Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada...

17
Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Sugino Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu Abstrak Kajiwidya ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen kulit buah kakao terhadap peningkatan bobot badan penggemukan sapi potong, dapat mengemas rancangan penyuluhannya dan mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan. Metode percobaan RBL 3x3. Yaitu materi percobaan 9 ekor sapi dengan 3 perlakuan pemberian pakan yaitu Po, P1, dan P2. RBL menetapkan perlakuan dilakukan secara acak, dan dalam setiap kolom maupun baris tidak boleh terjadi pengulangan perlakuan. Sapi dipilih adalah sapi PO dengan umur sapi 2,5 3 tahun dengan BB ± 275 300 kg. Perlakuan dan pengamatan dilakukan selama 90 hari. Pemberian pakan didasarkan pada kebutuhan bahan kering (BK) yaitu 3% dari BB atau sekitar 8-9 kg. Perlakuan pada kaji widya adalah sebagai berikut : a) Po 50% hijauan + 50% konsentrat. b)P1 50% hijauan + 25% konsentrat+25% silase isi rumen. c )P2. 50% hijauan +12,5 konsentrat +37,5 silase isi rumen. Analisis data menggunakan model linear RBL (Gasversz : 1991) dengan model matematika sebagai berikut: Y ijk = u + α i j + τ k + ε ijk Hasil analisis kajiwidya menunjukkan : P0 tanpa silase isi rumen kulit buah kakao PBBH (0,55-1,17) kg/hr/ekor dengan PBBH Rata-rata 0,89 kg/hr/ekor, P1 (0,5kg silase isi rumen kulit buah kakao) PBBH (0,24-1,35) kg/hr/ekor dengan PBBH rata-rata 0,97kg/hr/ekor dan P2 (1kg silase isi rumen Kulit buah kakao) PBBH (0,95-1,61) kg/hr/ekor dengan rata-rata PBBH 1,33 kg/hr/ekor. Dari analisis sidik ragam menunjukan pemanfaatan kulit buah kakao tidak berpengaruh nyata (P<0,05) dan (P<0,01). Hasil penelitian yang dilakukan (menggunakan 1 kg/ekor/hari memberikan penambahan berat badan harian rata-rata 1,33 kg/ekor/hari) dan ditinjau dari aspek ekonomi (biaya pakan), penggunaan kulit buah kakao masih sangat layak dianjurkan kepada para petani ternak sapi secara khusus, maupun kepada petani ternak yang memelihara ternak ruminansia, karena kulit buah kakao masih mengandung beberapa zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Sebagaimana yang dikatakan Kartadisastra yang mengutip Harrie et al (2004) kulit buah kakao mengandung Bahan Kering 90%, Protein 9,7%dari BK, Lemak 1,8% dari BK, Serat 32,6% dari BK, Mineral 7,3 dari BK dan 2,71 Energi (Mcal) ME. Data hasil evaluasi awal (pre test) menunjukan tingkat pengetahuan petani ternak dari 20 responden sebelum penyuluhan mempunyai rata- rata skor 21,4 namun setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan menjadi rata-rata skor 40,1. Hal ini berati terjadi peningkatan pengetahuan tentang materi yang disuluhkan sebesar 18,7, dimana target pengetahuan setelah penyuluhan adalah 45. Jadi dengan tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan 21,4 terdapat kesenjangan sebesar 23,6. Dari data diatas dapat diketahui efektivitas penyuluhan dan efektivitas perubahan pengetahuan sebagai berikut : efektifitas penyuluhan sebesar 89.1% dengan kategri efektif dan efektifitas perubahan pengetahuan sebesar 79,2 % dengan kategori efektif. Kata Kunci. : Peningkatan berat badan harian, efektifitas penyuluhan dan efektifitas perubahan pengetahuan

Transcript of Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada...

Page 1: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan

Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah

Sugino

Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu

Abstrak

Kajiwidya ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen kulit buah kakao terhadap peningkatan bobot badan penggemukan sapi potong, dapat mengemas rancangan penyuluhannya dan mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan. Metode percobaan RBL 3x3. Yaitu materi percobaan 9 ekor sapi dengan 3 perlakuan pemberian pakan yaitu Po, P1, dan P2. RBL menetapkan perlakuan dilakukan secara acak, dan dalam setiap kolom maupun baris tidak boleh terjadi pengulangan perlakuan. Sapi dipilih adalah sapi PO dengan umur sapi 2,5 – 3 tahun dengan BB ± 275 – 300 kg. Perlakuan dan pengamatan dilakukan selama 90 hari. Pemberian pakan didasarkan pada kebutuhan bahan kering (BK) yaitu 3% dari BB atau sekitar 8-9 kg. Perlakuan pada kaji widya adalah sebagai berikut : a) Po 50% hijauan + 50% konsentrat. b)P1 50% hijauan + 25% konsentrat+25% silase isi rumen. c )P2. 50% hijauan +12,5 konsentrat +37,5 silase isi rumen. Analisis data menggunakan model linear RBL (Gasversz : 1991) dengan model matematika sebagai berikut: Yijk = u + α i +ßj + τk + εijk

Hasil analisis kajiwidya menunjukkan : P0 tanpa silase isi rumen kulit buah kakao PBBH (0,55-1,17) kg/hr/ekor dengan PBBH Rata-rata 0,89 kg/hr/ekor, P1 (0,5kg silase isi rumen kulit buah kakao) PBBH (0,24-1,35) kg/hr/ekor dengan PBBH rata-rata 0,97kg/hr/ekor dan P2 (1kg silase isi rumen Kulit buah kakao) PBBH (0,95-1,61) kg/hr/ekor dengan rata-rata PBBH 1,33 kg/hr/ekor. Dari analisis sidik ragam menunjukan pemanfaatan kulit buah kakao tidak berpengaruh nyata (P<0,05) dan (P<0,01). Hasil penelitian yang dilakukan (menggunakan 1 kg/ekor/hari memberikan penambahan berat badan harian rata-rata 1,33 kg/ekor/hari) dan ditinjau dari aspek ekonomi (biaya pakan), penggunaan kulit buah kakao masih sangat layak dianjurkan kepada para petani ternak sapi secara khusus, maupun kepada petani ternak yang memelihara ternak ruminansia, karena kulit buah kakao masih mengandung beberapa zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Sebagaimana yang dikatakan Kartadisastra yang mengutip Harrie et al (2004) kulit buah kakao mengandung Bahan Kering 90%, Protein 9,7%dari BK, Lemak 1,8% dari BK, Serat 32,6% dari BK, Mineral 7,3 dari BK dan 2,71 Energi (Mcal) ME. Data hasil evaluasi awal (pre test) menunjukan tingkat pengetahuan petani ternak dari 20 responden sebelum penyuluhan mempunyai rata-rata skor 21,4 namun setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan menjadi rata-rata skor 40,1. Hal ini berati terjadi peningkatan pengetahuan tentang materi yang disuluhkan sebesar 18,7, dimana target pengetahuan setelah penyuluhan adalah 45. Jadi dengan tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan 21,4 terdapat kesenjangan sebesar 23,6. Dari data diatas dapat diketahui efektivitas penyuluhan dan efektivitas perubahan pengetahuan sebagai berikut : efektifitas penyuluhan sebesar 89.1% dengan kategri efektif dan efektifitas perubahan pengetahuan sebesar 79,2 % dengan kategori efektif. Kata Kunci. : Peningkatan berat badan harian, efektifitas penyuluhan dan efektifitas

