radi

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Rongga Mulut Rongga mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Fungsi utamanya adalah sebagai pintu masuk dari saluran pencernaan dan untuk dimulainya proses pencernaan dengan air liur dan propulsi dari pencernaan bolus ke faring. Hal ini juga berfungsi sebagai saluran pernapasan sekunder, lokasi modifikasi suara untuk menghasilkan kata-kata ,dan organ kemosensori. [11] Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir. [12]

description

radio

Transcript of radi

Page 1: radi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Rongga Mulut

Rongga mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Fungsi

utamanya adalah sebagai pintu masuk dari saluran pencernaan dan untuk

dimulainya proses pencernaan dengan air liur dan propulsi dari pencernaan bolus

ke faring. Hal ini juga berfungsi sebagai saluran pernapasan sekunder, lokasi

modifikasi suara untuk menghasilkan kata-kata ,dan organ kemosensori.[11]

Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis

oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding

bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari

pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh

membran mukosa yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi.

Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun

di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir

pada bagian bibir.[12]

Page 2: radi

Gambar 2.1. Anatomi Rongga Mulut.[12]

2.1.2. Bibir dan Palatum

Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang

mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris

dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada bagian

internal.[13;14]

Secara anatomi bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan

bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada

bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas

dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari

bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke

bagian mandibula pada bagian inferior.[14]

Palatum adalah dinding atau septum yang memisahkan rongga mulut dari

rongga hidung, dan membentuk atap mulut. Struktur penting ini memungkinkan

untuk mengunyah dan bernapas pada saat yang sama. Palatum keras - bagian

Page 3: radi

anterior dari atap mulut - dibentuk oleh maxillae dan tulang palatina dan ditutupi

oleh membrane mukosa; membentuk partisi tulang diantara rongga mulut dan

hidung. Palatum lunak, yang membentuk bagian posterior langit-langit mulut,

adalah sebuah lengkungan - berbentuk partisi otot antara orofaring dan nasofaring

yang dilapisi dengan membran mukosa.[12]

Gambar. Palatum.[15]

2.1.3. Lidah

Lidah adalah masa otot lurik yang ditutupi oleh membarana mucosa. Dua

pertiga bagian anteriornya terletak di dalam mulut, dan sepertiga baagian

posteriornya terletak di pharynx. Otot-otot melekatkan lidah ke processus

styloideus dan palatum molle di sebelah atas serta mandibular dan os hyoideum di

sebelah bawah. Lidah dibagi menjadi belahan kanan dan kiri oleh septum

fibrosum mediana.[16]

Lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot intrinsik

hanya terbatas di lidah dan tidak dihubungkan ke tulang. Otot ini terdiri atas

serabut-serabut longitudinal, transversa, dan vertikal. Otot-otot ekstrinsik melekat

pada tulang dan palatum molle. Terdiri atas m. genioglossus, m. hyoglossus, dan

Page 4: radi

m. styloglossus, yang diuraikan pada region submandibularis dan m. palatoglossus

yang berhubungan dengan palatum molle.[16]

Gambar 2.1.3. Anatomi Lidah.[17]

2.1.4. Gigi

Pada dewasa normal terdapat 32 gigi yang terletak pada mandibula dan

maksila. Gigi dibagi menjadi beberapa kuadran: kanan atas, kiri atas , kanan

bawah dan kiri bawah. Pada orang dewasa, masing-masing kuadran berisi satu

incisivus tengah dan satu gigi insisivus lateral; satu caninus, premolar pertama dan

kedua, dan molar pertama, kedua, dan ketiga. Molar ketiga disebut gigi bungsu

karena gigi tersebut biasanya muncul pada seseorang di usia remaja akhir atau

awal dua puluhan.[18]

Setiap gigi terdiri dari mahkota dengan satu atau lebih puncak gigi, leher,

dan akar. Pusat gigi adalah rongga pulpa, yang dipenuhi dengan pembuluh darah,

saraf, dan jaringan ikat, disebut pulpa. Rongga pulpa dikelilingi oleh jaringan

Page 5: radi

hidup, selular, seperti jaringan tulang yang disebut dentin. Dentin dari mahkota

gigi ditutupi oleh zat aselular sangat keras yang disebut enamel, yang melindungi

gigi terhadap abrasi dan asam yang dihasilkan oleh bakteri di dalam mulut.

