PTK P TUKIMIN - digilib.uns.ac.id fileMembaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas...
Transcript of PTK P TUKIMIN - digilib.uns.ac.id fileMembaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas...
PENGGUNAAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS D4C
SLB BC YPASP GONDANGREJO KARANGANYAR
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh :
TUKIMIN
NIM. X5107688
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
2
PENGGUNAAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS D4C
SLB BC YPASP GONDANGREJO KARANGANYAR
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh :
TUKIMIN NIM. X5107688
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
3
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Hermawan, M.Si. NIP. 19590818 198603 1 002
Drs. Rahmad Djatun, M.Pd. NIP. 130 814 588
4
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 4 Agustus 2009
Tim Penguji Skripsi
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. A. Salim, Ch. M.Kes. ……………………………….
Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. ……………………………….
Anggota I : Drs. Hermawan, M.Si. ……………………………….
Anggota II : Drs. R. Djatun, M.Pd. ……………………………….
Disahkan oleh :
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr.M. Furwon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 196007271987021001
5
ABSTRAK
Tukimin, PENGGUNAAN METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS D4C SLB YPASP GONDANGREJO KARANGANYAR SEMESTER II TAHUN AJARAN 2008/2009, Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Meningkatkan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas D4C SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mendapatkan jawaban dapat tidaknya penggunan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan di kelas 4 SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar. Sedangkan secara khusus adalah (a) Untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode SAS meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan. (b) Untuk memaparkan langkah-langkah penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classrom Action Research). Subyek penelitian terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan siswa Tuna Grahita kelas 4 SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, test siklus I dan test siklus II. Adapun analisis penelitian ini menggunakan deskriptif kwalitatif dan diskriptif kuantitatif.
Berdasarkan refleksi guru/peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan, penggunaan metode SAS mempunyai pengaruh. Selama siklus I dan II dapat dilihat adanya peningkatan. Nilai rata-rata siswa mencapai 6,57 dan pada siklus II mencapai 74,6.
Dengan demikian berdasarkan data nilai hasil prestasi belajar membaca permulaan dari siklus II telah memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan yaitu siswa telah mendapat nilai mencapai 70.
6
MOTTO
“ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan”
(Terjemahan Sabda Rosulullah SAW).
“Keutamaan Ilmu itu lebih baik daripada keutamaan ibadah.” (Terjemahan H.R.
Al Bazzar).
7
PERSEMBAHAN
Teruntuk:
- Istriku tercinta
- Bapak dan ibu
- Almamater
8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada
Allah SWT, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak dibantu oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberi ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini.
3. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes, Ketua Program Studi PLB yang telah memberi
ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini.
4. Drs. Hermawan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
5. Drs. R. Djatun, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini.
6. Dosen Program Studi PLB yang telah memberikan bekal pengetahuan selama
ini.
7. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti pribadi dan
bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2009
Peneliti
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS TINDAKAN ............................................................... 5
A. Kajian Teori ............................................................................... 5
1. Anak Tuna Grahita .............................................................. 5
a. Pengertian Anak Tuna Grahita ...................................... 5
b. Penyebab Anak Tuna Grahita ........................................ 6
2. Prestasi Belajar Membaca Permulaan ................................. 11
a. Pengertian Prestasi ........................................................ 11
b. Prestasi Belajar .............................................................. 11
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar ................... 12
10
d. Ciri-ciri Belajar .............................................................. 13
e. Pengertian Prestasi Belajar ............................................ 15
f. Pengertian Membaca Permulaan ................................... 15
g. Pembelajaran Membaca Permulaan .............................. 17
h. Pengertian Prestasi Belajar Membaca Permulaan ......... 19
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........................................ 19
a. Pengertian Bahasa Indonesia ......................................... 19
b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ..................... 19
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ........ 20
4. Metode SAS ........................................................................ 20
a. Pengertian Metode ......................................................... 20
b. Pengertian Metode SAS ................................................ 21
c. Prosedur Penggunaan Metode SAS ............................... 22
d. Kelebihan Metode SAS ................................................. 25
e. Langkah-langkah Pengajaran Metode SAS ................... 26
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 27
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 29
A. Setting Penelitian ....................................................................... 29
B. Subyek Penelitian ....................................................................... 30
