RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA … II RKPD BANGLI... · Web viewAspek evaluasi pembangunan merupakan...

42
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membu at kebijakan pelaksanaan pembangunan Tahun 2015 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, persampahan dan sebagainya. Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada Tahun 2015 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan. 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kabupaten Bangli terletak ditengah-tengah Pulau Bali, merupakan Kabupaten yang tidak memiliki wilayah pantai/laut, berada pada posisi 08 0 08 30 - 08 0 31 07 Lintang Selatan dan 115 0 13 43 115 0 27 24 Bujur Timur. Suhu udara rata-rata berkisar 24,9 0 C dengan tingkat kelembaban 88 serta curah hujan berkisar 797 mm per tahun, dengan ketinggian 100 - 2.152 m dari permukaan laut, dibagian selatan dataran rendah dan di utara merupakan pegunungan yaitu puncak penulisan dan Gunung Batur dengan kepundannya. Danau Batur yang memiliki luas 1.067,50 Ha, serta pegunungan berilief halus sampai kasar batuannya terdiri dari endapan vulkanik Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak. Secara administrasi Kabupaten Bangli memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut: Utara : Kabupaten Buleleng Timur : Kabupaten Karangasem Selatan : Kabupaten Klungkung Barat : Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah Kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu: Kecamatan Susut, Bangli, Tembuku dan Kintamani. Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah 52.081 Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Ibukota Kabupaten Bangli adalah Kawasan Perkotaan Bangli. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 1

Transcript of RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA … II RKPD BANGLI... · Web viewAspek evaluasi pembangunan merupakan...

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Proses pelaksanaan pembangunan daerah, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi. Aspek evaluasi pembangunan merupakan aspek dasar perencanaan pembangunan untuk tahun berikutnya, sehingga untuk membu at kebijakan pelaksanaan pembangunan Tahun 2015 perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan daerah pada tahun sebelumnya, khususnya evaluasi terhadap indikator makro pembangunan. Indikator makro yang dievaluasi meliputi pembangunan sumber daya manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial, serta indikator penunjang yang terkait dengan masalah politik, hukum, lingkungan hidup, infrastruktur, pelayanan publik, persampahan dan sebagainya. Hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, menjadi dasar dalam menentukan isu-isu yang akan dihadapi pada Tahun 2015 yang selanjutnya dirumuskan menjadi kebijakan prioritas pembangunan.

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi2.1.1.1. Karakteristik lokasi dan wilayah

1. Letak, Luas dan Batas WilayahSecara Geografis Kabupaten Bangli terletak ditengah-tengah

Pulau Bali, merupakan Kabupaten yang tidak memiliki wilayah pantai/laut, berada pada posisi 080 08’ 30” - 080 31’ 07” Lintang Selatan dan 1150 13’ 43” – 1150 27’ 24” Bujur Timur. Suhu udara rata-rata berkisar 24,90 C dengan tingkat kelembaban 88 serta curah hujan berkisar 797 mm per tahun, dengan ketinggian 100 - 2.152 m dari permukaan laut, dibagian selatan dataran rendah dan di utara merupakan pegunungan yaitu puncak penulisan dan Gunung Batur dengan kepundannya. Danau Batur yang memiliki luas 1.067,50 Ha, serta pegunungan berilief halus sampai kasar batuannya terdiri dari endapan vulkanik Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak. Secara administrasi Kabupaten Bangli memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut:

Utara : Kabupaten BulelengTimur : Kabupaten KarangasemSelatan : Kabupaten KlungkungBarat : Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung

Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah Kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu: Kecamatan Susut, Bangli, Tembuku dan Kintamani. Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah 52.081 Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Ibukota Kabupaten Bangli adalah Kawasan Perkotaan Bangli.

Luas wilayah Kecamatan Kintamani sebesar 36.690 Ha atau 70,45 % dari luas wilayah Kabupaten dan bahkan merupakan kecamatan terluas di Provinsi Bali (6,51% dari luas wilayah Provinsi Bali), lebih besar dari luas wilayah Kabupaten Klungkung (31.500 Ha) dan hampir sama dengan luas wilayah Kabupaten Gianyar (36.800 Ha).

Tabel 2.1.Luas Wilayah Kabupaten Bangli

Luas Wilayah Persentase

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 1

No. Kecamatan (Km²)

Luas Wilayah (%)

1 Bangli 58,3 10,802 Susut 49,3 9,473 Tembuku 48,3 9,284 Kintamani 366,9 70,45

Tota Kabupaten Bangli 520,8 100

2. TopografiKondisi fisik dasar wilayah kabupaten berdasarkan aspek

topografi, geologi, hidrologi, dan iklim. Topografi wilayah berada pada ketinggian antara 100 – 2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah kecamatan Susut (225–950 m), Kecamatan Bangli (200 – 1175 m), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m) dan Kecamatan Kintamani 100–2.152 m. Kelerengan wilayah bervariasi antar wilayah kecamatan dan secara umum berada pada kondisi dataran (0–2%), landai (2-15%), bergelombang (15-30%), curam (30-40%) dan sangat curam (>40%). Kondisi datar relatif hanya terdapat pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani.

3. Geologi dan TanahBerdasarkan aspek Geologi, Kabupaten Bangli secara umum

termasuk dalam Qhvb di seputaran puncak Gunung batur; Qvbb di seputaran bagian bawah Gunung Batur; dan Qpbb di sebagian besar wilayah Kabupaten Bangli. Formasi ini pada bagian permukaan didominasi oleh tufa pasiran dan di beberapa tempat dijumpai tufa batu apung dan endapan lahar. Tufa pasiran umumnya melapuk menengah – tinggi berwarna kuning kecoklatan, berukuran pasir halus – kasar. Tufa batu apung berwarna putih kecoklatan, agak rapuh dan mudah lepas. Endapan lahar berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman terdiri dari batuan beku andesit dan batuapung dengan masa tufa pasiran bersifat agak rapuh. Pada kaldera batur formasi geologi terdiri dari formasi geologi Batuan Gunung api Batur yang mengandung aglomerat, lava, dan tufa.

Berdasarkan peta kerentanan gerakan tanah Pulau Bali, didapatkan bahwa terdapat zona kerentanan gerakan tanah tinggi pada kawasan sekitar Kaldera Batur yang memiliki kelerengan curam dan sangat curam. Selanjutnya tersebar luas zona kerentanan gerakan tanah menengah (terdapat gerakan tanah terutama pada kawasan yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir (pinggir jurang), pada wilayah tebing bagian barat laut, utara dan timur laut Kaldera Batur, dan tersebar sedikit di selatan kaldera Batur.

4. HidrologiHidrologi wilayah terdiri atas air permukaan dan air tanah. Air

permukaan terdiri dari Danau Batur dengan luas 1.607 Ha, kedalaman 70 meter, volume 815,58 juta/m3, panjang panjang garis pantai (shoreline) 21,4 km dengan daerah tangkapan seluas 10.535 Ha. Sungai yang ada di Kabupaten Bangli berjumlah 14 buah yang merupakan hulu-hulu sungai utama yang bermuara di bagian Selatan Pulau Bali. Air tanah di Kabupaten Bangli berdasarkan Peta Pengendalian pengambilan air tanah dan perlindungan daerah resapan (Dep. ESDM), menyatakan bahwa seluruh wilayah Kabupaten Bangli dari bagian utara Kota Bangli ke arah utara merupakan Daerah Resapan Air yang mengisi Cekungan Air Tanah

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 2

(CAT) wilayah Kabupaten/Kota Sarbagita termasuk wilayah Kabupaten Bangli bagian selatan. Jumlah potensi mata air di Kabupaten Bangli tersebar di 88 buah titik di 42 desa dengan debit total 1.561,30 ltr/dt. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah umumnya pendek dan jenis alirannya bersifat ephemeral, yang sebagian besar terletak di sebelah Utara, sedangkan yang mengalir ke bagian Selatan lebih panjang, aliran sungainya kebanyakan bersifat perenmial.

5. KlimatologiKabupaten Bangli memiliki iklim tropis, suhu udara relatif

rendah berkisar antara 150 – 300 C, semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm. Penyebaran curah hujan relatif tinggi (2.500 - 3.500 mm) meliputi bagian utara (lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan wilayah. Curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember – Maret dan terendah pada bulan Agustus.

6. Penggunaan LahanPenggunaan lahan wilayah Kabupaten Bangli pada tahun 2012

didominasi penggunaan untuk lahan tegalan atau kebun campuran 45,55%, hutan negara 17,94%, perkebunan 14,52%, permukiman dengan pekarangannya 6,38%, lahan kering lainnya 5,84%, persawahan 5,55%, hutan rakyat 4,2% dan lainnya. Pemanfaatan sawah hanya terdapat di Kecamatan Bangli, Susut dan Tembuku sedangkan Kecamatan Kintamani didominasi pemanfaatan hutan, tegalan dan kebun.

Komposisi guna lahan tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Bangli bukanlah kawasan sentra budidaya tanaman pangan (sawah), namun berdasarkan potensi fisik alamnya merupakan kawasan yang berpotensi dikembangkan untuk perkebunan dan kehutanan. Sebaran persawahan hanya terdapat di Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku dengan komposisi 5,55% dari luas wilayah.

Kawasan permukiman di Kabupaten Bangli dilayani pusat-pusat kegiatan yang telah bekembang terutama Kawasan Perkotaan Bangli sebagai ibukota Kabupaten Bangli, Ibukota-ibukota Kecamatan (Susut, Bangli, Tembuku, Kintamani), pusat-pusat kegiatan wisata (Penelokan, Toyabungkah), pusat-pusat pertanian (Catur, Belantih), Pusat Kegiatan Spiritual (Batur) dan lainnya. Beberapa Permukiman perdesaan atau kawasan perdesaan terutama di wilayah Kecamatan Kintamani jaraknya cukup jauh dari pusat pelayanan.

Sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada Tabel 2.3. Komposisi kawasan lindung adalah 20,49% dan Kawasan Budidaya 79,51%, namun dalam Komponen Kawasan Budidaya terdapat Kawasan Perkebunan dan Kehutanan yang berfungsi perlindungan sebesar 60,79%.

Hutan negara di wilayah Kabupaten Bangli seluas 9.341,28 Ha, merupakan kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan fungsi Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Taman Wisata Alam (TWA) terdiri atas HL Penulisan-Kintamani (4.219,3 Ha), HL Munduk Pengajaran (613 Ha), HL Gunung Abang-Agung 1.406,71 Ha), HPT Batur Bukit Payang (453 Ha), TWA Batur Bukit Payang (2.075 Ha) dan TWA Gunung Abang-Agung 574,27 Ha), berfungsi perlindungan sebesar 60,79%.

2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 3

1. Kawasan Peruntukan Pertanian1.1 Kawasan Budidaya Tanaman Pangan

Kawasan pertanian lahan basah adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan yang meliputi: Serelia (padi, jagung); kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dll); umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, dll) yang dibudidayakan secara intensif dengan sistem irigasi subak sehingga perlu dilindungi, terutama perlindungan terhadap sumber-sumber airnya. Pengembangan pertanian lahan basah adalah seluas 2.890 Ha atau 5.556% dari luas Kabupaten Bangli tetap diarahkan pada lokasi yang telah ada yaitu di Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku. Arahan ini didasarkan pada pertimbangan produktivitas lahan, ketersediaan prasarana irigasi, akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan yang sedang berlangsung. Arahan pengelolaan kawasan budidaya tanaman pangan dilaksanakan melalui:

1) Pemanfaatan semua lahan-lahan yang sudah mendapatkan pengairan (irigasi) untuk dimanfaatkan sebagai lahan sawah;

2) Pengoptimalan produktivitas lahan-lahan sawah yang sudah ada melalui program intensifikasi dengan sistem cooperative farming;

3) Pemantapan pelayanan jaringan irigasi; 4) Pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah

beririgasi; 5) Pengembangan target luas lahan pertanian tanaman pangan

berkelanjutan 90% dari luas lahan sejak ditetapkannya peraturan daerah ini, di luar kebutuhan alih fungsi untuk fasilitas umum prioritas;

6) Pengembangan luasan kawasan pertanian lahan basah organik secara bertahap pada tiap subak dan dan desa/kelurahan sesuai potensinya;

7) Kawasan budidaya tanaman pangan diarahkan pada wilayah bawah (yaitu Kecamatan Bangli, Susut dan Tembuku).