Permukaan dentin pada akar ditutupi dengan sementum, yang berfungsi sebagai

jangkar gigi di rahang.[18]

gigi berakar dalam alveoli sepanjang punggung alveolar mandibula dan

maksila. Punggung alveolar ditutupi oleh jaringan ikat padat fibrosa dan epitel

skuamosa berlapis lembab, yang disebut gingiva, atau gusi. Gigi dipertahankan

pada tempatnya oleh ligamen periodontal, yang merupakan serat jaringan ikat

yang membentang dari dinding alveolar dan tertanam ke sementum.[18]

Gambar 2.1.4 struktur gigi.[18]

2.2. Flora Normal

Page 6: radi

Istilah ‘flora normal’ menunjukkan populasi mikroorganisme yang hidup

di kulit dan membran mukosa orang normal yang sehat. Beberapa jenis bakteri

dan jamur merupakan dua jenis organisme yang termasuk ke dalam kumpulan

flora normal. Keberadaaan flora virus normal masih diragukan.[19;20]

Kulit dan membran mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme

yang dapat tersusun menjadi dua kelompok, yaitu: flora residen dan flora transien.

Flora residen terdiri dari jenis mikroorganisme yang relatif tetap dan secara teratur

ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu; jika terganggu, flora tersebut

secara cepat akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Flora transien terdiri dari

mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat patogen yang

menempati kulit atau membran mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu;

berasal dari lingkungan, tidak menyebabkan penyakit, dan tidak dapat

menghidupkan dirinya sendiri secara permanen di permukaan. Anggota flora

transien secara umum memiliki makna kecil selama flora normal masih tetap utuh.

Namun, apabila flora residen terganggu, mikroorganisme transien dapat

berkolonisasi, berproliferasi dan menyebabkan penyakit.[19]

2.2.1. Peran Flora Residen

Mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan tubuh bersifat

komensal. Pertumbuhannya di daerah tertentu bergantung pada faktor-faktor

fisiologi, yaitu temperatur, kelembaban, dan adanya zat gizi serta zat inhibitor

tertentu. Keberadaan flora normal tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena

hewan “bebas mikroorganisme” dapat hidup pada keadaan tidak adanya flora

mikroba normal.[19]

Page 7: radi

Flora residen di daerah tertentu memainkan peranan yang nyata dalam

mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Anggota flora residen dalam

saluran cerna menyintesis vitamin K dan membantu absorpsi makanan. Pada

membran mukosa dan kulit, flora residen mencegah kolonisasi patogen dan

kemungkinan terjadinya penyakit melalui “interferensi bakteri”. Mekanisme

gangguan interferensi tersebut tidak jelas. Mekanisme tersebut dapat meliputi

kompetisi terhadap reseptor atau tempat pengikatan (binding sites) pada sel

penjamu, kompetisi mendapatkan makanan, saling menghambat oleh hasil

metabolik atau toksik, saling menghambat oleh bahan antibiotik atau bakteriosin,

atau dengan mekanisme lain. Supresi flora normal secara jelas menyebabkan

kekosongan lokal parsial yang cenderung diisi oleh organisme dari lingkungan

atau dari bagian tubuh yang lain. Organisme tersebut bersifat oportunistik dan

dapat menjadi patogen.[19]

Sebaliknya, anggota flora normal sendiri dapat menyebabkan penyakit

dalam keadaan tertentu. Organisme-organisme tersebut beradaptasi dengan cara

hidup yang noninvasif yang disebabkan oleh keterbatasan keadaan lingkungan.

