Ranah Penilaian Afektif

22

Click here to load reader

Transcript of Ranah Penilaian Afektif

Page 1: Ranah Penilaian Afektif

Ranah Penilaian Afektif

1. Pengertian Ranah Penilaian Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Receiving2. Responding3. valuing 4. organization5. characterization by evalue or calue

complex

Affective Assessment Domains

1. Understanding Affective Domain Assessment.

Affective domain is a domain that is related to attitudes and values. Affective domain includes behaviors such as feeling character, interests, attitudes, emotions, and values. Some experts say that a person's attitude can be predicted change when someone has had a high-level cognitive powers. The characteristics of affective learning outcomes will appear on learners in a variety of behaviors. Such as: perhatiannnya the subject of Islamic education, discipline in following religious subjects in schools, a high motivation to know more about Islamic religious instruction in receipt, appreciation or respect for Islamic religious education teachers, and so on.

Affective domain into more detail into five levels, namely:

1. Receiving

2. Responding

3. Valuing

4. Organization

5.Characterization by evalue or caluecomplex.

Page 2: Ranah Penilaian Afektif

Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.

Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.

Receiving or attending (receive notice Atua), is the sensitivity of a person to receive the stimulus (stimulus) from the outside who come to him in the form of issues, situations, and other symptoms. Included in the levels of this example are: awareness and willingness to accept the stimulus, control and selecting the symptoms or the stimuli that come from outside. Receiving or attenting also often given a sense of the willingness to pay attention to an activity or an object. At this level learners nurtured so that they are willing to accept the value or values that has been taught to them, and they want to incorporate themselves into the value of it or to identify yourself with that value. Contah receiving levels of affective learning outcomes, eg: learners that enforced compulsory discipline, lazy nature and not in the discipline to be removed away.

Responding (response) means "active participation". So the ability to respond is the ability of a person to enroll themselves actively in certain phenomena and make the reaction to it one way. This level is higher than the level receiving. Examples of the affective learning outcomes of students responding is growing desire to study it further or deeper ridiculous, Islamic teachings on discipline.

Page 3: Ranah Penilaian Afektif

Valuing (menilai = menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Valuing (rate = respect). Assess or appreciate the meaning give value or pay tribute to an activity or object, so if the activity was not done, it was felt would bring the loss or regret. Valuing is an affective level higher than receiving and responding. In regard to the teaching and learning process, learners are here not only accept values that are taught but they have been capable to assess the concept or phenomenon, which is good or bad. When a doctrine that has been able to their values and be able to say "it was good", then this means that the students have to undergo the assessment process. Value was started in bear (internalized) in him. Thus, the value has been volatile in learners. Examples of learning outcomes effectively is the growing level of valuing strong ability to self-peseta learners to apply discipline, whether in school, at home or in the midst of society.

Page 4: Ranah Penilaian Afektif

Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.

Organization (= arrange or organize), meaning treat discover differences in the value of forming new universal values, which leads to general improvement. Arrange or organize an enhancement of the value of an organization into a single system, including the relationship of the value denagan other values., Stabilization and value that has its priorities. Examples of effective value is the level of organization of students supporting the enforcement of national discipline which was inaugurated by President Suharto's father on the anniversary of the day of national independence in 1995.

Characterization by evalue or calue complex (= characterization by a value or value complex), the integration of all systems of values that have been owned by someone, which affects personality and behavior patterns. Here the internalization process has occupied the highest place dalal a hierarchy of values. That value has been consistently embedded in the system and has affected his emotions. This is an effective rate highest since inner attitudes students have really thoughtful. He already has an established phyloshopphy of life. So at this stage learners have value systems that have controlled his behavior for a long time, so Formatting characteristic "pattern of life" sedentary behavior, consistent and predictable.

Page 5: Ranah Penilaian Afektif

2. Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.

Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.

2. The characteristics of Affective Domain Assessment.

Thinking or behavior must have two

criteria to be classified as the affective (Andersen, 1981:4). First, the behavior involves feelings and emotions. Second, the behavior must be typical behavior. Other criteria included the affective is the intensity, direction, and target. Stating the degree or intensity of the strength of feeling. Some feelings are stronger than others, for example, love is stronger than pleasure or love. Some people may have stronger feelings than others. Directions feelings associated with positive or negative orientation of the sense that indicates whether it is good or bad feelings.

For example, positively thrilled at the lessons understood, anxiety was negatively interpreted. If the intensity and direction of feeling is reviewed together, the affective characteristics are in a continuum scale. Target refers to the object, activity, or idea as a way of feeling. If anxiety is an affective characteristics are reviewed, there are several possible targets. Learners may react to school, math, social situations, or learning. Each element can be the target of anxiety. Sometimes the target is known to someone, but sometimes unknown. Often students feel anxious when taking a test in class. Learners are likely aware that the target is test anxiety.

