Rancangan Uu Keperawatan

61
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat kesehatan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Drs. Julianus Ake mengenai Rancangan UU terbaru keperawatan dan Struktur PPNI yang terbaru beserta pendapat kelompok kami mengenai manfaat profesi keperawatan jika disahkan. Tak lupa juga shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. 1

description

ruu kep

Transcript of Rancangan Uu Keperawatan

Page 1: Rancangan Uu Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat kesehatan yang

diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Drs.

Julianus Ake mengenai Rancangan UU terbaru keperawatan dan Struktur PPNI yang terbaru

beserta pendapat kelompok kami mengenai manfaat profesi keperawatan jika disahkan. Tak

lupa juga shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik yang

membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.

Penyusun

1

Page 2: Rancangan Uu Keperawatan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. 1

Daftar Isi ................................................................................. 2

BAB I. Pendahuluan ................................................................................. 3

BAB II. Pembahasan ................................................................................. 4

1. Rancangan UU Keperawatan ............................................................... 5

2. Struktur Organisasi PPNI terbaru .......................................................... 37

3. Pendapat kami mengenai manfaat profesi keperawatan jika disahkan .. 42

BAB III. Penutup ................................................................................ 43

A. Kesimpulan ................................................................................. 44

2

Page 3: Rancangan Uu Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

PPNI merupakan organisasi profesi yang lahir berdasarkan serangkaian perundingan

beberapa tokoh tenaga keperawatan dari berbagai organisasi keperawatan yang berdiri

sendiri. Dengan kesadaran pentingnya bersatu, maka pada tanggal 17 Maret 1974 mereka

sepakat melaksanakan fusi menjadi Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang disingkat

menjadi PPNI.

PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 yang kepengurusannya terdiri dari : 1

Pengurus Pusat PPNI berkedudukan di Ibu Kota Negara, 32 Pengurus PPNI Propinsi, 358

Pengurus PPNI Kabupaten/Kota dan lebih dari 2500 Pengurus Komisariat (tempat kerja) y

ang menghimpun ratusan ribu perawat Indonesia baik yang berada di Indonesia maupun di

Luar Negeri, saat ini sudah dibentuk INNA-K ( Indonesian National Nurses Association in

Kuwait). PPNI, sejak Juni 2003 telah menjadi anggota ICN (International Council of Nurses)

yang ke 125 dengan visi sebagai corong suara yang kuat bagi komunitas keperawatan dan

berkomitmen tinggi untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang kompeten, aman

dan bermutu bagi masyarakat luas.

Fungsi organisasi profesi PPNI adalah :

Sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaan kehendak sesuai

dengan jenis/profesi dan lingkungan kerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Mengemban, mengamankan dan membela Pancasila serta berorientasi pada program

pembangunan manusia seutuhnya tanpa membedakan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

Menampung, memadukan, menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi tenaga

keperawatan serta mengembangkan keprofesian dan kesejahteraan tenaga

keperawatan.

3

Page 4: Rancangan Uu Keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Rancangan UU Keperawatan yang Terbaru.

RancanganUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR ……………………….

TENTANGKEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMenimbang :

a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945;

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk

pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian integral dari

penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan

kaidah etik, nilai-nilai moral serta standar profesi.

d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang

diberikan kepada perawat karena keahliannya, yang dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan

globalisasi.

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian masalah yang

timbul dalam penyelenggaraan praktik keperawatan, perlu keterlibatan organisasi

profesi.

4

Page 5: Rancangan Uu Keperawatan

f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima

pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan pengaturan mengenai

penyelenggaraan praktik keperawatan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e

dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Keperawatan.

Mengingat

1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1)

2. Undang-Undang No. 23, tahun 1992 tentang kesehatan

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA

Dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat

maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

(2) Praktik keperawatan adalah tindakan perawat melalui kolaborasi dengan klien dan

atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan khusus,

pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-

prinsip ilmu biologis, psikolologi, sosial, kultural dan spiritual.

(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana pelayanan kesehatan dan

5

Page 6: Rancangan Uu Keperawatan

tatanan pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan

berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.

(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah

Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional, perawat professional dan perawat

profesinoal spesialis.

(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk

melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun

tidak langsung oleh Perawat Profesioal dengan sebutan Lisenced Vocasional

Nurse (LVN)

(7) Perawat professional adalah tenaga professional yang mandiri, bekerja secara

otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program

pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat profesional

yang dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)

(8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan diatas

level perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau

kewenangan yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional

spesialis.

