Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation...

9
www.aaiil.org

Transcript of Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation...

Page 1: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 2: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

ISBN :979-97640-7-6Judulasli :The��l�� �u�a����l���u�a��Pe��ulis :Maula��aMuhammadAliPe��te�jemah :�.M.Bach�unEdit�� :TimEdit��Desig��La���ut :E�wa���amda��i

Cetaka��Pe�tama :1979Cetaka��keDuabelas :2006

Dite�bitka���leh:Darul Kutubil IslamiyahJl.Kesehata��IXN�.12Jaka�taPusat10160Telp.021-3844111

e-mail:Da�[email protected]�mWebsite:I��d���esiaI��te���asi���al-www.aaiil.��g/i��d���esia-www.muslim.��g-www.studiislam.w��dp�ess.c�m-www.aaiil.��g-www.ahmadi��ah.��g

www.aaiil.org

Page 3: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

SURAT 1 AL-FÂTIHAH : PEMBUKAAN (Diturunkan di Makkah, 7 ayat)

Al-Fâtihah atau Pembukaan dikenal pula dengan berbagai nama lain. Dalam Qur’an sendiri Surat ini disebut Sab’an minal-matsâni atau Tujuh ayat yang acap kali diulang (15:87), karena, tujuh ayatnya selalu diulang oleh setiap orang Islam dalam shalatnya. Surat ini disebut Fâtihatul-kitâb atau Pembukaan Kitab dalam suatu Hadits yang berbunyi: “Shalat tidaklah sempurna jika tak dibaca Fâtihatul-kitâb” (B. 10:95). Itulah sebabnya mengapa Surat ini disebut Sûratush-shalât atau Surat Shalat, karena Surat ini tak boleh ditinggalkan dalam tiap-tiap shalat, baik yang dilakukan bersama-sama (jama’ah) maupun sendiri-sendiri. Surat ini disebut pula Sûratud-du’â’, atau Surat doa, karena seluruh Surat ini adalah doa atau per-mohonan kepada Tuhan Yang Maha-agung. Surat ini disebut pula Ummul-Kitâb atau Induk Kitab, karena Surat ini mengandung seluruh Qur’an, dan, seakan-akan, Surat ini adalah ikhtisarnya. Nama lain yang diberikan kepada Surat ini ialah Pu-jian, Pernyataan Terima Kasih, Landasan, Barang berharga, Keseluruhan, Yang Mencukupi, Yang menyembuhkan dan Obat.

Al-Fâtihah berisi tujuh ayat dalam satu ruku’, dan diturunkan di Makkah, yang tak sangsi lagi termasuk golongan wahyu permulaan. Kenyataan menunjuk-kan, bahwa Al-Fâtihah adalah bagian yang amat penting dalam shalat kaum Mus-limin sejak zaman permulaan, tatkala shalat mulai diwajibkan, dan banyak bukti yang menunjukkan bahwa shalat itu kewajiban yang mula-mula sekali dikerjakan sesudah Bi’tsah Nabi. Fakta ini bukan saja disebutkan dalam wahyu permulaan, se-perti Surat 73, melainkan banyak pula peristiwa sejarah yang menunjukkan bahwa shalat itu dikerjakan oleh para pemeluk Islam yang paling permulaan.

Surat ini diawali dengan kalimat Bismillâhir-Rahmânir-Rahîm, yang meng-awali pula 113 Surat yang lain, terkecuali satu Surat, yaitu Surat 9; tetapi di tengah-tengah suatu Surat, yaitu dalam 27:30, di sana dicantumkan kalimat basmalah; dengan demikian, kalimat itu tercantum 114 kali dalam Qur’an Suci. Selain itu, kalimat itu digunakan seluas-luasnya di kalangan umat Islam, sehingga kalimat itu merupakan kalimat pertama yang dipelajari oleh putera-putera Islam; dan dalam kesibukan sehari-hari, Bismillâh merupakan kalimat pertama yang diucapkan oleh orang Islam.

