PUASA
-
Upload
wulan-dewi-anggraeni-ridwan -
Category
Documents
-
view
28 -
download
3
description
Transcript of PUASA
MAKALAH
PENGERTIAN ,DASAR HUKUM, SYARAT-RUKUN DAN HIKMAH
PUASA
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
Pada Mata Kuliah Ilmu Fiqih yang di bina oleh Nina Nurmila, Phd
Disusun oleh :
FISIKA B
Umi Nurarfah 1209207082
Waryati 1209207083
Wulan Dewi A.T 1209207084
JURUSAN TADRIS/ MIPA PENDIDIKAN FISIKA II/ B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009/2010
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan tepat waktunya, meskipun dalam makalah ini telah disadari bahwa penulisan makalah
yang kami buat masih belum lengkap dan belum sempurna.
Akhirnya penulis berharap bahwa pembaca dapat mengambil hikmah dari pembahasan
makalah yang kami buat , dan penulis mohon di bukakan pintu maaf yang sebesar- besarnya jika
penulisan makalah yang kami sajikan ini jauh dari kesempurnaan dan pembahasannya kurang
lengkap.
Bandung, 25 Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ …….....
B. Pembatasan masalah ............................................................................…...
C. Perumusan masalah.......................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN ...........................................................................…
A. Pengertian Puasa Dan macam-macam puasa.............................................
B. Dasar Hukum Puasa.................................................................................
C. Syarat Rukun Puasa.................................................................................
D. Hikmah Puasa...........................................................................................
BAB III. PENUTUP .......................................................................................
A. Simpulan .....................................................................................…………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan nama Allah Yang Maha pengasih lagi maha penyayang, yang mengutus
Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi petunjuk kepada
segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk kehidupan di dunia dan keselamatan akhirat di
dalam islam terdapat rukun islam. Rukun islam yang pertama adalah syahadat , rukun
yang kedua adalah shallat, yang ketiga zakat, dan yang ke empat puasa serta yang
terakhir adalah menunaikan ibadah haji. Salah satu ke istimewaan islam tidak
melepaskan manusia sendirian untuk menemukan konsep pengembangan dirinya. Akan
tetapi memberi tuntutan dan petunjuk, bahkan rumusan, yang excelent bagi peningkatan
kulitas hidup manusia. Sebab jika di biarkan begitu saja, jaminan menemukan wacana
yang relevan dengan kemanusiaannya masih relatif. Tapi dengan tersedianya sebuah
konsep yang siap pakai, akan lebih memudahkan manusia untuk meraih kesuksesan
dalam hidupnya.
Dengan kerahimannya, Allah SWT Menjadikan Ramadhan sebagai wacana
pembentukan dan penempatan insan yang berkualitas, secara fisik dan ruhaniyah. Di
siang dhari diwajibkan setiap muslim menahan diri dari berbagai keinginan hawa nafsu,
seperti makan, minum dan sebagainya.
Berpuasa ( shoum ) yang merupakan kewajiban manusia yang beriman, adalah inti
seluruh ibadah yang dianjurkan syari’at di bulan suci ini. Allah Swt juga memandang
ibadah yang satu ini mempunyai keistimewaan dalam hidup manusia. Sudah lumrah
diketahui, bahwa setiap perbuatan-apapun bentuknya yang tidak dilakukan sungguh-
sungguh dan diresapi, tak akan membuhkan hasil yang optimal. Hal itu juga berlaku
pada setiap ibadah yang kita lakukan, termasuk diantaranya puasa. Puasa memiliki
spirit, ruh dan makna. Dalam rangka memahami nilai-nilai yang terkandung dalam
puasa itulah diperlukan media penyuluhan untuk memberikan wawasan kepada kaum
muslimin, akan keagungan puasa. Dengan hal ini kami mengangkat judul
PENGERTIAN ,DASAR HUKUM, SYARAT-RUKUN DAN HIKMAH PUASA
disesuaikan pada silabus yang ada.
B. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan maka masalah yang dibahas dibatasi
masalah :
a. Ruang lingkup tentang puasa
b. Syarat syah rukun puasa
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut masalah-masalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan puasa dan sebutkan macam-macam puasa?
2. Apa saja yang menjadi dasar hukum puasa ?
3. Sebutkan syarat dan rukun puasa ?
4. Jelaskan hikmah puasa ?
BAB II
PUASA
A. PENGERTIAN PUASA
“saumu” ( puasa ) menurut bahasa arab adalah “ menahan dari segala sesuatu “
misalnya seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat
dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah agama islam atau secara syara yaitu menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Berpuasa ( shoum ) yang merupakan
kewajiban manusia yang beriman, adalah inti seluruh ibadah yang di anjurkan syari’at di
bulan suci ini. Sedangkan secara lughowi puasa dimaknai dengan menahan diri,
meninggalkan atau menutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun
perbuatan. Yang dijelaskan dalam surat( Al-Baqarah : 187 )
Firman Allah Swt :
Artinya : makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar .” ( Al-Baqarah : 187 )
B. HUKUM PUASA
Hukum puasa pada bulan Ramadhan adalah wajib bagi orang mukalaf. Perintah
melakukan puasa terdapat dalam al Qur’an:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(Al-Baqarah 183)
Puasa merupakan ibadah yang utama. Banyak nash yang menunjukan keutamaan
puasa seperti yang dijelaskan dalam hadis qudsi yaitu bahwa sesungguhnya : “ semua
amal manusia adalah untuknya sendiri, kecuali puasa: sesungguhnya puasa itu adalah
miliku dan akulah yang membalasnya. Puasa itu pelindung, maka apabila kamu sedang
berpuasa, maka janganlah berkata-kata keji dan buruk. Jika seseorang memakinya atau
memusuhinya, hendaklah ia mengatakan : saya sedang berpuasa. Demi allah yang diri
muhammad ada di tangan – nya bau mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi
disisi allah dari parfum kasturi yang semerbak. Bagi orang-orang yang sedang berpuasa
mendapatkan dua kebahagian : kebahagian ketika berbuka berpuasa, dan kebahagiaan
ketika bertemu dengan tuhannya. ( HR. Bukhari Muslim )
Macam-macam puasa, yaitu :
1. Puasa wajib, yaitu puasa pada bulan ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nazar.
2. Puasa sunat
3. Puasa makruh
4. Puasa haram, yaitu puasa pada hari raya idul fitri, hari raya haji, dan tiga hari sesudah hari
raya haji, yaitu tanggal 11-12-dan 13.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing puasa tersebut yaitu :
1. Puasa wajib, yaitu puasa jika dikerjakan mendapat pahala dan jika di tinggalkan
mendapat dosa contohnya adalah puasa ramadhan , Puasa bulan ramadhan merupakan
salah satu dari rukun islam yang ke lima, yang diwajibkan pada tahun kedua hijriah,
yaitu tahun kedua sesudah nabi Muhammad Saw, Hijrah ke madinah. Hukumnya Fardu
‘ain atas tiap-tiap mukallaf ( balig dan berakal ). Keberkahan dan pahala ibadah dalam
bulan ramadhan selalu menyenangkan. Hanya orang- orang yang diberikan dispensasi
atau( rukhsakh ) lah yang diperbolehkan meninggalkan kewajiban puasa di bulan
ramadhan sebagaimana yang akan di jelaskan nanti. Kebesaran puasa ramadhan tidak
hanya dapat dilihat dari besarnya pahala orang berpuasa. Tapi juga jelas kelihatan dari
informasi Nabi Muhammad SAW yang menerangkan keagungan ramadhan dan
keberkahannya. Ibadah wajib yang dilaksanakan di bulan ini di beri imbalan tujuh puluh
kali lipat. Ibadah sunah- seperti shallat sunat-di beri balasan sama seperti ibadah wajib.
