PTK Pak Abbas

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatan nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik, mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya melakukan perubahan kurikulum, perubahan teknik pengajaran dan penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan lembaga lain (Kadir dan Ma’sum, 1982, 1991-1992). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain, (1) meningkatkan kualitas guru SLTP/MTs dari lulusan D1 dan D2 menjadi lulusan S1 penyetaraan, (2) menerbitkan suplemen kurikulum SLTP/MTs 1994 yang berisi tentang materi pelajaran mana yang masih tetap diajarkan pada kelas-kelas tertentu dan materi mana yang tidak perlu lagi diajarkan serta materi yang wajib diajarkan (Depdikbud, 1999:5), (3) mendirikan sekolah-sekolah baru, dan (4) meningkatkan perbaikan proses belajar mengajar dan hasil belajar melalui pelatihan-pelatihan guru SD, SLTP, dan SMU. Sejaran Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Perguruan Tinggi (PT), khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Pada umumnya Sejarah Kebudayaan Islam dirasakan lebih sulit untuk dipahami daripada ilmu- ilmu lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah mempelajari sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dialami oleh peserta didik, dan tidak adanya kesesuaian antara kemampuan peserta didik dengan cara penyajian materi sehingga SKI dirasakan sebagai pelajaran yang sulit untuk diterima. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah Tsanawiyah Negeri Pamoyanan menyebutkan salah satu Standar kompetensi Sejarah Kebudayaan Islam adalah “memahami kemajuan Dinasti Umayah dibidang Ilmu Agama Islam dan kompetensi dasarnya adalah “menganalisis kemajuan-kemajuan Dinasti Umayah

description

ptk

Transcript of PTK Pak Abbas

Page 1: PTK Pak Abbas

BAB IPENDAHULUAN A. Latar BelakangKesadaran  masyarakat akan pentingnya pendidikan  semakin  kelihatan nyata.Dengan  kesadaran  ini,  pemerintah  dan  masyarakat,  terutama  pendidik,mencurahkan  sebagian  besar  tenaga,  dana  dan  pikirannya  untuk  meningkatkanmutu  pendidikan.  Misalnya  melakukan  perubahan  kurikulum,  perubahan  teknikpengajaran dan penyelenggaraan kerja  sama antara lembaga  pendidikan denganlembaga  lain  (Kadir  dan  Ma’sum,  1982,  1991-1992).  Untuk  meningkatkan  mutupendidikan,  pemerintah  telah  melakukan  berbagai  upaya  antara  lain,  (1)meningkatkan kualitas guru SLTP/MTs dari lulusan D1 dan D2 menjadi lulusan S1penyetaraan,  (2)  menerbitkan  suplemen  kurikulum  SLTP/MTs  1994  yang  berisitentang  materi  pelajaran  mana  yang  masih  tetap  diajarkan  pada  kelas-kelastertentu  dan materi mana  yang  tidak  perlu lagi  diajarkan serta  materi  yang wajibdiajarkan  (Depdikbud,  1999:5),  (3)  mendirikan  sekolah-sekolah  baru,  dan  (4)meningkatkan  perbaikan  proses  belajar  mengajar  dan  hasil  belajar  melaluipelatihan-pelatihan guru SD, SLTP, dan SMU.Sejaran  Kebudayaan  Islam  (SKI) merupakan  salah  satu  pelajaran  yangdiberikan  sejak  dari  tingkat Madrasah  Ibtidaiyah  (MI)  sampai  Perguruan  Tinggi(PT), khususnya Perguruan  Tinggi  Agama Islam  (PTAI). Pada  umumnya SejarahKebudayaan  Islam dirasakan  lebih  sulit  untuk  dipahami  daripada  ilmu-ilmulainnya.  Salah  satu  penyebabnya  adalah karena  sejarah  mempelajari  sesuatuyang  sudah  terjadi  dan  tidak  dialami  oleh  peserta  didik,  dan    tidak  adanyakesesuaian  antara  kemampuan peserta  didik dengan  cara  penyajian  materisehingga SKI dirasakan  sebagai  pelajaran  yang  sulit  untuk  diterima.  KurikulumTingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  Madrasah  Tsanawiyah  Negeri  Pamoyananmenyebutkan   salah satu Standar  kompetensi Sejarah Kebudayaan  Islam adalah“memahami  kemajuan  Dinasti  Umayah  dibidang  Ilmu  Agama  Islam  dankompetensi  dasarnya  adalah  “menganalisis  kemajuan-kemajuan  Dinasti  Umayahdi Bidang Ilmu Agana Islam merupakan salah satu materi pokok yang diberikan diMTs.  Kelas  VIII  semester  1. Seorang  guru  harus  dapat  menentukan  strategipengajaran  yang  sesuai  dengan  kemampuan peserta  didiknya  sehingga  m udahdipahami,  mengingat bahwa  pelajaran  sejaran  adalah pelajaran yang  mendalamidan  mepelajari  sesuatu  yang  sudah  terjadi  di  masa  lampau  dan  yang  pasti  tidak

Page 2: PTK Pak Abbas

dialami  oleh  peserta  didik.  Secara  khusus  ada  sebagian  masyarakat  yang  tidakpeduli  dengan  peristiwa  sejarah  terutama  sejarah  Kebudayaan  Islam,  karenamemandang  bahwa  hal  tersebut  hanyalah  peristiwa  yang  tidak  mungkin  akanterjadi  kembali,  selain  itu  pula  bahwa  sejarah  tidak  implementatif  dalam  duniakerja dan tidak implementatif pula dalam disiplin ilmu lain.Mengajarkan SKI merupakan suatu kegiatan pengajaran sedemikian sehinggapeserta  didik belajar  untuk  mendapatkan  kemampuan  dan pengetahuan tentangSejarah  Kebudayaan  Islam .  Kem ampuan  dan pengetahuan tersebut  ditandaidengan  adanya  interaksi  yang  positif  antara  guru  dengan peserta  didik, peserta  didik dengan peserta  didik,  yang  sesuai  dengan  tujuan  pengajaran  yang  telahditetapkan  (Hudya,  1988:122).  Namun  dalam  melaksanakan  kegiatanpembelajaran  khususnya yang  berhubungan dengan Sejarah  Kebudayaan  Islam,ternyata masih banyak mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami pesertadidik maupun  guru.  Salah  satu  hambatan  yang  terjadi  adalah  kesulitan  dalammemahami dan  menghafal  hal-ha  yang  berkaitan  dengan Sejarah  KebudayaanIslam, khususnya kemajuan Dinasti Umayyah.Seperti  yang  terjadi  di MI Al - Jihad Ciater,  didapatkan  latar  belakangpeserta didik sangat bervariasi dalam  motivasi belajarnya. Mereka rata-rata dalambelajar  tanpa  dibekali  keinginan  untuk  memahami dan  mengetahui  m ateri-materiyang  diajarkan  oleh  guru.  Mereka  kurang  dalam memilah-milah  materi  sejarahantara  dinasti yang  satu dengan  dinasti yang  lain,  sehingga  tidak  sedikit  pesertadidik yang keliru dalam m enyebutkan dan menjawab soal yang diberikan guru.Berdasarkan  pengalaman  peneliti,  dari  beberapa  materi/pokok  bahasanyang disajikan di kelas MI Al - Jihad Ciateradalah pokok bahasan Dinasti Umayyah, bentuk-bentuk  kesalahan dalam  menjawab pertanyaan  terutama  dalam  hal nama  tokoh,hasil Karya, dan tahun peristiwa sejarah, seperti :1. Ibu Kota Dinasti Um ayyah adalaha. Damaskus b Jeddah. c. Bagdad d. MesirJawaban yang diberikan peserta didik adalah kebanyakan mereka m erasa tidakmengetahui  nama  ibu  kota  Dinasti  Umayyah,  karena  pada  saat  ini  daerahkekuasaan  Dinasti  Umayyah  sudah  tidak  ada,  sehingga  mereka  harusmenghafal nama ibu kota tersebut.2. Nama Ulama dari tabi’in dibidang fiqih adalaha. Said bin Musayyad  b. Mujahid bin Zubaec. Ubay bin Kaab  d.  Hammad bin Abi SulaemanSiswa  kebingungan  mengenai  periodisasi  tokoh  dan  disiplin  illmu  yangdidalaminya,  sebab  dalam  sejarah  Kebudayaan  Islam  terjadi  periodisasi  dan

