QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL...

70
QAZAPERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL-QARDHAWI) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Muhammad Abdullah NIM : 1111034000052 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL...

Page 1: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

QAZA’ PERSPEKTIF HADIS

(PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF

AL-QARDHAWI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Muhammad Abdullah

NIM : 1111034000052

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

ii

QAZA’ PERSPEKTIF HADIS

(PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL

QHARDHAWI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh

Muhammad Abdullah

1111034000052

Pembimbing

Muhammad Zuhdi, M. Ag.

NIP : 19650817 200003 1 001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 3: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

Skripsi yang QAZA’ PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN

PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL QHARDHAWI) telah diujikan dalam sidang

munaqasah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29

Maret 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ushuluddin (S. Ag) pada Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir.

Jakarta, 29 Maret 2017

Panitia Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

NIP. 19711003 199903 2 001

Sekretaris

Dra. Banun Binaningrum, M. Pd

NIP. 19680618 199903 2 001

Anggota

Penguji I

Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag

NIP. 19531231 198603 1 010

Penguji II

Hasanuddin Sinaga, MA

NIP. 19701115 199703 1 002

Pembimbing

Muhammad Zuhdi, M.Ag

NIP : 19650817 200003 1 001

Page 4: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Nama : Muhammad Abdullah

NIM : 1111034000052

Fakultas/Jurusan : Tafsir-Hadis

Judul Skripsi : QAZA’ PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN

PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL QHARDHAWI)

Dengan tanggung jawab yang besar terhadap penmgembangan keilmuan penulis

menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan guna memenuhi

persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidiyatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan murni hasil karya

saya, maka sya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam

Negri ( UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , 11 Februari 2017

Muhammad Abdullah

Page 5: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

v

Motto

a.

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya

Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat

pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS. al-Nisā[4]: 82)

Kuncinya adalah hati. Hati lebih berfungsi untuk merasakan dan

memahami keindahan al-Qur’an. Sedangkan pikiran (otak), lebih

berfungsi untuk berpikir, mengingat dan meng analisa. Pikiran atau

(otak) ada di dalam kepala, sedangkan hati ada di dalam dada.

Bacalah dengan (menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

yang maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan

kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui. (QS.

Al-‘Alaq: 1-5)

Page 6: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Almarhum Ayah (Abdul Hamid), dan ibunda tercinta (Saiyah). Yang telah memberikan Suport serta Do’a, dan telah mendidikku sedari kecil.

اللهم اغفرلي ذنوبي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

Kakak-kakak yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan dukungan do’anya untuk aku. “tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam dingin.”

Terimakasihku juga aku persembahkan kepada sahabat-sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani disetiap hariku. “karena sahabat bagiku adaah salah satu sumber kebahagiaan dikala daku merasa gunda dan lara”

Ya Allah, dengan segala kerendahan hati, kami mohon muliakanlah mereka yang telah membantu saya selama masa

study, berilah ketenangan hati pada mereka, murahkan rizki dan panjangkan serta berkahkanlah usia mereka, sediakanlah tempat

untuk mereka di surga-Mu yaa Rab.. Amin.

Page 7: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

AKSARA ARAB DAN PADANANNYA DALAM AKSARA LATIN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini disesuaikan dengan buku

pedoman akademik fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2011-2012.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Qi ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

Page 8: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

viii

n En ن

w We و

h Ha ه

Apostrof ء

y Ye ي

Vokal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_____ a fathah

_____ i Kasrah

_____ u dammah

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i _____ ي

au a dan u _____ و

Vocal Panjang (Madd)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a a dengan topi di atas ____ا

ي____ I i dengan topi di atas

u u dengan topi di atas ____و

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsyiah maupun

huruf qomariyyah, contoh: al-rija l, al-diwan bukan ad-diwan

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ( ___ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

Page 9: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

ix

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku

jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang

diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darurah

melainkan al-darurah, demikian seterusnya.

Ta Marbutah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (liat

contoh 1 di bawah ini). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (liat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbutah tersebut diikuti

kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (liat contoh

3).

Contoh:

No

Kata Arab

ALih Aksara

طريقة 1

tariqah

امجلعة الإسالمية 2

al-jami’ah al-islamiyyah

وحدة الوجود 3

Wahdat al-wujud

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa indonesia, antara lain untuk

menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan , jika nama diri didahulukan oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital teteap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf

Page 10: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

x

awal atau kata sandangnya. (contoh: Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu Hamid Al-

Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Cara Penulisan Kata

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustadzu ذهباألستاذ

tsabata al-ajru ث بتاألجر

al-h احلركةالعصريةarakah al-‘asriyyah

الهاالالله asyhadu an la ilaha illa Allah أشهدأنال

Maulana Malik al-Salih موالناملكالصالح

yu’atsirukum Allah ي ؤث ركمالله

ظاهرالعقلية

al-mazahir al-‘aqliyyah امل

al-ayat al-kauniyyah اآليةالكونية

حظوراة

al-darurat tubihu al-mahzurat الضرورةتبيحامل

Page 11: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xi

ABSTRAK

Qaza’ Perspektif Hadis (Pendekatan Pemahaman Hadis Yusuf Al Qhardhawi)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Islam sebagai agama terbesar didunia memiliki peran penting dalam menjaga

moral manusia. Ia diharapkan mampu memberikan peran aktif dalam memajukan

peradaban dunia. Muhammad sebagai pembawanya beliau hanya meninggalkan dua

hal bagi umatnya yaitu al-Qur’an dan hadis. Gaya hidup manusia itu berubah ubah

mengikuti perkembangan zaman, mulai dari gaya berpakaian, berpenampilan,

terutama gaya rambut yang sedang tren pada zaman sekarang. Rambut sebagai

mahkota bagi manusia kebanyakan masyarakat memperindah rambutnya demi

menunjang penampilannya. di zaman sekarang muncul yang namanya gaya rambut

qaza’ atau mencukur sebagian rambut mencukur sisi kanan dan sisi kirinya lalu

meninggalkan bagian atas tengah dan belakanya (mohak). banyak ulama yang

melarang perbuatan tersebut mereka bersandar pada hadis nabi yang isinya melarang

melakukan qaza’’, sebagaian besar tokoh tokoh muslim melarang hal tersebut yakni

karna perbuatan tersebut memperburuk penampilan. Qaza’ boleh dilakukan apabila

ada udzur tertentu seperti untuk pengobatan dan sebagainya.

Kata kunci: Hadis, Qaza’’, Metode Pemahaman Yusuf al-Qardhawi

Page 12: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xii

KATA PENGANTAR

Assalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh

Alḥamdulillāh, puji syukur penulis syukur penulis haturkan kepada Allah

SWT. Tuhan yang senantiasa membimbing dan mengarahkan umat manusia pada

kebenaran yang hakiki. Dialah yang senantiasa memberikan kekuatan , kesabaran

dan jalan keluar pada penulis dalam merampungkan tugas akhir skripsi ini.

Salawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada baginda Nabi

Muhammad saw. Beliaulah teladan sempurna bagi seluruh umat manusia

menjalankan kehidupan mereka dimanapun dan kapanpun.

Penulis menyadari betul bahwaskripsi yang berjudul, QAZA’ PERSPEKTIF

HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL QARDHAWI)

Tidak akan rampung dengan daya dan upaya dari penulis sendiri. Terdapat beberapa

sosok dan kalangan yang ikut terlibat dalam penyusunan skrispsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karna itu, dengan segala kerendahan hati

penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede

Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN

syarif Hidayatullah

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Sebagai Ketua Jurusan Tafsir Hadits, sekaligus

dosen pada mata kuliah Praktikum Penulisan Karya Ilmiyah pada semester VII

Page 13: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xiii

4. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd Sebagai sekretaris jurusan tafsir hadits yang

selalu melayani mahasiswa termasuk penulis dalam urusan surat menyurat,yang

juga termasuk dosen bahasa inggris pada semester I dan Dosen pembimbing

KKN.

5. Bapak Muhammad Zuhdi, M,Ag., selaku pembimbing yang telah memberikan

arahan serta kontribusi bermakna dalam pengerjaan skripsi ini. Dari beliau

penulis banyak belajar tentang semangat untuk menuntut ilmu, kesabaran dalam

menjalani prosesnya serta keikhlasan dengan mengamalkannya. Haltersebut

tentunya akan penulis jadikan modal yang sangat berharga dalam perjlanan karir

akademik penulis kedepannya.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai Ushuluddin yang menjadi inspirasi bagi penulis

untuk terus meningkatkan kualitas pemahaman serta pengamalan ilmu yang

penulis dapat selama menjalani proses perkuliahan.

7. Orang tua penulis Abdul Hamid (Alm) dan Saiyah dua figure yang selalu hadir

dalam kehidupan penulis, pemberi nasihat dan semangat sekaligus menjadi

tempat berbagi suka-duka kehidupan. Dari mereka penulos belajar pentingnya

arti sebuah perjuangan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, karena lewat

proses perjuangan tersebutlah sesuatu yang didapat akan menjadi terasa sangat

bernilai.

8. Guru penulis, Ustadz Husnul Aqib Amin, Lc, selaku pimpinan ponpes

Jam’iyyah Islamiyyah sekaligus pihak yang sangat berjasa dalam mengantarkan

penulis membuka cakrawala kelimuan islam yang begitu luas.

9. Guru-Guru dari Yayasan pendikian Jam’iyyah Islamiyyah yang selalu sabar

membimbing penulis dalam mengawali perjalan akademik penulis: Abah Husnul

Page 14: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xiv

Aqib Amin, Ustadz Salim Abdullah, Ustadz Nurul Huda, Bapak Masyriki

Ridwan, Ustadz.Bisyri Mustafa, Ustadz. Fathullah al kaf, Ustadz Syatiri

Abdullah beserta yang lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu

sekalipun tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap Kalian semua.

10. Teman-teman kelas TH Angkatan 2011: Reva Hudan Lisalam, Muhammad

Ainul Yaqin, Abdurrahman Taufiq, Dzulfikri, Ilham Syaragih, Rizky Maulana,

Wandi Irawan, Shoqiful Munir, Acep Qomaruddin, Ridhan Fauzi, Saipul Fajar,

Hilman Mulyana, Basit Zeinurahman, Mahmudi Aziz dan lain-lain. obrolan

Hingga perdebatan bersama kalian, baik dikelas ataupun di basement, dengan

buku ataupun dengan secangkir minuman hangat, akan selalu menjadi memori

indah yang tak akan pernah penuls lupakan dalam hidup penulis

Kepada mereka semua penulis tidak bisa membalas apa-apa kecuali ungkapan

terimakasih yang sedalam-dalamnya serta do’a yang tulus kepada Allah swt,

agar semua kebaikannya dibalas dengan pahala yang setimpal, jazākumullāh

khairan katsīra, serta diberkati kehidupan yang penuh bahagia, baik di dunia

maupun di akhirat kelak. Semoga apa yang telah penulis lakukan, berupa

penelitian ini bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat umum. Amin

Jakarta, 3 Mei 2016

Muhammad Abdullah

Page 15: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN. .............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... iv

MOTTO ............................................................................................................. v

HALAMAN PEREMBAHAN .......................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI. ..................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR. ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah .................................. 4

C. Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian ................................. 5

D. Kajian Pustaka ........................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG QOZA’

A. Pengertian Qoza’(Mencukur Sebagian Rambut) ...................... 9

B. Takhrij Hadis Qaza’ .................................................................. 13

C. Syarah Hadis ............................................................................. 16

D. Pendapat Para Ulama Mengenai Qaza’..................................... 19

BAB III METODE PEMAHAMAN HADIS YUSUF QARDHAWI

A. Biografi Yusuf Qardhawi.......................................................... 21

B. Metode Pemahaman Hadis Yusuf Qardhawi ……………….. 24

1. Memahami Hadis Sesuai Petunjuk Al-Qur’an …………... 24

2. Menghimpun Hadis-Hadis yang Setema ………………… 27.

3. Mentarjih (membandingkan) Hadis yang Bertentangan .... 29

4. Memahami Hadis Sesuai Latar Belakang, Kondisi, dan

Tujuan……………………………………………………... 32

5. Membedakan antara Sarana yang Berubah-Ubah dengan Tujuan

yang Tetap ………………………………………............... 33

6. Membedakan antara Hakekat dan Majaz dalam Memahami

Hadis ……………………………………………………... 34

BAB IV ANALISIS QAZA’ DENGAN PENDEKATAN PEMAHAMAN

HADIS YUSUF AL QHARDHAWI

A. Hadis-Hadis yang Setema dengan Hadis Qoza’........................ 36

B. Pemahaman Hadis Qoza’ Berdasarkan Sebab dan Tujuan Turun

Hadis (asbab al-wurud) ............................................................ 39

C. Membedakan sarana yang berubah-ubah dengan tujuan yang

tetap............................................................................................ 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 49

Page 16: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

xvi

B. Saran .......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51

Page 17: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai kaidah dan ilmu hadis yang telah diciptakan oleh ulama hadis telah

dituangkan dalam berbagai kitab untuk kepentingan penelitian hadis. Hal itu

terjadi pada pertengahan abad ke-4 H pada masa kekuasaan Dinasti Abasiyah

yang dipelopori oleh Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi dengan karyanya yang

monumental dalam bidang hadis yaitu Al-Muhaddîts Fashil Baina ar-Râwi wa al-

Wâ’i, yang pada masa berikutnya diikuti para tokoh seperti Imam al-Hakim an-

Naysaburi, al-Khâtib al-Baghdâdi al-Qadhi Iyadh. Jasa keilmuan para ulama di

atas patutlah diberi pengargaan karena telah mampu membangun pondasi awal

tentang Ulûm al-hadîts.1

Dengan telah terjadinya berbagai pemalsuan hadis tersebut, maka kegiatan

penelitian hadis sangatlah penting. Demi menyelamatkan hadis di tengah-tengah

berkecamuknya pembuatan hadis palsu. Hal itu bertujuan untuk meneliti ke-sahîh-

an sanad dan matanhadis. Sedangkan untuk kepentingan penelitian tersebut

disusunlah kaidah ke-sahîh-an sanadhadis sehingga ditemukanlah hadis yang

mempunyai taraf sahîh, hasan dan daîf. Dengan demikian banyak hadis yang

mardud (tertolak) karena cacat pada matan dan sanad-nya.Untuk itulah, maka

penelitian terhadap suatu hadis guna mengetahui tingkat validitasnya sangat

signifikan, agar suatu hadis dapat diketahui apakah dapat dijadikan hujjah atau

tidak dalam menetapkan hukum. Langkah yang harus ditempuh adalah penelitian

1Muhammad Dede Rodliyana, Perkembangan Pemikiran Ulum al-Hadis dari Klasik

sampai Modern.(Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 36

1

Page 18: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

2

ulang terhadap hadis-hadis terutama dari segi sanad-nya yang ditempuh dengan

metode takhrij.2

Di zaman yang sudah modern ini manusia ingin berpenampilan unik,

mengikuti trend/fashion, dari mulai berpakain, tecnologi, dan juga gaya rambut.