perubahan pengetahuan

Page 2: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan daging sebagai sumber protein hewani dari tahun ketahun terus meningkat

bersamaan dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya perekonomian

masyarakat dan kesadaran akan gizi. Sementara kemampuan penyediaan ternak potong

dalam negeri belum mampu mengimbangi permintaan yang terus meningkat tersebut.

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu alternatif dalam pemenuhan

kebutuhan akan daging dan usaha ini membuka peluang yang cukup besar bagi pihak–

pihak yang ingin menekuni usaha tersebut terutama petani. Berdasarkan hasil analisis

potensi wilayah Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten prospek pasar ternak sapi sangat

menjanjikan, dimana sasaran pasarnya adalah kota-kota Kabupaten yang ada di Propinsi

Jawa Tengah (Data Monografi Kabupaten Klaten 2013). Prospek pasar di Kabupaten Klaten

didukung dengan pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di Kabupaten

Klaten 1578 ekor setiap tahun (Data Dinas Pertanian Kabupaten Klaten 2013). Aspek lain

yang juga sangat mendukung dalam pengembangan ternak sapi yaitu luas lahan yang

dimiliki cukup luas meliputi lahan sawah 33,398 ha, lahan kering 6.384 ha dan lahan bukan

pertanian 25.760 ha dan populasi ternak di Kabupaten Klaten meliputi sapi dan kerbau

sebanyak 82.888 ekor (BPS 2013).

Penggunaan silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak sapi kenyataan dilapangan

masih belum digunakan oleh petani ternak. Hasil identifikasi, penyebab utama hal ini yaitu

pengetahuan petani tentang cara pengolahan dan pemanfaatan limbah isi rumen masih

sangat rendah, oleh karena itu maka inovasi ini sangat perlu disuluhkan kepada petani

ternak, sebagai salah satu cara untuk menanggulangi kesulitan penyediaan pakan dan

mahalnya biaya pakan.

Inovasi pemanfaatan silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak tergolong baru, sehingga dalam mengemas untuk menjadi suatu rancangan penyuluhan, perlu mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik individu sasaran, dan keadaan wilayah tempat dilakukan penyuluhan. Sebelum materi ini disampaikan dalam pelaksanaan rancangan penyuluhan, terlebih dahulu dimantapkan melalui penelitian, dengan metode kaji widya di Divisi Ternak Sapi Potong Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu. C. Perumusan Masalah.

1. Bagaimana pengaruh pemberian silase isi rumen pada masing-masing tingkatan terhadap penambahan bobot badan penggemukan sapi potong.

2. Bagaimana mengemas rancangan penyuluhan tentang pemberian silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.

3. Bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan tentang pemberian silase isi rumen sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.

D. T u j u a n 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen pada masing-masing

tingkatan terhadap peningkatan bobot badan penggemukan sapi potong. 2. Agar dapat mengemas rancangan penyuluhan tentang pemberian silase isi rumen

sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong. 3. Untuk mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan tentang penggunaan silase

isi rumen sebagai campuran pakan ternak penggemukan sapi potong.

Page 3: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

II.METODOLOGI

A. Rancangan Kajiwidya Rancangan percobaan yang digunakan pada kaji widya adalah Bujur Sangkar

Latin (Garspersz ,1991 )., alasan dipilihnya rancangan percobaan RBL ini karena materi percobaan terbatas, rancangan percobaan ini sederhana namun dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan dalam penelitian. Metode percobaan RBL 3x3. Yaitu materi percobaan 9 ekor sapi dengan 3 perlakuan pemberian pakan yaitu Po, P1, dan P2. RBL menetapkan perlakuan dilakukan secara acak, dan dalam setiap kolom maupun baris tidak boleh terjadi pengulangan perlakuan. Gambar 1 Denah perlakuan penelitian sebagai berikut :

WAKTU PERLAKUAN

KODE SAPI A B C

90 Hari Mar - Mei 2014 P 0 P 1 P 2

90 Hari Mar – Mei 2014 P 2 P 0 P 1

90 Hari Mar – Mei 2014 P 1 P 2 P 0

Rancangan pelaksanaan kaji widya dengan menggunakan sapi Peranakan Ongole (PO) silangan sebanyak sembilan ekor dengan rata-rata umur 2.5 tahun dan kisaran bobot badan 275-300 kg. Adapun pakan yang diberikan terdiri dari: Rumput, Konsenterat, dan silase isi rumen dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan ternaknya. Perlakuan dan pengamatan dilakukan selama 3 bulan/90 hari. Pemberian pakan didasarkan kepada kebutuhan bahan kering (BK) yaitu 3% dari bobot badan atau sekitar 8-9 kg. Perlakuan pada kaji widya adalah sebagai berikut : a) Po 50% hijauan +50% konsentrat. b) P1 50% hijauan +25% konsentrat+25% silase isi rumen. c) P2. 50% hijauan +12,5 konsentrat +37,5 silase isi rumen.

B. Ruang Lingkup Kajiwidya

Untuk mengetahui apakah silase isi rumen dapat dijadikan campuran pakan sapi potong, maka dilakukan kaji widya tentang pemberian silase isi rumen sebagai campuran pakan penggemukan sapi potong. Penyusuna rancangan penyuluhan berdasarkan hasil identifikasi keadan wilayah yang terkait pada latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan, dan materi yang ditetapkan berdasarkan hasil identipikasi sebelum disuluhkan dimantapkan dulu melalui kaji widya.