Page 6: Ranah Penilaian Afektif

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

1. Sikap

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

There are 5 types of affective characteristics are important based on objective, namely attitudes, interests, self-concept, values, and morals.

1. Attitude

Attitude is a kencendrungan to act like or dislike of an object. Attitudes can be formed through observing and imitating something positive, then by strengthening and receive verbal information. Attitude change can be observed in the process of learning, objectives, determination, and consistency of something. Attitude assessment is an assessment made to determine the attitudes of students towards subjects, conditions for learning, educators, etc.

According to Fishbein and Ajzen (1975) attitude is a learned predisposition to respond positively or negatively to an object, situation, concept, or person. The attitude of the students towards the object eg attitudes to school or to the subjects. Attitude is important for learners improved (Popham, 1999). The attitude of the students towards subjects, including English, have more positive after the students attend English lessons than before following learning. This change is one indicator of the success of educators in implementing the learning process. For that educators should make a lesson plan including the experience of learners who make the attitudes of students towards a more positive subjects.

Page 7: Ranah Penilaian Afektif

2. Minat

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

Penilaian minat dapat digunakan untuk:

mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,

mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,

pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,

menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,

2. Interest

According Getzel (1966), interest is a disposition organized through experience that encourages a person to obtain a specific object, activity, understanding, and skills for the purpose of interest or achievement. Meanwhile, according to Indonesian dictionary (1990: 583), interest or desire is the heart of a high tendency towards something. It is important in the interest of intensity. In general interests include affective characteristics that have a high intensity.

Rate of interest can be used to: • know the interest of the students

making it easy for direction in learning,

• know the talents and interests of learners actual

• consideration of placement of students and individual service,

• describe the situation on the ground / grade,

Page 8: Ranah Penilaian Afektif

3. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:

1. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.

2. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.

3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.

3. Self Concept

According to Smith, the concept of self is an individual evaluation of the capabilities and weaknesses possessed. Target, direction, and intensity of self-concept is basically like any other affective domain. Target of self-concept most people but can also institutions such as schools. Concept of self-direction can be positive or negative, and the intensity can be expressed in a local continuum, ranging from low to high

. Self-concept is important to determine

the career of students, ie by knowing the strengths and weaknesses of yourself, to choose an alternative career that is right for the students. Besides the self-concept of information is important for the school to give students the motivation to learn properly.

Concept of self-assessment can be done by self-assessment. The advantages of self-assessment are as follows:

1. Educators are able to know the advantages and disadvantages of learners.

2. Learners are able to reflect the competencies that have been achieved.

3. Statements made in accordance with the wishes of his pen.

Page 9: Ranah Penilaian Afektif

Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.

Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.

Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.

Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.

Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.

Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.

Peserta didik memahami kemampuan dirinya.

Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.

Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.

Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.

Peserta didik mampu menilai dirinya. Peserta didik dapat mencari materi

sendiri. Peserta didik dapat berkomunikasi

dengan temannya.

• Provide motivation in terms of assessment of students' activities.

• Students are more active and participate in the learning process.

• Can be used for reference compile teaching materials and learners know the standard input.

• Learners can measure the ability to keep learning.

• Learners can determine mastery learning.

• Train honesty and independence of learners.

• Students know the parts that must be repaired.

• Learners understand her abilities. • Educators obtain feedback on the

absorption of learners• .Easing educators to implement

remedial, the result can be to introspection lessons.

• Learners learn to be open with others.• Learners can assess themselves.• Learners can find his own material• Learners can communicate with their

friends.

Page 10: Ranah Penilaian Afektif

4. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.

Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.

4.Value

Value according to Rokeach (1968) is a belief about the deeds, actions, or behavior that is considered good and which is considered poor. He also explained that his organization refers to a number of beliefs about specific objects or situations, while the value refers to the belief.

Target values tend to be ideas, target values can also be something like attitudes and behaviors. Direction value can be positive and negative. Furthermore, the intensity values can be said to be high or low depending on the situation and the value of the referenced.

Another definition of the value delivered by Tyler (1973:7), the value is an object, activity, or idea expressed by individuals in the direct interests, attitudes, and contentment. He also explained that humans learn to assess an object, activity, and the idea that these objects become important regulatory interests, attitudes, and contentment. Therefore education units should help learners find and strengthen meaningful and significant value for learners to gain personal happiness and contributes positively to the community.

Page 11: Ranah Penilaian Afektif

5. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

Ranah afektif lain yang penting adalah:

Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.

Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.

Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.

5. Moral

Piaget and Kohlberg great deal about the development of morals. But Kohlberg ignores the relationship between moral judgment and moral action. He only studied one's moral principles through the interpretation of verbal responses to hypothetical dilemmas or conjecture, rather than on how exactly a person acts.