Kawasan budidaya tanaman pangan, ditetapkan dengan kriteria:1) Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai

kawasan pertanian tanaman pangan.2) Dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi

sesuai dengan Undang-Undang No. 41 tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan.

3) Mendukung ketahanan pangan wilayah dan nasional, dan/atau

4) Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan jaringan prasarana irigasi.

1.2 Kawasan Budidaya HortikulturaKawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang

diperuntukkan bagi budidaya tanaman semusim dan tahunan. Holtikultura sayuran meliputi tomat, cabe, dll dan hortikultura buah-buahan meliputi: jeruk,kelapa, durian, dll, dan hortuikultura bunga-bungaan meliputi: mawar, kenanga, dll. Pengembangan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Bangli sebagian besar bercampur dengan kawasan perkebunan, namun di beberapa lokasi berupa khusus tanaman sayur-sayuran maupun buah-buahan dengan luas 1.522,99 ha atau 2,92% dari luas wilayah Kabupaten Bangli diarahkan di seluruh kecamatan, terutama lahan yang diusahakan secara intensif untuk kegiatan tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura yang berkembang di

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 4

Kabupaten Bangli adalah tanaman jeruk. Jeruk Kintamani telah mampu bersaing sebagai komoditas lokal unggulan Kabupaten Bangli dengan jeruk-jeruk import, sehingga peningkatan kualitas dan luasan areal perlu ditingkatkan. Arahan pengelolaan kawasan budidaya hortikultura dilaksanakan melalui:

1) Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk budidaya hortikultura unggulan secara optimal;

2) Pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering melalui optimalisasi pemanfaatan lahan kering secara berkelanjutan;

3) Pemilihan jenis komoditi yang memilki nilai ekonomis tinggi dengan masa tanaman singkat dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: secara ekonomis menguntungkan; secara sosial budaya dapat diterima petani; secara teknis mudah dilakukan dan ramah lingkungan dan secara administratif mudah dikelola;

4) Pembatasan perluasan lahan budidaya hortikultura dari kawasan budidaya perkebunan dan peruntukan hutan rakyat melalui pengendalian kegiatan budidaya hortikultura pada kawasan atau wilayah dnegan lereng-lereng 0-8 % untuk tanaman pangan; 8-25 % untuk wanatani; 25-45% untuk tanaman tahunan; sedangkanbila lereng >45 % hanya untuk tanaman bernilai onservasi;

5) Pemantapan kawasan agropolitan berbasis pertanian hortikultura sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;

6) Pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata;

7) Pengembangan kawasan agrowisata pada jalur pariwisata tertentu melalui farming berbasis sistem pertanian organik.

8) Pengembangan kawasan budidaya tanaman hortikultura diarahkan pada wilayah atas yaitu Kecamatan Kintamani.

Kawasan budidaya hortikultura, ditetapkan dengan kriteria:1) Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki

potensi/kesesuaian lahan sebagai bahan pertanian lahan kering secara optimal;

2) Pemanfaatan lahan kering secara optimal;3) Pemilihan jenis komoditas hortikultura unggulan yang

spesifik lokasi.Kawasan hortikultura budidaya perkebunan adalah kawasan

yang diperuntukkan bagi budidaya perkebunan rakyat baik perkebunan dengan komoditi khusus. Komoditi perkebunan di Kabupaten Bangli yang telah terkenal adalah kopi arabika. Keberadaan kopi arabika di Kabupaten Bangli telah mendapat pengakuan nasional dan internasional dengan dikembangkananya sertifikat indikasi geografis. Luas perkebunan rakyat untuk kopi arabika memang terluas, dan secara total luas perkebunan pada 2012 adalah 7.652 ha atau 14.88% dari luas wilayah. Mengingat ketersediaan lahan yang masih luas, potensi alami dan geografis yang dimiliki serta upaya pelestarian lingkungan dengan tetap mengembangkan komoditi yang mempunyai nilai jual secara internasional, maka perluasan areal perkebunan menjadi alternatif peningkatan nilai tambah wilayah.

Perluasan areal perkebunan diarahkan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang masih tersedia yaitu 25.291,64 Ha atau 48,567% dari luas wilayah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 5

Pengelolaan kawasan budidaya perkebunan dilaksanakan melalui: 1) Pengembangan luas areal tambahan dari luas yang ada pada

lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan/ tahunan secara optimal dan dengan tetap memperhatikan asas kelestarian sumberdaya lahan;

2) Pengembangan kegiatan perkebunan dengan system agribisnis yang didukung pengembangan agroindustri dan Kawasan agropolitan

3) Pengembangan lahan perkebunan terintegrasi dengan dengan komoditas lainnya;

4) Pemantapan dan pelestarian kawasan perkebunan dengan komoditas-komoditas khas yang sebagai keunggulan tanaman pekebunan daerah;

5) Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan sertifikat indikasi geografis;

6) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;

7) Pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata dan pengembangan agrowisata;

8) Pengembangan luasan kawasan perkebunan organik secara bertahap pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.

9) Kawasan budidaya perkebunan, ditetapkan dengan kriteria:a) Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki

potensi/kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan/ tanaman tahunan secara optimal dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya lahan;

b) Pengembangan tanaman perkebunan diprioritaskan pada tanaman yang memiliki produktivitas tinggi dan daya saing tinggi serta mampu mendukung kelestarian lingkungan.

2. Kawasan Budidaya PeternakanKawasan budidaya peternakan diperuntukkan bagi kegiatan

peternakan hewan besar, hewan kecil dan tidak dikembangkan dalam bentuk padang penggembalaan ternak sehingga batasan lokasinya tidak dapat dipetakan secara tegas dan diarahkan secara terpadu dan terintegrasi bercampur dengan kawasan peruntukan pertanian. Kegiatan peternakan meliputi peternakan besar (sapi) dan peternakan kecil (ayam, itik, babi, Kambing dll).

Arahan pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilaksanakan melalui:

1) Pemanfaatan ruang bercampur dengan kegiatan peruntukan lainnya, terutama kawasan peruntukan pertanian dan permukiman secara terbatas;

2) Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat mensuplai bahan makanan ternak secara terpadu dan terintegrasi;

3) Pemanfaatan lahan pekarangan permukiman perdesaan, untuk kegiatan peternakan skala rumah tangga;

4) Pemanfaatan lahan kritis melalui pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis pohon yang tahan kering dan sesuai untuk makanan ternak;

5) Pemanfaatan lahan yang sesuai bagi kegiatan peternakan secara optimal

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 6

6) Pemantapan pelayanan Pasar Hewan di Kelurahan Cempaga Bangli (untuk Kawasan Perkotaan Bangli dan sekitarnya serta Pasar hewan Kayuamba untuk pelayanan regional.

7) Pengembangan kawasan agropolitan promosi Tiga-Pengelumbaran untuk komoditas unggulan peternakan sapi masyarakat

Kawasan budidaya peternakan, ditetapkan dengan kriteria: 1) Pemanfaatan area pertanian untuk menghasilkan produk

usaha peternakan yang bernilai ekonomi tinggi; 2) Pengembangan pada area pertanian lahan kering atau kritis

yang produktivitasnya rendah;3) Keterpaduan kegiatan peternakan dengan kawasan

pertanian tanaman tahunan/perkebunan;4) Kemampuan mendayagunakan bahan pakan rerumputan,

semak dan pepohonan serta hasil pertanian dan limbah pertanian secara optimal untuk pakan ternak;

5) Kemampuan mengoptimalkan sumber daya lahan dan lingkungan secara optimal; dan

6) Kemampuan mempertahankan pelestarian plasma nutfah dan konservasi lahan secara berkelanjutan.

3. Kawasan Peruntukan Perikanan3.1. Peruntukan Perikanan Tangkap

Peruntukan kegiatan perikanan tangkap diperairan umum untuk wilayah Kabupaten Bangli seluas 1.639,90 Ha atau 3.15% dari luas Kabupaten Bangli, yang tersebar di Daerah Aliran Sungai, Kawasan Waduk dan Kawasan Danau Batur. Untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan di Kawasan Danau Batur, harus ada suatu studi penelitian ambang batas pengembangan kegiatan budidaya perikanan di Kawasan Danau Batur.

3.2. Peruntukan Budidaya PerikananPeruntukan kegiatan budidaya perikanan meliputi diperairan

umum berupa danau, sawah dan kolam dengan luas total 189,77 Ha atau 0.36% dari luas Kabupaten Bangli, dimana untuk budidaya di daerah persawahan sebesar 177 Ha, budidaya dalam kolam mencapai 11,50 Ha dan budidaya perikanan di perairan umum baru mencapai 1,27 Ha.

Pengembangan budidaya perikanan di kawasan danau diarahkan maksimal 10% dari luas kawasan perairan danau. Dengan luas Danau Batur yang mencapai 1.607,50 Ha, maka luas maksimal kegiatan budidaya perikanan di danau adalah 80,38 Ha. Kondisi pengembangan keramba baru pada tahun 2009 baru mencapai 0,76 Ha, sehingga sediaan potensi yang masih sangat luas, merupakan kegiatan unggulan yang dapat dikembangkan Kabupaten Bangli dari sektor perikanan di Kawasan Danau Batur.

4. Kawasan Pertambangan Kegiatan pertambangan adalah kegiatan yang

memanfaatkan peruntukan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan pertambangan. Kawasan peruntukan pertambangan Kabupaten Bangli, mencakup:

1) Lokasi kawasan pertambangan galian C terutama di Kawasan Yeh Mampeh pada dasar kaldera Batur dan ditegaskan lebih lanjut dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 7

2) Lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan kapasitas pengeboran sesuai dengan potensi yang tersedia dan pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan penatagunaan air; dan

3) Lokasi kegiatan pertambangan skala kecil lainnya, pada kawasan yang potensial dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

5. Kawasan Peruntukan IndustriKawasan peruntukan industri di Kabupaten Bangli diarahkan

pada kegiatan Sentra-Sentra Industri Kecil yang dapat bercampur dengan kawasan permukiman baik di Kawasan Permukiman Perkotaan maupun Kawasan Permukiman Perdesaan.Kegiatan industri yang dikembangkan terkait dengan potensi sumber daya alam setempat, induatri kreatif dan industry kerajinan penunjang kepariwisataan.Kegiatan industri yang dapat dikembanghkan adalah :

1) Industri terkait kerajinan bambu sebagai ikon produksi kerajinan Kabupaten Bangli

2) Industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang ada seperti kopi, jeruk, buah-buahan lainnya

3) Industri terkait bahan setengah jadi, untuk produksi barang kerajinan dari bahan hasil kehutanan (kayu)

4) Industri kecil kerajinan dan cindera mata untuk menunjang kegiatan pariwisata

5) Industri kreatif terkait production house atau software mengingat kawasan sekitar Danau Batur mampu memberikan suasana segar untuk pengembangan keilmuan yang ditunjang teknologi komunikasi yang handal

6) Industri kreatif lainnyaDengan demikian tidak dapat ditentukan deliniasi kawasan peruntukkan industri secara tegas di dalam peta Rencana Tata Ruang Wilayah

6. Kawasan Peruntukan PariwisataKawasan peruntukkan pariwisata adalah kawasan yang

diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata.

