PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah...

19
PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA (Pendekatan Arsitektur Feminisme pada Bangunan) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Oleh : SAMANTHA WIDYA HAPSARI D 300 140 020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah...

Page 1: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA

(Pendekatan Arsitektur Feminisme pada Bangunan)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan

Teknik Arsitektur Fakultas Teknik

Oleh :

SAMANTHA WIDYA HAPSARI

D 300 140 020

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA

(Pendekatan Arsitektur Feminisme pada Bangunan)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

SAMANTHA WIDYA HAPSARI

D 300 140 020

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Ir. Indrawati, MT.

NIK. 966

Page 3: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA

(Pendekatan Arsitektur Feminisme pada Bangunan)

OLEH

SAMANTHA WIDYA HAPSARI

D 300 140 020

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Senin, 15 Oktober 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Ir. Indrawati, MT. (…………......)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Wisnu Setiawan, ST, M. Arch, Ph.D (.…………….)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Rini Hidayati, ST.,MT. (………….......)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Ir. Sri Sunarjono, MT., PhD.

NIK. 682

Page 4: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kersajanaan di suatu perguruan

tinggi dn sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, amaka

akan saya pertanggungjaabkan sepenuhnya.

Surakarta, … Oktober 2018

Penulis

SAMANTHA WIDYA HAPSARI

D 300 140 020

Page 5: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

1

PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA

(Pendekatan Arsitektur Feminisme pada Bangunan)

Abstrak

Potensi wanita merupakan aset yang harus dikembangkan, jika tidak diberi kesempatan

maka dapat menjadi beban bangsa. Wanita adalah sekolah pertama bagi generasi penerus.

Namun, dibalik itu masalah yang dialami wanita sangat kompleks. Keterpurukan wanita

terjadi di segala bidang, seperti pendidikan yang rendah, ekonomi rendah, hingga

kekerasan yang dialami wanita. Tujuan perancangan Pusat Pemberdayaan Wanita ini

adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita.

Pelayanan objek ini memberikan wadah pembinaan di berbagai bidang seperti bidang

pendidikan dengan menyediakan kelas teori dan praktek, pembinaan psikologis,

kesehatan, dan lainnya. Pendalaman materi dilakukan dengan, 1.)Studi Literatur,

literature yang digunakan baik buku, media elektronik, dan teori yang terkait. 2.)Survey

Instansional, mengumpulkan dan mencari arsip dan referensi yang berkaitan dengan

tema. Perancangan Pusat Pemberdayaan Wanita ini menggunakan konsep Arsitektur

Feminisme dengan dasar ide bentuk pada bangunan adalah lingkaran. Dengan hadirnya

Pusat Pemberdayaan Wanita diharapkan dapat menjadi sarana bagi para wanita untuk

bangkit dari keterpurukan serta dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Kata Kunci : pusat, pemberdayaan, wanita, arsitektur feminisme

Abstract

Women's potential is an asset that must be developed, if not given the opportunity it can

become a burden on the nation. Women are the first school for future generations.

However, behind that the problems experienced by women are very complex. Women's

decline occurs in all fields, such as low education, low economy, to violence experienced

by women. The purpose of designing this Women's Empowerment Center is to provide

solutions to various problems experienced by women. This object service provides a

forum for guidance in various fields such as the field of education by providing classes

on theory and practice, psychological, health, and others. The deepening of the material

is carried out by, 1.) Literature Study, literature used both books, electronic media, and

related theories. 2.) Institutional Survey, collect and search archives and references

related to the theme. The design of this Women's Empowerment Center uses the concept

of Architecture Feminism on the basis of the idea that the shape of the building is a circle.

With the presence of the Women's Empowerment Center, it is expected to be a means for

women to rise from adversity and develop their potential.

Keywords: center, empowerment, woman, feminism architecture

Page 6: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

2

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Berdasarkan data BPS tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebanyak 129

juta jiwa adalah penduduk perempuan dan pastinya akan selalu bertambah setiap

tahunnya. Untuk rasio jenis kelamin yakni sebesar 94,62. Ini berarti bahwa setiap 100

penduduk perempuan terdapat sebanyak 95 penduduk laki – laki. menurut Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta tahun 2016, banyak yang berjenis

kelamin perempuan usia 7 tahun ke atas tingkat pendidikannya masih sangat kurang yaitu

mencapai 97.497 jiwa yang tingkat pendidikannya hanya sampai tamat SD. Sedangkan,

Surakarta sebagai salah satu kota yang berkembang di Indonesia, tetapi ternyata masih

banyak penduduknya perempuan yang tidak mengenyam pendidikan dan tidak memiliki

ketrampilan.

