Pura Pucak Mangu.docx

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para leluhur terutama para maharsi telah menempatkan pura sebagai benteng kesucian jagat raya ini, khususnya Pulau Bali. Penempatan pura ini berdasarkan konsepsi Padma Mandala. Besakih sebagai Sari Padma Mandala, Sad Khayangan sebagai lawa, dan Dang Khayangan sebagai Sahastra Padma. Konsepsi ini membuka mata kita untuk melihat realisasinya yang nyaris sempurna di tanah Bali. Tiap orang mengetahui bahwa kesucian Pulau Bali yang misterius ini dijaga oleh benteng-benteng pura. Demikian sempurnanya realisasi pura sebagai benteng jagat di Bali sampai-sampai tidak ada tempat yang kosong atau tidak masuk dalam wilayah suci atau kawasan suci. Berbagai aktivitas keagamaan yang bertujuan untuk menjaga kesucian pura tersebut, serta kawasannya yang patut dilaksanakan sebagai perwujudan dari ajaran Satyam, Siwam, dan Sundaram. Dari semua pura Kahyangan Jagat yang begitu banyak di Bali, salah satunya adalah Pura Pucak Mangu yang terletak di Kabupaten Badung. Dalam makalah ini penulis akan membahas sedikit tentang Pura Puncak Mangu yang sangat dekat dengan kita dan menjadi bagian dari Pura Pancering Kahyangan, namun kurang dikenal masyarakat 1

Transcript of Pura Pucak Mangu.docx

Page 1: Pura Pucak Mangu.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para leluhur terutama para maharsi telah menempatkan pura sebagai

benteng kesucian jagat raya ini, khususnya Pulau Bali. Penempatan pura ini

berdasarkan konsepsi Padma Mandala. Besakih sebagai Sari Padma Mandala, Sad

Khayangan sebagai lawa, dan Dang Khayangan sebagai Sahastra Padma.

Konsepsi ini membuka mata kita untuk melihat realisasinya yang nyaris sempurna

di tanah Bali.

Tiap orang mengetahui bahwa kesucian Pulau Bali yang misterius ini

dijaga oleh benteng-benteng pura. Demikian sempurnanya realisasi pura sebagai

benteng jagat di Bali sampai-sampai tidak ada tempat yang kosong atau tidak

masuk dalam wilayah suci atau kawasan suci. Berbagai aktivitas keagamaan yang

bertujuan untuk menjaga kesucian pura tersebut, serta kawasannya yang patut

dilaksanakan sebagai perwujudan dari ajaran Satyam, Siwam, dan Sundaram.

Dari semua pura Kahyangan Jagat yang begitu banyak di Bali, salah

satunya adalah Pura Pucak Mangu yang terletak di Kabupaten Badung. Dalam

makalah ini penulis akan membahas sedikit tentang Pura Puncak Mangu yang

sangat dekat dengan kita dan menjadi bagian dari Pura Pancering Kahyangan,

namun kurang dikenal masyarakat tidak seperti Pura Besakih, Pura Ulun Danu,

dan pura-pura lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini ialah untuk membahas mengenai letak serta sejarah berdiri

Pura Pucak Mangu.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui mengenai letak

serta sejarah berdiri Pura Pucak Mangu.

1

Page 2: Pura Pucak Mangu.docx

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini ialah dengan cara pengumpulan data

melalui media internet kemudian penulis uraikan kembali dengan menggunakan

kata-kata sendiri.

1.5 Tinjauan pustaka

Pengertian

Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta (-pur, -

puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota

dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali,

istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah "Puri"

menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan.

Tata Letak

Pelinggih Meru berbentuk atap bersusun tinggi serupa pagoda ini adalah

salah satu ciri khas arsitektur pura. Tidak seperti candi atau kuil Hindu di India

yang berupa bangunan tertutup, pura dirancang sebagai tempat ibadah di udara

terbuka yang terdiri dari beberapa lingkungan yang dikelilingi tembok. Masing-

masing lingkungan ini dihubungkan dengan gerbang atau gapura yang penuh

berukiran indah. Lingkungan yang dikelilingi tembok ini memuat beberapa

bangunan seperti pelinggih yaitu tempat suci bersemayam hyang, meru yaitu

menara dengan atap bersusun, serta bale (pendopo atau paviliun). Struktur tempat

suci pura mengikuti konsep Trimandala, yang memiliki tingkatan pada derajat

kesuciannya, yakni:

1. Nista mandala (Jaba pisan): zona terluar yang merupakan pintu masuk

pura dari lingkungan luar. Pada zona ini biasanya berupa lapangan atau

taman yang dapat digunakan untuk kegiatan pementasan tari atau tempat

persiapan dalam melakukan berbagai upacara keagamaan.