Bismillâh adalah inti Surat Al-Fâtihah, sebagaimana Al-Fâtihah adalah inti Qur’an Suci. Dengan memulai tiap-tiap urusan penting dengan Bismillâh, orang Islam membuktikan di tengah kesibukan sehari-hari, bahwa sikap batin yang benar terhadap Tuhan sarwa sekalian alam ialah, bahwa ia harus selalu berusaha mem-peroleh pertolongan Tuhan Yang Maha-kuasa, Sumber segala kekuatan; dengan

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 4: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

2 Juz IAl-Fatihah

demikian, iman kepada Allah, diwujudkan dalam praktik oleh orang Islam, denganAllah, diwujudkan dalam praktik oleh orang Islam, dengan, diwujudkan dalam praktik oleh orang Islam, dengan cara yang tak ada taranya dalam sejarah agama.

Sebagai doa, Al-Fâtihah mempunyai arti yang amat penting. Tujuh ayatnya yang diulang berkali-kali, merupakan doa bagi tiap-tiap orang Islam agar terpimpin pada jalan yang benar, sekurang-kurangnya tiga puluh dua kali sehari; oleh karena itu, Al-Fâtihah bagi orang Islam, mempunyai arti yang jauh lebih besar daripada doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan yang lain. Orang Nasrani diajarkan supaya memohon datangnya Kerajaan Allah, sedang orang IslamAllah, sedang orang Islam, sedang orang Islam diajarkan supaya berusaha memperoleh tempat yang baik dalam kerajaan itu, yang sebetulnya sudah datang, yang tak sangsi lagi bahwa datangnya Nabi Suci adalah datangnya Kerajaan Allah, yang kedatangan beliau diajarkan oleh Nabi �Isa kepadaAllah, yang kedatangan beliau diajarkan oleh Nabi �Isa kepada, yang kedatangan beliau diajarkan oleh Nabi �Isa kepada para murid beliau sebagai berikut: “Waktunya telah genap, kerajaan Allah sudahAllah sudah sudah dekat” (Markus 1:15). Doa yang terkandung dalam Surat Al-Fâtihah adalah yang paling mulia di antara sekalian doa dalam agama apa saja, bahkan menduduki tem-pat yang paling atas di antara sekalian doa yang termuat dalam Qur’an Suci. Para pencerca Qur’an yang jamhur-jamhur serempak memuji keunggulan doa itu.

Surat ini terdiri dari tujuh ayat. Tiga ayat pertama, menerangkan Sifat AllahAllah yang paling utama, yakni, Rabb, Rahman, Rahim dan Maliki yaumiddin, yang se-muanya menyatakan keagungan dan terpujinya Tuhan. Tiga ayat terakhir mem-beberkan hasrat jiwa yang menyala-nyala di hadapan Tuhan Yang Maha-pencipta, untuk berjalan di jalan yang benar, tak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Adapun ayat di tengah, menyatakan bergantungnya manusia dalam segala hal kepada Allah.Allah.. Sifat Allah tersebut di atas adalah Sifat yang memberikan kemurahan dan kasihAllah tersebut di atas adalah Sifat yang memberikan kemurahan dan kasih tersebut di atas adalah Sifat yang memberikan kemurahan dan kasih sayang Allah yang menyeluruh, dan kecintaan Allah yang tak terhingga kepada se-Allah yang menyeluruh, dan kecintaan Allah yang tak terhingga kepada se- yang menyeluruh, dan kecintaan Allah yang tak terhingga kepada se-Allah yang tak terhingga kepada se- yang tak terhingga kepada se-kalian makhluk-Nya. Adapun cita-cita yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia, yakni jalan yang benar, jalan yang penuh kenikmatan dan jalan yang tak ada rintangan sama sekali. Jadi, pandangan picik seakan-akan Allah itu TuhannyaAllah itu Tuhannya itu Tuhannya bangsa tertentu saja, lenyap sama sekali oleh pernyataan bahwa pemberian dan kecintaan Allah kepada sekalian umat, bahkan kepada sekalian makhluk di dunia,Allah kepada sekalian umat, bahkan kepada sekalian makhluk di dunia, kepada sekalian umat, bahkan kepada sekalian makhluk di dunia, adalah sama. Sebaliknya, manusia harus mencita-citakan keluhuran rohani yang te-lah dicapai oleh mereka yang telah dikaruniai nikmat Allah, yaitu para Nabi, orang-Allah, yaitu para Nabi, orang-, yaitu para Nabi, orang-orang tulus (shiddiqîn), para setiawan (syuhadâ’), dan orang-orang lurus (shâlihîn) (4:69). Orang akan sia-sia membuka lembaran kitab suci lain, untuk menemukan sesuatu yang mendekati angan-angan luhur dan mulia, yang terkandung dalam Surat Al-Fatihah ini.