Potensi perempuan merupakan aset yang harus dapat dikembangkan, sebaliknya

jika penduduk perempuan tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya,

maka perempuan dapat menjadi beban bangsa (Vera Pasaribu S. Sos., 2017). Selain

masalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan di Surakarta, masalah yang dialami

wanita ini sangat kompleks, keterpurukan wanita terjadi dalam segala bidang (Lestari &

Kiranadien, 2016). Permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan,

pelecehan seksual dan pencabulan. Selain permasalahan pendidikan dan kasus kekerasan,

masalah yang sering diderita wanita adalah masalah kesehatan. Perubahan gaya hidup

sering disebut-sebut sebagai penyebab makin melemahnya daya tahan tubuh wanita masa

kini. Mengonsumsi makanan sembarangan, istirahat tak cukup menjadi beberapa faktor

yang menyebabkan masalah kesehatan yang diderita oleh wanita.

Dari berbagai instansi yang sudah ada di Surakarta dan terkait mengenai masalah

perempuan, baik itu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi

perempuan yang memberikan penyuluhan, namun masih kurang memadai karena

kapasitas yang terbatas serta fasilitas ruang yang kurang mendukung. Oleh karena itu,

dibutuhkan sebuah wadah untuk mendukung para wanita untuk diberdayakan dengan cara

memberikan akses pendidikan yaitu dengan menyediakan kelas pelatihan ketrampilan

Page 7: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

3

serta memberikan fasilitas yang memadai bagi para perempuan terutama korban

kekerasan di Surakarta. Perancangan Pusat Pemberdayaan Wanita di Surakarta ini

diharapkan mampu mendukung para wanita di Surakarta untuk mengembangkan potensi

yang mereka miliki agar para wanita bisa menjadi lebih mandiri untuk kedepannya.

Mengusung konsep arsitektur feminisme diharapkan dapat menjadi obyek untuk program

jangka panjang untuk pemberdayaan wanita yang mencirikan karakter wanita atau

feminim dimana di setiap desainnya mengadopsi unsur – unsur sifat perempuan yaitu

kehangatan, kenyamanan, ketenangan, kelembutan, dan keindahan.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diangkat yaitu bagaimana merancang sebuah bangunan Pusat

Pemberdayaan Wanita yang mampu mewadahi segala kegiatan wanita khususnya dalam

hal pendidikan non formal, psikologis, trauma, dan kesehatan dengan menggunakan

konsep Arsitektur Feminisme pada bangunan.

1.3 Tujuan

a. Mendesain Pusat Pemberdayaan agar dapat digunakan sebagai wadah untuk

memfasilitasi kegiatan para wanita, khususnya sarana pendidikan, pembinaan

psikologis, trauma centre, dan pelayanan kesehatan.

b. Merencanakan dan merancang Pusat Pemberdayaan Wanita dengan menggunakan

konsep Arsitektur Feminisme agar tampilan bangunannya terlihat feminim dan

menicirikan karakter wanita.

1.4 Sasaran

Dengan adanya “Pusat Pemberdayaan Wanita di Surakarta” para wanita diharapkan dapat

merasakan dampak baik dengan adanya fasilitas yang dapat mendukung mereka untuk

mengembangkan potensi wanita di Surakarta dan fasilitas penyuluhan dan pembinaan

baik dalam hal psikologis, kesehatan, dan lainnya.

2. METODE

Metode yang dilakukan dengan beberapa cara untuk mendapatkan data yang mendukung

dalam penyusunan laporan ini, antara lain sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mempelajari, memahami, dan mencari

Page 8: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

4

literature serta data – data dari berbagai sumber meliputi :

Media cetak atau elektronik dan teori yang terkait dengan perencanaan dan

perancangan.

Buku maupun skripsi yang mendukung dalam penulisan

Buku – buku yang menunjang pembahasan secara arsitektural

2. Survey Instansional

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mencari

arsip dan referensi yang berkaitan dengan tema.

2.1 Tinjauan Umum Pemberdayaan Wanita

Pemberdayaan wanita adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai kesetaraan

dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Tujuan pemberdayaan

wanita dalam Garis – garis haluan negara (1999), yaitu untuk meningkatkan Sumber Daya

Manusia Perempuan yang mempunyai kemampuan dan keamanan guna kemandirian,

dengan bakal kepribadian, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan untuk

meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat mencapai kemajuan yang

setara dengan laki-laki. Usaha dan upaya yang perlu dilakukan untuk Pemberdayaan

Wanita yaitu dengan adanya pelayanan terpadu terhadap perempuan korban kekerasan

dan melalui ketrampilan kejuruan, seperti kursus – kursus ketrampilan untuk perempuan.

2.2 Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan Non-formal, yaitu jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang(Pasal 1 ayat 31 Peratuan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan).

Page 9: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

5

2.3 Kekerasan terhadap Wanita

Menurut E. Kristi Poewandari, pengkategorian kekerasan berdasarkan sasaran kekerasan

yang dilakukan, bentuk kekerasan dibagi menjadi lima yaitu; kekerasan Fisik, kekerasan

psikologis, kekerasan seksual, kekerasan spiritual, dan penelantaran/deprivasi ekonomi.

Menurut Sri Kusuma Astuti selaku Ketua BP3AKB Jawa Tengah, sarana yang

dibutuhkan untuk para korban kekerasan terhadap Wanita yaitu diantaranya : ruang

pengaduan, ruang perawatan khusus, ruang konselling, ruang bermain anak atau penitipan

anak, dan Rumah Aman

2.4 Tinjauan Arsitektur Feminisme

Arsitektur Feminisme adalah seni dan ilmu dalam merancang suatu objek yang secara

geometri mengadopsi sifat perempuan dan kekuatan dibalik sisi kelembutan wanita.

Prinsip atau ciri – ciri desain Arsitektur Feminisme, diantaranya; Warna yang

menentukan karakter feminism, bentuk yang berlekuk atau stream line, tidak kaku,

menyatu dengan lingkungan sekitar, berestetika baik, material pemakaian kaca atau

organic plastic. Feminisme merupakan duplikasi atau mengadopsi dari beberapa sifat

wanita pada umumnya, sehingga dibawah ini dijabarkan beberapa kriteria bangunan pada

Arsitektur Feminisme yaitu; Indah, Hangat, Sederhana, Nyaman, Lembut, dan Tenang.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil dan pembahasan akan dipaparkan mengenai site lokasi dan beberapa konse

perncangan Pusat Pemberdayaan Wanita di Surakarta (Pendekatan Arsitektur Feminisme

pada Bangunan).

3.1 Site Lokasi

Site lokasi terpilih berada di Jl. Kolonel Sutarto Kecamatan Jebres Surakarta dengan luas

lahan ± 15.000 m². Adapun batas pada site :

Sebelah Utara : Jl. Kolonel Sutarto

Sebelah Timur : Jl. Kapt. Petoran dan area permukiman

Sebelah Barat :Area permukiman

Sebelah Selatan : Area pertokoan

Page 10: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

6

3.2 Analisa Pendekatan Site

A. Analisa Pencapaian

Berdasarkan beberapa pertimbangan analisis, maka diperoleh hasil dalam menentukan

main entrance dan side entrance adalah sebagai berikut :

Menetapkan akses utama (main entrance) di sisi utara pada eksisting pada jalan utama

yaitu Jl. Kolonel Sutarto

Menetapkan side entrance di sisi utara juga pada site eksisting, yaitu pada Jl. Kolonel

Sutarto.

B. Analisa Cahaya Matahari

Berdasarkan beberapa pertimbangan analisis, maka diperoleh hasil dalam menentukan

suplai cahaya matahari adalah sebagai berikut :

Menanam rumput-rumputan pada site akan membuat permukaan tanah tidak

memantulkan sinar dan mengurangi penguapan air

Menggunakan sun shading pada beberapa titik untuk mengurangi suplai cahaya

matahari yang masuk.

C. Analisa Orientasi Bangunan dan View

Berdasarkan beberapa pertimbangan analisis, maka diperoleh hasil dalam menentukan

orientasi bangunan dan view adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Site Terpilih

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Page 11: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

7

Menentukan orientasi bangunan dan view menghadap langsung ke sisi utara yaitu ke

arah Jl. Kolonel Sutarto sebagai arah orientasi bangunan yang memiliki view terbaik,

dikarenakan pada sisi timur, selatan, dan barat terdapat beberapa bangunan.

View ke dalam site dibuat dengan memperbanyak open space dan taman.

D. Analisa Kebisingan

Berdasarkan beberapa pertimbangan analisis, maka diperoleh hasil dalam menentukan

tingkat kebisingan adalah sebagai berikut :

Menempatkan pembagian zonasi ruang yang membutuhkan tingkat kebisingan rendah

atau yang memerlukan ketenangan yaitu terletak pada sisi timur, selatan, dan barat

pada tapak yaitu ruang konsultasi atau konseling pelayanan para korban wanita.

Ditanami pohon bertajuk lebar dan berdaun tebal sebagai peredam kebisingan pada

sisi utara site. Vegetasi sebagai barrier sebagai pagar pembatas antara sumber

kebisingan dengan site.

E. Analisa Angin

Berdasarkan beberapa pertimbangan analisis, maka diperoleh hasil dalam menentukan

distribusi angin adalah sebagai berikut :

Penanaman beberapa vegetasi berupa pohon perdu untuk menciptakan oksigen yang

bagi manusia

Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angina dengan tujuan

mengurangi beban angin pada bangunan.

Diberi banyak bukaan sebagai alur distribusi penghawaan alami pada bangunan

Desain bangunan dibuat cross ventilation agar sirkulasi udara dapat masuk dengan

lancar.

3.3.Analisa Besaran Ruang Tabel 1. Besaran Ruang

No. Kegiatan Total Besaran Ruang

1. Kegiatan Penerimaan 553,6 m²

2. Kegiatan Edukasi non

formal / Pelatihan 1.810,5 m²

3. Kegiatan Pelayanan

Korban Kekerasan 1.108,95 m²

4. Kegiatan Pengelolaan 244,59 m²

Page 12: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

8

5. Kegiatan Penunjang 632,3 m²

6. Kegiatan Servis 445,22 m²

7. Kegiatan Parkir 1.698 m²

Total Keseluruhan 6.493 m²

Sirkulasi 40% Luas Total 9.090,5 m²

Sumber : Analisa Penulis, 2018

3.4.Analisa dan Konsep Massa Bangunan

1. Konsep Ide / Bentuk dasar bangunan

Bentuk dasar yang akan digunakan pada bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita adalah

bentuk lingkaran. Dengan pemilihan bentuk lingkaran dapat mengoptimalkan

penggunaan ruang – ruang di dalam bangunan. Penggunaan bentuk lingkaran agar lebih

mudah dalam penataan ruang di dalamnya dan kesan bentuk yang ditimbulkan tidak kaku

dan dinamis, yang merupakan salah satu prinsip dari desain Arsitektur Feminisme.

2. Pola Massa Bangunan

Pola tata masa bangunan yang digunakan berbentuk radial, yaitu komposisi dari bentuk

linier yang terbentuk cenderung menyebar. Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan

organisasi ruang-ruang Iinier yang berkembang menurut arah jari-jari.

3.5. Analisa dan Konsep Tampilan Eksterior

1. Warna

a. Penggunaan warna merah muda di sebagian bangunan, dimana warna merah muda

yaitu warna feminism agar lebih melekat dengan sisi kewanitaanya.

Gambar 2. Transformasi Bentuk

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Page 13: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

9

b. Penggunaan warna coklat pada sebagian bangunan, karena warna coklat dianggap

sebagai warna yang menimbulkan rasa aman.

2. Unsur Alam

Pada salah satu bagian eksterior menggunakan unsur kayu, sebagai material aesthetic, untuk

meningkatkan ketenangan dan membuat seseorang menjadi lebih baik.

3. Garis

Penggunaan aksen garis – garis vertikal, agar para pasien / client begitu melihat /

memasuki bangunan keadaan emosinya bisa menjadi lebih stabil.

3.6. Analisa dan Konsep Tampilan Interior

Penerapan perencanaan interior pada Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta tetap

menggunakan konsep Arsitektur Feminisme, dimana pada beberapa ruang menggunakan

warna merah muda agar lebih melekat dengan sisi kewanitaannya, menggunakan

wallpaper pada dinding untuk menghadirkan kesan ceria, dan menggunakan desain

ornament untuk plafon dengan bentuk yang berliuk-liuk agar menimbulkan kesan

feminism nya.

Gambar 3. Penggunaan Warna pada Bangunan 1

Sumber : Analisa Penulis, 2018.

Gambar 4. Penggunaan Warna pada Bangunan 2

Sumber : Analisa Penulis, 2018.

Page 14: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

10

3.7. Analisa dan Konsep Lansekap

Elemen pada lansekap terbagi menjadi dua yaitu hard material dan soft material. Adapun

keterangannya sebagai berikut :

1. Hard material yaitu benda yang dirancang pada sebuah lansekap seperti lampu taman,

bangku, dan pedestrian. Hard material pada taman berfungsi sebagai:

Menambah estetika pada lansekap

Meningkatkan kenyamanan secara psikologis

Sebagai tempat rekreasi

Membangkitkan semangat jiwa orang

2. Soft material pada sebuah lansekap seperti pohon, rumput, dan lainnya. Soft material

pada taman berfungsi sebagai:

Mengatasi polusi udara dan kebisingan

Pemecah angin

Untuk tempat berlindung

Sebagai penunjuk jalan/pengarah

Gambar 5. Tampilan Interior

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Gambar 6. Lansekap

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Page 15: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

11

3.8. Analisa dan Konsep Struktur dan Utilitas

1. Struktur

a. Atap

Atap yang digunakan pada bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta yaitu

menggunakan rangka space truss.

b. Pondasi

Pondasi yang digunakan pada bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta yaitu

menggunakan pondasi footplat, karena bangunan terdiri dari satu atau dua lantai dan

tidak terlalu memiliki beban berat.

2. Utilitas

a. Air bersih

Kebutuhan air bersih pada bangunan bersumber dari PDAM dan air sumur. Untuk

pendistribusian air bersih menggunakan sistem down feed atau pasokan ke bawah yaitu

pompa digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap.

b. Air Kotor

Sistem sanitasi air kotor terbagi menjadi 2 jaringan yaitu jaringan limbah cair (grey water)

dan jaringan limbah padat (black water). Berdasarkan pada beberapa pertimbangan

mengenai konsep jaringan air kotor yang akan diterapkan pada perencanaan dan

perancangan bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita maka sistem grey water atau

pembuangan air kotor yang berasal dari toilet dan dapur dibuang melalui saluran riul kota.

Limbah dari dapur sebelumnnya menuju ke bak kontrol/bak penampung lembak dahulu

kemudian menuju ke riul kota. Untuk limbah padat (black water) yang berasal dari

lavatory dibuang ke peresapan dalam septitank.

c. Sistem Proteksi Kebakaran

Konsep proteksi kebakaran dalam bangunan yang akan diterapkan pada perencanaan dan

perancangan bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita di Surakarta maka pencegahan dan

penanggulaangan bahaya kebakaran aktif terdiri dari; Fire alarm, APAR (Fire

extinghuiser)Hidran halaman (Pole Hydrant)

Page 16: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

12

d. Sistem Jaringan Listrik

e. Sistem Keamanan

Sistem keamanan pada bangunan Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta harus diterapkan

sebagai fasilitas sehingga dapat mewujudkan kenyamanan bagi penggunan khususnya

para wanita korban kekerasan. Kebutuhan keamanan ini dapat terpenuhi dengan

penggunaan CCTV yang terintegrasi sehingga dapat membantu dalam meminimalisir

suatu masalah yang suatu saat mungkin akan terjadi.

3.9. Analisa dan Konsep Arsitektur Feminisme

1. Bentuk

Bentuk bangunan ini adalah dari bentuk lingkaran dengan permainan lengkungan pada

gubahan masa sehingga menghasilkan bentuk yang tidak kaku, dinamis, dan kokoh.

Bentuk yang digunakan bentukan feminism yang sederhana dan geometri untuk

mengedepankan kesan natural.

2. Warna

Warna yang digunakan pada sebagian bagian interior ruang kelas ketrampilan

menggunakan warna dusty pink dipadukan dengan warna pastel, mint atau turquoise agar

Gambar 7. Bentuk Bangunan

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Skema 1. Instalasi Listrik

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Page 17: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

13

lebih melekat dengan sisi kewanitaannya.

3. Dinding

Penggunaan dinding batu bata diaplikasikan pada eksterior bangunan terutama bangunan

pelayanan, hal ini mengaplikasi konsep dari feminism yang memberikan kesan natural

dan hangat serta memberikan kenyamanan bagi para wanita.

4. Ornamen shading

Penggunaan ornament pada bagian sebagian fasad bangunan digunakan untuk

mengurangi atau menyaring cahaya matahari yang akan masuk ke dalam bangunan.

Untuk ornament yang digunakan menggunakan bentuk bunga atau berliuk agar

menimbulkan kesan feminim pada fasad bangunan.