Page 3: PTK Pak Abbas

kajian  illmu-ilmu  islamyang  bengi  banyak,  sehingga  mereka  (peserta  didik)harus  meghafal  seluruh  tokoh-tokoh  yang  mungkin  ada    beserta  disiplin  ilmuyang dikajinya.  Selain itu  pula  satu tokoh tidak  hanya mendalam i  satu  disiplinilmu.3. Shabat yang menjadi guru di bidang tafsir adalah :a.. Hasa al Basri b. Mujaihid bin Zubaer c. Ubay bin Kaab d.Hammad bin SulaemanJawaban  yang  diberikan  siswa  rata-rata  merasa  kebingungan  dengan  soalnomor  2,  sebab  soal  kedua  nom or  tersebut  sangat  mirip  nama  tokoh  yangditanyakan.Dari  contoh  di  atas  banyak peserta didik sulit  untuk menjawab soaltenpenerapan ang menyebutkan nama tokoh dan disiplin ilmu yang diberikan sertanama  ibu  kotanya,  peserta  didik  kebingungan  untuk  memilih  salah satu  jawabanyang  benar,  karena  peserta  didik  tidak  hafal  dengan  jelas  mengenai  nama  danpersitiwa yang terjadi,  sehingga mereka menjawab dengan salah, karena pesertadidik tidak menganalisis persiatiwa sejarah berdasarkan periodisasi sejarah Islam,akana  tetapi  lebih  menekankan  kepada  semata,  tanpa  peduli  periodisasi  danklasifikai kaeilmuan yang dikajinya.Setiap pokok  bahasan  yang  disajikan dalam Sejarah  Kebudayaan  Islam ituselalu berkesinambungan, maka peneliti ingin memperbaiki pembelajaran denganmengadakan  penelitian  yang  berjudul:  “Mengajarkan Sejarah  Kebudayaan  Islamdengan  Pendekatan Kontruksitivisme pada  Pokok  Bahasan Kemajuan  DInastiUmayyah di Kelas 6 MI Al - Jihad Ciater.” B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah  dikemukakan di atas, maka masalah yangakan diteliti adalah sebagai berikut:1. Bagaimana  mengajarkan  Kemajuan  Dinasti  Umayyah  denganpendekatan Kntruktivisme di  kelas VI  MI Al - Jihad Ciater?2. Bagaimana  prestasi  belajar peserta  didik pada  pokok  bahasanKemajuan Dinasti Umayyah dengan pendekatan kontrtuktivisme ? C. Tujuan PenelitianMengacu pada rumusan masalah, m aka tujuan penelitian ini agar dapat:1. Menerapkan  metode/pendekatan  kontruktivisme  dalam  pem belajaranSejarah  Kebudayaan  Islam  pada  pokok  bahasan  Kemajuan  DinastiUmayyah secara berkelompok di kelas VIII MTs. Negeri Pamoyanan2. Meningkatkan  prestasi  peserta  didik  dalam  belajar Kemajuan  DinastiUmayyah, khusus peserta didik kelas VIII MTs. Negeri Pamoyanan D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:1. Bahan informasi bagi guru Sejarah  Kebudayaan Islam guna  peningkatanprestasi  peserta  didik  setelah  guru  m engetahui  letak  kesalahan dankekeliruan  yang dialami  peserta  didik,  khususnya  pada  pokok  bahasanKemajuan Dinasti Umayyah.2. Sebagai  bahan  pertimbangan  untuk  memilih  metode  pengajaran  yang

Page 4: PTK Pak Abbas

sesuai dalam menyelesaikan soal Sejarah Kebudayaan Islam  khususnyapada pokok bahasan Kemajuan Dinasti Umayyah.3. Bahan  pertimbangan  penelitian  lebih  lanjut  guna  peningkatan  prestasibelajar peserta didik. E. Asumsi PenelitianAsumsi dalam penelitian ini adalah:1. Hasil tes sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik.2. Kesalahan-kesalahan  peserta  didik  dalam  menjawab  setiap  soalm erupakan  indikator  kesulitan  dalam memahami periodisasi  danklasifikasi  keilmuan yang  menjadi  kajian  tokoh  keislaman  pada  masaDinasti Umayyah3. Peserta didik mendapatkan fasilitas yang sama dari sekolah. BAB IIKERANGKA TEORI A. Hakekat Sejarah Kebudayaan IslamSampai saat  ini  belum  ada  kesepakatan yang  bulat  untuk  mendefinisikan  apaitu Sejarah  Kebudayaan  Islam.  Walaupun  belum  ada  definisi  tunggal  menganaiSejarah Kebudayaan  Islam , bukan berarti Sejarah  Kebudayaan Islam tidak dapatdikenali.  Seperti  apa  yang  telah  diutarakan  oleh Badri  Yatim (1985:5)  sebagaipengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam mempunyai beberapa karakteristik, yaitubahwa obyek Sejarah  Kebudayaan  Islam mengenai peristiwa-perittiwa  keislamandi massa lalu. Sementara menurut Koentjaraningrat, (1985 : 5) kebudayaan palingtidak  m empunyai  tiga  wujud,  (1)  wujud  ideal,  yaitu  wujud  kebudayaan  sebagaisuatu komplek ide-ide,  gagasan-gagasan, nilai-nilai,  norma-norma, perauran, dansebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu  wujud kebudayaan sebagai suatu komplekaktifitas kelakuan  berpola dari  manusia  dalam  masyarakat,  dan (3) wujud benda,yaitu  wujud  kebudayaan  seagai  benda-benda  hasil  karya. Dengan  mengetahuiobyek  penelaahan Sejarah  Kebudayaan  Islam,  kita  dapat  mengetahui  hakekatSejarah  Kebudayaan  Islam yang  sekaligus  dapat  diketahui  juga kemajuan  dankemunduran  serta  kejatuhan  dalam Sejarah  Kebudayaan  Islam. SejarahKebudayaan  Islam itu  timbul  karena  pikiran-pikiran dan  perbuatan-perbuatan(daya  cipta  dan  karsa  =  budaya  ) manusia  yang  berhubungan  dengan kejadianyang  dialaminya.  Sejarah  Kebudayaan  Islam mempunyai  kawasan  kajian  yangsangat luas diantaranya :  tem pat peristiwa, nama  tokoh peristiwa, jenis peristiwa,tahun peristiwa,. sebab-sebab terjadi (latar belakang) dan sebab kemunduran dankejatuhannya  dan lain-lain.Mengenai  obyek Sejarah  Kebudayaan  Islam, Jaih  Mubarok  (2004  :  12)

Page 5: PTK Pak Abbas

kebudayaan memiliki empat unsur (rukun) : (1) kayakinan (belief), (2) nilai (value),(3)  norma  (norm), (4)  symbol  ( symbol).  Sementara  menurut  Koentjaraningrat,(1985  :  5)  kebudayaan  paling  tidak  mempunyai tiga wujud,  (1)  wujud  ideal, yaituwujud  kebudayaan  sebagai  suatu  komplek  ide-ide,  gagasan-gagasan,  nilai-nilai,norma-norma,  perauran,  dan  sebagainya,  (2)  wujud  kelakuan,  yaitu  wujudkebudayaan sebagai suatu komplek aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalammasyarakat, dan  (3)  wujud  benda,  yaitu  wujud  kebudayaan  seagai  benda-bendahasil karya.Dari  segi  kepercayaan,  Harusn  Nasution  menjelaskan,  bahwa  agama  padahakekatnya memiliki dua kelompok ajaran, yaitu kelompok pertama adalah ajaranyang diwahyukan Allah  swt. dan kelompok kedua adalah penafsiranya. Kelompokpertama  bersifat absolute,  mutlak  tidak  berubah  dan  tidak  bisa  diubah,sementaqra kelompok  kedua  bersifat  nisbi, berubah, ddan  dapat berubah  sesuaidengan  perkem bangan  zaman, yang  selanjutnya  disebut  dengan  peradaban ataukebudayaan.Dengan  mengetahui  objek sejarah Kebudayaan Islam  tersebut,  maka  dalammempelejari Sejarah Kebudayaan Islam dengan meperhatikan  berbagai  peristiwadan  hasil budaya  masyarakat dimasa  kejayaan  umat  Islam  di  masa  lalu,  melalui  periodisasi  dan  kalsifikasi  hasil  budaya  tersebut  berupa  karya  seni,  karya  idea(ilm u), dan lain-lain. B. Belajar Sejarah Kebudayaan IslamBelajar  merupakan  kegiatan  setiap  orang.  Seseorang  dikatakan  belajar,  biladapat  diasumsikan  dalam  diri  orang  itu  terjadi  suatu  proses  kegiatan  yangmengakibatkan  perubahan  tingkah  laku.  Kegiatan  atau  usaha  untuk  mencapaiperubahan  tingkah  laku  sendiri  merupakan  hasil  belajar.  Karena  itu  seseorangdikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proseskegiatan  yang  mengakibatkan  suatu  perubahan  tingkah laku.  Perubahan  tingkahlaku  itu  mem ang  tidak  dapat  diamati  dan berlaku  dalam  waktu  relatif  lama.Kegiatan  dan usaha  untuk  mencapai  perubahan  tingkah  laku  merupakan  prosesbelajar sedang perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar.Ausebel  mengemukakan  bahwa  belajar  dikatakan  bermakna  bila  inform asiyang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya,

Page 6: PTK Pak Abbas

sehingga peserta  didik dapat  mengaitkan  informasi  baru  dengan  struktur  kognitifyang  dimiliki  (Hudoyo,  1990:138).  Dalam  teori  belajar Robert  M.  Gagne yangdiungkapkan    (1980:138)  dikatakan  bahwa  dalam  belajar  ada  dua  obyek  yangdapat diperoleh peserta didik , obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek taklangsung antara lain: kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, m andiri(belajar,  bekerja  dan  lain-lain),  bersikap positif dan  mengerti  bagaimanaseharusnya belajar.Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari padaapa  yang  telah  diketahui  orang.  Karena Sejarah  Kebudayaan  Islam merupakansejarah hasil ide-ide yang abstrak (idea) yang tidak lepas dari perilaku kehidupanmanusia masa lalu,  khhususnya umta  Islam  mulai masa Rasululullah  saw. Makadalam meplejari Sejarah Kebudayaan Islam tidak lepas dari pola kehidupan yangdilakukan  masyarakat  Islam  pada  masa  tersebut,  seperti  pada  masa  DinastiUmayyah,  maka  dalam  mempelajari  sejarah  pada  masa  Dinasti  Umayyah  harusmengetahui  pola  kehidupan  masanya,  lehih  khusus  lagai  bila  ingin  mengetahuikemjaun  yang  dicapai  oleh  Dinasti  Umayyah,  maka  harus  mengetahui  polakehidupan  pada  masanya,  yakni  masa  penggalian  ilmu-ilm u  keislaman  secaramendalam  oleh  setiap  orang  melalui  penerjemahan  berbagai  khazanah  ilmupemngetahuan yang ada dan berkembang pada masa itu.Dalam   proses  belajar Sejarah  Kebudayaan  Islam terjadi  proses  berfikir.Seseorang  dikatakan  berfikir  bila  melakukan  kegiatan  mental  dan  orang  yangbelajar Sejarah  Kebudayaan  Islam selalu  melakukan  kegiatan  mental.  Sehinggadalam  berfikir,  seseorang  dapat  menyusun  hubungan-hubungan  antar  bagian-bagian informasi sebagai pengertian, kemudian dapat disusun kesimpulan. Dalamproses itu juga melibatkan bagaimana bentuk kegiatan m engajarnya.Mengajar  adalah  suatu  kegiatan  dimana guru menyampaikan  pengetahuanatau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar adalah agarpengetahuan  yang  disampaikan  itu  dapat  dipahami  peserta  didik,  sehinggamengajar bisa dikatakan baik, apabila hasil belajar peserta didik juga baik. Apabila  terjadi  proses  belajar  mengajar  itu  baik,  maka  dapat  diharapkan  bahwa  hasilbelajar  peserta  didik  akan  baik  pula.  Dengan  demikian peserta  didik sebagai