Jika dipindahkan secara paksa akibat pembatasan lingkungan tersebut dan

dimasukkan ke dalam aliran darah atau jaringan, organisme tersebut dapat

menjadi patogenik. Hal tersebut tampak pada individu yang berada dalam status

imunokompromi dan sangat lemah karena suatu penyakit kronik, dimana flora

normal akan menyebabkan suatu penyakit pada tempat anatomisnya.[20]

Hal yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong flora residen

normal tidak membahayakan dan dapat menguntungkan di lokasi normalnya pada

penjamu serta pada keadaan tanpa kelainan yang menyertai. Organisme tersebut

Page 8: radi

dapat menyebabkan penyakit jika dimasukkan dalam jumlah besar dan jika

terdapat faktor predisposisi. Berikut adalah tabel mengenai jenis flora normal

yang sering ditemukan pada berbagai tempat di tubuh manusia.[21]

Tabel 2.2.1. Tabel Distribusi Flora Normal Pada Manusia.[21]

2.2.2. Flora Normal Mulut & saluran Pernapasan Atas

Sebagian besar spesies bakteri berkolonisasi di mulut dan saluran

pernapasan bagian atas. Spesies yang dominan yaitu, nonhemolytic, alpha-

hemolytic streptococci dan Neisseria. Seluruh permukaan mukosa dan rongga

mulut tidak terkecuali, lipatan mukosa seperti celah-celah dalam ginggiva adalah

rumah bagi berbagai bakteri aerob maupn anaerob. Adanya sisa-sisa makanan,

nutrisi, dan sekresi lainnya membuat mulut memiliki ekologi yang melimpah.

Page 9: radi

Bakteri pada mulut terdiri dari Streptococci, lactobacilli, Staphylococci, dan

Sphirochaetes, dan berbagai jenis anaerob, terutama Fusobacterian dan

Bacteroides. mikro flora mulut dan saluran napas sudah dikenal memiliki potensi

patogen. Karies gigi dan penyakit periodontal bepengaruh hampir 80 % dari

populasi dunia barat yaitu karena streptococcus mutan dan flora normal residen

didalam mulut. Sreptococci pada mulut, terutama S.milleri yang berikatan dengan

baktei aerob pada mulut mengakibatkan sinusitis purulenta, abses otak dan paru.

Streptococci yang bertranslokasi ke dalam aliran darah, akibat infeksi periodontal

adalah organisme yang paling umum menyebabkan endokarditis, terutama

mereka dengan kerusakan katup jantung yang sudah ada.[22]

Bakteri patogen seperti Streptococcus pneumonia, Streptoccus pyogenes,

Haemophilus influinzae, dan Neisseria menigitidis juga dapat ditemukan

kolonisasinya di pharynx pada beberapa individu. Jika epitel saluran pernapasan

menjadi rusak ,seperti pada perokok, pasien bronkitis kronis, pneumonia virus,

individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh patogen yang berada di mukosa

nasopharyx yang rusak ( misalnya: H.influinzae, S.pneumoniae).[22]

Jumlah bakteri rogga mulut berbeda pada tiap individu dipengaruhi oleh :

a. Alat ortodonti

Alat-alat yang terdapat dalam rongga mulut, seperti: bracket, hook, band,

cleat, arch wire, elastic, dan lain-lain menyebabkan bakteri lebih mudah

berkembang biak, bakteri dapa melekat leluasa di tempat tersembunyi pada alat-

alat tersebut. Bakteri akan bertambah banyak bila penderita kurang merawat

giginya dengan cara menggosok gigi. Bakteri yang berakumulasi terdapat dalam

Page 10: radi

plak gigi akan merekat erat pada alat-alat ortodonti, dan tidak akan terlepas bila

hanya dengan berkumur-kumur.[23]

b. kebiasaan

Merokok dapat memyebabkan penurunan antibodi dalam saliva, yang

berguna untuk menetralisir bakteri rongga mulut, sehingga terjadi gangguan

fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Potensial reduksi-oksidasi (Eh) pada region

