Ptk

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, Guru harus memiliki peranan yang sangat penting, karena ujung tombak keberhasilan pendidikan formal adalah guru. Di tangan gurulah siswa sebagai generasi penerus ditempa dengan berbagai pengalaman belajar. Melalui upaya-upaya instruksional itu diharapkan siswa dapat berkembang seluruh potensi dirinya secara optimal. Karena itu guru biasa disebut sebagai pendidik profesional. Guru yang professional senantiasa berusaha agar profesi belajar mengajar efektif dan bermakna atau

Transcript of Ptk

Page 1: Ptk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, Guru harus memiliki

peranan yang sangat penting, karena ujung tombak keberhasilan pendidikan

formal adalah guru. Di tangan gurulah siswa sebagai generasi penerus ditempa

dengan berbagai pengalaman belajar. Melalui upaya-upaya instruksional itu

diharapkan siswa dapat berkembang seluruh potensi dirinya secara optimal.

Karena itu guru biasa disebut sebagai pendidik profesional.

Guru yang professional senantiasa berusaha agar profesi belajar mengajar

efektif dan bermakna atau dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan baik

siswa maupun guru. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian

memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa keberhasilan

dengan sejawatnya. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsi sebagai pendidik

yang bertanggungjawab mempersiapkan siswa bagi perananya di masa depan

(Wardani 2002).

Oleh karena itu guru yang berhasil harus memiliki sikap dan keterampilan

yang mendorong siswa aktif untuk berpikir dan mampu memecahkan masalah

serta menguasai sejumlah keterampilan pembelajaran yang telah ada di dunia

pendidikan.

Page 2: Ptk

Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan materi pelajaran oleh

siswa. Selain keberhasilan pendidikan yang paling utama adalah karakter yang

mampu ditanamkan ke sisiwa. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Akhir-akhir ini indonesia mengalami krisis karakter yang melanda. Krisis

karakter ini sudah membudaya dari generasi ke genarasi. Salah satu karakter ini

adalah kurangnya kejujuran. Kejujuran akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang

asing. Hal ini membuat hanya dimiliki oleh segelintir orang saja. Sehingga

muncullah istilah “jujur ajur”.

Kejujuran memeng merupakan suatu hal yang sepele. Sehingga kejujuran

sering diremehkan. Padahal kejujuran membawa dampak yang besar dalam

tatanan masyarakat. Konsep yang terjadi saat ini adalah orang yang pandai itu

yang bisa mendapatkan nilai baik dalam ulangan. Akibat kesalahan konsep yang

terjadi membawa dampak siswa akan senantiasa terdorong untuk mendapatkan

nilai sebaik mungkin dengan cara apapun walaupun tak jujur. Inilah pondasi awal

ketidak jujuran di dalam masyarakat.

Iitulah mengapa perlunya diadakan penilaian terhadap kejujuran siswa

agar konsep pandai hanya sekedar mengafal semata. Karakter adalah penilaian

utama dalam proses pendidikan. Sehingga dapat menjadi dasar bagi siswa untuk

memupuk kejujuran di lingkungan masyarakat kelas.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan Batasan masalah sebagai berikut :

“Upaya meningkatakan kejujuran siswa kelas V SDN Genengan II melalui metode kultum”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakanga Masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

Page 3: Ptk

1. Bagaimana cara meningkatkan kejujuran siswa kels V SDN Genengan II dengan

Metode Kultum?

2. Sejauh mana Metode Kultum dapat meningkatkan kejujuran siswa kelas V SDN

Genengan II?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum untuk mengetahui dan memproleh secara

objektif informasi tentang penggunaan Metode Kultum sebagai cara

meningkatkan kejujuran, secara khusus penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui cara meningkatkan kejujuran siswa kelas V SDN

Genengan II dengan Metode Kultum.

2. Untuk mengetahui sejauh mana Metode Kultum dapat meningkatkan

kejujuran siswa kelas V SDN Genengan II.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

- Dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

- Menghemat waktu

2. Bagi siswa

- Dapat memahami pembelajaran dengan cepat.

- Pembelajaran lebih menarik dan menjyenangkan.

Page 4: Ptk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar adalah suatu proses aktif melalui suatu latihan yang berakibat pada

perubahan tingkah laku yang menuju kepada tujuan untuk memperoleh hasil yang

baik. Tabrani Rusyan (1994) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan

penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan

dasar yang terlibat di dalam berbagai bidang studi, lebih luas lagi dalam berbagai

aspek bidang kehidupan atau pengalaman yang terorganisir.