Page 7: PTK Pak Abbas

subyek  akan  dapat  memahami Sejarah  Kebudayaan  Islam,  selanjutnya  mampumengaplikasikan pada situasi  yang baru, seperti menerapkan  pada masa  dima aperserta didik itu hidup.C. Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi Terjadinya  Proses  Mengajar  dan  BelajarSejarah Kebudayaan IslamMenurut  Herman Hudoyo (1988:6)  kegiatan  belajar yang  kita kehendaki  akanbisa tercapai bila faktor -faktor berikut ini dapat dikelola sebaik -baiknya:1. Peserta didikKegagalan  atau  keberhasilan  belajar  sangat  tergantung  kepada  pesertadidik. Misalnya saja, bagaim ana kemampuan  dan kesiapannya  untuk  belajarSejarah  Kebudayaan  Islam ,  bagaimana  kondisi peserta  didik,  dan  kondisifisiologisnya.  Orang  yang  dalam  keadaan  sehat  jasmani  akan  lebih  baikbelajar  daripada  orang  yang  dalam  keadaan  lelah,  seperti  perhatian,pengamatan, ingatan juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.2. PengajarKemampuan  pengajar  dalam  menyampaikan  materi  dan  sekaligusmenguasai  materi  yang  diajarkan  sangat  mempengaruhi  terjadinya  prosesbelajar. Seorang pengajar yang tidak menguasai materi Sejarah KebudayaanIslam dengan baik dan kurang menguasai cara  menyampaikan dengan tepatdapat  mengakibatkan  rendahnya  mutu  pengajaran  dan  yang  kedua  dapatmenimbulkan  kesulitan peserta  didik dalam memahami Sejarah  KebudayaanIslam. Akibatnya proses belajar Sejarah Kebudayaan Islam tidak berlangsungefektif.3. Sarana dan prasaranaSarana  yang  lengkap  seperti  adanya  buku  teks  dan  alat  bantu  belajarmerupakan fasilitas  yang  penting.  Demikian  pula  prasarana  yang  cocokseperti ruangan dan tempat duduk yang bersih dan sejuk bisa memperlancarterjadinya  proses  belajar.  Tidak  menutup  kemungkinan  penyediaan  sum berlain,  seperti  majalah  tentang  pengajaran Sejarah  Kebudayaan  Islam,laboratorium Sejarah  Kebudayaan  Islam dan  lain-lain  akan  dapatmeningkatkan kualitas belajar.4. PenilaianPenilaian  dipergunakan  untuk  melihat  bagaimana  berlangsungnyainteraksi  antara  pengajar  dan  peserta  didik.  Disamping  itu  penilaian jugaberfungsi  untuk  meningkatkan  kegiatan  belajar  sehingga  dapat  diharapkandapat  memperbaiki  hasil  belajar  apabila  kurang  berhasil.  Penilaian  jugamengacu  pada  proses  belajar,  yang  dinilai  adalah  bagaim ana  langkah-langkah  berfikir peserta  didik dalam menganalisis masalah SejarahKebudayaan  Islam.  Dengan  demikian,  apabila  langkah-langkah analisismasalah benar, telah menunjukkan proses belajar peserta didik baik.D. Kesulitan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam  Pada  kenyataanya,  dalam  proses  belajar  m engajar  masih  dijumpai  bahwapeserta  didik mengalami  kesulitan  belajar.  Kenyataan  inilah  yang  harus  segera

Page 8: PTK Pak Abbas

ditangani  dan  dipecahkan.  Seperti  yang  telah  diuraikan  pada  Bab  I,  bahwakesulitan  belajar  merupakan  suatu  kondisi  dalam  proses  belajar  mengajar  yangditandai  dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai  hasil  belajar yangdiharapkan.Menurut  Soejono  (1984:4)  kesulitan  belajar peserta  didik dapat  disebabkanoleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti: fisiologi,faktor  sosial,  faktor  pedagogik.  Selain  itu,  terdapat  pula  kesulitan  khusus  dalambelajar Sejarah Kebudayaan Islam seperti:1. Kesulitan dalam menggunakan istilahDalam  hal  ini  dipandang  bahwa  peserta  didik  telah  memperoleh  pengajaransautu pengertian  (istilah),  tetapi  belum  m enguasainya  mungkin  karena  lupasebagian  atau seluruhnya. Mungkin  pula istilah yang dikuasai kurang cermat.Hal ini disebabkan antara lain:a. Peserta didik lupa nama singkatan suatu obyekMisalnya peserta didik lupa terminology kebudayaan dan peradabanb. Peserta didik kurang mampu menyatakan arti istilah dalam sejarah.Misalkan  peserta  didik  yang  mam pu  menyatakan kebudayaan  danperadaban dalam kehidupan masa kini.2. Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsipJika  kesulitan  peserta  didik  dalam  menggunakan  prinsip  kita  analisa,tampaklah bahwa pada umumnya sebab kesulitan tersebut antara lain:a. Peserta  didik  tidak  mempunyai  konsep  yang  dapat  digunakan  untukm engembangkan prinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu.b. Miskin  dari  konsep dasar  secara  potensial  merupakan  sebab  kesulitanbelajar prinsip yang diajarkan dengan metode kontekstual (contoh nyata).c. Peserta  didik  kurang  jelas  dengan  prinsip kebudayaan yang  telahdiajarkan.3. Kesulitan memiliah-milah periodisaasi Sejarah Kebuddayaan Islam.Sejarah  Kebudayaan  Islam  oleh  para  ahli  telah  di  buat  periodisasi  sejarah,agar mem udahkan dalam mempelajarinya dan  m engklasifikasinya agar tidakbercampur  baur  dalam  menentukan  periode  mana  dan  klasifikasi  apa  yangharus  dipelajari,  akan  tetapi  peserta  didik  sering  dibingungkan  denganberbagai  terminology  yang  digunakan  dan  memilah-milahnya,  sehinggaberakibat  dalam  menjawab  pertanyaan  sering  terjadi kekeliruan  termasuk  keperiode mana dan klasfikasi apa. HaL ini disebabkan oleh :a. Peserta didik  tidak mampu  mengklasifikasi kebudayaan  yang  dihasilkanmasyarakat  Islam  dan  periodisasi  sejarah  Kebudayaan  Islam  itu sendiri.Untuk  mengecek  kebenaran  dugaan  ini,  guru  memerintahkan  untukmenyatakan  kem bali  apa  yang  telah  dikerjakan    dengan  menggunakanbahasanya  sendiri.  Guru  dapat  melihat  hasil  jawaban  peserta  didikapakah sudah benar jawbannua atau belum.  b. Peserta  didik  tidak  dapat  membayangkan  dan  menganalisis  sejarahdengan kehidupam masa saat peserta didik hidup.

