radiologi

download radiologi

of 3

Transcript of radiologi

Pemeriksaan Appendicogram pada wanita 17 tahun dengan Appendicitis Kronis Eksaserbasi Akut*Sseorang wanita yang berusia 17 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang dirasakan mendadak, diketahui riwayat adanya nyeri berulang didaerah yang sama. Oleh dokter bedah didiagnosis apendicitis kronik eksaserbasi akut. Setelah dilakukan pemeriksaan appendicogram, didapatkan kesan nonfilling appendicogram, adanya appendicitis belum dapat disingkirkan, sehingga pemeriksaan penunjang lainnyamasih diperlukan untuk mendukung diagnosis.*Seorang wanita usia 17 tahun datang ke UGD RSSH dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, dirasakan mendadak dan hilang timbul. Mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+), Flatus (+) tidak ada keluhan. Demam (-). Satu tahun sebelum masuk rumah sakit pasien pernah mengeluh nyeri yang sama, namun dapat sembuh setelah beristirahat dan minum obat yang dibeli diwarung. Tidak terdapat riwayat penyakit diabetes mellitus, asma, kelainan jantung, tidak ada riwayat alergi dantidak ada riwayat operasi sebelumnya. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus, asma, hipertensi, jantung,dan asma. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan defans muskular (-), Rovsing sign (-), Blumberg sign (-),nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas (-), teraba massa (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba.Pada pemeriksaan Appendicogram didapatkan kesan non filling appendicogram, adanya appendicitis belum bisa disingkirkan.*Appendicitis Kronik Eksaserbasi Akut*Terapi operati f appendectomy.*Appendicitis adalah infeksi pada organ appendik yang diawali dengan penyumbatan dari lumen appendik oleh mucus, fekalit, atau benda asing, yang diikuti oleh infeksi bakteri dari proses peradangan. Penyakit ini merupakan kegawat daruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan. Dapat terjadi pada semua umur, hanya jarang dilaporkan pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun terjadi pada laki-laki dan perempuan sama banyak.Pada pasien ini dilakukan appendicogram dengan menggunakan kontras BaSO4 yang dimasukkan peroral kira-kira12 jam sebelum dilakukannya pemeriksaan. Didapatkan hasil kontras mengisi caecum sampai dengan sigmoid, tak tampak pengisian kontras ke appendix kesan non filling appendicogram, adanya appendicitis belum bisadisingkirkan. Pada kasus non appendicitis, kesan non filling dapat terjadi mengingat adanya peristaltik di lumenappendik yang menyebabkan kesan non filling pada saat adanya kontraksi. Selain itu kesan ini juga dapat terjadi pada kasus appendicitis, dimana lumen appendik yang tersumbat karena adanya proses inflammasi. Hal inimenunjukkan bahwa pada pemeriksaan appendicogram, kesan non filling tidak dapat menyingkirkan diagnosis appendicitis, sehingga pemeriksaan penunjang lain masih diperlukan. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis Appendicitis adalah 1.Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat angka leukosit. Pada kasus appendicitis akut, biasanya didapatkan angka leukosit yang neutrofil yang tinggi.2. Pemeriksaan urin dilakukan untuk melihat adanya eritrosis, leukosit dan bakteri didalam urin. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih dan batu ginjal yang memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan appendicitis.3.Foto polos abdomen digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak. Kurang dari 5% pasien akan terlihat adanya gambaran opak fecalith yang nampak di kuadrankanan bawah abdomen, sehingga pemeriksaan ini jarang dilakukan.4.USG bisa dilakukan bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilanektopik, adnecitis dan sebagainya. Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara 90 94%, dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92%. Pemeriksaandengan Ultrasonografi (USG) pada apendisitis akut, ditemukan adanya fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan pengumpulan cairan perisekal.Apabila apendiks mengalami ruptur atau perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udaramaka abses apendiks dapat diidentifikasi.5. CT-Scan , pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan ini. Gambaran penebalan dinding apendiks dengan jaringan lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks yang meradang. CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90 100% dan 96 97%, serta akurasi 94 100%. Ct-Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks dengan abses atau flegmon.6. Laparoscopy adalah suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen. Appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsungdilakukan pengangkatan appendix.*Pemeriksaan penunjang lain (selain appendicogram) yang dapat dilakukan adalah Pemeriksaan laboratorium, foto polos abdomen, USG, CT-Scan dan Laparoscopy. Pada kasus ini, telah dilakukan pemeriksaan appendicogramuntuk mendukung diagnosis appendicitis, namun kesan non filling pada hasil pemeriksaan belum dapatmenyingkirkan appendicitis. Sehingga pemeriksaan penunjang lain masih diperlukan.*Ana Majdawati. 2007. Peningkatan Visualisasi Appendix dengan Kombinasi Adjuvant Teknik Pemeriksaan Ultrasonografi pada Kasus Appendicitis. Mutiara Medika. Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 58 - 71, April 2007

Hamami, AH, dkk, Usus Halus Appendiks, Kolon, dan Anorektum, dalam Sjamsuhidajat, R, De jong. W,. 1997. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997, hal 865-75. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.