“ Barang siapa yang berbuka pada satu hari di bulan ramadhan tanpa alasan yang di
berikan allah padanya, tiada akan dapat di bayaroleh puasa sepanjang masa walau
dilakukannya “. ( HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Turmudzi )
Puasa ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah satu dari
ketentuan- ketentuan berikut ini :
a. Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri.
b. Dengan mencakupkan bulan sya’ban tiga puluh hari, maksudnya bulan tanggal
sya’ban tidak terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan sempurnanya
tiga puluh hari.
c. Dengan adanya melihat ( ru-yat ) yang dipersaksikan oleh seorang yang adil di
muka hakim.
d. Dengan kabar mutawatir, yaitu kabar orang banyak, sehingga mustahil mereka
akan dapat sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta.
e. Percaya kepada orang yang melihat
f. Tanda-tanda yang biasa dilakukan di kota-kota besar untuk memberitahukan
kepada orang banyak ( umum ), seperti lampu, memberiam dan sebagainya.
g. Dengan ilmu hisab atau kabar dari ahli hisab ( ilmu binatang ) seperti sabda
rasuluallah Saw:
“ Ibnu umar telah menceritakan hadis berikut yang ia terima langsung dari
Rasuluallah Saw. Yang telah bersabda, “ Apabila kamu melihat bulan ( di bulan
Ramadhan ), hendaklah kamu berpuasa, dan apabila kamu melihat bulan ( di
bulan syawal ), hendaklah kamu berbuka. Maka jika tertutup ( mendung ) antara
kamu dan tempat terbit bulan, hendaklah kamu kira-kirakan bulan itu “ ( riwayat
Bukhari Muslim, Nasai, Ibnu Majah ).
2. Puasa sunat
Puasa sunat adalah puasa yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan tidak
dikerjakan pun tidak apa-apa. Puasa yang di sunatkan itu ada 6 yaitu :
a. Puasa enam hari dalam bulan Syawal, sabda Rasuluallah Saw :
“ Dari Abu ayyub. Rasuluallah Saw. Telah berkata, barang siapa puasa
dalam bulan ramadhan, kemudian ia puasa pula enam hari dalam bulan
syawal, adalah seperti puasa sepanjang masa.” ( Riwayat Muslim )
b. Puasa hari Arafah ( tanggal 9 bulan Haji ), kecuali orang yang sedang
mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak di sunatkan atasnya.
Sabda Rasuluallah Saw : “ Dari abu Qatadah. Nabi Saw. Telah berkata,
Puasa hari arafah itu menghapuskan dosa dua tahun: Satu Tahun yang telah
lalu dan satu tahun yang akan datang.” ( Riwayat Muslim )
c. Puasa Hari Asyura ( tanggal 10 muharram )
Sabda Rasuluallah Saw: Dari abu Qatadah. Rasuluallah Saw. Telah berkata,
“ puasa hari ‘ Asyura itu menghapuskan dosa satu tahun yang telah lalu”.
( Riwayat Muslim ).
d. Puasa bulan Sya’ban
Kata Aisyah, “ Saya tidak melihat Rasuluallah Saw. Menyampaikan puasa
satu bulan penuh selain dalam bulan puasa Ramadhan, dan saya tidak
melihat beliau dalam bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak daripada
bulan sya’ban.”( Riwayat Bukhari Muslim )
e. Puasa Hari senin kamis
Dari Aisyah , “ Nabi besar Saw. Memilih waktu puasa hari senin dan hari
kamis.” ( Riwayat Tirmidzi )
f. Puasa tengah bulan ( tanggal 13, 14, dan 15 ) dari tiap-tiap bulan Qamariah
( tahun Hijriah ). Sabda Rasuluallah Saw:
Dari Abu zarr. Rasuluallah Saw. Telah berkata, Hai Abu zarr, apabila
engkau hendak puasa hanya tiga hari dalam satu bulan hendaklah engkau
puasa ) tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas.” ( Riwayat Ahmad
dan nasai)
3. Puasa Makruh
Puasa makruh adalah puasa jika dikerjakan maupun tidak dikerjakan pun tidak apa-apa
dan tidak akan mendapat pahala apapun. Puasa yang dimakruhkan adalah puasa terus
menerus sepanjang tahun.
