QBD3_PB-18_Chika_1306366514

16
LEMBAR TUGAS MANDIRI MODUL PENGELOLAAN BENCANA CHIKA ASTASARI HADI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 1306366514 QBD 3: Pengelolaan bencana 1. Jelaskan pengelolaan organisasi bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional a. Skala Lokal Pada skala local strategi local untuk pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Indoneasia diatur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Pemerintah memperkuat kerangka untuk pencegahan dan kesiapsiagaan terhdapa bencana alam dengan melakukan beberapa hal, diantaranya adalah: Memprioritaskan untuk melakukan peningkatan kapasitas pihak pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi bencana alam Membentuk tim aksi cepat terhadap penanganan bencana alam Peningkatan Sistem Peringatan Dini Tsunami dan Sistem Peringatan Dini Cuaca Melakukan koordinasi dengan badan-badan internasional yang ada di Indonesia

description

JKK

Transcript of QBD3_PB-18_Chika_1306366514

LEMBAR TUGAS MANDIRI

MODUL PENGELOLAAN BENCANA

CHIKA ASTASARI HADI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

1306366514

QBD 3: Pengelolaan bencana

1. Jelaskan pengelolaan organisasi bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional

a. Skala Lokal

Pada skala local strategi local untuk pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Indoneasia diatur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Pemerintah memperkuat kerangka untuk pencegahan dan kesiapsiagaan terhdapa bencana alam dengan melakukan beberapa hal, diantaranya adalah:

Memprioritaskan untuk melakukan peningkatan kapasitas pihak pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi bencana alam

Membentuk tim aksi cepat terhadap penanganan bencana alam

Peningkatan Sistem Peringatan Dini Tsunami dan Sistem Peringatan Dini Cuaca

Melakukan koordinasi dengan badan-badan internasional yang ada di Indonesia

Pemerintah Indonesia mengaktifkan sebuah inisiatif untuk mendukung pemulihan dan kesiapan bencana: Fasilitas Dana Multi Donor untuk Pemulihan Bencana (IMDFF-DR). IMDFF-DR ini didirikan sebagai sebuah mekanisme untuk membantu pendanaan terhadap rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

Pada skala internasional, pemerintah mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam program pembangunan bersama dengan PBB. PBB dalam kerjasama ini berperan memastikan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat memiliki akses pengetahuan dan mekanisme yang meminimalkan risiko bencana. PBB juga membantu mencarikan jalan untuk meningkatkan tanggap bencana dan pemulihan. Contohnya:

PBB berperan penting salam pembentukan dan impelemntasi Fasilitas Dana Multi Donor untuk Pemulihan Bencana (IMDFF-DR).

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan kemanusiaan atau Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) mendukung sesi pelatihan pengembangan kapasitas regular untuk staf BNPB

Bidang lain yang menjadi kendala utama salam proses tanggap bencana adalah bantuan logistic. Oleh karena itu, badan lain dibawah PBB yaitu WPF (yang bekerja di tingkat provinsi di Aceh dan NTT), membantu dalam urusan logistic daerah setempat.

UNDP bekerja untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana (DRR) ke dalam program pembangunan di Indonesia. Program Safer Communities for Disaster Risk Reduction. Semua badan-badan PBB yang bergerak dibidang manajemen bencana berada dibawah pimpinan OCHA.

Figure 1-1. The Local Emergency Management Systemb. Skala NasionalPada skala tingkat nasional berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana adalah sebagai berikut:

1) Manajemen penyelenggaraan pengelolaan bencana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah : Input (masukan) berupa pengkajian kebutuhan pasca bencana yang terdiri dari: Pengkajian dan penilaian akibat bencana

Analisis dampak bencana

Perkiraan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi

Proses berupa :

Penyusunan rencana aksi dan penentuan prioritas

Pengalokasian sumberdaya.

Pelaksanaan

Pemantauan dan evaluasi

Pelaporan

Output (hasil) berupa hasil rehabilitasi dan rekonstruksi;

Outcome (keluaran) berupa manfaat yang dirasakan oleh korban bencana dan atau

daerah.

