Putu Ayu Chintia Devi P. (Pengujian Senyawa Antimikroba Pada Tumbuhan Jarak Pagar)

12
PENGUJIAN AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA PADA TUMBUHAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) Putu Ayu Chintia Devi Pendit (105100501111014/G) Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Bahan alam yang berasal dari tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba merupakan suatu senyawa yang dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh mikroba pembusuk dan mikroba patogen. Dewasa ini banyak penelitian-penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas senyawa antimikroba dari berbagai bahan alam, salah satunya tumbuhan jarak pagar. Metode yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba yaitu metode difusi agar. Pengujian senyawa antimikroba dilakukan terhadap bakteri E.coli dan S.aureus dengan melihat dan mengukur zona bening yang terbentuk. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan senyawa antimikroba yang ada pada tumbuhan jarak pagar, khususnya bagian kulit batang, memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus secara optimal. Kata kunci: senyawa antimikroba, difusi agar, tumbuhan jarak pagar PENDAHULUAN

description

ipa

Transcript of Putu Ayu Chintia Devi P. (Pengujian Senyawa Antimikroba Pada Tumbuhan Jarak Pagar)

PENGUJIAN AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA PADA TUMBUHAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)Putu Ayu Chintia Devi Pendit (105100501111014/G)

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Bahan alam yang berasal dari tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba merupakan suatu senyawa yang dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh mikroba pembusuk dan mikroba patogen. Dewasa ini banyak penelitian-penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas senyawa antimikroba dari berbagai bahan alam, salah satunya tumbuhan jarak pagar. Metode yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba yaitu metode difusi agar. Pengujian senyawa antimikroba dilakukan terhadap bakteri E.coli dan S.aureus dengan melihat dan mengukur zona bening yang terbentuk. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan senyawa antimikroba yang ada pada tumbuhan jarak pagar, khususnya bagian kulit batang, memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus secara optimal.Kata kunci: senyawa antimikroba, difusi agar, tumbuhan jarak pagarPENDAHULUANPemanfaatan bahan alam yang berasal dari tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menangani berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan bakunya mudah didapat atau dapat ditanam di pekarangan sendiri, relatif murah dan dapat diramu sendiri di rumah. Selain sebagai obat tradisional, pemanfaatan bahan alam dari tumbuhan ini dapat pula sebagai senyawa antimikroba (Nuria et al., 2009).

Senyawa antimikroba merupakan senyawa yang dapat menghambat kerusakan pangan akibat dari aktivitas mikroba. Senyawa antimikroba dapat menghambat atau membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan). Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa asam nukleat. Senyawa antimikroba yang reversibel menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik sedangkan senyawa antimikroba dengan sifat irreversible yang mematikan pada bakteri dikenal dengan bakterisida (Wakirwa, et al., 2013).

Saat ini para ahli mikrobiologi pangan telah banyak meneliti dan menemukan aktivitas antimikroba pada bahan alam yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang menjadi objek penelitian yaitu tumbuhan jarak pagar. Tumbuhan ini sejak dulu telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya demam, infeksi mulut, sakit kuning dan sendi rematik. Penelitian yang terdahulu mengungkapkan adanya senyawa antimikroba di berbagai bagian dari tumbuhan Jatropha curcas L. atau jarak pagar (Arun et al., 2012).TUMBUHAN JARAK PAGAR

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang tergolong family Euphorbiaceae selama ini dikenal sebagai tumbuhan biodiesel, karena kandungan minyak yang dihasilkan oleh bijinya dapat menjadi sumber alternatif bahan bakar. Tumbuhan ini di beberapa Negara tropis dan subtropis telah dibudidayakan sebagai bahan obat-obatan. Tumbuhan family Euphorbiaceae selama ini telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kabupaten Pidie dan Kotamadya Sabang (Nursanty, 2011).

Secara tradisional, bagian-bagian yang berbeda dari jarak pagar telah digunakan dalam pengobatan berbagai bentuk infeksi. Rebusan daun jarak pagar digunakan sebagai senyawa antiseptik selama melahirkan. Rebusan akar jarak pagar digunakan untuk pengobatan penyakit menular seksual. Selain itu, biji jarak pagar dapat digunakan untuk pengobatan penyakit kulit (Namuli et al., 2011).MEKANISME PENGUJIAN SENYAWA ANTIMIKROBA

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode difusi agar untuk menguji senyawa antimikroba yang terkandung di dalam tumbuhan jarak pagar. Prinsip dari metode difusi agar ini yaitu uji potensi yang berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Pembentukan daerah hambatan pertumbuhan bakteri disebabkan oleh berdifusinya antibakteri dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Nuria et al., 2009).Mekanisme kerja dari pengujian senyawa antimikroba dengan metode difusi agar yaitu zat uji (ekstrak tumbuhan jarak pagar) dengan konsentrasi tertentu yang diteteskan pada kertas cakram dapat berdifusi dengan baik pada permukaan media padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Pengujian dilakukan dengan inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Adanya senyawa antimikroba pada zat uji dapat diketahui dengan terbentuknya zona bening atau daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Terbentuknya daerah hambat ini dapat terjadi ketika senyawa antimikroba bereaksi dengan bakteri uji yang akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di dalam area pertumbuhan bakteri yang padat. Hal ini mengakibatkan tidak ada bakteri yang tumbuh di dalam cincin tersebut. Keampuhan suatu antimikroba dapat dilihat dari seberapa besar zona bening yang terbentuk akibat berdifusinya zat antimikroba tersebut (Arun et al., 2012).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Nuria et al. (2009), ekstrak tumbuhan jarak pagar mengandung flavonoid, saponin, dan tanin. Ketiga senyawa tersebut memiliki aktivitas senyawa antibakteri. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria et al., 2009).AKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROBA PADA TUMBUHAN JARAK PAGAR

Pengujian aktivitas senyawa antibakteri yang telah dilakukan oleh Nuria et al. (2009), menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun jarak pagar dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, namun tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar terhadap bakteri S.aureus dan E.coli dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar terhadap bakteri S.aureus dan E.coliKeterangan: EEJP = ekstrak etanol daun jarak pagar

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar terhadap bakteri S.aureus menunjukkan optimal pada perlakuan EEJP (ekstrak etanol daun jarak pagar) 100% b/v dengan zona hambat 19 mm. Ekstrak etanol daun jarak pagar tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, kemungkinan karena susunan dinding sel bakteri Gram negatif yang kompleks. Sebagian besar bakteri Gram negatif mempunyai kompleks lipopolisakarida pada dinding selnya. Berbeda halnya dengan susunan dinding sel bakteri Gram positif yang tidak terlalu rumit dan kompleks, sehingga masih dapat ditembus oleh ekstrak etanol daun jarak pagar (Nuria et al., 2009).

Pengujian aktivitas senyawa antibakteri yang telah dilakukan oleh Arun et al. (2012), menunjukkan bahwa ekstrak daun jarak pagar baik menggunakan pelarut metanol maupun etanol sama-sama dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Hasil uji aktivitas antibakteri dari daun jarak pagar dapat dilihat pada tabel 2.Tabel 2. Aktivitas antibakteri dari daun jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Ekstrak daun jarak pagar dengan pelarut metanol menunjukkan aktivitas antibakteri maksimum dengan zona hambat 6,6 mm pada konsentrasi 50mg/10ml terhadap bakteri E.coli. Pada bakteri S.aureus, aktivitas antibakteri maksimum dengan zona hambat 6,3 mm ditunjukkan pada konsentrasi 30mg/10ml. Penggunaan pelarut etanol dalam ekstrak daun jarak pagar menunjukkan aktivitas antibakteri maksimum dengan zona hambat 6,3 mm pada konsentrasi 10mg/10ml terhadap bakteri E.coli. Aktivitas antibakteri maksimum terhadap bakteri S.aureus ditunjukkan pada konsentrasi 20mg/10ml dengan zona hambat 7,0 mm (Arun et al., 2012).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Namuli et al. (2011), menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan jarak pagar (daun, kulit batang, kulit akar, dan akar kayu) menggunakan tiga pelarut (air, metanol, dan heksan) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Hasil uji aktivitas senyawa antimikroba dari tumbuhan jarak pagar dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3. Aktivitas senyawa antimikroba dari tumbuhan jarak pagar

Keterangan: NI = no inhibition

Aktivitas senyawa antimikroba pada ekstrak daun jarak pagar yang optimal dengan menggunakan pelarut air dan metanol dengan zona hambat 8,0 mm terhadap bakteri E.coli. Pada bakteri S.aureus, aktivitas senyawa antimikroba yang optimal dengan menggunakan pelarut metanol dengan zona hambat 12,0 mm. Ekstrak kulit batang jarak pagar memiliki aktivitas senyawa antimikroba yang optimal dengan menggunakan pelarut air terhadap bakteri E.coli dengan diameter zona hambat 10,0 mm dan bakteri S.aureus dengan zona hambat 13,7 mm. Ekstrak kulit akar jarak pagar menunjukkan aktivitas senyawa antimikroba yang optimal pada penggunaan pelarut air terhadap bakteri E.coli dengan zona hambat 10,3 mm dan bakteri S.aureus dengan zona hambat 15,0 mm. Aktivitas senyawa antimikroba pada ekstrak akar kayu jarak pagar yang optimal dengan menggunakan pelarut air dan heksan dengan zona hambat 10,3 mm terhadap bakteri E.coli. Pada bakteri S.aureus, aktivitas senyawa antimikroba yang optimal dengan menggunakan pelarut metanol dengan zona hambat 11,7 mm (Namuli et al., 2011).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Wakirwa et al. (2013), menyebutkan bahwa ekstrak etanol kulit batang jarak pagar dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Hasil uji aktivitas senyawa antimikroba dari kulit batang jarak pagar dapat dilihat pada tabel 4.Tabel 4. Analisa antimikroba dari ekstrak etanol kulit batang jarak pagar dengan menunjukkan zona hambat (mm)

Ekstrak kulit batang jarak pagar menunjukkan aktivitas antimikroba yang optimal dengan zona hambat 15,00 mm pada konsentrasi 100mg/ml terhadap bakteri S.aureus. Pada bakteri E.coli, aktivitas antimikroba yang optimal ditunjukkan dengan zona hambat 17,33 mm pada konsentrasi 100mg/ml. Ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100mg/ml, aktivitas antimikroba pada ekstrak etanol kulit batang jarak pagar optimal menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli (Wakirwa et al., 2013).

Pengujian aktivitas senyawa antimikroba yang telah dilakukan oleh Igbinosa et al. (2009), menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang jarak pagar menggunakan tiga pelarut (etanol, metanol, dan air) sama-sama dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri S.aureus dan bakteri E.coli. Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak kulit batang jarak pagar ini dapat dilihat pada tabel 5.Tabel 5. Aktivitas antimikroba tiga ekstrak dari kulit batang jarak pagar

Penghambatan pertumbuhan bakteri S.aureus yang optimal pada penggunaan metanol sebagai pelarut dalam ekstrak kulit batang jarak pagar dengan zona hambat 20 mm. Begitu juga dengan bakteri E.coli, yang optimal pada penggunaan metanol sebagai pelarut dengan zona hambat 14 mm. Ini menunjukkan bahwa pada penelitian yang dilakukan oleh Igbinosa (2009), aktivitas senyawa antimikroba yang optimal terjadi pada ekstrak kulit batang jarak pagar dengan pelarut metanol.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Arun et al. (2012), menunjukkan bahwa ekstrak getah jarak pagar baik menggunakan pelarut metanol maupun etanol sama-sama dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak getah jarak pagar dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Aktivitas antibakteri dari getah jarak pagar