(9) Konsil adalah Konsil Keperawatan Indonesia yang merupakan suatu badan

otonom, mandiri, non struktural yang bersifat independen.

(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan

seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia

setelah lulus uji.

(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah

memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu lainnya

serta diakui secara hukum untuk melaksanakan profesinya.

(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi

setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan

setelah memenuhi persyaratan.

6

Page 7: Rancangan Uu Keperawatan

(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang telah

memenuhi persyaratan.

(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang telah

memenuhi persyaratan.

(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau

bersama profesi kesehatan lain.

(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah

kesehatan aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak langsung.

(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat

profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh

organisasi profesi keperawatan.

(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil

Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai

ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan

perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:

a. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang

diberikan oleh perawat.

7

Page 8: Rancangan Uu Keperawatan

BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4

Lingkup praktik keperawatan adalah :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.

b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, terapi komplementer, penyuluhan

kesehatan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui

pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.

c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan kunjungan rumah.

d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,

pertolongan persalinan normal.

e. Melaksanakan program pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari

dokter.

f. Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan

BAB IV

KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian Kesatu

Nama dan Kedudukan

Pasal 5

(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II pasal 3, dibentuk Konsil

Keperawatan Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini disebut Konsil.

(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 6

Konsil berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 7

8

Page 9: Rancangan Uu Keperawatan

Konsil mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, pembinaan serta penetapan

kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan dan praktik keperawatan.

Pasal 8

(1) Konsil mempunyai tugas:

a. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;

b. Mengesahkan standar pendidikan perawat

c. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi

masyarakat.

(2) Standar pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

di usulkan oleh organisasi profesi dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan

keperawatan.

Pasal 9

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Konsil Keperawatan

Indonesia mempunyai wewenang :

a. Mengesahkan standar kompetensi perawat dan standar praktik Perawat yang dibuat

oleh organisasi profesi;

b. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat ;

c. Menetapkan seorang perawat kompeten atau tidak melalui mekanisme uji

kompetensi;

d. Menetapkan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat;

e. Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik yang dilakukan

perawat; dan

f. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan berdasarkan

rekomendasi Organisasi Profesi.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil serta

pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian Ketiga

9

Page 10: Rancangan Uu Keperawatan

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 11

(1) Susunan peimpinan Konsil terdiri dari :

a. Ketua merangkap anggota

b. Wakil ketua merangkap anggota

c. Ketua- ketua Komite merangkap anggota.

(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. Komite uji kompetensi dan registrasi

b. Komite standar pendidikan profesi

c. Komite praktik keperawatan

d. Komite disiplin keperawatan

(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)

orang Ketua Komite merangkap anggota.

Pasal 12

(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih

oleh dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam

peraturan konsil keperawatan Indonesia

Pasal 13

(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji

kompetensi dan proses registrasi keperawatan.

(2) Komite standar pendidikan profesi mempunyai tugas menyusun standar pendidikan

profesi bersama dengan organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan

keperawatan .

(3) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu

praktik Keperawatan.

(4) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan

kepada para perawat, menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan perawat

dalam penerapan praktik keperawatan dan memberikan masukan kepada Ketua

Konsil.

10

Page 11: Rancangan Uu Keperawatan

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja komite-komite diatur dengan Peraturan

Konsil

Pasal 14

(1) Keanggotaan Konsil terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi,

institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil masyarakat.

(2) Jumlah anggota Konsil 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang

berasal dari:

a. Anggota yang ditunjuk adalah 12 ( dua belas) orang terdiri dari:

- Persatuan Perawat Nasional Indonesia 3 (tiga) orang;

- Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;

- Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 2 (dua) orang;

- Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;

- Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;

- Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;

- Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;

- Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang.

b. Anggota yang dipilih adalah 9 (sembilan) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama

(barat, tengah, timur) Indonesia.

Pasal 15

1. Keanggotaan Konsil ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri dengan rekomendasi

organisasi profesi

2. Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil harus berdasarkan usulan dari

organisasi profesi dan asosiasi sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2).

3. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil diatur dengan

Peraturan Presiden.

4. Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil adalah 5 (lima) tahun

5. dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode berikutnya, dengan

memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 16

11

Page 12: Rancangan Uu Keperawatan

(1) Anggota Konsil sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat

sumpah.