2. Madya mandala (Jaba tengah): zona tengah tempat aktivitas umat dan

fasilitas pendukung. Pada zona ini biasanya terdapat Bale Kulkul, Bale

Gong (Bale gamelan), Wantilan (Bale pertemuan), Bale Pesandekan, dan

Perantenan.

2

Page 3: Pura Pucak Mangu.docx

3. Utama mandala (Jero): yang merupakan zona paling suci di dalam pura.

Di dalam zona tersuci ini terdapat Padmasana, Pelinggih Meru, Bale

Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan

Gedong Penyimpenan.

Meskipun demikian tata letak untuk zona Nista mandala dan Madya

mandala kadang tidak mutlak seperti demikian, karena beberapa bangunan seperti

Bale Kulkul, atau Perantenan atau dapur pura dapat pula terletak di Nista

mandala.

Pada aturan zona tata letak pura maupun puri (istana) di Bali, baik gerbang

Candi bentar maupun Paduraksa merupakan satu kesatuan rancang arsitektur.

Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang membatasi

kawasan luar pura dengan Nista mandala zona terluar kompleks pura. Sedangkan

gerbang Kori Agung atau Paduraksa digunakan sebagai gerbang di lingkungan

dalam pura, dan digunakan untuk membatasi zona Madya mandala dengan Utama

mandala sebagai kawasan tersuci pura Bali. Maka disimpulkan baik untuk

kompleks pura maupun tempat tinggal bangsawan, candi bentar digunakan untuk

lingkungan terluar, sedangkan paduraksa untuk lingkungan dalam.

Jenis Pura

Terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar

beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali.

1. Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan.

Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu

Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya

para dewa dan hyang.

2. Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk

menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.

3. Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan,

berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di

Bali.

Sad Kahyangan

Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad, adalah enam pura utama yang

menurut kepercayaan masyarakat Bali merupakan sendi-sendi pulau Bali.

3

Page 4: Pura Pucak Mangu.docx

Masyarakat Bali pada umumnya menganggap pura-pura berikut sebagai Sad

Kahyangan:

1. Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.

2. Pura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem.

3. Pura Goa Lawah di Kabupaten Klungkung.

4. Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.

5. Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan.

6. Pura Pusering Jagat (Pura Puser Tasik) di Kabupaten Gianyar.

Selain pura-pura Sad Kahyangan tersebut di atas, masih banyak pura-pura

di lainnya di berbagai tempat di pulau Bali, sesuai salah satu julukannya Pulau

Seribu Pura.

4

Page 5: Pura Pucak Mangu.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi Pura Pucak Mangu

Pura Pucak

Mangu yang terletak

di Gunung Mangu

termasuk ke dalam

pura Sad Khayangan,

pura yang sangat

disucikan. Yang

berstana di Pura

Pucak Mangu adalah

Hyang Dhanawa,

yang berarti penguasa lubang kepundan gunung berapi, dan penguasa segara danu

(danau), yang tiada lain penguasa Gunung Mangu dan Danau Beratan. Hyang

Denawa itu adalah tiada lain dari dewa pemelihara. Konsep ini dapat disimak dan

dikaji, dianalisis dari bentuk dan jenis upakara sima gunung yang disebut sorohan

banten pelupuhan ini adalah wujud banten sima gunung yang kuno, yang memiliki

konsep ajaran filosofis yang konseptual.

Pemaksan Pura Pucak Mangu dan khususnya Pura Penataran yang berada

di Desa Tinggan, terdiri atas delapan desa adat yaitu, Desa Adat Tinggan, Desa

Adat Pelaga, Desa Adat Semanik, Desa Adat Tihingan, Desa Adat Nungnung,

Desa Adat Kiadan dan Desa Adat Bukian. Warga desa adat ini mempunyai hak

dan kewajiban dengan pembangunan, pemeliharaan fisik maupun nonfisik.