gingiva dan rongga mulut menrunakibat merokok. Hal tersebut berpengaruh

terhadap jumlah bakteri dalam rongga mulut. Penurunan fungsi antibodi saliva,

disertai dengan menigkatnya jumlah koloni bakteri anaerob rongga mulut,

menimbulkan rongga mulut rentan terserang infeksi.[24]

c. Terapi radiasi

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2003, menyebutkan bahwa

radioterapi area kepala dan leher akan berakibat pada gangguan fungsi kelenjar

saliva sehingga sekresi saliva berkurang.[25]

d. makanan

Sumber rasa manis dapat diperoleh dari sukrosa yang dikonsumsi dalam

bentuk gula dan permen karet. Sukrosa yang sering disebut gula tebu sering

digunakan untuk makanan dan minuman. Sukrosa juga mempunyai kelebihan

dibanding dengan fruktosa yaitu lebih mengandung nutrisi dan lebih murah.

Substrat yang menempel pada permukaan gigi mempunyai sifat lebih lengket

sehingga harus cepat dibersihkan dengan penyikatan. penyikatan kurang bersih

Page 11: radi

akan merangsang pertumbuhan streptokokus. Streptokokus berperan dalam tahap

awal terjadinya karies dengan cara merusak bagian luar email, selanjutnya

Laktobasilus akan meng ambil alih peran pada karies yang telah dalam dan akan

lebih merusak.[26]

e. pH saliva

Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5–7,5

dan apabila rongga mulut pH-nya rendah Antara 4,5–5,5 akan memudahkan

pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus .

[27]

f. Kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan gigi dan mulut berbeda-beda tiap individu tergantung dari

kemampuan mereka dalam menjaganya, baik dalam hal waktu, frekuensi, maupun

caranya. Bila kebersihan mulut tidak terjaga maka sisa makanan dan debris epitel

dalam rongga mulut yang tertinggal akan menjadi nutrisi yang baik bagi bakteri.[5]

g.Obat-obatan

Obat-obatan yang dimaksud di sini yaitu obat apapun yang dapat

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Obat antiseptik oral dan antibiotik

sistemik yang digunakan oleh subjek penelitian dapat mengakibatkan penurunan

sejumlah bakteri di dalam rongga mulut.[5]

h. penyakit gigi dan mulut

Page 12: radi

Penyakit gigi dan mulut yang dimaksud adalah semua penyakit yang

disebabkan oleh kuman patogen maupun flora normal yang karena faktor-faktor

tertentu menjadi patogen.Penyakit infeksi gigi dan mulut menyebabkan terjadinya

pergeseran perbandingan jumlah bakteri Gram positif dengan bakteri Gram

negatif dan pergeseran perbandingan bakteri aerob dengan bakteri anaerob.[5]

i.Penyakit lain yang mempengaruhi sekresi saliva

Dipilih subjek yang tidak menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi

sekresi saliva, seperti diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, diare, dan

demam.[5]

j. jumlah saliva

Penelitian yang dilakukan Hamilton dan Bowden pada tahun 1992

menyatakan Jumlah saliva yang dihasilkan seseorang tergantung tingkat stimulasi

dari kelenjar ludah. Penurunan jumlah saliva atau xerostomia dapat meningkatkan

proporsi bakteri acidogenic dalam mulut.[5]

2.3. Karies gigi dan Penyakit Periodontal

Page 13: radi

Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang

paling sering dijumpai di Indonesia. Kedua penyakit ini dapat menyerang semua

lapisan masyarakat termasuk yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut.[26]

Karies merupakan penyakit multifaktorial, yaitu adanya beberapa faktor yang

menjadi penyebab terbentuknya karies. Menurut Keyes dan Jordan (1962), ada

tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah,

mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, ketiga faktor saling

tumpang tindih.[28]