(2) Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk

melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama

atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada

siapapun juga.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari

siapapun juga suatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa

menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk

kepentingan hukum.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik

Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik

Indonesia.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan

wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil,

tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan

akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab

sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima

atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap

teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang

kepada saya.“

Pasal 17

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

b. Warga Negara Republik Indonesia;

c. Sehat rohani dan jasmani;

12

Page 13: Rancangan Uu Keperawatan

d. Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;

e. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam

puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;

f. Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki

Surat Tanda Registrasi Perawat, kecuali untuk non perawat;

g. Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi

yang baik; dan

h. Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama

menjadi anggota Konsil.

Pasal 18

(1) Keanggotaan Konsil berakhir apabila :

a. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;

b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. Meninggal dunia;

d. Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;

e. Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;

f. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau

(2) Dalam hal anggota Konsil menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan

sementara dari jabatannya.

(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua

Konsil.

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil dibantu sekretariat yang

dipimpin oleh seorang sekretaris konsil

(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri

(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota konsil

(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil

Keperawatan Indonesia

(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan

Indonesia.

13

Page 14: Rancangan Uu Keperawatan

Bagian Keempat

Tata Kerja

Pasal 20

(1) Setiap keputusan Konsil yang bersifat mengatur diputuskan oleh rapat pleno anggota.

(2) Rapat pleno Konsil dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah

anggota ditambah satu.

(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.

(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka

dapat dilakukan pemungutan suara.

Pasal 21

Pimpinan Konsil melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas anggota dan pegawai

konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima

PembiayaanPasal 22

(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara

(2) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil

Keperawatan Indonesia.

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 23

(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan

dengan degan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan dan disahkan oleh

Konsil Keperawatan Indonesia

(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan,

organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan

(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):

a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan

melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

14

Page 15: Rancangan Uu Keperawatan

b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis

dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 24

Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan dimaksudkan untuk

meningkatkan kompetensi perawat yang berpraktik dan dilaksanakan sesuai dengan

standar pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditetapkan oleh organisasi

profesi.

Pasal 25

(1) Setiap perawat yang berpraktik wajib meningkatkan kompetensinya melalui

pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh

organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.

(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dalam bentuk program sertifikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar

pendidikan berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

BAB VII

REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 26

(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus

memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang diterbitkan Konsil melalui mekanisme

uji kompetensi oleh konsil.

(2) Surat Tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat (1) terdiri atas 2 (dua) kategori:

a. untuk perawat vokasional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan

Lisenced Vocasional Nurse (LVN)

b. untuk perawat profesional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan

Registered Nurse (RN)

(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijazah perawat Diploma atau SPK untuk Lisenced Vocasional Nurse

(LVN)

15

Page 16: Rancangan Uu Keperawatan

b. memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis untuk Registered Nurse (RN)

c. lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh konsil

d. Rekomendasi Organisasi Profesi

Pasal 27

(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, lisensi praktik perawat

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin

Perawat yang terdiri dari Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) atau Surat Ijin

Perawat Profesional (SIPP)

(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LVN berhak memperoleh

SIPV dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan

bersama.

(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh

SIPP dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan

dan praktik mandiri.

(4) Lisenced vocasional Nurse (LVN) dengan latar belakang Diploma III

Keperawatan dan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana

pelayanan kesehatan dapat mengikuti uji kompetensi Registered Nurse(RN).

Pasal 28

(1) Syarat untuk memperoleh SIPV :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Lisenced

Vocasional Nurse (LVN)

b. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan

c. Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan

(2) Syarat untuk memperoleh SIPP :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Registered

Nurse(RN)

b. Tempat praktik memenuhi persayaratan untuk praktek mandiri

c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan

d. Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan

(3) SIPV dan SIPP masih tetap berlaku sepanjang:

a. Surat tanda Regstrasi Perawat masih berlaku

b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP

16

Page 17: Rancangan Uu Keperawatan

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat praktik untuk memperoleh

SIPP diatur dalam peraturan Menteri.

Pasal 29

(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di

belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau LVN (Lisence

Vocasional Nurse) untuk perawat vokasional.

(2) Sebutan RN dan LVN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 30

(1) Surat Tanda Registrasi Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.

(2) Registrasi ulang untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Perawat dilakukan

dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (3), ditambah

dengan angka kredit pendidikan berlanjut yang ditetapkan Organisasi Profesi.

(3) Surat Ijin Perawat hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan

kesehatan.