C.Populasi Sampel dan Besaran Sampel

Langkah-langkah penentuan sampel dan besaran sampel meliputi identifikasi wilayah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Orentasi lapang untuk mengumpulkan data potensi wilayah yaitu data primer dan data sekunder.

- Metode pengumpulan data dengan metode observasi data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kwesioner dan data skunder diperoleh dari aparat kecamatan dan desa serta intansi terkait.

Metode pengambilan sample. Sampel yang akan dijadikan sasaran adalah peternak sapi potong di desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Pengambilan sample dilakukan dengan purpusiv sampling dengan kriteria memiliki sapi potong minimal 2 ekor dan lama usaha minimal 1 tahun dengan jumlah yang dijadikan sample 20 orang sesuai dengan pendapat Sujana (1996).

Page 4: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

D. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data meliputi : 1.Data Perlakukaan pakan terhadap ternak dikumpulkan, ditabulasi dan di analaisis 2.Data hasil rancangan penyuluhan dikumpulkan , di tabulasi dan dianalisis

E. Teknik Analisa Data 1. Analisa data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan tahapan yang

dinyatakan oleh Ginting (1991) a. Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap kemungkinan kesalahan dalam

pengisian daftar perhitungan dan ketidak serasian informasi. b. Koding, yaitu mengadakan klasifikasi jawaban responden dan memberikan

kode jawaban tertentu. c. Tabulasi , yaitu penyusunan data dalam bentuk table, kemudian melakukan

uraian dan penapsiran kembali. d. Kriteria pola pengetahuan responden tentang penggunaan silase isi rumen

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. 2. Parameter yang diamati.

a. Konsumsi pakan kering perekor perhari. Untuk mengukur tingkat konsumsi bahan kering yaitu dengan cara mengukur jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah sisa pakan yang tersisa, dengan satuan yang digunakan Kilogram (kg).

b. Penambahan bobot badan harian (PBBH). Untuk mengukur PBBH dengan cara menghitung selisih dari bobot akhir pengamatan dengan bobot awal pengamatan dibagi dengan lamanya pengamatan, satuan yang digunakan adalah Kilogram (kg).

Bobot akhir – bobot awal =…………kg/hr Lama waktu pengamatan

Konversi pakan yaitu dengan membandingkan pakan yang dihabiskan dengan bobot badan yang dihasilkan.

Jumlah pakan yang dihabiskan Jumlah pertambahan bobot badan.

Dari hasil penelitian, data yang diperoleh dicatat kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis model linear RBL (Gasversz : 1991)dengan model matematika sebagai berikut: Yijk = u + α i +ßj + τk + εijk

Dimana :

Yijk = nilai pengamatan dari perlakuan ke- k dalam baris ke- I dan kolom ke-j.

U = nilai tengah populasi

α I = pengaruh pencampuran Silase isi rumen ke i

ßj = pengaruh pencampuran silase isi rumen ke -j

τk = Pengaruh pencampuran silase isi rumen ke-k

εijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-k pada ke-I dan kolom ke-j

Daftar sidik ragamnya adalah sebagai berikut :

Page 5: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Sumber Keragaman DB JK KT Fhit F tabel

5% 1%

Baris Lajur Perlakuan Eror

(3-1) (3-1) (3-1) (3-1)(3-2)

Julah (r2-1)

3. Rancangan Penyuluhan. a. Persiapan.

Penyuluhan akan berjalan dengan baik dan lancer apabila dilakukan persiapan yang baik.Persiapan yang perlu disiapkan meliputi :ketersedian alat dan bahan yang diperlukan dalam penyuluhan,Media ,dan serana tempat pelaksanaan penyuluhan serta sasaran penyuluhan.

b. Penetapan materi. Materi yang akan disampaikan pada kegiatan penyuluhan merupakan rekomendasi dari hasil kaji widya tentang penggunan silase isi rumen sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong yaitu:Pengertian silase isi rumen, Manfaat silase isi rumen, cara penggunaan dan pemberiaannya pada penggemukan sapi potong.

c.Metode, Media, dan Teknik Penyuluhan. Metode, Media, dan Teknik Penyuluhan yang digunakan akan disesuaikan dengan : Kondisi jumlah sasaran, Lokasi antar sasaran, Krakteristik sasaran dan Waktu yang tersedia. Metode Penyuluhan yang akan digunakan adalah : Pendekatan kelompok dan Pendekatan indipidu. Teknik Penyuluhan adalah : 1) Ceramah, 2) Diskusi. 3) Demontrasi cara. Media yang akan digunakan dalam penyuluhan adalah : VCD dan Folder. Sedangkan Tujuan dari Penyuluhan ini adalah : Untuk meningkatkan pengetahuan petani ternak sapi potong tentang penggunaan silase isi rumen sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong.

d. Pelaksanaan dan Pengorganisasian. Sasaran penyuluhan adalah kelompok tani ternak sapi potong di desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Sebanyak 20 orang.

e. Evaluasi. Untuk mengetahui pola tingkat pengetahuan sasan tentang penggunaan silase isi rumen sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong dilakukan melalui pre test dan post test. Sedangkan evaluasi tentang hasil pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan rumus Efektifitas program yaitu : 1. Efektifitas perubahan pengetahuan:

Kejadian peningkatan pengetahuan X 100 % Target peningkatan pengetahuan

2. Efektifitas program. Kejadian pengetahuan X 100 %.

Target perubahan pengetahuan.

Peningkatan pengetahuan yang dimaksud adalah : Peningkatan pengetahuan sasaran tentang materi yang disampaikan pada waktu penyuluhan.Sehingga Ginting (1994) menyatakan untuk mengetahui efektifitas program dan efektifitas perubahab pengetahuan dapat diukur dengan tiga kategori dan dengan tiga kretaria yaitu sebagai berikut : a. Efektif = > 66,66 %. b.Cukup efektif = 33,33 – 66,66 %. c. Kurang efektif = < 33,33 %.