Sebagaimana telah kami terangkan, Al-Fâtihah adalah inti Qur’an Suci. Al-Qur’an ialah kitab yang menyatakan keagungan Allah dan mengajarkan jalan yangAllah dan mengajarkan jalan yang dan mengajarkan jalan yang benar kepada manusia; dan dua tema ini dinyatakan sepenuhnya dalam Al-Fâtihah. Ajaran pokok agama, Sifat Allah yang paling utama yang menjadi dasar Sifat AllahAllah yang paling utama yang menjadi dasar Sifat Allah yang paling utama yang menjadi dasar Sifat AllahAllah yang lain, hubungan antara manusia dan Khalik, semuanya tersimpul dalam tujuh ayat pendek Surat Al-Fâtihah yang mengagumkan itu. Sebagai puncaknya, Surat ini dibuka dengan konsepsi yang amat luas tentang ke-Rubbubiyah-an Allah danAllah dan dan persaudaraan umat manusia, ya bahkan keesaan sekalian makhluk, karena keesaan makhluk hanyalah akibat belaka dari Keesaan Khalik.[]

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 5: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

3Surat 1 Al-Fâtihah

Dengan1 nama Allah,2 Yang Maha-pe-murah, Yang Maha-pengasih,3

Segala puji4 kepunyaan Allah, Tu-Allah, Tu-, Tu-

1 Kami tak mengubah terjemahan umum dari partikel bi, tetapi kami perlu memperingatkan para pembaca, bahwa dalam bahasa Arab, partikel ini tak sama artinya dengan kata dengan dalam kalimat dengan nama AllahAllah. Dengan dalam kalimat ini berarti karena, sedangkan partikel bi dalam bahasa Arab berarti atas pertolongan, atau lebih tepat lagi dengan pertolongan. Sebenarnya, kalimat ini sama artinya dengan Aku mohon pertolongan Allah, Yang Maha-pemurah, YangAllah, Yang Maha-pemurah, Yang, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih (AH). Oleh sebab itu, orang Islam diwajibkan memulai tiap-tiap urusan penting dengan Bismillâh.

2 Menurut pendapat yang paling betul, Allah adalah nama yang hanya di-Allah adalah nama yang hanya di- adalah nama yang hanya di-terapkan terhadap Dzat yang wajib maujud dengan sendiri-Nya, yang meliputi segala sifat kesempurnaan. (T-LL). Al dalam kata Allâh, tak dapat dipisahkan da-ripadanya, karena al ini bukanlah susulan (Msb-LL). Al-ilâh adalah kata lain, dan kata Allâh bukanlah kependekan dari kata Al-ilâh. Kata Allâh tak boleh diterapkan terhadap siapa pun selain Tuhan yang sebenar-benarnya, yang meliputi sekalian nama yang mulia (asmâul-husnâ), dan bangsa Arab tak pernah memberi nama Allâh kepada salah satu berhala mereka yang jumlahnya banyak sekali. Oleh karena nama Allah adalah nama Dzat yang tak mempunyai persamaan di lain bahasa, makaAllah adalah nama Dzat yang tak mempunyai persamaan di lain bahasa, maka adalah nama Dzat yang tak mempunyai persamaan di lain bahasa, maka dalam terjemahan ini, kami tetap mengambil kata aslinya