Pasal 31

(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus

dilakukan adaptasi dan evaluasi sebelum di registrasi.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan

milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai Adaptasi selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. keabsahan ijazah;

b. registrasi perawat dari negera asal

c. kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan

surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan memiliki Surat Tanda

Registrasi Perawat yang dikeluarkan oleh konsil

d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik

keperawatan Indonesia.

17

Page 18: Rancangan Uu Keperawatan

(5) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

juga harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.

(6) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan (3) dapat diregistrasi oleh konsil dan selanjutnya dapat diberikan Surat

Ijin Perawat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kualifikasi

perawat vokasional atau Profesional.

Pasal 32

(1) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional

sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan

kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan

yang bersifat sementara di Indonesia.

(2) Surat Ijin Perawat vokasional semetara atau Surat Ijin Perawat Profesional

sementara sebagai mana dimaksud ayat (1) berlaku selama 1 ( satu) tahun dan

dapat diperpanjang untuk 1 ( satu) tahun berikutnya.

(3) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional

sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada pasal 31.

Pasal 33

(1) Surat Ijin Perawat Vokasional bersyarat atau Surat Ijin Perawat Profesional

bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga

negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan

dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu

tertentu, tidak memerlukan SIPP bersyarat.

(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

mendapat persetujuan dari Konsil.

(4) Surat Ijin Perawat bersyarat dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (3) diberikan melalui program adaptasi.

18

Page 19: Rancangan Uu Keperawatan

Pasal 34

SIPV atau SIPP tidak berlaku karena:

a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;

c. atas permintaan yang bersangkutan;

d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau

e. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang berwenang

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi

sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan

Indonesia.

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 36

Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat

dengan klien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pasal 37

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau

SIPP berwenang untuk:

a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan

diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan;

b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:

intervensi/tritmen keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling

kesehatan;

c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan

huruf b harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh

organisasi profesi;

19

Page 20: Rancangan Uu Keperawatan

d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

Pasal 38

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPV

berwenang untuk :

a. melakukan tindakan keperawatan dibawah pengawasan perawat yang memiliki

SIPP

b. melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf

a harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh

organisasi profesi;

Pasal 39

(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau

pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.

(2) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar

kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana

tersebut.

(3) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan

diluar kewenangannya sebagai perawat.

(4) Ketentuan mengenai daerah yang sulit terjangkau ditetapkan oleh pemerintah

pusat atau pemerintah daerah melalui peraturan tersendiri.

Pasal 40

(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat

vokasional (LVN).

(2) LVN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN.

(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain

yang setara kompetensi dan pengalamannya.

Pasal 41

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak

memiliki SIPV atau SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan

kesehatan tersebut.

20

Page 21: Rancangan Uu Keperawatan

Pasal 42

Hak Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 38;

b. meminta pendapat perawat lain;

c. mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar

d. menolak tindakan keperawatan; dan

Pasal 43

Kewajiban Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai kewajiban:

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Pasal 44

Pengungkapan Rahasia Klien

Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:

a. Persetujuan klien

b. Perintah hakim pada sidang pengadilan

c. Ketentuan perundangan yang berlaku

Pasal 45

Hak Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas

sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /atau keluarganya;

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;

d. Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasi

21

Page 22: Rancangan Uu Keperawatan

e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan

tugasnya;

f. Menerima imbalan jasa profesi

Pasal 46

Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :

a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SOP

b. Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau tindakan;

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien

kecuali untuk kepentingan hukum;

d. Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku;

e. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk

menyelamatkan jiwa

f. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan

keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

Pasal 47

Praktik Mandiri

(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok

(2) Perawat yang melakukan praktik mandiri mempunyai kewenangan sesuai dengan

pasal 4 huruf a, b, c, d, e, dan f.

(3) Kegiatan praktik mandiri meliputi:

a. intervensi mandiri keperawatan, seperti terapi modalitas/komplementer,

konseling, perawatan kebugaran, perawatan dirumah atau dalam bentuk lain

sesuai dengan peraturan yang berlaku

b. pengobatan dan tindakan medik dasar dengan instruksi atau pengawasan

dokter dan protokol dari Ikatan Dokter Indonesia,

(4) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi

persyaratan:

a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;

22

Page 23: Rancangan Uu Keperawatan

b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi untuk melakukan asuhan

keperawatan

(5) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan

standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi

profesi.

(6) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri

wajib memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IX

PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 48

Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina,

mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta

tugas masing-masing.