Impact (dampak) terhadap pencapaian rencana pembangunan daerah dan nasional2) Prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana: Merupakan tanggungjawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah

Membangun menjadi lebih baik (build back better) yang terpadu dengan konsep pengurangan risiko bencana dalam bentuk pengalokasian dana minimal 10% dari dana rehabilitasi dan rekonstruksi;

Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia, perempuan, anak dan penyandang cacat;

Mengoptimalkan sumberdaya daerah

Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat, keberlanjutan program dan kegiatan serta perwujudan tatakelola pemerintahan yang baik

Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender3) Kebijakan penyelenggaran koordinasi: Koordinasi dilakukan oleh BNPB di tingkat nasional dan oleh BPBD di tingkat daerah.

Menggunakan pendekatan tugas pokok dan wewenang kementrian atau lembaga, SKPD dan atau institusi non pemerintah yang terlibat.

Bagi pemerintah daerah yang tidak atau belum memiliki BPBD maka fungsi koordinasi

berada pada Sekretaris Daerah.

Menggunakan pendekatan kemandirian, saling melengkapi, dan kepemimpinan

pemerintah dalam pelaksanaan koordinasi dengan lembaga internasional, lembaga asing non-pemerintah, dan lembaga non pemerintah.

Mengarah pada pencapaian efektivitas dan efisiensi sumber daya.

Menggunakan Standart Nasional Indonesia (SNI)

Mendorong pemahaman masyarakat akan pengurangan resiko bencana dan menumbuhkan kesiapsiagaan di daerah ancaman bencana

4) Strategi koordinasi dilakukan dengan cara: Perwujudan peran dan tanggungjawab Kepala BNPB dan/atau Kepala BPBD sebagai

pelaksana koordinasi umum di tingkat nasional dan/atau daerah (provinsi/kab/kota).

Peran aktif Kementrian/Lembaga di tingkat nasional dan atau Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dalam mengkoordinasikan hal hal yang bersifat teknis.

Peran serta internasional sebagai unsur pelengkap yang digerakkan berdasar permintaan dan kepemimpinan pemerintah.5) Strategi penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan cara: Pengkajian kebutuhan pasca bencana secara cermat dan akurat baik meliputi aspek fisik dan aspek pembangunan manusia

Penentuan prioritas dan pengalokasian sumberdaya secara maksimal, komprehensif dan partisipatif termasuk memasukkan sumberdaya lokal sebagai salah satu bentuk pemulihan aktivitas sosial kemasyarakatan

Penyebarluasan informasi atau sosialisasi rencana pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi secara bertanggungjawab dan membuka kesempatan semua pemangku kepentingan untuk berperan serta

6) Kelembagaan pelaksana

Lembaga penanggungjawab pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi adalah BNPB di tingkat nasional dan atau BPBD di Provinsi/Kab/Kota di tingkat daerah.

Lembaga seperti yang dimaksud dalam ayat (1) adalah lembaga fungsional/struktural yang ada di dalam struktur BNPB dan atau BPBD Provinsi/Kab/Kota yang sesuai dengan tugas pokok fungsi dan kewenangannya.

Apabila dipandang perlu dapat dibentuk lembaga koordinatif yang bersifat adhoc atau bersifat sementara yang fungsinya membantu BNPB/BPBD dan ditetapkan dengan keputusan Kepala BNPB dan atau Kepala BPBD atas nama Presiden dan atau Gubernur/Bupati/Walikota untuk jangka waktu maksimal 3 (tiga) tahun.

Pembentukan lembaga seperti yang dimaksud dalam ayat (3) ditentukan oleh :

Skala bencana dan dampak yang ditimbulkan.

Kemampuan dan kapasitas aparatur pelaksana di daerah.