3 Rahmân dan Rahîm, dua-duanya berasal dari kata rahmah, yang artinya, kelembutan hati yang mengharuskan berbuat kebajikan kepada yang dirahmati (R), jadi, meliputi pengertian cinta dan kasih. Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm adalah kata benda partisi dari wazan yang berlainan, yang menyatakan arti yang inten-sif; yang pertama dari wazan fa’lân untuk menunjukkan jenis rahmat yang amat besar, dan yang kedua dari wazan fa’îl untuk menyatakan tak terputus-putusnya pemberian rahmat (AH). Diriwayatkan bahwa Nabi Suci bersabda: “Ar-Rahmân ialah Tuhan Yang Maha-pemurah, Yang cinta dan kasih-Nya diwujudkan dalam terciptanya dunia ini, dan Ar-Rahîm ialah Tuhan Yang Maha-pengasih, yang cin-ta dan kasih-Nya diwujudkan pada hari kemudian” (AH), berupa buah perbuatan manusia. Jadi, yang pertama menyatakan derajat kecintaan dan kemurahan yang setinggi-tingginya, dan yang kedua, menyatakan kasih sayang yang tak terbatas dan tak ada putus-putusnya. Para ahli kamus sependapat bahwa yang pertama meliputi kaum mukmin dan kaum kafir, sedang yang kedua hanya meliputi kaum mukmin saja (LL). Oleh sebab itu, Ar-Rahmân kami terjemahkan Yang Maha-pemurah, ka-rena pengertian berbuat kebajikan, banyak terkandung di dalamnya, walaupun ka-mi harus mengakui bahwa bahasa Indonesia tak mempunyai perkataan yang sama artinya dengan kata Ar-Rahmân.

4 Kata-sandang al dalam alhamdu adalah li istighrâqi l-jinsi, artinya me-lingkupi semua jenis (AH), dan menunjukkan bahwa segala jenis puji termasuk di dalamnya.

1.

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 6: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

4 Juz IAl-Fatihah

han5 sarwa sekalian alam,6

Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.

Yang memiliki7 Hari Pembalasan,8

5 Kata Rabb bukan saja mengandung arti merawat, mengasuh atau me-melihara, melainkan pula mengatur, melengkapi dan menyempurnakan (T-LL), yaitu pengertian evolusi kebendaan dari tingkat yang paling rendah, sampai tingkat kesempurnaan yang paling tinggi. Menurut Imam Raghib, Rabb berarti memeliha-ra sesuatu demikian rupa hingga itu mencapai keadaan yang satu lepas keadaan yang lain, sampai itu mencapai puncak kesempurnaan. Jadi, Rabb ialah Pencipta sekalian makhluk, yang bukan hanya memberi mata penghidupan saja, melainkan bagi tiap-tiap makhluk telah Ia tentukan sebelumnya daya kemampuan, dan da-lam lingkungan daya kemampuan itu telah Ia siapkan sarana, yang dengan sarana itu mereka secara berangsur-angsur dapat meneruskan perkembangannya hingga mencapai puncak kesempurnaan. Jadi dengan dicantumkannya sifat Rabb, Qur’an mengisyaratkan adanya hukum evolusi yang bekerja di alam semesta. Dalam bahasa Indonesia tak ada kata-kata yang sama artinya dengan kata Rabb — mungkin yang agak mirip ialah Yang memelihara hingga sempurna; tetapi biasanya, kata Rabb hanya diterjemahkan dengan Tuhan, demi ringkasnya. Terhadap manusia, Rabb adalah Yang memelihara hingga sempurna baik dalam bidang jasmani maupun ro-hani, karena firman �llah adalah makanan r�hani, yang dengan �irman itu manusiaAllah adalah makanan rohani, yang dengan Firman itu manusia adalah makanan rohani, yang dengan Firman itu manusia dibuat sempurna.

6 Perkataan yang kami terjemahkan sarwa sekalian alam, ialah �âlamîn, jamaknya kata �âlam (dari akar kata �ilm, artinya pengetahuan); adapun makna aslinya ialah sarana yang dengan sarana itu, orang mengetahui sesuatu; oleh sebab itu, berarti dunia atau alam, karena dengan melalui alam, orang mengetahui Tuhan Yang Maha-pencipta. Dalam arti terbatas �âlamîn berarti segolongan makh-luk atau manusia (LL). Maka dari itu dalam 2:47 dan di tempat lain, kata �âlamîn diterjemahkan bangsa atau umat. Ke-Rubbubiyah-an Allah yang melingkupi segalaAllah yang melingkupi segala yang melingkupi segala sesuatu, yang diuraikan dalam kalimat pertama Qur’an Suci, benar-benar seirama dengan keinternasionalan agama Islam, yang mewajibkan para pemeluknya supaya mengakui kebenaran sekalian Nabi dari segala bangsa.