Islam memperbolehkan bahkan menuntut seseorang muslim untuk berpenampilan

yang bagus. Elok dipandang, hidup teratur dan rapi menikmati apa yang di

ciptakan allah.islam menentang sikap berlebih- lebihan dalam berpenampilan,

seperti memperburuk penampialan. zaman sekarang ini berbagai feshion sudah

berkembang di negara kita khususnya untuk gaya rambut, banyak orang sekarang

mencukur rambut sesuai keinginannya atau ingin mengikuti idolanya. Model

rambut yang paling santer atau yang meledak di negara kita adalah gaya rambut

mohawak. Gaya rambut ini mencukur di bagian sebelah kiri dan kanan lalu

meninggalkannya di bagian tengah. Ada juga yang mencukur rambut sebagian

dengan cara terpisah-pisah atau seperti garis-garis yang dinamakan skin, didalam

islam potongan rambut tersebut dinamanakan Qaza’.

Qaza’merupakan perbuatan yang dilarang oleh \rosul seperti diterangkan

dalam hadis berikut :

Dalam kitab Shahih Muslim Hadis No. 5465

ريج قال أخب رني عحب يدح اللهي بنح حف د قال أخب رني ملد قال أخب رني ابنح جح ثني محم ص أن عحمر بن حد

ي اللهح ع ابن عحمر رضي مانافيع أخب رهح عن نافيع مول عبدي اللهي أنهح سي هح قحولح ي عن ول اللهي : عتح رسح سي

هى عن القزعي قال عحب يدح اللهي : ق حلتح وما القزعح ؟ فأشار لنا عحب يدح اللهي قال: صلى اللهح عليهي وسلم ي ن

نا فأشا نا وههح نا شعرة وههح وت رك ههح هي. قييل إيذا حلق الصبي يتيهي وجانيب رأسي ر لنا عحب يدح اللهي إيل ناصي

2Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitiian ilmu ilmu Ushuluddin, ( Jakarta: PT.

Grafindo Persada, 2000), h. 27.

Page 19: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

3

قال عحب يدح اللهي :وعاودتح هح ف قال: أما القحصةح ليعحب يدياللهي: فالارييةح والغحلمح قال: ل أدريي هكذا قال الصبي

رحهح وكذليك شق والقفا ليلغحلمي فل هي غي يتيهي شعر وليس في رأسي رك بيناصي بأس بييما ولكين القزع أن ي حت

هي هذا وهذا رأسي

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah

mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku

Ibnu Juraij dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh

bahwa Umar bin Nafi' mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak

Abdullah pernah mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari qaza'

(mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian yang lain)."

'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu" 'Ubaidullah lalu

mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut anak kecil

dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini."

'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan samping (kanan

dan kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal itu

berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak

tahu yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak

laki-laki." 'Ubaidullah mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan itu

pernah juga aku ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak

mengapa (membiarkan) rambut depan kepala dan rambut tengkuk bagi anak-

anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan sebagian rambut yang

ada di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu pula dengan

memangkas rambut kepalanya ini dan ini”.

Dan juga dalam kitab shahih Bukhari Hadis No. 5466

ثنا ثنا إبراهيم بن مسلم حد عبد حد عبد بن المثنى بن للا ثنا مالك بن أنس بن للا حد

عبد رسول أن عمر ابن عن دينار بن للا صلى للا القزع عن نهى وسلم عليه للا

“Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin Mutsanna bin Abdullah bin Anas bin Malik telah

menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang qaza' (mencukur

sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian yang lain)”.

Imam al-Nawawi berpendapat yaitu mencukur sebagian rambut kepala anak

dari bagian mana saja. Sebagian ulama mengatakan mencukur beberapa bagian

Page 20: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

4

secara terpisah pisah.3

Dari hadis diatas dapat difahami pelarangan terhadap

perbuatan qaza’, adalah merusak dari penampilan seseorang.

Menurut ibn Abidin qaza’ adalah mencukur sebagian rambut dan

meninggalkan sebagian yang lain dan bagian bagian yang lain kira-kira tiga jari.4.

Dari pendapat ulama diatas terdapat perbendaan pendapat, berangkat dari ini

semua penulis ingin memahami hadis tentang mencukur sebagian rambut (qaza’)

dengan melihat konteks hadis tersebut di keluarkan dan di relevansikan terhadap

masa sekarang dengan menggunakan metode Yusuf al-Qaradhawi.

Adapun untuk melaksanakan prinsip-prinsip dasar dari metode yusuf al

qaradhawi dalam bukunya yang berjudul bagaimana memahami sunnah nabi

Muhammad saw., beliau membagi menjadi tiga metode. yaitu pertama,

Mengkorelaskian dengan al-Qur’an, kedua, mengumpulkan hadishadis yang

setema, ketiga, memahami hadis menurut sebab kondisi dan tujuannya.

B. Identifikasi, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Pemasalahan yang mungkin diteliti dari judul yang penulis tetapkan dalam

tulisan ini adalah sebagai berikut:

A. Bagaimana tinjauan hadis tentang Qaza’ (mencukur sebagian rambut dan

meninggalkan sebagian) ?

B. Bagaimana Hukum Qaza’ ?

C. Bagaimana pandangan Islam tentang Qaza’ ?

2. Pembatasan Masalah

3

Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari 28: Shahih Bukhori, penrj, Amiruddin,(

Jakarta:Pustaka Azzam,2008).h.832. 4Ibn Abidin, Radd al Muhtar ‘ala al Dur al Muhtar, (Beirut: Dar Ihya al Turatsal-Arabi,

1987), vol 5.h.261.

Page 21: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

5

Berangkat dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,

maka diperlukanlah satu pembahasan masalah guna menjaga agar penelitian ini

fokus pada pembahasan dan lebih terarah, adapun dalam penelitian ini penulis

hanya membatasi pada penelitian mengenai hadis Nabi yang mengungkap dan

membicarakan tentang qaza’. Penulis sekiranya perlu membatasi sumber rujukan

kitab matan yang akan dipakai, hadis hadis yang akan penulis kaji hanya yang

termasuk dalam al-Kutub al-Sittah dan dalam kitab fathul baari syarah sohih

bukhori. Yang penulis angkat yakni sesuai dengan pemahaman metode yusuf al

qardhawi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka penulis akan merumuskan masalah yang

akan dilakukan dalam penilitian ini, adapun rumusan masalahnya adalah “

bagaimana pemahaman hadis tentang qaza’ menurut metode yusuf al

qardhawi?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kepustakaan hadis tentang tasyabbuh ini adalah :.

1. Menambah khazanah keilmuan didalam bidang Hadis

2. Mengetahui pemahaman hadis tentang qaza.

3. Penelitian ini diharapkan mampu mampu memberikan sumbangsih dalam

kajian islam khususnya dalam kajian hadis. Dan bermanfaat khususnya bagi

penulis, umumnya bagi masyarakat luas.

D. Metode penelitian

Page 22: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

6

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik library research

(studi kepustakaan), yaitu menghimpun data-data dengan merujuk pada kitab

kitab syarah hadis.

Data primer yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

kitab Fathul Baari, kitab yusuf al qardhawi yakni kitab bagaimana memahami

sunnah nabi. Disamping itu, digunakan juga jasa komputer dengan program

CD Lidwa yang mampu mengakses sembilan kitab sumber primer hadis.

Adapun sumber sekunder dalam kajian ini, penulis merujuk pada kitab

kitab hadis, artikel, serta buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan,

sebagai pengayaan materi yang dibahas dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pemahaman hadis

Yusuf al Qardhawi

a. Analisi data

Adapun penelitian ini akan menganalisis sebagai berikut:

Penelitian ini mengkaji tentang tasyabbuh yang terdapat didalam hadis-

hadis nabi. Adapun metode yang di gunakan dalam menganalisa data yang di

peroleh dari penelitian pustaka adalah dengan deskriftif analisis.

Deskriptif analitis adalah penelitian yang menuturkan, menganalisis,

serta mengklarifikasikan yang pelaksanannya tidak hanya terbatas pada

pengumpulan data, tetapi meluputi analisis dan interpretasi data.5 Analisis ialah

mengelompokan dan membut suatu urutan, memanipulasi serta

menyingkatkan data sehingga mudah untuk di baca.6 Dengan pendekatan ini

5Winano Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik, (Bandung:

Tarsito, 1994), h. 45. 6Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, (Bogor: Ghia Indonesia, 2011), h. 385

Page 23: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

7

diharapkan nantinya akan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap data

data yang telah di peroleh. .

E. Kajian Pustaka

Dengan adanya uraian singkat dari hasil penelitian yang di lakukan

sebelumnya tentang masalah sejenis, sehingga dapat di ketahui secara jelas posisi

dan kontribusi peneliti adalah pengertian dari telaah pustaka. Untuk

menghasilakn suatu penelitian yang komperhensif dan tidak adanya pengulangan

dalam penelitian maka sebelumnya diadakan pra-penelitian terhadap objek

penelitiannya. Dalam pembahasan ini penulis sendiri belum menemukan skripsi

khusuhnya di Fakultas Ushuludin Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang membahas tentang qaza’.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini di perlukan sistematika pembahasan yang bertujuan

untuk memudahkan dalam mengolah data.Di samping itu sistematikapembahasan

juga berfungsi untuk mengatur kedisiplinan dalam sebuah penelitian, agar

penelitian dapat diselesaikan dengan baik.

Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah

penulisan skripsi, identifikasi, pembatasan dan rumusan masalah yang diangkat,

tujuan penelitian, serta metode penelitian yang penulis terapkan dalam penelitian

ini, kajian pustaka dan juga sistematika penulisan.

Bab Kedua, Berisi pengertian qaza, qaza’ sebagai gaya rambut, Takhrij

Hadis, syarah hadis dan Pendapat para ulama mengenai qaza’.

Bab ketiga, berisi biografi yusuf al Qardhawi dan metode pemahaman

hadis yusuf al Qardhawi.

Page 24: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

8

Bab Keempat, berisi Penerapan metode yusuf al qardhawi diantaranya “

hadis-hadis yang setema dengan hadis qaza’ dan pemahaman hadis qaza’

berdasarkan sebab dan turunnya hadis dan membedakan sarana yang berubah-

ubah dengan tujuan yang tetap.

Bab kelima, berupa penutup, yang meliputi kesimpulan yang berisi

jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan

juga saran, berisi saran saran seputar isi serta esensi terhadap hasil penelitian yang

di tulis.

Page 25: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

9

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG QAZA’

A. Pengertian Qaza’ (mencukur sebagian rambut)

Rambut adalah mahkota untuk manusia semua manusia pada umumnya

mempunyai rambut. Jenis rambut juga bermacam-macam ada rambut lurus dan

rambut keriting/ikal, warnanyapun beragam ada warna hitam, warna coklat

kemerahan, warna putih tergantung tempatnya masing-masing. Model rambut juga

beragam mulai dari rambut gondrong sampai botak. Di dunia pendidikan dan

pekerjaanpun mempunyai kriteria mode rambut dari mulai anak sekolah hingga

pegawai kantor. Di sekolah tidak diperbolehkan berambut gondrong sama halnya

dikantor rambut harus terlihat rapi. Di bidang kemiliteran dan kepolisian juga

memiliki mode rambut yang berbeda, yang mempunyai ciri khas tersendiri.

Dizaman yang berkembang ini khususnya di indonesia telah banyak

bermunculan mode/gaya rambut dan mode rambut tersebut kebanyakan masuk dari

gaya barat yang model rambutnya tidak beraturan contohnya seperti rambut mohawk,

skin, sasak, imo dan lain-lain. Didalam islam ada yang namanya qaza’ yaitu rambut

yang dicukur sebagian dan ditinggalkan sebagian dan qaza’ itu di larang oleh rasul.

Dari pengertian qaza’ tersebut jika dikaitkan dengan model rambut zaman sekarang

itu terkait. Tetapi masih banyak orang yang memakai model rambut tersebut padahal

sudah jelas pelarangnnya dalam sebuah hadis rasul yang di riwayatkan oleh Imam

Bukhari melalui jalur umar bin nafi’ sebagai berikut :

Page 26: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

10

ريج قال أخب رني عحب يدح اللهي بنح حف د قال أخب رني ملد قال أخب رني ابنح جح ثني محم ص أن عحمر بن حد

ما ي هح ي اللهح عن ع ابن عحمر رضي ول اللهي صلى :قحولح نافيع أخب رهح عن نافيع مول عبدي اللهي أنهح سي عتح رسح سي

هى عن القزعي قال عحب يدح اللهي : ق حلتح وما القزعح ؟ فأشار لنا عحب يدح اللهي قال: إيذا حلق اللهح عليهي وسلم ي ن

نا فأشا نا وههح نا شعرة وههح وت رك ههح هي. قييل ليعحب يدياللهي: الصبي يتيهي وجانيب رأسي ر لنا عحب يدح اللهي إيل ناصي

قال عحب يدح اللهي :وعاودتحهح ف قال: أما بي القحصةح والقفا فالارييةح والغحلمح قال: ل أدريي هكذا قال الص

هي ليلغحلمي فل رحهح وكذليك شق رأسي هي غي يتيهي شعر وليس في رأسي رك بيناصي هذا بأس بييما ولكين القزع أن ي حت

وهذا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah mengabarkan

kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu Juraij dia

berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh bahwa Umar bin Nafi'

mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak Abdullah pernah mendengar Ibnu

Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam melarang dari qaza' (mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan

sebagian yang lain)." 'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu"

'Ubaidullah lalu mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut

anak kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini."

'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan samping (kanan dan

kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal itu berlaku untuk

anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak tahu yang seperti ini."

Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak laki-laki." 'Ubaidullah

mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan itu pernah juga aku ulangi (kepada

syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak mengapa (membiarkan) rambut depan kepala

dan rambut tengkuk bagi anak-anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan

sebagian rambut yang ada di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu

pula dengan memangkas rambut kepalanya ini dan ini”.

Kata qaza’ bentuk jamak dari kata qaza’ah artinya segumpal awan. Rambut

kepala bila sebagiannya di cukur dan sebagiannya tidak dinamakan qaza’, karena

Page 27: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

11

diserupakan dengan gumpalan gumpalan awan yang terpisah pisah. 1

menurut

ubaidillah bin hafs beliau mengisyaratkan qaza’ adalah apabila seorang anak dicikur

dan ditinggalkan rambutnya ditempat ini disini dan disini dari pada ubun-ubunnya

dan kedua sisi kepalanya.2

Sedangkan menurut istilah Qaza’ yaitu tindakan mencukur rambut pada

beberapa titik (secara acak) dan membiarkannya pada beberapa titik lainnya. Jadi

qaza’ tersebut kalo dlihat pada zaman sekarang seperti rambut mohawk. Hadisnya

sebagai berikut :

ريج قال أخب رني عحب يدح ال د قال أخب رني ملد قال أخب رني ابنح جح ثني محم لهي بنح حفص أن عحمر بن نافيع حد

ي اللهح ع ابن عحمر رضي ماأخب رهح عن نافيع مول عبدي اللهي أنهح سي هح ي قحولح عن ول اللهي صلى اللهح عليهي : عتح رسح سي

هى عن القزعي قال عحب يدح اللهي : ق حلتح وما القزعح وسلم ي ن وت رك ؟ فأشار لنا عحب يدح اللهي قال: إيذا حلق الصبي

هي. قييل ليعحب يدي يتيهي وجانيب رأسي نا فأشار لنا عحب يدح اللهي إيل ناصي نا وههح نا شعرة وههح غحلمح قال: اللهي: فالارييةح وال ههح

قال عحب يدح اللهي :وعاودتحهح ف قال: أما القحصةح والقفا ليلغحلمي فل بأس بييما ولكين ل أدريي هكذا قال الصبي

رحهح وكذلي هي غي يتيهي شعر وليس في رأسي رك بيناصي هي هذا وهذاالقزع أن ي حت ك شق رأسي

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah

mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku

Ibnu Juraij dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh

bahwa Umar bin Nafi' mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak

Abdullah pernah mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari qaza'

(mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian yang lain)."

'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu" 'Ubaidullah

1 Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari( Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),h.829. 2 Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâr.h.829.

Page 28: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

12

lalu mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut anak

kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini."

'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan samping

(kanan dan kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal

itu berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya

tidak tahu yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk

anak laki-laki." 'Ubaidullah mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan

itu pernah juga aku ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak

mengapa (membiarkan) rambut depan kepala dan rambut tengkuk bagi

anak-anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan sebagian rambut

yang ada di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu pula

dengan memangkas rambut kepalanya ini dan ini”.

Menurut sebagian ulama ada beberapa titk yang tidak termasuk kedalam qaza yaitu

pada bagian pelipis dan bagian tengkuk kepala. Ada beberapa bentuk-bentuk

potongan rambut qaza’ Sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih

Al ‘Utsaimin rahimahullah, qaza’ adalah menggundul (mencukur habis) sebagian

rambut kepala dan membiar sebagian rambut yang lain. Di sini ada beberapa model:

a. Mencukur habis secara berurutan, yaitu mencukur bagian samping kanan, lalu

bagian samping kiri, bagian depan kepala dan tengkuknya.

b. Mencukur habis bagian tengah dan membiarkan bagian sampingnya.

c. Mencukur bagian sampingnya lalu membiarkan bagian tengahnya. Ibnu

Qayyim menyatakan bahwa model ini seperti yang dilakukan oleh orang

rendahan.

d. Mencukur bagian depan dan membiarkan yang lain3

3 https://rumaysho.com/10094-hukum-rambut-mohawk-dan-qaza-gaya-rambut-balotelli.html

Page 29: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

13

Ini adalah gambar contoh-contoh rambut qaza’

B. Takhrij Hadis Mencukur Sebagian Rambut (Qaza’)

Upaya penulis menguraikan mengenai hadis-hadis mencukur rambut sebagian

dan meninggalkan sebagian (Qaza’) Untuk ditakhrij4 hanya sebatas sebagai bahan

pendukung agar mengetahui asal-usul hadis dan mengemukakan sumber

pengambilannya-dari berbagai kitab koleksi hadis yang disusun oleh para kolektor

(mutakharrij)-nya, secara langsung. Dan untuk hadis mencukur rambut sebagian

(qaza’) penulis menemukan dalam kitab takhrij al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâzi al-

4

Takhrîj)ختريج(dalam bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al-istinbath)اإلستنباط(,artinya

“mengeluarkan”, at-tadrîb)التدريب(,artinya “melatih” atau “pembiasaan” dan at-tarjih )التجيح( artinya

“menghadap. Sedangkan menurut istilah, menyampaikan hadis kepada orang banyak dengan

menyebutkan semua perawi dalam mata rantai sanad hadis itu beserta metode periwayatan masing-

masingnya. Lihat, M. Ma’shum Zein, Ilmu Memahami Hadis Nabi, ( Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2013), h. 222

Page 30: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

14

Hadîts, Mausȗ’ah Atrâf al-Hadîts, dalam takhrij hadis ini tidak sampai menentukan

kualitas hadis.

Pada bab ini, penulis menerangkan mengenai hadis hadis yang berkaitan

dengan Qaza’. Langkah pertama penulis melacak hadis melalui metode takhrij hadis

bi al- lafz dengan menggunakan kitab al-mu’jam al- mufahros5. Data yang disajikan

dari penulusaran kata ‘Qaza’ adalah sebagai berikut :

ركح ب عض القزعح : لينافيعي وما القزعح قال : يحلقح ب عضح رأسي الصبي وي ت

5466 لباس , ك كلباس 5465 خ م ,

4195 ,4194 ,4193 د ك ترجل

5,58ن ك زينة

37لباسجه ك

55 137 154 143 118 101 83 82 67 39 4 3حم

Dari data diatas ditemukan 19 riwayat masing masing terletak dalam kitab

sebagai berikut :

1. Shahih al- Bukhari, kitab libas no. 5466

2. Shahih Muslim, kitab libas no. 5465

3. Sunan Abu Daud, kitab tarajjal no. 4193, 4194, 4195

4. Sunan imam an-Nasa’I, kitab zinah no. 5 dan 58

5. Sunan Ibn Majjah, kitab libas no. 37

5 Wensinck, Arnold John, Mu;jam Al- Mufahras Li Alfaz al- Hadith al- Nabawi. Jilid 5 h. 377

Page 31: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

15

6. Musnad Ahmad bin Hambal, no. 3, 4, 39, 55, 82, 83, 101, 118, 137, 143, 154.

Langkah kedua penulis menggunakan metode awal matan dengan

mengunakan kitab Mausuah al Atraf6 dan data yang di sajikan oleh kitab ini sebagai

berikut:

307حنف

184هروي

2034 1819عدي

168جرجان

35 25 119خط

نهى عن ا لقزع فى الراس

154 83 67حم

هنى عن القزع

4193د

183 182 13ن

3638 3637ها

137 118 101 82 55 39 4حم

143 154

305هق

313ش

Dari data diatas ditemukan 28 riwayat masing-masing terletak dalam kitab

sebagai berikut:

1. Sunan Abu Daud nomor hadis, 4193

2. Sunan Nasa’i nomor hadis, 13, 182, 183

3. Sunan Ibn Majjah, nomor hadis, 3637, 3638

4. Musnad Ahmad bin Hambal nomor hadis, 4, 39, 55, 82, 101, 118, 137, 143, 154

5. Sunan al-Kubro al-Baihaqi nomor hadis, 305

6 Abu Hajar Muhammad Sa’id bin Bayuni Ba’lul, Mausu’at al-Atrāf li al-Hadīth Al-Nabawi

Al-Syarif, Jilid 10 (Beirut: Darul Kutub), h.149.

Page 32: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

16

6. Mushanif Ibn Abi Syaibah nomor hadis, 313

7. Jam’I Masaid Abi Hanifah nomor hadis, 307

8. Al-Kamal Ibn al-‘Adi nomor hadis, 1819, 2034

9. At- Tarikh jarjan as-Sahimi nomor hadis, 168

10. At-Tarikh Baghdadi al-Khatib al-Bagdadi nomor hadis, 25, 35, 119

11. Musnad Ahmad Bin Hambal nomor hadis, 67, 83, 154.

C. Syarah hadis

Dilalah ‘amr (petunjuk perintah). Apakah sighat ‘amr (perintah) itu

menunjukan wajib atau mustahab, atau tidak menunjukan suatu hukumpun kecuali

jika disertai dengan qarinah (indikasi) tertentu. Atau apakah hukum perintah dalam

al-Qur’an dan as-Sunnah itu berbeda.7

Kata qaza’ bentuk jamak dari kata qaza’ah artinya segumpal awan. Rambut

kepala bila sebagiannya dicukur dan sebagiannya tidak dinamakan qaza’, karena

diserupakan dengan gumpalan gumpalan awan yang terpisah pisah. 8

Ubaidillah berkata: apakan qaza itu ? bagian ini dinukil dari sanad yang

maushul melalui sanad diawal hadis secara zahir yang ditanya adalah umar bin Nafi’.

Namun, muslim menjelaskan bahwa Ubaidillah hanya bertanya kepada Nafi’, hal itu

karena dia meriwayatkannya dari Yahya al-Qaththan, dari Ubaidillah bin Umar, “

Umar bin Nafi” mengabarkan kepadaku dari bapaknya”, lalu disebutkan hadis dan di

dalamnya dikatakan, beliau berkata, aku berkata kepada Nafi’, apakah al Qaza’ ? lalu

7 Yusuf al-Qaradhawi, Kaedah Toleran dalam masalah,h.2.

8 Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari( Jakarta: Pustaka Azzam, 2009),h.829.