Disetujui oleh Kepala Daerah.c. Skala InternasionalPada skala international upaya yang dilakukan pemerintah antara lain, pemerintah mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam program pembangunan bersama dengan PBB, PBB dalam kerjasama ini berperan memastikan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat memiliki akses pengetahuan dan mekanisme yang meminimalkan risiko bencana., serta PBB juga membantu mencarikan jalan untuk meningkatkan tanggap bencana dan pemulihan.

PBB merupakan organisasi yang paling bertanggung jawab dalam hal penanganan bencana skala international dalam hal ini PBB berperan penting salam pembentukan dan implementasi Fasilitas Dana Multi Donor untuk Pemulihan Bencana (IMDFF-DR), serta Kantor PBB bagian Koordinasi Urusan kemanusiaan atau Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) berperan dalam mendukung sesi pelatihan pengembangan kapasitas regular untuk staf BNPB.2. Jelaskan masalah yang dapat terjadi dalam pengelolaan organisasi bencana lokal, nasional, dan internasional

a. Masalah Dalam Pengelolaan Organisasi Bencana Lokal Terjadinya tumpang tindih pada tugas pokok dan fungsi saat penanggulangan bencana di lapangan antara BPBD dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain, hal ini dikarenakan BPBD mempunyai fungsi koordinasi, komando, dan operasi, padahal selama ini fungsi koordinasi beserta komando dilaksanakan oleh SKPD lainnya.

Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam pengelolaan bencana.

Anggaran yang dibutuhkan semakin membesar sehingga adanya penyediaan unsur pengarah dari kalangan profesional & proses perekrutannya yang melibatkan DPRD

Belum ada kejelasan mengenai kategori status bencana (bencana lokal, provinsi, atau nasional)

Berpotensi terjadinya penyalahgunaan uang dikarenakan tidak adanya patokan khusus yang mendasari pengkategorian bencana

Belum terbangunnya Sistem informasi dan komunikasi kebencanaan secara terpadu dan terintegrasi

Kurang tersedianya anggaran yang memadai dalam rangka penanggulangan bencana Kurang terpadunya penyelenggaraan penanganan bencana dan masih berjalan secara sektoral Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana

Masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencanab. Masalah Dalam Pengelolaan Organisasi Bencana Nasional KebijakanDalam UU No. 24 Tahun 2007 belum terdapat aturan yang jelas tentang penetapan ukuran kejadian yang dapat dikategorikan bencana dan penetapan status Kelengkapan Perangkat Aturan PelaksanaAturan pelaksana penjabaran dari UU No. 24/2007 yang belum dibuat dan saling tumpang tindih Kelembagaan Meragukan pelaksanaan tata komando ketika terjadi bencana dapat terlaksana secara efektif di lapangan Kualitas SDM yang terbatas, sistem penggajian yang belum jelas BNPB memiliki kecenderungan berbenturan dengan fungsi departemen teknis lainnya Dukungan masyarakat dan dukungan politik.c. Masalah Dalam Pengelolaan Organisasi Bencana Lokal dan Nasional

Tatanan Organisasi Yang Bersifat Sentralistik Ketidakefektifan antara peran dan wewenang organisasi, aktivitas penanggulangan bencana seharusnya terjadi di daerah atau bertumpu pada tingkat lokal dan non lokal (Kusmiati, 2005). Bakornas PB Punya Satuan Pelaksana Aktivitas Penanggulangan Bencana Tugas deputi dalam Perpres hanya di level teknis karena tidak memiliki kekuatan seperti departemen sektoral

d. Masalah Dalam Pengelolaan Organisasi Bencana Nasional dan Internasional

Pendistribusian logistik bantuan

Kesiapan tenaga relawan

ketidakmampuan dan kurangnya persiapan

Masalah infrastruktur dalam pendistribusian bantuan

Melakukan monitoring dan evaluasi

3. Jelaskan kesiapan pengelolaan bencana pada populasi besar

Pada skala lokal, nasional, hingga internasional, mitigasi dan kesiapsiagaan dilakukan dengan memprediksi kejadian, lokasi, dan tingkat keparahan bencana yang mungkin dapat terjadi. Prediksi ini dilakukan untuk menghindari hilangnya nyawa dalam jumlah besar. Menurut Pan American Health Organization (2000), kesiapsiagaan bencana (terutama untuk skala yang besar) meliputi kegiatan promosi, pembentukan standar, pelatihan, dan kolaborasi.