Keterangan: NIZ = no inhibition zone

Getah murni dari jarak pagar menunjukkan zona hambat 7,6 mm terhadap bakteri E.coli, namun ternyata tidak efektif terhadap bakteri S.aureus. Ekstrak metanol getah ini pada konsentrasi 1ml:2ml menunjukkan aktivitas antibakteri yang optimal dengan zona hambat 7,3 mm terhadap bakteri E.coli. Pada bakteri S.aureus, aktivitas senyawa antibakteri yang optimal ditunjukkan dengan zona hambat 8,6 mm pada konsentrasi 1ml:5ml dan 1ml:6ml. Ekstrak etanol getah jarak pagar menunjukkan aktivitas antibakteri yang optimal dengan zona hambat 7,6 mm pada konsentrasi 1ml:2ml terhadap bakteri E.coli. Ekstrak etanol tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus (Arun et al., 2012).

Beberapa penelitian diatas telah melakukan pengujian senyawa antimikroba terhadap bagian-bagian yang berbeda dari tumbuhan jarak pagar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya aktivitas senyawa antimikroba yang optimum terhadap bakteri S.aureus yaitu pada bagian kulit batang jarak pagar. Ekstrak kulit batang jarak pohon ini menggunakan pelarut metanol dengan zona hambat 20 mm pada konsentrasi 10mg/ml (Igbinosa et al., 2009). Aktivitas senyawa antimikroba yang optimum untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli terdapat pada bagian kulit batang jarak pagar. Ekstrak kulit jarak pagar optimum menghasilkan senyawa antimikroba dengan menggunakan pelarut etanol pada konsentrasi 100mg/ml dengan zona hambat 17,33 mm (Wakirwa et al., 2013).KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tumbuhan jarak pagar (Jatropha curcas L.) memiliki aktivitas senyawa antimikroba terhadap spesies bakteri E.coli dan S.aureus. Pada bagian yang berbeda memiliki aktivitas senyawa antimikroba yang berbeda pula dilihat dari lebar diameter zona hambat yang terbentuk. Kerentanan masing-masing spesies bakteri berbeda terhadap senyawa antimikroba tergantung dari bagian tumbuhan jarak pagar. Aktivitas senyawa antimikroba yang optimum terdapat pada bagian kulit batang jarak pagar. Ini menunjukkan bahwa tumbuhan jarak pagar memiliki potensi sebagai sumber senyawa antimikroba.DAFTAR PUSTAKAArun, K., Anu, B., & Ruchika, G. (2012). A comparative study of antibacterial activity of leaves and latex of Jatropha curcas L. International Journal of Pharmacognosy and Phytochmical Research, 4(4), 190-194

Igbinosa, O.O., Igbinosa, E.O., & Aiyegoro, O.A. (2009). Antimicrobial activity and phytochemical screening of stem bark extracts from Jatropha curcas (Linn). African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(2), 058-062Namuli A., Abdullah, N., Sieo, C.C., Zuhainis, S.W., & Oskoueian, E. 2011. Phytochemical compounds and antibacterial activity of Jatropha curcas Linn. extracts. Journal of Medicinal Plants Research, 5(16), 3982-3990Nuria, M.C., Faizatun, A., & Sumantri. (2009). Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar (Jatropha curcas L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 5(2), 26-37Nursanty, R. (2011). Aktivitas antimikroba ekstrak n-heksan batang tumbuhan jarak pagar (Jatropha curcas Linn.). Jurnal Agrista, 15(2), 60-63

Wakirwa, J.H., Ibrahim, P., & Madu, S.J. (2013). Phytochemical screening and in vitro antimicrobial analysis of the ethanol stem bark extract of Jatropha curcas Linn. (Euphorbiaceae). International Research Journal of Pharmacy. 4(3), 97-100