Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

21

description

materi Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Transcript of Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Page 1: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru
Page 2: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

PuisiPuisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di

mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan

rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan.Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimatdalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir sepertimengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisitidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumbersegala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaorang lain ke dalam keadaan hatinya.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebutmerupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadangjuga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebutmungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasanuntuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalammenciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makinmemprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'.Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gayabahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.

Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majastersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengankasar.

Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Merekaenggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

Page 3: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Pu

isiL

ama

Puisi lama merupakan pancaran dari kebuayaan

masyarakat pada zaman tersebut. Puisi lama

cenderung statis, monoton, dan anonim merupakan

representasi atau cerminan dari karakter kebuayaan

masyarakat zaman dahulu. Bentuk puisi lama antara

satu dengan yang lainnya selalu mirip an tidak

mengalami peruahan dalam kurun waktu yang lama.

Kondisi itu sangat berbeda dengan puisi baru yang

sangat dinamis, bahkan cenderung reolusioner.

Berasarkan contoh pantun dan syair yang telah

diberikan, kita dapat melihat kemiripannya. Jumlah

suku kata, kata dalam baris, an jumlah untaian baris

dalam bait pantun dan syair relatif sama. Hal yang

membedakannya yaitu pola rima dan penempatan isi.

Page 4: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

•Jumlah kata dalam 1 baris

•Jumlah baris dalam 1 bait

•Persajakan (rima)

•Banyak suku kata tiap baris

•Irama

Ciri puisi lama:

• Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal namapengarangnya.

• Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadimerupakan sastra lisan.

• Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlahbaris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Page 5: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Jen

is-J

enis

Pu

isi 1.Puisi lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

Jumlah kata dalam 1 baris

Jumlah baris dalam 1 bait

Persajakan (rima)

Banyak suku kata tiap baris

Irama

Ciri puisi lama:

Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.

Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.

Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama

1.Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu

Aku membawa sadap gading

Akan membasuh mukamu

Page 6: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

2. Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi

pendek.

Contoh:

Dahulu parang sekarang besi (a)

Dahulu sayang sekarang benci (a)

3. Seloka adalah pantun berkait.

Contoh:

Lurus jalan ke Payakumbuh

Kayu jati bertimbal jalan

Di mana hati tak kan rusuh

Ibu mati bapak berjalan

4. Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2

baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.

Contoh:

Kurang pikir kurang siasat (a)

Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)

Bagai rumah tiada bertiang (b)

Jika suami tiada berhati lurus (c)

Istri pun kelak menjadi kurus (c)

5. Syair adalah puisi yang bersumber dari

Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-

a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

Contoh:

Pada zaman dahulu kala (a)

Tersebutlah sebuah cerita (a)

Sebuah negeri yang aman sentosa (a)

Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

6. Talibun adalah pantun genap yang tiap

bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Contoh:

Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan

panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan

Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu

Page 7: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Pan

tun

7. Pantun

. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris

terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai

isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,

agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa

Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal

sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam

bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas

empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,

bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).

Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun

yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah

dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris

masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian

kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua

baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki

bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua

baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).

Page 8: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Dalam pantun, isi 2 baris

pertama samar dan

terkadang tidak punya

kaitan makna 2 baris

berikutnya. 2 baris pertama

paa pantun yang isinya

samar disebut sampiran.

Sementara itu, dalam syair,

seluruh baris menyatakan

isi secara jelas dan

maknanya

berkesinambungan.

Page 9: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Per

anp

antu

n Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan

sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan

menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang

berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga

melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata

bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan

yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan

pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya

dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang

dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.

Namun, secara umum peran sosial pantun adalah

sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Page 10: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Str

ukt

ur

pan

tun Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi

sampiran terutama menyiapkan rima dan iramauntuk mempermudah pendengar memahami isipantun. Ini dapat dipahami karena pantunmerupakan sastra lisan.

Meskipun pada umumnya sampiran takberhubungan dengan isi kadang-kadang bentuksampiran membayangkan isi. Sebagai contohdalam pantun di bawah ini:

Air dalam bertambah dalam Hujan di hulubelum lagi teduh Hati dendam bertambahdendam Dendam dahulu belum lagi sembuhBeberapa sarjana Eropa berusaha mencariaturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini takselalu berlaku.