7 Biasanya kata Mâlik diterjemahkan Raja dalam bahasa Indonesia, yang ini sebenarnya tidak tepat. Mâlik dan Malik adalah dua perkataan yang berlainan, berasal dari satu akar kata, yang pertama berarti Yang memiliki, dan yang kedua berarti Raja. Menurut kaidah ilmu Sharaf (tata bahasa Arab), imbuhan huruf (se-perti imbuhan alif dalam kata Mâlik) ini memberi tekanan arti yang lebih kuat (AH); oleh sebab itu, pemilik adalah lebih kuat daripada raja. Digunakannya kata Mâlik atau Yang memiliki, ini menunjukkan bahwa Allah bukanlah tak adil jika Ia meng-Allah bukanlah tak adil jika Ia meng- bukanlah tak adil jika Ia meng-ampuni hamba-Nya, karena Ia bukan saja raja atau hakim, melainkan lebih dari itu, yaitu Yang memiliki.

2.

3.

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 7: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

5Surat 1 Al-Fâtihah

Kepada Engkau kami mengabdi, dan kepada Engkau kami mohon per-tolongan, 8a

8 Dalam Qur’an, kata yaum digunakan untuk menerangkan jangka waktu, dari satu detik (55:29) sampai lima puluh ribu tahun (70:4); oleh karena itu, kata yaum berarti waktu yang keliwat pendek atau kelewat panjang. Menurut LL, yaum adalah waktu, baik siang atau malam (Msb); waktu yang tak terbatas, baik malam atau bukan, sebentar atau tidak; juga berarti hari, artinya, jangka waktu mulai mata-hari terbit sampai matahari terbenam. Menurut R, kata yaum berarti waktu, waktu apa saja, dan makna ini adalah yang paling tepat. Oleh karena dalam Qur’an banyak diterangkan, bahwa Undang-undang pembalasan Allah, bekerja setiap saat, dan takAllah, bekerja setiap saat, dan tak, bekerja setiap saat, dan tak ada satu ayat pun yang membenarkan pengertian bahwa undang-undang pembalasan tak akan dijalankan sebelum datangnya hari yang ditentukan, maka undang-undang pembalasan yang diisyaratkan dalam ayat ini, merupakan undang-undang yang se-nantiasa bekerja; adapun Hari Kiamat adalah hari perwujudan yang sempurna dari undang-undang itu. Sebenarnya, Yang memiliki Hari Pembalasan, itu artinya Yang memiliki undang-undang Pembalasan, karena, undang-undang itu bekerja setiap saat. Kata dîn mempunyai dua makna, pembalasan dan agama, berasal dari kata dâna, artinya membalas, mengadili, mematuhi (LL). Dengan melukiskan Allah sebagai yang memiliki Hari Pembalasan, Qur’an menekankan di satu pihak, sebagai yang memiliki Hari Pembalasan, Qur’an menekankan di satu pihak, adanya kenyataan bahwa undang-undang Allah tentang pembalasan, bekerja setiapAllah tentang pembalasan, bekerja setiap tentang pembalasan, bekerja setiap saat, dengan demikian, membuat manusia mempunyai rasa tangung-jawab atas perbuatan yang mereka lakukan; dan di lain pihak, mengutamakan sifat pengam-punan sebagai sifat utama Allah, sehingga undang-undang pembalasan bukanlahAllah, sehingga undang-undang pembalasan bukanlah, sehingga undang-undang pembalasan bukanlah seperti hukum alam yang tegar, melainkan seperti perlakuan Dhat Yang memiliki, yang pada hakikatnya ialah Yang Maha-pengasih, sebagaimana kami terangkan di muka. Penempatan sifat Mâliki Yaumiddîn sesudah dua sifat utama Rahmân dan Rahîm, ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sifat Mâliki yaumiddîn itu sama pentingnya dengan sifat Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm dalam menyempurnakan manusia. Kemurahan Allah (Allah ( (Ar-Rahmân) diperuntukkan bagi sekalian manusia; Kasih sayang Allah (Allah ( (Ar-Rahîm) diperuntukkan manusia yang menerima Kebenar-an, sedangkan mereka yang tak mau menerima Kebenaran, disempurnakan melalui undang-undang pembalasan (Mâliki yaumiddîn). Kadang-kadang hukuman mere-ka berupa kesusahan dan kesengsaraan di dunia, akan tetapi bentuk hukuman yang sesungguhnya akan dibuktikan pada hari Kiamat. Baik kesengsaraan di dunia mau-pun Neraka di Akhirat, ini sebenarnya adalah tindakan penyembuhan untuk mem-binasakan penyakit rohani, dan untuk membangkitkan kehidupan rohani manusia. Selanjutnya, hendaklah diingat bahwa Allah disebut pula Dhat Yang-me-Allah disebut pula Dhat Yang-me- disebut pula Dhat Yang-me-miliki hari Agama, dalam arti bahwa kebangkitan rohani akan dilaksanakan ber-angsur-angsur di dunia, sehingga akhirnya sebagian besar manusia akan meng-akui kebenaran agama. Sebenarnya, hukum evolusi bekerja pula di alam rohani, sebagaimana hukum itu bekerja di alam fisik.

