STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

146
i STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh : MUHAMMAD SYAKRONI 111-13-011 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

i

STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

PADA SISWA KELAS VIII A DI MTs N 1 BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh :

MUHAMMAD SYAKRONI

111-13-011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

ii

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

iii

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

iv

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

v

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

vi

MOTTO

Q.s AL BAQOROH AYAT 286

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”. (Q.S Al Baqoroh: 286).

Q.s AL INSYIROH AYAT 6

Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. ( Q.s Al

Insyiroh: 6).

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak saya, Ibu Siti Muslimah dan Bapak Nurhadi tercinta yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang,

dan do’a yang tak pernah putus serta nasihat-nasihatnya.

2. Saudara-saudara ku, (Mas Arif Agung Nugroho dan Dek Khamid Muslim),

terimakasih atas dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.

3. Rekan-rekan saat PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan

duka untuk menyelesaikan tugas.

4. Rekan-rekan seperjuangan di kampus IAIN Salatiga.

5. Alamamaterku tercinta IAIN Salatiga.

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul:

“STRATEGI MENGEMBANGKAN RANAH AFEKTIF DALAM

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIIIA DI

MTS NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016/2017” dapat

terselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan yang

telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa mterial, maupun spiritual.

Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi S.Pd., M.Pd selaku ketua Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(IAIN) Salatiga.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

ix

5. Untuk sahabat-sahabat saya yang bernama Nur arifin, Muhammad Mubin,

Muhammad Yanis, Shepta Adi Nugraha, rekan-rekan Rebonan Fc dan teman-

teman penulis yang lainnya, yang telah memberikan motivasi dan arahan

dalam mengerjakan skripsi ini. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

6. Para bapak-ibu guru dan para siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali,

yang telah memberikan semangat dan memberikan penulis kesempatan untuk

melakukan penelitian dengan baik.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan

pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan untuk perubahan skripsi ini.

Salatiga, 13 Juli 2017

Penulis

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

x

ABSTRAK

Muhammad Syakroni. 2017. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri

1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Ranah Afektif, Pembelajaran Aqidah

Akhlak.

Penelitian ini membahas tentang Strategi Pengembangan Ranah Afektif

Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Fokus penelitian yang dikaji dalam

penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?, (2) Apakah faktor pendukung dan faktor

penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran

2016/2017?

Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah

kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai

pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam

penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau

responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut

berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.

Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari

observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data

yang ada. Lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan

tahap akhir dari analisa data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Madrasah Tsanawiyah Negeri

1 Boyolali pembelajarannya telah mengacu pada kurikulum 2013, madrasah juga

sudah menerapkan strategi pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak pada siswa antara lain: menerapkan salam sapa antara guru dengan

murid, pembiasaan tadarus yang dilakukan di kelas sebelum pembelajaran di

mulai, pembiasaan sholat dhuha setiap pagi, sholat berjamaah di masjid, guru

aqidah akhlak yang selalu menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas VIIIA.

(2) Faktor pendukung dan faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA yaitu dapat berasal dari

faktor siswa, faktor madrasah, faktor keluarga dan faktor lingkungan masyarakat.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................xi

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xi

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1

B. Fokus Penelitian ...................................................................................5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................5

E. Penegasan Istilah ...................................................................................6

F. Metode Penelitian ..................................................................................9

G. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................................16

BAB II. KAJIAN TEORI ......................................................................................19

A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak .................................................................................................19

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

xii

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ......................................................19

2. Pengertian Srtategi Pembelajaran .................................................20

3. Komponen Strategi Pembelajaran .................................................21

4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif ................................23

5. Penerapan Strategi Pembelajaran ..................................................26

B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran ....................................................28

1. Pengertian Ranah Afektif ..............................................................28

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ...........31

3. Teori Bloom dalam Pembelajaran Afektif ....................................32

4. Tipe Karakteristik Afektif .............................................................33

C. Pembelajaran Aqidah Akhlak .............................................................37

1. Pengertian Aqidah Akhlak ............................................................37

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak .............................40

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ........................41

BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .............................44

A. Paparan Data .......................................................................................44

1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali ..................................44

2. Letak Geografis .............................................................................44

3. Identitas Madrasah ........................................................................45

4. Sarana Prasarana MTs Negeri 1 Boyolali .....................................46

5. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali .............................47

6. Daftar Nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali ..........49

7. Gambaran Informan ......................................................................53

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

xiii

B. Temuan Penelitian ...............................................................................55

1. Strategi Pengembangan Ranah afektif dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak Pada Siswa ........................................................................55

2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ....................................60

3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa ....................................64

BAB IV. PEMBAHASAN ....................................................................................68

A. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun

Pelajaran 2016/2017 ............................................................................69

B. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri

1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...............................................74

C. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri

1 Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ...............................................78

BAB V. PENUTUP ...............................................................................................83

A. Kesimpulan .........................................................................................84

B. Saran-saran ..........................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................88

LAMPIRAN-LAMPIRAN.

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Guru-guru MTs Negeri 1 Boyolali ...................................49

Tabel 2 : Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali....52

Tabel 3 : Tabel Hasil Wawancara ..............................................................98

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Konsultasi .......................................................................................122

2. Daftar Nilai SKK .........................................................................................124

3. Lembar Permohonan Izin Penelitian ............................................................128

4. Lembar Penunjukan Pembimbing ................................................................129

5. Lampiran 1 : Transkrip Wawancara I ...................................................98

6. Lampiran 2 : Transkrip Wawancara II ................................................101

7. Lampiran 3 : Transkrip Wawancara III ..............................................104

8. Lampiran 4 : Transkrip Wawancara IV ..............................................106

9. Lampiran 5 : Transkrip Wawancara V ...............................................110

10. Lampiran 6 : Foto Hasil Penelitian .....................................................113

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran di sekolah tampaknya lebih cenderung menekankan

pencapaian perubahan aspek kognitif (intelektual), yang dilaksanakan

melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi dan model pembelajaran

tertentu. Pembelajaran yang secara khusus mengembangkan kemampuan

afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian. Kalaupun dilakukan

mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant effect) atau

menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran

yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotorik.

(Antonius Trg : Harian Global dalam www.yahoo.com : 2016)

Khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) harus

memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek siswa, yaitu aspek

jasmani, akal dan rohani. Untuk pengembangan menyeluruh ini,

kurikulum harus berisi mata pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan

pembinaan setiap aspek (Ahmad, 2004: 65).

Di dunia pendidikan siswa sebagai obyek yang dikembangkan oleh

seorang pendidik, bermula dari siswa yang belum mengetahui apa-apa lalu

dididik, dibimbing dan diarahkan oleh pendidik agar menjadi manusia

yang berkualitas baik.

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

2

Siswa-siswa di sekolah dididik dengan mengembangkan beberapa

ranah antara lain, dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik. Apabila siswa memiliki kecerdasan dalam ranah kognitif

saja tanpa ranah afektif maka siswa tersebut tidak memiliki keseimbangan

karakter yang baik. Dalam ranah afektif seharusnya juga di kembangkan

supaya siswa memiliki kecerdasan yang seimbang dalam segala hal.

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali, dalam

pembelajarannya termasuk kategori yang sangat baik, akan tetapi guru-

guru masih ada kesulitan dalam hal mengembangkan ranah afektif pada

siswa. Hal ini di latar belakangi oleh kesadaran siswa yang kurang baik

dan belum dapat menyesuaikan pembelajaran yang diterapkan di sekolah

tersebut. Mudahnya siswa tergoda ataupun terbawa oleh arus

perkembangan pergaulan lingkungan, kurangnya motivasi, dan kurangnya

kasih sayang dari lingkungan keluarga yang membuat siswa di sekolah itu

ranah afektifnya kurang bagus, walaupun masih ada siswa yang ranah

afektifnya bagus.

Perlu dipahami bahwa pengembangan karakteristik afektif pada

anak didik memerlukan upaya secara sadar dan sistematis. Terjadinya

proses kegiatan belajaran dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah

laku siswa yang menunjukkan adanya kesenangan belajar. Perasaan,

emosi, minat, sikap, dan apresiasi yang positif yang menimbulkan tingkah

laku yang konstruktif dalam diri pelajar.

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

3

Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai

faktor. Salah satu faktor penyebab tersebut adalah guru-guru merasa

kurang mantap dalam merumuskan tujuan afektif. Sebab yang lain, tujuan

afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif.

Faktor yang lainnya yaitu kebebasan yang tidak terkendali antara

lain berupa pergaulan yang melanggar norma agama banyak terjadi dalam

masyarakat. Demikian juga berbagai tindak kriminal, perjudian,

penggunaan obat terlarang, minuman keras dan narkotika. Kenyataan ini

membuat dunia pendidikan, khususnya sekolah tidak mempunyai pilihan

lain, kecuali menekankan pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai

dan sikap (Darmiyati, 2009:21).

Dari prespektif humanistik, pendidik seharusnya memperhatikan

pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective)

siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan kasih sayang yang berhubungan

dengan emosi, perasaan, nilai sikap, predisposisi, dan moral (Sri,

2006:181). Apabila pendidik memenuhi kasih sayang terhadap siswanya

maka kebutuhan afektif akan terpenuhi dengan baik dan siswapun pada

saat menjalani proses pendidikan akan merasakan kenyamanan serta akan

mudah menerima pembelajaran dengan baik.

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan

membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan

ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa

kesadaran beragama yang mantap ( Muhibbin, 2009:53). Kesadaran

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

4

beragama yang matang merupakan landasan bagi siswa untuk

menentukan arah kehidupan siswa kedepannya supaya lebih baik dan

siswa juga akan mempunyai keyakinan yang mantap untuk menentukan

jati dirinya.

Jadi, strategi pembelajaran yang di miliki oleh guru sangat

dibutuhkan untuk membentuk maupun mengembangkan ranah afektif pada

siswa. Dengan adanya strategi pembelajaran maka guru dengan mudah

untuk membentuk dan mengembangkan ranah afektif pada siswa dengan

baik, tentunya dapat membentuk generasi muda yang cerdas baik dalam

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas

penulis ingin meneliti tentang “STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH

AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK PADA SISWA

KELAS VIII A DI MTS N 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

2016/2017”.

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

5

B. FOKUS PENELITIAN

a. Bagaimanakah strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?

b. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat strategi

pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada

siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mengetahui strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat strategi

pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada

siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017.

D. MANFAAT PENLITIAN

Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan penambahan wawasan mengenai strategi pengembangan ranah

afektif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak pada siswa.

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

6

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan

dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan

kepada siswa untuk mengembangkan ranah afektif sehingga siswa

tersebut dapat menjadi siswa yang berkualitas di dalam kehidupannya.

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya

dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan

urutan kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman

belajar kepada peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).

Menurut pendapat Hamalik, strategi pembelajaran adalah

keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan

siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut pendapat Borich, strategi pembelajaran adalah keseluruhan

prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah

strategi pembelajaran ini digunakan untuk menunjukkan siasat atau

kesluruhan aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

7

suasana belajar mengajar yang kondusif bagai tercapainya tujuan

pendidikan, khususnya tujuan pembelajaran.

Apabila dicermati, pengertian strategi pembelajaran diatas

mengarah pada pengertian model-model pengajaran. Titik tekan

strategi pembelajaran adalah pada operasionalnya (action), sedangkan

model menekankan pada pola (pattern). (Jamil, 2016:149-152)

2. Afektif

Menurut bahasa, afektif berarti segala sesuatu yang berkaitan

dengan perasaan, perasaan mempengaruhi keadaan penyakit. (JS.

Badudu, 2010:10). Sedangkan menurut istilah psikologi, afektif berarti

perasaan, keadaan jiwa dan emosi sutu objek atau perseorangan

sebagai pengaruh yang kuat pada dirinya. (Monty&Fedelis, 2003:67)

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut

keanekaragaman perasaan yang meliputi : takut, marah, sedih,

gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah

laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh

karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku

belajar. (Muhibbin, 2011:121)

Pendidikan afektif ini memiliki dua tujuan utama, yaitu

mengembangkan ketrampilan intrapribadi dan antarpribadi (Budiarjo,

2013:19). Pendidikan afektif tersebut harus di dampingi oleh pendidik

yang memiliki keahlian di dunia pendidikan supaya keterampilan yang

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

8

di miliki oleh seorang siswa itu sesuai dengan yang diharapkan, baik

dari ketrampilan intrapibadi maupun ketrampilan antarpribadi.

3. Aqidah Akhlak

Aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sedangkan

pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa perkara

yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun

dengan keragu-raguan (Deden, 2013: 86).

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,

yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,

tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan

menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

lebih dahulu (Umiarso, 2010: 105-106).

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pengertian aqidah akhlak adalah suatu ikatan atau perjanjian yang

kokoh yang terdapat di dalam hati manusia yang mendorong untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikirn

terlebih dahulu.

Jadi yang dimaksud judul penelitian ini adalah untuk mengetahui

strategi pengenbangan ranah afektif yang baik dalam pembelajaran

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

9

aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali tahun

pelajaran 2017.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek

yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada

obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang

atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)

Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha

mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada

saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai

faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data,

dan sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-

data di lapangan. Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

10

dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung dilokasi

peneliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali yang beralamatkan di Jl. Kemuning No 32, Kelurahan

Banaran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa

Tengah.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam,

yaitu :

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh penulis secara mentah dari

sumber data dan masih memerlukan analisis lebih lanjut. Jenis data

primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari

informan yaitu dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata

pelajaran aqidah akhlak dan siswa kelas VIIIA.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan

dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat

pribadi dan dokumen resmi instansi. Peneliti menggunakan data

sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi

informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

11

pengamatan. Adapun sumber data yang peneliti dapatkan yaitu

identitas sekolah, sejarah, data guru, karyawan dan siswa, data

sarana prasarana.

5. Teknik Pengumpulan Data

Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. (Sugiyono,

2015:317).

Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk

mengetahui lebih jauh bagaimana pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali untuk mengembangkan ranah afektif.

Penelitian ini juga membahas tentang habituasi dalam pembelajaran

aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali dan

usaha-usaha yang dilakukan serta faktor pendukung dan penghambat

habituasi dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa.

b. Observasi

Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan penctatan

dengan sistematika tentang fenomena-fenomena yang diselidiki, baik

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

12

secara langsung maupun secara tidak langsung. Melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut

(Arikunto, 2006:146)

Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan

langsung untuk mengetahui habituasi pembelajaran guru dalam

melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ranah

afektif dalam pembelajaran aqidah aqidah akhlak pada siswa kelas

VIII A di MTs N 1 Boyolali.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2015:329). Metode ini

digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan

obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum tentang

obyek penelitian tentang strategi pembelajaran guru dalam

mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VII A di MTs N 1

Boyolali.

6. Metode Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan

adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atau paragraf yang

dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai

peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam lokasi penelitian. Dalam

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

13

analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh

tentang strategi pembelajaran guru dalam mengembangkan ranah

afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIII A di

MTs N 1 Boyolali.

Adapun langkah-langkah teknik analisis deskripstif kualitatif

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data kegiatan analisis data selama pengumpulan

data dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena

yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat

dianalisis.

b. Reduksi Data

Adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutmya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,

2015:338). Penulis mereduksi data-data yang didapatnya dari

tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang lebih

jelas. Data-data itu seperti data primer maupun data sekunder.

c. Penyajian Data

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

14

Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau

menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami

tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti

untuk membuat analisis atau tindakan lain berdasarkan

pemahamannya tersebut.

d. Verifikasi

Penarikan kesimpulan yaitu suatu upaya untuk berusaha

mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data

penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta

menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali

data yang telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197). Penulis

melakukan penyimpulan dari permasalahan yang telah diteliti

di MTs Negeri 1 Boyolali dan kemudian memverifikasi data

dengan menelusuri kembali data yang telah diperoleh.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan

temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan

tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini antara lain :

a. Triangulasi Sumber Data

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

15

Triangulasi dengan sumber berarti untuk mendapatkan data

dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tria

ngulasi sumber data juga membandingkan data-data yang

diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan

mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi

(Meleong, 2009 :330). Untuk mendapatkan informasi dari

informan yang terdiri dari kepala madrasah, waka kurikulum,

guru mata pelajaran aqidah akhlak dan siswa-siswi kelas

VIIIA guna mendapatkan data-data yang benar dan dapat

dipertanggung jawabkan.

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong,

2009:331). Penulis menggunakan triangulasi metode ini untuk

mengecek temuan hasil penelitian di MTs Negeri 1 Boyolali

dengan menyesuaikan beberapa sumber data, baik dari data

primer maupun sekunder yang telah didapatkannya.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

16

perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta

menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi

penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal

yang berkaitan dengan penelitian.

c. Tahap analisis data

Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang

sudah diperoleh.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dihadirkan untuk mempermudah pemahaman

dalam mencerna masalah yang akan dibahas, maka memperoleh gambaran

komprehensif dalam penelitian. Secara garis besarnya, sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut :

Pada bagian pertama halaman sampul, halaman judul, halaman pengajuaan

skripsi, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, abstrak, halaman

daftar isi, halaman tabel.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metode penelitian (mencakup : jenis penelitian, kehadiran peneliti,

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

17

lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan, dan tahap-tahap penelitian), dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Membahas teori yang berkaitan dengan tema penelitian. Yaitu

pengertian strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran,

model strategi pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran,

pengertian pembelajaran ranah afektif, faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosional, tipe karakteristik afektif, pengertian

pembelajaran aqidah akhlak dan ruang lingkup pembelajaran

aqidah akhlak serta fungsi dan tujuan pembelajaran aqidah akhlak.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Meliputi paparan data sekolahan yaitu gambaran umum : sejarah

berdirinya MTs N 1 Boyolali, identitas sekolah, visi misi sekolah,

data guru, dan karyawan sekolah. Biodata informan : kepala

sekolah, guru mata pelajaran umum, dan guru mata pelajaran

aqidah akhlak. Temuan peneliti yaitu : strategi mengembangkan

ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa dan

faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak

pada siswa.