Pasal 49

(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir

(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) meliputi kompetensi profesional dan kepribadian

(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui Jenjang Karir

Perawat.

(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1)

meliputi penugasan, kenaikan pangkat /Peringkat dan promosi.

Pasal 50

(1) Pemerintah, konsil dan organisasi profesi membina serta mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi perawat pada institusi baik pemerintah

maupun swasta;

(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat

pada institusi pelayanan pemerintah;

(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan

profesionalisme perawat pada institusi pelayanan swasta

Pasal 51

23

Page 24: Rancangan Uu Keperawatan

Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50,

diarahkan untuk:

a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.

b. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawat

c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat;

d. Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.

Pasal 52

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah

perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga

kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 54

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik

keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali

dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 53

Sanksi Administratif dan Disiplin

(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 37 dikenakan sanksi

administrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu)

tahun

(2) Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi

administrasi sebagai berikut:

a. Pemberian Peringatan Tertulis

b. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada Institusi Pendidikan

Keperawatan.

c. Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Perawat

(3) Pencabutan Surat Izin Perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat

berupa:

24

Page 25: Rancangan Uu Keperawatan

a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau

SIPP paling lama 6 (enam) bulan

b. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau

SIPP paling lama 1 (satu) tahun

c. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau

SIPP paling lama 3 (tiga) tahun

(3) Sanksi Administratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat

(3) dilakukan oleh Kepala Dinas Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah

dilakukan penelitian dan usul dari Komite Disiplin Keperawatan Konsil.

Pasal 54

Sanksi Pidana

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk

lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah

perawat yang telah memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling

lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima

juta rupiah).

Pasal 55

Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja

mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud

dalam pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 56

Perawat yang dengan sengaja:

(1). tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 48 ayat (4);

(2). tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 huruf a

sampai dengan huruf f

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 57

25

Page 26: Rancangan Uu Keperawatan

Penetapan sanksi pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran dan berat

ringannya risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58

(1). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-

undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan

Undang-undang ini.

(2). Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan

sesuai KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik

Keperawatan, masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut sesuai

ketentuan.

Pasal 59

Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Praktik Keperawatan, sebelum

terbentuknya Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan

dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) harus

dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 61

Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

26

Page 27: Rancangan Uu Keperawatan

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal …………………

PPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

Pada Tanggal ……………….

SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

ttd

Ir. HATTA RAJASA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……………

NOMOR ………………

PENJELASANRancanganUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……………………….

TENTANGPRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Ayat (1) ;

Cukup jelas

Ayat (2) ;

Cukup jelas

Ayat (3) ;

27

Page 28: Rancangan Uu Keperawatan

Cukup jelas

Ayat (4) ;

Cukup jelas

Ayat (5) ;

Cukup jelas

Ayat (6) ;

Cukup jelas

Ayat (7) ;

Cukup jelas

Ayat (8) ;

Cukup jelas

Ayat (9) ;

Cukup jelas

Ayat (10) ;

Cukup jelas

Ayat (11) ;

Cukup jelas

Ayat (12) ;

Cukup jelas

Ayat (13) ;

Cukup jelas

Ayat (14) ;

Cukup jelas

Ayat (15) ;

Cukup jelas

Ayat (16) ;

Cukup jelas

Ayat (17) ;

Cukup jelas

28

Page 29: Rancangan Uu Keperawatan

Ayat (18) ;

Cukup jelas

Ayat (19) ;

Cukup jelas

Ayat (20) ;

Cukup jelas

Ayat (21) ;

Cukup jelas

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan;

a. nilai ilmiah adalah bahwa praktik keperawatan harus didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan tehnologi yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan

maupun pengalaman praktik.

b. Nilai moral (Etika dan etiket) adalah bahwa penyelenggaraan praktik

keperawatan harus mengacu pada prinsip-prinsip moral antara lain beneficience,

nonmaleficience, veracity, justice, non-diskriminatif dan otonomi.

c. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

d. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus mampu

memberikan pelayanan yang dan tidak diskriminatif, merata, terjangkau dan

bermutu dalam konteks pelayanan kesehatan.

e. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik keperawatan

memberikan perlakuan yang memenuhi hak azazi manusia sebagai penerima

pelayanan yaitu hak memperoleh pelayanan yang aman, hak untuk mendapatkan

informasi, hak untuk didengar serta hak untuk memilih.

f. Keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan

atas keseimbangan antara hak dan kewajiban penerima dan pemberi pelayanan.