8a Lih halaman berikutnya

4.

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 8: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

6 Juz IAl-Fatihah

Pimpinlah8b kami pada jalan yang benar,

Jalan orang-orang yang telah Eng-kau beri nikmat9,

8a Tiga ayat pertama Surat ini membicarakan keagungan Tuhan, dan tiga ayat terakhir membicarakan hasrat jiwa manusia untuk mencapai keluhuran rohani, sedangkan ayat di tengah membicarakan hubungan roh manusia dengan Roh Ilahi. Di sini manusia ditunjukkan jalan, agar dapat mencapai kebenaran sejati. Pertama, melalui �ibâdah kepada Allah, yaitu ketaatan yang disertai dengan sepenuh keren-Allah, yaitu ketaatan yang disertai dengan sepenuh keren-, yaitu ketaatan yang disertai dengan sepenuh keren-dahan hati (khudlu’) (R); dan kedua, melalui isti’ânat, yaitu berusaha memperoleh pertolongan (�aun) dari Allah. Menurut pengertian Islam, �Allah. Menurut pengertian Islam, �. Menurut pengertian Islam, �ibâdah (mengabdi atau menyembah Allah) bukanlah hanya menyatakan keagungan Allah, melainkan harusAllah) bukanlah hanya menyatakan keagungan Allah, melainkan harus) bukanlah hanya menyatakan keagungan Allah, melainkan harusAllah, melainkan harus, melainkan harus meresapkan Akhlak Ilahi dalam batinnya dan mewujudkan Akhlak itu dalam per-buatan, dengan jalan berbakti kepada Allah dengan khusyu’. Oleh sebab itu orangAllah dengan khusyu’. Oleh sebab itu orang dengan khusyu’. Oleh sebab itu orang harus mohon pertolongan Allah.Allah..

8b Hidâyah bukanlah hanya berarti menunjukkan jalan, melainkan pula memimpin manusia pada jalan yang benar hingga manusia mencapai tujuan. Inilah arti kata hidâyah di sini. Dengan melalui pertolongan Allah, manusia berusaha un-Allah, manusia berusaha un-, manusia berusaha un-tuk dipimpin pada jalan yang benar, sampai manusia mencapai tujuan kesempurna-an. Manusia benar-benar membutuhkan petunjuk dan penerangan dari Allah dalamAllah dalam dalam urusan sehari-hari; oleh sebab itu, manusia diajarkan supaya mencari penerangan untuk menuju jalan yang benar, yaitu penerangan dari Allah. Tetapi untuk men-Allah. Tetapi untuk men-. Tetapi untuk men-capai tujuan rohani yang luhur, manusia membutuhkan tingkat penerangan yang lebih tinggi lagi. Apakah tujuan rohani yang luhur itu? Ini diterangkan dalam ayat berikutnya.

9 Menurut I’Ab, orang-orang yang diberi kenikmatan, ialah empat golongan manusia yang disebutkan dalam 4:69, yakni para Nabi, shiddiqîn (manusia tulus), syuhadâ’ (manusia setia) dan shâlihîn (manusia luhur) (AH). Jejak pemimpin roha-ni itulah yang harus diikuti oleh orang Islam; jadi tujuan utama hidup orang Islam bukanlah hanya menyempurnakan rohani sendiri saja, melainkan berusaha pula untuk menyempurnakan rohani orang lain, dengan mempertaruhkan jiwanya. Jadi, orang Islam harus memohon pula kenikmatan Allah yang dianugerahkan kepadaAllah yang dianugerahkan kepada yang dianugerahkan kepada orang tulus dalam membasmi kejahatan dan menegakkan kebaikan di dunia. Se-lanjutnya diterangkan bahwa menurut Qur’an, kenikmatan yang diberikan kepada para Nabi yang antara lain berupa wahyu Ilahi — masih dapat diberikan kepada orang tulus yang mengikuti jalan yang benar. Akan tetapi hendaklah diingat bahwa Kenabian dan Wahyu adalah dua hal yang berlainan, karena, menurut penjelasan Qur’an, kenikmatan yang berupa wahyu, diberikan pula kepada orang-orang yang bukan nabi; misalnya, kepada ibu Nabi Musa (20:38) dan kepada para murid Nabi �Isa (5:111). Menurut Hadits yang amat sahih, kenikmatan yang berupa wahyu atau firman �llah, akan diberikan pula kepada para pengikut �abi �u�i yang tulus�� ��iAllah, akan diberikan pula kepada para pengikut Nabi Suci yang tulus: “Di, akan diberikan pula kepada para pengikut Nabi Suci yang tulus: “Di antara mereka terdapat �rang yang diberi firman �llah, sekalipun mereka bukanAllah, sekalipun mereka bukan, sekalipun mereka bukan

5.

6.

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org

Page 9: Quran Suci (Terjemah & Tafsir) — Indonesian Translation ...aaiil.org/indonesia/holyquran/quransuci_001_alfatihah.pdf · doa “Bapa Kami” bagi orang Nasrani. Masih ada lagi perbedaan

7Surat 1 Al-Fâtihah

Bukan (jalan) orang-orang yang terkena murka, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat10.

Nabi” (B. 62:6).10 Di sini kaum Muslimin diperingatkan bahwa sekalipun mereka telah

menerima kenikmatan Allah, mereka dapat terkena murka Allah dan menyimpangAllah, mereka dapat terkena murka Allah dan menyimpang, mereka dapat terkena murka Allah dan menyimpangAllah dan menyimpang dan menyimpang dari jalan yang menuju kepada kesempurnaan; dan inilah yang dimaksud oleh doa tersebut dalam ayat 7. Qur’an menyebut kaum Yahudi sebagai kaum yang terkena murka Allah (2:61, 90; 3:112; 5:60), dan menyebut kaum Nasrani sebagai kaumAllah (2:61, 90; 3:112; 5:60), dan menyebut kaum Nasrani sebagai kaum (2:61, 90; 3:112; 5:60), dan menyebut kaum Nasrani sebagai kaum yang sesat (5: 77); dan diriwayatkan bahwa Nabi Suci bersabda: “Orang-orang yang terkena murka ialah kaum Yahudi, dan orang-orang yang sesat ialah kaum Nasrani” (Tr. 44: 2). Sudah tentu kata-kata itu hanya penjelasan saja, dan tak membatasi arti kata aslinya yang dipakai dalam ayat ini. Kaum Yahudi adalah contohnya kaum yang mengabaikan perbuatan baik, tak melaksanakan jiwa ajaran agama, sekalipun mereka memegang teguh ajaran itu; dan kaum Nasrani adalah contohnya kaum yang merusak ajaran itu, dan dua-duanya adalah lubang perangkap bagi mereka yang telah ditunjukkan jalan yang benar. Selain itu, kaum Yahudi dan kaum Nasrani mencontohkan dua perbuatan yang melewati batas. Kaum Yahudi menuduh Nabi �Isa, Utusan Allah, sebagai pembohong, dan berusaha mati-matian untuk mem-Allah, sebagai pembohong, dan berusaha mati-matian untuk mem-, sebagai pembohong, dan berusaha mati-matian untuk mem-bunuh beliau, sedangkan kaum Nasrani mengangkat seorang Nabi yang fana’ ke derajat Ketuhanan. Jadi, kaum Muslimin diajarkan satu doa, agar mereka jangan sekali-kali mengabaikan perbuatan baik selagi mereka berpegang teguh pada bunyi-nya hukum syari’at, dan jangan pula merusak ajaran agama, dan agar mereka tetap pada shirâthal-mustaqîm, dengan menjauhkan diri dari perbuatan yang melewati batas.[]

7.

www.aaiil.org

www.aaiil.org

www.aaiil.org