Page 33: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

17

disebutkan jawabannya, Ubaidillah mengisyaratkan kepada kami dan berkata “

apabila seorang anak di cukur dan ditinggalkan rambutnya di tempat ini, ditempat ini,

dan ditempat ini” Ubaidillah mengisyaratkan kepada kami kepada ubun-ubunnya dan

kedua sisi kepalanya”.9

Adapun riwayat Rafuah bin al-Qasim diriwayatkan Muslim dan Abu Nu’aim

di dalam kitab al-Mustakhraj. Imam muslim pula meriwayatkannya dari

Abdurrahman As-Surraj, dari Nafi’, tanpa menyebutkan lafadznya. Abu Nu’aim

meriwayatkannya di kitab al-Mustakhraj melalui jalur ini seraya menghapus

penafsiran tersebut. Imam muslim meriwatkan juga dari ma’mar, dari Ayub dari

Nafi’tanpa menyebutkan lafaznya. Ia tercantum dalam riwayat Abdurrazaq dalam

Mushannafnya dari Ma’mar. begitu pula diriwayatkan Abu Daud dan An-Nasa’I

dimana pada redaksinya terdapat indikasi landasan mereka yang menisbatkan

penafsiran itu kepada Nabi Saw, (Nabi Saw melihat seorang anak telah dicukur

sebagian rambut kepalanya dan di tinggalkan sebagiannya maka beliau melarang

mereka dari hal itu dan bersabda “cukurlah seluruhnya dan biarkan seluruhnya”).10

An-Nawawi berkata, “pendapat paling benar tentang penafsiran qaza’ adalah

penafsiran Nafi’, yaitu mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja. Sebagian

ulama mengatakan ia adalah mencukur beberapa bagian secara terpisah-pisah.

Namun, yang benar adalah penafsiran pertama karena ia adalah panfsiran periwayat

9 Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari. h. 831. 10

Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari,h. 832.

Page 34: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

18

serta tidak menyelisihi makna zahir. “Ibnu Hajjar katakana, hanya saja

pengkhusussan untuk anak kecil bukan sesuatu yang mengikat.

An-Nawawi berkata pula, para ulama sepakat tentang tidak diseukainya qaza’

jika dilakukan berpisah-pisah di kepala kecuali untuk berobat atau yang sepertinya,

dan ia adalah makruh dalam arti tanjih (anjuiran meninggalkan yang tidak baik), tidak

ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Imam malik tidak menyukainya

dilakukan pada anak perempuan dan laki laki yang hampir dewasa. Dalam salah satu

riwayat dikatakan tidak mengapa jika sekedar qushshah (rambut pelipis) dan Qafa

(rambut tengkuk) baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ibnu Hajjar berkata,

Hujjahnya cukup jelas karena merupakan penafsiran periwayat. Kemudian terjadi

perbedaan tentang alasan larangan itu. diakatakan hal itu bisa memperburuk

penampilan, sebagian mengatakan karena ia adalah perhiasan syeitan, dan sebagian

lagi mengatakan karena ia adalah perhiasan orang yahudi.

Adapun rambut pelipis dan tengkuk bagi anak laki-laki maka tidak mengapa

dengan keduanya. Kata Qushshah adalah rambut pelipis, sedangkan maksud Qaffa

(tengkuk) adalah rambut di tengkuk. Kesimpulannya, qaza’ khusus bagi rambut

kepala, sementara rambut pelipis dan tengkuk tidak termasuk qaza’. 11

Adapun riwayat Abu Daud dari Hammad bin Salamah, dari Ayyub, dari Nafi’

dari Ibnu Umar dia berkata, (Nabi Saw melarang qaza’, dsn ia adalah mencukur

rambut kepala anak lalu membuat jambul untuknya), maka aku tidak tahu siapa yang

11

Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari,h. 833

Page 35: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

19

menafsirkan qaza’ dengan arti seperti itu. Abu Daud meriwayatkan setelah

menyebutkan hadis itu dari anas, (aku memiliki jambul, maka ibuku berkata, “ aku

tidak memotongnya, karena Rasulullah Saw biasa memanjangkannya dan

memegangnya”).

An-Nasai meriwayatkan melalui sanad yang shahih dari Ziyad bin Hushain,

dari bapaknya, (Sesungguhnya dia datang kepada Nabi Saw dan meletakan tangannya

diatas jambulnya lalu mendoakannya). Begitu pula hadis ibnu mas’ud yang asalnya

ada dalam shahihain dia berkata: (Aku membaca dari Mulut Rasulullah tujuh puluh

surah dan Zaid bin Tsabit masih bersama anak-anak yang memiliki dua jambul).

Kesimpulannya mungkin dipadukan bahwa jambul yang diperbolehkan adalah

yang alami yaitu rambut yang menjuntai langsung dari rambutnya. Sedangkan jambul

yang dilarang adalah mencukur rambut kepala seluruhnya kemudian meninggalkan

bagian tengahnya untuk di jadikan jambul.12

D. Pendapat Ulama tentang Hadis Qaza’ (Mencukur Sebagian Rambut)

Mengenai hadis mencukur sebagian rambut (qaza’), banyak ulama yang

berpendapat terhadap hadis tersebut diantaranya :

Menurut imam Nawawi qaza’ yaitu mencukur rambut sebagian dan

meninggalkan sebagian dengan cara terpisah. Boleh dilakukan asalkan itu untuk

pengobatan dan lain lain

12

Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir Hamzah: Fathul

Baari,h. 834.

Page 36: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

20

Menurut ibn Abidin qaza’ adalah mencukur sebagian rambut dan

meninggalkan sebagian yang lain dan bagian bagian yang lain kira-kira tiga jari13

Al Munawi dalam kitabnya Faidul Qadir yaitu adapun memangkas sebagian

rambut dan membiarkan sebagiannya dengan (ukuran sebagian) semisalnya, dan

dinamakan qaza’ maka ia makruh tanzih secara mutlak kecuali ada udzur, baik itu

untuk laki-laki dewasa maupun wanita sebagaimana telah disebutkan oleh an-

Nawawi.14

An-Nawawi berkata pula, para ulama sepakat tentang tidak diseukainya qaza’

jika dilakukan berpisah-pisah di kepala kecuali untuk berobat atau yang sepertinya,

dan ia adalah makruh dalam arti tanjih (anjuran meninggalkan yang tidak baik), tidak

ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

An-Nawawi berkata, “pendapat paling benar tentang penafsiran qaza’ adalah

penafsiran Nafi’, yaitu mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja. Sebagian

ulama mengatakan ia adalah mencukur beberapa bagian secara terpisah-pisah.

Namun, yang benar adalah penafsiran pertama karena ia adalah panfsiran periwayat

serta tidak menyelisihi makna zahir. “Ibnu Hajjar katakana, hanya saja

pengkhusussan untuk anak kecil bukan sesuatu yang mengikat

13

Ibn Abidin, Radd al Muhtar ‘ala al Dur al Muhtar, (Beirut: Dar Ihya al Turatsal-Arabi,

1987), vol 5.h.261 14

Al-Munawi, Faidhul Qadir, h. 201.

Page 37: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

21

BAB III

METODE PEMAHAMAN YUSUF AL-QARDHAWI

A. Biografi Yusuf al-Qardhawi

Perubahan di Dunia Islam dewasa ini secara keseluruhan berpengaruh dan

mendorong kepada perubahan-perubahan di kalangan umat Islam Indonesia.

Perkenalan, pengenalan, dan penyerapan pikiran-pikiran pembaruan, pemurnian, dan

reorientasi pemikiran Islam di seluruh dunia yang sangat dipengaruhi oleh adanya

teknik pencetakan buku dan terbitan berkala, media komunikasi dan transportasi tentu

akan, dan memang sedang dan sudah berpengaruh kepada keadaan umat Islam

Indonesia.1 Dalam hal ini agama memegang peranan penting dalam mengarahkan dan

membimbing masyarakat. Tak ada yang menandingi kekuatan agama, karenanya, ia

merupakan sumbu utama dan pegangan pokok bagi kehidupan manusia.2

Seorang pemikir, sarjana dan intelek kontemporer abad 20 (tahun 90-an

sampai sekarang) Pemikirannya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan di

seluruh dunia khususnya di Indonesia. Beliau adalah Yȗsuf bin ‘Abd Allâh bin ‘Alî

bin Yȗsufal-Qardhâwî.3 Dilahirkan pada tanggal 09 september 1926 di desa Shaft At-

Turâb terletak antara kota Thanta (Ibu kota provinsi Al Gharbiyah), dan kota Al-

Mahallah Al-Kubra, yang merupakan kota kabupaten (markaz) paling terkenal di

provinsi Al-Gharbiyyah. Ia berjarak sekitar 21 kilo meter dari Thantha dan 9 kilo

1 Budi Munawar Rachaman, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid, (Jakarta: Pusat Studi

Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, 2007), h. 1 2 Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani

Press, 1995), hal. 51 3Yusuf Al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku I, (Judul asli: Ibn al-Qaryah wa al-Kuttâb

Malâmih Sîrah wa Masîrah, penerjemah: Cecep Taufikurrahman, dan Nandang Burhanuddin,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), hal. 103

Page 38: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

22

meter dari Al-Mahallah. Desa tersebut adalah tempat dimakamnya salah seorang

sahabat Nabi Muhammad Saw yaitu Abdullah bin Harist ra.4 Kata “al-Qardhâwî”

dinisbahkan kepadanya karena kakek Qardhâwî, ‘Ali, berasal ari desa al-Qardhah

yang pindah ke Shafth Turab.5 Qardhâwî tumbuh di keluarga petani dan lingkungan

yang agamis dari sudut pandang tradisional.

Ciri tradisional-agamis masyarakat Shafth Turab terlihat dari ramainya aspek-

aspek formal tradisi keagamaan yang dilakukan, seperti keterikatan masyarakat pada

mazhab al-Syâfi’î dan Hanafî dalam pelaksanaan ibadah; keterikatan kepada tarekat

Syâdziliyyah, Bâyȗmiyyah dan Khâliliyyah serta kepada Ihyâ’ ‘Ulȗm al-Dîn, karya

Abȗ Hâmid al-Ghazâlî, yang diakui Qardhâwî cukup berpengaruh pada

pemikirannya, dalam bertasawuf. Masyarakat Shaft Turab juga melakukan berbagai

tradisi yang umumnya ada pada masyarakat tradisional, seperti perayaan hari lahir

Nabi Muhammad Saw., perayaan Isra’ Mi’raj, peringatan malam Nisfu Sya’ban,

bahkan perayaan hari lahir (haul) syaikh-syaikh tarekat, yang dikemudian hari tradisi-

tradisi itu menjadi sasaran kritik pemikiran Qardhâwî.6

Ayahnya meninggal dunia ketika Qardhâwî masih berumur dua tahun dan

bondanya ketika berumur 15 tahun sudah pasti memberikan kesan yang mendalam

kepada dirinya (Al-Qaradawi, 2010a; 2010b), dan ia bersama pamannya, bernama

4 Yusuf Al-Qaradhawi, Huda Al-Islam Fatawa Mu’ashir, alih bahasa Abdurrahman

AliBauzir, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. Ke-III, hal. 45 5 Karena keturunan orang al-Qardhah inilah maka sebagian orang di mesir dan Timur Tengah

memanggilnya dengan sebutan al- Qardhâwî (tanpa “a” setelah huruf “r”). Buku-bukunya yang

pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menggunakan nama Qardhâwî, baru belakangan

inilah ia dikenalkan dan ditulis dengan Qaradhâwî (dengan “ra” yang dibaca fathah). penulis

menggunakan kata Qardhâwî, dengan alasan lebih sesuai dengan asal pembentukan katanya (wazan).

6 Lukman Zain Muhammad Sakur, Metode memahami hadis menurut Dr. Yuausf al-

Qardhawi: Analisis strukturalisme-Semiotik atas buku Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-

Nabawiyyah, (Tesis: 2007), hal. 26-27

Page 39: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

23

Ahmad, Ahmad mengantarkan Qardhâwî ke surau tempat mengaji (kuttâb) ketika

Qardhâwî masih berumur lima tahun. Beliau tidak menikmati kehidupan yang

mewah. Suasana keluarganya bersama-sama bapa saudaranya yang mendidik beliau

dengan didikan agama termasuk biah kampungnya yang mementingkan ilmu dan

amalan agama berjaya membentuk peribadi dan aspirasi Islam dalam diri beliau.7

Dalam perjanan kehidupannya, Yȗsufal-Qardhâwî pernah mengenyam

“pendidikan” penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia

masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatanya dalam

pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi

Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara militer

selama dua tahun. Yȗsufal-Qardhâwî terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang

berani sehingga sempat dilarang menjadi khatib di sebuah mesjid di daerah Zamalik.

Alasannya, karena khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang

ketidak adilan rezim saat itu

Karya karya Yusuf al-Qardhawi

Yȗsuf al-Qardhawî merupakan ilmuan yang menguasai perbagai cabang ilmu

(Talimah, 2000). Hingga kini, lebih daripada 120 buah buku telah dihasilkan dalam

berbagai bidang seperti aqidah, sumber hukum Islam yaitu al-Qur’ân dan al-Sunnah,

usul al-fiqh, bidang ibadat, hal ihwal wanita dan kekeluargaan, kemasyarakatan,

ekonomi dan keuangan, perubahan, politik dan pemerintahan walaupun beliau

teramat sibuk dengan jadwal harian. Diceritakan bahwa beliau selalu menghabiskan

7 Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts Vol 3 Issue 1(Juni

2013): hal. 53.

