada radioterapi,

sehingga mereduksi kerusakan sel akibat radioterapi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Phyllanthus

niruri L merupakan immunomodulator yang bukan hanya

menaikkan, tapi juga mengendalikan sistem imun sehingga

tetap seimbang. Ini sangat penting mengingat bahwa reaksi

imun dapat membahayakan diri sendiri apabila tidak

terkontrol atau terjadi penurunan maupun peningkatan secara

berlebihan.

22

BAB III

PENUTUP

23

A. Kesimpulan

Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara khasiat

Phyllanthus niruri Linn dan placebo dalam hal pencegahan timbulnya papul

baru dan krusta. Namun Phyllanthus niruri Linn memperpecat kemunculan

dan mengeliminasi krusta dibandingkan placebo.

Sementara itu, tidak ditemukan efek samping seperti gangguan fungsi

hati dan ginjal. Oleh karena itu, ekstrak Phyllanthus niruri Linn cukup aman

dikonsumsi oleh anak-anak dengan varicella.

B. Saran

Peneliti menyarankan bahwa ekstrak Phyllanthus niruri Linn dapat

diberikan selama stadium awal penyakit kepada anak dengan varicella untuk

meningkatkan pemulihan dan mempersingkat perjalanan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

24

1. Patria Vittarina Sarisetyaningtyas, Sri Rezeki Hadinegoro, Zakiudin Munasir.

Randomized Controlled Trial of Phyllanthus niruri Linn. Paediatricia

Indonesiana, volume 46, no. 3-4, p77–81, 2006.

2. Kurniati SC. Pengobatan oral infeksi varisela-zoster dengan kombinasi ekstrak

phyllanti herba dan terapi standar dibandingkan dengan terapi standar tunggal.

Clinical Research Division of Dexa Medica Pharmaceutical. Jakarta; 2002.

3. Munasir Z. The role of phyllanti herba in the treatment of upper respiratory

tract infections in paediatric patients. Clinical Research Division of Dexa

Medica Pharmaceutical. Jakarta; 2002.

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Editor : Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo;

Herry Garna; Sri Rezeki S. Hadinegoro; et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri

Tropis. 2008. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. p134-40.

5. Brunnel PA. Varicella zoster infection. Dalam : Feigin RD, Cherry JD

(Editor). Textbook of Pediatric Infectious Disease, edisi ke-3. Philadelphia :

WB Saunders, Co. 1992. P1587-91.

6. Satari HI, Hadinegoro SR, et al. Seroconversion and adverse reaction of live-

attenuated (OKA strain) varicella vaccine. Paed Ind 2003; 43:171-176.

7. Barbour EK, Sagherian VK, Talhouk RS, Harakh S, and Talhouk SN. Cell-

Immunomodulation against Salmonella enteritidis in herbal extract-treated

broilers. Journal of Applied Research in Veterinary Medicine. 2004;2:67-73.

8. Williams JE. Review of antiviral and immunomodulating properties of plants

of the Peruvian rainforest with a particular emphasis on Uña de Gato and

Sangre de Grado. Alternative Medicine Review. 2001; 6:567-79.

25

9. Praseno, Nuryastuti T, dan Mustafa M. Perbandingan efikasi infusa meniran

(Phyllantus niruri L.) dan kotrimoksazol pada pengobatan infeksi kulit oleh

Staphilococcus aureus. Berkala Ilmu Kedokteran. 2001; 33:89-93.

10. Chodidjah. Pengaruh pemberian ekstrak (Phyllantus niruri L) pada sel

mononuklear terhadap viabilitas sel adenokarsinoma mama mencit C3H,

penelitian invitro (tesis). Semarang 2003: Universitas Diponegoro.

11. Radityawan D. Pengaruh Phyllanthus niruri sebagai imunomodulator terhadap

kadar IFN-γ pada penderita tuberkulosis paru. Dexa Media. 2005.18:94-6.

12. Naik AD and Juvekar AR. Effects of alkaloidal extract of Phyllanthus niruri

on HIV replication. Indian J Med Sci. 2003; 57: 387-93.

13. Stagg J. Phyllanthus. 2006. (cited 17/6/07) Available from: URL: http:

//www.supplementnews.org/phyllantus.html.

26