Page 6: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.Temuan 1. Hasil Kajiwidya Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai

Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong. Temuan kajiwidya penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong dengan beberapa tingkatan, yaitu penggunaan 0,5 kg/ekor/hari penambahan berat badan harian sapi mencapai 0,24 kg - 1,35 kg/ekor/hari, penggunaan 1 kg/ekor/hari penambahan berat badan harian sapi mencapai 0,95 kg – 1,61 kg/ekor/hari dan yang tidak menggunakan silase isi rumen kulit buah kakao penambahan berat badan harian mencapai 0,55 kg – 1,17 kg/ekor/hari, dapat dilihat pada tabel 1. Dari hasil kajiwidya sebagaimana data diatas, penambahan berat badan harian yang tertinggi dapat dicapai dengan penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao 1 kg/hari/ekor. Dengan demikian hasil penelitian yang menjadi rekomendasi materi penyuluhan pada pembuatan rancangan penyuluhan adalah pemanfaatan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong 1 kg/hari/ekor dalam ransum, yang diberikan dua kali sehari. Dari analisis sidik ragam sebagaimana pada lampiran 2 tabel 12 menunjukan pemanfaatan kulit buah kakao tidak berpengaruh nyata (P < 0,05) dan (P < 0,01).

2. Temuan Penerapan Rancangan Penyuluhan Penggunaan silase isi rumen

Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong Pelaksanaan penerapan rancangan penyuluhan dapat berjalan sesuai

dengan yang direncanakan dalam proposal, yaitu jumlah sasaran, waktu pelaksanaan, teknik, metode pelaksanaan dan media yang digunakan terlaksana dengan baik. Materi penyuluhan yang disampaikan sangat tepat, sesuai dengan kebutuhan sasaran dalam menanggulangi masalah pakan pada penggemukan sapi potong.

Hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan dari data yang diperoleh pada pengisian kuisioner sebelum penyuluhan sebagaimana pada lampiran 4 menunjukan tingkat pengetahuan petani ternak yang mengikuti penyuluhan rata-rata skor 21,4, sedangkan tingkat pengetahuan petani ternak setelah mengikuti penyuluhan sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 5 rata-rata skor 40,1. Hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan tentang efektivitas penyuluhan dan efektivitas perubahan pengetahuan adalah sebagai berikut a. Efektivitas penyuluhan

%1,89%10045

1,40X , termasuk kategori efektif

b. Efektivitas perubahan pengetahuan

%2,79%1006,23

7,18X , termasuk kategori efektif

A. Pembahasan A. Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan

pada Penggemukan Sapi Potong

Pengaruh perlakuan penggunaaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong beberapa tingkatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Rata-rata Pengaruh Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao

terhadap Penambahan Berat Badan Harian Sapi Potong.

Page 7: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Perlakuan PBB/hari/ekor Rata-rata (kg/hari/ekor)

P0 ( tanpa silase isi rumenkulit buah kakao) P1 (0,5 Kg silase isi rumen kulit buah kakao ) P2 ( 1 Kg silase isi rumen kulit buah kakao)

0,55 – 1,17 0,24 – 1,35 0,95 – 1,61

0,89

0,97

1,33

Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang tidak

nyata antara perlakuan P0 dengan P1 dan P2, P1 dengan P2, penambahan berat badan sapi tertinggi dapat dicapai pada perlakuan P2 yaitu rata-rata 1,33 kg/hari/ekor, walaupun penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao memberikan pengaruh tidak nyata, namun penambahan berat badan harian sapi tertinggi tercapai pada penggunaan 1 kg/hari/ekor, dibandingkan dengan penggunaan 0,5 kg maupun tanpa menggunakan. Sependapat dengan hasil penelitian Mahyuddin dan Bakrie (1993) pemberian berbagai tingkat kulit coklat (21,2% - 37,2%) pada ransum ternak sapi PO memberikan pertambahan berat badan harian yang bervariasi antara 0,1 kg – 0,75 kg/ekor/hari.

Selama penelitian ini dilakukan, pemberian kulit buah kakao yang dicampur dengan konsentrat, tidak pernah ada yang tersisa setiap kali perpemberian. Ini menunjukan bahwa penggunaan kulit buah kakao tidak mengurangi tingkat kesukaan ataupun mengurangi konsumsi pakan yang diberikan kepada sapi. Sejalan dengan hasil penelitian : Bakrie, Sitepu, Situmorang, Panggabean dan Sirait dalam seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan (1995), mengatakan penambahan kulit buah kakao dalam ransum memperlihatkan kecenderungan untuk menyebabkan peningkatan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi, namun penambahan kulit buah kakao sampai 30% dalam ransum masih belum menunjukan perbedaan yang nyata (P < 0,05) dengan tanpa pemberian kulit buah kakao.

Ditinjau dari aspek ekonomi (harga pakan) pada lampiran 7, tabel 13 penggunaan 1 kg/hari/ekor, dengan asumsi harga kulit buah kakao Rp. 250 dan konsentrat Rp. 1.000, ini berarti dengan menggunakan 1 kg/hari/ekor petani ternak dapat mengurangi biaya pakan Rp. 750 /hari/ekor.

Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 tabel 3, menunjukan pengaruh perlakuan penggunaan kulit buah kakao sebagai campuran pakan terhadap penambahan berat badan harian sapi, berpengaruh tidak nyata (P < 0,05 dan P < 0,01), ini berarti H0 diterima. Ini disebabkan karena kandungan bahan kering dan protein dari komposisi pakan yang diberikan hanya mencapai : perlakuan P0 bahan keringnya 9 kg proteinnya 476,5 gram, perlakuan P1 bahan keringnya 9 kg proteinnya 513 gram sedangkan perlakuan P2 bahan keringnya 87 kg proteinnya 511 gram (terlampir pada lampiran 7).

Penambahan berat badan harian rata-rata pada perlakuan P2 menunjukan penambahan berat badan harian sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P0. Ini berarti perlakuan P2 yang menggunakan kulit buah kakao 1 kg/ekor/hari memberikan pengaruh lebih baik dari pada perlakuan yang menggunakan kulit buah kakao 0,5 kg maupun yang tidak menggunakan, karena kandungan bahan kering dan protein komposisi pakan perlakuan P2 lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan perlakauan P1 dan P0. Berdasarkan hasil penelitian ini, kulit buah kakao yang merupakan limbah dari hasil perkebunan, masih potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi.