Pura Pucak Mangu terletak di Kabupaten badung sekitar 40 km dari

Denpasar yang beriklim normal, curah hujan rata-rata 2135mm pertahun dengan

temperature rata-rata 24,2 derajat celcius. Kelemababan rata-rata 92,5 %, dan

tekanan rata-rata 1009,6 mm bar dengan penyinaran 65%. Untuk pelestarian

maupun pengembangan budi daya kawasan, angka-angka klimatologi sangat

diperlukan sebagai dasar kajian analisisnya dari berbagai aspek fisis, chemis dan

ekologinya.

5

Page 6: Pura Pucak Mangu.docx

Pemilihan lokasi pura, pemukiman pedesaan, lahan pertanian dan lahan

kehidupan lainnya berbeda dengan nalar sain dan teknologi yang kini

dikembangkan. Perwujudan berbentuk arsitektur, pemakaian bahan dan

pertimbangan orientasi, dimensi, orientasi, proporsi dan komposisi juga sirkulasi

dan sirkulasi dan prosesi. Dan itu juga didasarkan pada angka-angka basement

geografi, iklim, geologi, hidrologi dan topografi bentang alam dari lokasi terpilih.

2.2 Tata Letak / Denah Pura Pucak Mangu

Keterangan :

1 Meru tumpang 5Linggih Betara Pucak Pangelengan

2 Meru tumpang 3Penyawangan Pura Terate Bang

3 Ulu Lingga Tanggun Kaja Buana Maya(Kajaning kaja, Uluning ulu, Utamaning utama).

4 Tepas LinggaPelinggih Pengawit

5 Padma CapahDifungsikan sebagai Padma Tiga

6 Bale PepelikBale Pengayatan / Bale Pengaruman

7 Pelinggih Nyatur LokaPenyawangan Pucak Reshi atau Pucak Sangkur

6

Page 7: Pura Pucak Mangu.docx

8 Bale Piyasan

9 Bale Pesayuban

10

Bale Pesanekan

2.3 Sejarah Pura Pucak Mangu

Pura Pucak Mangu mungkin sudah ada sejak zaman budaya megalitikum

berkembang di Bali dengan bukti diketemukannya peninggalan Lingga yang

cukup besar. Di tempat inilah I Gusti Agung Putu, pendiri Kerajaan Mengwi,

melakukan tapa brata mencari keheningan pikiran setelah kalah dalam perang

tanding.

I Gusti Agung Putu pun menemukan jati dirinya dan bangkit lagi dari

kekalahannya, terus dapat meraih kemenangan sampai dapat mendirikan Kerajaan

Mengwi. Di tempat I Gst. Agung Putu bertapa brata itulah Pura Pucak Mangu

kembali dipugar dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan umat Hindu yang

terus berkembang.

Puncak Gunung Mangu ini memang sangat hening untuk melakukan tapa

brata untuk perenungkan diri seperti yang pernah dilakukan oleh I Gst. Agung

Putu. Menurutnya, kegagalan bukan untuk disesalkan dan berputus asa, tetapi

untuk dijadikan pengalaman serta diambil hikmahnya untuk pelajaran diri

selanjutnya. Dengan cara itulah kegagalan dapat diubah menjadi awal kesuksesan.

Dalam peta Pulau Bali nama Gunung Mangu hampir tidak dikenal.

Mungkin karena Gunung Mangu ini tidak begitu tinggi. Namun kalau kita baca

lontar tentang Pura Kahyangan Jagat nama Gunung Mangu ini akan mudah

diketemukan. Nama Gunung Mangu ini disebutkan dalam Lontar Babad Mengwi.

Leluhur Raja Mengwi yang bernama I Gusti Agung Putu kalah secara kesatria

dalam pertempuran melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dari Puri Kekeran.

Karena kalah I Gusti Agung Putu ditawan dan diserahkan kepada I Gst.

Ngurah Tabanan sebagai tawanan perang. Oleh seorang patih dari Marga bernama

I Gusti Bebalang meminta kepada I Gusti Ngurah Tabanan agar dibolehkan

mengajak I Gusti Agung Putu ke Marga. Setelah di Marga inilah timbul niatnya I

Gusti Agung Putu ingin membalas kekalahannya dengan cara-cara kestria kepada

I Gusti Ngurah Batu Tumpeng.

7

Page 8: Pura Pucak Mangu.docx

Sebelum membalas kekalahannya, I Gusti Agung Putu terlebih dahulu

bertapa di puncak Gunung Mangu tempat Pura Pucak Mangu sekarang. Di puncak

Gunung Mangu inilah I Gusti Agung Putu mendapat pawisik keagamaan dengan

kekuatan magis religius. Setelah itu I Gusti Agung Putu kembali menantang I

Gusti Ngurah Batu Tumpeng bertempur. Berkah hasil tapanya di Gunung Mangu

itulah I Gusti Agung Putu meraih kemenangan melawan I Gusti Ngurah Batu

Tumpeng dan musuh-musuhnya yang lain.

Gunung Mangu ini terletak di sebelah timur laut Danau Beratan. Gunung

ini juga bernama Pucak Beratan, Pucak Pengelengan, dan Pucak Tinggan. Orang

dari Desa Beratan menyebut gunung tersebut Pucak Beratan. Sedangkan orang

yang dari Desa Tinggan menyebutnya Pucak Tinggan. Karena umat di Desa

Tinggan-lah yang ngempon aci-aci di Pura Pucak Mangu tersebut.

Nama Pucak Pengelengan menurut penuturan keluarga Raja Mengwi

bahwa saat I Gusti Agung Putu bertapa di Pucak Mangu, Batara Pucak Mangu

menulis (ngerajah) lidahnya. Setelah itu I Gusti Agung Putu disuruh ngelengan

(melihat keseliling). Mana daerah yang dilihat dengan terang itulah nanti daerah

kekuasaannya. Karena itulah Pucak Mangu ini juga disebut Pucak Pengelengan.

Pura Pucak Mangu memiliki dua Pura Penataran yaitu Pura Ulun Danu

Beratan didirikan oleh I Gusti Agung Putu yang berada di sebelah barat Gunung

Mangu dan Pura Penataran Agung Tinggan di sebelah timur Gunung Mangu

didirikan oleh keturunannya yaitu Cokorda Nyoman Mayun.

Di Pucak Mangu ini terdapat sebuah pura dengan ukuran 14 x 24 meter. Di

dalamnya ada beberapa pelinggih dan bangunan yang bernilai sejarah

kepurbakalaan. Yaitu sebuah Lingga, dengan ukuran tinggi 60 cm dan garis

tengahnya 30 cm. Bahannya dari batu alam lengkap dengan bentuk segi 4

(Brahma Bhaga), segi delapan (Wisnu Bhaga) dan bulat panjang (Siwa Bhaga).

Menurut para ahli purba kala, Lingga ini sezaman dengan dengan Lingga

di Pura Candi Kuning. Para ahli memperkirakan penggunaan Linga dan Candi

sebagai media pemujaan di Bali berlangsung dari abad X - XIV. Setelah abad itu

pemujaan di Bali menggunakan bentuk Meru dan Gedong. Kapan tepatnya Pura

Pucak Mangu ini didirikan belum ada prasasti atau sumber lainnya dengan tegas

menyatakannya.

8

Page 9: Pura Pucak Mangu.docx

Dari cerita keluarga Raja Mengwi konon ketika I Gusti Agung Putu akan

bersemadi di gunung ini menjumpai kesulitan karena hutannya sangat lebat.

Setelah beliau berusaha ke sana-ke mari lalu beliau mendengar suara tawon. I

Gusti Agung Putu pun menuju suara tawon itu. Ternyata di tempat suara tawon itu

dijumpai reruntuhan pelinggih termasuk Lingga tersebut. Setelah itu kemungkinan

pura ini dipugar oleh I Gusti Agung Putu setelah beliau berhasil menjadi Raja

Mengwi serta mendirikan Pura Penataran-nya di tepi Danau Beratan.

Nampaknya sampai abad XVIII pelinggih utama di Pura Pucak Mangu

adalah Lingga Yoni saja dan bangunan pelengkap lainnya. Setelah pemerintahan I

Gst. Agung Nyoman Mayun yang bergelar Cokorda Nyoman Mayun

melengkapinya dengan pendirian Meru Tumpang Lima linggih Batara Pucak

Mangu. Meru Tumpang Tiga linggih Batara Teratai Bang dan Tepasana tempat

Lingga.

Ada juga dibangun Padma Capah sebagai Pengubengan, Pelinggih Panca

Resi yang mempunyai lima ruangan yang menghadap ke empat penjuru dan

sebuah ruangan berada di tengah, dan bangunan lainnya. Menurut Babad Mengwi,

atas perintah Cokorda Nyoman Mayun-lah Pura Penataran Tinggan didirikan

tahun Saka 1752 atau 1830 Masehi. Mungkin zaman dahulu menuju ke Pura

Penataran Ulun Danu Beratan masih sulit karena keadaan alamnya. Hal itulah

barang kali menyebabkan Pura Pucak Tinggan memiliki dua Pura Penataran.

Sampai tahun 1896 saat runtuhnya Kerajaan Mengwi tidak ada tercatat

dalam sejarah bahwa Pura Pucak Mangu direstorasi. Tahun 1927 akibat gempa

yang dhasyat Pura Pucak Mangu ikut runtuh. Pura tersebut baru direstorasi tahun

1934 - 1935. Tahun 1978 terjadi angin kencang lagi yang merusak pelinggih dan

bangunan lainnya. Pada tahun itu juga pura tersebut direstorasi kembali.

2.4 Piodalan dan Upacara

Piodalan Pura Pucak Mangu jatuh tiap setahun sekali yaitu pada Purnama

Kelima. Meski demikian, penyelenggaraan upacaranya dihindari hari purnama

yang bertepatan dengan hari pasah, terlebih lagi menemui pasah tungleh dan soma

pasah. Demikian juga apabila bertemu dengan ingkel wong. Apabila hari pujawali

9

Page 10: Pura Pucak Mangu.docx

bertepatan dengan pasah maupun ingkel wong tadi maka upacara diundur

pelaksanaannya yang disebut pujawali Ida Batara kalaksanayang ring mayangne.

Aedan karya piodalan di Pucak Mangu dilaksanakan melalui dua tahap.

Tahap pertama diadakan upacara dan upakara di pura yang berada di puncak

gunung (Mangu). Upacara piodalan ini dilakukan pada pagi hari. Sejak pagi hari

semua peralatan upakara, banten, gambelan diangkut oleh pemaksan menuju

puncak gunung. Setelah rangkaian upacara yang dilaksanakan di puncak itu

selesai, Ida Batara kairing ke Penataran Agung yang berada di Desa Tinggan. Di

Pura Penataran Ida Batara nyejer selama sebelas hari.

Adapun rangkaian upacara yang dilakukan di Pura Penataran Agung

Tinggan adalah sebagai berikut: Matur piuning nuwasen karya, nunas tirta

pangingsahan, negtegan beras lan nyamuh ngingsah nguntap Ida Batara melasti

mapepada, piodalan, piodalan penganyar masineb.

Upcara piodalan di Pura Penataran Agung Pucak Tinggan dilaksankan

manut indik atau menurut ketentuan tingkat karya. Pada saat piodalan di-puput ida

pedanda sebagai wiku pamuput dan pamutus karya. Upacara kemudian

dilanjutkan dengan upacara persembahan dan pemujaan pawedalan menurut

tradisi sima gunung yang dipimpin Pemangku Gede Pura Pucak Mangu yang

dibantu oleh semua pemangku dari kedelapan banjar pemaksan Pura Pucak

Mangu.

Di samping upacara yang dilakukan saat pidaolan juga ada upcara

penyabran mengani aci peyabran yang dilakukan di Pura Penataran Pucak Mangu,

seperti pangliwonan, purnamna tilem, Galungan, Kuningan, Sarasawati,

Pagerwesi, anggara kasih maupun rerahinan yang lain. Pelaksaanaan aci peyabran

ini secara rutin dilakukan oleh pemangku.

2.5 Potensi Pura Pucak Mangu

Adapun potensi yang dimilki oleh Pura Pucak Mangu adalah sebagai berikut :

a. Struktur Bangunan

Pura Pucak Mangu termasuk salah satu kayangan jagat di Bali yang

didirikan sekitar tahun 1555 Isaka atau tahun 1633 dengan dua fungsi yaitu

sebagai Pura Catur Loka Pala dan Pura Padma Bhuwana. Pura Pucak Mangu

10

Page 11: Pura Pucak Mangu.docx

seperti layaknya pura pada umumnya di Bali struktur bangunannya didasarkan

pada konsep tri mandala yang terdiri dari tiga halaman yaitu jaba sisi ( halaman

luar), jaba tengah ( halaman tengah ) dan jeroan ( halaman dalam ) dengan

struktur bangunan khas Bali. 

Palebahan pura yang paling timur adalah sthana Ida Bhatari Danu atau

dikenal dengan Lingga Petak berupa Meru Tumpang Tiga, dimana di bawahnya

terdapat batu berwarna merah putih dan hitam. Yang putih berukuran paling

besar. Itulah sebabnya disebut Lingga Petak atau Lingga Putih.

Selanjutnya palebahan di sebelah baratnya berupa Meru Tumpang Sebelas

sebagai sthana Ida Bhatara Pucak Mangu. Kedua palebahan ini sedikit terpisah

dengan palebahan ketiga dan keempat yang berada di daratan. Palebahan ketiga

yang paling luas adalah tempat banyak bangunan suci dengan pelinggih utama

berupa Meru Tumpah Tujuh sthana Ida Bhatara Terate Bang. Di tempat ini juga

ada Padmasri sebagai sthana Ida Bhatara Pucak Sangkur dan sebuah Padma Tiga

sebagai sthana Tri Purusa. 

Palinggih yang lain adalah jajaran kamiri yang terdiri dari : Padmasana,

Sanggah Kamulan Rong Tiga, Taksu Agung, Meru Tumpang Tiga, Gedong

Manjangan Saluang, Gedong beratap pane, lima buah gedong lainnya, sejumlah

balai yakni Bale Pasamuan Agung, Bale Paruman Alit, Bale Papelik, Bale

Penyucian, Bale Gong dan Bale Kulkul. Sedangkan palebahan keempat berada di

jabaan palebahan terbesar sebagai sthana Ida Bhatara Dalem Purwa.

b. Adat-istiadat

Upacara di Pucak Mangu dilakukan dua kali setahun. Pada Purnama Sasih

Kapat dilakukan upacara piodalan baik di Pura Pucak Mangu maupun di Pura

Penataran Tinggan. Sedangkan Purnama Sasih Kapitu dilakukan upacara

Ngebekin di kedua pura tersebut. Upacara piodalan dan upacara ngebekin di Pura

Pucak Mangu diselenggarakan oleh delapan kelompok pemaksan yaitu Tinggan,

Plaga, Bukian, Kiadan, Nungnung, Semanik, Tiyingan dan Auman. Delapan

pemaksan inilah yang membantu Puri Mengwi untuk melaksanakan kedua

upacara pokok tersebut. Setiap mengadakan upacara silakukan biasanya diiringi

dengan tari-tarian sakral seprti rejang dewa, Baris gede, wayang lemah.

11

Page 12: Pura Pucak Mangu.docx

c. Potensi Flora

Pura Pucak mangu terletak di kawasan pegunungan hutan lindung yang

kelestariannya masih bisa di pertahankan. Pura ini terletak di kawasan puncak

dengan ketinggiam 2.020 meter di atas permukaan laut. Kesuburan dan

kandungan hidrologi dari struktur geologi menentukan jenis flora yang tumbuh di

kawasannya sebagai habitat sesuai dengan keperlaun hidupnya. Adapun pohon-

pohon yang masih dipertahankan terutama di jalur lintasan setapak dan dijadikan

taman hutan wisata adalah sebagai berikut seprti anggrek, talas sembung, tedted,

paku jukut (sayur), buyung-buyung, uyah-uyah, layah bebek dan berbagai jenis

tumbuhan jalar dan juga tumbuhan lekat dari pohon tinggi termasuk tanaman

kopi, cengkeh, mangga dan tumbuhan buah-buahan lainnya.

d. Potensi Fauna

Pura Pucak Mangu juga melindungi beberapa fauna langka yang masih

bisa bertahan sampai sekarang diantaranya keker kiuh, kurkurtekukur, punaan,

titiran, perit bondol, belatuk, becica sesapi, lubak, bukal dan semal.