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

18

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang : strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak

pada siswa, faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah pada

siswa.

BAB V PENUTUP

Meliputi kesimpulan dan saran.

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Mengembangkan Ranah Afektif dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak.

1. Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari

pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan

lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran

umumnya bertolak dari :

a. Rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan.

c. Jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.

Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan

media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin

digunakan (Hamzah, 2015:4). Elemen-elemen tersebut sangat penting

dalam proses pembelajaran, karena akan menentukan hasil baik buruknya

pembelajaran yang sudah di lakukan oleh guru di sekolahan.

Berdasarkan hakikat tersebut maka strategi pembelajaran harus

bertumpu pada ketiga pilar diatas kemudian menyesuaikannya dengan

sumber belajar yang mungkin digunakannya pada saat proses

pembelajaran.

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

20

2. Pengertian Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Gerlach dan Ely, strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, selanjutnya

dijelaskan bahwa strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan

kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk pengalaman belajar kepada

peserta didik secara sistematis (Subur, 2015:16).

Menurut pendapat Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala

prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai

secara efektif (Jamil, 2016:148).

Menurut pendapat Dick dan Carey, menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan

prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka

membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. (Hamzah,

2015:5)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah merupakan cara-cara yang

akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan

materi pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai

tujuan uang dikuasai diakhir kegiatan belajar.

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

21

3. Komponen Strategi Pembelajaran

Menurut pendapat Walter Dick dan Carrey, menyebutkan bahwa

terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu :

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari sutau sistem

pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada

bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas

materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang

disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi

belajar peserta didik.

b. Penyampaian Informasi

Penyampaian informasi adalah salah satu komponen dari strategi

pembelajaran, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau

dapat memotivasi peserta didik dalam belajar, maka kegiatan

penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang

menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan

pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan

pembelajaran selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh

guru pada saat menyampaikan informasi kepada peserta didik adalah

urutan penyampaian, ruang lingkup dan jenis materi.

c. Partisipasi Peserta Didik

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

22

Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik

merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat

dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan

dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa

proses pembelajaran akan lebih berhasil apaila peserta didik secara

aktif melakukan latihan-latihan secara langsungdan relevan dengan

tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

d. Tes

Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk

mengetahui apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah benar-

benar dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pelaksanaan tes

dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui

berbagai proses pembelajaran, yaitu dari penjelasan tentang tujuan

awal kegiatan pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi

pelajaran, pelaksanaan tes juga dilakukan setelah pesrta didik

melakukan latihan atau praktik.

e. Kegiatan Lanjutan

Kegiatan lanjutan yang dikenal juga dengan follow up dari suatu

hasil kegiatan yang telah dilaksanakannya (Hamzah, 2015 : 21-26).

Berdasarkan uraian diatas maka dalam strategi pembelajaran harus

memuat 5 (lima) komponen tersebut, supaya tujuan pembelajaran

sesuai yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional khususnya

sesuai harapan seorang pengajar.

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

23

4. Model-model Strategi Pembelajaran Afektif

Belajar afektif berbeda dengan belajar intelektual dan

keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah

berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Ada

beberapa model strategi pembelajaran afektif yang populer dan banyak

digunakan, antara lain :

a. Model Konsiderasi

Penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa

didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga

mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis

dengan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran konsiderasi :

1) Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi.

2) Meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-

isyarat yang tersembunyi berkenaaan dengan perasaan, kebutuhan

dan kepentinganorang lain.

3) Siswa menuliskan responnya masing-masing.

4) Siswa menganilisis respon siswa lain.

5) Mengajak siswa melihat konsekuensi dari tiap tindakannya.

6) Meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

24

Pengggunaan model ini sangat bagus untuk membentuk sikap

siswa supaya lebih baik, dengan menggunakan model konsiderasi ini

siswa dapat mempunyai sikap yang peduli akan sesama, lebih

menghargai orang lain dan tentunya dapat menjalin hubungan dengan

orang lain lebih baik serta dapat membentuk kerja sama dengan siswa

lainnya.

b. Model Pembentukan Rasional

Model pembentukan rasional (rational building model)

bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-

nilai. Langkah-langkah pembelajaran rasional :

1) Mengidentifikasi situasi dimana ada ketidakserasian atau

penyimpangan tindakan.

2) Menghimpun informasi tambahan.

3) Menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atau

ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat.

4) Mencari alternatif tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya.

5) Mengambil keputusan dengan berpegang pada prinsip atau

ketentuan-ketentuan legal masyarakat.

Penggunaan model ini bertujuan untuk membentuk pola berfikir

anak dengan matang yang dilandasi dengan nilai-nilai. Supaya siswa

dapat mengambilan keputusan yang tepat dengan mengadalkan

pertimbangan-pertimbangan yang lebih matang terlebih dahulu.

c. Klarifikasi nilai

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

25

Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan

pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses

menilai (valuing process) dan membantu siswa menguasai

keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang kaya nilai. Model

ini bertujuan agar para siswa menyadari nilai-nilai yang mereka

miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para siswa

memiliki keterampilan proses menilai.

Langkah-langkah pembelajaran klarifikasi nilai :

1) Pemilihan, siswa mengadakan pemilihan tindakan secara bebas,

dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan

akibat-akibatnya.

2) Menghargai pemilihan, siswa menghargai pilihannya serta

memperkuat, mempertegas pilihannya.

3) Berbuat, siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan

pilihannya, mengulanginnya pada hal lain.

Model ini harus ditanamkan oleh pendidik kepada diri siswa,

karena model ini dapat membantu siswa untuk menyadari akan nilai-

nilai yang ada pada diri siswa tersebut. Dengan adanya kesadaran nilai

yang ada pada dirinya itu, siswa dapat mengetahui keterampilan yang

sesuai dengan bidangnya. Apabila siswa sudah dapat mengenalinya

maka siswa dapat lebih mempertegas keterampilannya guna

kehidupan kedepannya.

d. Model Non Direktif

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

26

Penggunaan model ini bertujuan untuk membantu siswa

mengaktualisasikan dirinya. Langkah-langkah pembelajaran

nondirektif :

1) Menciptakan situasi yang permisif melalui ekspresi bebas.

2) Pengungkapan, siswa mengungkapkan perasaan, pemikiran dan

masalah-masalah yang dihadapinya, guru menerima dan

memberikan klarifikasi.

3) Pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan

masalah-masalah, guru memberikan dorongan.

4) Perencanaan dan penentuan keputusan, siswa merencanakan dan

menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi.

5) Integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan

membanggakan kegiatan-kegiatan positif, guru membantu

mengembangkan (Nana, 2011:192-194). Model ini mengacu

kepada pengaktualisasian diri siswa supaya siswa dapat

mempunyai pemahaman yang lebih luas. Dengan model ini siswa

juga dapat memberikan perencanaan dan keputusan yang lebih

baik.

Model-model strategi pembelajaran diatas harus diterapkan kepada

setiap siswa, supaya siswa memiliki sikap afektif yang baik dan tentunya

memiliki jiwa kepribadian yang peduli serta dapat memahami nilai-nilai

yang ada didiri masing-masing siswa tersebut.

5. Penerapan Strategi Pembelajaran

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

27

Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran sangat

tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang

ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber

belajar, dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi

pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan

strategi pembelajaran yang akan digunakan.

a. Tujuan Pembelajaran

Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : tujuan pembelajaran ranah

kognitif, tujuan pembelajaran ranah afektif, dan tujuan pembelajaran

ranah psikomotorik.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat

pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemapuan awal, gaya

belajar, kepribadian, dan sebagainya.

Karakteristik siswa yang amat kompleks tersebut harus juga

dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang

akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik tersebut,

maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak dapat mencapai

hasil belajar secara maksimal.

c. Karakteristik/Struktur Bidang Studi

Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara

bagian-bagian suatu bidang studi. (Made, 2011: 14-16)

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

28

Guru harus mempunyai kemampuan yang baik guna mengetahui dan

dapat menganalisis suatu kondisi pembelajaran. Dengan kemampuan yang di

miliki oleh guru tersebut maka proses penerapan strategi pembelajaran dapat

berjalan dengan baik serta akan menghasilkan proses hasil belajar yang sesuai

harapkan.

B. Ranah Afektif dalam Pembelajaran

1. Pengertian Ranah Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut

keaneragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa,

senang, benci, was-was dan sebagainya. Tingkah laku sperti ini tidak

terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga

dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. (Muhibbin, 2011:121)

Afektif menyangkut berbagai proses mental yang melibatkan

antara lain : emosi, perasaan (feeling), suasana hati (mood) dan

temperamen. Afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya

namun tidak termasuk yang bersifat volisional (volition) atau keinginan-

keinginan tertentu. Aspek utama emosi adalah pengalaman subyektif

terkait dengan perubahan-perubahan fisiologis serta perilaku.

Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut

merupakan hasil pengelaman subyektif individu. Emosi tumbuh dan

berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan

kepribadian seseorang yang juga memliki fungsi adaptif demi

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

29

mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup (Monty,

2003:67-68).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa afektif adalah suatu tingkah laku yang menyangkut mengenai

perasaan, emosi, suasana hati yang berupa rasa sedih, gembira, senang,

takut, cemas dan lain sebagainnya.

Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari

dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu

tingkah laku yang tampak. Emosi yaitu warna afektif yang kuat dan

ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Perubahan-perubahan fisik

tersebut antara lain berupa :

a. Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.

b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah.

c. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.

d. Pernapasan bernapas panjang bila kecewa.

e. Pupil mata besar bila marah.

f. Liur mengering bila merasakan takut atau tegang.

g. Bulu roma berdiri bila takut.

h. Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar

(tremor)

i. Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang

menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif (Sunarto, 2013:150).

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

30

Semua orang mempunyai sifat emosi dan emosi tersebut dapat terjadi

kapan saja. Apabila seseorang emosi maka dapat dilihat akan terjadi

beberapa perubahan yang terdapat pada dirinya, perubahan tersebut sesuai

dengan pernyataan diatas.

Menurut pendapat James C. Coleman, mengemukakan beberapa cara

untuk memelihara emosi yang konstrukstif, antara lain :

a. Bangkitkan rasa humor, yang dimaksud rasa humor di sini adalah rasa

senang, rasa gembira, rasa optimisme.

b. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkan emosi yang

negatif.

c. Berorientasi pada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak

dan sasaran yang akan dicapai.

d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif

Memelihara amarah dan emosi sudah dijelaskan juga di dalam Q.s Ali Imron ayat

134 yang berbunyi:

Artinya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang

berbuat kebajikan.( Qs. Ali Imron:134). (Nana, 2011:86-87).

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

31

Pernyataan diatas adalah cara untuk memelihara emosi supaya emosi

yang terjadi pada diri seseorang itu tidak bersifat yang negatif. Dengan

terpeliharanya emosi seseorang maka emosi itu akan bersifat positif dan

tidak akan mengganggu kepribadian orng tersebut serta tidak mengganggu

lingkungan sekitarnya.

Munculnya emosional dapat merubah kondisi fisik seseorang,

terkadang perubahan fisik yang dikarenakan oleh timbulnya emosi tersebut

terlihat kuang baik. Supaya emosi yang muncul itu terlihat baik pada

perubahan fisik maka seseorang harus pandai mememlihara emosinya

tersebut dengan membangkitkan rasa humor, selalu memelihara emosi

yang positif dan mengurangi emosi yang bersifat negatif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi anak bergantung pada faktor kematangan dan

faktor belajar. Perkembangan intelektual menghasil kemampuan untuk

memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu

rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi

terarah pada satu objek. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan

emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain

adalah :

a. Belajar dengan coba-coba

b. Belajar dengan cara meniru

c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by

identifycation).

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

32

d. Belajar melalui pengkondisian

e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan,

terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2013:156-158).

Perkembangan emosi yang terdapat pada diri seorang anak itu

tergantung kematangan sikap belajar anak tersebut. Faktor kematangan

intelektual juga dapat berpengaruh pada emosi anak yang mengarah ke

segi positif. Seperti halnya seorang anak yang belum dapat memahami

makna sesuatu hal tetapi dengan kematangan intelektualnya itu, anak

tersebut dapat memahamin dengan baik sehingga emosi anak dapat terarah

pada suatu titik yang baik.

3. Teori Bloom Pada Pembelajaran Afektif

a. Penerimaan (Receiving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan memberikan terhadap

stimulus yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah

dalam domain afektif.

b. Responsive (Responding)

Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu

termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu

kejadian.

c. Nilai yang dianut (Value)

Mengacu pada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek

atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima , menolak,

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

33

atau tidak menghiraukan.tujuan-tujuan tersebut dapat diklarifikasi menjadi

sikap dan opresiasi .

d. Organisasi (Oraganization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang

membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan

membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang

tercermin dalam suatu filsafat hidup.

e. Karakterisasi (Characterization)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat

berkembang teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan

lebih mudah diperkirakan. (Purwa, 2016:249

4. Tipe Karakteristik Afektif

a. Nilai

Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang

dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih

alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam prespektif

Spranger, kepribadia manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-

nilai dan kesejarahan. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan

individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang

dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai.

b. Moral

Moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam

kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Moral pada dasarnya

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

34

merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus

dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur

perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan

masyarakat. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang sdiperlukan

seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis,

adil dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya

kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan

(Ali, 2006 : 134)

Menurut pendapat Michel ada lima perubahan dasar dalam moral

yang harus dilakukan oleh remaja , antara lain :

1. Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih

abstrak.

2. Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang

pada apa yang salah.

3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif.

4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal (Sunarto,

2013:171).

Kelima dasar moral tersebut harus dipenuhi oleh remaja supaya

dalam perubahan moralnya dapat bersifat positif. Dalam perubahan

moral tersebut juga harus dilakukan dengan berhati-hati dan

diperlukan keyakinan serta pemahaman yang matang supaya remaja

tidak salah dalam memahami sesuatu yang sedang dihadapinya.

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

35

Menurut pendapat John Dewey tahap perkembangan moral dibagi

menjadi tiga yaitu :

1. Tahap Pramoral

Ditandai bahwa anak belum menyadari keterikatannya pada aturan.

2. Tahap Konvensional

Ditandai dengan berkembangnya kesadaran akan ketaatan pada

kekuasaan.

3. Tahap Otonom

Ditandai dengan berkembangnya keterikatan pada aturan yang

didasarkan pada resiprositas.

c. Sikap

Menurut pendapat Fishbein, sikap adalah predisposisi emosional

yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek.

Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan

mempengaruhi perilaku. Sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata

atau tindakan yang merupakan respon reaksi dari sikapnya terhadap objek,

baik berupa orang, peristiwa atau situasi (Ali, 2006 : 136-141).

Karakteristik afektif harus memuat tiga nilai tersebut, karena ketiga aspek

tersebut sangatlah penting untuk perkembangan afektif siswa. Ketiga

aspek itu sangat berkaitan dan saling berkesinambungan, apabila ketiga

aspek tersebut tidak terpenuhi maka perkembangan segi afektif kurang

baik atau jauh dari harapan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang guru di

sekolahan.

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

36

Adapun upaya untuk mengembangkan nilai, moral dan sikap

remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan :

a. Menciptakan komunikasi.

Komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-

nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa

bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan

nilai-nilai moral, tetapi anak harus dirangsang supaya lebih aktif.

Remaja juga harus diberi kesempatan berpartisipasi untuk

mengembangkan aspek moralnya.

b. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi.

Lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat

bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan

sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai

pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.

Harus diperhatikan juga bahwa satu lingkungan yang lebih

banyak bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan

akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan-

larangan dan peraturan yang serba membatasi (Sunarto, 2013:178-180).

Untuk mengembangkan tiga aspek tersebut yang dilakukan oleh

seorang guru adalah menciptakan komunikasi yang baik kepada siswa,

supaya setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru mudah tertangkap

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

37

oleh pemahaman siswa. Setelah siswa dapat memahamin materi yang

disampaikan oleh guru maka siswa tersebut akan mengolah pembelajaran

atau materi tersebut dengan baik dan akan terbentuknya kecerdesan

kognitif, afektif serta kecerdasan psikomotorik yang baik.

Selain itu guru harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang

kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Supaya situasi dan kondisi

di kelas dapat nyaman saat guru menyampaikan materi dan menerapkan

strategi pembelajarannya. Lingungan sosial terdekat bagi siswa juga harus

diperjatikan, karena itu adalah faktor terbesar dalam penunjang

pembentukan sikap siswa kedepannya. Lingkungan sosisal yang positif

pasti akan mempengeruhi kecerdasan afektif yang sangat bagus dan

pribadi siswa akan terbentuk dengan baik sesuai tujuan yang di harapkan

oleh orang tua maupun guru di sekolah.

C. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Menurut bahasa aqidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh.

sedangkan pengertian aqidah menurut Hasan Al Bana adalah beberapa

perkara yang wajib diyakini kebenerannya oleh hati, mendatangkan

ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun

dengan keragu-raguan. (Deden, 2013:86)

Menurut Abu Bakar Al-Jazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran

yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal,

wahyu, dan fitrah (Deden, 2013: 86). Berdasarkan pendapat para tokoh

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

38

diatas, dapat disimpulkan bahwa aqidah yang benar yaitu aqidah yang

dapat dipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karena sesuai

dengan fitrah manusia.

Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun”, jamak dari (kholaqa,

yakhluqu, kholaqun). Yang secara etimologi berasal dari budi pekerti,

tabiat, perangai, adat kebiasaan, perilaku dan sopan santun. Sedangkan

menurut pendekatan terminologi yang diuraikan oleh Ibn Miskawaih,

akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

lebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap

yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan

dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan

pertimbangan (Umiarso, 2010: 105-106). Berdasarkan pendapat para

tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak yang

dijabarkan oleh kedua tokoh itu saling melengkapi, yaitu sifat yang

tentram kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang

dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah

menjadi kebiasaan.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian aqidah akhlak

adalah suatu ikatan atau perjanjian yang kokoh di dalam hati manusia

yang dapat mendorong manusia untuk melakuka perbuatan-perbuatan

tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

39

Pembelajaran aqidah akhlak merupakan uapaya pendidik untuk

membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sesuai dengan

ajaran agama Islam agar mereka hidup layak, bahagia sejahtera dunia

dan akhirat. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk

membelajarkan seseorang atau kelompok melalui berbagai upaya

(effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Abdul, 2012: 109).

Pengajaran akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian manusia, dalam

arti bagaimana sistem atau norma mengatur hubungan manusia dengan

Allah, hubungan manusia dengan manusia yang menjadi kepribadian

sesorang itu sendiri.

Pengajaran akhlak membentuk batin sesorang. Pembentukan ini

dapat dilakukan dengan memberikan pengertian buruk baik dan

kepentingannya dalam kehidupan, memberikan ukuran menilai buruk

dan baik itu, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan

memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. Pengajaran akhlak

membicaraan nilai sesuatu perbuatan menurut agama, membicarakan

sifat-sifat terpuji dan tercela menurut agama, membicarakan berbagai

hal yang langsung ikut memmpengaruhi pembentukan sifat-sifat itu

pada diri sesorang secara umum. Secara umum agama Islam telah

memperlihatkan contoh dan teladan yang baik dalam pelaksanaan

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

40

akhlak itu, terutama tingkah laku dan perbuatan rosul Allah pembawa

ajaran tentang tingkah laku (Zakiah, 2001 :71).

Islam banyak membimbing umat manusia dengan berbagai amalan,

dari amalan hati seperti aqidah, hingga amalan seperti ibadah. Namun

semua amalan itu sesungguhnya merupakan sarana pembentuk akhlak

atau tingkah laku manusia yang beriman. Dengan kata lain, seluruh

sasaran utama dari seluruh perintah Allah di dunia ini adalah dalam

rangka membentuk akhlak manusia beriman agar dapat bertutur kata,

berfikir, dan berperilaku yang Islami. Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai

pedoman hidup umat Islam, menjelaskan kriteria baik dan buruknya

suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar menjelaskan tentang

kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak

menyebut Allah”(Departemen Agama RI, 2006:420).

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

41

Adapun ruang lingkup pembelajaran aqidah akhlak di madrasah

tsanawiyah meliputi :

a. Aspek akidah terdiri atas tujuan aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-

asma’ al-husna, iman kepada Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul

Allah, hari akhir dan qada’dan qadar.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, ta’at,

khauf, taubat, tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaah, tawadhu’,

khusnudzhon, tasamuh, dan ta’awun, berilmu, kreatif, produktif,

dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya’, nifaq, amaniah,

putus asa, ghadlab, tamak, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan

namimah (Yanuhar, 2007 : 17-18)

Ruang lingkup aqidah akhlak diatas menunjukkan bahwa siswa

harus dapat menguasainya dengan baik, apabila semua aspek tersebut

dapat dikuasai dengan baik oleh siswa maka kepribadian siswa akan

terbentuk dengan baik sesuai dengan tuntunan ajaran aqidah akhlak

Islam.

3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Adapun fungsi dari pembelajaran aqidah akhlak antara lain :

a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai aqidah Islam.

b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada

Allah.

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

42

c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah. Seperti yang

dijelaskan di dalam Qs. Ibrahim: 7.

Artinya: dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah

(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka

Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. Departemen Agama RI,

2006: 370).

d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan

beradat kebiasaan baik (Zakiyah, 2001:72)

Beberapa fungsi diatas diharapkan dapat berguna untuk

pembentukan kepribadian siswa agar menjadi pribadi yang sesuai

dengan ajaran aqidah Islam dan nantinya akan mendapat kebahagian

baik di dunia maupun di akhirat.

Tujuan dari pembelajaran aqidah akhlak dalam pembentukan

kepribadian siswa yaitu untuk :

a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan

beradat kebiasaan yang baik.

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

43

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri

berpegang pada akhlak mulia dan membenci yang rendah.

c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,

menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.

d. Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat membantu

mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk

orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan

menghargai orang lain.

e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul

baik di sekolah maupun di luar sekolah.

f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan

bermuamalah yang baik (Chabib, 2004:135).

Dapat disimpulkan bahwa dari tujuan pembelajaran aqidah akhlak

diatas yaitu untuk menciptakan siswa yang berakhlak mulia yang

mempunyai landasan aqidah yang kokoh di dalam hati tersebut. Dan

dikemudian hari siswa yang beranjak dewasa diharapkan dapat selalu

menjadi manusia yang berkualitas sesuai ajaran agama Islam.

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

44

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah Berdirinya MTs Negeri 1 Boyolali

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang

sudah cukup tua resmi berdiri pada tannggal 11 November 1979 yang

beralamat di Jalan Kemuning 32 Boyolali, Jawa Tengah kode pos 57313

dan nomer telepon (0276) 321643 dan pertama kali dikepalai oleh Bapak

Hsofjan. Pada waktu pertama kali di buka yaitu dalam penerimaan siswa

baru tahun pelajaran dengan jumlah hanya lokal 3 kelas dengan jumlah

siswa 30 siswa.

Kemudian setelah beberapa tahun dengan banyaknya dan letaknya

yang sangat strategis yaitu dekat dengan jalan raya yang mudah dijangkau

dengan kendaraan umum, sehingga setiap tahun dilakukan pembangunan

untuk menambah ruang kelas.

2. Letak Geografis

Letak geografis MTs Negeri 1 Boyolali sangat strategis karena

dekat dengan jalan raya tepatnya di Jalan Kemuning 32 Boyolali,

bangunan yang kokoh telah di renovasi dari tahun ke tahun membuat

tampilan gedung MTs Negeri 1 Boyolali menjadi semakin bagus dan

indah di pandang.

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

45

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali merupakan sekolah yang

melestarikan alam dan lingkungan, hal tersebut dibuktikan dengan

banyaknya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan di sekitar lingkungan MTs

Negeri 1 Boyolali.

3. Identitas Madrasah

a. Nama Madrasah : MTs Negeri 1 Boyolali

b. Alamat Madrasah

Jalan : Kemuning 32

Kalurahan : Banaran

Kecamatan : Boyolali

Kabupaten : Boyolali

Kode Pos : 57313

c. Status Madrasah : Negeri

d. Didirikan : Tahun 1978

e. Ijin Operasional : Tahun 1980

f. Waktu Belajar : Pagi

g. Jumlah Jam Pelajaran/Minggu

Kelas VII : 46 Jam

Kelas VIII : 46 Jam

Kelas IX : 46 Jam

h. Kepala Madrasah

Nama : Drs. H. Mushonif, M.Pd

NIP : 19571227198031003

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

46

Alamat Rumah : Mranggen, Demak

i. Kepala Tata Usaha

Nama : Suwandi

NIP : 195712271983031003

Alamat Rumah : Jl. Garuda, Banaran, Boyolali

4. Sarana Prasarana Yang Dimiliki

a. Luas Tanah : 8.082 m2

b. Luas Bangunan : 6.601 m2

c. Jumlah RJB : 28 Lokal

d. Ruang Kepala Madrasah : 1 Unit

e. Ruang Kantor/TU : 1 Unit

f. Ruang Guru : 1 Unit

g. Masjid : 1 Unit

h. Lapangan Olahraga : 1 Unit

i. Ruang Perpustakaan : 1 Lokal

j. Ruang BP : 2 Lokal

k. Ruang UKS : 1 Lokal

l. Aula : Tidak Ada

m. Lab. IPA : 1 Unit

n. Lab. Bahasa : 1 Lokal

o. Ruang Kesenian : Tidak Ada

p. Ruang Ketrampilan : 1 Lokal

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

47

q. Lab. TIK : 2 Ruang

5. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali

a. Visi MTs Negeri 1 Boyolali

Mencetak siswa terdidik, terampil, cerdas dan berbudaya atas dasar

iman dan taqwa.

b. Misi MTs Negeri 1 Boyolali

1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan

berbudaya bangsa sehungga menjadi sumber kearifan dalam berkreasi

dan bertindak.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,

sehingga setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal.

3) Menumbuhkan semangat belajar kepada segenap warga madrasah.

4) Mendorong dan membantu kepada peserta didik untuk mengenal bakat

dan potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

5) Menerapkan managemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga

Madrasah dan Komite Madrasah.

6) Mengusahakan dan mengembangkan sarana prasarana dan tenaga skill

sebagai pendukung dan penunjang pelajaran keterampilan.

c. Tujuan MTs Negeri 1 Boyolali

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah

SWT.

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

48

2) Meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mengupayakan

pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan sikap perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.

4) Meningkatkan nilai akademis baik semester mamupun ujian akhir.

5) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan bahasa Inggris.

6. Daftar Nama-nama Guru dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali

Tabel Guru

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

49

NO NAMA GURU Tabel

Ruang/Gol

Ijazah/Jurusan

1. Hapsoro Purnomo, S. Pd IV/b S1 PAI

2. Dra. Eni Sulistiyani IV/a S1 PKN

3. Dra. Tatik Haryanti IV/a S1 Ekonomi

4. Wafirotun, S. PdI IV/a S1 PAI

5. Supriyono, S. PdI IV/a S1 PAI

6. Dra. Dyah Purwati IV/a S1 PAI

7. Dahlan Muttaqin, S. Pd IV/a S1 B. Indonesia

8. Dra. Rusdiana IV/a S1 B.Inggris

9. Drs. Ahmadi IV/a S1 Matematika

10. Drs. Safarudin IV/a S1 Ilmu Sosial

11. Dra. Herta Nurhayati, M. Pd IV/a S2 B.Indonesia

12. Sri Suharni, S. Pd IV/a S1 B.Inggris

13. Heri Padmono, S. Pd IV/a S1 Matematika

14. Sri Wahyuni, S. PdI IV/a S1 PAI

15. Nur Aida, S. Ag IV/a S1 B.Inggris

16. Sarifah Erni Listiyani, S. Pd IV/a S1 IPA

17. Siti Zubaidah, S. Ag IV/a S1 B.Arab

18. Mustofa, SE IV/a S1 Ilmu Sosial

19. Masjhudi, S. PdI IV/a S1 PAI

20. Siti Aminah, S. PdI IV/a S1 PAI

21. Mahmudah, S. Pd IV/a S1 PKN

22. Tri Yuniati, S. Pd IV/a S1 PAI

23. Dra. Hj. Mutiah Hayati IV/a S1 PAI

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

50

24. Ruminah, S. Pd IV/a S1 Matematika

25. Thoha, S. PdI IV/a S1 PAI

26. Marsono, S. Pd Fis IV/a S1 Fisika

27. Drs. Rahmad Sadiman IV/a S1 Kimia

28. Wagiman, S. Pd IV/a S1 Matematika

29. Sugiyanti, S. Pd IV/a S1 B. Inggris

30. Andi Witarto, S. Pd IV/a S1 B.Inggris

31. Sayidatul Wadhiyah, S. Pd IV/a S1 Ilmu Sosial

32. Sutari, S. Pd IV/a S1 B.Indonesia

33. Dra. Darmi Sasanti III/d S1 Ilmu Sosial

34. Sri Suwanti, S. Pd III/d S1 B. Indonesia

35. Sri Martini, S. Pd III/d S1 Psikologi

36. Abdul Latif, S. Ag III/d S1 B.Arab

37. Sutami, S. Si III/d S1 Fisika

38. Endah Noviyana Dewi, S. Pd III/d S1 Ilmu Sosial

39. Eko Slamet Haryanto, M. Or IV/a S2 Pendidikan OR

40. Rosyid Eko Priyono, M. Pd IV/a S2 Matematika

41. Sri Wuryani, S. Pd III/d S1 Psikologi

42. Atik Baroroh, S. Ag III/c S1 PAI

43. Wachidah Indriyani, S. Ag III/c S1 PAI

44. Taufik Hidayat, S. Ag III/c S1 PAI

45. Idha Purwaningsih III/b S1 B. Indonesia

46. Suyamti, S. Pd III/b S1 Matematika

47. Dyah Inayati Munawaroh,

S.Si

III/b S1 Matematika

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

51

48. Heru Santoso, S.Pd III/b S1 B. Indonesia

49. Joko Prihantoro, S.Pd III/b S1 Fisika

50. Khanif Muslim, A. Md III/a D3 Matematika

51. Suwarjo, S. Si III/a S1 TIK

52. Lusi Sulistiowati, S.Pd III/b S1 IPA

53. Galuh Ambarwati, S.Pd III/a S1 Psikologi

54. Darmastuti, S.Psi III/a S1 Psikologi

55. Lilis Tri Setyaningsih III/a S1 Kesenian

56. Muh Cholik Abidin, S.PdI III/a S1 PAI

57. Adi Wirasta, S.Sn III/a S1 Kesenian

58. Ina Tri Winursiti, S.Pd III/a S1 B. Asing

59. Wiwik Sukaningsih, S.Pd III/a S1 Psikologi

60. Muhammad Anshori, S. Ag III/a S1 B. Arab

61. Ichwan Budi Prasetyo, S. Pd III/a S1 Kesenian

62. Azys Syaiful Anwar, S. Pd III/a S1 B. Inggris

63. Tri Widayanik, S.Pd III/a S1 B. Inggris

64. Arini Taswiyati, S.Pd III/a S1 Kesenian

65. Irawati Wakhidah, S.PdI III/a S1 PAI

66. Rofiq Tri Oktafianto, SE III/a S1 Ilmu Sosial

67. Wahyu Purwantiningsih, S.Pd III/a S1 Kesenian

68. Nur Rochmah, SE III/a S1 Ilmu Sosial

69. Muhammad Yanuar, A. Md III/a D3 TIK

70. Tri Wiyati, S. Pd III/a S1 B. Indonesia

71. Oviana Dyah Puspitasari, S.

Pd

S1 B. Indonesia

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

52

7. Daftar Staf Tata Usaha dan Karyawan MTs Negeri 1 Boyolali

Tabel Staf Tata Usaha dan Karyawan

NO STAF TATA USAHA KARYAWAN

1. Suwandi Purwanto

2. Sumarno Aswanto

3. Wiwik Hartati Mahmudah Samadi

4. Muhammad Thoha Rahmat Haryanto

5. Mubasir Suyatno

6. Dinda Citrawati

72. Fida Kusumawardani

Jariyaturrohmah, S. Pd

S1 B. Inggris

73. Arif Pranoto, S. Pd S1 Pendidikan OR

74. Mubasir II/b S1 PAI

75. Sulistiawan, S. Fil III/b S1 Filsafat

76. Suwandi S1 TU

77. Drs. H. Mushonif, M. Pd IV/b S2 Manageman Pendidikan

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

53

8. Gambaran Informan

Hasil catatan lapangan yang dilakukan selama pengumpulan data,

peneliti memaparkan biodata masing-masing informan.

1). Informan yang pertama yaitu kepala madrasah tsanawiyah negeri 1

Boyolali yang bernama bapak Drs. H. Mushonif, M.Pd, beliau lahir di

Kediri pada tanggal 27 Desember 1957. Beliau sekarang bertempat

tinggal di Bandung Rejo, Mranggen, kabupaten Demak. NIP beliau yaitu

195712271983031003, dengan pangkat/golongan pembina tingkat 1 IVb.

Riwayat pendidikan beliau yang pertama yaitu SD Kediri kemudian

melanjutkan ke PGA Kediri, setelah itu beliau melanjutkan belajarnya S1

di perguruan tinggi IAIN Walisongo kemudian S2 di UNNES.

2). Informan yang kedua yaitu guru mata pelajaran aqidah akhlak yang

bernama bapak Amir Fadhil S.Pd.I. Beliau lahir di Boyolali tanggal 26

Desember 1963. Sekarang beliau bertempat tinggal di Sepet, Manggis,

Mojosongo, kabupaten Boyolali. Nama ayah beliau adalah bapak

Juwandi dan ibunya adalah ibu Siti Latifah, beliau mempunyai 2 saudara.

Riwayat pendidikan beliau yaitu Madrasah Ibtidaiyah Kopen, Teras

Boyolali kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah

Muhammadiyah Janti, kabupaten Klaten, setelah itu beliau melanjutkan

pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali. Perguruan tinggi

beliau yaitu S1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

54

3). Informan yang ketiga yaitu waka kurikulum yang bernama ibu Sri

Wahyuni S.Pd. Beliau lahir di Boyolali pada tanggal 19 Novermber

1969, sekarang bertempat tinggal di Bendosari, Doplang, Teras,

kabupaten Boyolali. Nama ayah beliau adalah bapak Sarwan dan ibunya

bernama ibu Inem, beliau mempunyai saudara yang berjumlah 10

saudara. Riwayat pendidikan beliau yaitu dari SD Karanggeneng

kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali,

setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di SMA Bhineka Karya

Boyolali. Perguruan tinggi beliau yaitu S1 di UNS.

4). Informan yang ke empat yaitu siswa yang bernama Widiyono Prasetiyo.

Widiyono adalah salah satu siswa kelas VIIIA yang penulis wawancarai.

Dia lahir di Boyolali tanggal 07 Desember 2001, sekarang siswa tersebut

bertempat tinggal di Sumur, Sukabumi, kecamatan Cepogo, kabupaten

Boyolali. Riwayat pendidikan Widiyono yaitu Madrasah Ibtidaiyah

Sukabumi kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali yang sekarang dia sebagai siswa di kelas VIIIA.

5). Informan yang ke lima adalah siswi kelas VIIIA yang bernama Oktavia

Wida Yanti. Dia lahir di Sumedang tanggal 29 Oktober 2002, sekarang

Oktavia bertempat tinggal di dusun Koplak, Tegalsari, kecamatan

Siswodipuran, kabupaten Boyolali. Riwayat pendidikan Oktavia yaitu

Madrasah Ibtidiyah Cibeusi kemudian melanjutkan sekolah menengah

pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali yang sekarang

termasuk salah satu siswa di kelas VIIIA.

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

55

A. Temuan Penelitian

1. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak pada Siswa.

Strategi mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

akhlak kepada siswa adalah merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan metode pembelajaran dan mengembangkan ranah afektif pada

siswa dalam lingkungan pembelajaran aqidah akhlak. Pendidik harus tepat

dalam menggunakan strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa. Penggunaan strategi yang tepat

berguna supaya menghasilkan atau menciptakan peserta didik yang

berkualitas di dalam diri siswa tersebut. Sebagai contoh di Madrasah

Tsnawiyah Negeri 1 Boyolali sudah menerapkan strategi untuk

mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah

akhlak. Salah satu strateginya yaitu MTs Negeri 1 Boyolali telah menerapkan

kurikulum 2013 guna mengembangkan ranah afektif siswa. Seperti halnya

yang telah diungkapkan oleh kepala madrasah yaitu MF:

“Pada saat ini di madrasah sedang menggunakan kurikulum

kurtilas, dan pembelajaran aqidah akhlak ini merasuk ke arah afektif ya.

Saya sebagai kepala madrasah disini melihat bahwa ranah afektif siswa

yang sekolah disini sudah baik, kenapa dapat dikatakan demikian mas?

Karena disini adalah sekolah menengah pertama yang berbasis agama

Islam, dan ditunjang dengan penerapan kurtilas itu. Selain itu mata

pelajaran agama Islamnya lebih komplit daripada sekolah menengah

pertama yang umum. Apalagi ada pembelajaran aqidah akhlak untuk

mendukung ranah afektif siswa untuk lebih baik lagi. Walaupun dikatakan

lebih baik dari sekolah menengah pertama yang umum tetapi masih ada

jenjang kelas yang belum menguasai ranah afektifnya dengan baik yang

sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Dapat dikatakan di kelas

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

56

VII,VIII dan IX pasti ada siswa yang belum dapat menguasai ranah

afektifnya dengan baik.”(MF, 16 Mei 2017/10:15 wib).

Strategi pengembangan ranah afektif yang telah diterapkan oleh pihak

madrasah itu sudah termasuk dalam kategori baik, karena sudah banyak

siswa-siswa yang telah menunjukkan sikap afektifnya di sekolahan. Akan

tetapi berbeda di kelas VIIIA yang siswa-siswinya sebagian besar belum

dapat menunjukkan sikap afektifnya. Hal ini senada dengan ungkapan guru

mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF:

“Ya menurut saya itu pembelajaran aqidah akhlak di madrasah ini

cukup baik, akan tetapi di kelas VIIIA itu anak-anaknya belum terlalu

ingin mengetahui aqidah akhlak, kalau tentang materinya aqidah sendiri

anak-anak itu hafal tetapi kurang memahaminya lebih dalam gitu, apalagi

untuk kebutuhan ranah afektifnya itu juga kurang dikuasainya. Bisa

dikatakan anak-anak itu pemahamannya relatif masih kurang serius dalam

memahami aqidah akhlak tersebut. Kurangnya pemahaman aqidah akhlak

di anak-anak itu memberikan dampak yang besar nantinya, seperti yang

saya lihat sehari-hari itu anak-anak belum banyak menampakan ranah

afektifnya dengan baik”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).

Kurangnya penguasaan ranah afektif di kelas VIIIA juga disoroti oleh

beberapa guru, bahkan telah dipantau oleh waka kurikulum yang juga sudah

mengetahui pribadi siswa-siswi di kelas tersebut. Hal itu sesuai dengan yang

ungkapan oleh waka kurikulum madrasah yaitu ibu SW tentang gambaran

ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIIIA :

“Pandangan saya selaku waka kurikulum begini mas, siswa-siswi

di kelas VIIIA itu ranah afektifnya ada yang sudah baik dan sebagian ada

yang belum menguasai ranah afektif yang sesuai aqidah akhlak. Mungkin

itu dikarenakan dari segi kognitifnya siswa-siswa yang berbeda dalam

memahami pembelajaran aqidah akhlak ya mas. Sebenarnya madrasah sini

itu sudah berupaya yang terbaik untuk mengembangkan pribadi siswa-

siswi, akan tetapi ya guru-guru dihadapkan dengan masalah seperti itu jadi

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

57

guru-guru harus pinter-pinternya menerapkan strategi untuk

mengembangkan ranah afektif siswa”. (SW, 10 Mei 2017/09.35 wib).

Melihat kurangnya penguasaan ranah afektif siswa dalam

pembelajaran aqidah akhlak tersebut, pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali yang diantaranya kepala madrasah beserta guru-guru telah

menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa. Beberapa

strategi telah ditempuh yaitu seperti belajar dengan sistem tatap muka

langsung dengan guru-guru, pembiasaan salaman antara guru dengan siswa-

siswinya yang dilakukan setiap pagi di gerbang sekolah, dan lain-lain. Hal

seperti itu telah diterapkan setiap hari dan sesuai dengan ungkapan dari

kepala madrasah yaitu bapak MF:

“Sebelum berbicara ke arah strategi mengembangkan ranah afektif siswa,

menurut saya ranah afektif itu tidak dapat dibentuk bila tanpa proses, tidak

ada orang tingkah lakunya baik yang tanpa proses untuk membentuknya

seperti itu. Nah... sekolahan ini menerapkan pembentukann ranah afektif

siswa melalui proses pembelajaran diantara yaitu sistem tatap muka atau

belajar dikelas, adanya pembiasaan di lingkungan sekolah contohnya guru-

guru setiap pagi jam setengah tujuh sudah berdiri di depan gerbang untuk

membiasakan ranah afektif siswa itu baik serta diharapkan dapat

membentuk akhlak anak itu menjadi baik juga. Kemudian berangkat dari

rumah diharapkan anak-anak pamitan dan minta doa restu kepada kedua

orang tuanya”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).

Strategi diatas telah diterapkan oleh pihak madrasah guna untuk

mengambangkan ranah afektif siswa supaya sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak. Guru mata pelajaran aqidah akhlak di madrasah tersebut juga

menerapkan strategi untuk mengambangkan ranah afektif siswanya di kelas.

Salah satu contohnya yaitu menggunakan model strategi pembelajaran seperti

model pembentukan rasional, model konsiderasi, model menilai dan lain

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

58

sebagainya. Hal itu dibuktikan oleh ungkapan guru mata pelajaran aqidah

akhlak bapak AF:

“Melihat permasalahan di kelas VIIIA yang siswanya kurang

menguasai ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak, yaa... saya

sebagai guru aqidah kelas VIII ya mengambil tindakan. Strategi yang saya

gunakan untuk mengembangkan ranah afektif siswa ya pertama dalam

melangsungkan pembelajaran itu kan ada kegiatan pendahuluan, kegiatan

pendahuluan itu saya gunakan untuk menciptakan minat anak-anak agar

tertarik untuk belajar aqidah. Nah... yang kedua penyampaian materi,

dalam penyampaian materi aqidah saya melakukan dengan model

konsiderasi, kadang saya menerapkan model pembentukan rasional, model

menilai, atau malah kadang menerapkan dengan model non direktif.

Apabila penyampaian materi sudah selesai, saya melakukan tes atau

evaluasi dari pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Selain cara

seperti itu, saya juga mengajak anak-anak setiap pagi sebelum KBM

dimulai itu anak-anak melaksanakan sholat dhuha. Dan harapan saya

sebagai guru aqidah itu anak-anak dapat menerapkan ke dalam ranah

afektifnya sehari-hari baik disekolahan maupun di lingkungan

masyarakatnya”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).

Penulis menggaris bawahi dari pernyataan kepala madrasah yaitu MF dan

AF diatas bahwa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali sudah menerapkan

strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak. Begitu pula dengan guru aqidah akhlak yaitu AF

sudah menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa khususnya

dalam pembelajaran aqidah akhlak dengan baik. AF menggunakan berbagai

model untuk mencapai tujuan yang baik guna membentuk pribadi siswa VIIIA

menjadi baik. Model yang digunakan adalah pertama menggunakan model

konsiderasi yaitu siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang

lain sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama dan hidup secara harmonis

dengan orang lain. Kedua menggunakan model pembentukan rasional (rational

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

59

building model) bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang

nilai-nilai. Ketiga klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan

pendekatan mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai

(valuing process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam

bidang kehidupan yang kaya nilai. Keempat model non direktif penggunaan

model ini bertujuan untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.

Penggunaan model tersebut diharapkan supaya ranah afektif siswa dapat terbentuk

dengan baik sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.

Beberapa strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa dalam

pembelajaran aqidah akhlak tersebut telah benar-benar dilaksanakan di

lingkungan MTs Negeri 1 Boyolali. Siswa-siswi di madrasah khususnya siswa-

siswi di kelas VIIIA telah mengungkapkan kebenarannya pihak madrasah telah

menerapkan beberapa strategi tersebut untuk menunjang perkembangan ranah

afektif siswa. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan siswa yang bernama WP

seperti ini:

“Betul banget mas itu, jadi bapak-ibu guru itu setiap pagi selalu berdiri

di depan gerbang sekolah untuk menyalamin siswa-siswi disini. Selain

menyalamin, bapak-ibu guru itu sering menegur teman-teman yang bajunya

kurang rapi atau rambutnya yang laki-laki sudah kelihatan panjang-panjang

gitu mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).

Selain pengakuan yang di ungkapkan oleh siswa yang bernama WP itu,

siswi kelas VIIIA yang bernama OW juga memaparkan kebenaran yang dia alami

di dalam kelas pada saat guru-guru sebelum memulai pembelajarannya sering

memulai dengan kegiatan tadarusan atau melaksanakan sholat dhuha terlebih

dahulu. Bahkan pada saat kegiatan belajar mengajar, siswa juga mengungkapkan

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

60

kebenarannya bahwa guru-guru menerapkan berbagai metode mengajar, terutama

guru mata pelajaran aqidah akhlak. Seperti halnya ungkapan siswi yang bernama

OW ini:

“iya mas seperti itu, bapak guru selalu sebelum memulai kegiatan belajar

dikelas pasti memulai dengan ndarus, kalau enggak ya ngajak sholat dhuha

dulu gitu mas. Kata pak guru agar belajarnya lancar gitu, terus ada juga bapak

guru yang pembelajarannya itu mengajak siswa pada aktif belajar gitu”.(OW.

16 Mei 2017/08.20 wib).

Penulis dapat menggaris bawahi bahwa yang telah dilaksanakan oleh

pihak madrasah semua itu benar adanya dan benar-benar di terapkan guna

pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak semua

siswa di madrasah, khususnya siswa-siswi di kelas VIIA tersebut.

2. Faktor Pendukung Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran

Aqidah Akhlak Pada Siswa.

Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat berhasil tidak lepas

dari adanya faktor pendukung. Faktor tersesbut dapat berasal dari faktor

internal siswa maupun faktor eksternal siswa itu. Bahkan strategi pembelajaran

yang diterapkan oleh guru dapat juga tidak berhasil karena adanya faktor

penghambat.

Beberapa faktor pendukung dalam mengembangkan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa itu diantaranya adalah dari faktor

keluarga. Keluarga terutama orang tua harus mendidik dan menanamkan nilai-

nilai yang baik untuk pengembangan ranah afektif anaknya dan tentunya

penanaman nilai-nilai itu dilakukan sejak kecil. Setelah faktor keluarga, faktor

dari lingkungan sekolahan juga berperan besar dalam pengembangan ranah

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

61

afektif siswa. Hal itu sesuai dengan ungkapan kepala Madrasah Tsanawiyah

Negeri 1 Boyolali yaitu bapak MF:

“Faktor pendukungnya itu apabila nilai-nilai aqidah dan akhlak di

tanamkan sejak dini. Yang dimaksud ditanamkan sejak dini itu adalah

ketika anak masih kecil dan masih dalam lingkup keluarga seharusnya

orang tua memulai untuk menamkan nilai-nilai yang bersangkutan untuk

pengembangan ranah afektifnya anak tersebut. Nilai-nilai tersebut adalah

nilai kesopanan, budi perkti, nilai agama. Setelah itu ketika anak masuk di

madrasah tsanawiyah, tugasnya guru semakin mudah karena anak sudah

mempunyai bekal dari dini mengenai ranah afektifnya. Di madrasah ini

untuk mengembangkan ranah afektif anak yang sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak yaitu adanya faktor pendukung yang berupa

penerapkan bimbingan kepribadian, tadarus setiap pagi, pembiasaan sholat

dhuha dan sholat berjam’ah ketika melaksanakan sholat dzuhur. Tentunya

semua kegiatan tersebut harus ada penyeimbang rasa kesadaran diri dari

anak-anak untuk melakukan kegiatan itu. Setelah kegiatan disekolahan

usai, diharapkan anak-anak itu menerapkan pembiasaan yang telah

berjalan di madrasah supaya kepribadiannya menguasai ranah afektif yang

baik. Semua yang akan diterapkan di rumah tentunya lingkungan keluarga

dan masyarakat juga harus mendukung itu”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).

Faktor pendukung untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang

sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak yang lain adalah faktor yang

berasal dari dalam diri siswa tersebut. Karena apabila siswa sudah

mempunyai kepribadian yan sudah baik maka dengan mudah pendidik untuk

mengembangkan ranah afektif siswa tersebut. Pernyataan itu sesuai dengan

ungkapan guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF:

“Ya menurut saya mas, faktor pendukung untuk mengembangkan

ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah itu dimulai

dari diri siswa tersebut. Apabila dalam kepribadiaannya siswa itu sudah

baik dan dapat diajak untuk melakukan kebaikan maka siswa tersebut lebih

mudah untuk merespon pembiasaan kegiatan ibadah yang ada di sekolah

ini. Contohnya saja pada saat saya ajak anak-anak kelas VIIIA untuk

melaksanakan sholat dhuha, itu sebagian besar sudah banyak yang

responnya baik dan mengerjakan sholat itu juga. Ada lagi pembiasaan

tadarus yang dapat menjadikan anak-anak itu lebih mencintai dan selalu

dekat dengan Allah serta kitabnya. Jadi dapat dikatakan bahwa

lingkungan sekolah ini juga termasuk faktor pendorong untuk

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

62

mengembangkan ranah afektif anak-anak, khususnya siswa-siswa kelas

VIIIA”.(AF, 10 Mei 2017/08.30 wib).

Pernyataan diatas ternyata selaras dengan ungkapan dari waka

kurikulum, akan tetapi beliau juga mengatakan bahwa anak-anak seusia itu

harus diajarkan tentang pengendalian emosi dalam diri siswa tersebut. Supaya

emosi siswa selalu terkontrol dan pastinya dapat bersikap lebih dewasa serta

dapat menguasai ranah afektif dengan baik. Seperti halnya ungkapan dari

waka kurikulum ibu SW:

“Yang telah di ungkapkan oleh bapak kepala madrasah dan pak

Amir yang itu benar mas, jadi faktor pendukung untuk mengembangkan

ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah itu yang

pertama datangnya dari pihak pribadi anak sendiri. Apakah aspek

fisiologis dan psikologis anak itu mendukung, apabila mendukung itu

tandanya salah satu faktor pendukung yang baik seorang guru untuk

mengembangkan ranah afektif siswa. Yang kedua faktor pendukung itu

datang dari pihak keluarga, apabila keluarga sangat memperhatikan

perkembangan pribadi anak pasti anak itu akan mempunyai ranah afektif

yang baik, tingkah laku dan pribadi yang baik tentunya. Faktor pendukung

terakhir yaitu dari pihak lingkungan masyarakat mas, lingkungan

masyarakat itu sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan afektif

anak, apalagi anak yang emosinya masih labil atau bahasa jawanya

“dhurung nduwe unggah-ungguh”. Jadi lingkungan masyarakat yang baik

juga merupakan salah satu faktor pendukung untuk mengembangkan ranah

afektif siswa yang seuai dengan pembelajaran aqidah akhlak, begitu ya

mas”.(SW, 10 Mei 2017/09.35 wib).

Untuk membuktikan pernyataan yang telah penulis dapat dari

wawancara dengan kepala madrasah, guru aqidah akhlak dan waka kurikulum

maka penulis melakukan wawancara juga dengan beberapa siswa kelas

VIIIA. Ternyata faktor pendukung yang dipaparkan oleh pihak madrasah itu

benar dan sesuai dengan yang diungkapkan oleh siswa yang bernama OW

seperti ini:

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

63

“Aku sejak kecil sudah disekolahkan yang berbasis Islam, jadi aku

itu disekolahkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini tidak

terlalu sulit untuk mengikuti semua kegiatan belajarnya ya. Mungkin

dikarenakan aku sudah terbiasa dekat dengan pembelajaran agama

Islam”.(OW, 16 Mei 2017/08.20 wib).

Hal yang sama juga dirasakan oleh siswa yang lain yaitu WP, akan

tetapi WP masih ada kesulitan dalam mengendalikan dirinya sendiri dan

kurangnya orang tua dalam memberikan nilai-nilai pembelajaran agama.

Seperti ungkapan WP pada saat penulis mewawancarainya di depan kelas:

“Kalau aku itu sejak kecil sebenarnya juga sudah disekolahkan

yang berbasis agama gitu, tapi pada saat MI aku masih sulit untuk

mengikuti pembelajaran agama Islamnya. Karena aku belajar agama Islam

itu hanya di sekolahan saja mas, di rumah itu orang tua seperti kurang

dalam mengasih pembelajaran agama Islam. Setelah masuk di Madrasah

ini aku mulai bisa mengikuti kegiatan keagamaan yang diterapkan di

sekolah ini. Yo, walaupun masih ada kesulitan untuk mengendalikan dari

diriku sendiri”.(WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).

Berbagai hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa ada beberapa

faktor pendukung dalam mengembangkan ranah afektif siswa dalam

pembelajaran aqidah akhlak diantaranya yaitu dari pribadi siswa sendiri yang

sudah baik dari aspek fisiologis dan psikologis, dari pihak sekolah atau

lingkungan sekolah yang telah menerapkan sistem praktek ibadah yang

berupa sholat sunah dhuha, tadarus yang sekarang sudah menjadi pembiasaan

setiap pagi sebelum KBM dimulai. Ditambah dengan adanya penerapkan

pembiasaan salaman setiap pagi hari didepan pintu gerbang oleh guru.

Selanjutnya yaitu lingkungan keluarga dan masyarakat termasuk salah ssatu

faktor pendukung yang baik guna mengembangkan ranah afektif siswa.

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

64

3. Faktor Penghambat Pengembangan Ranah Afektif Siswa Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa.

Dalam pengembangan ranah afektif siswa yang sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak maka diatas tadi adanya faktor pendukung untuk

mempermudahkan seorang pendidik untuk mengembangkan ranah afektif

siswa. Tentunya pada saat mengembangkan ranah afektif siswa, seorang

pendidik mengalami kesulitan atau menemukan faktor penghambatnya.

Faktor penghambat itu juga dapat datang dari semakin melesatnya arus

globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Faktor dari

keluarga selain dapat menjadi faktor pendukung juga dapat menjadi faktor

penghambat untuk mengembangkan ranah afektif anak, jika pihak orang tua

kurang memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya. Hal seperti

sesuai dengan yang di paparkan oleh kepala madrasah yaitu bapa MF:

“Faktor penghambatnya sangat banyak ya, melihat perkembangan

jaman sekarang ini saja arus globalisasi dan modernisasi itu sangat

perkembang pesat sekali mas. Adanya perkembangan tersebut maka

teknologi, budaya akan kebarat-baratan sangat mempengaruhi ranah

afektif siswa. Apabila anak mengggunakan kemajuan teknologi itu seperti

internet, hp dan lain-lain dengan prosedur yang salah maka secara otomatis

emosional anak akan mudah terbentuk tidak baik juga. Ditambah

pengawasan oleh keluarga yang sangat minim itu malah menjadikan anak

seenaknya sendiri. Faktor yang lain adalah keluarga, keluarga yang

kepribadian orang tuanya tidak pernah mengenyam pendidikan agama

maka dalam mengembangkan ranah afektif siswa itu akan sulit, contohnya

orang tua yang menyuruh anaknya untuk sholat “Le, wis adzan kae, ndang

sholat!” hal seperti ini akan di pahami oleh siswa dengan berfikir seperti

ini “Bapak ku wae jarang sholat kok aku malah dikon sholat ya?”

pemikiran sperti itulah yang nantinya akan menghambat pengembangan

afektif siswa. Selanjutnya yaitu pihak pribadi anak sendiri dan dari pihak

lingkungan masyarakat”.(MF, 16 Mei 2017/10.15 wib).

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

65

Selain faktor globalisasi, ada faktor dari lingkungan teman sebaya

yang dapat mempengaruhi pembentukan afektif anak yang kurang baik.

Seperti pergaulan malam dan anak suka kumpul-kumpul dengan teman yang

pribadinya tidak baik atau disebut dengan nongkrong. Faktor keluarga juga

dapat menghambat pengembangan ranah afektif anak, seperti yang telah

dipaparkan oleh MF diatas. Hal seperti itu sama dengan yang diungkapkan

oleh guru mata pelajaran aqidah akhlak yaitu bapak AF :

“Penghambatnya itu begini, pribadi siswa yang sudah terpengaruh

oleh budaya yang kurang baik, contohnya itu anak yang suka dalam

pergaulan malam, suka nongkrong sama teman-temannya dan nanti

akhirnya terpengaruh dengan budaya minum-minuman, balapan motor dan

lain-lain. Ditambah teknologi yang digunakan oleh anak itu dengan

prosedur yang tidak baik, contohnya untuk membuka hal-hal yang sara

atau yang berbau porno seperti itu. Hal-hal itu kan membuat afektif dan

membentuk pribadi siswa menjadi buruk.

Faktor lainnya yaitu dari keluarga juga sangat mempengaruhi lho,

apalagi di kelas VIIIA ini ada yang orang tuanya beragama non Islam.

Untuk mengembangkan afektif anak yang sesuai dengan pembelajaran

aqidah kan sulit itu bagi orang tuanya. Faktor yang terakhir itu berasal dari

lingkungan sekitarnya atau masyarakat ditempat tinggalnya”.(AF, 10 Mei

2017/08.30 wib).

Melihat faktor-faktor penghambat untuk mengambangkan ranah

afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak diatas, masih terdapat faktor

penghambat yang lain yaitu faktor dari dalam diri siswa masing-masing.

Selain itu faktor masyarakat juga dapat menjadi faktor penghambat apabila

lingkungan masyarakat yang ditempat tinggali oleh seoarang siswa itu adalah

lingkungan masyarakat yang kurang baik. Hal seperti itu sesuai yang

diungkapkan oleh waka kurikulum yaitu ibu SW ketika di wawancarai oleh

penulis:

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

66

“Kalau saya menggap faktor penghambat pengembangan ranah

afektif siswa itu berawal dari diri siswa sendiri, siswa yang kepribadiannya

jelek yang sudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik maka akan

sulit untuk diarahkan ke arah afektif yang baik. Selanjutnya faktor

keluarga, keluarga yang kurang memberikan kasih sayang, perhatian,

pendidikan dan penanaman nilai agama untuk anaknya sendiri itu juga

salah satu penghambatnya seorang anak untuk mempunyai sikap dan

perilaku yang baik. Apalagi anak yang sudah dengan mudah untuk

mengakses internet tanpa perhatian yang khusus dari orang tuanya, hal

ssperti itu akan memperburuk perkembangan emosional dan tingkah laku

anak tersebut. Pergaulan masyarakat yang menyimpang itu juga sangat

riskan dalam perkembangan ranah afektif anak”.(SW, 10 Mei 2017/09.35

wib).

Setelah penulis mengumpulkan beberapa pernyataan dari beberapa

pihak madrasah tentang faktor penghambat untuk mengembangkan ranah

afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak, penulis melakukan

wawancara juga dengan seorang siswa-siswi kelas VIIIA. Pernyataan yang

telah diungkapkan oleh beberapa pihak madrasah ternyata sesuai dengan yang

di paparkan oleh siswa kelas VIIIA yang bernama WP:

“Aku menggunakan jaringan internet itu jarang banget di pantau

sama bapak ibu, ya nek nggunakke ki aku langsung gunakke wae

mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).

Pernyataan yang telah diungkapkan oleh WP itu ternyata juga

selaras dengan ungkapan siswi yang bernama OW yang kemarin saya

wawancari di depan kelas VIIIA, dia berkata seperti ini :

“Sama mas, aku misal menggunakan internet langsung menggunakan

gitu aja, dan orang tuaku juga enggak mengawasi. Soalnya aku udah

punya hp sendiri”(OW, 16 Mei 2017/08.40 wib).

Memahami atas jawaban dari siswa-siswi kelas VIIIA tersebut,

kemudian penulis menanyai tentang lingkungan keluarga dan masyarakat

disekitar siswa tersebut guna untuk mendapatkan jawaban yang lebih pasti

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

67

dari siswa-siswi itu dan kemudian penulis akan mencocokan dengan paparan

dari beberapa pihak madrasah diatas. Hasil wawancara kepada siswa yang

bernama WP bahwa dia mengungkapkan seperti ini :

“WP : Keluargaku itu jarang melakukan sholat sih mas, kalau ibu itu

sholat mas, tapi bapak kadang-kadang. Terkadang bapak itu nyuruh aku

buat sholat gitu mas. Kalau lingkungan di desaku itu kebanyakan agama

Islam mas, tapi banyak juga yang tidak melakukan sholat, jarang juga ada

pengajian gitu. Teman desaku kebanyakan sekolah SMP, pergaulane iseh

sak-sak e”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).

Berbeda dengan jawaban yang dipaparkan oleh siswi yang bernama

OW, dia melakukan sholat karena orang tuanya melaksanakan sholat dan

lingkungan dilingkungan masyarakatnya ada sebuah pondok pesantren yang

dapat mendukung pengembangan afektif siswi tersebut. Akan tetapi

lingkungan di masyarakatnya juga ada yang kurang baik, sebagai contoh

banyak anak-anak seumuran dia yang pergaulannya kurang terkontrol.

Peristiwa sperti ini juga dapat menjadi faktor penghambat dalam

pengembangan ranah afektif siswi itu sendiri. Hal itu sesuai dengan yang

diungkapkan oleh OW:

“OW : Alhamdulillah keluargaku melakukan sholat, aku ya ikut-

ikut buat sholat to mas, hehe. Desaku deket sama pondok mas, jadi kadang

aku diajak bapak atau ibuk iku pengajian nek pondok iku. Tapi temen

desaku banyak yang enggak ikut pengajian malah pilih dolan gitu

mas”.(OW, 16 Mei 2017/08.40 wib).

Beberapa hasil dari wawancara diatas penulis dapat menggaris bawahi

bahwa faktor penghambat untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang

sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak adalah berasal dari diri pribadi

siswa itu sendiri. Kemudian faktor dari keluarga yang kurangnya perhatian

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

68

kepada anak termasuk faktor penghambat yang sangat berpengaruh pada

perkembangan afektif anak. Selain itu faktor lingkungan masyarakatyang jauh

dari nilai-nilai kehidupan baik nilai kesopanan, tanggung jawab,dan nilai

agama ditempat tinggal anak tersebut.

Pengembangan ranah afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran

aqidah itu dapat dilakukan di sekolahan. Di sekolah siswa dapat dipantau oleh

guru-guru supaya pribadi anak menjadi baik. Strategi pembelajaran aqidah

akhlak selalu di terapkan oleh guru dan oleh pihak madrasah guna

membentuk afektif anak lebih baik. Seperti halnya dalam pembelajaran tatap

muka seorang guru menerapkan metode pembelajaran yang efektif guna

membentuk dan mengembangkan afektif siswa. Pihak sekolah menerapkan

strateginya yaitu dengan menrapkan pembiasaan sholat dhuha, tadarus dan

sholat jama’ah dzuhur serta guru-guru mebiasakan penerapan salaman setiap

pagi di depan gerbang sekolah.

Apabila semuanya itu hanya mengandalkan dari peran sekolah maka

ranah afektif siswa yang baik itu kurang maksimal. Tentunya harus didukung

dan diimbangi oleh faktor dari pribadi anak itu sendiri, faktor keluarga dan

faktor lingkungan masyarakat yang mendukung guna membentuk dan

mengembangkan afektif siswa yang seuai dengan pembelajaran aqidah

akhlak.

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

69

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak Pada Siwa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun

Pelajaran 2016/2017.

Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali adalah sekolah menengah

pertama yang berbasis agama Islam. Siswa-siswinyapun semua beragama

Islam, MTs Negeri 1 Boyolali termasuk sekolah yang sudah menerapkan

kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Pada sampai saat ini juga tetap

menggunakan kurikulum baru tersebut. Kurikulum 2013 ini memberikan

porsi atau ruang kepada siswa agar lebih mengaktualisasikan diri mereka

supaya dapat berkembang dengan baik. Namun dengan seiring perkembangan

diri masing-masing siswa tersebut pihak sekolah ikut serta dalam

mengembangkan kepribadian siswa-siswi di madrasah. Pendidik di madrasah

dengan adanya kurikulum 2013 ini tugasnya hanya sebagai fasilitator atau

pendamping. Maksud dari fasilitator adalah guru hanya bertugas memberikan

pelayanan yang terbaik bagi perkembangan siswa-siswi di madrasah supaya

mempunyai kepribadian yang baik. Dengan diterapkannya kurikulum yang

baru ini maka diharapkan siswa-siswi mempunyai prestasi yang tinggi baik di

ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Siswa-siswi harus dapat

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

70

menguasai ketiga ranah tersebut supaya kedepannya menjadi pribadi yang

berkualitas.

Siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah negeri 1 Boyolali ini memang

mempunyai kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang

berbeda-beda. Apabila siswa mempunyai ranah kognitif dan psikomotorik

bagus maka ranah afektif juga harus dikuasai oleh masing- masing siswa.

Karena siswa-siswi yang dapat menguasai ranah afektif maka kepribadiannya

akan bagus dan dapat masuk ke kategori orang yang sholih dan sholihah.

Seperti fakta dilapangan atau di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali

pada saat ini, siswa-siswi di madrasah kebanyakan ranah afektifnya sudah

baik, namun masih ada juga siswa-siswi yang belum dapat menguasai ranah

afektif tersebut. Pernyataan diatas sesuai dengan ungkapan kepala madrasah

yaitu bapak MF yang mengatakan bahwa di setiap jenjang kelas baik di kelas

VII, kelas VIII dan kelas IX itu rata-rata masih terdapat siswa-siswi yang

belum dapat menguasai ranah afektif.

Terutama di kelas VIIIA yang penulis bidik dalam penelitian ini juga

masih terdapat siswa-siswi yang belum menguasai ranah afektif dengan baik.

Mayoritas siswa-siswi di kelas VIIIA ini dapat menguasi ranah kognitif dan

ranah psikomotorik dengan baik, akan tetapi ada kelamahan di ranah afektif

yang pada kenyataannya masih terdapat siwa-siswi yang belum menguasai

ranah tersebut dengan baik. Kurangnya penguasaan ranah afektif salah

satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri dari kepribadian siswa

tersebut. Apalagi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini pendidikan

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

71

agama Islamnya lebih banyak porsinya dibandingkan di sekolah-sekolah

menengah pertama yang berlabel umum. Di madrasah ini juga terdapat

pembelajaran aqidah akhlak dimana yang bertujuan untuk membentuk dan

mengembangkan akhlak setiap siswa-siswa supaya sesuai dengan ajaran

agama Islam. Akan tetapi fakta di lapangan masih banyak siswa-siswi yang

belum sadar akan kebutuhan mereka yang bersangkutan dengan kepribadian

mereka. Seakan-akan pembelajaran aqidah akhlak baik di lingkungan

madrasah maupun khususnya dilingkungan kelas itu diacuhkah oleh sebagian

siswa-siswi.

Melihat fenomena tersebut, pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolai baik dari kepala madrasah, pendidik, dan staff di madrasah tersebut

telah mengambil kebijakan untuk menanggulangi peristiwa seperti itu. Dari

pihak madrasah telah menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah

afektif pada siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak untuk mencetak

generasi yang Islami. Strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa yang ditempuh dari pihak madrasah

yaitu dengan menerapkan pengembangan ranah afektif yang dilakukan

dikelas atau dengan proses tatap muka antara guru dan murid yang

berlangsung di dalam kelas. Selanjutnya menerapkan budaya salaman antara

guru dengan siswa-siswi yang dilakukannya di depan gerbang sekolah.

Kemudian menerapkan pembiasaan sholat dhuha sebelum kegiatan

pembelajaran di mulai, lalu menerapkan kegiatan tadarus setiap pagi dan

memberikan nasihat kepada siswa-siswi supaya pada saat berengkat sekolah

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

72

dan pulang sekolah itu membiasakan budaya pamitan kepada kedua orang

tuanya.

Strategi yang lain juga diterapkan oleh guru mata pelajaran aqidah

akhlak yaitu bapak AF, beliau mengungkapkan bahwa telah mengembangkan

ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa di kelas VIIIA

dengan menggunakan model strategi pembelajaran yang bermacam-macam.

Sebelum menerapkan strategi pembelajaran untuk mengembangkan ranah

afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak, langkah yang paling utama

yang ditempuh oleh bapak AF sebagai guru aqidah akhlak adalah menentukan

tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran sangat penting untuk sebuah

keberhasilan guru dalam menuntaskan target-target materi yang diingikan

oleh seorang guru. Apalagi di ranah afektif, seperti yang beliau paparkan

bahwa tujuan pembelajaran aqidah akhlak itu adalah untuk membentuk dan

mengembangkan kepribadian masing-masing siswa-siswi khususnya di kelas

VIIIA supaya menjadi siswa-siswi yang berkualitas. Selanjutnya langkah

yang diambil oleh bapak AF yaitu memahami berbagai karakteristik masing-

masing siswa. Dengan dapat menguasai karakteristik siswa maka seorang

guru lebih mudah untuk menyampaikan materinya, tentunya siswa-siswi juga

mudah untuk menyerap materi yang disampaikan oleh seorang guru tersebut.

Selanjutnya guru harus dapat mengaitkan suatu pembelajaran bidang studi

yang satu dengan bidang studi yang lainnya. Hal ini dengan tujuan suapaya

siswa-siswi mampu mempunyai gambaran yang luas dari materi yang telah

disampaikan oleh seorang guru.

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

73

Setelah guru memahami beberapa hal yang diperlukan dalam

menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa, bapak AF menggunakan beberapa

model strategi pembelajaran untuk menunjang kegiatan pembelajaran di

dalam kelas, khususnya untuk mengembangkan ranah afektif siswa di kelas

VIIIA. Model strategi pembelajaran untuk mengembangkan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIIIA itu seperti model yang

pertama menggunakan model konsiderasi yaitu siswa didorong untuk lebih

peduli, lebih memperhatikan orang lain sehingga mereka dapat bergaul,

bekerja sama dan hidup secara harmonis dengan orang lain. Kedua

menggunakan model pembentukan rasional (rational building model)

bertujuan untuk mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.

Ketiga klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan

mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing

process) dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang

kehidupan yang kaya nilai. Keempat model non direktif penggunaan model

ini bertujuan untuk membantu siswa mengaktualisasikan dirinya. Penggunaan

model tersebut diharapkan supaya ranah afektif siswa dapat terbentuk dengan

baik sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.

Beberapa strategi yang ditempuh oleh pihak sekolah itu berguna untuk

mengembangkan ranah afektif siswa-siswi yang sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak. Harapan yang lain yaitu supaya siswa-siswi mempunyai

kepribadian yang berakhlaqul karimah sesuai ajaran agama Islam.

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

74

2. Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada

siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini sangat bagus

sekali. Apalagi adanya beberapa faktor pendukung untuk memudahkan pihak

madrasah mengembangkan ranah afektif siswa supaya kedepannya lebih baik

lagi. Khususnya di kelas VIIIA itu sendiri pengembangan termasuk mudah

karena ada beberapa faktor pendukung, akan tetapi ada juga sedikit kesulitan

yang dihadapi oleh pihak madrasah khususnya pendidik di kelas VIIIA itu.

Salah satu pendidik di madrasah tersebut yaitu bapak AF yang mengampu

mata pelajaran aqidah akhlak menyatakan bahwa ranah afektif siswa di kelas

VIIIA itu masih banyak yang belum menguasai dengan baik. Akan tetapi

apabila siswa-siswi di kelas VIIIA itu diarahkan untuk mengikuti

pengembangan ranah afektif baik dikelas maupun di lingkungan luar kelas,

siswa-siswi tersebut sangat mudah diajak untuk berpartisipasi dalam proses

pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak. Adanya

kemudahan untuk mengembangkan ranah afektif siswa tersebut tidak terlepas

dari faktor pendukung yang ada. Menurut kepala madrasah bapak MF, faktor

pendukung itu yang pertama datang dari keluarganya. Pihak keluarga

seharusnya sudah menanamkan nilai-nilai agama kepada anaknya sejak masih

kecil.

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

75

Dengan ditanamkannya nilai-nilai tersebut maka anak itu sudah

mempunyai dasar dan bekal agama yang ada didalam diri anak tersebut.

Dasar nilai agama yang sudah ditanamkan sejak kecil berfungsi untuk pan

jatan selanjutnya dalam mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai

dengan pembelajaran aqidah akhlak. Faktor pendukung yang dipaparkan oleh

bapak AF yaitu berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Apabila diri siswa

tersebut sudah ada kemauan untuk diarahkan ke arah yang baik, pasti sangat

mudah untuk dikembangan ranah afektifnya. Seperti yang dialami oleh bapak

AF selaku guru aqidah akhlak bahwa beliau sering mengajak siswa-siswi

kelas VIIIA ini untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum jam pelajaran

beliau di mulai. Banyak respon dari siswa-siswi yang baik untuk mengikuti

tindakan bapak AF guna mengambangkan ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak pada siswa-siswi di kelas tersebut.

Tindakan seperti itu selalu di ulang-ulang oleh bapak AF, namun

terkadang beliau selain mengajak siswa-siswi untuk melaksanakan sholat

dhuha, beliau juga membiasakan tadarusan sebelum kegiatan belajar

mengajar di mulai. Hal ini bertujuan supaya siswa-siswi di kelas VIIIA itu

mempunyai rasa cinta dan gemar untuk membaca ayat-ayat suci Allah dan

pastinya ranah afektifnya semakin terbentuk dengan baik. Kemudahan dalam

mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelaran aqidah akhlak ini

juga di dukung oleh latar belakang sekolah dasar yang ditempuh oleh masing-

masing siswa sebelum masuk ke Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini.

Kebanyakan siswa-siswi di kelas VIIIA yang bersekolah di MTs Negeri 1

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

76

Boyolali ini lulusan dari sekolah dasar yang berbasis agama Islam. Seperti

siswa kelas VIIIA yang bernama WP yang menyatakan seperti ini:

“Kalau aku itu sejak kecil sebenarnya juga sudah disekolahkan

yang berbasis agama gitu, tapi pada saat MI aku masih sulit untuk

mengikuti pembelajaran agama Islamnya. WP, 16 Mei 2017/08.40 wib).

Hal yang sama juga di sampaikan oleh siswi kelas VIIIA yang bernama

OW:

“Aku sejak kecil sudah disekolahkan yang berbasis Islam, jadi aku

itu disekolahkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini tidak

terlalu sulit untuk mengikuti semua kegiatan belajarnya ya. Mungkin

dikarenakan aku sudah terbiasa dekat dengan pembelajaran agama

Islam”.(OW, 16 Mei 2017/08.20 wib).

Dari sinilah pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali lebih

mudah dalam membentuk dan mengembangkan ranah afektif siswa-siswi

yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.

Faktor pendukung yang dipaparkan oleh pak AF tersebut telah

dilengkapi oleh ungkapan ibu SW selaku waka kurikulum, beliau

beranggapan bahwa faktor psikologis dan faktor fisiologis dari masing-

masing siwa itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan ranah afektif

siswa. Apabila faktor psikologis dan fisiologis yang ada didalam diri siswa

tersebut baik, maka siswa akan selalu mempunyai minat dan rasa semangat

untuk mengikuti semua strategi pengembangan ranah afektif yang

dilaksanakan dari pihak madrasah.

Selanjutnya yaitu faktor pendukung yang berasal dari lingkungan

sekolah atau madrasah itu sendiri. Siswa-siswi kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali sangat beruntung karena mereka bersekolah di sekolah menengah

pertama yang berbasis agama Islam. Lingkungan agamis yang sangat kental

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

77

membuat siswa-siwi kelas VIIIA mudah untuk mengembangkan dirinya

supaya menjadi lebih baik lagi, khususnya dalam ranah afektif siswa yang

sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali sangat berperan penting terhadap pengembangan ranah afektif siswa

yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Salah satu contohnya yaitu

dari pihak madrasah sudah menerapkan berbagai kebijakan yang berupa

pembiasaan-pembiasaan sholat dhuha, tadarus, sholat dzuhur berjamaah,

sampai penerapkan budaya salaman antara guru dengan murid yang dilakukan

di depan gerbang masuk madrasah. Hal sperti ini selalu ditingkatkan oleh

pihak madrasah supaya pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali

khususnya siswa-siswi yang berada d kelas VIIIA semakin baik.

Faktor pendukung yang terakhir berasal dari lingkungan masyarakat

siswa-siswi MTs Negeri 1 Boyolali, khususnya siswa-siswi yang berada di

kelas VIIIA. Pak AF mengatakan bahwa lingkungan masyarakat siswa-siswi

kelas VIIIA tersebut sangatlah bermacam-macam. Beliau mengatakan bahwa

lingkungan masyarakat siswa-siswi kelas VIIIA itu ada yang bertempat

tinggal satu wilayah dengan pondok pesantren, ada yang tempat tinggalnya

berada di masyarakat yang kurang mengenal agama Islam atau

pemahamannya tentang agama Islam itu minim sekali. Siswa-siswi yang

diuntungkan dalam pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

akhlak adalah siswa-siswi yang tempat tinggalnya dekat dengan lingkungan

pondok pesantren tersebut. Lingkungan masyarakat yang dekat dengan

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

78

pondok pesantren itu sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri anak.

Baik dari pengembangan segi akademis, psikomotorik bakhan dari segi ranah

afektifpun sangat diunggulkan perkembangannya. Maka dari itu lingkungan

masyarakat sangat berperan penting guna kemajuan kepribadian anak dan

sebagai penentu sikap serta tindakan anak kelak bila sudah menginjak usia

dewasa.

3. Faktor Penghambat Strategi Pengembangan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali dalam

mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran pada siswa kelas VIIIA

selain menemukan faktor pendukung diatas juga menjumpai beberapa faktor

penghambat dalam menerapkan strategi untuk mengembangkan ranah afektif

siswa.

Menurut kepala madrasah yaitu bapak MF menyatakan bahwa faktor

penghambat tersebut berupa perkembangan zaman pada sekarang ini. Dimana

sekarang masuk zaman era globalisasi dan era modernisasi, segala kemajuan

baik di bidang teknologi komunikasi berkembang sangat pesat sekali. Di

tandainya perkembangan teknologi itu terdapat berbagai smartphone dan

layanan internet yang sangat canggih serta mudah diakses oleh anak-anak

usia muda, khususnya siswa-siswa yang masih duduk dijenjang sekolah

menengah pertama seperti di kelas VIIIA ini. Mayoritas siswa-siswa sekarang

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

79

ini dalam menggunakan smartphone dan layanan internet itu tanpa

sepengawasan oleh orang tuanya. Seakan-akan anak terbebaskan dalam

menggunakan berbagai layanan internet di komputer dan smartphone

tersebut. Tidak terkontrolnya dari pengawasan orang tua, maka anak-anak

mudah mengakses internet dengan hal-hal yang berbau negatif. Dampaknya

yaitu emosional, sikap dan tindakan anak akan berubah tidak semakin baik

namung akan semakin buruk. Faktor yang mempengaruhi emosi anak itu

sangat banyak, seperti halnya dengan adanya perkembangan teknologi

tersebut maka emosi anak akan memperlihatkan hal-hal yang bersifat coba-

coba, lalu memperlihatkan sikap meniru terhadap apa yang telah

mempengaruhinya di media internet tersebut. Hal tersebut dikarenakan moral,

dan budi perkerti seorang anak sudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif di

layanan internet dan penggunaan smartphone yang tidak dalam kaidahnya.

Kenyataan ini dapat dibukti dengan pernyataan seorang siswa yang bernama

WP yang duduk di kelas VIIIA:

“Aku menggunakan jaringan internet itu jarang banget di pantau

sama bapak ibu, ya nek nggunakke ki aku langsung gunakke wae

mas”.(WP, 16 Mei 2017/08.20 wib).

Melihat kejadian yang nyata di lapangan seperti ini maka hal ini

menjadi faktor penghambat untuk mengembangkan ranah afektif siswa di

kelas VIIIA dan peristiwa seperti haru segera ditanggulangi oleh pihak

madrasah, dan orang tua dari masing-masing siswa tersebut.

Faktor penghambat yang selanjutnya yaitu berupa kurangnya

perhatian dan kasih sayang yang berasal dari keluarga siswa-siswi tersebut.

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

80

Di kelas VIIIA terdapat orang tuanya yang beragama non Islam tetapi

anaknya disekolahkan di sekolah menengah pertama yang berbasis Islam

seperti di MTs Negeri 1 Boyolali ini. Orang tua siswa tersebut kurang sekali

dalam memantau perkembangan anaknya sendiri. Di karenakan dari pihak

orang tua yang belum paham akan batasan-batasan penggunaan smartphone

dan layanan internet yang baik itu bagaimana. Ada juga keluarga siswa kelas

VIIIA yang beragama Islam tetapi dalam mendidik dan mengarahkan

anaknya itu belum terlalu bisa. Hal ini disebabkan pihak orang tua belum

paham akan ajaran-ajaran agama Islam dalam mendidik dan mengarahkan

anaknya supaya berkembang dengan baik. Beberapa faktor penghambat dari

keluarga ini dapat menyendat atau menghambat perkembangan ranah afektif

anaknya tersebut.

Faktor penghambat yang lainnya yaitu seperti yang diungkapkan oleh

waka kurikulum yaitu ibu SW bahwa faktor penghambat dalam

mengembangkan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak

terdapat di dalam diri siswa-siswi tersebut. Faktor psikologis dan faktor

fisiologis siswa-siswi yang dalam kondisi tidak baik maka akan sulit dan

menjadi penghambat pihak madrasah dalam mengembangkan ranah afektif

siswa-siswi tersebut. Kedua faktor tersebut yaitu psikologis dan fisiologis

sangat berperan penting dalam pengembangan kepribadian masing-masing

siswa.

Faktor penghambat selanjutnya yaitu dapat berasal dari madrasah itu

sendiri. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali masih menemukan

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

81

kesulitan dalam menerapkan stratetgi untuk mengembangkan ranah afektif

pada siswa yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Hal ini

disebabkan masih ditemukannya beberapa dari pihak guru yang belum sadar

untuk mengembangkan ranah afektif siswa. Pada kenyataannya yang sudah

dapat simak adalah ketika menjalankan pembiasaan dalam tadarus maupun

sholat dhuha yang seharusnya dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai, beberapa guru masih ada yang belum menerapkan itu di kelas

sebelum pembelajaran dimulai. Selain itu di madrasah masih terdapat

hubungan antara pribadi siswa dengan gurunya yang kurang baik, hal spserti

itu juga terdapat di kelas VIIIA. Hal-hal sperti inilah yang dapat menghambat

dalam pengembangan ranah afektif pada siswa pada pembelajaran aqidah

akhlak.

Faktor penghambat dalam mengembangkan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah pada siswa di kelas VIIIA adalah berasal dari

lingkungan masyarakat siswa-siswi tersebut. Di kelas VIIIA siswa-siswinya

bertempat tinggal di kondisi masyarakat yang bermacam-macam. Ada yang

bertempat tinggal di lingkungan dekat pondok pesantren ada juga yang

bertempat tinggal di daerah yang lingkungan kurang mendukung untuk

pengembangan diri siswa. Lingungan masyarakat yang kurang mendukung

tersebut seperti halnya yang di ungkapkan oleh siswa yang bernama WP:

“Kalau lingkungan di desaku itu kebanyakan agama Islam mas, tapi

banyak juga yang tidak melakukan sholat, jarang juga ada pengajian gitu.

Teman desaku kebanyakan sekolah SMP, pergaulane iseh sak-sak e”.(WP,

16 Mei 2017/08.20 wib).

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

82

Lingkungan masyarakat yang belum terlalu paham akan ajaran agama

Islam inilah membuat masyarakat disekitar lingkungan tersebut masih

banyak yang belum mengerjakan ibadah-ibadah yang sesuai dengan

tuntunan Allah SWT. Ditambah dengan anak-anak yang seusia WP

bersekolah di sekolah menengah pertama yang masih minim pelajaran

yang berkaitan dengan agama Islam. Hal itu akhirnya berdampak kepada

anak-anak dilingkungan masyarakat WP tersebut yang seakan-akan belum

butuh pengembangan ranah afektif yang sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak.

Melihat pernyataan dari WP diatas dapat dikatakan bahwa lingkungan

masyarakat seperti itu dapat menghambat pengembangan pribadi anak,

termasuk pengembangan dari segi ranah afektif anak yang pada awalnya di

harapkan sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak.

Dapat digaris bawahi bahwa pembahasan diatas dari strategi

pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak

yang dikerahkan oleh pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali itu

sudah berusaha yang terbaik. Hal tersebut berdampak pada penguasaan

ranah afektif siswa-siswi di kelas VIIIA mayoritas sudah dapat dikatakan

pada kategori baik. Walaupun masih ada beberapa siswa-siswi yang belum

sadar akan kebutuhannya dalam ranah afektif yang sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak dan guru-guru yang masih kandang-kadang

belum menerapkan strategi pengembangan ranah afektif siswa tersebut.

Dan kedepannya dari pihak madrasah akan selalu meningkatkan strategi-

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

83

strateginya dalam mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak pada siswa-siswinya, khususnya siswa-siswi yang berada di

jenjang kelas VIIIA. Serta dari pihak guru mata pelajaran aqidah akhlak

itu sendiri akan lebih menekankan pembelajarannya, supaya siswa-siswi

dikelas VIIIA lebih memahami suatu makna aqidah akhlak yang sangat

bermanfaat bagi pribadi siswa-siswa tersebut. Tidak hanya meningkatkan

strategi pengembangan ranah afektifnya, namun juga akan selalu

mengevaluasi pihak-pihak madrasah dan pihak siswa-siswinya supaya

ranah afektif siswa-siswinya kedepan lebih baik dan sesuai dengan tujuan

dan fungsi pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1

Boyolali.

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan di MTs Negeri 1 Boyolali

tentang strategi mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran

2016/2017, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut

dipaparkan sebagai berikut:

1. Strategi untuk Pengembangan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1 Boyolali yaitu dengan

menerapkan beberapa pembiasaan yang telah terjadwal di madrasah.

Pembiasaan yang telah terjadwal tersebut adalah budaya salam sapa antara

guru dengan siswa yang dilakukan di depan gerbang MTs Negeri 1

Boyolali, pembiasaan kegiatan tadarus setiap pagi sebelum kegiatan

belajar mengajar dilaksanakan, pembiasaan sholat dhuha yang

dilaksanakan juga setiap pagi sebelum kegiatan belajar mengajar

berlangsung, penerapan pembiasaan sholat dzuhur berjamaah di masjid

yang ada di lingkungan madrasah. Kemudian selain itu guru mata

pelajaran aqidah akhlak juga menerapkan metode pembelajaran yang aktif

guna membentuk dan mengembangkan ranah afektif siswa yang sesuai

dengan pembelajaran aqidah akhlak. Hal yang lain yaitu adanya

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

85

ekstrakurikuler yang menunjang pengembangan ranah afektif siswa

seperti: murotal/qiroatul qur’an, rebana/hadrah, pidato, dan khutbah.

2. Beberapa faktor pendukung strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri 1

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 adalah faktor dari pribadi siswa itu

sendiri seperti keadaan psikologis dan fisiologis siswa yang dalam

keadaan baik dan stabil maka siswa dapat dengan mudah dikembangkan

ranah afektifnya yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak. Faktor

dari keluarga, seperti pribadi orang tua siswa-siswi kelas VIIIA mayoritas

memperhatikan pengembangan pribadi anaknya terutama dalam hal ranah

afektif, memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh guna

terbentuknya pribadi anaknya yang baik. Faktor dari sekolah, seperti

halnya pihak MTs Negeri 1 Boyolali yang sudah menerapkan beberapa

strategi untuk mengembangkan ranah afektif siswa yang seuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak. Contohnya pembiasaan salam sapa antara

guru dengan murid, pembiasaan setiap pagi yaitu tadarus, sholat dhuha dan

siangnya berjamaah sholat dzuhur dan sebagainya. Faktor dari lingkungan

masyarakat, seperti lingkungan tempat tinggal salah satu siswa di kelas

VIIIA yang berdekatan dengan pondok pesantren, lingkungan yang

mempunyai potensi yang positif lainnya, maka hal itu akan mendukung

proses pengembangan ranah afektif siswa di kelas VIIIA yang sesuai

dengen pembelajaran aqidah akhlak.

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

86

3. Faktor penghambat strategi pengembangan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs Negeri

Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 adalah berasal dari perkembangan

jaman yang semakin modern dan serba canggih, dengan adanya hal ini

siswa kelas VIIIA masih ada yang mebggunakan teknologi seperti

smartphone dan internet dengan penggunaan yang berbau negatif. Faktor

dari pribadi siswa sendiri, seperti kondisi psikologis dan fisiologis anak

yang dalam keadaan kurang baik atau tidak stabil maka akan menghambat

pengembangan ranah afektif. Faktor keluarga, seperti pengawasan oramg

tua kepada anaknya yang kurang intensif, sesuai yang dialami siswa kelas

VIIIA pada saat menggunakan smartphone dan jaringan internet tanpa

sepangawasan orang tuannya, orang tua yang kurang paham akan ajaran

Islam, kurangnya kasih sayang kepada anaknya. Faktor dari sekolah,

sebagian kecil pihak madrasah yang masih belum menerapkan

pembiasaan-pembiasaan ibadah di madrasah, kurang harmonisnya

hubungan antara guru dengan siswa. Faktor dari lingkungan masyarakat,

seperti tempat tinggal salah satu siswa kelas VIIIA yang teman sebayanya

pergaulannya kurang baik, hal seperti ini akan menghambat perkembangan

ranah afektif siswa kelas VIIIA yang sesuai dengan pembelajaran aqidah

akhlak.

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

87

B. Saran-saran

Berdasarkan dari penelitian tentang strategi mengembangkan ranah

afektif dalam pembelajaraan aqidah akhlak pada siswa kelas VIIIA di MTs

Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017 ini, ada beberapa saran yang

bisa kami berikan sebagai berikut:

1. Kepala Madrasah: selalu meningkatkan strategi untuk mengembangkan

ranah afektif dalam pembelajaran aqidah akhlak pada siswa di MTs

Negeri 1 Boyolali.

2. Guru atau pendidik: untuk selalu mengembangkan profesionalisme

dirinya yang berperan sebagai pendidik dan selalu melakukan evaluasi

terhadap pribadinya masing-masing agar lebih memberikan kontribusi

yang lebih dalam mengembangkan ranah afektif siswa dalam

pembelajaran aqidah akhlak.

3. Orang Tua: dapat lebih memperhatikan perkembangan pribadi anaknya di

lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, terutama dalam

perkembangan ranh afektifnya supaya dapat terarah dengan baik dan anak

mempunyai pribadi yang berkualitas.

4. Siswa: selalu melaksanakan pembelajaran di madrasah dengan sebaik-

baiknya, dan selalu patuh dengan pihak madrasah serta patuh terhadap

tata tertib yang ada di MTs Negeri 1 Boyolali.

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

88

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad, 2006. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta

: Bumi Aksara.

Antonius Trg, pada tanggal 03 November 2016. “Penilaian Ranah Afektif”,

Harian Global dalam www.yahoo.com.

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Atmaja, Purwa Prawira, 2016. Psikologi Pendidikan Prespektif Baru, Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Badudu , JS, dan Sutan Muhammad Zain, 2010. Kamus Psikologi, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Budiarjo, 2013. Kamus Psikologi, Semarang: Dahara Prize.

B. Uno, Hamzah. 2015. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi

Aksara.

Departemen Agama RI, 2006. Al-Qur’an-Al-Karim dan Terjemah Bahasa

Indonesia, Kudus: Menara Kudus.

Drajat, Zakiyah dkk, 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:

Bumi Aksara.

E. Waruwu, Fedelis, Monty P. Satiadarma, 2003. Mendidik Kecerdasan, Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Haris Fathoni Makmur, Umiarso, 2010. Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme

Masyarakat Modern, Jogjakara: IRCiSoD.

Ilyas, Yanuhar, 2007. Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembagaga Pengkajian dan

Pengalaman Islam (LPPI).

J. Meleong, Lexy, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Majid, Abdul, 2012. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Makhbuloh, Deden, 2013. Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan

Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi), Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sriyati , Lilik, 2006. Psikologi Belajar, Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

89

Subur, 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, Yogyakarta: Kalimedia.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D), Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunarto, 2013. Perkembangan Peserta Dididik, Jakarta: Rineka Cipta.

Suprayoga, Imam, 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung, Remaja

Rosdakarya.

Suprihatiningrum, Jamil, 20016. Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Suprihatiningrum, Jamil, 20016. Strategi Pembelajaran (Teori & Aplikasi),

Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Syah, Muhibbin, 2009. Psikologi Belajar, Jakarta:Rajawali Pers.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan (pendekatan baru), Bandung:

Rajawali Pers.

Tafsir, Ahmad, 2004. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja

RosdaKarya.

Toha, Chabib dkk, 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Wena, Made, 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi

Aksara.

Zuchdi, Darmiyati, 2009. Humanisasi Pendidikan, Jakarta:PT Bumi Aksara.

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

91

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali

Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A Di

MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017.

1. Bagaimanakah menurut bapak tentang pembelajaran aqidah akhlak di

sekolahan ini?

2. Menurut bapak, apakah yang dimaksud dengan ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak?

3. Adanya pembelajaran aqidah akhlak di sekolahan ini, apakah ranah afektif

siswa sudah terbentuk dengan baik?

4. Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran aqidah akhlak di

sekolahan ini dalam pembentukan ranah afektif siswa yang baik?

5. Nilai-nilai apa saja yang diterapkan sekolahan ini dalam membentuk dan

mengembangkan ranah fektif siswa supaya sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak?

6. Apakah di sekolahan ini ada kegiatan ektrakurikuler yang menunjang

pengembangan ranah afektif siswa di bidang aqidah akhlak?

7. Menurut bapak, adakah kesulitan yang dihadapi oleh guru aqidah akhlak

maupun guru mata pelajaran umum dalam mengembangkan ranah afektif

siswa? Kesulitan apakah saja itu?

8. Solusi apa saja yang seharusnya dilakukan oleh guru saat menghadapi

kesulitan dalam mengembangkan ranah afektif dalam pembelajaran aqidah

akhlak?

9. Apakah sudah ada hasilnya yang terlihat dari pengembangan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah tersebut? Contohnya?

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

92

10. Apakah harapan bapak sebagai kepala sekolah setelah pribadi siswa sudah

dapat menguasai ranah afektifnya dari pembelajaran aqidah akhlak

tersebut?

Page 108: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

93

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak

Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di

MTs Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2017.

1. Bagaimanakah menurut bapak/ibu tentang pembelajaran aqidah akhlak di

Madrasah ini?

2. Menurut bapak/ibu, apakah dengan pembelajaran aqidah akhlak sudah

dapat membentuk ranah afektif siswa kelas VIII A dengan baik?

Alasannya?

3. Menurut bapak/ibu sudahkan siswa menguasai ruang lingkup aqidah

akhlak pada ranah afektifnya?

4. Apakah fungsi pengembangan ranah afektif siswa dalam pembelajaran

aqidah akhlak?

5. Apakah tujuan adanya pengembangan ranah afektif siswa di dalam

pembelajaran aqidah akhlak ini?

6. Permasalahan apa sajakah yang bapak/ibu hadapi dalam mengembangkan

ranah afektif siswa khususnya dalam pembelajaran aqidah akhlak ini?

7. Strategi pembelajaran apa yang bapak/ibu gunakan dalam mengatasi

permasalahan dalam mengembangkan ranah afektif siswa tersebut?

8. Apa sajakah faktor pendukung untuk mengembangkan ranah afektif siswa

dalam pembelajaran aqidah akhlak?

9. Apa sajakah faktor penghambat dalam mengembangkan ranah afektif

siswa pada pembelajaran aqidah akhlak?

10. Bagaimanakah cara bapak/ibu dalam meningkatkan pembelajaran aqidah

akhlak supaya ranah afektif siswa selalu terjaga atau selalu ada

peningkatan?

Page 109: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

94

11. Harapan apa saja yang bapak/ibu inginkan dengan adanya pembelajaran

aqidah akhlak ini untuk pengembangan ranah afektif siswa?

Page 110: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

95

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Waka Kurikulum MTs Negeri 1 Boyolali

Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran

Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali

Tahun Pelajaran 2017.

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak?

2. Bagaimanakah gambaran ranah afektif siswa di kelas VIIIA pada saat ini?

3. Apakah ranah afektif siswa kelas VIIIA sudah sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak?

4. Menurut pandangan bapak/ibu adakah kesulitan yang dihadapi oleh guru

aqidah akhlak maupun guru umum dalam mengembangkan ranah afektif

siswa kelas VIIIA? Misalnya kesulitan seperti apa?

5. Solusi apa yang bapak/ibu berikan ketika seorang guru menemukan

kesulitan dalam mengembangkan ranah afektif siswa?

6. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dapat mempangaruhi

pengembangan ranah afektif siswa?

7. Apakah fungsi dan tujuan adanya pembelajaran aqidah akhlak terhadap

pengembangan ranah afektif siswa?

8. Harapan apa saja yang bapak/ibu ingin dengan adanya pembelajaran

aqidah akhlak untuk mengembangkan ranah afektif siswa?

Page 111: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

96

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Siswa/siswi Kelas VIII A MTs N 1 Boyolali

Judul Penelitian : Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam Pembelajaran

Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII A di MTs N 1 Boyolali

Tahun Pelajaran 2017.

1. Bagaimana kesan anda dapat belajar di sekolah yang berbasis agama Islam

ini?

2. Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran aqidah akhlak?

3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi, perasaan atau sifat

seseorang yang sesuai dengan pembelajaran aqidah akhlak?

4. Bagaimanakah lingkungan di sekitar anda terhadap pengembangan sifat

atau perilaku anda?

5. Apakah orang tua anda sudah melaksanakan sholat setiap harinya?

6. Bagaimanakah tanggapan anda sebagai siswa/siswi yang dapat belajar di

sekolah yang berbasis agama Islami ini terhadap perilaku siswa yang

menyimpang?

7. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat perkembangan emosi,

perasaan dan sikap siswa?

8. Adakah kesulitan yang anda hadapi pada saat mengikuti pembelajaran

agama Islam di madrasah ini?

9. Menurut anda bagaimanakah cara guru di kelas VIIIA ini dalam

melaksanakan pembelajaran? Khususnya pembelajaran aqidah akhlak?

10. Menurut anda apakah bapak-ibu guru sudah menerapkan pembiasaan

salaman di depan gerbang madrasah ini?

11. Apakah sudah baik guru di kelas ini dalam melaksanakan

pembelajarannya, khususnya untuk mengembangkan sikap dan perilaku

siswa dengan baik?

Page 112: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

97

12. Bagaimana perasaan anda pada saat mendapatkan pembelajaran aqidah

akhlak di sekolahan ini?

13. Apa manfaat yang anda dapatkan pada saat ini setelah mengikuti

pembelajaran aqidah akhlak?

Page 113: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

98

HASIL WAWANCARA

1. Nama Narasumber : Drs. H. Mushonif, M.Pd

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/10:15 wib

Judul Penelitian :Strategi Mengembangkan Ranah Afektif Dalam

Pembelajaran Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas

VIII A Di MTs Negeri 1 Boyolali Tahun

Pelajaran 2017.

NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber

1. Bagaimanakah menurut bapak

tentang pembelajaran aqidah akhlak

di sekolahan ini?

Pada intinya sekolah ini sudah

memberlakukan kurikulum 2013

(kurtilas),aqidah ini merasuk ke

ranah afektif dan di sekolahan ini

pembelajaran aqidah sudah baik

walaupun masing ada beberapa

siswa yang belum menguasai

afektifnya.

2. Menurut bapak, apakah yang

dimaksud dengan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah akhlak?

Yang dimaksud adalah ranah

perasaan baik emosi senang,

gembira, sedih, yang dibentuk dan

dikembangkan melalui

pembelajaram aqidah akhlak.

3. Adanya pembelajaran aqidah

akhlak di sekolahan ini, apakah

ranah aektif siswa sudah terbentuk

dengan baik?

Siswa di madrasah ini sebagian

besar alhamdulillah sudah

terbentuk,yaa.. walaupun ada

beberapa mas yang belum

menguasai, mungkin itu karena

siswa-siswa belum terlalu

menyadari akan kebutuhan

Page 114: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

99

pembentukan ranah afektifnya.

4. Bagaimanakah penerapan strategi

pembelajaran aqidah akhlak di

sekolahan ini dalam pembentukan

ranah afektif siswa yang baik?

Pihak madrasah menerapkan

strateginya itu seperti :

Anak masuk dari gerbang

madrasah membiasakan

salaman dengan guru-guru

yang berdiri di depan gerbang

madrasah.

Anak-anak berangkat dari

rumah membiasakan pamitan

dengan kedua orang tuanya.

Pembiasaan tadarus sebelum

kegiatan belajar di kelas

dimulai.

Pembiasaan sholat dhuha di

pagi hari dan sholat dzuhur

berjamaah di masjid.

5. Nilai-nilai apa saja yang diterapkan

sekolahan ini dalam membentuk

dan mengembangkan ranah afektif

siswa supaya sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak?

Nilai kesantunan, nilai toleransi,

budi pekerti, nilai agamis, dan

masih banyak lagi nilai-nilai yang

diterapkan oleh pihak madrasah ini

mas.

6. Apakah di sekolahan ini ada

kegiatan ektrakurikuler yang

menunjang pengembangan ranah

afektif siswa di bidang aqidah

akhlak?

Ada mas, diantara ekstrakurikuler

rebana, ekstrakurikuler

murotal/qiro’ah, praktek sholat, life

skill khutbah, pidato dan lain-lain

mas.

7. Menurut bapak, adakah kesulitan Ada kesulitan yang ditemui oleh

Page 115: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

100

yang dihadapi oleh guru aqidah

akhlak maupun guru mata pelajaran

umum dalam mengembangkan

ranah afektif siswa? Kesulitan

apakah saja itu?

para guru, seperti kurangnya atau

masih sulitnya dalam mengenali

pribadi masing-masing siswa,

metode pendekatan yang kurang

sesuai untuk mengembangkan

afektif siswa.

8. Solusi apa saja yang seharusnya

dilakukan oleh guru saat

menghadapi kesulitan dalam

mengembangkan ranah afektif

dalam pembelajaran aqidah akhlak?

Solusinya adalah meberikan

penyuluhan kepada siswa agar

siswa sadar akan kebutuhan

pembetukan dan pengembangan

dirinya lebih baik, orang tua yang

harus memberi motivasi kepada

masing-masing anaknya, anak

harus terpenuhi kebutuhan kasih

sayang dan perhatiannya dari orang

tua.

9. Apakah sudah ada hasilnya yang

terlihat dari pengembangan ranah

afektif dalam pembelajaran aqidah

tersebut? Contohnya?

Alhamdulillah di madrasah ini

sudah cukup baik mas,

kenyataannya siswa-siswa sini

kenakalannya sudah rendah, tenang

dalam pembelajaran, minim

terjadinya tawuran dan berkelahi.

10. Apakah harapan bapak sebagai

kepala sekolah setelah pribadi

siswa sudah dapat menguasai

ranah afektifnya dari pembelajaran

aqidah akhlak tersebut?

Harapan saya ya siswa-siswi di

madrasah sini kedepannya dapat

sekolah lajut, dalam artinya dapat

melanjutkan sekolahnya setinggi

mungkin supaya pribadinya dapat

menjadi pribadi ya ng berperan dan

berguna di masyarakat.

Page 116: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

101

2. Nama Narasumber : Amir Fadhil S.Pd.I

Tanggal Wawancara : 10 Mei 2017/08.30 wib

No Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber

1. Bagaimanakah menurut bapak/ibu

tentang pembelajaran aqidah akhlak

di Madrasah ini?

Pandangan saya mas,

pembelajaran aqidah akhlak di

madrasah ini sudah baik ya,

namun ada juga mas beberapa

siswa yang belum dapat

menguasai pembelajaran

aqidah tersebut. Mungkin

karena belum memahami

aqidah itu seperti apa gitu.

2. Menurut bapak/ibu, apakah dengan

pembelajaran aqidah akhlak sudah

dapat membentuk ranah afektif

siswa kelas VIII A dengan baik?

Alasannya?

Ya sampai saat ini mungkin

belum dapat membentuk sikap

afektif semua siswa yang ada

di kelas VIIIA mas. Saya aja

sebelum KBM di mulai sering

mengajak anak-anak sholat

dhuha atau dzuhur dulu, tetapi

masih ada yang belum mau

ikut sholat. Nah..hal seperti ini

yang belum dapat membentuk

ranah afektif siswa dengan

baik.

3. Menurut bapak/ibu sudahkan siswa

menguasai ruang lingkup aqidah

akhlak pada ranah afektifnya?

Ya kalau menguasai belum

mas. Siswa hanya sekedar

hafal saja ruang lingkup

aqidah itu namun pada

tindakannya siswa tersebut

belum dapat melaksanakan

dengan baik. Maka harus ada

pembenahan-pembenahan

dalam penerapan ruang

lingkup aqidah akhlak.

4. Apakah fungsi pengembangan

ranah afektif siswa dalam

Fungsinya untuk membiasakan

tindakan yang baik. Contohnya

siswa yang di rumah belum

Page 117: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

102

pembelajaran aqidah akhlak?

melaksanakan sholat, kalau di

madrasah siswa itu saya ajak

sholat mas, jadi ya sedikit

demi sedikit untuk merubah

sikap siswa agar menjadi lebih

baik.

5. Apakah tujuan adanya

pengembangan ranah afektif siswa

di dalam pembelajaran aqidah

akhlak ini?

Tujuannya ya paling tidak

membuat siswa itu paham

tentang pembentukan pribadi

mereka itu supaya lebih baik

lagi. Setelah paham nantinya

siswa tersebut akan berubah

sikap dan ranah afektifnya itu.

6. Permasalahan apa sajakah yang

bapak/ibu hadapi dalam

mengembangkan ranah afektif

siswa khususnya dalam

pembelajaran aqidah akhlak ini?

Permasalahannya yaitu

terdapat pada pribadi siswa,

jadi apabila siswa tersebut

berkepribadian kurang baik

dapat membuat guru-guru

sering kualahan dalam

mengembangkan ranah afektif

siswa itu mas. Jadi guru

dituntut sabar dan harus

mempunyai strategi yang baik

untuk mengatasi itu semua.

7. Strategi pembelajaran apa yang

bapak/ibu gunakan dalam

mengatasi permasalahan dalam

mengembangkan ranah afektif

siswa tersebut?

Strategi saya

yaa..membiasakan sholat

dhuha itu, tadarus terus

diajarin berkata yang baik

bagaimana gitu mas. Dan

didalam pembelajaran aqidah

itu sendiri saya menerapkan

model-model pembelajaran

mas. Dalam penyampaian

materi aqidah saya melakukan

dengan model konsiderasi,

kadang saya menerapkan

model pembentukan rasional,

model menilai, atau malah

Page 118: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

103

kadang menerapkan dengan

model non direktif.

8. Apa sajakah faktor pendukung

untuk mengembangkan ranah

afektif siswa dalam pembelajaran

aqidah akhlak?

Faktor pendukungnya itu

pembiasaan tadarus setiap

pagi, sholat jamaah, sama itu

kegiatan ekstrakurikuler mas.

9. Apa sajakah faktor penghambat

dalam mengembangkan ranah

afektif siswa pada pembelajaran

aqidah akhlak?

Yaaa...rata-rata

penghambatnya itu anak-anak

kurang menyukai pelajaran

agama itu, dari situ mungkin

sudah dapat dilihat

penghambatnya. Siswa pasti

sulit untuk diarahkan. Selain

itu ya mungkin dari pengaruh

lingkungan dan keluarga yang

kurang memperhatikan

perkembangan pribadi

anaknya.

10. Bagaimanakah cara bapak/ibu

dalam meningkatkan pembelajaran

aqidah akhlak supaya ranah afektif

siswa selalu terjaga atau selalu ada

peningkatan?

Untuk pembelajaran ya

menurut saya sendiri itu selalu

mengecek bacaan al qur’annya

yang sesuai dengan materi.

Selain itu pembiasaan kegiatan

yang positif seperti tadarus,

sholat jamaah dan lain

sebagainnya.

11. Harapan apa saja yang bapak/ibu

inginkan dengan adanya

pembelajaran aqidah akhlak ini

untuk pengembangan ranah afektif

siswa?

Harapan kedepan ya semoga

anak itu tahu akan kewajiban

sebagai orang Islam. Harus

melaksanakan semua perintah

Allah dan menjauhi segala

larangannya itu mas.

Page 119: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

104

3. Nama Narasumber : Sri Wahyuni S.Pd.

Tanggal Wawancara : 10 Mei 2017/09.35 wib

No Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang

ranah afektif dalam pembelajaran

aqidah akhlak?

Ranah afektif dalam

pembelajaran aqidah akhlak

bagi saya itu adalah suatu rasa

ingin mengetahui atau

emosional untuk selalu belajar

dan memperbaiki diri sesuai

dengan ajaran-ajaran agama

Islam.

2. Bagaimanakah gambaran ranah

afektif siswa di kelas VIIIA pada

saat ini?

Pandangan saya selaku waka

kurikulum begini mas, siswa-

siswi di kelas VIIIA itu ranah

afektifnya ada yang sudah baik

dan sebagian ada yang belum

menguasai ranah afektif yang

sesuai aqidah akhlak. Mungkin

itu dikarenakan dari segi

kognitifnya siswa-siswa yang

berbeda dalam memahami

pembelajaran aqidah akhlak ya

mas. Sebenarnya madrasah

sini itu sudah berupaya yang

terbaik untuk mengembangkan

pribadi siswa-siswi, akan

tetapi ya guru-guru dihadapkan

dengan masalah seperti itu jadi

guru-guru harus pinter-

pinternya menerapkan strategi

untuk mengembangkan ranah

afektif siswa.

3. Apakah ranah afektif siswa kelas

VIIIA sudah sesuai dengan

pembelajaran aqidah akhlak?

Saya lihat belum terlalu sesuai

dengan pembelajaran aqidah

akhlak, tetapi sebagian sudah

ada yang sesuai. Ranah afektif

siswa kelas VIIIA yang sudah

Page 120: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

105

sesuai itu dapat dihitung mas.

4. Menurut pandangan bapak/ibu

adakah kesulitan yang dihadapi

oleh guru aqidah akhlak maupun

guru umum dalam mengembangkan

ranah afektif siswa kelas VIIIA?

Misalnya kesulitan seperti apa?

Tentunya ada, kesulitan itu

berupa cara mengatasi

kepribadian masing-masing

siswa itu sendiri agar mudah

diarahkan dalam

pengembangan ranah

afektifnya. Misalnya pribadi

yang hiperaktif dari siswa, ada

yang kepribadianya bandel

atau sulit diatur seperti itu.

5. Solusi apa yang bapak/ibu berikan

ketika seorang guru menemukan

kesulitan dalam mengembangkan

ranah afektif siswa?

Solusinya guru-guru harus

mempunyai jiwa

profesionalisme yang baik,

mempunyai metode atau

strategi yang bagus untuk

mengarahkan dan

mengembangkan pribadi siswa

khususnya dalam ranah afektif

itu.

6. Faktor pendukung dan penghambat

apa yang dapat mempangaruhi

pengembangan ranah afektif siswa?

Banyak ya mas faktor

pendukung dan

penghambatnya.

Pendukungnya ya seperti

kepribadian siswa yang sudah

baik, lingkungan keluarga

yang mendukung

perkembangan afektif anak,

lingkungan yang Islam di

masyarakat, peran madrasah

yang berkualitas. Kalau faktor

penghambatnya itu jeleknya

pribadi siswa, keluarga yang

kurang memperhatikan anak,

pergaulan bebas, budaya yang

kurang baik, lingkungan

masyarakat yang kurang baik

juga seperti itu mas.

Page 121: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

106

7. Apakah fungsi dan tujuan adanya

pembelajaran aqidah akhlak

terhadap pengembangan ranah

afektif siswa?

Fungsi dan tujuannya yaa...

untuk membentuk dan

mengembangkan pribadi siswa

yang Islami, menjadikan siswa

itu manusia yang berkualitas

mas.

8. Harapan apa saja yang bapak/ibu

ingin dengan adanya pembelajaran

aqidah akhlak untuk

mengembangkan ranah afektif

siswa?

Harapan saya, dengan adanya

pembelajaran seperti itu siswa-

siswi di madrasah pada

umumnya dan khususnya bagi

siswa kelas VIIIA dapat

menjadi siswa yang

berakhlaqul karimah dan

pandai, pandai dalam

akademik dan pandai dalam

bertindak dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Nama Narasumber : Widiyono Prastiyo (WP)

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/08.40 wib

NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber

1. Bagaimana kesan anda dapat

belajar di sekolah yang berbasis

agama Islam ini?

Senang, bisa mempelajari lebih

banyak tentang agama Islam.

2. Apa yang anda ketahui tentang

pembelajaran aqidah akhlak?

Aqidah akhlak adalah pelajaran

yang bisa memperbaiki tingkah

laku dengan yang baik.

3. Apa yang dimaksud dengan

perkembangan emosi, perasaan

atau sifat seseorang yang sesuai

dengan pembelajaran aqidah

Emosi adalah orang yang tidak bisa

mengendalikan amarahnya.

Page 122: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

107

akhlak?

4. Bagaimanakah lingkungan di

sekitar anda terhadap

pengembangan sifat atau

perilaku anda?

Berperilaku baik selalu menolong

orang lain yang lagi kesusahan dan

bisa bercanda tawa kepada orang-

orang yang ada di masyarakat

dengan baik.

5. Apakah orang tua anda sudah

melaksanakan sholat setiap

harinya?

Keluargaku itu jarang melakukan

sholat sih mas, kalau ibu itu sholat

mas, tapi bapak kadang-kadang.

Terkadang bapak itu nyuruh aku

buat sholat gitu mas. Kalau

lingkungan di desaku itu

kebanyakan agama Islam mas, tapi

banyak juga yang tidak melakukan

sholat, jarang juga ada pengajian

gitu. Teman desaku kebanyakan

sekolah SMP, pergaulane iseh sak-

sak e.

6. Bagaimanakah tanggapan anda

sebagai siswa/siswi yang dapat

belajar di sekolah yang berbasis

agama Islami ini terhadap

perilaku siswa yang

menyimpang?

Menurutku supaya siswa itu dapat

memperbaiki tindakannya dan

sekolah disini supaya memperoleh

pendidikan yang sesuai dengan

ajaran Islam.

7. Faktor apa saja yang mendukung Faktor lingkungan, seperti

Page 123: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

108

dan menghambat perkembangan

emosi, perasaan dan sikap

siswa?

pengaruh dari teman sebaya, teman

yang mengajak berbuat baik pasti

sikap siswa akan terpengaruh baik

dan bila buruk maka sikap juga

menjadi buruk.

8. Adakah kesulitan yang anda

hadapi pada saat mengikuti

pembelajaran agama Islam di

madrasah ini?

Kalau aku itu sejak kecil

sebenarnya juga sudah

disekolahkan yang berbasis agama

gitu, tapi pada saat MI aku masih

sulit untuk mengikuti pembelajaran

agama Islamnya. Karena aku

belajar agama Islam itu hanya di

sekolahan saja mas, di rumah itu

orang tua seperti kurang dalam

mengasih pembelajaran agama

Islam. Setelah masuk di Madrasah

ini aku mulai bisa mengikuti

kegiatan keagamaan yang

diterapkan di sekolah ini. Yo,

walaupun masih ada kesulitan

untuk mengendalikan dari diriku

sendiri.

9. Menurut anda bagaimanakah

cara guru di kelas VIIIA ini

dalam melaksanakan

pembelajaran? Khususnya

pembelajaran aqidah akhlak?

Pembelajaran di kelas ini sudah

baik, karena menjadikan akhlak

semakin baik yang sesuai dengan

ajaran agama Islam.

10. Menurut anda apakah bapak-ibu

guru sudah menerapkan

Betul banget mas itu, jadi bapak-

ibu guru itu setiap pagi selalu

Page 124: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

109

pembiasaan salaman di depan

gerbang madrasah ini?

berdiri di depan gerbang sekolah

untuk menyalamin siswa-siswi

disini. Selain menyalamin, bapak-

ibu guru itu sering menegur teman-

teman yang bajunya kurang rapi

atau rambutnya yang laki-laki

sudah kelihatan panjang-panjang

gitu mas

11. Apakah sudah baik guru di kelas

ini dalam melaksanakan

pembelajarannya, khususnya

untuk mengembangkan sikap

dan perilaku siswa dengan baik?

Menurutku sudah baik mas, karena

pak Amir setiap pagi sebelum

belajar di kelas di mulai beliau

mengajak siswa-siswi untuk

melaksanakan tadarus kadang di

selingi sholat dhuha di masjid.

12. Bagaimana perasaan anda pada

saat mendapatkan pembelajaran

aqidah akhlak di sekolahan ini?

Selama pelajaran aqidah akhlak

saya mendapat pembelajaran yang

baik, bisa merubah tingkah laku

saya yang tadinya jelek sekarang

bisa menjadi baik.

13. Apa manfaat yang anda

dapatkan pada saat ini setelah

mengikuti pembelajaran aqidah

akhlak?

Manfaatnya bisa bertingkah laku

yang baik dan dalam bertindak

lebih hati-hati lagi.

Page 125: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

110

5. Nama Narasumber : Oktavia Wida Yanti

Tanggal Wawancara : 16 Mei 2017/08.20 wib

NO Pertanyaan Wawancara Jawaban Narasumber

1. Bagaimana kesan anda dapat

belajar di sekolah yang

berbasis agama Islam ini?

Kesannya menarik, karena dengan

kita belajar yang berbasis agama

Islam, kita dapat mempelajari

agama Islam lebih mendalam.

2. Apa yang anda ketahui tentang

pembelajaran aqidah akhlak?

Pelajaran aqidah akhlak

mengajarkan tentang perilaku yang

baik, dan mempelajari yang

berkaitan dengan sikap.

3. Apa yang dimaksud dengan

perkembangan emosi, perasaan

atau sifat seseorang yang

sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak?

Emosi adalah suatu bentuk

perasaan orang untuk menunjukkan

sikapnya, emosi harus yang baik

dan sesuai dengan pembelajaran

aqidah akhlak yang baik.

4. Bagaimanakah lingkungan di

sekitar anda terhadap

pengembangan sifat atau

perilaku anda?

Pengaruh lingkungan terhadap saya

adalah mengikuti pergaulan yang

baik, karena lingkungan pergaulan

di desa saya ada yang baik dan ada

yang buruk.

5. Apakah anggota keluarga anda

sudah melaksanakan sholat

setiap harinya?

Alhamdulillah keluargaku

melakukan sholat, aku ya ikut-ikut

buat sholat to mas, hehe. Desaku

deket sama pondok mas, jadi

kadang aku diajak bapak atau ibuk

iku pengajian nek pondok iku. Tapi

temen desaku banyak yang enggak

Page 126: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

111

ikut pengajian malah pilih dolan

gitu mas.

6. Bagaimanakah tanggapan anda

sebagai siswa/siswi yang dapat

belajar di sekolah yang

berbasis agama Islami ini

terhadap perilaku siswa yang

menyimpang?

Dengan adanya sekolah yang

berbasis agama Islam ini kita dapat

mengubah sikap kita sedikit demi

sedikit menjadi lebih baik.

7. Faktor apa saja yang

mendukung dan menghambat

perkembangan emosi, perasaan

dan sikap siswa?

Yang dapat mendukung adalah

faktor lingkungan yang baik dan

yang menghambat adalah perilaku

teman yang menyimpang dan dapat

mempengaruhi sikap teman yang

lainnya.

8. Faktor pendukung apa yang

membuat anda dapat mengikuti

pembelajaran agama di

madrasah ini?

Aku sejak kecil sudah disekolahkan

yang berbasis Islam, jadi aku itu

disekolahkan di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali ini

tidak terlalu sulit untuk mengikuti

semua kegiatan belajarnya ya.

Mungkin dikarenakan aku sudah

terbiasa dekat dengan pembelajaran

agama Islam

9. Menurut anda bagaimanakah

cara guru di kelas VIIIA ini

dalam melaksanakan

pembelajaran? Khususnya

pembelajaran aqidah akhlak?

Sudah baik, karena dalam

pembelajaran aqidah akhlak guru

yang menerangkan dengan metode

tanya jawab, diskusi dan selalu

mengajak melaksanakan

pembiasaan tadarus serta sholat

Page 127: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

112

dhuha bersama.

10. Apakah sudah baik guru di

kelas ini dalam melaksanakan

pembelajarannya, khususnya

untuk mengembangkan sikap

dan perilaku siswa dengan

baik?

Sudah baik, ya itu mas, pak guru

sering mengajak kami untuk

melaksanakan ibadah baik

tadarusan, sholat dzuhur dan

menegur siswa yang berperilaku

jelek gitu.

11. Bagaimana perasaan anda pada

saat mendapatkan

pembelajaran aqidah akhlak di

sekolahan ini?

Hasilnya kita dapat mengetahui

akhkal-akhlak yang baik uang harus

kita kerjakan dan akhlak tercela

yang harus kita hindari.

12. Apa manfaat yang anda

dapatkan pada saat ini setelah

mengikuti pembelajaran aqidah

akhlak?

Mengetahui macam-macam

akhlak terpuji.

Mengetahui macam-macam

akhlak tercela.

Mengetahui nama-nama nabi

dan rosul.

Mengetahui sifat-sifat

wajib,jaiz dan mustahil bagi

Allah SWT.

Page 128: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

113

LAMPIRAN DOKUMENTASI

A. Dokumentasi kegiatan wawancara dengan narasumber.

1. Wawancara dengan Kepala MTs Negeri 1 Boyolali

Bapak Mushonif M.Pd

2. Wawancara dengan Guru Mapel Aqidah Akhlak

Bapak Amir Fadhil S.Pd.I

3. Wawancara dengan Waka Kurikulum MTs Negeri 1 Boyolali

Ibu Sri Wahyuni S.Pd.I

Page 129: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

114

4. Wawancara dengan siswa kelas VIIIA

Widiyono Prasetiyo

Page 130: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

115

5. Wawancara dengan siswa kelas VIIIA

Oktavia Wida Yanti

B. Dokumentasi kegiatan salam sapa guru dengan murid

Page 131: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

116

C. Kegiatan Sholat Berjama’ah

D. Kegiatan Sholat Dhuha

Page 132: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

117

E. Siswa-Siswi Kelas VIIIA MTs

Negeri 1 Boyolali

F. Kegiatan Rebana MTs Negeri

1 Boyolali

Page 133: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

118

G. Kegiatan Ekstrakurikuler

Page 134: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

119

Page 135: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

120

H. Prestasi Siswa-Siswi MTs Negeri 1 Boyolali

Page 136: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

121

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Syakroni

NIM : 111-13-011

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul :STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH

AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII A DI MTS

NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

2016/2017

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri dan tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga

tanpa menuntut konsekuensi apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari terbukti

karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung

konsekuensinya.

Page 137: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

122

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Syakroni

Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 26 Desember 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Wates Rt 03/08 Kel. Mojosongo,

Kec.Mojosongo, Kab. Boyolali.

Nama Ayah : Nurhadi

Nama Ibu : Siti Muslimah

Riwayat Pendidikan :1. TK Pertiwi 3 Boyolali (Tahun 2000-2001)

2. MIN 1 Boyolali (Tahun 2001-2007)

3. MTs Negeri 1 Boyolali (Tahun 2007-2010)

4. MAN 1 Boyolali (Tahun 2010-2013)

5. IAIN Salatiga (Tahun 2013-2017)

Page 138: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

123

Page 139: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

124

Page 140: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

125

Page 141: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

126

Page 142: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

127

Page 143: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

128

Page 144: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

129

Page 145: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

130

Page 146: STRATEGI PENGEMBANGAN RANAH AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

131