Steptococcus mutans merupakan penyebab utama dari karies. Streptococcus

mutans bersama dengan beberapa bakteri jenis lain akan berkolonisasi di

permukaan luar dari gigi untuk membentuk plak. Jika plak yang terbentuk tidak

dibersihkan secara manual dengan menggunakan sikat gigi atau secara alamiah

dengan menggunakan metode pembersihan berupa saliva, asam yang dihasilkan

bakteri sebagai hasil metabolisme karbohidrat di gigi akan menyebabkan

demineralisasi dari enamel. Fisura dan celah dari permukaan gigi adalah tempat

yang paling sering terjadinya kerusakan gigi. Seiring berjalannya waktu, karies

akan menyebar hingga ke bagian dentin, yang menyebabkan terbentuknya kavitas

dari enamel dan penetrasi menuju ke bagian pulpa. Jika karies sudah mencapai

pulpa, keadaan ini disebut dengan pulpitis akut. Pada fase akut, dimana infeksi

pulpa masih terbatas, gigi menjadi sensitif terhadap perkusi, rasa dingin dan rasa

panas. Rasa nyeri di sekitar daerah infeksi akan hilang jika stimulus yang

merangsang dihilangka.[29]

Page 14: radi

Infeksi mukosa mulut yang paling umum adalah penyakit periodontal.

Kondisi ini dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di

banyak negara. Periodontitis telah dikaitkan dengan proliferasi bakteri

Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Prevotella

intermedia dan. Infeksi melibatkan struktur penyokong dengan kerusakan lapisan

gingiva secara progresif gigi dengan penyerapan penyokong alveolar bone. Hal

ini menyebabkan pembentukan kantung periodontal, yang dapat menyebabkan

penyakit lebih lanjut termasuk kehilangan gigi. Ketika kantung periodontal yang

dalam menutup sepanjang permukaan gigi bakteri gigi terperangkap, kondisi ini

dapat menyebabkan abses.[30]

Kejadian karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah, yaitu dengan

cara menjaga dan memelihara kesehatan rongga mulut. Hal yang dapat digunakan

sebagai acuan untuk memelihara kesehatan rongga mulut akan dibahas pada

bagian selanjutnya.[31]

2.4. Pemeliharan Kesehatan Ronga mulut

Meskipun di beberapa negara berkembang dilaporkan sudah terjadi

perbaikan atau peningkatan kesehatan gigi mulut, namun kesehatan gigi mulut

tetap merupakan tantangan masalah kesehatan yang perlu ditanggulangi.

Setidaknya ada enam masalah yang timbul dan dihubungkan dengan masalah

kesehatan gigi. Keenam masalah tersebut adalah karies, penyakit periodontal,

halitosis, stomatitis, gangguan pada sendi temporomandibular, dan beberapa

penyakit sistemik yang seperti penyakit jantung koroner, Diabetes Mellitus, dan

Page 15: radi

pneumonia. Masalah-masalah tersebut saling terkait dan bisa timbul bersamaan

dan berdampak terhadap kualitas hidup seseorang.[32]

ADA (American Dentistry Association) merekomendasikan beberapa cara

untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Rekomendasi tersebut adalah tentang

menggosok gigi, pengunaan benang pembersih ataupun pembersih sela gigi,

rekomendasi pola hidup sehat, dan melakukan pengecekan gigi secara berkala ke

pusat perawatan gigi yang memiliki tenaga profesional yang memiliki

kemampuan memeriksa dan membersihkan gigi.[29]

ADA merekomendasikan kepada masyarakat agar meyikat gigi sebanyak dua

kali sehari dengan menggunakan pasta gigi berfluor yang telah diakui oleh ADA.

Pada saat meyikat gigi, usahakan membersihkan seluruh permukaan gigi.