C. Sumber Data ............................................................................... 30
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ............................................. 30
E. Validitas Data ............................................................................ 32
F. Analisis Data ............................................................................. 33
G. Indikator Kerja .......................................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 41
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 41
1. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 41
2. Deskripsi Siklus I ................................................................. 43
3. Deskripsi Siklus II ................................................................ 50
11
B. Pembahasan ................................................................................ 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 62
A. Simpulan ..................................................................................... 62
B. Saran ........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 67
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................... 27
Gambar 2. Rencana Tindakan ........................................................................... 36
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Harian Sebelum Siklus ............................................ 42
Tabel 2. Siswa yang Aktif Dalam Pembelajaran Siklus I ................................... 47
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Siklus I .......................................... 48
Tabel 4. Siswa yang Aktif Dalam Pembelajaran Siklus II .................................. 54
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Siklus II ......................................... 55
Tabel 6. Persentasi Siswa yang Aktif Dalam Pembelajaran ................................ 57
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Kondisi Awal Sampai Siklus II ..... 58
14
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Harian Semester I ................................................................... 43
Grafik 2. Keaktifan Siswa Siklus I ................................................................. 48
Grafik 3. Prestasi Belajar Siklus I................................................................... 49
Grafik 4. Keaktifan Siswa Siklus II ................................................................ 55
Grafik 5. Hasil Prestasi Belajar Siklus II ........................................................ 56
Grafik 6. Keaktifan Siswa Siklus I dan II ....................................................... 58
Grafik 7. Peningkatan Prestasi Belajar dari Kondisi Awal sampai Siklus II. 59
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Menyusun Skripsi ........................................................ 67
Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 71
Lampiran 3. Salinan Daftar Nilai Bahasa Indonesia Semester I ...................... 72
Lampiran 4. Cara Belajar Siswa di Rumah ...................................................... 73
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .................... 76
Lampiran 6. Keadaan Kelas pada Pembelajaran Siklus I ................................. 80
Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ................................. 81
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I .................................. 82
Lampiran 9. Hasil Nilai Membaca Siklus I ...................................................... 84
Lampiran 10. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) Siklus II ..................... 85
Lampiran 11. Keadaan Kelas Pada Pembelajaran Siklus II ............................... 88
Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ............................... 90
Lampiran 13. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ................................. 91
Lampiran 14. Hasil Nilai Membaca Siklus II ..................................................... 93
Lampiran 15. Identitas Siswa A ......................................................................... 94
Lampiran 16. Identitas Siswa B .......................................................................... 95
Lampiran 17. Identitas Siswa C .......................................................................... 96
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar anak-anak tuna grahita,
sebaiknya selalu berorientasi pada kebutuhan anak, sehingga pengajaran yang
diberikan sesuai dan bermanfaat bagi anak.
Salah satu bidang garapan pengajaran di Sekolah Luar Biasa adalah mata
Pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penyampaiannya kepada anak didik mencakup
proses belajar mengajar. Proses belajar dilakukan oleh anak didik, sedangkan
proses mengajar ditentukan oleh guru.
Keluhan tentang kekurangtrampilan siswa dalam membaca permulaan di
Sekolah Luar Biasa jurusan Anak Tuna Grahita dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
sering dirasakan. Bahkan dalam kenyataannya masih banyak keluhan guru yang
mengajar di Sekolah Luar Biasa karena di kelas III dan IV banyak anak yang
belum bisa membaca. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa
membaca antara lain lingkungan keluarga yang tidak kondusif, motivasi siswa
dalam membaca rendah, serta penerapan metode dan strategi pengajaran membaca
permulaan yang kurang tepat.
Siswa mengenal membaca secara bertahap. Pengenalan itu dimulai huruf
demi huruf yang kemudian dirangkai menjadi kata atau dari kalimat sederhana,
kata-kata, suku-suku, dan baru kemudian tiap-tiap huruf.
Apabila siswa dapat membaca, dengan sendirinya siswa dapat memahami
apa yang dimaksud dalam bacaan tersebut. Kemampuan membaca yang diperoleh
pada membaca permulaan, akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca lanjutan di kelas yang lebih tinggi. Kemampuan membaca permulaan
harus benar-benar mendapat perhatian guru. Sebab jika dasar itu tidak kuat, maka
tahap selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan untuk mempelajari bidang
pelajaran lainnya. Karena dalam membaca siswa akan dapat memperluas
pengetahuan.