Page 9: PTK Pak Abbas

Kesulitan belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:- menunjukkan prestasi yang rendah- hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan- keterlambatan dalam  melaksanakan tugas yang diberikanObyek  yang  dapat  kita  periksa  untuk  mengetahui  penyebab  kesukaranpeserta  didik  belajar  contohnya  seperti:  (a)  materi  yang  diajarkandianggap  terlalu  sulit,  (b)  pengajarannya  yang  kurang  baik  dan  dapatdisebabkan  oleh  kesalahan  pengajaran  dalam  menyajikan  metodeataupun  tidak  adanya  alat  peraga,  dan  (c)  dari  peserta  didik sendiridisebabkan karena kelemahan jasmani,  kurang  cerdas,  tidak  ada minat,tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak mendukung E. Belajar Tuntas (Mastery Learning)Belajar  tuntas  adalah  suatu  sistem  yang  mengharapkan  sebagian  besarpeserta  didik  dapat menguasai  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  yangtelah  ditetapkan secara  tuntas.  Mengenai  ketuntasan,  peserta  didik  yangmemperoleh  nilai ulangan harian kurang dari 7,5 perludiberikan remidi dengan  menitikberatkan  pada standar  kompetensi  dankompetensi dasar yang belum dikuasai (Ahmad, 1995:20).Ngadiono  (1980:1)  menjelaskan bahwa  maksud  utama  belajar tuntas adalahpencapaian penguasaan seluruh standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar.Pada  belajar  tuntas,  peserta  didik  diharapkan  mencapai  tingkat  penguasaantertentu  terhadap  tujuan pembelaajaran  sesuai  dengan  indicator-indikator  yangtelah  ditentukan  dalam  rencana  pelaksaaan  pembelajaran  (RPP)  sebelummelajutkan kepada standar komptensi dan kompetensi dasar berikutnya.F. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)1. PengertianKontekstual berasal dari kata dasar konteks yang berarti berbagai bidangkehidupan  atau hal-hal  yang  diperlukan  agar  orang  dapat  melaksanakansesuatu.  Definisi  pendekatan  kontekstual  (Contextual  Teaching  andLearning/CTL)  adalah  konsep  belajar  yang  mem bantu  guru  mengkaitkanantara  m ateri  yang  diajarkan  dengan  situasi  dunia  nyata  peserta  didik  danm endorong  peserta  didik  mem buat  hubungan  antara  pengetahuan  yangdimiliki  dengan  penerapannya  dalam  kehidupan  mereka  sebagai  anggotakeluarga dan masyarakat.Dengan  konsep  ini,  hasil  materi  yang  diajarkan  dengan  situasi  dunianyata dan mendorong peserta didik  membuat  hubungan  antara  pengetahuanyang  dim ilikinya dengan  penerapannya  dalam  kehidupan  mereka  sehari-hari,dengan  melibatkan  tujuh  komponen  utama  pembelajaran  efektif,  yakni:kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning) , menemukan (Inquiry),m asyarakat  belajar  (Learning  Community ),  pemodelan  ( Modeling),  danpenilaian  sebenarnya  ( Authentic  Assesment).  Pendekatan  kontekstual(Contextual  Teaching  and  Learning/CTL)  adalah  konsep  belajar  yangm embantu  guru  mengkaitkan  pembelajaran  diharapkan  lebih  bermakna  bagipeserta  didik.  Proses  pembelajaran  berlangsung  alamiah,  bukan  tranferpengetahuan  dari  guru  ke  peserta  didik.  Strategi  pembelajaran  lebihdipentingkan daripada hasil.

Page 10: PTK Pak Abbas

Dalam  konteks  itu,  peserta  didik perlu m engerti  apa makna  belajar,  apam anfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Merekasadar  bahwa  yang  mereka  pelajari  berguna  bagi  hidupnya  nanti.  Denganbegitu  mereka  memposisikan  sebagai  diri  sendiri  yang  memerlukan  suatubekal untuk  hidupnya  nanti.  Mereka  m empelajari  apa  yang  bermanfaat  bagidirinya dan berupaya menganggapinya. Dalam  upaya itu, mereka mem erlukanguru sebagai pengarah dan pembimbing.Dalam  kelas  kontekstual,  tugas  guru  adalah  membantu  peserta  didikm encapai  tujuannya. Maksudnya, guru lebih bayak berurusan  dengan  strategidaripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah timyang  bekerja  bersama  untuk  menemukan  sesuatu  yang  baru  bagi  anggotakelas  (peserta  didik).  Sesuatu  yang  baru  datang  dari ‘menemukan  sendiri’,bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola denganpendekatan kontekstual.Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya  strategipembelajaran  yang  lain,  kontekstual  dikembangkan  dengan  tujuan  agarpembelajaran berjalan konduktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapatdijalankan tanpa harus mengubah kurikulum, dalam bidang studi apa saja, dantidak diperlukan biaya yang mahal. Secara garis besar penerapan pendekatankontekstual, langkahnya adalah sebagai berikut ini:(1) Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermaknadengan  cara  bekerja  sendiri,  menemukan  sendiri,  dan  mengkontruksisendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.(2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk sem ua topik.(3) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.(4) Ciptakan ‘masyaraat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok).(5) Hadirkan ‘m odel’ sebagai contoh pembelajaran.(6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.(7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.2. Tujuh kom ponen pendekatan kontekstual (CTL):Tujuh  komponen  pendekatan  yaitu:  (a)  Kontruksi  (Constructivism),K ontruksivisme  merupakan  landasan  berfikir  pendekatan  kontekstual,  y aitubahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnyadiperluas  melalui  konteks  yang  terbatas  dan  tidak  sekonyong-konyong.Peserta  didik  perlu  dibiasakan  untuk  memecahkan  m asalah,  menemukansesuatu  yang  berguna  bagi  dirinya,  dan  bergelut  dengan  ide-ide,  (b)Menem ukan  (Inquiri),  penemuan  merupakan  bagian  inti  dari  kegiatanpembelajaran  kontekstual,  yaitu pengetahuan  dan ketrampilan yang diperolehpeserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapihasil  dari  m enem ukan  sendiri.  Guru  harus  selalu  merancang  kegiatan  yangm erujuk pada kegiatan menemukan, (c) Bertanya (Questioning), pengetahuanyang  dimiliki  seseorang,  selalu  bermula  dari  ‘bertanya’.  Bertanya  merupakanstrategi  utam a  pembelajaran  ini.  Bertanya  dalam  pembelajaran  dipandangsebagai  kegiatan  guru  untuk  mendorong,  membimbing,  dan  menilaikemampuan  berfikir  peserta  didik,  (d)  Masyarakat  belajar  ( LearningCommunity),  konsep  masyarakat  belajar  menyarankan  agar  hasil

Page 11: PTK Pak Abbas

pembelajaran  diperoleh  dari  kerjsama dengan  orang  lain.  Hasil  belajardiperoleh  dari  ‘sharing’ antara  teman, antar kelompok, dan  antara yang  tahuke yang belum tahu. Di  kelas ini, di sekitar sini, juga  orang  yang  di luar sana,semua  adalah  anggota  masyarakat  belajar,  (e)  Pemodelan  (Modeling),m aksudnya  dalam  sebuah  pembelajaran  ketrampilan  atau  pengetahuantertentu,  ada  m odel  yang  bisa  ditiru.  Pemodelan  pada  dasarnya  membahasakan  gagasan  yang  dipikirkan,  mendemontrasikan  bagaimana  gurum enginginkan  pada peserta  didiknya untuk belajar,  dan  melakukan  apa yangdiinginkan  guru  bagi  peserta  didik-peserta  didiknya.  Pemodelan  dapatberbentuk demontrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktifitas belajar,(f) Refleksi (Reflection), adalam cara berfikir tentang  apa yang  baru dipelajariatau  berfikir ke  belakang  tentang  apa-apa  yang  sudah  dilaksanakan  di  masayang  lalu.  Refleksi  merupakan  respon  terhadap  kejadian,  aktifitas,  ataupengetahuan  yang  baru  diterima.  Misalnya  ketika  pelajaran  berakhir  pesertadidik merenungkan apa yang baru diterimanya, (g) Penilaian yang sebenarnya(Authentic  Assessment),  adalah prosedur  penilaian  pada  pembelajarankontekstual dengan  prinsip dan  ciri-ciri  penilaian autentik. A ssessment adalahproses  pengumpulan  berbagai  data  yang  bisa  m emberikan  gambaranperkem bangan belajar peserta didik. Hal ini untuk memastikan apakah pesertadidik telah mengalami proses pembelajaran yang benar atau tidak.3. Strategi Pembelajaran KontekstualPendekatan  atau  strategi  yang  berasosiasi  dengan  pembelajarankontekstual m emiliki kesamaan ciri dalam hal:Pengajaran  Berbasis  Masalah  (Problem  Based  Learning).Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu  pendekatan pem belajaran yangm enggunakan masalah  dunia nyata sebagai suatu konteks  bagi  peserta didikuntuk belajar tentang cara berfikir kritis dan  ketrampilan pemecahan masalah,serta  untuk  memperoleh  pengetahuan  dan  konsep  yang  esensial  dari m ateripelajaran. Hal  ini dimaksudkan  untuk merangsang  berfikir tingkat tinggi dalamsituasi  berorientasi  masalah,  termasuk  di  dalam  belajar  dan  bagaimanabelajar. Tugas guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, danm emfasilitasi penyelidikan dan dialog.4. Pengajaran KooperatifPembelajaran  kooperatif  adalah  pembelajaran  yang  secara  sadar  dansengaja  mengembangkan  interaksi  yang  silih  asuh  (saling tenggang  rasa).Menurut  Abdurrahman  dan  Bintoro  (2000:78)  mengatakan  bahwa“pembelajaran  kooperatif  adalah  pembelajaran  yang  secara  sadar  dansistematis mengembangkan interaksi yang s ilih asah, silih asuh, dan silih asuhantar sesama peserta didik sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.Hasil  penelitian  yang  dilakukan  Johnson  (1984)  keunggulan  pembelajarankooperatif  yaitu:  (a)  Memudahkan  peserta  didik  melakukan  penyesuaian