Penggunaan sikat gigi elektrik dianjurkan pada orang yang menderita artritis

sehingga sulit menggerakkan tangan. Kehigienisan sikat gigi juga penting dijaga,

dimana tidak dianjurkan menyimpan sikat gigi di tempat yang tertutup karena

dapat menyebabkan pertumbuhan kuman pada sikat gigi. Sikat gigi diganti setiap

tiga atau empat bulan, atau jika bulu sikat telah berjerumbai, karena bulu sikat

yang telah berjerubai tidak dapat membersihkan gigi dengan baik. Penggunaan

alat bantu untuk membersihkan gigi dianjurkan untuk membersihkan sela-sela

gigi yang tidak dapat dibersihkan dengan cara menggosok gigi. Alat bantu yang

dianjurkan oleh ADA adalah benang pembersih dan pembersih sela gigi. Alat

bantu ini diharapkan dapat membantu melepaskan lapisan lengket yang disebut

plak dan sisa-sisa makanan yang terperangkap di sela-sela gigi dan di bawah garis

gusi.[33;34]

Page 16: radi

Faktor diet juga berpengaruh pada kebersihan rongga mulut. ADA

merekomendasikan diet yang seimbang dan pembatasan makan makanan ringan

diantara waktu makan. Selain itu, melakukan pemeriksaan kesehatan gigi pada

pusat kesehatan yang memiliki tenaga terlatih juga merupakan salah satu upaya

menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan rutin yang direkomendasikan

untuk orang dewasa adalah kira-kira tiga bulan sampai dua tahun sekali. Makin

sehat kesehatan gigi dan mulut seseorang, maka makin lama waktu selang antara

satu pemeriksaan rutin dengan pemeriksaan rutin lainnya. Namun, jika ditemukan

kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang buruk, jarak antar pemeriksaan

rutin akan semakin sempit.[35]

Banyak studi menunjukkan bahwa ternyata obat kumur efektif dan berguna

untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Obat kumur digunakan dengan cara

dikumur dalam rongga mulut dengan bantuan otot-otot pipi, bibir, dan lidah

sehingga partikel dan debris akan lepas dari rongga mulut. Obat kumur yang

mengandung antimikroba efektif terhadap mikroba yang berada pada permukaan

gingiva dan mukosa rongga mulut.[36;37]

2.5. Povidon Iodin

2.5.1. Struktur

Povidon iodin ialah suatu iodofor yang kompleks antara yodium dengan

polivinil pirolidon.Povidon iodine larut dalam air, stabil secara kimia dan larut

dalam pirolidin polivinil polimer. Povidon iodin memiliki rumus molekul

C6H9I2NO dan memiliki nama IUPAC 1-ethenylpyrrolidin-2-one; molecular

iodine.[38;39;40]

Page 17: radi

Gambar 2.5.1. Struktur Kimia Povidon Iodin.[41]

2.5.2. Farmakologi

Suatu bahan organik dari bahan aktif polivinil pirolidon yang merupakan

kompleks iodine yang larut dalam air. Bekerja sebagai bakterisid yang juga

membunuh spora, jamur, virus dan sporozoa. Povidone iodine diabsorbsi secara

sistemik sebagai iodine, jumlahnya tergantung konsentrasi, rute pemberian dan

karakter kulit. Povidone iodine digunakan dalam perawatan luka namun dapat

menyebabkan dermatitis kontak pada kulit, mempunyai efek toksikogenik

terhadap fibroblas and lekosit, menghambat migrasi netrofil dan menurunkan sel

monosit.[6]

Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai

antiseptik, mampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus,

protozoa, dan sporha bakteri. Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang

digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle digunakan untuk mengatasi

infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan

tukak mulut (sariawan). Aktifitas antimikroba povidone iodine dikarenakan

kemampuan oksidasi kuat dari iodine bebas terhadap asam amino, nukleotida dan

ikatan ganda, dan juga lemak bebas tidak jenuh. Hal ini menyebabkan povidone

iodine mampu merusak protein dan DNA mikroba.[6] Kemampuan povidone

Page 18: radi

iodine dalam hal infalamasi adalah menghambat interleukin-1 beta (IL-1β) dan

interleukin -8 (IL-8).[42]

2.6. Madu

2.6.1.Komposisi Madu Dan Produksi Madu

Madu yang diproduksi lebah berasal dari nectar tanaman, dari sekresi

tanaman dan dari eksresi tanaman (“honeydew”). The Food Standards Code

mendefinisikan madu sebagai “eksudasi tanaman berupa nectar dan gula yang

dikumpulkan, dimodifikasi dan disimpan oleh lebah penghasil madu.”.

Farmakope Inggris (1993) mendefinisikan madu murni sebagai “hasil purifikasi

madu yang berasal dari sarang lebah Apis melera, atau spesies Apis lain.Rasa

manis madu adalah lebih manis dibandingkan dengan gula (sakrosa) disebabkan

adanya kandungan fruktosa (gula buah), gula ,dan sakarosa.[43]

Page 19: radi

Tabel 1. komposisi madu.[43]

Page 20: radi

Tabel 2. Kandungan vitamin dan mineral dalam madu.[43]

2.6.2 Jenis Madu

Di Indonesia jenis lebah yang paling banyak digunakan sebagai penghasil

madu adalah lebah lokal (Apis cerana), lebah hutan (Apis dorsata) dan lebah

Eropa (Apis melifera). Ada banyak jenis madu menurut karakteristiknya.

Karakteristik madu dapat dibedakan berdasarkan sumber nektar, letak geografi,

Page 21: radi

dan teknologi pemprosesannya. Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat

dibagi menjadi dua, yaitu monoflora dan poliflora. Madu monoflora merupakan

madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama. Madu ini biasanya dinamakan

berdasarkan sumber nektarnya, seperti madu kelengkeng, madu rambutan dan

madu randu.[44]

Madu monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang spesifik sesuai

dengan sumbernya. Madu monoflora juga disebut madu ternak, karena madu jenis

ini pada umumnya diternakkan. Sedangkan madu poliflora merupakan madu yang

berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga. Lebah cenderung mengambil

nektar dari satu jenis tanaman dan baru mengambil dari tanaman lain bila belum

mencukupi. Contoh dari madu jenis ini adalah madu hutan. Madu hutan adalah

madu yang diproduksi oleh lebah liar. Madu ini berasal dari lebah liar yang

bernama Apis dorsata. Sumber pakan dari lebah ini adalah tumbuh-tumbuhan obat

yang banyak tumbuh di dalam hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga

sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antibiotik alami yang diproduksi

oleh lebah-lebah liar.[44]

2.6.3. Aktifitas Antimikroba Madu

A. Mekanisme Aksi

2.6.3.1. Osmolaritas

Banyak penelitian menyebutkan bahwa madu mempunyai efek

antimikroba, aktivitas antimikroba tersebut akibat osmolaritas, kandungan

hidrogen peroksida serta bahan-bahan lainnya. Rendahnya aktivitas air

dalam madu yang berkisar 0,52-0,62 akan menghambat pertumbuhan

sebagian besar bakteri, dan beberapa jenis ragi dan jamur. Ketika madu

Page 22: radi

diberikan secara topikal pada luka, maka daya osmosis madu akan

menyerap air dari luka sehingga membantu mengeringkan jaringan yang

terinfeksi serta mengurangi pertumbuhan bakteri. Staphylococcus aureus

merupakan salah satu bakteri yang tahan terhadap aktivitas air yang rendah,

dalam pengamatan didapatkan bahwa bakteri ini masih dapat tumbuh pada

aktivitas air sebesar 0,86. Bakteri ini masih dapat tumbuh dalam kulit

terinfeksi yang diobati dengan konsentrat larutan gula murni, tetapi bakteri

ini sensitif terhadap komponen antimikroba lainnya yang terdapat dalam

madu dengan besar aktivitas air yang sama. Aktivitas antimikroba madu

tidak hanya disebabkan oleh rendahnya aktivitas air, beberapa penelitian

telah membandingkan antara sirup gula dengan aktivitas air serupa dengan

madu dan didapatkan bahwa sirup gula tersebut kurang efektif dalam

menghambat pertumbuhan mikroba secara in vitro dibandingkan dengan

madu.[45]