Page 40: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

24

waktunya sehingga 14 jam sehari di perpustakaan rumahnya untuk menelaah dan

menulis (Ghazali, 2012). Beliau bukan saja menghasilkan penulisan akademik yang

berkualitas tinggi dan menjadi rujukan utama ilmuan tetapi menyumbangkan berbagai

makalah di dalam berbagai majalah dan akhbar harian di peringkat

antarabangsa.8Diantara buku-buku karangan beliau adalah sebagai berikut :

a. Bidang ‘Ulȗm Al-Qur'ân dan as-Sunnah9

1) Kaifa Nata’âmal Ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah: Ma’âlim wa

Dawâbith; (2) Al-Madkhal li-Dirâsât al-Sunnah al-Nabawiyyah;

2) Al-Muntaqâ fi al-Targhib wa al-Targhib (2 Juz);

3) Al-Sunnah Mashdaran li al-Ma’arifah wa al-Hadhârah;

4) Nahwâ Mausu’ah li- al-Hadîts al-Nabawi;

5) Al-Sunnah wa al-Bid’ah

B. Metode Yusuf al-Qaradhawi

a. Memahami hadis sesuai petunjuk al-Qur’an

Untuk memahami sunnah dengan baik, jauh dari penyimpangan, pemalsuan dan

pentakwilan yang keliru kita harus memahaminya sesuai dengan petunjuk al-Qur’an,

yaitu bingkai tuntunan tuntunan illahi yang kebenarannya dan keadilannya bersifat

pasti.

8Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts., hal. 54

9Lukman Zain Muhammad Sakur, Metode memahami hadis menurut Dr. Yuausf al-

Qardhawi., hal. 26-27

Page 41: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

25

“ telah sempurnalah kalimat tuhanmu ( al-Qur’an) sebagai kalimat yang

benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah kalimat kalimatnya dan

dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui”(Qs.Al.An’am:115)

Al-Qur’an adalah roh eksistensi islam dan asas bangunannya. Ia adalah

konstitusi illahi yang menjadi rujukan bagi setiap perundang-undangan dalam islam.

Adapun sunnah nabi adalah penjelasan terinci bagi nkonstitusi tersebut baik secara

teoritis maupun praktis.10

Oleh sebab itu, sesuatu yang merupakan “pemberi penjelasan” bertentangan

dengan “apa yang hendak di jelaskan” itu sendiri. Atau, “cabang” berlawanan dengan

“pokok” . maka, penjelasannya yang bersumber dari Nabi saw. Selalu dan senantiasa

berkisar diseputar al-Qur’an, dan tidak mungkin akan melanggarnya.11

Memahami hadis sesuai petunjuk al-Qur’an didasarkan pada argumentasi

bahwa al-Qur’an adalah sumber utama yang menempati tempat tertinggi dalam

keseluruhan sistem doktrial islam. Sedangkan hadits adalah penjelas atas prinsip-

prinsip al-Qur’an. Oleh karena itu, makna hadits dan signifikasi konstektualnya tidak

bisa bententngan dengan al-Qur’an. Jika terjadi pertentangan, maka hal itu bisa terjdi

karena hadits tersebut tidak shahih, atau pemahamannya yang tidak tepat, atau yang

diperkirakan sebagai pertentangan itu bersifat semu dan bukan hakiki, jika hal itu

terjadi, maka tugas seorang muslim adalah mentawaqufkan hadits yang dilihatnya

10

Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a al Sunnah al-Nabawiyyah ma ‘alim wa

dhawabith,kairo: Maktabah Wahbah,1991,hal.93. 11

Yusuf al-Qaradhawi, Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw, Bandung:

Karisma,1994,hal. 93.

Page 42: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

26

bertentangan dengan al-Qur’an yang muhkam selama tidak ada penafsiran yang dapat

diterima.

Atas dasar itu, hadits palsu yang dikenal dengan hadits gharaniq12

jelas harus

ditolak karna bertentangan dengan al-Qur’an yang mengancam kaum musyrik

berkenaan dengan “ tuhan tuhan mereka yang palsu”

“ maka apakah patut kamu ( hai orang-orang Musyrik) menganggap al-lata

dan uzza, dan manat yang ketiga, yang paling terkemudian ( sebagai anak

perempuan allah) apakah( patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk allah anak

perempuan? Yang demikian itu tentulah pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain

hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak bapak kamu yang menagada-

adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembahnya).

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini

12

Hadits Gharaniq adalah hadis yang menyebutkan bahwa nabi Saw, ketika di mekkah

membaca QS.An-najm dan ketika sampai ke ayat 19 dan 20 “ maka apakah pantas kamu (anak-anak

perempuan Allah)” setan menambahkan melalui lisan Nbi saw “itulah berhala berhala Gharaniq yang

mulia dan syafaat syafaat mereka di harapkan” tambahan itu didengan oleh kaum musyrik sehingga

mereka kegirangan “ sungguh Muhammad sebelum ini tidak pernah menyebut tuhan tuhan kita dengan

sebutan baik”. Lalu ketika Nabi sujud merekapun sujud. Tak lama kemudian jibril datang “aku tak

pernah membawa wahyu seperti itu, itu berasal dari setan.

Page 43: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

27

oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka

dari tuhan mereka”.(Qs.An-Najm: 19-23)

Bagaimana mungkin dalam konteks ayat yang berisi kecaman dan celaan

terhadap berhala-berhala tersebut. Ada ungkapan yang memuji mereka yaitu kalimat

“ itulah berhala berhala (gharaniq) yang mulia dan syafaat mereka sangan di

harapkan”. Yusuf Qaradhawi menyangkal hadis ini, menurutnya sangat mustahil

dalam runtutan ayat ayat yang berisi penyangkalan dan kecaman keras terhadap

patung-patung itu terdapat sisipan yang memujinya.13

b. Menghimpun hadis hadis yang setema

Upaya memahami sunnah, menurut Yusuf al-Qaradhawi, dapat dilakukan

dengan menghimpun hadis hadis shahih yang berkaitan dengan tema tertentu. Setelah

penghimpunan dengan hadis hadis setema langkah berikutnya adalah mengembalikan

kandungannya yang mutasyabbih kepada yang muhkam mengaitkan yang mutlaq

dengan yang muqayad dan menafsirkan yang ‘am dengan yang khas. Metode ini

merupakan keniscayaan oleh karena hadis berfungsi sebagai penafsir al-Qur’an dan

penjelas makna maknanya dengan merinci, menafsirkan, menghusukan dan

membatasi apa yang dinyatakan oleh al-Qur’an, maka sudah barang tentu ketentuan

ketentuan ini pula yang diterapkan antar hadis14

Contoh yang diangkat oleh Yusuf Qaradhawi untuk memperjelas masalah ini

adalah tema tentang hukum memakai sarung sampai dibawah mata kaki, kangkah

pertama adalah mengemukakan beberapa hadis tentang celaan terhadap orang yang

13

Yusuf Qaradhawi, al-Madkhal li Dirasah as-Sunnah an-Nabawiyyah terj, Agus Suryadi,

Bandung: Pustaka Setia, 2007,hal.155. 14

Kurdi dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis,hal. 439.

Page 44: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

28

memakai sarung sampai dibawah mata kaki. Kemudian menyebutkan hadis hadis

yang berkaitan dengan orang orang yang mengenakann sarung sampai dibawah mata

kaki tanpa dibawa dengan kesombongan. Selanjutnya ia menampilkan hadis hadis

yang menjelaskan tentang celaan terhadap orang orang yang menjulurkan sarung atau

pakaiannya karena kesombongan.15

Disamping itu Yusuf Qaradhawi juga mengungkapkan penjelasan penjelasan

dari berbagai ulama, diantaranya ibn Hajjar dan al Nawawi, pada akhirnya

menyimpulkan dengan membawa hadis hadis yang dalalahnya mutlaq pada hadis

yang dalalahnya muqayad, bahwa ancaman terhadap perbuatan menjulurkan sarung

itu terbatas pada orang orang yang melakukannya karena kesombongan dan

kebanggaan diri saja. Jika menjulurkan karna adat kebiasaan maka tidak termasuk

sasaran ancaman yang menjadi perhatian agama, dalam hal ini adalah niat dan

motivasi batiniah yang berada dibalik perbuatan lahiriyah.

Hal yang sangat ditentang oleh agama adalah kesombongan, kebanggan diri,

keangkuhan, sikap merendahkan orang lain, dan penyakit penyakit jiwa lainnya.

Disamping itu urusan model dan bentuk pakaian terkait dengan tradisi dan kebiasaan

manusia, yang seringkali berbeda beda sesuai perbedaab iklim antara panas dan

dingin, antara kaya dan miskin, antara yang mampu dan tidak, jenis pakaian, tingkat

kehidupan, dan berbagai pengaruh lainnya.16

15

Hadis riwayat Muslim berbunyi “ يوم القيامة المنهان الهذى ال يعطى شيئا إاله منهه والمنفق ثالثة ال يكلمهم للاه

«سلعته بالحلف الفاجر والمسبل إزاره dari abi dzar riwayat al Bukhari dari abu Hurairah juga Abdullah bin

Umar. Lihat di Kaifa Nata’amal Ma’a as- Sunnah an-Nabawiyyah ma ‘Alim Wa Dhabith, hal.103-

109.

16

Yusuf Qaradhawi, Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suryadi, Bandung: Pustaka

Setia,2007,hal. 178-179.

Page 45: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

29

Karena itu, yang sangat di pentingkan oleh agama mengenai ini, dan yang di

tujukan kepaanya perhatian terbesar, adalah niat serta motivasi yang berada dibalik

suatu perbuatan lahiriyah. Dan yang sangat ingin ditentang disini olehnya, adalah

kesombongan, keangkuhan, kepongahan, kebanggaan diri, dan sebagainya, yang

semua itu termasuk penyakit penyakit hati dannpenyimpangan kejiwaan, yang tak

seorang pun akan masuk surge apabila didalam dirinya bersemayam perasaan seperti

itu, walaupun hanya sebesar zarrah.

c. Mentarjih atau mengabungkan hadis hadis yang bertentangan

Dalam pandangan Al-Qardhâwî, pada dasarnya nash-nash syari’at tidak akan

saling bertentangan. Maka bila tampaknya ada kontradiksi,maka hal itu hanya

penglihatan sepintas yang pada hakekatnya tidak demikian dan merupakan kewajiban

kita untuk menghilangkan kontradiksi semu tersebut.17

Tahap selanjutnya bila hadis-hadis yang memiliki tema yang sama nampak

kontradiktif, maka langkah pertama adalah melakukan kompromi (al-jam’ wa al-

taufiq) terhadap hadis-hadis tersebut. Dasar pemikiran Al-Qardhâwî adalah bahwa

pada prinsipnya nash-nash tidak mungkin saling bertentangan secara substansi. Jika

mungkin melakukan kompromi, maka hal tersebut harus terlebih dahulu dilakukan

dibanding melakukan komparasi hadis (al-tarjih). Namun perlu dicatat bahwa

kompromi ini hanya dilakukan terhadap hadis-hadis yang sahih saja, tidak termasuk

hadis da’if dan diragukan validitasnya.18

17

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami al-Sunnah Dengan Benar., h. 197 18

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., hal. 118

Page 46: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

30

Masih berkaitan dengan hadis-hadis yang paradoks, Al-Qardhâwî nampaknya

kurang memilih alternatif selanjutnya yakni nasakh, karena menurutnya medan naskh

dalam hadis lebih sempit dibanding pendekatan kompromi (al-jam’ wa al-taufiq)

maupun komparasi (tarjih). Menurut Qardhâwî hal ini disebabkan karena sebagian

hadis hanya bersifat parsial dan temporal.19

Sebagai contoh: hadis-hadis yang melarang kaum wanita menziarahi kuburan.

Misalnya, hadis dari Abȗ Hurairah, bahwa Rasulullah Saw., “melaknat kaum wanita

yang sering menziarahi kuburan”. (Dirawikan oleh Ahmad, Ibn Majah dan al-

Tirmidzi yang berkata: “hadis ini hasan sahih”. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn

Hibban dalam sahih-nya).20

Diriwayatkan pula dari Ibn Abbas dan Hassan bin Tsabit dengan lafal: “para

wanita penziarah kuburan.”

Hal itu dikuatkan pula oleh beberapa hadis yang mengandung larangan

terhadap kaum wanita untuk mengikuti jenazah. Dari sana dapat disimpulkan pula

larangan terhadap ziarah kubur bagi wanita.

Namun ada hadis lain yang mengizinkan menziarahi kuburan, sama seperti

kaum laki-laki. Diantaranya, sabda Nabi Saw.:

21كنتم ن هيتكم عن زيارة القبور، ف زوروها

“Aku pernah melarang kalian menziarahi kuburan; kini ziarahilah”

19

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf Qardhawi).,

hal.140 20

Lihat juga al-Tirmidzi dalam bab Janâiz (1056), Ibn Mâjah (1576) dan Ahmad (2/337).

Juga dirawikan oleh Al-Baihaqi dalam al-Sunan (4/78). 21

Lihat juga Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel, hadis no.

1406 juz 2, hal. 1025

Page 47: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

31

زوروا القبور فإهنا تذكراملوت

“Ziarahilah kuburan-kuburan, sebab hal itu akan mengingatkan kepada

maut.”

Dalam hadis-hadis di atas, izin umum tersebut tentunya mencakup kaum

wanita juga.

Juga hadis yang dirawikan oleh al-Bukhârî dan Muslim, dari Anas, bahwa

Nabi Saw., menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sisi sebuah kuburan,

lalu beliau berkata: “bertakwalah kamu dan bersabarlah” wanita itu menjawab:

“Menjauhlah kamu dariku. Engkau tidak mengalami musibah yang kualami.” (Rupa-

rupanya ia tidak mengenali Rasulullah Saw...).