4. PENUTUP

Perencanaan dan perancangan Pusat Pemberdayaan Wanita di Surakarta menghasilkan :

1. Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta merupakan sebuah bangunan yang berfungsi

sebagai pusat edukasi non formal. Kegiatan edukasi non formal adalah pelatihan

ketrampilan secara non formal kepada para wanita di Surakarta untuk

mengembangkan potensi yang mereka miliki dan juga sebagai bekal untuk

Gambar 8. Penggunaan warna pada interior

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Gambar 9. Dinding pada eksterior

Sumber : Analisa Penulis, 2018

Page 18: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

14

mempunyai usaha untuk kedepannya. Pelatihan yang dilakukan sesuai dengan minat

para wanita pada umumnya, seperti menjahit, memasak, membatik, membuat

kerajinan, dan lain sebagainya. Ruang yang disediakan berupa kelas teori sekaligus

kelas praktik langsung pada setiap pelatihannya.

2. Pusat Pemberdayaan Wanita Surakarta merupakan sebuah bangunan pelayanan dan

pembinaan korban kekerasan pada wanita. Kegiatan pelayanan dan pendampingan

korban kekerasan pada wanita merupakan kegiatan kegiatan pengaduan yaitu

menerima berbagai pengaduan para korban kekerasan serta konseling psikologis dan

kesehatan bagi para korban yaitu dengan memberikan penyuluhan atau konseling bagi

korban kekerasan yang membutuhkan tindakan medis.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2015). Perancangan Pusat Pembinaan Wanita di Kota Malang. Tugas Akhir.

Altruiswaty, D. L. (2012). Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi

Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Bharoto. (2008). Kritik terhadap penyediaan ruang bagi wanita dalam perumahan Real

Estate. 29(2).

dev_yandip. (n.d.). Korban Kekerasan Butuh Perlindungan. Retrieved Mei 13, 2018,

from Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah: https://jatengprov.go.id

Edi Suharto, P. (n.d.). Pendampingan sosial dalam pemberdayaan masyarakat miskin.

Retrieved April 2018, from

http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_32.htm

Fransiska, R. (2013, Oktober 24). Pengaruh Pencahayaan Terhadap. Retrieved Juni 24,

2018, from Kapita Selekta: http://kapsel13310088.blogspot.com

Hidayat, R. (2015). Kekerasan seksual pada perempuan dan inferioritas laki-laki.

Wartawan BBC Indonesia. Retrieved April 9, 2018, from

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/11/151125_indonesia_kek

erasan_seksual_inferioritas

Inunk, M. (2017). Perancangan Pusat Pengembangan Peran Wanita di Kabupaten

Malang. Tugas Akhir.

Jumlah Penduduk Surakarta. (2016). Retrieved April 8, 2018, from Badan Pusat Statistik

Surakarta: https://surakartakota.bps.go.id/

Page 19: PUSAT PEMBERDAYAAN WANITA DI SURAKARTA …eprints.ums.ac.id/67939/10/Naskah Publikasi.pdf · adalah memberikan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami para wanita. Pelayanan

15

Juwana, J. S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. (H. W. Hardani, Ed.) Erlangga.

Kekerasan Wanita. (2004). UU 23.

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap perempuan. (2018). Retrieved Mei 2018,

from Komnas Perempuan: https://www.komnasperempuan.go.id/

Kreatifitas untuk Perubahan. (n.d.). Retrieved from SPEK - HAM.

Kusti, N. (n.d.). Informatika Kuliah. Retrieved Juni 24, 2018, from

http://nabarakusti.blogspot.com

Lestari, A., & Kiranadien, M. (2016). Daya Lenting Perempuan ( Sebuah Kajian

Beresprektif Gender). Jurnal Wacana Publik, 50-62.

Maisah, & Yenti, S. (2016, Oktober 2). Dampak Psikologis Korban Kekerasan dalam

Rumah Tangga di Kota Jambi. Esensia, 17.

Mangoendap, Y. A., & Poluan, R. J. (2013). Women's Shelter di Tomohon.

Martianti, M. B. (2016). Interpretasi ide imansipasi Kartini melalui metafora arstektur

pada perancangan pengembangan wanita di Semarang.

Miraza, A. (2009). Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak.

Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. (W. Hardani, Ed.) Jakarta: Erlangga.

Neufert, E., & Tjahjadi, S. (1996). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Penanaman pohon untuk mengurangi kebisingan. (2011, Juni 20). Retrieved Juni 24,

2018, from Khedanta: https://khedanta.wordpress.com

Pendampingan Psikososial Korban Kekerasan. (2012, April 22). Retrieved from

Women/s Crisis Centre Kepedulian Terhadap Perempuan dan Anak:

http://www.savyamirawcc.com/

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. (2010). Peraturan Pemerintah No. 17.