4. Puasa Haram
Puasa haram adalah puasa yang bila dikerjakan tidak akan mendapat pahala, tetapi
mendapatkan siksa. Puasa haram diantaranya puasa pada dua hari raya (idul fitri &
idul adha), puasa pada hari tasryk (tanggal 11,12,13 Dzulhizah).
C. HIKMAH PUASA
Ibadah puasa itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai berikut:
a. tanda terima kasih kepada Allah karena semua ibadah mengandung arti terima kasih
kepada Allah atas nikmat pemberian Nya yang tidak terbatas banyaknya, dan tidak
ternilai harganya.
Firman Allah Swt:
dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
(Ibrahim 34)
b. didikan kepercayaan, seseorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari
harta yang halal kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia akan
meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala larangan-
Nya.
c. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir miskin karena seseorang yang telah merasa
sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan
kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang kelaparankarena
ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan dan suka menolong
fakir miskin
d. Guna menjaga kesehatan.
D. RUKUN PUASA
a. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan. Yang dimaksud
dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya.
Sabda Rasulullah Saw:”Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya
sebelum fajar terbit, maka tidak puasa baginya.” (riwayat lima orang ahli hadis)
Kecuali puasa sunat, boleh berniat pada siang hari, asal sebelum Zawal (matahari
condong ke barat)
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
E. SYARAT-SYARAT PUASA
A. SYARAT WAJIB PUASA
1. Beragama Islam
2. Berakal, orang yang gila tidak wajib puasa.
3. Balig,(umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib
puasa.
Sabda Rasulullah Saw “Tiga orang yang terlepas dari hokum: a.orang yang sedang tidur
hingga ia bangun, b.orang gila sampai ia sembuh, c. kanak-kanak sampai ia bangun.”(riwayat
Abu Dawud dan Nasai).
4. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit,tidak
wajib puasa.
Firman Allah Swt.:
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.(Al-
Baqarah 185)
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. (Al-Baqarah 184)
F. SYARAT SAH PUASA
1. Islam, orang yang bukan islam tidak sah puasa.
2. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik dengan yang tidak
baik)
3. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis masa melahirkan). Orang yang
haid atau nifas tidak sah puasanya tapi wajib mengqada sejumlah puasa yang
ditinggalkannya.
4.Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang puasa pada hari raya dan
hari tasyrik (tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijah)
G. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
Hal yang membatalkan puasa ada 6 perkara, yaitu:
1. Makan dan minum, makan dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukuan
dengan sengaja. Kalau tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw.:”Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa,
kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah puasanya disempurnakan, karena
sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam perut. Muntah yang
tidak disengaja tidak membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw.:
“Dari Abu Hurairah. Rasulullah Saw. Telah berkat, “barang siapa yang terpaksa muntah,
tidaklah wajib baginya mengqada puasa; danbarang siapa yang mengusahakan muntah
maka hendakla ia mengqada puasanya.” (riwayat Abu Dawud, Tirmizii, dan ibnu Hibban)
3. Bersetubuh, firman Allah Swt.:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu
(Al- Baqarah : 187)
Laki- laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh di waktu siang hari di bulan
Ramadhan, sedangkan ia berkewajiban puasa maka ia wajibmembayar kafarat. Kafarat itu
ada tiga tingkat yaitu:
Memerdekakan hamba
Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba maka puasa berturut-turut selama dua bulan .