Hasil penelitian yang dilakukan (menggunakan 1 kg/ekor/hari memberikan penambahan berat badan harian rata-rata 1,33 kg/ekor/hari) dan ditinjau dari aspek ekonomi (biaya pakan), penggunaan kulit buah kakao masih sangat layak dianjurkan kepada para petani ternak sapi secara khusus, maupun kepada petani

Page 8: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

ternak yang memelihara ternak ruminansia, karena kulit buah kakao masih mengandung beberapa zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak. Sebagaimana yang dikatakan Kartadisastra yang mengutip Harrie et al (2004) kulit buah kakao mengandung Bahan Kering 90%, Protein 9,7%dari BK, Lemak 1,8% dari BK, Serat 32,6% dari BK, Mineral 7,3 dari BK dan 2,71 Energi (Mcal) ME.

B. Penerapan Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

I. Alasan Penetapan Rancangan Penyuluhan

Materi penyuluhan yang di rekomendasikan yaitu ” Penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong ”, karena materi ini sudah dimantapkan melalui kaji widya. Ditinjau dari aspek teknis materi penyuluhan ini dapat dilakukan oleh petani ternak, karena beberapa hal yaitu :(1) limbah kulit buah kakao tersedia dan melimpah dilokasi penerapan rancangan, (2) teknologi ini dapat dikerjakan oleh petani ternak dan (3) pengaruh pemanfaatannya baik yaitu dapat memberikan penambahan BBH sapi 0,97 kg – 1,33 kg/ekor/hari. Berdasarkan aspek sosial masyarakat dilokasi penerapan rancangan, pemberian kulit buah kakao pada ternak sapi, tidak dipertentangkan.

Ditinjau dari analisa harga pakan lebih menguntungkan karena dengan mengurangi konsentrat 1 kg/ekor/hari dapat memberikan penambahan BBH sapi lebih tinggi dari yang tidak menggunakan. Dari hasil penelitian, penggunaan kulit buah kakao yang dianjurkan yaitu 1 kg/ekor/hari, diberikan dua kali sehari dicampur dengan konsentrat.

Beberapa alasan dan pertimbangan penetapan rancangan penyuluhan ini yaitu : (1) Petani ternak belum mengetahui manfaat limbah kulit buah kakao, sehingga belum pernah ada yang memanfaatkannya, (2) Limbah kulit buah kakao melimpah, (3) Prospek pasar komoditi ternak sapi baik, (4) Menanggulangi biaya pakan dalam memelihara sapi yang relatif tinggi, (5) Teknologi dapat dilaksanakan oleh petani ternak.

II. Penerapan Rancangan Penyuluhan Penerapan rancangan penyuluhan tentang penggunaan kulit buah kakao

sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi potong, berjalan sesuai dengan rencana karena ada beberapa faktor yang mendukung dari hasil identifikasi masalah dan potensi wilayah sebagai berikut : a. Sasaran Penyuluhan

Dari hasil identifikasi masalah dan potensi wilayah sasaran yang mengikuti penyuluhan yaitu kelompok tani ternak didesa Plosowansi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, dimana sasaran ini belum pernah memanfaatkan kulit buah kakao sebagai pakan ternak sapi, hal ini disebabkan sasaran belum mengetahui tentang manfaat dan cara memanfaatkan limbah kulit buah kakao untuk dijadikan pakan ternak sapi. Penetapan sasaran didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu sasaran minimal memelihara sapi 2 ekor dan memiliki kebun kakao minimal 0,25 ha.

Sebagaimana dikatakan oleh Ibrahim (2003) sasaran penyuluhan pertanian adalah para petani dan keluarganya agar pengetahuan, keterampilan dan sikapnya menjadi meningkat sehingga bersedia memanfaatkan peluang yang ada. Diwilayah desa Plosowangi peluang yang ada yaitu pengembangan usaha sapi potong, dengan pemanfaatan limbah kulit buah kakao, jerami padi, dedak padi dan bungkil kelapa sebagai pakan ternak sapi.

Sasaran peserta penyuluhan dalam penerapan rancangan ini berjumlah 20 orang, diharapkan dari 20 orang yang menerima penyuluhan selanjutnya akan terjadi difusi teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung. Soedarmanto (1992) mengatakan bahwa sasaran penyuluhan meliputi sasaran utama yaitu petani nelayan dan keluarganya, sasaran penentu keberhasilan

Page 9: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

penyuluhan meliputi pejabat pemerintah dan peneliti, lembaga pendidikan, penyalur, pengusaha, media masa dan lainnya. Sedangkan untuk sasaran penunjang atau pendukung yaitu segenap lapisan masyarakat seperti tokoh masyarakat dan organisasi profesi. b. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penyuluhan yaitu peningkatan pengetahuan tentang penggunaan kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukkan sapi potong. Peningkatan pengetahuan yang dicapai setelah penyuluhan yaitu 18,7 (post test rata-rata skor 40,1 – pre test rata-rata skor 21,4). c. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disuluhkan yaitu hasil rekomendasi dari penelitian yang merupakan hasil pemantapan materi. Materi penyuluhan yang disuluhkan meliputi : Manfaat silase isi rumen kulit buah kakao, cara memanfaatkan kulit buah kakao, jumlah pemanfaatan dan dimanfaatkan untuk ternak apa. Materi penyuluhan yang ditetapkan dan yang disuluhkan merupakan hal yang dapat memecahkan masalah yang didapat pada waktu identifikasi masalah dan potensi wilayah, masalah yang dihadapi petani ternak sapi yaitu biaya pakan relatip tinggi. Selain pertimbangan tersebut diatas ada beberapa yang dipertimbangkan dalam menetapkan materi, sebagaimana juga dikemukakan oleh Soedarmanto (1992) syarat pokok materi penyuluhan yang akan disampaikan kepada petani harus memenuhi syarat yaitu : (1) secara teknis mudah dilakukan oleh petani, (2) secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan dan (3) secara sosiologis diinginkan oleh masyarakat petani.

Kenyatan dilokasi penyuluhan kulit buah kakao sangat mudah didapat dan cara pemanfaatannya pun petani ternak dapat melakukan, secara ekonomi pemanfaatan kulit buah kakao dapat mempermurah harga pakan serta ditinjau dari sosiologis masyarakat kedua hal tadi mempengaruhi keinginan untuk mengadopsi teknologi ini, terlebih lagi inovasi ini tidak bertentangan dengan sosial masyarakat. d. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan penyuluhan, karena dengan metode yang kurang tepat tujuan penyuluhan tidak sepenuhnya dapat dicapai. Dalam pelaksanaan penyuluhan digunakan dengan pendekatan kelompok, dengan beberapa pertimbangan dari keadaan sasaran, metode ini diagap paling cocok dan efektif digunakan. Soedarmanto (1992) mengatakan metode penyuluhan yang baik mempunyai syarat yaitu sesuai dengan keadaan sasaran, tepat mengenai sasaran dan tepat waktunya serta murah biayanya.