Belajar akan berjalan dengan baik apabila disertai dengan tujuan belajar,

karena belajar itu merupakan suatu aktivitas yang dapat membawa perubahan

tingkah laku bagi peserta didik. Dalam belajar tentu ada hambatan-hambatannya,

hambatan-hambatan tersebut bukan hanya dari siswa sendiri, lingkungan sekolah

yang tidak menyenangkan tentu juga merupakan hamabatan dan kesulitan belajar

bagi siswa. Menurut Rochman Natawija (1985) bahwa faktor lingkungan sekolah

yang kurang menunjang proses belajar seperti kurang memadainya cara mengajar,

sikap guru, kurikulum atau materi yang akan diajarkan, perlengkapan belajar,

sistem administrasi, waktu belajar, situasi sosial di sekolah dan sebagainya.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial, oleh sebab itu, guru diharapkan terus berupaya berhasil dalam

mengajar seperti yang ditulis Thomas F Staton (1986) agar berhasil, tiap-tiap

kegiatan pengajaran harus merangkum enam langkah kegiatan pokok yaitu:

1. Memotivasi belajar.

2. Memelihara perhatian sepenuhnya.

3. Memajukan kegiatan mental.

4. Menciptakan suatu bahan yang jelas dari bahan-bahan yang dipelajari.

5. Mengembangkan pengertian tentang arti, penerapan praktis dari bahan yang

disajikan.

Page 5: Ptk

6. Mengulang semua langkah agar semua tujuan tercapai.

Langkah-langkah ini diperkuat dengan pendapat Deporter, B. Dkk, (2000)

mengatakan bahwa pekerjaan membantu siswa belajar yaitu menciptakan

lingkungan belajar, memotivasi siswa dan mengendalikan disiplin dan suasana

belajar. Termasuk kegiatan ini antara lain menyediakan sumber belajar,

merangsang kegiatan yang dilakukan siswa, mengatur pengalokasian waktu,

menyediakan tempat belajar, menyediakan peralatan mengajar dan mengatur

pengelolaan kelas.

Pengertian belajar juga diperjelas oleh Nana Sujana (1988) CBSA dalam

proses belajar mengajar: Suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri

seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku,

keterampilan dan kemampuan serta aspek lain yang ada dalam individu yang

belajar.

Sejalan dengan pendapat di atas Roetiyah mengatakan bahwa tugas peserta

didik atau siswa dalam belajara adalah mengembangkan potensinya semaksimal

mungkin sehingga tujuan tercapai dengan apa yang dicita-citakan dirinya.

Teori pembelajaran juga dikatan oleh gege (1970) membatasi kegiatan

sebagai kegiatan menyusun dan menyajikan pembelajaran yang layak yang ersifat

eksternal. Kegiatan ini meliputi,

1. Mengadakan komunikasi verbal untuk memberitahukan murid-murid tentang

apa yang dicapai.

2. Mengingatkan tentang apa yang diketahui murid-murid.

3. Mengarahakan perhatian dan tindakan murid-murid supaya dapat berfikir

dengan cara-cara tertentu.

Terdapat beberapa aspek penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu

menciptakan kondisi belajar atau lingkungan belajar yang memungkinkan siswa

lancar dan efektif.

Page 6: Ptk

B. Hasil Belajar

Setiap macam kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan yang

khas, yaitu hasil belajar. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dimiliki siswa

sebagai akibat dari proses belajar yang ditumpahkan di sekolah, keluarga maupun

masyarakat.

Robert. M. Gagne dalam bukunya yang terkenal The Conditions Of

Learning mengelompokan tentang hasil belajar menjadi lima kategori hasil

belajar, yaitu

1. Keterampilan motorik

2. Sikap

3. Kemahiran intelektual

4. Informasi verbal

5. Pengeturan kegiatan intelektual

Kelima kategori tersebut di atas merupakan suatu proses belajar tersendiri,

artinya setiap kategori berdiri sendiri dan berbeda sifatnya. Meskipun kerap

terdapat hasil belajar dari sutu kelompok yang lain, misalnya dari kelompok

belajar motorik terdapat hasil belajar dari kelompok belajar intelektual.

Di dalam proses belajar siswa harus mampu bergaul dengan lingkungan

sekitarnya, mengatur aktivitas inteltual, mampu mengungkapkan dan mempelajari

pengetahuan melalui bahasa, membuat gerakan dan secara sadar dapat diterima

atau menolak satu hal berdasarkan penilaiannya terhadap hal tersebut.

Mengingat tujuan akhir yang dicapai dalam belajar adalah merubah

tingkah laku seseorang pada langkah yang lebih maju sesuai dengan

kemampuannya, maka diperlukan suatu strategi belajar yang mempunyai

kerangka berfikir objektif/ tujuan khusus untuk mendapatkan hasil belajar yang

terprogram.

Hasil belajar menurut Benyamin S. Bloom yang disebut taksonomi

pendidikan, dibagi menjadi tiga klasifikasi atau domain, yaitu:

1. domain kognitif

2. domain afektif

3. domain psikomotor

Page 7: Ptk

Domain kognitif meliputi aspek berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah.