Kalau tidak kuat puasa, maka bersedekahdengan makanan yang mengenyangkan kepada
enam puluh fakir miskin tiap –tiap orang ¾ liter.
4. Keluar darah haid atau darah nifas, dari Aisyah. Ia berkata, “kami disuruh oleh
Rasulullah Saw. mengqada puasa, dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat.”(riwayat
Bukhari)
5. Gila. jika gila itu dating pada siang hari maka batallah puasa.
6. Keluar mani denga sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan lain). Karena keluar
mani itu adalah puncak yang dituju orang pada persetubuhan, maka hukumnya disamakan
dengan bersetubuh.adapun keluar mani karena bermimpi, mengkhayal, dsb hal itu tidak
membatalkan puasa.
H. CARA MELAKSANAKAN PUASA
Sebelum terbit fajar seseorang yang hendak melaksanakan puasa besok harinya,
dianjurkan makan sahur. Tujuannya adalah menambah kekuatan jasmani untuk menahan
lapr dan haus di siang harinya. Untuk ini Nabi SAW berasabda :
Dari anas ra.,sesungguhnya Rasululloh saw bersabda : “makan sahurlah kamu
karena sesungguhnya sahur itu berkah.” (HR Al Bukhori Muslim)
Selian makan sahur, pada malam harinya diperintahkan agar berniat
melaksanakan puasa besok harinya. Niat dapat dilaksanakan sejak berbuka puasa sampai
terbit fajar. Artinya bila seseorang berniat pada waktu kapanpun di waktu yang
disebutkan itu dapat dipandang sah.
Setelah terbit fajar, ia harus mulai menahan diri dari segalahal yang dapat
membatalkan puasanya sampai terbenam matahari. Setelah terbenam orang yang
berpuasa dianjurkan segera berbuka puasa. Hal seperti ini dijelaskan Nabi SAW dalam
sabdanya:
Dari sahal bin Sa’ad ra., sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “manusia senantiasa
dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR Bukhori Muslim)
Untuk berbuka puasa dianjurkan dengan buah kurma, jika tidak ada bisa dengan
buah tamar, dan jika tidak juga diperoleh boleh dengan air. Nabi saw bersabda:
Dari Anas ra., berkata : “Nabi berbuka puasa sebelum shalat dengan buah anggur
yang manis, jika tidak ada dengan buah tamar, dan jika tidak ada dengan meminum
seteguk air.”
(HR Tirmizi)
Kerika berbuka puasa dianjurkan membaca doa yang selalu dibacakan oleh Nabi
saw ketika berbuka yaitu:
Ya allah, karena engkau aku berpuasa dan dengan rezeki engkau aku bernuka,
dahaga telah hilang dan urat-urat telah dialiri oleh air dan semoga pahalanya ditetapkan
Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Hukum berpuasa di bulan Ramadhan adalah Fardhu A’in bagi setiap muslim yang
tidak berhalangan untuk melakukannya. Orang yang dapat meninggalkan puasa
ramadhan adalah orang sakit,sedang dalam perjalanan, sudah tua dan tidak kuat
lagi berpuasa, perempuan yangsedang haid dan nifas, dan perempuan yang
sedang hamil atau menyusui. Dan orang yang melalaikannya tanpa ada alas an
yang sah menurut syariat, akan mendapatkan dosa besar.
2. Untuk mencepai puasa yang dapat diterima oleh Allah, secara formal perlu
diperhatikan rambu-rambu atau peraturan yang telah digariskanNya, meliputi
kelengkapan syarat dan rukun puasa, hal yang membatalkan puasa, hal yang
diperbolehkan untuk meninggalkan puasa, mengenal jenis-jenis puasa yang
disunnahkan, diharamkan dan puasa wajib diluar puasa Ramadhan.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Ritonga Rachman, Zainuddin. Fiqih Ibadah, 1997. Jakarta. Gaya Media Pratama.