Sektor pariwisata di dalam ruang selanjutnya diwujudkan dalam wadah aktivitas yang secara dominan mengakomodasi kegiatan kepariwisataan, berdasarkan potensi daya tarik wisata yang ada. Wujud ruang peruntukan pariwisata juga memperhatikan ketentuan dari UU. No. 9 Tahun 2010 tentang kepariwisataan yang berupa arahan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata dan Daya Tarik Wisata. Berdasarkan arahan kebijakan, maka kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari:

1) Kawasan Strategis Pariwisata mencakup Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK), dan

2) Daya Tarik Wisata (DTW) yang tersebar dalam skala kecil

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 8

Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.Kawasan peruntukan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bangli adalah Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK)

1) Penetapan KDTWK berdasarkan cakupan geografis yang berada dalam satu atau lebih satuan wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup;

2) Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus yang ada di Kabupaten Bangli adalah KDTWK Kintamani yang memiliki luas 17.935 Ha atau 34.44 % dari luas Kabupaten Bangli, namun kawasan yang dideleniasi pada peta hanya 10% dari luas kawasan yaitu sebesar 1.793,5 Ha yang mencakup : Desa Sukawana, Kintamani, Batur Utara, Batur Tengah, Batur Selatan, Kedisan, Abang Songan, Abang Batudinding, Songan A, Songan B, Trunyan, Buahan, dan Suter.

3) Pengaturan KDTWK dengan kekhususan sifatnya sebagai kawasan penyangga pelestarian budaya dan lingkungan hidup, maka pemanfaatan ruang untuk fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang kepariwisataan sangat dibatasi dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata.

2.1.1.3. Kawasan Rawan BencanaKawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam, terdiri dari kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Di Kabupaten Bangli kawasan rawan bencana yang berpotensi adalah Kawasan rawan tanah Longsor.Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran (dengan kondisi kemiringan lereng lebih curam dari 40º ). Lokasi kawasan rawan tanah longsor terdiri dari kawasan-kawasan dengan tingkat kerawanan sedang - tinggi yang terletak pada daerah lereng bukit/perbukitan, lereng gunung/pegunungan, dan tebing/lembah sungai. Sebaran lokasi tersebut di atas terutama terdapat di :

1) Lereng kaldera Batur memutar bagian dalam2) Lereng Kaldera batur bagian luar arah utara, barat dan selatan 3) Kawasan dengan kemiringan terjal di seluruh wilayah Kabupaten

Bangli di luar lereng kaldera Batur

a). Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi :Sebaran kawasan rawan bencana alam geologi terdiri dari : a.1 Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur

Kriteria Kawasan rawan letusan gunung berapi adalah : Wilayah disekitar kawah atau kaldera; dan/atau

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 9

Wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan /atau aliran gas beracun.

Kawasan gunung berapi Gunung Batur memenuhi kriteria diatas, dan penetapan Kawasan rawan letusan gunung berapinya dibagi menjadi :1). Kawasan Rawan Bencana III (Daerah Terlarang) adalah :

Kawasan terlanda aliran lava, hujan abu, pasir, lapili dan kemungkinannya adanya gas beracun terutama di daerah puncak G. Batur, Lereng bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, barat dan Barat laut.

Luas daerah terlarang ini ± 33,6 Km2, sedangkan kampung / desa yang terkena / termasuk didalamnya yaitu Toya Bungkah, Seked, Yeh Mampeh, Pangkung Kucing, Latengaya dan Tamansari.

Untuk kawasan Rawan Bencana III (daerah terlarang) ini tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk wisata.

2) Kawasan Rawan Bencana II (Daerah Bahaya) adalah: Kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan

kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar, bom, lapili dan pasir.

Daerahnya mencakup kaki sebelah utara, Timur Laut dan Timur G. Batur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur karena lokasi tersebut kemungkinannya berpindah-pindah;

Daerahnya meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak G.Batur (tergantung letusan gunung api tersebut ), sedangkan daerah yang diperkirakan terkena adalah Desa Songan A dan Desa Songan B.

c) Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada ) adalah: Meliputi sektor antara batas kaldera II sampai batas

Kaldera I; Daerah ini hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, dan bilamana letusan yang kuat maka akan terjadi bom gunung api sampai didaerah tersebut; Dearah penyebarannya meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km dari puncak G.Batur.

Daerah ini terdapat pemukiman dan kegiatan usaha, namun ada juga daerah yang rawan terkena tanah longsor seperti jalan Penelokan dan Kutadalem yang melintang sepanjang punggung yang dikiri kanannya jurang; Dan bilamana sewaktu-waktu terjadi gempa baik vulkanik maupun Tektonik yang kuat atau hujan yang sangat lebat, mungkin pada beberapa tempat tersebut akan terjadi longsor.

a.2 Kawasan Rawan Gempa BumiKawasan Rawan Gempa Bumi adalah kawasan yang berada pada daerah / kawasan yang berpotensi terjadinya gempa bumi atau yang pernah / sering terjadinya gempa bumi.Kawasan-kawasan tersebut diidentifikasikan mempunyai potensi terancam bahaya gempa bumi baik gempa bumi tektonik

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 10

maupun gempa bumi vulkanik, diidentifikasi berdasarkan karakteristik fisik sebagai berikut :

Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;

Daerah yang dilalui oleh patáhan aktif; Daerah yang mempunyai catatan kegempaan dengan

kekuatan lebih besar 5 skala Richter; Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti

endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk; Kawasan lembah bertebing curam yang disusun oleh

batuan mudah longsor.Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria sebagai kawasan yang berpotensi dan / atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai XII Modified Mercally Intencity (MMI ); Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu banyak, kecuali gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang berupa Gempa Vulkanik. Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi di Bali yang diterbitkan oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Bangli termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.

a.3 Kawasan Rawan Gerakan Tanah Kawaran Rawan Gerakan tanah adalah kawasan-kawasan yang memunyai potensi terjadinya gerakan tanah terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal. Sebaran Kawasan Rawan Gerakan Tanah di Pulau Bali terbagi menjadi 4 (empat) daerah Zona Kerentanan Gerakan Tanah yaitu : sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Kawasan yang termasuk rawan gerakan tanah adalah kawasan yang memiliki Zona kerentanan gerakan tanah tinggi.Zona kerentanan gerakan tanah tinggi, berpotensi terjadi pada kawasan dengan perbukitan yang terjal, karena pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak, akibat adanya curah hujan yang tinggi dan dibarengi dengan erosi yang kuat terutama pada kawasan perbukitan yang terjal Sebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli terdapat di seluruih dinding Kaldera Gunung Batur.Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah meliputi:a. Melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan yaitu dengan

jalan melakukan perbaikan pola tanam dan upaya konservasi lahan (sengkedan, tanaman keras dan lain-lain) untuk menahan laju gerakan tanah

b. Membatasi kegiatan budidaya;c. Memasang sistem peringatan dini kawasan rawan gerakan

tanah d. Pengembangan sistem jaringan drainase;e. Pengembangan bangunan penahan gerakan tanah;f. Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi

fisik kawasan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 11

2.1.1.4. Demografis

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Bangli menunjukkan peningkatan. Dari hasil registrasi penduduk tahun 2012 tercatat jumlah penduduk di Bangli sebanyak 216.804 jiwa, terdiri dari 108.143 jiwa penduduk laki-laki dan 108.661 jiwa penduduk perempuan. Jumlaj penduduk tahun 2012 naik 0,36% dibandingkan tahun 2011 yang berjumlah 216.017 jiwa. Dengan luas wilayah 520,81 km2, maka kepadatan penduduk di Bangli mencapai 416 jiwa/km2, dimana kecamatan Susut memiliki kepadatan yang paling tinggi yaitu mencapai 876 jiwa/km², disusul Kecamatan Bangli mencapai 812 jiwa/km² dan Kecamatan Tembuku 725 jiwa/km², sedangkan kecamatan Kintamani mencapai 253 jiwa/km².

Tabel 2.2.Jumlah Penduduk Kabupaten Bangli dari Tahun 2008 - 2012

No. 

Tahun 

Jumlah Penduduk Sex-Ratio 

Kepadatan Laki Perempuan Jumlah

1 2008 106.637 107.171 213.808 99,50 4112 2009 107.182 107.603 214.785 99,61 4123 2010 107.594 108.135 215.729 99,50 4144 2011 107.758 108.259 216.017 99,54 4155 2012 108.143 108.661 216.804 99,52 416

Sedangkan distribusi dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Kintamani, Bangli, Susut dan Tembuku penduduknya paling banyak adalah kecamatan Kintamani mencapai angka 43% dari penduduk Bangli, namun tingkat kepadatannya paling rendah, karena kecamatan Kintamani merupakan daerah yang paling luas diantara empat kecamatan tersebut.

Gambar. 1

Meskipun jumlah penduduk bertambah, tapi laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bangli Tahun 2011-2012 sebesar 0,36 %. Angka ini lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir yang sebesar 0,42%.

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang dilihat dari Sex Ratio tidak mengalami banyak perubahan yaitu 99,50 di tahun 2008 menjadi 99,52 di tahun 2012.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Pertumbuhan PDRB

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 12

Selama kurun periode 2009 – 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangli terjadi fluktuasi, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2012 sebesar 5,99% dan terendah tahun 2010 sebesar 4,97%. Laju pertumbuhan di tahun 2010 melambat dibanding tahun 2009, penyebabnya adalah sektor pertanian yang menjadi sektor dominan di Bangli hanya tumbuh 1,34%.

Kinerja perekonimian Bangli tahun 2013 secara makro ditunjukkan oleh pencapaian nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau total nilai tambah bruto tahun 2013. Nilai PDRB dan kontribusinya masing-masing sektor dapat dlihat dalam tabel 2.3 dan tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.3.Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d. 2014

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000.Kabupaten Bangli

NO Sektor Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 378.5

43,44

36,39

383.617,18

35,1

3 393.3

87,71

34,03

405.103,68

33,0

7 413.45

4,87

31,9

5

2Pertambangan & Penggalian

1.572,04

0,15

1.600,62

0,15

1.661,67

0,14

2.037,13

0,17

2.079,13

0,16

3 Industri Pengolahan 85.5

31,37

8,22 88.9

28,52

8,14 90.3

66,53

7,82 92.3

33,98

7,54 95.13

3,90

7,35

4Listrik,Gas & Air bersih

5.156,10

0,50

5.847,50

0,54

6.598,56

0,57

7.157,15

0,58

7.373,78

0,57

5 Konstruksi 45.6

04,08

4,38 51.7

93,57

4,74 53.9

28,96

4,67 58.7

41,33

4,79 60.51

9,32

4,68

6Perdagangan, Hotel & Restoran

261.381,56

25,1

2 277.3

18,38

25,39

297.677,71

25,7

5 318.3

21,43

25,98

345.145,45

26,6

8

7Pengangkutan & Komunikasi

20.891,49

2,01

22.018,27

2,02

22.999,54

1,99

24.393,72

1,99

26.449,31

2,04

8Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

36.756,54

3,53

38.787,17

3,55

40.103,66

3,47

42.439,66

3,46

46.015,93

3,56

9 Jasa-jasa 204.9

26,80

19,70

222.205,30

20,3

5 249.1

74,46

21,56

274.575,62

22,4

1 297.71

3,31

23,0

1   PDRB 1.040.363

,42

100 1.092.116

,51 100

1.155.898,80

100

1.225.103,70

100

1.293.885,00

100

Tabel 2.4.Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d. 2014

Atas Dasar Harga BerlakuKabupaten Bangli

NO Sektor Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 740.5

66,04

34,9

3 794.7

33,60

33,6

7 834.9

94,86

32,3

6 890.0

13,59

31,0

5 9

88.432,46

31,0

0

2Pertambangan & Penggalian

3.431,75

0,16

3.626,21

0,15

3.791,70

0,15

4.870,91

0,17

5.409,54

0,17

3Industri Pengolahan

189.841,75

8,96

209.142,91

8,86

219.911,10

8,52

237.235,08

8,28

251.315,17

7,88

4Listrik,Gas & Air bersih

11.477,37

0,54

13.584,83

0,58

15.917,61

0,62

18.336,05

0,64

19.424,31

0,61

5 Konstruksi 121.5

06,31

5,73 142.2

43,73

6,03 151.4

18,30

5,87 174.6

20,64

6,09 1

84.984,52

5,80

6 Perdagangan, 494.0 570.9 651.9 747.7 8

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 13

Hotel & Restoran 29,54 23,3

0 88,38 24,1

9 86,70 25,2

7 66,54 26,0

8 43.447,83 26,4

5

7Pengangkutan & Komunikasi

47.744,58

2,25

53.013,40

2,25

57.566,44

2,23

63.220,71

2,21

71.310,19

2,24

8Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

77.939,98

3,68

84.979,31

3,60

89.462,32

3,47

97.239,08

3,39

109.681,41

3,44

9 Jasa-jasa 433.3

85,51

20,4

4 488.0

53,08

20,6

8 554.9

15,60

21,5

1 633.3

89,51

22,0

9 7

14.435,57

22,4

1

 PDRB 2.119.922

,83

100 2.360.365

,45 100

2.579.964,63

100

2.866.692,11

100

3.188.441,00

100

Tabel 2.5.Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014

Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Bangli

NO SektorTahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk% % % % % % % % % %