Page 12: PTK Pak Abbas

sosial,  (b)  Mengembangkan  kegembiraan  belajar  yang  sejati,  (c)Menghilangkan  sifat  mementingkan  diri  sendiri/egois,  (d)  Meningkatkankepekaan  dan  kesetiakawanan  sosial,  (e)  Meningkatkan  kemampuanm emandang masalah dan situasi dari berbagai perpektif, dan (f) Meningkatkanhubungan positif antara peserta didik terhadap guru dan personil sekolah.5. Pengajaran Berbasis InkuiriPembelajaran  dengan  penemuan  (inquiri)  merupakan  suatu  komponenpenting.  Bruner  (1966),  m enganjurkan  pembelajaran  dengan  basis  inkuirisebagai  berikut:  “Kita  mengajarkan  suatu  bahan  kajian  tidak  untukm enghasilkan  perpustakaan  hidup,  tetapi  lebih  ditujukan  untuk  membuatpeserta  didik  berfikir”.  Belajar  dengan  penemuan  mempunyai  keuntungan:m emacu  peserta  didik  untuk  mengetahui,  memotivasi  peserta  didik  untukm enem ukan jawaban, dan peserta didik belajar memecahkan masalah secaram andiri  serta  memiliki  ketrampilan  berfikir  kritis.  Inkuiri  adalah  seni  dan  ilmubertanya  dan  menjawab,  juga  menuntut  eksperimentasi,  refleksi,  danpengenalan akan keunggulan metode sendiri.6. Pengajaran AutentikPengajaran  autentik  yaitu  pendekatan  pengajaran  yang  memperkenalkanpeserta  didik  untuk  mempelajari  konteks  bermakna,  peserta  didik  dituntutm engembangkan  ketram pilan  befikir  dan  pemecahan  maslaah  yang  pentingdalam  konteks  kehidupan  nyata.  Untuk  memecahkan  masalah,  peserta  didikharus  mengidentifikasi  masalah,  mengidentifikasi  kemungkinanpemecahannya,  memilih  dan  m elaksanakan  pemecahan  atas  m asalahtersebut.7. Pengajaran Berbasis Proyek/TugasHal  ini  membutuhkan suatu pendekatan pengajaran  komprehensif dimanalingkungan  belajar peserta  didik  didesain agar peserta  didik  dapat melakukanpenyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materidan melaksanakan tugas bermakna.Peserta  didik  diberi  tugas/proyek  yang  kompleks,  sulit,  lengkap,  tetapiautentik  dan  kemudian  diberikan  bantuan  secukupnya.  Tidak  memandangapakah  tugas  harus  dikerjakan  sebagai  pekerjaan  kelas  atau  sebagaipekerjaan rumah.8. Pengajaran Berbasis KerjaPengajaran berbasis kerja memerlukan suatu pendekatan pengajaran yangm emungkinkan  peserta  didik  menggunakan  konteks  tempat  kerja  untukm empelajari  materi  pelajaran  berbasis  sekolah  dan  sebagaimana  materitersebut  dipergunakan  di  tempat  kerja.  Pengajaran  berbasis  kerjam enganjurkan pentransferan model pengajaran dan pembelajaran yang efektifkepada aktifitas sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan peserta didikdalam tugas dan melibatkan peserta didik dalam kelompok pembelajaran.9. Pengajaran Berbasis Jasa LayananPengajaran  berbasis  jasa  layanan  memerlukan  penggunaan  metodologipengajaran  yang  m engkombinasikan  jasa  layanan  masyarakat  dengan  suatustruktur  berbasis  sekolah  untuk  merefleksikan  jasa  layanan.  Strategipembelajaran  ini  berpijak  pada  pemikiran  bahwa  semua  kegiatan  kehidupan

Page 13: PTK Pak Abbas

dijiwai oleh kemampuan melayani. Untuk itu peserta didik sejak dini dibiasakanuntuk melayani orang lain.Pada  dasarnya  peserta  didik  lebih  mudah  belajar  pada  sesuatu  yangkongkrit  karena  memahami  konsep  abstrak  sulit  untuk  diterima.  Oleh karenaitu diperlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya.Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Konsepabstrak  yang  dipaham i  peserta  didik  akan  mengendap,  melekat,  dan  tahanlama bila peserta didik belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanyam elalui   teori   belaka.Dalam  belajar  Sejarah  Kebudayaan  Islam  diperlukan  alat  peraga  yangberfungsi sebagai:a. Proses  belajar mengajar term otivasi. Baik peserta didik  maupun guru,terutama  peserta  didik  minatnya  akan  timbul.  Mereka  akan  senang,terangsang,  tertarik  dan  akan  bersikap  positif  terhadap  pengajaranSejarah Kebudayaan Islam.b. Konsep  abstrak  Sejarah  Kebudayaan  Islam  tersajikan  dalam  bentukkonkrit  m aka  lebih  dapat  dipahami  dan  dimengerti,  serta  dapatdikembangkan.c. Hubungan  antara  konsep  abstrak  Sejarah  Kebudayaan  Islam  denganbenda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dimengerti.d. Konsep-konsep  abstrak  yang  disajikan  dalam  bentuk  konkrit  yaitudalam  bentuk  model  Sejarah  Kebudayaan  Islam  yang  dapat  dipakaisebagai  obyek  penelitian  maupun  sebagai  alat  untuk  meneliti  ide-idebaru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.Selain itu penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dengan salah satu:1. Pembentukan konsep.2. Pemahaman berbagi terminologi3. Latihan dan penguatan.4. Pelayanan terhadap perbedaan  individual, termasuk pelayanan terhadappeserta didik yang lemah dan peserta didik berbakat.5. Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur.6. Pengam atan  dan  penemuan  sendiri  ide-ide  dan  relasi  baru  sertapenyimpulan  secara  umum,  alat  peraga  sebagai  obyek  peneliti  maupunsebagai alat untuk meneliti.Alat peraga dapat  berupa  benda  riil, gambar, diagram, atau audio  visual.Keuntungan  alat  peraga  benda  riil  adalah  benda-benda  itu  dapat  dipindah-pindahkan  (dimanipulasi),  sedangkan  kelemahannya  tidak  dapat  disajikandalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisan dibuat gambar ataudiagram,  tetapi  kelemahannya ialah  tidak  dapat  dimanipulasi,  sementaradengan menggunakan audio visual peserta didik dapat mengasimilasi kejadianm asal  lalu  dengan  kehidupan  masa  sekarang,  selain  dapat  membayangkanbagaimana  kehidupan  masa  lalu  (sejarah  terjadinya  persitiwa  tersebut),kelemahannya  tidak  dapat  digunakan  setiap  saat  tergantung  kepada  kondisidan situasi yang terjadi saat pembelajaran akan dilaksanakan.G. Materi Kemajuan Dinasti Umayyah1. Kemajuan-kemajuan  dibidang  Ilmu  Agam a  Islam,  khusunya tokoh-tokohulama pada masa tabi’in dengan cara  :

Page 14: PTK Pak Abbas

a. Mengidentifkasi  tokoh-tokoh  yang  berperan  dalam  bidang  ilmu  hadits,dan karya besarnyab. Mengidentifkasi  tokoh-tokoh  yang  berperan  dalam  bidang  ilmu tafsir,dan karya besarnyac. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu fiqih, dankarya besarnyad. Mengidentifkasi tokoh-tokoh yang berperan dalam bidang ilmu tasawuf,dan karya besarnya BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada  penelitian  ini,  peneliti  ingin  mengungkapkan  permasalahan  tentangpembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada  pokok bahasan Kemajuan  DinastiUmayyah dengan  pendekatan  kontekstual  pada peserta didik kelas VIII  di MTs.Negeri Pamoyanan. Kemudian  peneliti  melakukan  tindakan  dengan  pembelajaran  kontekstualagar peserta  didik belajar  dengan  penuh  makna.  Dengan memperhatikan  prinsipkontekstual,  yaitu  proses  pembelajaran  yang  diharapkan  dapat  mendorongpeserta  didik untuk  m enyadari  dan  menggunakan  pemahamannya,mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalamkehidupan sehari-hari. Kriteria penelitian ini adalah  penelitian kualitatif karena: (1)menggunakan latar belakang alami sebagai sumber data  langsung dan penelitianmerupakan  alat  pengumpul  data  utama,  (2)  analisis  data  secara  induktif,  (3)bersifat  diskriptif,  karena  data  yang  dikumpulkan  berupa  kata-kata  tertulis  ataulisan  dari  orang-orang  dan  perilaku  yang  diamati  sehingga  yang  dikumpulkanberkemungkinan  menjadi  kunci  terhadap  apa  yang  sudah  diteliti,  (4)  adanyakriteria untuk keabsahan data (Moeleong, 1995:4-7). Sedangkan  jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah  penelitian  tindakankelas  (PTK).  Pemilihan  jenis  PTK  karena  peneliti terlibat langsung dan sudahmerupakan  tugas  peneliti  sebagai  pendidik  yang  harus  selalu  berusahameningkatkan  mutu  pendidikan.  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  merupakankajian  tentang  situasi  sosial  dan  pandangan  untuk  meningkatkan  mutu  tindakanyang ada di dalamnya.Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mem berikanpertimbangan praktis dalam situasi nyata (Elliot dalam Wahyudi, 1997:46). Dalam  penelitian  ini  prosedur  penelitian  dimulai  dengan  siklus  I  setelahdilaksanakan tes awal. Hasil tes awal diteliti dan diketahui kesulitasn peserta didik