PromosiAktivitas promosi dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kesehatan dan aspek sosial dengan sektor lainnya, termasuk swasta. Kemudian melalui media massa disebarkan edukasi umum tentang bencana dan edukasi kesehatan seperti pertolongan pertama yang perlu dilakukan dan sebagainya.

Pembentukan standar

Kegiatan ini meliputi pemeliharaan bagunan untuk fasilitas kesehatan; mendaftar persediaan obat esensial untuk keadaan darurat; serta standarisasi protocol telekomunikasi.

Pelatihan

Dalam kesiapsiagaan juga perlu diadakan pelatihan. Unsur-unsur yang perlu diberikan pelatihan antara lain: tenaga kesehatan, masyarakat luas, dan tim penanggulangan bencana.

Kolaborasi

kegiatan kolaborasi dilakukan dengan lembaga dan sektor lainnya dengan tujuan agar persiapan lebih matang. Kerjasama dapat dilakukan dengan komisi dari sector lain seperti LSM, departemen pekerjaan umum, dan lain-lain. Kerjasama juga dapat dilakukan dengan negara-negara tetangga. Jadi, baik lembaga daerah, lembaga nasional, maupun lembaga internasional perlu dilakukan koordinasi dalam melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan.

Tahap persiapan dan peringatan dini pengelolaan bencana pada populasi besar, yaitu:

a. PersiapanPada populasi besar yang meliputi kegiatan peringatan, evakuasi, search and rescue (SAR), perkiraan kerusakan, dan tanggap darurat harus dilakukan dengan SDM yang banyak, komunikasi yang baik, dan pada proses evakuasi darurat utamakan anak-anak dan wanita.

b. Saat bencanaHarus ada koordinasi yang baik antara semua elemen yang terlibat, mulai dari masyarakat, pemerintah daerah setempat, pemerintah pusat, maupun lembaga-lembaga bantuan local maupun internasional dalam proses penanganan bencana saat bencana terjadi. Mulai dari pengungsian, logistic, bantuan kesehatan, serta proses distribusi kepada semua korban bencana pada populasi yang besar

c. Pasca bencanaDiperlukan proses monitoring dan evaluasi setelah kejadian bencana, baik dari pihak pemerintah dalam hal penanganan bencana maupun pihak lain yang memberikan bantuan.Referensi1. www.litbang.depkes.go.id. UU No 24 Th 2007 ttg Penanggulangan Bencana [Internet]. 2015 [cited 5 March 2015]. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/uu/UU_No._24_Th_2007_ttg_Penanggulangan_Bencana.pdf

2. web.iaincirebon.ac.id. Manajemen dan mitigasi bencana [Internet]. 2015 [cited 5 March 2015]. Available from: http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Social-Welfare/Disaster/Manajemen%20dan%20mitigasi.pdf

3. www.bnpb.go.id. Pengelolaan Organisasi Bencana [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://www.bnpb.go.id/uploads/pubs/26.pdf

4. lontar.ui.ac.id. Pengelolaan bencana Literatur [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123853-SK-767-Pengelolaan+bencana-Literatur.pdf

5. www.un.or.id. kemitraan pembangunan manajemen bencana [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://www.un.or.id/id/apa-yang-kami-lakukan/kemitraan-pembangunan/manajemen-bencana6. Gad-El-Hak, M. (2008). Large Scale Disaster. New York: Cambridge University Press.

7. Pan American Health Organization. (2000). National Disaster. Washington D.C.: PAHO Library Cataloguing in Publication Data

Local priorities

Local resources

State/federal resources

Legal mandates

Community and environmental monitoring

Hazard/vulnerability

analysis

Environmental hazard management strategy development

Response

Recovery

Mitigation

Preparedness

Incentives

Sanctions

Risk

communication