1 Pertanian

36,3

9

34,93

35,1

3

33,6

7

34,0

3

32,3

6

31,0

5

33,0

7

31,0

0

31,9

5

2Pertambangan& Penggalian

0,15

0,16

0,15

0,15

0,14

0,15

0,17

0,17

0,17

0,16

3 Industri Pengolahan

8,22

8,96

8,14

8,86

7,82

8,52

8,28

7,54

7,88

7,35

4 Listrik,Gas&Air bersih

0,50

0,54

0,54

0,58

0,57

0,62

0,64

0,58

0,61

0,57

5 Konstruksi

4,38

5,73

4,74

6,03

4,67

5,87

6,09

4,79

5,80

4,68

6Perdagangan, Hotel, & Restoran

25,1

2

23,30

25,3

9

24,1

9

25,7

5

25,2

7

26,0

8

25,9

8

26,4

5

26,6

8

7Pengangkutan & Komunikasi

2,01

2,25

2,02

2,25

1,99

2,23

2,21

1,99

2,24

2,04

8Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan

3,53

3,68

3,55

3,60

3,47

3,47

3,39

3,46

3,44

3,56

9 Jasa-jasa

19,7

0

20,44

20,3

5

20,6

8

21,5

6

21,5

1

22,0

9

22,4

1

22,4

1

23,0

1

  PDRB

100

100

100

100

100

100

100

100

100 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sampai dengan tahun 2013 kelompok primer, terutama sektor pertanian masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Bangli dengan kontribusi diatas 30% lebih per tahun. Dari perkembangan nilai PDRB diatas dapat diketahui pertumbuhan PDRB Kab. Bangli selama periode 2009-2013 seperti dalam tabel 2.6 berikut ini.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 14

Tabel 2.6.Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)

dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013Kabupaten Bangli

NO Sektor

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012 Tahun 2013

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk% % % % % % % % % %

1 Pertanian 20,32 10,24 7,31 1,34

5,07 2,55 6,59 2,98 11,06 2,06

2Pertambangan & Penggalian 4,44 1,46 5,67 1,88

4,56 3,81 28,46 22,60 11,06 2,06

3 Industri Pengolahan 17,45 8,4410,1

7 3,97

5,15 1,62 7,88 2,18 5,94 3,03

4 Listrik,Gas & Air bersih 19 23,0018,3

6 13,41

17,17 12,84 15,19 8,47 5,94 3,03

5 Konstruksi 1,34 12,8317,0

7 13,57

6,45 4,12 15,32 8,92 5,94 3,03

6Perdagangan, Hotel & Restoran 15,45 3,23

15,58 6,10

14,19 7,34 14,69 6,93 12,80 8,43

7Pengangkutan & Komunikasi 16,61 3,11

11,04 4,86

8,59 4,46 9,82 6,06 12,80 8,43

8Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 6,65 1,49 9,03 5,62

5,28 3,39 8,69 5,82 12,80 8,43

9 Jasa-jasa 11,75 5,7712,6

1 6,54

13,70 12,14 14,14 10,19 12,80 8,43

  PDRB14,9

8 5,7111,3

4 4,97

9,30 5,8411,1

1 5,9911,2

2 5,61

2. PDRB Perkapita.Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat

kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk disuatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya memperoleh data pendapatan faktor produksi yang masuk dan keluar kabupaten. Angka pendapatan per kapita dengan asumsi tersebut diatas diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Perkembangan Pendapatan Perkapita Penduduk Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.7.Pendapatan Perkapita Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun

Penduduk Pertengahan

Tahun

PDRB Perkapita

ADHB

PDRB Perkapita

ADHK   (jiwa) (Rp.) (Rp.)

2009 213.564 9.926.405 4.871.436 2010 215.353 10.960.448 5.071.285 2011 219.809 11.737.302 5.258.651 2012 221.161 12.961.839 5.539.345 2013 222.435 14.490.000 5.880.000

Rata-rata pertumbuhan (%)

1,02 11,59 5,62

3. Pemerataan Pendapatan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 15

Disribusi pendapatan mencermikan bagaimana tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk berdasarkan klasifikasinya untuk mengukur ketimpangan tersebut dapat digunakan koefisien gini atau kriteria Bank Dunia. Koefisien Gini (Gini Ratio) mencerminkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat apabila nilai koefisien gini mendekati 1 maka tingkat ketimpangan semakin timpang dan begitu sebaliknya. Selama kurun waktu tahun 2009–2013, Kabupaten Bangli berada pada ketimpangan rendah, karena koefisien gininya berada dibawah 0,35 dan di tahun 2009 GR sebesar 0,2217. Menurut Bank Dunia indikator ketimpangan didasarkan hanya pada 40% penduduk berpendapatan terendah minimal 17%, sedangkan di Kabupaten Bangli tahun 2009 sebesar 25,20 % menjadi sebesar 17,01 di tahun 2013. Ini berarti selama tahun 2009–2013 tingkat pemerataannya tergolong rendah.

4. Penduduk di atas Garis KemiskinanPada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bangli

berkurang 5,26% dari tahun 2011 menjadi 10.800 jiwa sehingga persentase penduduk miskin menurun menjadi 4,50% sedangkan prosentase penduduk yang berada diatas garis kemiskinan tahun 2012 meningkat menjadi 95,50%. Secara utuh gambaran tentang penduduk miskin di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8.Presentase Penduduk Miskin dan Penduduk di Atas Garis Kemiskinan Tahun 2008 -2012.

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012Jumlah Penduduk 213.810 214.790 215.290 220.930 221.240 Jumlah Penduduk Miskin 13.300 16.900 13.800 11.400 10.000Penduduk Miskin (%) 6,21 7,85 6,41 5,16 4,52 Penduduk diatas garis kemiskinan (%)

93,79 92,15 93,59 94,84 95,48

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial1. Pendidikan

Pendidikan adalah satu indikator dari kualitas sumber daya manusia, sesuai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) untuk menyelesaikan pendidikan dasar bagi semua anak pada tahun 2025. Berdasarkan hal tersebut indikatornya adalah tingkat partisipasi sekolah, angka melek huruf dan pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk yang putus sekolah.

Tingkat partisipasi sekolah secara tidak langsung juga menggambarkan kemajuan pendidikan masyarakat. Tingkat partisipasi sekolah dapat berupa angka partisipasi kasar ( APK ) dan angka partisipasi murni ( APM ). APK (Angka Partisipasi Kasar) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu yang sesuai dengan kelompok umur tersebut, APK digunakan untuk melihat kondisi murid pada suatu jenjang pendidikan tanpa melihat usianya, secara matematis APK adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bersekolah di SD tanpa melihat usianya dengan jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun. APK penduduk usia 7-12 tahun 2008–2012 angkanya sudah melebihi 100% yang artinya bahwa jumlah murid SD sudah lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia SD 7-12 tahun, sedangkan untuk APM pada tahun yang sama menunjukkan kisaran antara 95 sampai 84, artinya bahwa dari penduduk usia sekolah dasar 7-

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 16

12 tahun masih ada yang tidak bersekolah pada usia 7-12 tahun. Sedangkan APK SLTP sebesar 88,44 APK SLTA sebesar 57, dan APK WAJAR sebesar 99,39 (SUSEDA, 2008).

Tabel 2. 9.Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Usia Sekolah di Kabupaten Bangli Tahun 2008-2012.

Tahun Jumlah Murid SD

Jumlah Murid 7-12 Tahun

Penduduk 7-12 Tahun

APK/GER APM/NER

2012 23.770 21.727 23.417 102 932011 23.949 21.727 23.417 102 932010 23.929 19.262 22.934 104 842009 23.723 20.776 22.347 106 932008 23.454 21.461 22.502 104 95

Tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan salah satu indikatornya jumlah sekolah, secara umum perkembangan jumlah sarana pendidikan (jumlah sekolah dari tahun 2008–2012 mengalami penigkatan yaitu jumlah sekolah TK di tahun 2008 sebanyak 63 buah meningkat menjadi 65 buah di tahun 2012, untuk SD di tahun 2008 sebanyak 163 meningkat menjadi 164 pda tahun 2012, SMP mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun (2008 - 2012) dari 25 menjadi 31 dan SMU peningkatannya hanya 5 sekolah dari tahun 2008 sebanyak 15 menjadi 20 pada tahun 2012.

Untuk ratio guru dengan murid selama kurun waktu 5 tahun adalah antara 15 – 18 orang untuk SD, untuk SMP anatar 11 – 18 orang dan untuk SMU antara 9 – 16 orang per 1 orang guru, secara umum ratio guru dengan murid sudah cukup memadai.

Tabel 2.10.Jumlah Sekolah dan Ratio guru dengan murid di Kabupaten Bangli Tahun 2008-2012.

Tahun Jumlah RatioSD SMP SMU SD SMP SMU

2012 164 31 20 17,10 17,83 15,072011 164 31 20 16,95 14,14 10,082010 161 26 18 15,89 11,42 8,202009 161 25 17 15,54 16,48 10,132008 163 25 15 16,14 15,95 12,04

2. KesehatanPembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan derajat kesehatan masyarakat akan meningkat. Fasilitas kesehatan yang dimiliki Kabupaten Bangli sampai dengan tahun 2012 berupa 3 rumah sakit yaitu sebuah rumah sakit umum Daerah,n sebuah rumah sakit jiwa yang merupakan satu-satunya terdapat di Provinsi Bali dan sebuah lagi rumah sakit swasta , 12 Puskesmas dan 59 puskesmas pembantu yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangli. Rasio fasilitas kesehatan rata-rata sebesar 34,01 per 100.000 penduduk artinya setiap sekitar 1 fasilitas kesehatan mampu melayani penduduk 3,401,25 jiwa penduduk.

Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat secara umum diukur dengan indikator mortalitas (kematian) dan morbilitas (kesakitan). Indikator mortalitas adalah angka kematian bayi (AKB), angka kematian

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 17

Balita (AKABA), angka kematian ibu maternal (AKI), angka kematian kasar (AKK) dan umur harapan hidup lahir. Angka Kematian Bayi (AKB) atau infant mortality rate, menggambarkan jumlah kematian anak di bawah umur satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kabupaten Bangli Periode 2008-2012 cendrung berfluktuasi dari 7,38 per 1.000 KH pada tahun 2008, meningkat pada tahun 2006 hingga tahun 2012 menjadi 14,28 per 1.000 KH. Sedangkan untuk AKABA (umur 0-5 tahun) tahun 2008 adalah 12,18 meningkat menjadi 14,53 di tahun 2012 dan AKI sebesar 87,67 di tahun 2008 mengalami peningkatan pada di tahun 2009 menjadi 106,84 dan menurun di tahun 2010 menjadi 54,22 dan meningkat kembali di tahun 2011 menjadi 107,41 sedangkan di tahun 2012 menurun menjadi 76,49. Data tersebut mengambarkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bangli selama kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukan penurunan, namun demikian kalau dilihat dari umur harapan hidup ( UHH) selama 5 tahun terakhir ( 2008-2012 ) mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2008 sebesar 68,50 tahun meningkat menjadi 69,46 tahun pada tahun 2009 dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 71,56 tahun sedangkan untuk tahun 2012 meningkat lagi menjadi 71,64..

Angka kesakitan (morbidity rate) dan rata-rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Bangli 20,39% lebih rendah bila dibandingkan dengan Provinsi Bali sebesar 22,35%, sedangkan lamanya sakit rata-rata 4,71 hari lebih tinggi dari Provinsi Bali sebesar 4,66 hari (SUSEDA, 2008). Angka kesakitan DBD mencapai 35,54% per 100.000 penduduk tahun 2008, meningkat 17,92% dari tahun 2007, TB paru 37,41% tahun 2008 menurun dibandingkan di tahun 2007 sebesar 90,67% per 100.000 penduduk. Penyakit saluran pencernaan di Kabupaten Bangli tahun 2008 adalah 1.978 per 100.000 penduduk, ini berarti menunjukan kondisi kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat perlu ditingkatkan.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum a. Pertanian

Titik berat pembangunan di Kabupaten Bangli masih bertumpu pada sektor pertanian dalam arti luas karena hampir 58,85 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas bekerja di sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian (primer) pada PDRB Kabupaten Bangli tahun 2008 adalah sebesar 35,05%. Komposisi sektor primer tersebut didukung oleh subsektor tanaman bahan makanan yang memberikan kontribusi sebesar 25,18% di tahun 2008. Hasil produksi tanaman pangan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang sangat tergantung pada luas panen untuk bahan pangan. Dilihat dari produktivitasnya pada tahun 2009 paling tinggi untuk ubi kayu mencapai rata-rata 22,92 ton/Ha kemudian produksi ubi jalar sebanyak 11,27 ton/Ha, padi sawah sebanyak 5,29 ton/Ha dan paling kecil adalah kacang tanah sebanyak 1,44 ton/Ha.

Tanaman sayuran sangat baik tumbuh pada iklim sejuk. Di Kabupaten Bangli daerah yang beriklim sejuk adalah daerah Kintamani, sehingga Kintamani merupakan daerah pengasil sayur-sayuran, produksi sayuran yang paling dominan adalah Kubis dengan produksi rata-rata pertahunnya mencapai 12,644.66 ton disusul oleh sayuran Bawang Merah dengan produksi rata-rata sebesar 12,545.87 ton dan yang ketiga adalah tomat dan cabai yang masing produksinya rata-ratanya sebesar 5,390.89 ton dan 3,560.88 ton.

b. PerkebunanSub sektor perkebunan mempunyai kedudukan strategis dalam

pengembangan perekonomian Kabupaten Bangli, karena sub sektor ini

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 18

selain berperan dalam pembentukan PDRB juga mempunyai fungsi hidrorologis bagi daerah Bali, walaupun subsektor hanya memberikan kontribusi sebesar 1,34% terhadap PDRB Kabupaten Bangli. Komoditas hasil perkebunan yang potensial (unggulan) dikembangkan dan memiliki peluang ekspor daerah untuk Kabupaten Bangli adalah tanaman kopi Arabika dan Kakao (Agro industri). Pada tahun 2009 tercatat luas areal tanaman kopi 4.329 Ha meningkat bila dibanding pada tahun 2005 seluas 4.102,2 Ha dan Kakao dari 200,75 Ha di tahun 2005 meningkat menjadi 326 Ha di tahun 2008, sedangkan produktivitas rata-rata tanaman ini masing-masing 0,47 Ton/Ha untuk Kopi dan 0,52 Ton/Ha untuk Kakao.

Sektor unggulan yang lain yang mempunyai prospek adalah jeruk yang sudah terkenal yang sering disebut dengan jeruk Kintamani produksi jeruk rata-rata selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah sebesar 85,602.16 ton, disamping jeruk produksi terbesar ke dua adalah pisang dimana produksinya mencapai rata-rata 71,086.76 ton.

c. PerikananSub sektor perikanan mempunyai peranan yang strategis sebagai

sumber pertumbuhan baru dalam upaya meningkatkan perekonomian Kabupaten Bangli di masa mendatang terutama perikanan budidaya di perairan Danau Batur. Sub sektor ini baru memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 31,48% tahun 2009 meningkat bila dibandingkan tahun 2005 sebesar 4,66%. Komoditi perikanan yang paling potensial untuk dikembangkan di danau Batur dengan sistem Keramba Jaring apung (KJA) adalah ikan nila dengan luas lahan, yang baru dimanfaatkan rata-rata 0,8 ha pertahun dari potensi lahan perairan danau Batur yang dapat dikembangkan masih sangat luas yaitu maksimal 5 – 10% dari luas perairan Danau Batur sebesar 1.607,50 Ha. Produksi ikan rata-rata pertahunnya sebesar 162.861,42 ton untuk hasil perikanan budidaya, sedangkan hasil penangkapan rata-rata 109.709,92. Adapun benih ikan yang dihasilkan rata-rata pertahunnya sebesar 6.853.770 ekor/tahun dengan luas pembenihan rata-rata 5,72 Ha.

d. KehutananSub sektor kehutanan mempunyai fungsi yang sangat strategis

dalam penyediaan kayu-kayuan hasil hutan untuk bahan bangunan dan bahan baku kerajinan dan industri, juga sebagai penjagaan terhadap keseimbangan tata guna air wilayah Provinsi Bali umumnya dan Bangli khususnya. Luas hutan di Kabupaten Bangli sampai dengan tahun 2008 adalah 9.341,28 Ha yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan suaka alam, hutan wisata alam, dan sebaran hutan rakyat. Dari jumlah tersebut hutan lindung yang paling luas yaitu sekitar 6.239,01 Ha. Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDRB adalah sebesar 0,05%. Pesatnya perkembangan pembangunan dan kepariwisataan menyebabkan kebutuhan akan kayu sebagai bahan bangunan dan sebagai bahan baku untuk sovernir untuk wisatawan dimasa mendatang sangat dibutuhkan, sehingga ke depan perlu dikembangkan budidaya tanaman kayu albesia sebagai kayu serba guna. Potensi pengembangan ± 28.853,73 Ha.

e. PeternakanSub sektor peternakan mempunyai potensi yang sangat besar,

karena kebutuhan pasar lokal terhadap ternak sangat besar, terutama untuk kebutuhan pariwisata, yang selama ini masing dipasok daging impor dan kebutuhan lokal. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap PDRB hanya sebesar 6,37% tahun 2008. Kabupaten Bangli mempunyai keunggulan di bidang peternakan antara lain penggemukan dan pembibitan Sapi Bali, peternakan ayam ras petelur dan pedaging dan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 19

penggemukan dan pembibitan Babi. Jumlah ternak sapi Bali di Kabupaten Bangli setiap tahun mengalami peningkatan, tahun 2009 jumlah ternak sapi sebanyak 95.818 ekor, jumlah ayam ras pedaging mencapai 1,223,600 ekor, petelur sebanyak 666,300 ekor, ayam buras mencapai 390,983 ekor dan Babi Bali sebanyak 13,917 dan Babi Sadle Back sebanyak 39,248 ekor.

f. Industri Sektor industri, yang berkembang di Kabupaten Bangli adalah

industri kecil dan menengah. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB tahun 2008 sebesar 8,77%. Industri yang potensial dikembangkan adalah industri kerajinan yang berbahan baku dari bambu dan kayu mengingat Kabupaten Bangli adalah daerah yang memiliki ketersedian bahan baku yang cukup belimpah dan mampu menyerap tenaga kerja relatif banyak, terutama tenaga kerja yang ada dipedesaan.

Perkembangan industri kecil selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi, bahwa tahun 2005 jumlahnya 434 buah industri, sedangkan tahun 2009 jumlah industri kecil menurun menjadi 304. Penyerapan rata-rata tenaga kerja pada masing-masing industri kecil adalah antara 3 – 5 orang per industri. Kondisi yang sama juga dialami oleh industri kecil kerajinan rumah tanga dengan penyerapan tenaga kerja rata-rata antara 1 – 2 orang per industri. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas SDM baik di bidang teknis produksi, disain maupun manajemen, disamping industri kecil yang berkembang juga peranan koperasi sebagai soko guru perekonomian perlu mendapat perhatian.

g. PerdaganganFungsi pokok dari perdagangan mendistribusikan barang dan jasa

yang dibutuhkan oleh masyarkat,sehingga semakin lancar distribusi barang dan jasa pada suatu daerah menandakan daerah tersebut dapat dikatakan perekonomian masyarkatnya sudah berkembang ke arah yan positif. Untuk mendukung tersebut maka iklim usaha perlu ditingkatkan, hal tersebut dapat dilihat dari salah satu indikatornya adalah banyak SIUP yang dikeluarkan oleh dinas/instansi yang terkait dari jenis usaha selama 5 tahun (2005 – 2009) pengeluaran SIUP mengalami meningkatan seperti SIUP untuk perdagangan skala kecil dari 85 buah SIUP meningkat menjadi 139 buah di Tahun 2009, hal yang sama juga pada jenis usaha barang dan jasa yang meningkat cukup significant hal ini dapat dikatakan perekonomian Kabupaten Bangli mulai bergerak ke arah yang positif.

h. KoperasiJumlah koperasi di Kabupaten Bangli dari tahun 2005 – 2010 terus

mengalami peningkatan yaitu dari 142 buah koperasi pada tahun 2005 menjadi 225 buah koperasi pada tahun 2010, sedangkan jumlah anggota dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi tahun 2005 jumlah anggota koperasi sebanyak 46.503 orang dan tahun 2010 jumlah meningkat yaitu menjadi 49.082 orang dengan jumlah modal rata-rata sebanyak Rp. 31.484,75 juta pada tahun 2005 menjadi Rp 118.401 juta pada tahun 2010.

i. PariwisataSektor pariwisata, sebagai sektor lokomotif perekonomian Bali

umumnya, walaupun sektor ini sangat rentan terhadap berbagai isu sosial, politik, keamanan baik regional, nasional maupun internasional. Kontribusi

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 20

sektor pariwisata terhadap PDRB Kabupaten sebesar 23,21% pada tahun 2008, sedangkan perkembangan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangli selama 5 tahun (2005 – 2010) sangat fluktuatif, namun pada tahun 2007- 2008 mengalami pertumbuhan yang positif. Untuk jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Bangli tahun 2008 hanya 16% dari total kunjungan ke Bali. Perkembangan sarana akomodasi serta fasilitasnya mengalami peningkatan dan penurunan tahun 2005 jumlah hotel sebanyak 24 meningkat menjadi 29, sedangkan jumlah kamar dan tempat tidur mengalami penurunan masing-masing 255 buah tahun 2005 menjadi 257 buah tahun 2010, untuk jumlah kamar penurunan hampir setengannya. Komposisi kunjungan antara wisatan manca negara dengan nusantara perbandingannya adalah rata-rata 80% berbanding 20%. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara tidak terlepas dari obyek wisata yang dimiliki oleh kabupaten Bangli. Untuk obyek wisata yang ada di kabupaten Bangli dapat di katagorikan menjadi 3 katagori yaitu (1) Obyek wisata yang sudah dikembangkan, (2) obyek wisata sedang diikembangkan dan (3) Obyek wisata yang belum dikembangkan.

j. Perhubungan Sektor perhubungan di Kabupaten Bangli ditunjukkan oleh peran

angkutan umum, angkutan pribadi dan angkutan danau. Pemanfaatan angkutan umum di Kabupaten Bangli dilayani oleh keberadaan terminal Type B terdiri atas Terminal Lokasrana Bangli dan Terminal Kintamani serta sebaran Terminal Type C di Susut dan Tembuku, yang melayani angkutan antar kota dan angkutan perdesaan dengan jumlah armada yang kecenderungannya terus menurun, tahun 2005 berjumlah 814 buah dan tahun 2010 menurun menjadi 160 buah. Jumlah kendaraan bermotor di Kabupaten Bangli pada tahun 2005 sebanyak 27.746 unit dan pada tahun 2010 meningkat 37,971 unit, yang berarti jumlah kendaraan bermotor 5 tahun terakhir rata-rata meningkat 6,9% per tahun (lebih kecil dari Bali 12,43% pertahun).

Komposisi kendaraan bermotor pada tahun 2010 dirinci menurut jenisnya adalah mobil penumpang 160 unit (3,3%), mobil barang 2.223 unit (7,8%), dan sepeda motor 37.971 unit (87,6%). Komposisi ini menunjukkan ketergantungan terhadap pemanfaatan sepeda motor dan mobil barang semakin tinggi dan diperkirakan dimanfaatkan sebagian untuk mengatasi kesulitan transportasi penumpang.

Angkutan danau, di Kabupaten Bangli terdapat di Danau Batur yang didukung oleh keberadaan 4 unit dermaga yaitu Dermaga Kedisan, Dermaga di Desa Trunyan, Dermaga Kuburan Trunyan, dan Dermaga Toya Bungkah. Angkutan danau selain untuk melayani kebutuhan transportasi penduduk juga untuk angkutan pariwisata. Jumlah angkutan danau relatif tetap dari data tahun 2005 sebanyak 82 dan tahun 2009 berkurang 1 buah sehingga jumlahnya sebanyak 81 buah, sedangkan di tahun 2010 menglami penurunan menjadi 21 buah dan dilengkapi pula 1 buah speedboat untuk patroli keselamatan pelayaran.

Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Bangli saat ini masih ditandai oleh tidak meratanya aksesibilitas antar desa, kualitas, ataupun cakupan pelayanan, sehingga sarana dan prasarana yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung pembangunan sektor riil, mendorong sektor produksi dan keseimbangan pembangunan wilayah.

Sistem Jaringan JalanPanjang jalan di Kabupaten Bangli pada tahun 2012 adalah

628.104 km, terdiri atas status jalan provinsi 149.540 km (31,31%) dan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 21

jalan Kabupaten 478.564 km. Panjang jalan ini telah meningkat 32,360 km dibandingkan data 5 tahun sebelumnya, terutama penambahan pada jalan kabupaten. Jalan provinsi di Kabupaten Bangli tersebar pada 18 ruas jalan dan tidak ada jalan status nasional di Kabupaten Bangli.

Kondisi jalan Kabupaten Bangli tahun 2012 adalah kondisi baik 24,40% dan kondisi sedang 35,70%, dan 39,90% kondisi rusak, sedangkan kondisi jalan Provinsi di kabupaten Bangli adalah 58,08% baik, 41,24% sedang dan rusak 0,68%. Secara keseluruhan, jenis perkerasan permukaan jalan kabupaten di Kabupaten Bangli telah mencapai 478.564 km atau 100% sudah diaspal.

Tingkat Pelayanan Jalan (TPJ) pada jalan-jalan provinsi dengan fungsi kolektor primer di Kabupaten Bangli menunjukkan bahwa sebagian menunjukkan tingkat pelayanan yang baik (tingkat pelayanan A dan B) dan hanya di beberapa ruas jalan sering mengalami perlambatan atau bahkan kemacetan pada saat-saat tertentu, seperti ruas jalan Penelokan – Batur. Kelambatan dan kemacetan pada ruas jalan tersebut kecenderungannya terjadi pada saat dilaksanakannya kegiatan pujawali di Pura Batur dan di sekitar Penelokan karena aktivitas keluar masuk parkir museum dan parkir wisata di kawasan Penelokan. Panjang jembatan di Kabupaten Bangli adalah 256,9 m terdiri dari 4 buah jembatan provinsi dan 9 buah jembatan kabupaten.

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Taun LaluEvaluasi penyelenggaraan Bidang desentralisasi yang menjadi Bidang

wajib dan Bidang pilihan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli telah ditetapkan beberapa program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangli tahun 2010-2015 dan RKPD.

Hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu, meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut katagori urusan wajib/pilihan pemerintahan daerah menyangkut realisasi capaian kinerja dari keluaran (out put) kegiatan dan realisasi kinerja program tahun lalu terhadap RPJMD, selanjutnya telahan hasil evaluasi mencakup : Realisasi program dan kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja

hasil atau keluaran yang direncanakan. Realisasi program dan kegiatan yang memenuhi target kinerja hasil

atau keluaran yang direncanakan. Realisasi program dan kegiatan yang melampaui target kinerja hasil

atau keluaran yang direncanakan. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau

pelampauan target kinerja program atau kegiatan. Implikasi yang timbul terhadap target capaian kinerja program RPJMD

dan kinerja pembangunan daerah. Kebijakan atau tindakan perencanaan dan penganggaran yang perlu

diambil untuk mengatasi factor-faktor tersebut.

Adapun hasil Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu, Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11.Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu,

Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 22

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan dalam pembangunan daerah dan dikaitkan dengan penyelenggaraan Bidang pemerintahan daerah antara lain adalah sebagai berikut:2.3.1. Bidang Wajib

1.Pendidikan :1. Belum meratanya pemerataan kesempatan belajar dan perluasan

akses pendidikan pada setiap jenjang pendidikan 2. Belum meratanya penyediaan sarana prasarana pada semua jenjang

pendidikan a.Belum meratanya usaha peningkatan mutu pendidikan pada setiap

jenjang pendidikan baik pada siswa maupun pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

b.Masih banyaknya anak usia dini tidak tertampung di lembaga PAUD, sehingga kecerdasan anak tidak tumbuh kembang secara maksimal.

c.Penuntasan wajib belajar dua belas tahun masih menemui beberapa kendala terbukti masih terdapat anak putus sekolah pada jenjang SD dan SMP, yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti (a) Apresiasi orang tua rendah, (b) Jarak sekolah dengan tempat tinggal jauh, (c) Biaya pendidikan yang belum terjangkau, (d) Siswa cenderung mencari kerja sebagai buruh atau Pembantu Rumah Tangga, (e) Daya tampung SMP Negeri terbatas.

d.Masih terdapat siswa drop-out dan tamatan SMP yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain (a) Daya tampung Pendidikan menengah masih belum memadai, (b) Biaya pendidikan menengah masih belum terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, (c) Penyebaran sekolah menengah belum merata.

2.Kesehatan :Dari pencapaian program dan kegiatan pada bidang kesehatan tahun 2013 didapatkan hambatan dan permasalahan sebagai berikut :a. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Ketersediaan obat dasar untuk tahun 2013 sudah mencukupi, karena kegiatan DAK tahun 2012 dan DAK tahun 2013 sudah dapat terlaksana.

b. Program Upaya Kesehatan MasyarakatProgram Upaya Kesehatan Masyarakat terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, Pembinaan puskesmas berprestasi dan tenaga kesehatan teladan, pelayanan kesehatan rujukan, serta sertifikasi dan perizinan, serta penyediaan administrasi askes sosial. Dalam Program ini dapat dilihat meningkatnya mutu kesehatan keluarga, peningkatan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah, peningkatan kualitas pelayanan KB dan meningkatnya kesehatan lansia serta pembinaan keluarga rawan. Kerjasama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Jaringannya sangat diperlukan untuk mendukung terlaksananya program ini.

c. Program Promosi kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatProgram Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari beberapa kegiatan yaitu Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, penyuluhan masyarakat pola hidup sehat, program UKBM, program UKS dan perawatan kesehatan masyarakat. Untuk kegiatan Penyuluhan kesehatan masyarakat agak sulit dilaksanakan terutama di wilayah Kintamani, hal ini disebabkan karena

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 23

keadaan geografinya yang berbukit dan penyebaran penduduk yang tidak merata. dan juga karena masih kurangnya dana untuk pelaksanaan penyuluhan tersebut. Perlunya peningkatan perilaku yang berpola PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yaitu dengan mengkonsumsi makanan sehat, menggunakan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok dan melaksanakan upaya kesehatan ibu dan bayi.

d. Program Perbaikan Gizi MasyarakatProgram Perbaikan Gizi Masyarakat terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi, pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-Pemulihan) untuk kasus gizi buruk, penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. Prevalensi KEP total masih tinggi. Distribusi Vit. A pada nifas sudah melebihi target. Jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang masih melebihi target hal ini masih perlu mendapat perhatian dari pola konsumsi dan kesehatan anak.

e. Program Lingkungan SehatProgram Lingkungan Sehat terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pengkajian pengembangan lingkungan sehat, penyuluhan menciptakan lingkungan sehat, dan sosialisasi kebijakan lingkungan sehat. Keadaan kesehatan lingkungan pada umumnya sudah semakin baik, ini dapat dilihat dari cakupan penggunaan air bersih dan jamban keluarga yang sudah mengalami peningkatan. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah sarana pembuangan air limbah serta masih kurangnya perilaku masyarakat untuk menggunakan sarana sanitasi dasar. Adanya peranserta organisasi masyarakat seperti Karang Taruna, PKK sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dalam suatu wilayah.

f. Program Pencegahan dan pemberantasan penyakitProgram pencegahan dan pemberantasan penyakit meliputi : Diare, ISPA, DBD, HIV/AIDS, IMS, Pneumonia dan TBC masih perlu mendapatkan perhatian mengingat penyakit tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan merupakan penyakit yang sulit ditekan, yang selalu menjadi sebab timbulnya gangguan kesehatan, jangkauan sarana dan tenaga pelayanan kesehatan masih kurang terutama diwilayah dengan geografis yang sulit.

g. Program Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/PustuIndikator keberhasilan program ini adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan yang professional dan sesuai kebutuhan dan peralatan kantor yang memadai. Semua indikator kinerja sudah mencapai 100%.

h. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak BalitaIndikator keberhasilan program ini adalah meningkatkan kunjungan neonatal, meningkatkan kesehatan anak balita dan pra sekolah melalui penjaringan siswa SD, serta meningkatkan pelayanan kesehatan lansia melalui posyandu lansia. Perlu adanya pendidikan dan pelatihan perawatan anak balita, untuk meningkatkan derajad kesehatan bagi anak balita.

i. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan AnakIndikator keberhasilan program ini adalah meningkatnya kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi pada saat persalinan, penyuluhan juga sangat penting dilaksanakan agar dapat menambah pengetahuan ibu hamil tentang cara perawatan baik pada saat hamil maupun nifas.

j. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan KesehatanProgram Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pembinaan administrasi keuangan,

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 24

pengelolaan administrasi kepegawaian, pembinaan administrasi umum dan retribusi pelayanan kesehehatan, pengembangan sistim informasi kesehatan, penyusunan perencanaan kesehatan, serta penyusunan distric health account (DHA). Pengumpulan, pengolahan data dan pelaporan menjadi kendala disebabkan karena masih adanya keterlambatan pengumpulan data dari puskesmas maupun puskesmas pembantu. Selain itu validasi data juga masih perlu ditingkatkan lagi, karena masih adanya kesenjangan data antar bidang di Dinas Kesehatan.

k. Program Sumber Daya KesehatanDistribusi tenaga kesehatan yang ada dimasing-masing puskesmas jumlahnya tidak merata sehingga pencapaian program yang ditargetkan tidak tercapai. Tupoksi belum semuanya memahami sehingga koordinasi dan kegiatan belum optimal. Pembagian tugas sangat perlu memperhatikan latar belakang pendidikan/keahlian sehingga lebih memudahkan dalam penyelesaian tugas. Pemerataan tenaga kesehatan sangat perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal.

3. Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga

Masalah :1. Meningkatnya kerusakan insfrastruktur akibat hujan atau bencana

alam2. Terbatasnya kemampuan daerah dalam melaksanakan

pembangunan dan pemeliharaan insfrastruktur3. Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

transportasi

Bidang Cipta KaryaMasalah :a. Belum tersedianya data pendukung yang memadai untuk

perencaaan program Bidang Perumahan dan Pemukimanb. Belum meratanya kesempatan pegawai untuk mengikuti diklat-diklat

teknis yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan programc. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki terutama sarana

pendukung untuk kegiatan survei data teknisd. Terbatasnya alokasi anggaran yang diperuntukkan untuk

perencanaanBidang Irigasi

Masalah :e. Jaringan irigasi kebanyakan berlokasi pada daerah yang kritis atau

rawan longsor sehingga kalau hal itu terjadi memerlukan biaya yang cukup tinggi

f. Meningkatnya kerusakan saluran irigasi sehingga kehilangan air dalam perjalanan cukup banyak

g. Minimalnya biaya operasional untuk pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi

h. Belum tersedianya dana untuk pembangunan bendungan

Bidang Sarana dan PrasaranaMasalah :i. Usia alat sebagian besar sudah mencapai batas usia tua (20 tahun)

dan kondisinya mencapai 40 % (rusak ringan dan beberapa alat ada yang rusak berat) bahkan tidak bisa dioperasikan lagi.

j. Dalam hal pemeliharaan kami mengalami kesulitan dalam menyediakan suku cadang karena terbentur dana

k. Kebanyakan alat-alat dioperasikan untuk swadaya masyarakat sehingga dalam target PAD untuk Dinas PU tidak mencapai 100% dari yang ditargetkan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 25

l. Belum bisa mengoptimalkan operasi semua alat berat termasuk Truck karena menimnya dana yang kami kelola

Sumber Daya Air1) Meningkatnya kebutuhan air untuk berbagai kepentingan seperti

untuk kebutuhan pertanian, permukiman dan pariwisata,2) Terjadinya kerusakan jaringan irigasi sehingga tidak dapat berfungsi

secara optimal,3) Terjadinya kerusakan alur sungai, pendangkalan sehingga

mempenaruhi kuantitas dan kulaitas air,Air Bersih

1) Target cakupan pelayanan air bersih baik di perkotaan dan perdesaan belum terpenuhi,

2) Pengolahan air baku menjadi air bersih terkendala biaya yang sangat mahal,

3) Belum optimalnya pelibatan swasta dalam pengelolaan dan pelayanan air bersih.

4) Potensi sumber air baku penyebarannya tidak merata pada wilayah. Sanitasi

1) Kapasitas tampung TPA sangat terbatas, pembebasan lahan untuk TPA makin sulit, pengelolaan sampah dengan metoda sanitary-landfill tidak terlaksana dengan baik;

2) Pengelolaan limbah cair dengan sistem pengolahan limbah perpipaan terpusat belum berjalan dengan efektif.

4. Perumahana. Masih dijumpai adanya perumahan dan permukiman kumuh,b.Pembangunan sarana dan prasarana utilitas perumahan sangat seperti

jaringan instalasi pengolah air limbah, sampah, draenase, jalan lingkungan sangat mahal,

c. Pembangunan rumah sehat sederhana bagi masyarakat kurang mampu terkendala harga tanah yang sangat mahal.

5. Penataan Ruang Dalam pelaksanaan program Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang terdapat masalah dan kendala yang dihadapi adalah : a. Masih kurangnya Kesadaran Masyarakat terhadap penerapan

peruntukan lahan sesuai dengan produk Tata Ruang yang telah ada, b. Kurangnya Produk-produk Hukum (Perda) yang berkaitan dengan

penataan ruang sehingga Tata Ruang yang ada tidak berjalan optimal, c. Belum Optimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang penataan ruang.d. Belum memadai jumlah dan kompetensi aparatur yang menangani

program penataan ruang baik dalam hal perencanaan tata ruang maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Perhubungan Disamping keberhasilan dan kegagalan sebagaimana diuraikan diatas, beberapa permasalahan yang dihadapi pada pelaksanaan program / kegiatan Tahun 2013 antara lain :

Masih rendahnya kesadaran dan disiplin masyarakat / pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas sehingga berdampak masih tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas dijalan.

Pemanfaatan lahan / ruas parkir oleh para pedagang sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas dan berdampak pada penerimaan retribusi parkir, terutama pada saat - saat menjelang Hari Raya seperti galungan, kuningan dan Hari Keagamaan lainnya.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 26

Masih rendahnya kesadaran pengemudi kendaraan angkutan penumpang umum khusus angkutan pedesaan (Angdes) keluar masuk terminal, sehingga menimbulkan kesan munculnya terminal bayangan disekitar terminal, akibat kurangnya penumpang.

Masih rendahnya tingkat pelayanan angkutan penumpang umum terutama di pedesaan, sehingga memberi dampak terhadap tingginya laju pertumbuhan kendaraan pribadi di masyarakat.

Kondisi gedung kantor dan ruang kerja yang kurang seimbang dengan jumlah pegawai sehingga displin dan kinerja pegawai belum optimal.

Penyebaran informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Bangli belum bisa dilakukan secara rutin ke pelosok desa

Infrastruktur pengembangan dan pembangunan teknologi informasi dan pemanfaatannya belum bisa dilakukan secara maksimal dan terpadu.

7.Lingkungan Hidup Dari hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dapat diidentifikasi beberapa masalah sampai pada tingkat output – outcome indikator kinerja yakni :1. Partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan hidup belum

optimal, hal ini tercermin dari :a. Masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk menanam pohon

perindang di areal pekarangan permukiman dan di tempat umum lingkungannya masing-masing.

b. Masih ada masyarakat membuang limbah usaha rumah tangga / usaha kecil ke saluran drainase umum maupun saluran irigasi / perairan umum.

2. Kesadaran masyarakat terkait dengan hukum masih relatif rendah, sehingga usahanya tidak mempunyai kepastian hukum, hal ini tercermin dari :a. Masih ada usaha ekonomi di sektor informal tanpa memiliki ijin.b. Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat yang wajib UKL /

UPL untuk mengurus rekomendasinya

3. Tingginya tekanan terhadap hutan baik berupa pemanfaatan hutan untuk kegiatan non kehutanan maupun kerawanan kawasan hutan berupa penebangan liar dan peredaran hasil hutan illegal, penyerobotan kawasan hutan dan kebakaran hutan. Disamping itu luasnya kawasan hutan yang perlu mendapat rehabilitasi dengan lokasi tersebar pada semua tipe dan fungsi hutan.

8.Pertanahan a. Masih terdapat tanah aset yang belum memiliki dokumen

kepemilikan (sertifikat).b. Sistem pencatatan aset tanah Pemerintah Provinsi Bali dan SKPD-

SKPD belum terkoordinasi dengan baik.c. Pemanfaatan aset tanah untuk menunjang PAD belum optimal.d. Masyarakat di Kabupaten Bangli masih belum memahami tentang

aturan mengenai pertanahan dibidang Administrasi Pertanahan. e. Belum semua masyarakat melaksanakan hak dan kewajiban, yang

menyangkut pertanahan.

9.Kependudukan dan Catatan Sipila. Masyarakat belum menyadari arti pentingnya kepemilikan dokumen

kependudukan baik kepemilikan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 27

b. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan terutama Gedung Kantor masih terpisah, masih meminjam ruangan di Kantor BPPKB,yang mana gedung tsb sangat memperihatinkan walaupun beberapa kali di adakan perbaikan tetap saja Bocor sehingga instalasi listrik sempat mengeluarkan asap (konslet) karena kena air hujan, dan alat-alat yang rusak 1 gudang tidak ada gudang arsip sedangkan sudah beberapa kali diusulkan ke Bagian Umum pengapusan, tapi tidak ada realisasi.

c. Masih rendahnya anggaran untuk pengadaan blangko kependudukan setiap tahunya selalu kurang, selalu menunggu dana perubahan yang menimbulkan keresahan masyarakat karena untuk pengurusan nomor Kendali Blangko di Pusat agak Sulit diperlukan ada kontrak.

10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anaka. Masih terdapatnya kesenjangan gender dalam hal akses, manfaat,

dan partisipasi dalam pembangunan; b. Perempuan dalam mengantisipasi dampak perubahan belum siap,

khususnya di wilayah perdesaan.c. Perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan

juga masih belum mencukupi;d. Masih belum memadainya jumlah dan kualitas tempat pelayanan bagi

perempuan korban kekerasan;e. Belum efektifnya kelembagaan Pengarustamaan Gender (PUG) dan

pemberdayaan perempuan;f.Masih banyaknya pekerja anak, terutama di perdesaan; g. Masih kurangnya perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan

dan diskriminasi.

11. Keluarga Berencana dan Keluarga SejahteraPermasalahan yang ditemui dalam proses penyelenggaraan Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang didukung dengan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut diatas antara lain :a. Masih kurang optimalnya peran aktif segenap lapisan masyarakat

dalam mempercepat terwujudnya keluarga sejahtera.b. Belum optimalnya pembinaan dan kemandirian peserta KB; c. Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan Program KB;d. PLKB/PKB mewilayahi lebih dari satu desa , sedangkan menurut

pedoman masing-masing PLKB/PKB mewikayahi 1 (satu) Desa.e. Kurangnya PLKB/PKB juga disebabkan karena banyak yang sudah

memasuki usia pensiunf. Kader Catur Bina banyak yang belum mendapat pelatihan , Catur Bina

antara lain : BKB ( Bina Keluarga Balita ), BKR (Bina Keluarga Remaja), BKL ( Bina Keluarga Lansia ), BLK (Bina Lingkungan Keluarga ).

12. Ketenagakerjaan

1. Terbatasnya lowongan pekerjaan sehingga proses bursa Kerja sangat terhambat.

2. Terbatasnya dana yang tersedia, sehingga kegiatan pelatihan Keterampilan Kerja terbatas.

3. Terbatasnya kemampuan tenaga kerja untuk dikirim ke luar negeri, sehingga perlu pelatihan-pelatihan yang lebih baik dan berkualitas, sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

4. Belum terciptanya Kesejahteraan Pekerja / buruh secara optimal, mengingat tidak tersedianya pegawai pengawas.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 28

5. peranan Lembaga Ketenaga Kerjaan secara Bipartit, Tripartit, Dewan Pengupahan, SP / SB danTeam Koordinasi Fungsional belum maksimal.

6. Peserta Transmigrasi sangat memilih lokasi, sehingga sulit mendapatkan peserta sesuai dengan lokasi yang ditentukan dari pusat.

13. Koperasi dan Usaha kecil & Menengah a. Kemampuan SDM koperasi dan UMKM dalam bidang Manajemen

Kewirausahaan dan Penguasaan Teknologi masih rendah.b. Kemampuan Koperasi dan UMKM untuk mengakses permodalan

kelembaga keuangan masih lemah.c. Kemampuan Pemasaran Produk Unggulan Koperasi dan UMKM masih

lemah.d. Penyampaian laporan keragaan koperasi dan UMKM dari

Kabupaten/Kota kurang lancar.e. Petugas Pelaksana Penilai Kesehatan KSP/USP koperasi yang

memenuhi persyaratan sesuai ketentuan sangat kurang.

14. Penanaman Modal a. Belum terwujudnya pemerataan investasi antar wilayah dan antar

sektor. b. Terbatasnya dana/anggaran yang dialokasikan dalam pelaksanaan

promosi baik di dalam maupun di luar negeri. c. Kurangnya informasi tentang potensi dan peluang pengembangan

investasi. d. Kurangnya kesadaran investor untuk memenuhi kewajiban dalam

mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Kesulitan untuk memantau perkembangan perusahaan disebabkan

karena masih adanya investor yang tidak memenuhi kewajibannya untuk melaporkan kegiatan perusahaannya.

15. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri a. Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur dalam melaksanakan

tugas-tugas deteksi dini.b. Terbatasnya sarana dan prasarana pelaksanaan tugas operasional

deteksi dini.c. Masih seringnya terjadi bencana sosial yang ditimbulkan oleh adanya

tindakan-tindakan kriminal, konflik sosial yang dapat mengganggu stabilitas keamanan;

d. Masih rendahnya kewaspadaan dalam pengawasan terhadap penduduk pendatang yang berdampak pada gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat; dan

e. Belum tersedianya data rawan bencana di masing-masing kecamatan.

16. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adminstrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Permasalahan yang dihadapi dari kegiatan tersebut diatas adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia, perlunya peningkatan penilaian prestasi kerja dan sistem penilaian prestasi kerja, perlunya peningkatan disiplin pegawai, kurangnya pembinaan terhadap aparatur pemerintah dan masih kurangnya data yang valid dan berkualitas pada Bagian Organisasi dan Tatalaksana Setda Kab.Bangli.Permasalahan yang ditemui dalam penyelenggaraan Bidang pemerintahan dan administrasi tersebut antara lain :a. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 29

b. Belum optimalnya pelayanan baik kepada SKPD maupun kepada masyarakat karena terbatasnya sarana.Kurangnya Sumber daya manusia terutama yang memiliki keahlian dalam bidang Komputer/IT

c. Kurangnya Sarana dan Prasarana pendukung kelancaran pelaksanaan Operasional Proses Penanganan Perizinan.

d. Penggunaan Regulasi yang masih produk lama dan perlu diperbaharui disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Permasalahan yang dihadapi mengacu dari hambatan dan kendala tersebut di atas adalah Regulasi yang dipergunakan selama ini dalam memproses izin-izin masih menggunakan Perda lama yang perlu kiranya diperbaharui dan sumber daya manusia, sarana prasarana perlu ditambah dan ditingkatkan.1. Dalam pelaksanaan operasi rutin penegakan Perda maupun

yustisi penegakan Perda dilaksanakan pada kantong-kantong penduduk pendatang, pengusaha somil, selip gabah, selip kopi dan lain-lain berdasarkan informasi/data dari kecamatan sedangkan untuk IMB kami bekerjasama dengan Dinas PU, Kantor Pelayanan Perizinan dan Kecamatan.

2. Salah satu penyebab belum maksimalnya pelaksanaan operasi/yustisi adalah kecilnya dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

3. Belum adanya tenaga penyidik PNS di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja walaupun demikian kami telah melaksanakan kerjasama dengan pihak Kepolisian dalam melaksanakan operasi.

4. Rendahnya pemahaman dan rendanya kesadaran masyarakat untuk mematuhi perda dan keputusan Bupati upaya yang dilakukan adalah pendekatan kepada masyarakat dan memanfaatkan waktu pertemuan masyarakat untuk mensosialisasikan Perda.

5. Pemahaman sistem pengamanan deteksi dini masyarakat masih rendah dan cenderung menonjolkan kepentingan pribadi.

Permasalahan yang ditemui dalam proses penyelenggaraan Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Bidang Pengawasan Daerah yang didukung dengan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut di atas antara lain adalah :- Terbatasnya daya jangkau pemeriksa terhadap potensi obrik

berpeluang besar menyebabkan terjadinya kesalahan di bidang pengadministrasian dan peluang tertundanya pembayaran pajak, termasuk kesalahan di bidang pertanggungjawaban keuangan.

- Masih ada temuan – temuan (BPK, Inspektorat Provinsi, BPKP, dan Inspektorat Kabupaten) yang belum ditindaklanjuti oleh obrik – obrik yang bersangkutan.

Dalam Peningkatan Program Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bangli,a. Regulasi

- Masalah Perda Tata Ruang yang menghambat proses Perijinan Hotel dan Restoran.

b. SDM- Belum memiliki Juru Sita- Belum mempunyai perencanaan kajian ilmiah dalam menentukan

potensi pajak/retribusi sehingga memasang target cenderung tidak realistis.

c. Keataan dan KesadaranAdanya kecenderungan masyarakat tidak senang membayar Pajak dan retribusi karena belum memahami tentang fungsi Pajak dan Retribusi disamping juga karena adanya isu nasional yang berkaitan dengan masalah kepercayaan terhadap petugas pungut pajak yang secara nasional dicurigai korup.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 30

d. Masalah sarana trasportasi bagi petugas pungut Pajak Daerah masih kekurangan kendaraan roda dua sebanyak 11 buah.

e. Masalah pajak bumi bangunan belum adanya data yang akurat,SPPT yang dobel dan adanya SPPT yang semu atau objek pajak tidak ditemukan, kurangnya kesadaran dan wajib pajak untuk membayar pajak PBB.

Permasalan yang ditemui dalam proses penyelenggaraan Bidang kepegawaian yang didukung dengan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut di atas antara lain adalah:- Belum memadainya kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah- Kurangnya sarana dan prasarana pendukung - Belum meratanya penyediaan data pegawai pada semua instansi/SKPD

baik data PNS maupun data PTT. - Belum memadainya mental spiritual aparatur pemerintah- Masih rendahnya disiplin pegawai.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa antara lain:1. Keterampilan pegawai perlu ditingkatkan terutama kemampuan

memformulasikan dan mengimplementasikan program-program dalam konteks Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

2. Kapasitas penyelenggara Pemerintahan di Desa/Kelurahan masih perlu ditingkatkan.

3. Kapasitas lembaga kemasyarakatan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Desa/Kelurahan masih perlu ditingkatkan.

17. Ketahanan Pangan

Secara Umum Pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan (TP) sudah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan operasional pelaksanaan anggaran kegiatan tetapi masih ada permasalahan baik vteknis maupun operasional sosial ekonomis dilapangan yaitu :1. Dengan terbatasnya dana yang ada belum semua desa yang

penduduknya katagori Desa Miskin mendaptkan bantuan2. Belum tersedianya peta statistik Daerah Rawan Pangan sehingga

menyulitkan dalam hal penetapan yang masyarakatnya rawan pangan dan gizi.

18. Pemberdayaan Masyarakat Desa a. Belum terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat baik secara kualitas

maupun kuantitasb. Masih rendahnya pendapatan sebagaian masyarakatc. Masih optimalnya ketersediaan pangan secara merata dan

berkelanjutand. Belm optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya pangan lokale. Rendahnya akses masyarakat terhadap sumber daya pembangunan

dalam mengembangkan usaha ekonomi produktif terutama dalam hal ketrampilan/pengelolaan usaha dan pemasaran produksi

f. Kondisi prasarana dan sarana desa belum memadai untuk mengembangkan potensi desa

g. Masih lemahnya kemampuan aparatur Pemerintah Desa/Kelurahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

h. Belum tersedianya data Profil desa (Potensi, monografi dan tipologi desa) secara memadai

i. Lemahnya kerjasama antar desa/kelurahan yang mengakibatkan sering terjadinya konflik dalam pemanfaatan sumber daya.

j. Belum terpadu dan sinerginya program/kegiatan antar sektor, antar lembaga dan antar tingkatan pemerintahan.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 31

2.3.2 Bidang Pilihan1. Pertanian

a. Pertanian tanaman pangan:1) Tingginya alih fungsi lahan. 2) Rendahnya penguasaan lahan oleh petani 3) Kesuburan tanah dan ketersediaan air menurun.4) Kelembagaan, permodalan dan sarana prasarana petani terbatas. 5) Kualitas SDM Petani relative rendah sehingga adopsi teknologi

belum sesuai harapan.6) Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

b. Peternakan1) Akses permodalan masih kurang2) Belum optimalnya pengelolaan simantri3) Pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan

Zoonosis, ancaman terjadinya PHMS dan Zoonosis (Rabies/Al)4) PSDSK, belum optimalnya peningkatan populasi, produksi dan

produktifitas ternak, masih tingginya pemotongan sapi betina produktif, pengeluaran sapi betina secara illegal.

c. Perkebunan1) Sempitnya kepemilikan lahan perkebunan dan sebagian

merupakan petani penggarap 2) Produktivitas dan mutu produksi rendah (mayoritas asalan)3) Selisih harga untuk mutu baik tidak signifikan 4) Akses pasar dan pembiayaan masih kurang 5) Kelembagaan belum optimal dan komitmen petani lemah

2. Kelautan dan Perikanana. Sumberdaya manusia yang ada masih kurang baik dari segi kualitas

maupun kuantitas b. Sulitnya masyarakat menembus akses pasar c. Harga pakan mahal d. Dukungan permodalan masih lemah e. Ketersediaan benih masih sangat kurang

3. Kehutanan

a. Pola penanganan lahan kritis masih bersifat umum dengan pendekatan pengolahan minimal memakai ukuran persatuan hektar, sehingga keberhasilannya bersifat realisasi semu. Penanganan keamanan hutan sering tumpang tindih dan saling lempar tanggung jawab antara instansi satu dengan yang lainnya. Pemenuhan bahan baku kayu 85 % masih didatangkan dari luar Provinsi Bali. Pola pemanfaatan hutan masih bersifat umum.

b. Prilaku masyarakat di sekitar kawasan hutan masih rendah dan pemberdayaannya belum ditangani secara terpadu, sehingga peran serta dalam pembangunan kehutanan sering menimbulkan konflik kepentingan.

c. Belum tuntasnya penataan otonomi dibidang kehutanan, mengakibatkan terhambatnya penataan kelembagaan dan penataan mekanisme koordinasi antar instansi yang menangani kehutanan baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, sehingga sering terjadi tumpang tindih dan kerancuan pelaksanaan kegiatan.

4. Energi dan Sumber Daya Mineral

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 32

a. Kegiatan pertambangan tanpa Izin, tidak mengindahkan tata cara penambangan yang baik dan benar serta mengabaikan keselamatan kerja.

b. Kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan non logam. c. Pemanfaatan Air Tanah yang berlebih pada daerah-daerah pemukiman

dan kawasan wisata, mengakibatkan turunnya muka air tanah, intrusi air laut, serta degradasi lingkungan.

d. Pengambilan/eksploitasi air tanah tanpa ijin e. Belum tersedianya Peraturan Daerah di bidang Energi dan

Ketenagalistrikan f. Meningkatnya kebutuhan listrik dan dilain pihak terbatasnya pasokan

yang mengakibatkan Bali termasuk kategori krisis listrik. g. Terbatasnya penanganan pemanfaatan energi baru terbarukan

setempat untuk sumber energi baru.

5. Pariwisata a. Adanya Biro Perjalanan wisata (BPW) illegal yang disebabkan

ditutupnya ijin BPWb. Adanya pramuwisata illegal yang disebabkan pengelola objek wisata

kurang koperatif c. Adanya Penurunan Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, rata

rata pengeluaran wisman per orang/perhari, rata rata tingkat hunian hotel wisman. Hal ini karena pariwisata sangat rentan terhadap berbagai isu seperti isu politik, keamanan, kesehatan dan lain-lain baik disebabkan faKtor internal maupun eksternal.

6. Perindustrian dan Perdagangana. Terbatasnya bahan baku lokal, sehingga didatangkan dari daerah lainb. Lemahnya daya saing mutu produk komoditi ekspor daerah Bali untuk

bersaing di pasar internasionalc. Belum terdaftarnya hasil produk/desain dalam HAKI dan merkd. Kualitas SDM masih rendahe. Kurangnya informasi pasarf. Persaingan global semakin dekatg. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologih. Banyak perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat ISO 9001;2000

belum melakukan perubahan dokumen terkait dengan diberlakukannya ISO 9001:2008 mulai September 2010.

i. Masih kurangnya kemampuan SDM di bidang manajemen dan teknis produksi.

j. Jiwa kewirausahaan yang dimiliki perajin masih rendah k. Masih terbatasnya kemampuan dalam mengakses modall. Penguasaan teknologi masih rendah m. Kurangnya dalam mengakses informasi pasar khususnya luar negeri.n. Belum adanya tempat promosi bersama berskala internasional. o. Masih rendahnya kecintaan menggunakan produksi dalam negeri.p. Keterbatasan infrastruktur

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kab.Bangli Tahun 2015 Bab II - 33