Page 15: PTK Pak Abbas

dalam m emahami  konsep  Teorema Pythagoras.  Penelitian ini  akan  mengungkappersoalan  yang  terjadi  dalam  pembelajaran Sejarah  Kebudayaan  Islam denganpendekatan  kontekstual pada  pokok  bahasan  Teorema  Pythagoras.  Penelitiberada  di  sekolah  dari  awal  sampai  akhir  penelitian  guna  mengetahui  keadaanpeserta didik , merumuskan tindakan selanjutnya, memantau dan melaporkan hasilpenelitian. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini  dilakukan  di MI Al – Jihad Kecamatan Ciater Subang,berdasarkan  tem pat  tugas  peneliti.  Selain  itu  ternyata  pada  pembelajaranKemajuan  Dinasti  Umayyah menunjukkan  hasil  belajar peserta  didik kurangoptimal, yaitu 85% dari peserta didik kelas VIII masih memperoleh nilai kurang dari50 pada saat diberikan tes awal Teorema Pythagoras. Berdasarkan pertimbangantersebut  peneliti  berusaha  untuk  menelusuri  kesulitan peserta  didik dalampembelajaran Kemajuan  Dinasti  Umayyah sehingga  dapat  diupayakanpembelajaran yang sesuai keadaan peserta didik. C. Prosedur Penelitian Untuk  kelancaran  penelitian,  diperlukan  prosedur  dalam  penelitian  yangberhubungan  dengan  masalah  yang  akan  diteliti  yaitu  dalam  bentuk  persiapanpenelitian. Prosedur  penelitian  adalah langkah-langkah  yang  digunakan  untukmemperoleh  data  dari  sumber  yang  diteliti  mulai  dari  awal  sampai  akhir  untukdisajikan  dalam  bentuk  penelitian.  Jalannya  penelitian  yang  dilakukan  sampaidengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu: 1. Tahap PersiapanTahap  ini  merupakan  usaha  untuk  mempersiapkan  penelitian,  dalam  halini yang dipersiapkan antara laina. Mengikuti bimbingan  dan  pelatihan  dari nara  sumber  danWidyaiswara.b. Mengadakan  koordinasi  dengan  guru  Sejarah  Kebudayaan  IslamMI Al - Jihad Ciater kususnya  guru mata  pelajaran SejarahKebudayaan Islam kelas VIII yang lain untuk memperoleh penjelasanmateri yang diberikan kepada peserta didik.c. Menetapkan  obyek  penelitian  yaitu  seluruh  peserta  didik  kelas VIMI Al - Jihad Ciater tahun pelajaran 2006/2007 khusunya kelas2. Tahap Pelaksanaan PenelitianSetelah  persiapan  dianggap  cukup  baru  penelitian  dimulai,  penelitim embagi penelitian ini menjadi  3  siklus. Sedangkan  waktunya mulai tanggal10  Septem ber sampai  dengan  12  Oktober 2007.  Langkah-langkah  yangditempuh dalam penelitian ini adalah:a. Siklus I

Page 16: PTK Pak Abbas

1. Melakukan  observasi  tentang  permasalahan-permasalahan  yangsedang terjadi dan mengkaji penyelesaiannya.2. Merancang  Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran (RPP)  padapokok  bahasan menganalisis  kemajuan  Dinasti  Umayyah denganpendekatan kontekstual.3. Melaksanakan  kegiatan  pembelajaran  selama  dua  kali  pertemuandengan pendekatan kontekstual.4. Mengadakan evaluasi pertam a sebagai pengumpulan data.5. Mengadakan  refleksi  terhadap  kegiatan  pembelajaran  yang  telahdiberikan. b. Siklus II1. Merancang Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran (RPP)  pada  subbahasan tokoh-tokoh  ulama  tabi’in  dalam  bidang  ilmu  hadits,  ilmutafsir.2. Melaksanakan  kegiatan  pem belajaran  selama  dua  kali  pertemuandengan menggunakan konteks bangun kubus dan balok.3. Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaring data.4. Melakukan  evaluasi  menyeluruh  terhadap  kegiatan  pembelajaranyang telah diberikan. c. Siklus III1. Merancang  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  (RP)  pada  subbahasan tokoh-tokoh ulama tabi’in  dalam bidang  ilmu fiqih,   dan ilmutasawuf.2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua kali pertemuan.3. Melakukan  evaluasi  menyeluruh  terhadap  kegiatan  yang  telahdilaksanakan. D. Jenis dan Sumber DataData  adalah  hasil  pencatatan penelitian,  baik  berupa  fakta  atau  angka(Arikunto, 1996:81). Data ada dua macam yaitu:a. Data yang berupa bilangan atau angka-angka disebut data kuantitatif.b. Data yang berbentuk bukan bilangan atau angka-angka disebut kualitatif.(Pasaribu, 1984:91)Dalam  penelitian  ini  digunakan  pengambilan  data  kuantitatif,  sedangkansumber data penelitian adalah nilai ulangan harian atau hasil evaluasi dari masing-masing  siklus  pada  pokok  bahasan Kem ajuan  Dinasti  Umayyahyang  diperolehpeserta didik selama penelitian berlangsung.E. Setting Penelitian1. Gambaran PopulasiPopulasi  adalah  obyek  penelitian,  yaitu  kumpulan  subyek  sumberinformasi  atau  kelompok  yang  menjadi  sasaran  penelitian.  Untukpengambilan  sampel  dalam  suatu  penelitian,  terlebih  dahulu  harusmengetahui  populasi  yang  dijadikan  penelitian. “Totalitas  semua  nilai  yangmungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kwalitatifdari  karakteristik  tertentu  mengenai  sekumpulan  obyek  yang  lengkap  danjelas  yang  ingin  dipelajari  sifat-sifatnya,  dinamakan  populasi.”  (Sudjana,1986:157)Dari  sejum lah  obyek  yang  dijadikan  populasi  maka  keseluruhan  harusmempunyai  ciri-ciri  yang  sama.  Ciri-ciri  suatu  populasi  akan  lebih  tepatdiketahui  dengan  menilai  tiap-tiap  unsur  yang  dilakukan  tanpa  kecuali.

Page 17: PTK Pak Abbas

Penentuan populasi dan sampel dalam suatu penelitian sangat penting, gunamenentukan  obyek  yang  akan  diteliti  serta  batas -batasnya,  sehingga  akanmudah  diukur  variabel-variabelnya.  Sesuai  dengan  tujuan  yang  telah ditetapkan  maka  yang  diambil  sebagai  populasi  dalam  penelitian  ini  adalahpeserta didik kelas VI MI Al - Jihad CiaterTahun pelajaran 2006/20072. Subyek PenelitianSatu  masalah  penting  yang  harus  dilakukan  oleh  seorang  peneliti,  jikahendak  mengadakan  Penelitian  Tindakan  Kelas  yaitu  penentuan  subyekpenelitian. Dari 8 kelas yang ada peserta didik kelas II di SMP Negeri 6 KotaBlitar  diambil  satu  kelas  sebagai  subyek  penelitian  yaitu  kelas  IIB  yangberjumlah  34  ssiwa.  Pengambilan  subyek  penelitian  dimaksudkan  untukmenafsirkan  sejumlah  peserta  didik  yang  ada  dalam  populasi  tanpamenganalisa secara keseluruhan permasalahan yang ada pada populasi. 3. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan  data  pada  penelitian  ini  diupayakan  semaksimal  m ungkinagar  bisa  m endapatkan  data  yang  benar-benar  valid,  maka  penelitimelakukan langkah-langkah sebagai berikut:a. Membuat  alat  penelitian  untuk  mengevaluasi  hasil  belajar  peserta  didikkelas V.b. Membuat alat peraga dengan konteks kamajuan Dinasti Umayyah.c. Melaksanakan  evaluasi  atau  ulangan  harian  sebanyak  tiga  kali  padapokok bahasan kemajuan Dinasti Umayyah.d. Mengumpulkan  data,  mengoreksi  hasil  evaluasi  peserta  didik  danmenyimpulkan  untuk  mengadakan  data  kuantitatif  daya  serap  pesertadidik.Pada penelitian  ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa sebabdata  tersebut  masih merupakan  data  mentah. Untuk itu  diperlukan  teknikmenganalisa  data  agar  bisa  ditafsirkan  hasilnya sesuai  dengan  rumusanmasalah.  Dalam  penelitian  ini  digunakan  penafsiran  skor  acuan  kriteria(Criterion Referensi Test).e. Penafsiran  skor  acuan  kriteria  adalah  pemberian  skor  berdasarkankemampuan  peserta  didik  menyelesaikan  evaluasi  atau  ulangan  harian.Jawaban  yang  benar  dari  peserta  didik  yang  bersangkutan  dapatdinyatakan dalam bentuk prosentase sebagai berikut:= =  100Dari  skor  bisa  ditafsirkan  tentang ketuntasan  belajar peserta  didik sesuaidengan standar kompetensi kurkulum sebagai berikut:a. Ketuntasan PeroranganSeorang peserta  didik  dikatakan  berhasil (mencapai  ketuntasan), jikatelah mencapai telah menguasai standar kompetensi dan komptensi dasardan bagfi peserta didik yang belum menguasai standar kompetensi dasardilakuikan remidi sebelum melanjutkan poko bahasan berikutnya.b. Ketuntasan Klasikal  Klasikal  atau  suatu  kelas  dikatakan  telah  berhasil  (mencapaiketuntasan  belajar),  jika  paling  sedikit  85%  dari  jumlah  dalam  kelompok