Domain afektif mencakup tujuan yang berkaitan dengan sikap, minat, dan

apresiasi. Sedangkan domain psikomotor meliputi aspek keterampilan motorik.

Untuk dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, maka

ketiga domain tersebut di atas harus berjalan bersama-sama. Siswa hendanya

diusahakan setinggi mungkin dalam menyerap informasi-informasi baru dalam

melibatkan langsung ke dalam struktur kognitif, sehingga dapat tercapai tingkat

berfikir dan pembentukan sikapnya.

C. Kejujuran

Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang.

Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna

dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada

juga hanya tahu maknanya secara samar-samar.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk

menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan

dengan suatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh  gambaran

tentang  sesuatu  atau fenomena tersebut. Bila seseorang  itu  menceritakan

informasi tentang  gambaran  tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan”

(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut

dengan jujur.

Sesuatu atau fenomena yang dihadapi  tentu  saja apa yang ada pada diri

sendiri atau di luar diri sendri. Misalnya keadaan atau kondisi tubuh, pekerjaan

yang telah atau sedang  serta  yang akan dilakukan. Sesuatu yang teramati juga

dapat   mengenai benda, sifat dari benda tersebut atau bentuk  maupun model.

Fenomena yang teramati boleh saja yang berupa suatu peristiwa, tata hubungan

sesuatu dengan lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan apa saja yang ada dan

apa saja yang terjadi.

Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau inf

ormasi sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatak

an dia akan hadir dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan. Kalau memang

Page 8: Ptk

dia hadir pada waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang

itu bersikap jujur. Dengan kata lain jujur juga berkaitan

dengan janji. Disini jujur berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan

(informasi) yang disampaikan dengan realisasi (fenomena).

Mungkin kita pernah melihat atau memperhatikan  Tukang  bekerja. Dia

bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman kerja (tertulis atau

tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni  3 : 5. Tapi dalam pelaksanaan

kerja Tukang tersebut tidak mengikuti angka perbandingan itu, dia  membuat

perbandingan yang lain yakni 3 : 6,  Peristiwa ini jelas memperlihatkan si  Tukang

tidak mengikuti ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian

berarti si Tukang tidak bersikap  jujur. Dalam kasus ini sang Tukang tidak

berusaha menyesuaikan  informasi yang ada dengan fenomena (tindakan yang 

dilaksanakan ).

Kejujuran juga bersangkutan dengan  pengakuan. Dalam hal ini kita

ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau menyampaikan informasi,

bahwa. orang pertama sekali yang sampai ke Benua Amerika adalah  Cristofer

Colombus. Padahal menurut sejarah yang berkembang, sebelum Colombus

mendarat di Benua Amerika telah sampai kesana armada Laksmana Cheng

ho. Artinya apa,  tidak ada pengakuan. Dalam hal ini kita juga melihat persoalan

kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.

Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam rumusan, bahwa   apa yang

disebut dengan jujur adalah sebuahsikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau

mencocokan  antara  Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap

seperti  inilah yang dinamakan  shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

D. Metode Kultum

Kuliah Tujuh Menit atau lebih dikenal dengan istilah Kultum merupakan

sebuah cara untuk menanamkan karakter pada diri siswa. Pada umumnya kultum

dipakai atau diterapkan dalam ceramah religi dan acara keagamaan lainnya.

Tujuan utama dari kultum ini adalah mengajak seseorang untuk melakukan suatu

kebaikan dan memantapkannya.

Page 9: Ptk

Mengingat tujuan pendidikan nasional indonesia yang mentitik beratkan

pada karakter individu maka guru haruslah memfokuskan pembelajaran pada

akhlak peserta didik agar dapat menjadi manusia yang berbudi luhur. Model

pembelajaran yang cocok dengan penanaman karakter ini adalah dengan

menyertakan ceramah di setiap pembelajaran. Saya menyebut ini dengan metode

kultum.

Metode kultum ini untuk memaksimalkan penanaman karakter dalam diri

siswa dalam setiap proses belajar mengajar. Proses kultum ini dilakukan dalam

aprasepsi atau dalam pesan moral agar tidak mengganggu materi pelajaran yang

lain. Penggunaan metode kultum ini akan lebih efektif jika dilakukan dengan

sesering mungkin sehingga siswa menjadi terbiasa.

Fokus kultum kali ini adalah membahas tentang kejujuran. Guru memberi

kultum dengan tema kejujuran denagn berkala. Hal ini diharapkan siswa dapat

sadar akan pentingnjya kejujuran dalam diri mereka. Dengan pembiasaan pola

hidup jujur maka siswa akan terdorong untuk jujur dalam segala kegiatan mereka.

Page 10: Ptk

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Aspek yang diamati adalah perkembangan kejujuran siswa melalu metode kultum

yang dilakukan di Kelas V SDN Genengan 2.

Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Genengan 2. Sedangkan Obyek

penelitiannjya adalah peningkatan kejujuran pada diri siswa Kelas V SDN Genengan 2.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di SDN Gengan 2, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten

Magetan. Dengan populasi siswa kelas V yang berjumlah 21 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan

bahan-bahan yang obyektif (sesuai dengan data di lapangan) yang dapat

dipertanggungjawabkan validitas (tepat dan akurat) dan kebenarannya. Oleh

karena itu peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan data sesuai dengan

yang dibutuhkan, yaitu :

1. Metode Observasi atau Pengamatan

Metode observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengamati, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang hasil pengamatan

tersebut dicatat secara sistematis (Sutrisno Hadi, 1994: 236). Metode ini peneliti

gunakan untuk mengumpulkan data guna mengetahui gambaran umum mengenai

penerapan metode kultum pembelajaran hakiki dalam meningkatkan kejujuran

siswa Kelas V SD

2. Wawancara (Interview)

Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan

tanya jawab sepihak yang diajukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan

penelitian (Hadi, 1987:136). Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui

sejauhmana penerapan pendekatan tematik berbasis pembelajaran hakiki dalam

meningkatkan proses belajar siswa Kelas V SD Negeri Genengan 2 Kecamatan

Page 11: Ptk

Kawedanan. Tehnik wawancara dilakukan dengan mencatat hasil wawancara dan

melakukan kegiatan perekaman hasil wawancara dengan tape recorder.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1998: 236).

Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data-data administratif

dan data statistik, seperti daftar (list) nama-nama siswa dan daftar nilai siswa

Kelas V SD Negeri Genengan 2 Kecamatan Kawedanan. Dengan metode ini

peneliti mengambil data-data dari tata usaha, pusat statistik maupun dari buku dan

makalah, serta media massa, seperti majalah, koran jurnal maupun buletin.

D. Teknik Analisis Data

Teknis analisis ini dilakukan selama pengumpulan data yang diikuti secara

langsung dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi,

dan menyajikan. Analisis data M & H terdiri dari tiga alur analisis yang saling

berinteraksi, yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis

dilakukan dengan cara: data direduksi, dirangkum, dicari tema dan polanya,

memberi kode pada aspek-aspek tertentu, kemudian difokuskan pada hal-hal yang

penting, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih tajam. Seperti yang

tampak dalam gambar di bawah ini:

Ilustrasi singkat dari prosedur ini ialah pertama, peneliti mengadakan

pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan pedoman yang sudah

dipersiapkan sebelumnya. Pada saat itulah dilakukan pencatatan dan perekaman

atas jawaban responden. Informasi tersebut dicek ricek baik dengan sumber yang

Page 12: Ptk

berbeda, maupun dengan teknik yang berbeda (trianggulasi), juga dengan umpan

balik, bahkan kadang sampai tiga atau empat kali pengulangan. Dari informasi

yang diterima tersebut seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, baik

pada saat wawancara sedang berlangsung maupun sudah berakhir, atau disebut

proses wawancara mendata. Setelah data dilacak, diperdalam, dan diuji

kebenarannya, selanjutnya dicari maknanya berdasarkan kajian teoritik yang

digunakan, dengan cara pemilihan, pemilahan, dan penganalisisan data. Langkah

selanjutnya data ditransformasikan dan disusun secara tematik dalam bentuk teks

naratif sesuai dengan karakteristik masing-masing. Terakhir dicari makna yang

paling esensial dari masing-masing tema, berupa fokus penelitian yang dituangkan

dalam kesimpulan.

Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga komponen

penting dalam program pengajaran. Ketiga komponen tersebut saling berkitan satu

sama lain. Kurikulum menjadi landasan program pembelajaran. Proses

pembelajaran menentukan keberhasilan tujuan yang dirumuskan dalam

kurikulum. Sedangkan penilaian dapat digunakan untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan penyempurnaan kurikulum.

Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu

dilakukan penilaian kelas yang menggambarkan kemampuan dan prestasi belajar

siswa. Penilaian kelas dapat dilaksanakan melalui teknik tes (lisan, tertulis, dan

perbuatan) dan non tes berupa pemberian tugas, praktik, dan kumpulan hasil kerja

siswa.

Penilaian adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi

secara objektif, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar

yang dicapai siswa. Hasil dari penilaian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

menentukan perlakukan selanjutnya. Menurut Umar (2002:1), penilaian atau

evaluasi adalah suatu proses secara sistematis untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dan efisiensi suatu program.

Page 13: Ptk

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. Dr. Prof. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN – Pendekatan Kualitatif

Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung

Bazalgette, Cary. Teaching Media In Primary School. Inggris: SAGE Publication

Uray Husna Asmara. 2003. Penulis Karya Ilmiah. Pontianak: Fahrun Bahagia

Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia