Puisi

11
Identifikasi Puisi Oleh: Aghnia Purnama (01) Ajeng Alfia (03) Aldi Firman Fahrizan Rasyad(13) Farras Ghaziya (16) Kawidian Putri (19) Wulan Sari

description

 

Transcript of Puisi

Page 1: Puisi

Identifikasi PuisiOleh:

Aghnia Purnama (01)Ajeng Alfia (03)

Aldi FirmanFahrizan Rasyad(13)Farras Ghaziya (16)Kawidian Putri (19)

Wulan Sari

Page 2: Puisi

Bulan Kota Jakarta

Tak seperti dulu lagi,Kini, bulan telah pingsan diatas kota Jakarta Tak seorangpun menatapnya!

Oh, gerilya kulit limau! Oh,betapa lunglainya! Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadiMembuat tak ada yang memperhatikannya lagi

Bulan telah pingsan Mama, bulan telah pingsan Menusuk tikaman beracun Dari lampu-lampu Kota Jakarta Dan gedung-gedung tak berdarah Berpaling dari bundanya

Bulannya!Bulannya! Jamur bundar kedinginan bocah pucat tanpa mainan pesta tanpa bunga

Oleh: Rendra R.

Page 3: Puisi

Oh, kurindu nafas gaibOh, kurindu sihir mata langit! Bulan merambat rambat Mama betapa sepi dan sendirinya!

Begitu mati nafas tabuh-tabuhan maka penari pejamkan mata-matanyaBulan telah pingsan diatas Kota Jakarta tapi tak seorang pun menatapnya

Bulanku!Bulanku!Tidurlah,Sayang, di hatiku...

Page 4: Puisi

Tak seperti dulu lagi,Kini, bulan telah pingsan diatas kota Jakarta Tak seorangpun menatapnya!

Oh, gerilya kulit limau! Oh,betapa lunglainya! Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadiMembuat tak ada yang memperhatikannya lagi

Bulan telah pingsan Mama, bulan telah pingsan Menusuk tikaman beracun Dari lampu-lampu Kota Jakarta Dan gedung-gedung tak berdarah Berpaling dari bundanya

Bulannya!Bulannya! Jamur bundar kedinginan bocah pucat tanpa mainan pesta tanpa bunga

PENCITRAAN

Keterangan

Thermal / Perasaan

Visual / Penglihatan

Page 5: Puisi

Oh, kurindu nafas gaibOh, kurindu sihir mata langit! Bulan merambat rambat Mama betapa sepi dan sendirinya!

Begitu mati nafas tabuh-tabuhan maka penari pejamkan mata-matanyaBulan telah pingsan diatas Kota Jakarta tapi tak seorang pun menatapnya

Bulanku!Bulanku!Tidurlah,Sayang, di hatiku...

Keterangan

Thermal / Perasaan

Visual / Penglihatan

Page 6: Puisi

PERASAAN

Perasaan yang dirasakan penulis saat membuat puisi yang bejudul

“Bulan Kota Jakarta” adalah merasa sedih, prihatin karena banyak hal

yang berubah di Jakarta. Contohnya, kini banyak bangunan tinggi di

Jakarta sehingga tidak bisa menikmati keindahan alam seperti

dulu.

Page 7: Puisi

REALITAS ALAMDi PERKOTAAN ditandai oleh:

“Kini, bulan telah pingsan diatas Kota Jakarta”Paragraf 1,

Baris 2

“Dari lampu-lampu Kota Jakarta ”Paragraf 3,

Baris 4

“Dan gedung-gedung tak berdarah ”Paragraf 3,

Baris 5

“Bulan telah pingsan diatas Kota Jakarta ” Paragraf 6, Baris 3

Page 8: Puisi

SOSIAL

Kehidupan di Jakarta sangat berat dan sulit karena memiliki persaingan yang hebat, sehingga orang yang

tidak memiliki keahlian akan terlantar.

“Oh, gerilya kulit limau! ” Paragraf 2, Baris 1

Page 9: Puisi

BUDAYAKebudayaan yang terlihat di dalam

puisi yang berjudul “Bulan Kota Jakarta” adalah ciri khas kota Jakarta, yaitu terjadinya kemacetan dimana-

mana karena memang padatnya penduduk di Jakarta. Selain itu

Jakarta terkenal dengan kota “sibuk” karena aktivitas di Kota tersebut selalu berlanjut dari pagi hingga

malam.

“Semua kesibukan, semua kemacetan yang terjadi”

Paragraf 2, Baris 3

Page 10: Puisi

PIKIRAN PENULIS (Amanat)

Penulis membuat puisi ini bertujuan untuk mengingatkan pada kita semua untuk tidak

lupa dengan keindahan-keindahan alam yang ada di sekitar kita walaupun saat ini zaman sudah maju dan kita

memiliki kesibukan yang sangat banyak, tapi tidak ada yang bisa menggantikan keindahan alam

tersebut.

Page 11: Puisi

Terimakasih Atas Perhatiannya

Wassalamualaikum Wr.Wb