Page 18: PTK Pak Abbas

atau kelas tersebut telah mencapai ketuntsan perorangan. Apabila  sudah  terdapat  85%  dari  banyaknya  peserta  didik  yangmencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapatmelanjutkan  pada  satuan  pembelajaran  berikutnya.  Apabila  banyaknyapeserta  didik  dalam  kelas  yang  mencapai  tingkat  ketuntasan  belajarkurang dari 85% m aka: 1. Peserta  didik  yang belum  menguasai  standar  kompetensi  dankomptensi  dasar harus  diberikan  program  perbaikan  mengenaibagian-bagian bahan pelajaran yang belum dikuasai.2. Peserta  didik  yang  telah  mencapai  taraf  penguasaan  65%  ataulebih dapat diberikan program pengayaan.3. Bila  ketuntasan  peserta  didik  lebih  dari  85%  maka  pembelajaranyang  dilaksanakan  peneliti  dapat  dikatakan  berhasil.  Tetapi  bilaketuntasan belajar peserta didik kurang dari 85% m aka pengajaranyang dilaksanakan peneliti belum berhasil.F. Perencanaan Tindakan1. Perencanaan Tindakan ITindakan  pertama  digunakan  untuk  mengetahui  kemampuan  pesertadidik  dalam  hal  mengingat kemajaun-kemajuan  yang  dicapai  DinastiUmayyah melalui  pendekatan  kontekstual.  Hal  ini  mengacu  pada  pendapatDr.  Nurhadi  dan  Drs.  Agus  Gerrad  bahwa  “dalam  pendekatan  kontekstualdimana  guru  menghadirkan  situasi  dunia  nyata  ke  dalam  kelas  danmendorong  peserta  didik  membuat  hubungan  antara  pengetahuan  yangdimilikinya dengan  penerapannya  dalam kehidupan mereka sebagai anggotakeluarga dan masyarakat.”Dalam  perencanaan  atau  tindakan  tetap  mengacu  pada  hasil  temuankesulitan  setiap  peserta  didik.  Sebagai  contoh  langkah-langkah  tindakansebagai berikut:1. Nama Ulama dari tabi’in dibidang fiqih adalaha. Said bin Musayyad  b. Mujahid bin Zubaerc. Ubay bin Kaab  d.  Hammad bin Abi SulaemanSiswa  kebingungan  mengenai  tokoh  dan  disiplin  illmu yang  didalaminya,sebab  dalam  sejarah  Kebudayaan  Islam  terjadi  periodisasi  dan  kajianillmu-ilmu  Islam  yang  bengi  banyak,  sehingga  mereka  (peserta  didik)harus  meghafal  seluruh  tokoh-tokoh  yang  mungkin  ada    beserta  disiplinilmu yang dikajinya. Selain itu pula satu tokoh tidak hanya mendalami satudisiplin ilmu.2. Shabat yang menjadi guru di bidang tafsir adalah :a.. Hasa al Basri  b. Mujaihid bin Zubaerc. Ubay bin Kaab  d. Ham mad bin SulaemanSama  halnya  dengan  jawaban  yang  diberikan  peserta  didik  pada  soalnomor 1 di atas,  rata-rata merasa kebingungan mengenai ilmu-ilmu Islamyang didalaminya.Penelitian  bersama-sama  peserta  didik merumuskan  bahwa  dari  hasilperhitungan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  luas  lingkaran  dengan  caramenghitung  pendekatan  kontekstual  bangun  kubus  dan  balok.Perencanaan  Tindakan  II. Tindakan  kedua  ini  bertujuan  untuk  membahastokoh-tokoh ulama tabi’in dalam bidang ilmu hadits, ilmu tafsir.Langkah-langkah  untuk  melakukan  percobaan  di  kelas  adalah  sebagaiberikut:Pertama, peserta  didik  dalam  kelas  dibagi  menjadi  6  kelompok  masing-masing kelompok terdiri dari 6 peserta didik.

Page 19: PTK Pak Abbas

Kedua guru memberi pengarahan dalam menyelesaikan soal  kepada seluruhkelompok  dalam kelas  guna persiapan  untuk  melakukan penelitian  terhadapbuku sumberKetiga, guru membimbing  dalam  masing-masing  kelompok  untuk  melakukankegiatan pencarian  dalam  buku sumber untuk  menemukan tokoh-tokoh yangmndalami ilmu hadits, ilmu tafsirLangkah  selanjutnya  secara  terperinci  telah  diterangkan  dengan  jelas,  padabab  I  halaman 1 sampai  dengan 10 sehingga  diperoleh nama-nam a  tokohyang mendalami ilmu hadits, ilmu tafsir pada periode Dinasti Umayyah.Tindakan  ketiga  ini  bertujuan  untuk menemukan  nama-nama  tokoh  dankaryanya  dalam  bidang  ilmu  fiqih  dan  tasawuf. Langkah-langkah  yangdilakukan di kelas adalah sebagai berikut:Pertama, peserta  didik  dianjurkan  bergabung ke dalam  kelompok yang  telahdibentuk dalam pertemuan sebelumnya.Kedua, peneliti  memberi  pengarahan  kegiatan  yang  akan  dilaksanakan  danapa  yang  harus  dikerjakan  oleh  masing-masing  kelompok  dengan  konteksmencariKetiga, peneliti  membimbing  kelompok-kelompok  yang  masih  mengalaminama-nama  tokoh  dalam  bidang  ilmu  fiqih  dan  tasawuf  pada  masa  DinastiUmayyah. BAB IVHASIL PENELITIANSupaya dalam penelitian  ini, peneliti mendapatkan hasil yang  sesuai  denganharapan  maka  peneliti  menggunakan  model  siklus.  Adapun  pelaksanaan  darisiklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut: A . SIKLUS I1. PerencanaanPada  siklus  ini peneliti  merencanakan  bahwa  dalam  pembahasan  pokokbahasan  Kemajuan  Dinasti  Umayyah dengan  m enggunakan  pendekatankontekstual.  Menurut  peneliti  bahwa  peserta  didik  kelas VIII  di MTs.  NegeriPamoyanan sebagian besar belum mengetahui dan menguasai pembelajaranKemajuan  Dinasti  Um ayyah dari  pembelajaran  sebelumnya.  Disamping  itupeneliti  ingin  mengetahui dan  meningkatkan  hasil pembelajaran  peserta didikkhususnya  pada  Kemajuan  Dinasti  Umayyah peserta  didik  kelas VIII di MTs.Negeri Pamoyanan Tahun Pelajaran 2006/2007.2. PelaksanaanKegiatan  pembelajaran pada  siklus  ini dilaksanakan  pada  tanggal  10  s/d15 September 2004 dengan uraian sebagai berikut:a. Setelah  tanda  pelajaran  dimulai  peneliti  masuk  dan  memberikansalam.  Peneliti  membuka  pelajaran  dengan  pembukaan bahwa  padakesempatan  ini  akan  dibahas  tentang  Dinasti  Umayyah,  penelitim emberikan  pernyataan-pertanyaan  tentang  Dinasti  Bani  Umayyahdengan  tujuan  mengetahui  sejauh  mana  pengetahuan  peserta  didiktentang  Dinasti  Bani  Umayyah.  Selain  itu  diharapkan  dapatm embangkitkan  kreatifitas  peserta  didik  dalam  mengungkapkanpendapat  dan  apa  yang  peserta  didik  ketahui  tentang  Dinasti  BaniUmayyah.  Kemudian  peserta didik  disuruh  menyebutkan tokoh-tokoh

Page 20: PTK Pak Abbas

yang ada dalam Dinasti Bani Umayyah.b. Dari contoh nama tokoh-tokoh tersebut, diharapkan peserta didik dapatdengan mudah  memahami  konsep  pembelajaran  dengan  suatukonteks sejarah  perjuangan  umat  Islam.  Sehingga  pendekatan  inilebih  mudah  dipahami  oleh  peserta  didik  dan  konsep  pembelajaranyang sebenarnya dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.c. Kemudian  peneliti  memberikan  kesemepatan  kepada  peserta  didikuntuk  bertanya.  Jika  ada  pertanyaan  peneliti  mengulang  kembalibagian yang ditanyakan peserta didik sehingga peserta didik jelas danm emahaminya.  Dan  apabila  peserta  didik telah  paham  maka  penelitim emberikan  soal-soal  untuk  dikerjakan.  Peneliti  mengamati  danberkeliling untuk memberi bimbingan kepada peserta didik yang masihm engalam i  kesulitan.  Selanjutnya  peneliti  menunjuk  peserta  didikuntuk menyebutkan  jawaban  yang telah  ditemukan  dalam  bukusumber.  d. Sebelum  kegiatan  pembelajaran  pertama  berakhir,  penelitim emberikan  soal-soal  latihan  (evaluasi  1)  yang  harus  dikerjakanpeserta  didik  dan  selanjutnya  dikumpulkan.  Dari  hasil  latihan  inidijadikan sebagai  sumber data pertama. Pada  kegiatan  ini soal  yangpeneliti berikan berjumlah 5 butir soal dengan alokasi waktu 15 menit.Apabila  waktu  masih  memungkinkan  peserta  didik  diberikan  tugasrumah yang diambilkan dari buku paket.3. PengamatanDari pemberian soal pada evaluasi pertama didapatkan data nilai sebagaiberikut: Mata Pelajaran                         : Sejarah Kebudayaan IslamPokok Bahasan                        : Kemajuan Dinasti UmayyahSub Pokok Bahasan     : Kamajuan Dinasti UmayyahKelas/Sekolah              : VI MI Al – JihadHASIL NILAI EVALUASI SIKLUS INo Nam a  Nilai Ketuntasan Belajar 

No Nama Siswa Nilai Ketuntasa Hasil AnalisaBanyaknya peserta didik seluruhnya  = 24 peserta didikBanyaknya peserta didik yang tuntas belajar = 22 peserta didikProsentase banyaknya peserta didik yang tuntas = 65%a. Klasikal: Ya/TidakKesimpulan:Perlu perbaikan secara individual peserta didik -peserta didik yang bernama: 

No Nama Nilai Dari  analisa  di  atas  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  kegiatanpembelajaran  yang  dilakukan  belum  berhasil  sebab  prosentase peserta  didikyang  tuntas  belajar  baru  mencapai  65%  dari  peserta  didik  kelas  IIB.  Suatukelas dikatakan berhasil  jika  mencapai  ketuntasan belajar  paling  sedikit  85%dari  jumlah  peserta  didik  dalam  kelas  tersebut.  Hal  ini  menunjukkan  bahwakegiatan pembelajaran  belum  berhasil  dan perlu ditinjau  kembali  untuk  tahappembelajaran berikutnya.