Dalam hadis itu, Nabi Saw., menyatakan ketidak sukaannya kepada sikap si

wanita yang tampak kurang sabar dalam menerima musibah, namun beliau tidak

melarangnya berziarah.

Meskipun hadis-hadis ini, lebih sahih dan lebih banyak, dibandingkan hadis-

hadis yang melarang, namun menggabungkan semuanya dan berupaya menyesuaikan

makna kandungannya, adalah masih mungkin. Yaitu dengan mengartikan kata

“melaknat” yang tersebut dalam hadis sebagaimana dinyatakan oleh al-Qurthubi yang

ditujukan kepada para wanita yang amat sering melakukan ziarah. Hal itu sesuai

dengan bentuk kata zawwârât, yang berkonotasi “amat sering”. Menurut al-Qurthubi,

mungkin sebabnya ialah hal itu dapat mengakibatkan berkurangnya perhatian mereka

kepada para pemenuhan hak suami, disamping kemudian membawa mereka kepada

tabarruj serta meratapi orang-orang yang mati dengan suara keras. Dan dapat

dikatakan pula bahwa jika semua itu dapat dihindarkan, maka boleh menziarahi

Page 48: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

32

kuburan bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Berkata al-Syaukâni: “pendapat

itulah yang sepatutnya dijadikan andalan dalam upaya menggabungkan antara hadis-

hadis yang tampaknya saling bertentangan menurut zahirnya.”22

d. Memahami hadis sesuai latar belakang, kondisi, situasi dan tujuan

Untuk memahami hadits secara tepat di butuhkan pengetahuan tentang sebab

sebab khusus yang melatarbelakangi timbulnya hadis, sehingga dapat ditemukan illat

yang menyertainya. Kalau ini tidak dipertimbangkan, maka pemahaman akan menjadi

salah dan jauh dari tujuan syar’I. hal ini mengingat hadis nabi merupakan

penyelesaian terhadap problem yang bersifat local, particular dan temporal.

Dengan mengetahui hal ini seseorang dapat melakukan pemilihan antara yang

umum, sementara dan abadi. Dan antara yang particular dan universal.23

Dalam pandangan Yusuf al Qaradhawi, jika konidisi telah berubah dan tidak

ada illat lagi, maka hukum yang bersinggungan dengan suatu naskh akan gugur.

Demikian juga dengan hadis yang berlandaskan suatu kebiasaan bersifat temporer

yang berlaku pada masa nabi dan mengalami perubahan pada masa kini. Maka yang

dipegangi adalah maksud yang di kandungnya dan bukanlah pengertian harfiyah.

Contohnya

أنتم أعلم بأمر دنياكم ...احلديث رواه مسلم

Hadis ini tidak tepat apabila dimaknai untuk urusan dunia, rasul menyerahkan

sepenuhnya kepada umat islam. Karena dalam berbegai bidang: ekonomi, sosial

politik dll. Rasul telah memberikan garis yang jelas, hadis ini harus difahami menurut

22

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., hal. 121-122 23

Kurdi dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis,hal.441.

Page 49: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

33

sebab khusus yang menyertainya yakni, bahwa untuk urusan penyerbukan kurma,

maka para petani madinah memang lebih ahli ketimbang Rasul.

Maksud hadis nabi terhadap keahlian propesi ataupun keahlian lainnya. Jadi

para petani lebih mengethui tentang dunia pertanian dari pada mereka yang bukan

petani. Para pedagang lebih mengetahui dunia perdagangan dari pada para petani.

Petunjuk nabi tentang penghargaan terhadap keahlian propesi atau bidang keahlian

tersebut besifat universal.24

Contoh lainya seperti hadis :

إال معها حمرم رواه البخاري ومسلم ال تسافر امر أة

Hadis ini kurang tepat kalau dimaknai setiap perempuan (kapan dan

dimanapun) tidak boleh berpergian sendiiri, ia harus disertai mahram. Illat hadis ini

sesungguhnya ialah kekhawatiran akan terjadi fitnah dan bahaya bagi perempuan

yang berpergian sedniri dengan melewati padang pasir serta banyaknya penyamun di

perjalanan. Karena itu ketika kondisi telah aman dan kekhawatiran telah sirna,

tidaklah mengapa perempuan berpergian sendiri.

e. Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dengan tujuan yang tetap

Menurut Al-Qardhâwî, Di antara sebab terjadinya kesalahan pemahaman

terhadap al-Sunnah adalah sebagian orang mencampur adukkan antara tujuan dan

maksud yang permanen (al-ahdaf al-tsabitah) dimana al-Sunnah berusaha

24

Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan kontekstual: Tela’ah ma’ani hadis tentang

ajaran Islam yang universal, Temporal dan Local, Jakarta:Bulan Bintang, 1994,hal. 58.

Page 50: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

34

merealisasikannya dan sarana yang bersifat temporal (al-wasâil al-mutaghoyyirah)

dan lokal yang terkadang membantunya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.25

f. Membedakan antara hakekat dan majaz dalam memahami hadis

Makna metaforis (majazi) di sini adalah mencakup al-majaz al-lughawi

(metaforis menurut bahasa) dan al-majaz al-‘aqli (metaforis menurut rasio), al-

istiarah wa al-kinayah (kiasan), dan setiap bentuk kata atau kalimat yang memiiki

makna konotatif. Majaz dapat diketahui dengan memperhatikan indikator makna (al-

qarinah) dari sebuah kata atau kalimat.26

Al-Imam al-Rahib al-Ashfahani dalam bukunya yang bermutu Al-Dzarî’ah Ilâ

Makârimi-sy-Syarî’ah mengatakan :

Ketahuilah bahwa pembicaraan, bila diucapkan dengan perumpamaan untuk

diambil pelajaran bukannya untuk memberikan berita, maka sebetulnya tidak

termasuk dusta. Oleh karena itu orang-orang yang sangat berhati-hati tidak merasa

rikuh menggunakannya”.

Hati-hati Untuk Tidak Mudah Menta’wilkan Ungkapan Majazi. Al-Qardhâwî

berpendapat, bahwa penta’wilan hadis-hadis dan teks-tekas dalil pada literal, adalah

masalah yang cukup riskan yang tidak boleh mudah-mudah dilakukan kecuali bila

ada petunjuk dari dalil aqli dan naqli. Seringkali hadis-hadis dita’wilkan karena

berdasarkan pandangan subjektif, temporal atau lokal.

Penta’wilan Yang Ditolak

25

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar, hal.248 26

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi).,hal. 143

Page 51: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

35

Di antara penta’wilan yang tidak boleh diterima adalah penta’wilan kaum

kebatinan yang tidak berdasarkan dalil, baik dari ungkapan maupun dari konteks

perkataan.

Ibnu Taimiyyah dan Penolakan Majaz

Menurut Al-Qardhâwî, bahwa Syaikhu-I-Islam menolak adanya majaz dalam

al-Qur’an, hadis dan dalam bahasa secara umum dan pendapatnya ini diperkuat

dengan sejumlah dalil dan ungkapan. Ibnu Taimiyyah ingin menutup pintu bagi

mereka yang berlebih-lebihan dalam menta’wilkan hal-hal yang berhubungan dengan

sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla yaitu mereka yang dinamakan kaum al-Mu’athilah.

Sifat-sifat Allah ta’ala menurut pandangan mereka hampir menjadi sekedar negatif

bukan positif dan nafyun yang tidak disertai itsbat.

Ia ingin menghidupkan apa yang ada pada umat terdahulu yang mengitsbatkan

bagi Allah ta’ala apa-apa yang telah diitsbatkan-Nya dalam kitab-Nya al-Qur’an dan

dalam sunnah Rasul-Nya dan menafikan apa-apa yang telah dinafikan al-Qur’an dan

as-Sunnah.27

27

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar, hal.312-317

Page 52: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

36

BAB IV

ANALISIS QAZA’ DENGAN PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF

AL QHARDHAWI

A. Mengumpulkan hadis-hadis yang setema

Untuk memahami as-Sunnah dengan benar, hadis hadis hendaknya

dikumpulkan dalam satu objek, dimana yang bersifat mutasyabbih dikembalikan

kepada yang bersifat muhkam,yang mutlak dibawa kepada yang terikat, dan yang

bersifat umum ditafsirkan oleh yang bersifat khusus. Dengan demikian pengertian

hadis yang dimaksud akan jelas dan tidak akan tumpang tindih. Dan bila telah

menjadi ketetapan bahwa as-Sunnah member tafsiran terhadap al-Qur’an al-Karim

dan menjelaskannya, dengan pengertian as-Sunnah merinci ayat-ayatnya yang

gelobal, menafsirkan yang tidak jelas mengkhususkan yang umum dan mengikat

yang mutlak, maka yang lebih utama hal itu diperhatikan dalam as-Sunnah antara

yangs atu dengan yang lainnya. Contohnya seperti hadis tentang Qaza’ ( mencukur

sebagian rambut) yang di riwayatkan oleh imam Bukhari hadis no. 5466 sebagai

berikut :

ثنا ثنا إبراهيم بن مسلم حد عبد حد عبد بن المثنى بن للا ثنا مالك بن أنس بن للا عبد حد

رسول أن عمر ابن عن دينار بن للا صلى للا القزع عن نهى وسلم عليه للا

“Telah menceritakan kepada kami muslim bin Ibrahim telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin Mutsanna bin Abdullah bin Anas bin Malik telah

menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa

Rasulullah Saw melarang qaza’ (mencukur sebagian rambut kepala dan

membiarkan sebagian yang lain”.

Page 53: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

37

Kemudian di jelskan lagi dalam hadis lain yaitu yang di riwayatlkan oleh Abu

Daud dalam kitab sunanya no. 3662 sebagai berikut

ثنا ثنا إسمعيل بن موسى حد اد حد ثنا حم صلى النبي أن عمر ابن عن نافع عن أيوب حد

بي رأس يحلق أن وهو القزع عن نهى وسلم عليه للا ذؤابة له فتترك الص

Al imam An-Nawawi menjalaskan yang di kutip didalam kitab fathu al baari

yaitu yaitu mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja. Sebagian ulama

mengatakan ia adalah mencukur beberapa bagian secara terpisah-pisah.

Namun, yang benar adalah penafsiran pertama karena ia adalah panfsiran

periwayat serta tidak menyelisihi makna zahir. “ Ibnu Hajjar katakana, hanya

saja pengkhusussan untuk anak kecil bukan sesuatu yang mengikat.

حدثنا أحمد بن حنبل، قال: ثنا عثمان بن عثمان، قال أحمد: كان رجال صالحا قال:

أخبرنا عمر بن نافع، عن أبيه، عن ابن عمر قال:نهى رسول للاه صلى للاه عليه وسلم

القزع، والقزع: أن يحلق رأس الصبي فيترك بعض شعره.عن

“Telah menceritakan kepada kami ahmad bin hanbal berkata; telah

menceritakan kepada utsman bin utsman –ahmad berkata ; ia adalah

seseorang laki laki yang shahih aia berkata; telah mengabarkan kepada kami

umar bin nafi’ dari bapaknya dari ibnu umar ia berkata “ rasulullah saw

melarang al-Qaza’ al Qaza’ adalah kepala anak kecil yang dicukur

sebagiannya dan di biarkan sebagian rambutnya”

بن حف د قال أخبرني مخلد قال أخبرني ابن جريج قال أخبرني عبيد للا ثني محم ص حد

أنه سمع ابن عمر رضي للا هماأن عمر بن نافع أخبره عن نافع مولى عبد للا قول ي عن

: : قلت وما الق عليه وسلم ينهى عن القزع قال عبيد للا صلى للا زع سمعت رسول للا

بي وترك ههنا شعرة وههنا وههنا فأشا قال: إذا حلق الص ر لنا عبيد ؟ فأشار لنا عبيد للا

: فالجارية والغالم قال: ل أدري هكذ إلى ناصيته وجانبي رأسه. قيل لعبيدللا ا قال للا

Page 54: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

38

ة والقفا للغالم فال ا القص :وعاودته فقال: أم بي قال عبيد للا بأس بهما ولكن القزع الص

أن يترك بناصيته شعر وليس في رأسه غيره وكذلك شق رأسه هذا وهذا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah

mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu

Juraij dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh bahwa Umar

bin Nafi' mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak Abdullah pernah

mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya mendengar Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari qaza' (mencukur sebagian rambut kepala

dan membiarkan sebagian yang lain)." 'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya;

"Apakah qaza' itu" 'Ubaidullah lalu mengisyaratkan kepada kami sambil

mengatakan; "Jika rambut anak kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini,

yang ini dan yang ini." 'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan

samping (kanan dan kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal

itu berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak tahu

yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak laki-laki."

'Ubaidullah mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan itu pernah juga aku

ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak mengapa (membiarkan)

rambut depan kepala dan rambut tengkuk bagi anak-anak, akan tetapi maksud qaza'

adalah membiarkan sebagian rambut yang ada di ubun-ubun, hingga di kepala

hanya tersisa itu, begitu pula dengan memangkas rambut kepalanya ini dan ini”

An-Nawawi berkata pula, para ulama sepakat tentang tidak diseukainya qaza’

jika dilakukan berpisah-pisah di kepala kecuali untuk berobat atau yang sepertinya,

dan ia adalah makruh dalam arti tanjih ( anjuiran meninggalkan yang tidak baik),

tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Imam malik tidak menyukainya

dilakukan pada anak perempuan dan laki laki yang hampir dewasa. Dalam salah satu

riwayat dikatakan tidak mengapa jika sekedar Qushshah (rambut pelipis) dan Qafa (

rambut tengkuk) baik bagi laki-laki maupun perempuan dan itu merupakan perhiasan

orang yahudi.

Dari beberapa hadis yang telah di kumpulkan disitu sudah jelas bahwa rosul

sangat melarang perbuatan qaza’ tetapi perbuatan tersebut dibolehkan kalau ada

Page 55: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

39

udzur misalnya untuk pengobatan dan pada tempat tempat ternetu yang boleh dicukur

misalnya di bagian tengkuk dan pelipis.

Dan dalam penjelasan hadis tersebut larangan perbuatan qaza itu tidak

mengikat hanya untuk anak kecil/bayi saja tetapi juga untuk orang dewasa seperti

yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi sebagai berikut “An-Nawawi berkata,

“pendapat paling benaar tentang penafsiran qaza’ adalah penafsiran Nafi’, yaitu

mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja. Sebagian ulama mengatakan ia

adalah mencukur beberapa bagian secara terpisah-pisah. Namun, yang benar adalah

penafsiran pertama karena ia adalah panfsiran periwayat serta tidak menyelisihi

makna zahir. “Ibnu Hajjar katakana, hanya saja pengkhusussan untuk anak kecil

bukan sesuatu yang mengikat.

An-Nawawi berkata pula, para ulama sepakat tentang tidak diseukainya qaza’ jika

dilakukan berpisah-pisah di kepala kecuali untuk berobat atau yang sepertinya, dan ia

adalah makruh dalam arti tanjih (anjuiran meninggalkan yang tidak baik), tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Imam malik tidak menyukainya dilakukan

pada anak perempuan dan laki laki yang hampir dewasa. Dalam salah satu riwayat

dikatakan tidak mengapa jika sekedar qushshah (rambut pelipis) dan Qafa (rambut

tengkuk) baik bagi laki-laki maupun perempuan.

B. Memahami Hadis Berdasrkan Sebab-Sebab dan Tujuannya

Dianatra manifestasi dari pemahaman yang baik terhadap as-Sunnah an-

nabawiyyah adalah memperhatikan sebab-sebab khusus yang menjadi dasar hadis

atau keterikatannya dengan alasan tertentu yang tertulis dalam hadis atau dipahami

dari kesimpulannya dan dari realita konteks hadis tersebut.

Page 56: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

40

Mengkaji secara mendalam akan mendapatkan bahwa sebagian hadis ada

yang berdasarkan situasi dan kondisi tertentu untuk merealisasikan kepentingan

bersama, atau menghindari keruskan tertentu, atau mencarikan solusi terhadap

permasalahan yang tengah berlangsung pada waktu itu. hukum yang terkandung

dalam hadis terkadang tampak bersifat umum dan berlaku selamanya, akan tetapi

setelah dipelajari dengan teliti ternyata berdasarkan suatu alasan dimana hukum

tersebut menjadi tidak berlaku lagi bila alasannya sudah tidak ada dan tetap berlaku

selama alasanya masih ada. 1

Untuk memahami hadis dengan benar dan mendalam, haruslah mengetahui

hubungan-hubungan dalam konteks nashnya yang memberikan penjelasan dan

mengatasi situasi dan kondisinya sehingga maksud dari hadis tersebut dapat

ditentukan dengan pasti dan tidak memberikan peluang terhadap dugaan dugaan

sepintas atau pengertian eksplisit yang bukan maksud sebenarnya.

Al-Qardhawi berpendapat bahwa suatu hukum yang di bawa oleh suatu hadis,

adakalanya tampak bersifat umum dan untuk waktu tak terbatas, namun jika

diperhatikan lebih lanjut, akan diketahui bahwa hukum tersebut berkaitan dengan

suatu ‘illah tertentu. Sehingga ia akan hilang dengan sendirinya jika hilang ‘illahnya,

dan tetap berlaku jika masih berlaku ‘illahnya.

Oleh karnanya hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Umar

bin Nafi’ yang berbunyi:

1 Yusuf al-Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah dengan Benar,h. 222.

Page 57: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

41

بن حف د قال أخبرني مخلد قال أخبرني ابن جريج قال أخبرني عبيد للا ثني محم ص حد

عنهما أنه سمع ابن عمر رضي للا قول ي أن عمر بن نافع أخبره عن نافع مولى عبد للا

: قلت وما الق : عليه وسلم ينهى عن القزع قال عبيد للا صلى للا ؟ زع سمعت رسول للا

بي وترك ههنا شعرة وههنا وههنا فأشا قال: إذا حلق الص فأشار لنا عبيد للا ر لنا عبيد للا

: فالجارية والغالم قال: ل أدري هكذا قال بي إلى ناصيته وجانبي رأسه. قيل لعبيدللا الص

ة والقفا للغالم فال ا القص :وعاودته فقال: أم بأس بهما ولكن القزع أن يترك قال عبيد للا

بناصيته شعر وليس في رأسه غيره وكذلك شق رأسه هذا وهذا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah

mengabarkan kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku

Ibnu Juraij dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh

bahwa Umar bin Nafi' mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak

Abdullah pernah mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari qaza'

(mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian yang lain)."

'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu" 'Ubaidullah

lalu mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut anak

kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini."

'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan samping (kanan

dan kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal itu

berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak

tahu yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak

laki-laki." 'Ubaidullah mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan itu

pernah juga aku ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak

mengapa (membiarkan) rambut depan kepala dan rambut tengkuk bagi anak-

anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan sebagian rambut yang

ada di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu pula dengan

memangkas rambut kepalanya ini dan ini”.

Perlu diketahui bahwa, dalam memahami suatu hadis selain dipahami dengan

berpedoman pada al-Qur’an al-Karim dan dengan mengabungkannya maka

Page 58: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

42

selanjutnya penulis meneliti melalui konteks asbabul wurud, dan untuk tujuan apa

hadis itu di keluarkan, sehingga dengan demikian maksudnya benar-benar menjadi

jelas dan terhindar dari berbagai pikiran yang menyimpang dan juga pengertian yang

jauh dari tujuan sebenarnya.2

Pada umumnya mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum mencukur

sebagian rambut (qaza’) itu haram kemudian ada sebagian ulama pula yang

mengatakan makruh. Larangan ini didasarkan pada hadis Nabi Saw. Beliau berkata :

saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dari qaza'

(mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian yang lain)."

'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu" 'Ubaidullah lalu

mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut anak kecil dicukur,

lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini." 'Ubaidullah menunjukkan

kepada kami pada ubun-ubun dan samping (kanan dan kiri) kepalanya." Ditanyakan

kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal itu berlaku untuk anak laki-laki dan perempuan?"

dia menjawab; "Saya tidak tahu yang seperti ini." Penanya bertanya lagi; "Apakah

khusus untuk anak laki-laki." 'Ubaidullah mengatakan (kepada syaikhnya);

"Pertanyaan itu pernah juga aku ulangi (kepada syaikhku), lalu dia berkata; "Dan

tidak mengapa (membiarkan) rambut depan kepala dan rambut tengkuk bagi anak-

anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan sebagian rambut yang ada di

ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu pula dengan memangkas

rambut kepalanya ini dan ini."

2 Yusuf al-Qardhawi,Bagaimana Memahai Hadis Nabi Saw.,h.131-132.

Page 59: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

43

Hadis diatas diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Umar bin Nafi’. Hadis ini

melarang mencukur sebagian rambut. Menurut ulama pelarangan mencukur sebagian

rambut tersebut di karnakan merusak penampilan, seperti yang dikatan oleh imam

nawawi “An-Nawawi berkata pula, para ulama sepakat tentang tidak diseukainya

qaza’ jika dilakukan berpisah-pisah di kepala kecuali untuk berobat atau yang

sepertinya, dan ia adalah makruh dalam arti tanjih (anjuiran meninggalkan yang tidak

baik), tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan” dan juga ibnu hajjar al

Asqalani.” Ibnu Hajjar berkata, Hujjahnya cukup jelas karena merupakan penafsiran

periwayat. Kemudian terjadi perbedaan tentang alasan larangan itu. diakatakan hal itu

bisa memperburuk penampilan, sebagian mengatakan karena ia adalah perhiasan

syeitan, dan sebagian lagi mengatakan karena ia adalah perhiasan orang yahudi.”3

larangan tersebut terjadi ketika Nabi melihat salah seorang sahabat mencukur rambut

anaknya yang baru lahir lalu Nabi menegurnya namun dalam asbabul wurud tersebut

penulis tidak menemukan alasan kenapa nabi melarang qaza’seperti hadis yang di

riwayatkan sebagai berikut :

، عن ابن عمر: أخب رنا إسحق بن إب راهيم، أن بأنا عبد الرزاق، قال: أن بأنا معمر، عن أيوب، عن ناف ع،

احلقوه »رأسه وت رك ب عضا، ف ن هى عن ذلك، وقال: أن النب صلى اهلل عليه وسلم رأى صبيا حلق ب عض

4«كله أو ات ركوه كله

“Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, memberitakan kepada

kami Abdur Razak telah berkata memberitakan kepada kami Ma’mar dari Ayub dari

3 Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr, 1992), h. 315

4 al-Nasāī, vol. VIII, h.130

Page 60: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

44

Nafi dari Ibnu Umar bahwa Nabi Saw pernah melihat anak yang dicukur sebagian

rambutnya dan dibiarkan sebagian lainnya, maka beliau melarang hal itu dan

bersabda “ cukurlah selunya dan biarkanlah seluruhnya”

Tujuan atau ilah hadis tersebut dikeluarkan yaitu karna mencukur sebagian

rambut dan meninggalkan sebagian yang lain itu membuat penampilan menjadi

kurang bagus sebagai contoh rumput lapangan sepak bola jika rumput tersebut

dipotong setengah yang lainnya tidak terlihat kurang bagus dan kurang rapi. Sama

halnya dengan rambut jika rambut seseorang dicukur sebagian dan tinggalkan

sebagian itu memperburuk penampilan seseorang.

C. Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dengan tujuan yang tetap.

Diantara penyebab kekeliruan dalam memahami Sunnah ialah sebagian orang

mencampuradukan antara tujuan atau sasaran yang dicapaioleh As-Sunnah dengan

pra-sarana temporeratau lokal yang kadangkala menunjang pencapaian sasaran yang

dituju. Mereka memusatkan diri pada pelbagai prasarana ini, seolah olah hal itu

memang merupakan tujuan yang sebenarnya. Padahal, siapa saja yang benar-benar

berusaha memahami As-Sunnah serta rahasia-rahasia yang dikandugnya, akan

tampak baginya bahwa yang penting adalah apa yang menjadi tujuannya yang hakiki

itulah yang tetap dan abadi. Sedangkan yang berupa prasarana, adakalanya berubah

dengan perubahan lingkungan, zaman, adat kebiasaan, dan sebagainya.5

Dari sini kita lihat hadis tentang Qaza’ (pelarangan mencukur rambut

sebagian dan meninggalkan sebagian) pada hadis tersebut kebanyakan ulam

memfokuskan pada pencukuran rambut yaitu apakah mencukur rambut secara mutlak

atau secara terpisah-pisah yang dimaksud dalam hadis Nabi tersebut.

5 Yusuf al-Qardhawi,Bagaimana Memahai Hadis Nabi Saw.,h. 148.

Page 61: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

45

Dan karena itu, mereka sering menyebutkan beberapa hadis yang dikenal tentang hal

ini seperti :

ثنا ثنا إبراهيم بن مسلم حد عبد حد عبد بن المثنى بن للا ثناح مالك بن أنس بن للا عبد د

رسول أن عمر ابن عن دينار بن للا صلى للا القزع عن نهى وسلم عليه للا

“Telah menceritakan kepada kami muslim bin Ibrahim telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin Mutsanna bin Abdullah bin Anas bin Malik telah

menceritakan kepada kami Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa

Rasulullah Saw melarang qaza’ (mencukur sebagian rambut kepala dan

membiarkan sebagian yang lain”.

Kemudian di jelskan lagi dalam hadis lain yaitu yang di riwayatlkan oleh Abu

Daud dalam kitab sunanya no. 3662 sebagai berikut

ثنا ثنا إسمعيل بن موسى حد اد حد ثنا حم صلى النبي أن عمر ابن عن نافع عن أيوب حد

بي رأس يحلق أن وهو القزع عن نهى وسلم عليه للا ذؤابة له فتترك الص

“Al imam An-Nawawi menjalaskan yang di kutip didalam kitab fathu al baari

yaitu yaitu mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja. Sebagian

ulama mengatakan ia adalah mencukur beberapa bagian secara terpisah-

pisah. Namun, yang benar adalah penafsiran pertama karena ia adalah

panfsiran periwayat serta tidak menyelisihi makna zahir. “ Ibnu Hajjar

katakana, hanya saja pengkhusussan untuk anak kecil bukan sesuatu yang

mengikat”.