29

Page 30: Rancangan Uu Keperawatan

g. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik

keperawatan dilakukan dengan kehati-hatian sesuai dengan standard praktik

keperawatan.

Pasal 3

Cukup Jelas

BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4 ;

Huruf a ;

Asuhan keperawatan diberikan akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, akibat

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan

untuk berfungsi optimal, dan kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan hidup

sehari-hari secara mandiri

Huruf b ;

cukup jelas

Huruf c ;

cukup jelas

Huruf d ;

Pegobatan adalah pemberian obat-obatan (kecuali obat-obat yang berlabel merah

tidak termasuk obat-obat yang masuk dalam DOA /Daftar obat Apotik)

Tindakan medik terbatas yang dimaksud adalah tindakan medik termasuk pengobatan

dalam rangka penyembuhan dan pemulihan penyakit-penyakit ringan yang biasa

timbul dimasyarakat disuatu wilayah (common illness) yang dilakukan oleh perawat

professional yang kompeten.

Huruf e ;

cukup jelas

Huruf f :

Cukup jelas

BAB IV

30

Page 31: Rancangan Uu Keperawatan

KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian Kesatu

Nama dan Kedudukan

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Bagian Kedua

Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2) ;

Yang dimaksud dengan standar pendidikan profesi keperawatan adalah pendidikan

profesi yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan sistim pendidikan nasional.

Penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan dilakukan oleh organisasi

profesi termasuk kolegium dengan melibatkan asosiasi pendidikan keperawatan

Yang dimaksud dengan asosiasi pendidikan keperawatan adalah Asosiasi Institusi

Pendidikan Ners Indonesia.

Pasal 9

Cukup Jelas

Bagian Ketiga

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

31

Page 32: Rancangan Uu Keperawatan

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13;

Ayat (1) ;

Uji kompetensi adalah suatu proses penilaian terhadap perawat yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang

sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.

Pasal 14 ;

Ayat (1);

cukup jelas

Ayat (2);

Yang dimaksud dengan anggota konsil yang dipilih sebagaimana huruf (b) adalah

pemilihan melalui mekanisme pencalonan dari 3 wilayah, masing-masing 3 orang

kemudian dilakukan pemilihan secara serempak di tiga wilayah utama yaitu; barat

meliputi pulau sumatera dan Jawa. Wilayah tengah meliputi Kalimantan, Sulawesi,

Bali dan NTB. Wilayah timur meliputi NTT, Kepulauan Maluku dan Papua.

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Bagian Keempat

Tata Kerja

32

Page 33: Rancangan Uu Keperawatan

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 22

Cukup Jelas

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 23

Cukup Jelas

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup Jelas

BAB VII

REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

Pasal 30

33

Page 34: Rancangan Uu Keperawatan

Ayat (1);

Cukup jelas

Ayat (2);

Cukup jelas

Ayat (3);

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Ayat (1);

Cukup jelas

Ayat (2);

Cukup jelas

Ayat (3);

yang dimaksud dengan persetujuan konsil adalah surat keterangan yang dikeluarkn

oleh konsil keperawatan indonesia untuk perawat asing yang melaksanakan tugas di

Indonesia.

Pasal 34

Huruf a, b, c, d ; cukup jelas

Huruf e ;

Pencabutan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena perawat dinyatakan

melanggar ketentuan administratife atau telah dinyatakan bersalah secara pidana atau

perdata oleh pengadilan.

Pasal 35

Cukup Jelas

34

Page 35: Rancangan Uu Keperawatan

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 36

Cukup Jelas

Pasal 37

Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

Ayat (1);

Tindakan diluar kewenangan dalam keadaan darurat yang dimaksud adalah ditujukan

kepada penyelamatan jiwa pasien

Ayat(2); Cukup jelas

Ayat (3);

Perawat yang bertugas didaerah sulit terjangkau adalah dalam rangka membantu

pemerintah agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan

terjangkau.

Pasal 40;

Ayat (1);

Cukup jelas

Ayat (2);

Pengawasan yang dilakukan oleh perawat professional kepada perawat vokasional

adalah dimaksudkan agar praktik keperawatan berjalan dengan aman sesuai standar

profesi dan dalam rangka melindungi masyarakat memperoleh pelayanan

keperawatan yang aman.

Ayat (3);

Pendelegasian kepada perawat yang setara kemampuan dan pengalamanya

dimaksudkan agar praktik keperawatan yang diberikan berjalan dengan aman.