17
Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa yang membaca di kelas IV masih
banyak yang mengeja, ada banyak yang masih menanti bimbingan dari guru, dan
ada juga yang hanya menirukan temannya. Di sini guru dituntut untuk dapat
mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dalam tugas
sehari-hari di sekolah.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut, guru harus dapat melakukan
terapi dengan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach). Penelitian
tindakan kelas adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan guru (dan pihak
lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar
(Sarwiji Suwandi, 2008 : 16).
Sehingga guru dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas itu sendiri
secara sadar, dan terencana dengan baik. Dengan penelitian tindakan kelas,
kualitas belajar mengajar lebih baik, dapat meningkatkan kualitas pelayanan
dalam belajar, sehingga guru dan siswa dapat meningkat pula. Diharapkan dengan
penelitian tindakan kelas akan menyebabkan guru akan terus merefleksi proses
belajar mengajarnya, kemudian melakukan tindakan yang tepat untuk
memperbaiki dan mengevaluasi atas kinerjanya sendiri.
Nilai rapor semester I mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas D4C SLB
BC YPASP Gondangrejo, Karanganyar, jumlah siswa 3 anak, dengan 1 siswa
mendapat nilai 7, 1 siswa mendapat 6 dan 1 siswa mendapat nilai 6. nilai atau
prestasi belajar siswa rendah dikarenakan anak belum dapat membaca.
Dari refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ternyata media dan metode
pembelajaran yang digunakan guru tidak maksimal, sehingga prestasi belajar anak
kurang. Untuk mengatasi permasalahan membaca diperlukan yaitu metode yang
tepat untuk membaca permulaan yaitu metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
yang akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar. Oleh karena itu,
penulis akan memperbaiki melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul :
“Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)”. Meningkatkan Prestasi
Belajar Membaca Permulaan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas D4C
SLB BC YPASP Gondangrejo, Karanganyar Semester II Tahun Ajaran
2008/2009.
18
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat disimpulkan bahwa :
- Siswa belum lancar membaca, sehingga materi yang disampaikan tidak
terselesaikan.
- Materi bacaan yang ada di buku terlalu panjang dan kata-kata yang sukar.
- Pemahaman anak terhadap isi bacaan kurang.
Oleh karena itu, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan bagi siswa kelas D4C SLB BC
YPASP Gondangrejo, Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan:
Untuk meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan dengan
menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) di kelas D4C SLB BC
YPASP Gondangrejo Karanganyar Semester II Tahun Ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teori
a. Dapat menemukan solusi pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan
prestasi belajar membaca permulaan.
b. Menggarahkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Manfaat bagi siswa
1. Meningkatkan prestasi belajar sehingga prestasi belajar lebih baik.
2. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam membaca.
b. Manfaat bagi guru
1. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia.
19
2. Sebagai acuan dalam penerapan strategi pembelajaran Bahasa Indonesia
yang tepat dan sesuai dalam mengatasi problem pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
1. Menumbuhkan motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran
yang bermutu.
2. Tumbuhnya iklim pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan di
sekolah.
20
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Anak Tuna Grahita
a. Pengertian Anak Tuna Grahita
Tuna Grahita bukan suatu penyakit tetapi suatu kondisi yang
melibatkan berbagai variable.
Menurut Japan Leguage for the mentally retarded (dalam Muljono
Abdurrachman, 1994;20) mendefinisikan retardasi sebagai berikut :
1) Fungsi intelektualnya lamban.
2) Kekurangan dalam perilaku adaptif.
3) Terjadi pada masa perkembangan.
Yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Menurut Munzayanah dalam buku Tuna Grahita, (1997:3)
mendefinisikan bahwa “Anak retardasi mental adalah anak yang mengalami
gangguan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadiannya,
sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatannya sendiri di dalam
masyarakat meskipun dengan cara hidup yang sederhana.”
“Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkaqn anak
yang mempunayi kekuatan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakan
bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded,
mental deficiency, mental defective, dan lain-lain.” (H. Sunaryo Kartadinata,
1996 : 83).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa “Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan intelektual maupun perilaku adaptif, sehingga mereka tidak
dapat hidup mandiri.”
21
b. Penyebab Anak Tuna Grahita
Menurut David Smith (1998 : 114 - 115), penyebab anak terbelakang
mental :
1) Pra kelahiran, misalnya : genetik dan kromosom, rubella, penyakit
syphilis, dan racun dari alkohol dan obat.
2) Saat kelahiran, misalnya : bayi lahir prematur, kekurangan oksigen pada
saat proses kelahiran.
3) Selama masa perkembangan anak-anak dan remaja, misalnya : penyakit
radang selaput otak (meningitis), atau radang otak (encephalitis), cedera
otak akibat kecelakaan, gizi jelek dan keracunan timah.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Tuna Grahita dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu :
1) Faktor Genetik
a) Kerusakan/Kelainan Biokimiawi
Dalam Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi S (1994 : 31) pada
saat ini ada lebih kurang 90 penyakit yang dapat menyebabkan
kelainan metabolisme sejak lahir dan dapat diturunkan secara genetik.
b) Abnormalitas Kromosomal
Abnormalitas Kromosomal paling umum ditemukan adalah
sindroma Down atau sindroma Mongol. Keadaan penyakit ini
dikemukakan oleh Langdom Down sekitar 100 tahun lalu. Pada
mulanya penyakit ini disebut penyakit Down, tetapi karena penderita
memiliki mata sipit, maka ada yang menyebutnya Mongolisme.
2) Penyebab pada Masa Prenatal
a) Infeksi Rubella (Cacar)
Virus rubella mengenai ibu selama tiga bulan pertama
kehamilan mungkin menyebabkan kerusakan kongenital dan
kemunkinan terjadi retardasi mental pada anak.
b) Faktor Rhesus (Rh)
Pada manusia 86 % memiliki Rh positif dan 14 % memiliki Rh
negatif. Keduanya merupakan pasangan yang saling menolak
22
(incompatible), jika keduanya bertemu dalam satu aliran darah yang
sama, maka akan terbentuk agglutinin yang menyebabkan sel darah
mengumpulkan dan menghasilkan sel darah yang tidak dewasa dan
gagal menjadi sel darah yang dewasa.
3) Penyebab Prenatal
Kejadian pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadi
retaradasi mental terutama :
a) Luka saat kelahiran
Kelahiran yang menggunakan alat bantu menyebabkan
kerusakan pada otak.
b) Sesak napas (Asphyxia)
kerusakan otak disebabkan kekurangan oksigen dalam otak
selama proses kelahiran
c) Lahir peremature
Hasil penelitian Kirk dan Gallagher (Mulyono Abdurrachman
dan Sudjadi, 1994 : 37) menunjukkan bahwa lebih anak yang lahir
premature yang menderita epilepsi, cerebral palsy, dan retardasi mental
dari pada anak yang lahir tidak premature.
4) Penyebab Postnatal
Penyebab kecacatan setelah lahir antara lain dari penyakit akibat
infeksi
Penyakit encephalitis yaitu peradangan saraf pusat yang
disebabkan virus tertentu, jika terkena encephalitis timah hitam/keracunan
timah hitam menimbulkan retandasi mental.
Meningitis adalah infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan
selaput otak (menipis) dan menimbulkan kerusakan pada sistem saraf
pusat.
Kekurangan nutrisi pada ibu hamil dapat menyebabkan
prematuritas dan prematuritas beresiko kerusakan otak pada fetus.
23
5) Penyebab Sosiokultural
Para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa
lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual.
(Muljono Abdurracman dan Sudjadi S, 1994 : 30 - 38)
Atas dasar-dasar penyebab anak tuna grahita di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Masa Prenatal, terjadi sebelum lahir/dalam kandungan
a) Gangguan metabolisme
b) Sufeksi rubella
c) Faktor Rhesus (Rh)
2) Masa Natal, terjadi saat kelahiran
a) Lahir premature
b) Sesak napas (asphyxia)
c) Luka otak karena alat bantu
3) Masa Postnatal, terjadi selama masa perkembangan
a) Infeksi : - radang selaput otak (Meningitis)
- radang syaraf pusat (encephalitis)
b) Kekurangan nutrisi
c) Cedera otak karena kecelakaan
c. Klasifikasi anak tuna grahita
Klasifikasi anak tuna grahita apabila untuk tujuan pendidikan
dititikberatkan pada kemungkinan kemampuan anak dapat menerima
pendidikan atau tidak.