Page 11: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Macam – macam pantun :

Pantun Nasehat

Pantun Adat

Pantun Teka – Teki

Pantun Jenaka

Pantun Muda Mudi

Pantun Agama

Pantun Dagang

Page 12: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Contoh:

a. Pantun Nasihat

Contoh: Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam peti

Kalau ada kataku yang salah

Jangan dimasukkan ke dalam hati

b. Pantun Teka-teki

Contoh: Kalau puan, puan

cerana

Ambil gelas di dalam peti

Kalau tuan bijaksana

Binatang apa tanduk di kaki

c. Pantun Jenaka

Contoh: Elok rupanya pohon

belimbing

Tumbuh di dekat limau tungga

Elok berbini orang sumbingBiar marah ketawa juga

Page 13: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

d. Pantun Adat

Contoh: Lapun Melapun ke

Inderagiri

Singgah sebentar ke belipuh

Ampun hamba tegak berdiri

Ujudnya duduk dengan bersimpuh

e. Pantun Agama

Contoh: Asam hadis asam gelugur

Ketiga asam riang-riang

Menangis di pintu kubur

Teringat badan tidak sembahyang

f. Pantun Dagang

Dari malakake negri pahang

sindah di kendal beli kuini

Saya ini dagang menumpang

mengharap belas oranng disini

g. Pantun Muda-mudi

Dari mana hendak ke mana

Dari Jepang ke Bandar Cina

Kalau boleh kami bertanya

Bunga yang kembang siapa punya

Page 14: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Puisi baruPuisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:Bentuknya rapi, simetris;Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;Sebagian besar puisi empat seuntai;Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :1. Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.2. Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.

Page 15: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Contoh:

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu

Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri

Menggeliat derita pada lekuk dan liku

bawah sayatan khianat dan dusta.

Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu

menitikkan darah dari tangan dan kaki

dari mahkota duri dan membulan paku

Yang dikarati oleh dosa manusia.

Tanpa luka-luka yang lebar terbuka

dunia kehilangan sumber kasih

Besarlah mereka yang dalam nestapa

mengenal-Mu tersalib di datam hati.

(Saini S.K)

Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang

berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi

(metrumnya ketat), bernada anggun,

membahas sesuatu yang mulia, bersifat

menyanjung baik terhadap pribadi tertentu

atau peristiwa umum.

Contoh:

Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi

Berdiri aku, dan dari sana

Mandang ke bawah, ke tempat

berjuang

Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru

Pantun keindahan Indonesia

Yang jadi kenang-kenangan

Pada zaman dalam dunia

(Asmara Hadi)

Epigram adalah puisi yang berisi

tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal

dari Bahasa Yunani epigramma yang

berarti unsur pengajaran; didaktik;

nasihat membawa ke arah kebenaran

untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada

teladan.

Page 16: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Contoh:

Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau

berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga

kelepak elang menyinggung muram, desir hari

lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.

Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa

terdekap (Chairil Anwar)

Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.

Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti

sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu

fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke

atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim

etc)

Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri

Sikap lamban berarti mati

Siapa yang bergerak, merekalah yang di

depan

Yang menunggu sejenak sekalipun pasti

tergilas.

(Iqbal)

Romansa adalah puisi yang berisi luapan

perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa

Perancis Romantique yang berarti keindahan

perasaan; persoalan kasih sayang, rindu

dendam, serta kasih mesra

Elegi adalah puisi yang berisi ratap

tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang

mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah

karena sedih atau rindu, terutama karena

kematian/kepergian seseorang.

Page 18: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Contoh:

Indonesia Tumpah Darahku

Duduk di pantai tanah yang permai

Tempat gelombang pecah berderai

Berbuih putih di pasir terderai

Tampaklah pulau di lautan hijau

Gunung gemunung bagus rupanya

Ditimpah air mulia tampaknya

Tumpah darahku Indonesia namanya

(Mohammad Yamin)

Oktaf / Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri

atas delapan baris (double kutrain atau puisi

delapan seuntai).

Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuanYang enggan menerima kenyataan (Or. Mandank) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).

Contoh:

Merindu Bagia

Jika hari’lah tengah malam

Angin berhenti dari bernapas

Sukma jiwaku rasa tenggelam

Dalam laut tidak terwatas

Menangis hati diiris sedih (Ipih)

Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).

Page 19: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru

Sanusi Pane

Soneta

Bahasa Italia

Belanda

Muhammad Yamin

Roestam Effendi

Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada

syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih

mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun

rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah

barisnya (empat belas baris).

Contoh:

Gembala

Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )

Melihat anak berelagu dendang ( b )

Seorang saja di tengah padang ( b )

Tiada berbaju buka kepala ( a )

Beginilah nasib anak gembala ( a )

Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )

Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )

Pulang ke rumah di senja kala ( a )

Jauh sedikit sesayup sampai ( a )

Terdengar olehku bunyi serunai ( a )

Melagukan alam nan molek permai ( a )

Wahai gembala di segara hijau ( c )

Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )

Maulah aku menurutkan dikau ( c )

(Muhammad Yamin)

Page 20: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru
Page 21: Perbedaan Puisi Lama dengan Puisi Baru