2.6.3.2. Hydrogen peroksida

Tahun 1963 White, Hubers & Schepartz mengidentifikasi hydrogen

peroksida sebagai sumber aktivitas antimikroba utama dalam madu. Selain

menghasilkan asam glukonik, penguraian glukosa oleh enzim glukosa

oksidase juga menghasilkan hydrogen peroksida. Aktivitas glukosa oksidase akan

meningkat jika madu dilarutkan dalam air.[45]

Berikut adalah rumus reaksi kimia terbentuknya hidrogen peroksida.[45]

Glukosa + H2O + O2GlukosidaseAsam glukonat + H2O2

Hidrogen peroksida yang dihasilkan dari hasil reaksi tersebut di atas

Page 23: radi

akan sangat rendah sekitar 1-2 mmol/liter madu.[46,47] Sementara pemakaian

dalam bidang medis konsentrasi hidrogen peroksida berkisar 3% berat per

volume.[46] Madu apabila tidak dilarutkan dalam air, maka asam glukonik

yang dihasilkan akan menurunkan pH sampai pada titik dimana aktivitas enzim

akan terhambat, sehingga produksi hydrogen peroksida selanjutnya juga

terhambat.

2.6.3.3. Tingkat Keasaman

Madu mempunyai pH sedikit rendah, yaitu antara 3,2 sampai 4,5.

Asam glukonik dalam madu dibentuk oleh enzim glukosa oksidase yang

disekresikan oleh lebah, enzim tersebut mengkatalisis proses oksidasi

glukosa menjadi asam glukonik. pH yang rendah sendiri sudah mampu

menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen, terutama pada

pemakaian topical. Pada pemakaian per oral, efek pH yang rendah dalam

madu akan hilang karena mengalami perubahan tingkat keasaman di dalam

lambung dan lumen usus.[48]

2.6.3.4. Madu sebagai prebiotik

Prebiotik adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai

pengaruh baik terhadap host dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang

selektif, atau keduanya terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni

kolon, pada umumnya adalah karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak

diserap biasanya dalam bentuk oligosaccharide (oligofructose) dan dietary

fiber (inulin). Definisi probiotik, yang berlaku secara ilmiah dikemukakan

Page 24: radi

oleh Fuller dan Gibson yaitu bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen

makanan yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik

pada manusia dan binatang, dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora

intestinal.[49]

Populasi yang tinggi dari bakteri yang menguntungkan akan

menghambat pertumbuhan bakteri petogen secara kompetitif dengan cara

menduduki reseptor dan kompetisi memperebutkan ruang, dan nutrisi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri

patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan

menunjukkan dengan cara kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan

enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri

probiotik tidak dapat lagi mengadakan perlekatan dengan bakteri yang lain.

Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah

kolonisasi oleh bakteri patogen misalnya E.coli dan Salmonella sehingga

dapat mengurangi atau menghambat adhesi bakteri patogen tersebut.[50,51]

2.7. Kerangka Konsep

- Alat ortodonti - Kebiasaan- Penyakit - Makanan- Obat - obatan

- Terapi radiasi- pH saliva

Page 25: radi

Keterangan:

: Berpengaruh ( diteliti ) : kelompok sampel

: Berpengaruh ( tidak diteliti ) : tidak diteliti

: diteliti

Gambar 2.7. Kerangka konsep

Berkumur dengan Povidon Iodin 1 %

Kuantitas bakteri rongga mulut

Penurunan akumulasi plak

Penurunan kuantitas bakteri rongga mulut

Penurunan angka kejadian penyakit gigi dan

mulut

Berkumur dengan madu 25 %

Page 26: radi