Digunakan metode pendekatan kelompok dalam pelaksanaan penyuluhan, dengan beberapa pertimbangan yang dianggap penting yaitu sasaran penyuluhan, materi penyuluhan dan keadaan lokasi penyuluhan, sebagaimana juga dikemukakan Bambang Riyanto (2000) Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian pada dasarnya dapat digolongkan dalam empat golongan yaitu dari segi petani, sumberdaya, keadaan daerah dan kebijaksanaan pemerintah. e. Teknik Penyuluhan

Teknik penyuluhan yang digunakan dalam penerapan rancangan, adalah ceramah, diskusi dan demontrasi cara. Perpaduan tiga teknik penyuluhan ini digunakan, agar penyampaian pesan dapat lebih efektif sehingga inovasi dapat diterima dengan baik, cepat dan lengkap. Pada waktu menyampaikan pesan, diperhatikan keadaan sasaran dan kondisi waktu saat pesan disampaikan. Sebagaimana menurut Vanden Ben (1999) penceramah yang baik yaitu: (1) cermat membaca literature dan menyampaikan hal yang penting, (2) mampu menghubungkan bahasa dengan sasaran dan (3) menyusun isi ceramahnya dengan systematis. Demontrasi cara digunakan bersamaan dengan ceramah,

Page 10: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

sehingga sasaran disamping mendengarkan isi pesan, juga dapat melihat cara pemanfaatannya. Dengan menggunakan metode demonstrasi sering dipandang sebagai metode yang paling efektif, karena metode seperti ini sesuai dengan motto penyuluhan pertanian seeing is believing yang dapat diartikan dengan melihat kita menjadi percaya atau percaya karena melihat (Bambang Riyanto : 2000).

Setelah ceramah selesai disampaikan, dilanjutkan dengan diskusi berkaitan dengan materi yang sudah disuluhkan, agar petani ternak peserta penyuluhan dapat menyampaikan masalah-masalah dan pendapat-pendapat yang perlu dimusyawarahkan, untuk mendapatkan pemecahannya. Menurut Sastraatmadja (1986) pertemuan diskusi biasanya dipergunakan untuk pertukaran pendapat mengenai suatu hal yang akan diselenggarakan, atau guna mengumpulkan saran untuk memecahkan suatu masalah. f. Media Penyuluhan

Sebagai bahan bacaan pada waktu penyuluhan dan setelah selesai mengikuti penyuluhan, dibagikan media penyuluhan berupa folder, dengan harapan teknologi inovasi yang disuluhkan dapat diadopsi dengan baik. Dari hasil identifikasi potensi wilayah petani ternak yang menjadi sasaran yang menerima penyuluhan, tingkat pendidikan teredah adalah sekolah dasar (bisa membaca) dengan demikian media folder dapat digunakan.

Dasar pertimbangan memilih media penyuluhan adalah untuk memperlancar proses komunikasi atau ingin memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat menambah pengertian serta mendalami materi yang disampaikan kepada sasaran (Soedarmanto : 1992). g. Evaluasi Penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan baik, karena dilakukan dengan pertimbangan yang memenuhi syarat- syarat dalam menetapkan sasaran, materi penyuluhan, metode, teknik dan media. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil kegiatan penyuluhan yang sudah dilaksanakan, berkaitan dengan tingkat efektivitas penyuluhan dan tingkat efektivitas perubahan pengetahuan. Sebagaimana yang dikemukan Mardikanto dan Sutarni (1999) manfaat dari evaluasi adalah (1) untuk mengetahui sejauh mana tujuan telah dicapai, (2) apakah perubahan yang terjadi sesuai dengan yang di inginkan, (3) untuk mengetahui segala permasalahan yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan (4) mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi dari metode dan sitem kerja yang telah diterapkan.

Penyuluhan dilaksanakan tanggal 10 sampai dengan 11 Juli 2014 di Kelompok Tani Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Hasil pelaksanaan penyuluhan sebagaimana pada tabel berikut : tingkat pengetahuan petani ternak tentang penggunaan kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada penggemukan sapi sebelum penyuluhan dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan tingkat pengetahuan setelah penyuluhan pada tabel 3. Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Tentang Penggunaan

silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukkan Sapi Potong sebelum Penyuluhan.

No Kategori tingkat pengetahuan

Responden Tingkat pengetahuan

N % Jumlah Skor Rata-rata

1. Rendah (< 25) 17 85 347 20,4

2. Sedang (25 – 34) 3 15 81 27

3. Tinggi (> 34) - - - -

Jumlah 20 100 428 21,4

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Page 11: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Pada tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan petani ternak tentang penggunaan kulit buah kakao, sebelum penyuluhan menunjukan 17 responden (85 %) dari 20 responden dengan jumlah skor 347 dengan kategori tingkat pengetahuan petani ternak rendah. Dari kenyataan ini materi penyuluhan masih sangat perlu disuluhkan kepada petani ternak. Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Tentang

Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong sesudah Penyuluhan.

No Kategori tingkat pengetahuan

Responden Tingkat pengetahuan

N % Jumlah Skor Rata-rata

1. Rendah (< 25) - - - -

2. Sedang (25 – 34) 2 10 65 32,5

3. Tinggi (> 34) 18 90 737 40,94

Jumlah 20 100 802 40,1

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Dari hasil evaluasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3, peningkatan pengetahuan petani ternak setelah diberikan penyuluhan sangat signifikan, dari kategori tingkat rendah 85 % sebelum penyuluhan meningkat menjadi kategori tingkat tinggi 90 % setelah diberikan penyuluhan.

Data hasil evaluasi awal (pre test) sebagaimana pada lampiran 4 dan data hasil evaluasi akhir (post test) pada lampiran 5, menunjukan tingkat pengetahuan petani ternak dari 20 responden sebelum penyuluhan mempunyai rata-rata skor 21,4 namun setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan menjadi rata-rata skor 40,1. Hal ini berati terjadi peningkatan pengetahuan tentang materi yang disuluhkan sebesar 18,7, dimana target pengetahuan setelah penyuluhan adalah 45. Jadi dengan tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan 21,4 terdapat kesenjangan sebesar 23,6. Dari data diatas dapat diketahui efektivitas penyuluhan dan efektivitas perubahan pengetahuan sebagai berikut :

a. Efektivitas penyuluhan

%1,89%10045

1,40X , termasuk kategori efektif

b. Efektivitas perubahan pengetahuan

%2,79%1006,23

7,18X , termasuk kategori efektif

Keterangan kategori efektivitas : - Kurang efektif dengan skor < 33,3 - Cukup efektif dengan skor 33,3 – 66,6 - Efekti dengan skor > 66,6

Peningkatan pengetahuan petani ternak tentang materi yang disuluhkan dipengaruhi oleh beberapa variabel meliputi : umur, pendidikan, jumlah pemilikan lahan, lama memelihara ternak sapi, jumlah anggota keluarga dan jumlah pemilikan ternak sapi. Besaran pengaruh masing-masing variabel itu dapat dilihat pada beberapa tabel berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Hubungan Antara Umur Dengan Tingkat Pengetahuan

Petani Ternak tentang Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

Page 12: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

No

Kategori umur (tahun)

Resp Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

Rata-rata

1. Muda (< 34) 8 40 173 21,6 321 40,1 18,5

2. Sedang(34-41) 9 45 192 21,3 366 40,7 19,4

3. Tua (> 41) 3 15 63 21 115 38,3 17,3

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Pada tabel 4 menunjukan peningkatan pengetahuan tertinggi tentang materi yang disuluhkan, terjadi pada umur sedang (34 – 41 tahun) yaitu 19,4 diikuti umur muda dengan peningkatan 18,5. Ini sejalan dengan pendapat Sastraatmaja (1986) yang mengatakan bahwa semakin bertambah umur sukar untuk belajar karena dipengaruhi faktor fisiologis seperti titik dekat penglihatan semakin jauh, pendengaran semakin berkurang dan dipengaruhi pula oleh factor psikologis seperti belajar pada orang tidak suka digurui tapi dimotivasi untuk mengetahui suatu inovasi. Pendapat ini juga diperkuat oleh Soekartawi (1988) mengatakan umur seseorang berpengaruh dalam mengadopsi inovasi, dan petani yang umurnya lebih muda biasanya mempunyai semangat ingin tahu dan berusaha lebih cepat untuk mengadopsi inovasi.

Maka sebagai kesimpulan pendapat diatas sasaran umur muda dan sedang lebih perioritas untuk diberikan penyuluhan, sehingga dari petani-petani ini nantinya diharapkan dapat menyebarluaskan dan dapat dicontoh oleh petani-petani disekitarnya.

Tabel 5. Distribusi Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Petani Ternak tentang Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

No

Kategori tingkat pddk

Resp Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

Rata-rata

1. SD 12 60 245 20,4 460 38,3 17,9

2. SLTP 5 25 109 21,8 208 41,6 19,8

3. SLTA 3 15 76 25,3 134 44,7 19,4

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Pada tabel 5 peningkatan pengetahuan tetinggi terjadi pada kategori tingkat pendidikan SLTP yaitu 19,8 disusul dengan tingkat pendidikan SLTA 19,4. Ini menujukan tingkat sumber daya manusia yang lebih tinggi, tingkat adopsi inovasinya lebih baik. Sejalan dengan pendapat Van den Ban (1999) mengatakan bahwa petani dapat memecahkan masalahnya sendiri jika mereka memiliki cukup pengetahuan.

Page 13: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Tabel 6. Distribusi Hubungan antara Jumlah Pemilikan Lahan dengan Tingkat Pengetahuan Petani Ternak tentang Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao sebagai campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

No

Kategori pemilikan lahan

(Ha)

Resp Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

Rata-Rata

1. Sempit(< 1) 2 10 40 20 77 38,5 18,5

2. Sedang(1-2) 16 80 347 21,9 643 40,2 18,3

3. Luas (> 2) 2 10 41 20,5 82 41 20,5

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Pada tabel 6 menunjukan peningkatan pengetahuan tertinggi setelah diberikan penyuluhan terjadi pada petani ternak yang memiliki lahan luas (> 2 Ha). Ini dikarenakan kebanyakan petani yang memiliki lahan luas sangat respon dengan teknologi, untuk meringankan dalam mengelola usahanya, sehingga dapat lebih efisien dan efektif. Hal ini sependapat dengan Soekartawi (1988) yang berpendapat bahwa luas lahan mempengaruhi tingkat adopsi inovasi.

Tabel 7. Distribusi Hubungan antara Lama Memelihara Ternak Sapi dengan Tingkat Pengetahuan Petani Ternak tentang Penggunaan Silase isi Rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

No

Kategori lama memelihara ternak

sapi (thn)

Resp Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

Rata Rata

1. Baru (< 7) 14 70 298 21,3 555 39,6 18,3

2. Sedang(7–11) 4 20 82 20,5 158 39,5 19

3. Lama (> 11) 2 10 48 24 89 44,5 20,5

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Pada tabel 7 peningkatan pengetahuan tertinggi dari kategori lama memlihara ternak sapi terjadi pada petani ternak yang lama memlihara sapi (> 11 tahun) yaitu 20,5 ini menunjukan petani ternak yang lama memlihara ternak lebih tertarik dengan teknologi baru, untuk dapat diterapkan dalam usahanya, dengan harapan teknologi itu dapat meningkatkan keuntungan dalam berusaha. Keadaan ini juga sejalan dengan penyatan yang mengatakan, tindakan yang mengarah kepada suatu hasil yang diinginkan secara maksimal cendrung diulangi dalam keadaan serupa dan memerlukan waktu lama (Van den Ban : 1999). Sependapat juga dengan pernyataan Soekartawi (1986) yang menjelaskan bahwa proses adopsi inovasi adalah proses mental dalam diri seseorang mulai pertama kali mendengar sampai akhirnya mengadopsi.