حدثنا أحمد بن حنبل، قال: ثنا عثمان بن عثمان، قال أحمد: كان رجال صالحا قال:

أخبرنا عمر بن نافع، عن أبيه، عن ابن عمر قال:نهى رسول للاه صلى للاه عليه وسلم

والقزع: أن يحلق رأس الصبي فيترك بعض شعره.عن القزع،

“Telah menceritakan kepada kami ahmad bin hanbal berkata; telah

menceritakan kepada utsman bin utsman –ahmad berkata ; ia adalah

seseorang laki laki yang shahih aia berkata; telah mengabarkan kepada kami

umar bin nafi’ dari bapaknya dari ibnu umar ia berkata “ rasulullah saw

Page 62: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

46

melarang al-Qaza’ al Qaza’ adalah kepala anak kecil yang dicukur

sebagiannya dan di biarkan sebagian rambutnya”

بن حف د قال أخبرني مخلد قال أخبرني ابن جريج قال أخبرني عبيد للا ثني محم ص حد

أنه سمع ابن عمر رضي للا هماأن عمر بن نافع أخبره عن نافع مولى عبد للا قول ي عن

: : قلت وما الق عليه وسلم ينهى عن القزع قال عبيد للا صلى للا زع سمعت رسول للا

بي وترك ههنا شعرة وههنا وههنا فأشا قال: إذا حلق الص ر لنا عبيد ؟ فأشار لنا عبيد للا

: فالجارية والغالم قال: ل أدري هكذ إلى ناصيته وجانبي رأسه. قيل لعبيدللا ا قال للا

ة والقفا للغالم فال ا القص :وعاودته فقال: أم بي قال عبيد للا بأس بهما ولكن القزع الص

أن يترك بناصيته شعر وليس في رأسه غيره وكذلك شق رأسه هذا وهذا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad dia berkata; telah mengabarkan

kepadaku Makhlad dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu Juraij dia

berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Ubaidullah bin Hafsh bahwa Umar bin Nafi'

mengabarkan kepadanya dari Nafi' bekas budak Abdullah pernah mendengar Ibnu

Umar radliallahu 'anhuma berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam melarang dari qaza' (mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan

sebagian yang lain)." 'Ubaidullah mengatakan; "saya bertanya; "Apakah qaza' itu"

'Ubaidullah lalu mengisyaratkan kepada kami sambil mengatakan; "Jika rambut

anak kecil dicukur, lalu membiarkan sebagian yang ini, yang ini dan yang ini."

'Ubaidullah menunjukkan kepada kami pada ubun-ubun dan samping (kanan dan

kiri) kepalanya." Ditanyakan kepada 'Ubaidullah; "Apakah hal itu berlaku untuk

anak laki-laki dan perempuan?" dia menjawab; "Saya tidak tahu yang seperti ini."

Page 63: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

47

Penanya bertanya lagi; "Apakah khusus untuk anak laki-laki." 'Ubaidullah

mengatakan (kepada syaikhnya); "Pertanyaan itu pernah juga aku ulangi (kepada

syaikhku), lalu dia berkata; "Dan tidak mengapa (membiarkan) rambut depan kepala

dan rambut tengkuk bagi anak-anak, akan tetapi maksud qaza' adalah membiarkan

sebagian rambut yang ada di ubun-ubun, hingga di kepala hanya tersisa itu, begitu

pula dengan memangkas rambut kepalanya ini dan ini”.

Menurut hemat saya potongan rambut bukan menjadi “jiwa” dari hadis Qaza’.

Jiwanya adalah memperburuk penampilan seseorang. Dari hadis tersebut para ulama

berpendapat tentang cukuran dari rambut “An-Nawawi berkata pula, para ulama

sepakat tentang tidak diseukainya qaza’ jika dilakukan berpisah-pisah di kepala

kecuali untuk berobat atau yang sepertinya” Umar bin Nafi’ mengatakan, yaitu

mencukur sebagian rambut dari kepala mana saja, Maksudnya tidak harus secara

terpisah. Dizaman sekarang penampilan itu sangat penting karna dari penampilan kita

dapat mengetahui kepribadian Seseorang. Rambut merupakan hal penting dari

penampilan jika rambut tidak tertata dengan rapi maka penmapilanpun akan menjadi

tidak rapi, namun jika rambut kita rapi penampilanpun akan menarik. Cukuran

rambut dizaman sekarang sangat beragam kalo yang mencukur rambut sebagian tidak

secara terpisah-pisah contohnya cukuran rambut mohawk samping kanan dan kirinya

dicukur sedangkan yang atas rambutnya tidak. Kemudian dengan cukuran rambut

yang yang secara terpisah-pisah contohnya cukuran rambut skin yaitu dibuat garis-

garis di kepala secara terpisah.

Setiap sarana dan prasarana, mungkin saja berubah-ubah dari suatu masa ke masa

lainnya, dan dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya.bahkan semua itu pasti

Page 64: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

48

mengalami perubahan. Oleh karena itu, apabila suatu hadis menunjuk kepada suatu

yang menyangkut sarana atau prasarana tertentu, maka itu hanyalah tentang

menjelaskan suatu fakta, namun sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengikat kita

dengannya, ataupun membekukan diri kita dengannya.

Page 65: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

49

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hadis mencukur sebagian rambut (Qaza) dengan diteliti

menggunakan 3 metode Yusuf al-Qardhawi mendapatkan beberapa sebagai

berikut.

Hadis yang di riwayatkan oleh Abu Daud melaui Umar bin Nafi’ yang

dalam hadis tersebut Nabi melarang mencukur rambut sebagian karna menurut

sebagian ulama yaitu perbuatan tersebut memperburuk penampilan, setelah di

teliti menggunakan metode Yusuf al-Qardhawi yaitu dengan metode

mengumpulkan hadis-hadis yang setema dapat disimpulkan bahwa dari semua

hadis tersebut melarang untuk melakukan qaza’.

Dalam metode yang kedua yaitu memahami hadis berdasarkan sebab-

sebab dan tujuan hadis itu dikeluarkan yaitu memiliki kesimpulan bahwa rasul

melihat seorang anak sahabat dicukur rambutnya sebagian dan ditinggalkan

sebagian kemudian rosul berkata potong seluruhnya rambut tersebut atau

tinggalkan seluruhnya dari penjelasan tersebut jelas terdapat pelarangan,

sedangkan pelarangan hadis tersebut bertujuan untuk tidak disukainya merusak

penampilan.

Kemudian setelah di teliti dengan menggunakan metode membedakan

antara sarana yang berubah-ubah dengan tujuan yang tetap yaitu memiliki

kesimpulan potongan rambut itu merupakan sarana dari hadis tersebut dizaman

dahulu mencukur rambut tidak secara keseluruhan (setengah) seperti dibuat

Page 66: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

50

jambul didepan tetapi yang lainnya habis atau ada sebagian rambut yang

mengumpul di ubun-ubun selainnya botak. Dizaman sekrang sekrang ada

potongan yang dinamakan mohawak yaitu bagian atasnya disisakan sedangkan

bagian samping kanan dan kiri botak atau potongan skin yaitu potongan yang

membuat garis-garis dikepala.

Jadi kesimpulan penulis dari hadis qaza’ bahwa sampai sekarang pun

mencukur qaza’ tetap dilarang karna merusak penampilan seseorang dan

diperbolehkan jika ada udzur seperti untuk pengobatan dan lain-lain.

B. Saran

Setelah melalui proses pembahasan dan pengkajian tentang pemahaman

larangan mencukur sebagian rambut studi metode Yusuf al-Qardhawi. Kiranya

penulis perlu untuk mengemukakan beberapa saran sebagai lanjutan dari kajian

penulis atas hal-hal tersebut diatas;

Dalam skripsi ini penulis membahas tentang pemahaman hadis larangan

mencukur sebagian rambut dengan menggunakan metode pemahaman hadis

Yȗsuf al-Qardhâwî, pertama, Fahm al-sunnah fi Dau’I al-Qur’ân al-Karîm,

kedua, Al- jam’u au al Tarjih baina Mukhtalif al- Hadîts. Ketiga, Fahm al- Hadîts

fi Dau’I Asbâbihâ wa Malâbisâtihâ wa Maqâsidihâ.

Page 67: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

51

DAFTAR PUSTAKA

Abd Muhsin al- ‘Abbad, Syarh Sunan Abi Daud( n.p.,n.d.).

Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr,

1992).

Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sunan Abu Daud, (Beirut: Darul Fikr,

1992)

Al- Mu’jam al- Mujiz, ( Mesir: al- Majma’ al- Lughatul al- Arabiah,

2002).

Al-Munawi, Faidhul Qadir

Budi Munawar Rachaman, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid,

(Jakarta: Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas

Paramadina, 2007)

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadits,(Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004).

http://penulispinggiran.blogspot.com/2008/10/pemikiran-hadis-

kontemporer.html

Ibn Abidin, Radd al Muhtar ‘ala al Dur al Muhtar, (Beirut: Dar Ihya al

Turatsal-Arabi, 1987.

Ibn Abidin, Radd al Muhtar ‘ala al Dur al Muhtar, (Beirut: Dar Ihya al

Turatsal-Arabi, 1987).

Ibn Hajjar al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Terj. Amir

Hamzah: Fathul Baari( Jakarta: Pustaka Azzam, 2009)

Page 68: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

52

Jajat Burhanudin, Ulama Kekuasaan : Pergumulan Elit Muslim dalam

Sejarah Indonesia, ( Jakarta: Mizan Publika, 2012).

Jurnal Muhammad ainur ramli, paizah Hj Ismail,dkk, fenomena al-

Tasyabbuh dalam sambutan perayaan masyarakat majemuk di

Malaysia, Jurnal Syariah. Vol.21.No.1 2013.

Kurdi dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: El saq press,

2010

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1998).

Lukman Zain Muhammad Sakur, Metode memahami hadis menurut Dr.

Yuausf al-Qardhawi: Analisis strukturalisme-Semiotik atas buku

Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Tesis: 2007)

M. Hasby Ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,

(Yogyakarta: Pustaka Rizki Putra, 1980.

M. Qurasiy Shihab, Membumikan al-Qur’an : Fungsi dan peran wahyu

dalam kehidupan masyarakat, ( Bandung :Mizan, 1996), jilid 1

M. Syuhudi ismail, Kaedah Kesohihan Sanad Hadits, ( Jakarta: Bulan

bintang, 1995).

Moh. Musta’in, Takhrij Hadits Kepemimpinan Wanita, (Surakarta:

Yayasan Pustaka Cakra, 2001).

Moh. Musta’in, Takhrij Hadits Kepemimpinan Wanita, (Surakarta:

Yayasan Pustaka Cakra, 2001).

Page 69: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

53

Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbita Ghalia

Indonesia,2011).

Muhammad Abd Ra’uf al-Munawi, Faid al-Qadir yarh Jami’ al- Shagir, (

Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1408).

Muhammad Dede Rodliyana, Perkembangan Pemikiran Ulum al-Hadits

dari Klasik sampai Modern.(Bandung: Pustaka Setia, 2004).

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988).

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988).

Nasir Abdul Karim al- Aqil, Tasyabbuh Sikap Meniru Kaum Kafir

Nurkholis majid dkk, Fiqih lintas agama, (Jakarta:paramadina,2004

Said Agil Husin Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud Studi

Kritis Hadits Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual,

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001).

Shihab,M.Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan,Kesan dan keserasian Al-Qur’an, (

Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Sunan Abi Daud, juz III, hal. 318-319; Sunan ad Darimi, juz I,

hal.125;Musnad Ahmad, juz II.

Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitiian ilmu ilmu Ushuluddin,

( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000).

Syeikh Mansur, Hasan Salman, Tahqiq I’lamul Muaqi’in, juz 6.

Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan kontekstual: Tela’ah

ma’ani hadis tentang ajaran Islam yang universal, Temporal dan

Local, Jakarta:Bulan Bintang, 1994.

Page 70: QAZA PERSPEKTIF HADIS (PENDEKATAN PEMAHAMAN HADIS YUSUF AL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36666/2/MUHAMMAD... · PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR . FAKULTAS

54

Wensinck, Arnold John, Mu;jam Al- Mufahras Li Alfaz al- Hadith al-

Nabawi. Jilid 5.

Winano Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik,

(Bandung: Tarsito, 1994).

Yusuf al-Qaradhawi, Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw, Bandung:

Karisma,1994.

Yusuf Al-Qaradhawi, Huda Al-Islam Fatawa Mu’ashir, alih bahasa

Abdurrahman AliBauzir, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996).

Yusuf al-Qaradhawi, Kaedah Toleran dalam masalah.

Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a al Sunnah al-Nabawiyyah ma

‘alim wa dhawabith,kairo: Maktabah Wahbah,1991.

Yusuf Al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku I, (Judul asli: Ibn al-Qaryah wa

al-Kuttâb Malâmih Sîrah wa Masîrah, penerjemah: Cecep

Taufikurrahman, dan Nandang Burhanuddin, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2003).

Yusuf Qaradhawi, al-Madkhal li Dirasah as-Sunnah an-Nabawiyyah terj,

Agus Suryadi, Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah As’ad Yasin

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995).

Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts Vol

3 Issue 1(Juni 2013).