35

Page 36: Rancangan Uu Keperawatan

Pasal 41;

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup Jelas

Pasal 43

Cukup Jelas

Pasal 44

Cukup Jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 46

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

BAB IX

PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 48

Cukup Jelas

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

Pasal 53

Cukup Jelas

Pasal 54

36

Page 37: Rancangan Uu Keperawatan

Cukup Jelas

Pasal 55

Cukup Jelas

Pasal 56

Cukup Jelas

Pasal 57

Cukup Jelas

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58

Cukup Jelas

Pasal 59

Cukup Jelas

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Cukup Jelas

Pasal 61

Cukup Jelas

2. STRUKTUR ORGANISASI PPNI YANG TERBARU

Jenjang organisasi

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPNI

2. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I (DPD I) PPNI

3. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II (DPP II) PPNI

4. Komisariat PPNI (pengurus pada institusi dengan jumlah anggota 25 orang)

Struktur organisasi tingkat pusat

37

Page 38: Rancangan Uu Keperawatan

1. Ketua umum

Ketua-ketua :

a. Pembinaan Organisasi

b. Pembinaan pendidikan dan latihan

c. Pembinaan pelayanan

d. Pembinaan IPTEK

e. Pembinaan kesejahteraan

2. Sekretaris Jenderal

Sekretaris berjumlah 5 orang yang dibagi sesuai dengan pembidangan ketua-ketua dan  Departemen

a. Departemen organisasi, keanggotaan dan kaderisasi

b. Departemen pendidikan

c. Departemen pelatihan

d.Departemen pelayanan di RS

e. Departemen pelayanan di puskesmas

f. Departemen penelitian

g. Departemen hubungan luar negeri

h. Departemen kesejahteraan anggota

i.Departemen pembinaan yayasan

Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau

Musyawarah Daerah yang juga diselenggarakan untuk :

1.Menyempurnakan AD / ART

2.Perumusan program kerja

3. Pemilihan Pengurus

PPNI juga menyelenggarakan rapat pimpinan (rapim) dan rapat pimpinan daerah

(rapimda) setiap 2 tahun sekali dalam rangka evaluasi dan penyempurnaan program kerja

38

Page 39: Rancangan Uu Keperawatan

berikutnya. Selain itu, PPNI juga mengadakan rapat bulanan atau harian sesuai dengan

kebutuhan. Keanggotaan PPNI biasanya terdiri dari tenaga perawat. Namun demikian

terdapat juga anggota non – perawat yang telah berjasa dibidang keperawatan dan mereka

ini termasuk dalam anggota luar biasa/kehormatan.

Sumber dana PPNI : uang pangkal, iuran bulanan dan sumber-sumber lain yang sah.

Program kerja utama PPNI :

1. Pembinaan organisasi dan keanggotaan

2. Pengembangan dan pembinaan pendidikan

3. Pengembangan dan pembinaan serta pendidikan dan latihan keperawatan

4. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di rumah sakit

5. Pengembangan dan pembinaan pelayanan keperawatan di puskesmas

6.Pembinaan dan Pengembangan IPTEK

7. Pembinaan dan Pengembangan kerja sama dengan profesi lain dan organisasi

keperawatan internasional

8. Pembinaan dan Pengembangan sumber daya/yayasan

9. Pembinaan dan Pengembangan kesejahteraan anggota

Antisipasi yang harus dilakukan PPNI dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan

pelayanan keperawatan yang berkualitas dan dalam rangka profesionalisasi keperawatan

adalah dengan melakukan upaya antara lain :

1. Membenahi sistem pendidikan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan

masyarakat serta pelayanan kesehatan utama (PHC) dengan landasan yang kokoh

yang meliputi wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep

pendidikan keperawatan profesional yang berfokus pada penguasaan iptek

keperawatan

2. Membenahi sistem pelayanan keperawatan. Upaya ini dapat dilakukan dengan selalu

berusaha memberikan asuhan keperawatan yang profesional dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Dalam rangka menopang keterlaksanaan asuhan

39

Page 40: Rancangan Uu Keperawatan

keperawatan profesional diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu

diperlukan pengembangan kemauan tenaga keperawatan secara kualitatif dan

kuantitatif dan juga advokasi terhadap perawat.

3. Membenahi kinerja PPNI. Dalam hal ini sangat mendesak untuk mengoptimalkan

peran dan fungsinya,sehingga mampu mengangkat citra keperawatan,menyusun

standar pelayanan/praktik keperawatan dan memelihara kesejahteraan anggota.