Associated with a feeling of moral right or wrong of the happiness of others or the feelings of the action taken yourself. For example, to deceive others, deceive others, or injure another person both physically and psychologically. Morale is also often associated with a person's religious beliefs, the belief in the sinful deeds and rewarding. So the related moral principles, values, and beliefs.

Another important affective domain are:

• Honesty: learners must learn to appreciate the honesty in interacting with others.

• Integrity: learners must be committed to a code of values, such as moral and artistic.

• Fair: learners have found that everyone gets equal treatment in access to education.

• Freedom: learners need to be sure that the democratic freedom to the maximum charge to everyone.

Page 12: Ranah Penilaian Afektif

3. Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif

Tingkat Contoh kegiatan pembelajaranPenerimaan (Receiving)

Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi

Contoh kegiatan belajar :

-sering mendengarkan musik

- senang membaca puisi

- senang mengerjakan soal

matematik

- ingin menonton sesuatu

- senang menyanyikan laguResponsi (Responding)

Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)

Contoh kegiatan belajar :

- mentaati aturan

- mengerjakan tugas

- mengungkapkan perasaan

- menanggapi pendapat

- meminta maaf atas

kesalahan

- mendamaikan orang yang

bertengkar

- menunjukkan empati

- menulis puisi

- melakukan renungan

- melakukan introspeksi

3. Table link between domain level learning activities with affective aspects

level Examples of learningReceiving Meaning: Sensitivity (desire to

receive / pay attention) to the phenomenon / stimult showed controlled and selective attention Examples of learning activities: - Often listen to music - Love to read poetry - Like doing math sheet - Want to watch something - Enjoys singing

Responding Meaning: actively demonstrate attention to do something with / about the phenomenon agree, like, satisfied meresponsi (listen) Examples of learning activities:

- obey the rules- task- express feelings- respond opinion-apologized for the error -reconcile the quarreling - demonstrate empathy- writing poetry- doing musings- introspection

Page 13: Ranah Penilaian Afektif

Acuan Nilai( Valuing)

Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti

Tingkatan : menerima,

lebih menyukai, dan

menunjukkan komitmen

terhadap suatu nilai

Contoh Kegiatan Belajar :

mengapresiasi seni menghargai peran menunjukkan

perhatian menunjukkan

alasan mengoleksi kaset

lagu, novel, atau barang antik

menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM

menjelaskan alasan senang membaca novel

Organisasi Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana

Tingkatan : konseptualisasi

suatu nilai, organisasi

suatu sistem nilai

Contoh kegiatan belajar :

rajin, tepat waktu berdisiplin diri 

mandiri dalam bekerja secara independen

objektif dalam memecahkan masalah

mempertahankan pola hidup sehat

menilai masih pada fasilitas umum dan

mengajukan saran perbaikan

Value Meaning: Indicates that contain consistency of behavior, motivated to behave according to certain valuesDepth: accept, prefer,and demonstratecommitment to the values Examples of Learning Activities: •appreciate art•appreciate the role •show concern•indicate the reason •collecting tapes of songs, novels, or antiques •show sympathy to the victims of human rights violations •explain the reasons love reading novels

Organization of Meaning: to organize the relevant values into a system to determine the relationship between the value of establishing a dominant value and accepted everywhere established a dominant nilaimyang and accepted everywhere Depth: conceptualizing a value, the organization of a value system Examples of learning activities: •diligent, timely •independent self-disciplined to work independently •objective in solving problems • maintain a healthy lifestyle • judging still on public

Page 14: Ranah Penilaian Afektif

facilities and propose suggestions forimprovemen

4. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian

2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan

3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai

4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai

Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.4. Example Measurement Affective Domain Assessment

Students in the affective domain competencies that need to be assessed primarily related to students' attitudes and interest in learning. Technically, the affective appraisal done by two things: a) self-reports by students who normally done by filling the questionnaire anonymously, b) systematic observations by teachers against students and affective needs observation sheet.

Affective domain can not be measured as well as the cognitive, the affective domain as measured abilities are: 1. Receive (pay attention), including

sensitivity to the condition, symptoms, awareness, willingness, directing attention

2. Responding, covering responded quietly, willing to respond, satisfied in response, comply with regulations

3. Appreciate, includes receiving a value, put a value, commitment to values

4. Organizing, includes conceptualizing value, understand abstract relationships, organize a system of values

Characteristics of a value, include the

philosophy of life and value system espoused. For example, observing the behavior of the students during the learning process takes place.

Scales are often used in instruments (tools) are affective assessment Thurstone Scale, Likert Scale and Scale Semantic Beda

Page 15: Ranah Penilaian Afektif