Page 21: PTK Pak Abbas

 4. RefleksiKegiatan  pembelajaran  yang  telah  dilakukan  belum  berhasil.  Apakahpenyebabnya? Sedangkan Rencana  Pelaksanaan Pembelajarantelah disusunsesuai  dengan  kerangka  pembelajaran  yang  sesungguhnya  yaitum enggunakan  pendekatan  pembelajaran  kontekstual.  Peneliti  berusaham encari  penyebabnya  dengan  memperhatikan  kejadian-kejadian  di  kelas,antara lain:a. Suasana kelas agak terganggu, dimana sebagian peserta didik kurangmemperhatikan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Halini  disebabkan  karena  peserta  didik  sibuk  sendiri menggali  danmencari-cari  dalam  buku sumber, ada  sebagian  peserta  didik  tidak  memiliki  buku buku  sumber.  Masalah  inilah  yang  mengganggu  danmenghambat jalannya pembelajaran untuk berhasil.b. Pada  pertemuan  ini  peserta  didik  kurang  memperhatikan  hal-halpenting  yang  harus  dipahami  dan  dimengerti,  sehinggamengakibatkan  penurunan  prestasi  belajar  peserta  didik baik  dalampengerjaan soal latihan maupun pengerjaan soal evaluasi. B . SIKLUS II1. PerencanaanPada  siklus  ke  dua  peneliti  lebih  meningkatkan  kegiatan  pembelajarandari  apa  yang  telah  dilakukan pada  siklus  I  yaitu  peneliti  ingin  membawapeserta  didik  kelas VI   di MI Al - Jihad Ciater pada  suasanapembelajaran  yang  lebih  menyenangkan.  Dari  pembelajaran  ini  penelitimengharapkan  suasana  kerjasama  yang  baik  dalam  memecahkan  sautumaslaah  peserta didik dan tanggung  jawab setiap  peserta didik terhadap  dirisendiri  serta  kelompoknya.  Setiap  peserta  didik  diharapkanmengklasifikasikan nama tokoh dan bidang ilmu yang didalaminya pada masaDinasti  Umayyah dengan  cara  menyusun dan  mengelompokannya sertamenyelesaikan  setiap  soal  dengan  kelompoknya.  Dengan  demikian  rasatanggung jawab dan ketuntasan belajar peserta didik dapat tercapai.2. PelaksanaanKegiatan  pembelajaran  pada  siklus II dilaksanakan pada tanggal 17  s/d22 September 2004 yang membahas tentang mengklasifikasikan nama tokohddalam  bidang ilmu hadits dan  ilmu tafsir melalui  pendekatan  konteks dalambuku  sumber.  Kem udian  selanjutnya  dengan  menyusun danmengelompokannya dalam bentuk tabel setiap tokoh dan karya dalam bidangilmu  hadis  dan ilmu  tafsir. Peserta  didik  diharapkan  juga dapat  mengerjakanlatihan  soal  dan  mengerjakan  soal  evaluasi  2  sebagai  penjaring  data.Pelaksanaan  kegiatan penelitian  dan    pencarian  dalam  buku  sumber  yangdilakukan di dalam kelas adalah sebagai berikut:a. Peserta  didik  dibagi  dalam  6  kelompok  dimana  tiap  kelompokberanggotakan  5 orang  dan  ada  1  kelompok  beranggotakan  4orang sebab jumlah peserta didik hanya 34 orang.b. Pada  m asing-masing  kelom pok,  peneliti  membagi  dalam  tigakelompok  yaitu:  kelompok  atas,  kelompok  sedang  dan  kelompokbawah.  Hal  ini  dilakukan  dengan  m aksud  agar  dalam  kelom poktersebut sem ua peserta didik mempunyai potensi yang sama dalampembelajaran.c. Masing-m asing  kelompok  mempersiapkan  bahan berupa  bukusumber  yang  telah  disediakan  oleh  guru  selain  yang  dibawa  oleh

Page 22: PTK Pak Abbas

peserta didik.d. Peneliti  kemudian  menyuruh  kepada  masing-masing  kelompokuntuk  menyiapkan  seluruh  peralatan  dan  peneliti  memberi  arahancara  mencari  dan  meneliti  tokoh  dan  karya  seseorang  dalamsebuah buku sum ber dan selanjutnya peserta didik mengikutinya. e. Peneliti  keliling  melihat  hasil  kerja  masing-masing  kelompok  danmemberikan bantuan seperlunya.f. Peneliti  memberikan  penjelasan  pada  seluruh  kelompok  denganmenyebutkan tokoh-tokoh  dalam  bidang ilmu  hadits dan  ilmu tafsirpada masa Dinasti Umayyah.g. Dari  penjelasan  yang  diberikan  oleh  peneliti,  masing-masingkelompok dapat membuat tabel tokoh dalam bidang ilmi hadits danilmu tafsir pada m asa Dinasti Umayyahh. Kemudian  peneliti  memberikan  beberapa  soal  yang  berkaitansejumlah tokoh ilmu hadits dan tafsir pada masa Dinasti Um ayyahi. Selanjutnya peneliti menunjuk beberapa peserta didik untuk menjawabdengan  menyebutkan  jawaban soal  latihan yang  dibacakan  olehguru.  Dan  sebelum  pembelajaran  berakhir  peneliti  memberikantugas di rumah (PR) dari buku paket.j. Kemudian  pem belajaran  berikutnya  adakah  pelaksanaan  evaluasi  2yang  terdiri  dari  5  butir  soal  yang  harus  dikerjakan  oleh  setiappeserta didik dan bila selesai segera dikumpulkan.  BAB VPENUTUPA . Simpulan Setelah peneliti cermati selama dalam kegiatan penelitian dari hal prosessampai pada hasil maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam  menggunakan  metode  pembelajaran  dengan  pendekatankontekstual hendaknya guru juga memperhatikan pentingnya pengelolaankelas.  Hal  ini  demi  kelancaran  proses  pembelajaran.  Sebab  walaupundalam  pembelajaran  sudah  menggunakan  metode  pembelajaran  yangbaik  namun  jika  dalam  mengelola  kelas  kurang  baik,  maka  prosespembelajaran akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan.2. Pem belajaran  kontekstual  pada  pokok  bahasan  Kemajuan  DinastiUmayyah telah  memberikan  nuansa  baru  dalam  pembelajaran  SejarahKebudayaan  Islam   sehingga  pem belajaran  lebih  efektif.  Hal  ini  terbuktidengan  adanya  perubahan  yang signifikan  terhadap  ketuntasan  belajarpeserta  didik.  Terlihat  pada  nilai  ulangan  peserta  didik  yang  dilakukansetelah  siklus  III  mencapai  nilai  rata-rata  8,5  dengan  ketuntasan  belajar94%.B . Saran-saranSetelah mengetahui hasil dan kesimpulan selama penelitian berlangsungdi MTs. Negeri Pamoyanan, peneliti mem berikan saran antara lain:1. Seorang  guru  hendaknya  terampil  dan  dapat  menguasai  berbagaimetode pembelajaran agar peserta didik lebih mudah m emahami materipembelajaran.2. Seorang  guru  harus  selalu  aktif  melibatkan  peserta  didik  selamakegiatan pembelajaran berlangsung.3. Seorang guru  harus  dapat m emilih m etode  dan  kreatif dalam  mencobaide  baru  agar  proses pembelajaran  berhasil  dengan  baik  dan  tidakmembosankan.4. Hendaknya guru  selalu  memotivasi  peserta  didik  untuk  selalu belajar  di

Page 23: PTK Pak Abbas

rumah  materi  yang akan dibahas pada  pertemuan  berikutnya  supayadalam pembelajaran peserta didik mempunyai gambaran materi.5. Perlunya  kolaborasi  dengan  guru  yang  lain  di  dalam  meningkatkankualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas.6. Kepala  Sekolah  hendaknya  memfasilitasi  kegiatan  Penelitian  TindakanKelas yang dituangkan dalam Program Kerja Sekolah.      DAFTAR RUJUK ANAbimanyu, S oli, 1998, Penyusunan  Proposal  PTK, Makalah  dalam  PCPPTK Proyek PGSM tanggal 1-22 OktoberAbimanyu,  Soli  dkk, 1995, Penelitian  Praktis  untuk  Perbaikan Pembelajaran,PGSM Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta Arends,  Ricard  I,  1997, Classroom  Intruction  and  Management, Toronto,McGraw-Hill A . Syalabi,  1983, Sejarah Kebudayaan  Islam  1 dan  2,  Jakarta : Pustaka  al-HusnaBadri  Yatim, 1996,  Sejarah  Peradaban  Islam, Jakarta  :  Raja  GrafindoPersadaChatibul  Umam, Sejarah  Kebudayaan  Islam  kelas  VIII  untuk  MTs .,  Kudus  :Menara Kudus Hokins,  David,  1992, A  Guide  to  Classroom  Research, 2nd ed.  OpenUniversity Press Jaih  Mubarok,    2004, Sejarah  Peradaban  Islam, Bandung  :  Pustaka  BaniQuraisyKartono,  Kartini,  1996, Pengantar  Metodologi  Riset  Sosial, Bandung  :Mandar Maju Oemar Amin Hoesin, 1981, Kultur Islam, Sejarah Perkembangan KebudayaanIslam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional, Jakarta: Bulan Bintang Moeleong,  L.J., 1991, Metodologi  Penelitian  Kualitatif, Bandung :  RemajaRosdakarya. Nurhadi  dan  Sentuk,  Agus,  Gerrad.  2003. Pembelajaran  Kontekstual  danPenerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press. Universitas  Negeri  Malang.  2000. Pedoman Penulisan Karya  Ilmiah.  Malang:UMPress. Marcell A. Boisard, 1979, Humanisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang