rahasia

7
BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal. 14 Pada bab ini akan dibahas mengenai defenisi, etiologi terjadinya, serta klasifikasi pembesaran gingiva berdasarkan etiologi yang dikaitkan dengan leukemia. 2.1 Defenisi dan Etiologi Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva. 14 Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu : 2.1.1 Hipertrofi Gingiva Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah besarnya ukuran sel-sel yang terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh. 14,15 Universitas Sumatera Utara

Transcript of rahasia

  • BAB 2

    DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA

    Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

    dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling

    sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari

    jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

    faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan

    fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan

    perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.14 Pada

    bab ini akan dibahas mengenai defenisi, etiologi terjadinya, serta klasifikasi

    pembesaran gingiva berdasarkan etiologi yang dikaitkan dengan leukemia.

    2.1 Defenisi dan Etiologi

    Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran

    gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan

    kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis

    adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.14

    Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian

    besar yaitu :

    2.1.1 Hipertrofi Gingiva

    Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah

    besarnya ukuran sel-sel yang terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh.14,15

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.2 Hiperplasia Gingiva

    Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena

    adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya.14

    Secara klinis hiperplasia gingiva tampak sebagai suatu pembesaran gingiva

    yang biasanya dimulai dari papila interdental menyebar ke daerah sekitarnya.

    Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta

    dapat mempersulit pasien dalam melakukan kontrol plak.12,14

    Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga

    diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi.12,16

    1. Pembesaran gingiva inflamasi

    2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan

    3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik

    a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi

    vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.

    b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia.

    4. Pembesaran neoplastik

    Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling

    umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel

    leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial

    sehingga infiltrasi leukosit meningkat.17 Penyebab leukemia sampai saat ini belum

    diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi

    frekuensi terjadinya leukemia yaitu :18

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Faktor genetik seperti pada penderita down syndrome, li-fraumeni syndrome,

    klinifelter syndrome, kelainan sistem imun herediter, riwayat keluarga

    menderita leukemia.

    2. Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, obesitas, sering

    terpapar sinar matahari.

    3. Faktor lingkungan sekitar akibat terpapar radiasi dan bahan kimia tertentu.

    4. Penurunan sistem imun seperti pada pasien tranplantasi organ.

    5. Faktor resiko yang kontroversial atau belum terbukti yaitu sering terpapar

    medan elektromagnetik, infeksi di awal kehidupan, usia ibu saat anak

    dilahirkan, riwayat orang tua merokok, janin yang terpapar hormon, tempat

    kerja orang tua yang terpapar bahan kimia, dan air yang terkontaminasi bahan

    kimia.

    Diferensial diagnosa dapat ditentukan melalui pemeriksaan kesehatan umum

    dan riwayat gigi, evaluasi terhadap sifat pembesaran apakah inflamasi atau fibrosis,

    dan identifikasi faktor etiologi (gambar 1). Kadang-kadang pengambilan spesimen

    biopsi juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis.19 Pemeriksaan darah lengkap

    merupakan pilihan tes diagnostik apabila dicurigai terjadinya leukemia.20

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 1. Diagnosis Pembesaran Gingiva ( Hall WB. Critical Decisions in Periodontology. 4th ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2003: 59)

    2.2 Klasifikasi Pembesaran Gingiva Berdasarkan Etiologi

    Manifestasi periodontal dari penyakit hematologi sistemik dalam prakteknya

    sulit untuk membedakan antara perubahan-perubahan akibat proses penyakit atau

    yang terjadi setelah pengobatan. Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien

    leukemia telah dibuat oleh Barrett. Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang

    membedakan antara lesi akibat langsung dari proses penyakit dan perawatan serta

    Universitas Sumatera Utara

  • yang disebabkan oleh efek sekunder seperti depresi sumsum tulang dan jaringan

    limfoid.21

    Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung

    disertai pembesaran pada gingiva. 21

    Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh

    agen kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada gingiva

    termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang, ablasi sumsum

    tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi dapat mengakibatkan

    retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan menebalnya mukosa oral. Obat

    immunosuppressif siklosporin yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya

    penolakan setelah transplantasi juga dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia

    gingiva. 21

    Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions.

    Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host antigens.

    Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan ulserasi dan dapat

    berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host reactions. 21

    Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum / jaringan limfoid dan

    juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba. Gambaran

    klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena defisiensi trombosit,

    resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan ulserasi gingiva dapat

    berkurang jika oral higiene yang cukup. 21

    Klasifikasi leukemia telah berkembang selama bertahun-tahun dari suatu

    pendekatan morfologis, berdasarkan tampilan sel-sel leukemia dalam darah perifer

    Universitas Sumatera Utara

  • dan sumsum tulang, melalui teknik sitokimia dan belakangan ini, ketergantungan

    yang lebih besar dari antibodi monoklonal terhadap antigen seluler dan sitogenetik

    dan metode molekuler (Tabel 1).20,22

    1. Leukemia mieloid (Mielogenus mielositik)

    2. Leukemia limfoid (Limfogenus, limfositik, limfatik)

    3. Leukemia monositik

    Klasifikasi leukemia dapat dimodifikasi untuk menunjukkan perjalanan

    penyakit dengan penerapan istilah akut, subakut, kronis. 22

    1. Akut, Ketahanan hidup pasien kurang dari 6 bulan

    2. Kronis, Ketahanan hidup pasien lebih dari 1 tahun

    3. Subakut, Ketahanan hidup pasien di antara akut dan kronis

    Tabel 1. Klasifikasi leukemia (WU Josephine et al. J Periodontol 2002; 73: 665)

    Klasifikasi Leukemia

    Limfoblastik/limfositik Limfositik Akut (ALL) Limfositik Kronis (CLL) Mieloblastik/mielositik Mielositik Akut (AML) --- klasifikasi FAB M0 mieloblastik akut diferensiasi minimal M1 mieloblastik akut tanpa diferensiasi M2 mieloblastik akut dengan diferensiaasi M3 promielsitik akut M4 mielomonositik akut M5 monositik akut M6 eritroleukemia akut M7 megakariotik akut Mielositik Kronis (CML)

    Universitas Sumatera Utara

  • Pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis

    yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut, 10% terjadi pada leukemia kronis dan

    sangat jarang terjadi pada Leukemia Limfositik Akut (ALL) dan Leukemia

    Limfositik Kronis (CLL).21 Pembesaran gingiva yang paling sering terjadi adalah

    pada Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7% kemudian Leukemia

    Mielomonositik Akut (M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut (M1,M2) sekitar

    3,75%.5,16,20

    -----ooo00ooo-----

    Universitas Sumatera Utara