Page 14: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

Tabel 8. Distribusi Hubungan antara Jumlah Pemilikan Ternak Sapi dengan Tingkat pengetahuan Petani Ternak tentang Penggunaan silase isi rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

No

Kategori pemilikan ternak sapi (Ekor)

Resp Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

RataRata

1. Sedikit (< 4) 11 55 241 21,9 444 40,4 18,5

2. Sedang(4–5) 8 40 166 20,8 319 39,9 19,2

3. Banyak (>5 ) 1 5 21 19 39 39 20

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014

Pada tabel 8 menunjukan peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada petani ternak yang memiliki ternak sapi banyak (> 5 ekor). Ini menunjukan bahwa petani ternak yang memiliki ternak sapi lebih aktif mencari informasi teknologi yang menguntungkan usahanya, dan cepat menerima dan mencobanya. Sependapat dengan dengan penyataan Soekartawi (1986) mengatakan ukuran usaha tani selalu berhubungan positif dengan adopsi. Gonzales (1988) juga mengemukan pendapat yang sama yaitu petani ternak yang mempunyai ternak banyak semakin tinggi tingkat pengetahuan, dan juga semakin tinggi pula tingkat adopsinya terhadap suatu inovasi.

Tabel 9.Distribusi Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Tingkat Pengetahuan Petani Ternak tentang Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao sebagai Campuran Pakan pada Penggemukan Sapi Potong

No

Kategori jumlah anggota keluarga

(org)

Responden Tingkat pengetahuan

Peningkatan Pengetahuan

N

%

Pre test Post test

Jlh Skor

Rata-rata

Jlh Skor

Rata Rata

1. Sedikit (< 4) 4 20 78 19,5 157 39,3 19,8

2. Sedang(4- 5) 12 60 273 22,8 446 37,2 14,6

3. Banyak (> 5) 4 20 77 19,3 157 39,3 20

Sumber : Data primer waktu penyuluhan 2014 Pada tabel 9 menunjukan peningkatan pengetahuan tertinggi dari kategori

jumlah anggota keluarga, terjadi pada petani ternak dengan jumlah anggota keluarga banyak (> 5 orang). Ini berarti jumlah anggota keluarga yang lebih banyak tersedia tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga penerapan teknologi dimungkinkan dapat diaplikasikan dalam usaha taninya.

Page 15: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Pengaruh penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan pada pengemukan sapi potong dengan beberapa tingkatan yaitu penggunaan 0,5 kg/ekor/hari memberikan penambahan berat badan harian sapi 0,24 kg - 1,35 kg/ekor/hari, penggunaan 1 kg/ekor/hari penambahan berat badan harian sapi mencapai 0,95 kg – 1,61 kg/ekor/hari dan yang tidak menggunakan kulit buah kakao penambahan berat badan harian mencapai 0,55 kg – 1,17 kg/ekor/hari, penambahan berat badan harian yang tertinggi dapat dicapai dengan penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao 1 kg/hari/ekor. Analisis sidik ragam dari pengolahan data hasil penelitian menunjukan pemanfaatan silase isi rumen kulit buah kakao tidak berpengaruh nyata (P < 0,05) dan (P < 0,01).

2.Dalam mengemas suatu rancangan penyuluhan agar dapat efektip perlu mempetimbangkan karakter individu sasaran, sosial masyarakat sasaran, keadaan wilayah sasaran dan materi yang akan disampaikan perlu dimantapkan melalui penelitian.

3. Hasil evaluasi sebelum dan sesudah penyuluhan, tingkat efektivitas penyuluhan adalah efektif sedangkan efektivitas perubahan pengetahuannya juga efektif. Peningkatan pengetahuan petani ternak tentang materi yang disuluhkan dipengaruhi oleh beberapa variabel : 1) umur peningkatan pengetahuan terjadi pada kategori umur sedang (31 – 39 tahun), 2) tingkat pendidikan peningkatan tertinggi terjadi pada petani ternak dengan tingkat pendidikan SLTP, 3) pemilikan lahan peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada petani yang memiliki lahan luas (>2 ha), 4) lama memelihara ternak sapi peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada petani yang memelihara ternak sapi lama (>11 tahun), 5) Jumlah pemilikan ternak peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada petani yang memelihara ternak sedang (4 – 5 ekor) dan 6) jumlah anggota keluarga peningkatan pengetahuan tertinggi terjadi pada petani dengan jumlah anggota keluarga terbanyak (> 5 orang).

B.SARAN

1. Teknologi inovasi penggunaan silase isi rumen kulit buah kakao sebagai campuran pakan untuk penggemukan sapi potong ini tergolong baru dan hasil penelitian mengenai hal ini relatif masih kurang, untuk itu diharapkan masih ada yang berkenan melanjukan maupun mengulangi sehingga informasi teknologi ini lebih banyak dan bervariasi.

2. Kepada petani ternak yang sempat mendapat informasi teknologi ini, apabila diwilayahnya ada limbah kulit buah kakao, diharapkan dapat menggunakan kulit buah kakao sebagai campuran pakan untuk ternak sapi, sehingga dapat mengurangi biaya pakan.

3. Kepada petugas penyuluh pertanian yang bertugas diwilayah yang banyak komuditi kakao, diharapkan dapat menyampaikan teknologi kepada para petani ternak binaannya.

42

Page 16: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Departemen Pertanian

2. Anonymous. 2002. Kebijaksanaan Nasional Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

3. Anonymous, 2013. Data Statitik Kabupaten Klaten. BPS. Klaten

4. Ginting,E. 2005. Metodologi Kuliah Kerja Lapang. Universitas Brawijaya

Malang.

5. Ibrahim, S dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayumedia Publishing. Malang.

6. Mardikanto. T, 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Dephut kerjasama dengan Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.

7. Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara,

Jakarta

8. Mardikanto. T, 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Dephut kerjasama dengan Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.

9. Mardikanto, T., 1999. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

10. Mardikanto T. 1991. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Prees.Surakarta

11. Syamsudin,U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta. Bandung

12. Syamsudin.2002. Statistik Diskriptif. Muhammadiyah University Press.

Surakarta

13. Suriatna. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. PT Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta

14. Soedarmanto 1992. Dasar-Dasar dan Pengelolaan Penyuluhan Pertanian.

Universitas Brawijaya. Malang

15. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

16. Van den Ban. 1999 Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.

Page 17: Rancangan Penyuluhan Penggunaan Silase Isi Rumen Kulit Buah Kakao Sebagai Campuran Pakan Pada Penggemukan Sapi Potong Di Desa Plosowangi Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Provinsi Jawa