2.6 Keunikan Pura Pucak Mangu

Upacara Ngebekin

Upacara Ngebekin ini bukanlah merupakan upacara piodalan tetapi

merupakan upacara permohonan kepada Ida Bhatara agar hasil panen padi bisa

berhasil dengan baik. Ida Bhatara di Pucak Mangu dianggap sebagai sumbernya

kehidupan tumbuh-tumbuhan, sebab itulah sorohan pelupuhan merupakan banten

yang khas dipergunakan dan dipersebahkan pada waktu upacara ngebekin. Jenis

bantennya jauh lebih sederhana dari pada banten piodalan, tetapi sorohan

pelupuhan inilah yang terpokok. Pelaksanaannya hampir sama dengan waktu

upacara piodalan dimana dilaksanakan upacara mendak tirtha ke pesiraman

kemudian Ida Bhatara Tirtha kadegang (disthanakan) dengan sujang.

Di Puncak Gunung Mangu, dimana umat yang memohon tirta ini yaitu

umumnya rakyat di 8 desa tersebut di atas terutama yang mempunyai tegalan atau

sawah masing-masing membawa tegteg atau sujang sebagai dasar permohonan

tirtha ngebekin. Kalau pada waktu piodalan tirtha yang dimohon adalah tirtha

12

Page 13: Pura Pucak Mangu.docx

kakuluh dan tirtha perwujudan Ida Bhatara di mana tirtha ini dimohon oleh

umatnya (dipakai, diminum dan disiratkan kepada manusia). Tetapi tirtha

ngebekin tidak boleh diminum atau dicipratkan kepada manusia, melainkan

penggunaannya dicipratkan ke sawah atau tegalan. Waktu memendak tirtha ke

puncak inipun juga menggunakan gong. Fungsi tirtha ngebekin ini adalah agar

padi yang sudah mulai bunting, agar menjadi dalam arti tidak diganggu oleh tikus

atau balang sangit dan tidak kosong. Demikianlah jenis upacara dan upakara yang

dilaksanakan di Puncak Gunung Mangu dan di Penataran Agung di Desa Tinggan.

Pantangan dan Unen

Bagi mereka yang akan pergi ke Pucak Mangu, tidak diperkenankan

berkata-kata yang kotor, ataupun sesumbar ataupun takabur, karena bisa

mengakibatkan dapat bencana tersesat di jalan atau terjatuh di jalan. Sebagaimana

diketahui meskipun jalan ke Pucak Mangu cukup jelas, tetapi banyak juga orang

yang sering tersesat. Bagi mereka yang membawa aturan-aturan, tidak

diperkenankan membawa daging babi ke Puncak. Bagi mereka yang nunas

pawintenan, tidak boleh makan daging minimal 3 hari setelah nunas tirtha

pawintenan. Unen, dalam arti binatang-binatang (duwe) Ida Bhatara adalah

Harimau. Harimau ini sering kelihatan pada hari-hari tertentu, kalau banten

(labaan) kurang. Demikian pula “harimau duwe” ini sering kelihatan seperti

kucing.

13

Page 14: Pura Pucak Mangu.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pura Pucak Mangu

yang terletak di Gunung Mangu termasuk ke dalam pura Sad Khayangan, pura

yang sangat disucikan. Yang berstana di Pura Pucak Mangu adalah Hyang

Dhanawa. Pura Pucak Mangu terletak di Kabupaten badung sekitar 40 km dari

Denpasar.

Pura Pucak Mangu memiliki sejarah yang sangat panjang mulai dari jaman

budaya megalitikum ada di Bali. Piodalan Pura Pucak Mangu jatuh tiap setahun

sekali yaitu pada Purnama Kelima.

3.2 Saran

Kita sebagai generasi penerus harus menjaga dan melestarikan budaya

yang dibuat dan diwariskan oleh para leluhur kita. Oleh karena itu, kita harus ikut

menjaga Pura Pucak Mangu agar tidak rusak dan berkurang. Menjaga kesucian

pura juga sangat perlu mengingat Pura Pucak Mangu merupakan tempat suci

untuk umat Hindu dan sangat dijaga kesuciannya.

14

Page 15: Pura Pucak Mangu.docx

DAFTAR PUSTAKA

http://www.babadbali.com/pura/plan/pucak-mangu.htm

http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=247

https://www.google.com/search?q=sejarah+pura+pucak+mangu

http://sudiatmika.com/pura-pucak-mangu-part-2/

http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/03/pura-pucak-mangu-pelaga.html

15