4. Mendesiminasikan pengertian keperawatan profesional serta lingkup

peran,fungsi,tanggung jawab, dan kewenangan profesi keperawatan kepada

masyarakat luas dan para penyusun/pengambil kebijakan.

Kewajiban Anggota PPNI

1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan AD dan ART organisasi.

2. Membayar uang pangkal dan uang iuran kecuali anggota penghormatan

3. Mentaati dan menjalankan segala keputusan

4.Menghadiri rapat yang diadakan organisasi

5. Menyampaikan usul untuk mencapai tujuan yang digariskan dalam program kerja

6.Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekwen

7. Setiap anggota baru yang diterima menjadi anggota membayar uang pangkal dan uang

iuran

Hak Anggota PPNI

1. Semua anggota berhak mendapat pembelaan dan perlindungan dari organisasi dalam

hal yang benar dan adil dalam rangka tujuan organisasi

2. Semua anggota berhak mendapat kesempatan dalam menambah dan mengambangkan

ilmu serta kecakapannya yang diadakan oleh organisasi

3. Semua anggota berhak menghadiri rapat, memberi usul baik lisan maupun tulisan

40

Page 41: Rancangan Uu Keperawatan

4. Semua anggota kecuali anggota kehormatan yang mempunyai hak untuk memilih dan

dipilih sebagai pengurus dan dipilih sebagai pengurus atau perawatan atau perwakilan

organisasi

Tugas pokok PPNI

1. Bidang pembinaan organisasi

PPNI bertugas membina kelembagaan anggotanya dan akder kepemimpinan

2. Bidang pembinaan profesi

PPNI bertugas meningkatkan mutu pelayanan, penghayatan dan pengamalan kode etik

perawat, mengutamakan terbentuknya peraturan perundang-undangan keperawatan

serta mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan

3. Bidang kesejahteraan anggota

PPNI bertugas membina hubungan kerja sama dengan organisasi dan lembaga lain

didalam maupun diluar negeri

Keanggotaan PPNI ada 2 yaitu:

1. Anggota biasa

a. WNI, tidak terlibat organisasi terlarang.

b. Lulus bidang pendidikan keperawatan formal dan disahkan oleh pemerintah

c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan organisasi

d. Penyatakan diri untuk menjadi anggota

2. Anggota kehormatan

Syaratnya sama dengan anggota biasa yaitu pada butir a, c, d, dan bukan berasal dari

pendidikan perawatan tetapi elah berjasa terhadap organisasi PPNI yang ditetapkan

oleh DPP (dewan pimpinan pusat).

41

Page 42: Rancangan Uu Keperawatan

3. PENDAPAT KAMI TENTANG MANFAAT PROFESI KEPERAWATAN JIKA

DISAHKAN

Menurut kelompok kami manfaat profesi keperawatan jika disahkan akan menunjang

profesi kami sebagai perawat. Karena, dengan adanya Undang-undang keperawatan

maka perawat akan mengetahui hak dan kewajibannya yang harus dilaksanakan dalam

melakukan profesinya serta ada aturan-aturan yang mengikat bagi perawat untuk dapat

melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan Undang-Undang dan kode etik

keperawatan. Menurut kami, UU praktik keperawatan sangat diperlukan karena

menyangkut tiga hal, yakni melindungi para perawat, kesejahteraan perawat dan

melayani rakyat. Juga, di dalam UU keperawatan dijelaskan mengenai uji kompetensi

perawat karena digunakan untuk memilah perawat yang kompeten dan perawat yang

tidak kompeten.

42

Page 43: Rancangan Uu Keperawatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, rancangan Undang-undang keperawatan perlu disahkan karena menyangkut tiga

hal, yakni melindungi para perawat, kesejahteraan perawat dan melayani rakyat.

Karena, dengan adanya Undang-undang keperawatan maka perawat akan mengetahui

hak dan kewajibannya yang harus dilaksanakan dalam melakukan profesinya serta ada

aturan-aturan yang mengikat bagi perawat untuk dapat melakukan asuhan

keperawatan sesuai dengan Undang-Undang dan kode etik keperawatan.

43

Page 44: Rancangan Uu Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

http://syehaceh.wordpress.com/2008/06/03/organisasi-profesi-keperawatan/

http://musdapoenya.blogspot.com/2009/06/draf-ruu-keperawatan-terbaru.html

44