PUTARAN KRITIS CANDRA

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan suatu hal yantg sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi maka struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau mengalami kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan jika itu merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut orang atu ditempati banyak orang, oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat matang untuk membangun suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada pembangkit daya (powerplant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan putaran kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu, sebagai berikut:

Transcript of PUTARAN KRITIS CANDRA

Page 1: PUTARAN KRITIS CANDRA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan

suatu hal yantg sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi maka

struktur yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau

mengalami kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan jika itu

merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut orang atu ditempati banyak

orang, oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat matang untuk membangun

suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada

pembangkit daya (powerplant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros

akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang

paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan putaran

kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam

operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu

pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu, sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi yang

terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.

2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan

yang telah ditentukan.

3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi

tegangan.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum putaran kritis ini yaitu:

1. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan

antara defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.

Page 2: PUTARAN KRITIS CANDRA

2. Mahasiswa mampu mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya

poros pada tegangan yang telah ditentukan.

3. Mahasiswa mampu menentukan putaran kritis yang terjadi dengan

berputarnya poros pada variasi tegangan.

Page 3: PUTARAN KRITIS CANDRA

BAB III

METODOLOGI

3.1 Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum fenomena dasar putaran

kritis ini adalah sebagai berikut:

1. Seperangkat alat uji putaran kritis

Gambar 3.1 Seperangkat Alat Uji Putaran Kritis

2. Beban (2 variasi)

Gambar 3.2 Beban

3. Tachometer

Tachometer digunakan sebagai alat ukur kecepatan putar dari poros.

Gambar 3.3 Tachometer

Page 4: PUTARAN KRITIS CANDRA

4. Mistar

Mistar digunakan sebagai alat ukur jarak antara massa yang diberikan.

Gambar 3.4 Mistar

5. Kunci

Kunci berfungsi untuk membuka bantalan pada alat uji putaran kritis

Gambar 3.5 Kunci

3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan pada praktikum fenomena dasar

putaran kritis ini adalah sebagai berikut:

1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk.

Gambar 3.6 Rangkaian Alat Uji Putaran Kritis

Page 5: PUTARAN KRITIS CANDRA

2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan

peralatan lain dalam keadaan baik.

Gambar 3.7 Slide Regulator

3. Pasangkan poros dengan dua pembebanan dan atur posisi (besar nilai a dari

posisi beban tersebut).

Gambar 3.8 Pengujian Dengan Dua Pembebanan

4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator (pada percobaan

menggunakan tegangan 100 V, 125 V dan 150 V).

5. Hitunglah putaran-putaran rotor dari variasi tegangan tersebut.

6. Matikan putaran motor dengan memutar slide regulator ke posisi 0 V.

7. Ulangi prosedur 3 sampai 7 dengan 2 variasi jarak beban lainnya.

Gambar 3.9 Mengukur Nilai a Dari Posisi Beban

Page 6: PUTARAN KRITIS CANDRA

8. Pasangkan poros dengan satu pembebanan dan atur posisi (besar nilai a dan b

dari posisi beban tersebut).

Gambar 3.10 Pengujian Dengan Satu Pembebanan

9. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator (pada percobaan

menggunakan tegangan 100 V, 125 V dan 150 V).

10. Hitunglah putaran-putaran rotor dari variasi tegangan tersebut.

11. Matikan putaran motor dengan memutar slide regulator ke posisi 0 V.

12. Ulangi prosedur 8 sampai 11 dengan 2 variasi jarak beban lainnya.

Gambar 3.11 Mengukur Nilai a Dari Posisi Beban

13. Catatlah data pengujian pada tabel.

3.3 Asumsi-asumsi

1. Pertambahan putaran slide regulator dianggap konstan.

2. Panjang batang poros tetap.

3. Batang penyangga rotor tidak melendut.

4. Percepatan Gravitasi 9,81 m/s2.