Menurut Munzayanah dalam buku Tuna Grahita, (1997: 21),
“Klasifikasi untuk pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah: (1) Anak perlu
rawat. (2) Anak mampu latih. (3) Anak mampu didik.”
24
Ada empat kelompok pembedaan keperluan pembelajaran, yaitu :
1. Taraf perbatasan atau lamban belajar (The borderline or the slow learner),(IQ 70 - 85)
2. Tuna grahita mampu didik (Educable mentally retarded) (IQ 50- 70 atau 75)
3. Tuna grahita mampu latih (Trinable mentally retarded) (IQ 30 atau 35 sampai 50 atau 55), dan
4. Tuna grahita mampu rawat (Dependentor mentally retarded) (IQ dibawah 25 atau 30). (Muljono Abdurracman dan Sudjadi S, 1994: 30 - 38)
Atas dasar di atas klasifikasi anak tuna grahita berdasarkan keperluan
pendidikan adalah: anak mampu rawat, anak mampu latih dan anak mampu
didik.
Anak Tuna Grahita mampu rawat karena retardasi mental sangat berat,
maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri. Ia memerlukan
pemeliharaan secara penuh dan sepanjang hidupnya.
Anak tuna grahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak
dapat dididik untuk mencapai prestasi terendah yaitu kelas satu SD, hanya
mampu dilatih untuk belajar ketrampilan menolong diri sendiri, penyesuaian
sosial dalam keluarga dan bertetangga, dapat bekerja yang sederhana di tempat
yang terlindung.
Anak tuna grahita mampu didik dipandang masih memiliki potensi
untuk menguasai materi pelajaran akademik di SD. Mampu bersosialisasi
dengan masyarakat dan mampu berdikari.
d. Karakteristik Anak Tuna Grahita
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada anak cacat grahita
(Munzayanah, 1997: 24) adalah:
1) Anak mengalami kelainan bicara atau speech defect . 2) Mengalami gangguan dalam sosialisasi. 3) Biasanya diikuti dengan kelainan fisik yang lain, misalnya:
cerebral palsy, tuna dengar. 4) Peka terhadap penyakit.
25
Ada beberapa karakteristik umum anak tuna grahita yang dapat kita
pelajari (Sunaryo Kartadinata, 1996: 85) adalah sebagai berikut: (1)
Keterbatasan intelegensi,(2) Keterbatasan sosial, (3) Keterbatasan fungsi-
fungsi mental lainnya.
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari
informasi dan ketrampilan penyesuaian diri. Anak tuna grahita memiliki
kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak terutama yang
bersifat abstrak. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian.
Disamping intelegensinya terbatas, anak tugas grahita juga memiliki
kesulitan mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Mereka cenderung
berteman dengan anak yang lebih muda usianya dan tidak mampu memikul
tanggung jawab sosial.
Anak tuna grahita memerlukan waktu lebih lama untuk melaksanakan
reaksi. Keterbatasan dalam penguasaan bahasa (pembendaharaan kata), maka
perlu kata-kata yang konkrit dan sering didengar.
Selain itu anak tuna grahita kurang dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dengan yang salah.
Karakteristik yang nampak dan sering terjadi pada anak tuna grahita
adalah:
1) Mengalami kelainan atau kelambatan dalam bicara sehingga sulit diajak
berkomunikasi.
2) Sulit mengadakan sosialisasi.
3) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam kemampuan intelektual
sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan berhitung
pada batas-batas tertentu.
4) Dapat dilatih ketrampilan ringan.
e. Layanan Pendidikan Anak Tuna Grahita
Sistem pendidikan bagi anak cacat grahita ada dua macam, secara garis
besar yaitu :
1) Sistem konvensional yaitu SLB bagian C dan SLB bagian CI
26
2) Sistem nonkonvensional yaitu :
- Sekolah luar biasa Pembina tingkat nasional untuk anak tuna grahita
(SLB Pembina Tingkat Nasional Bagian C) di Malang, Jawa Timur.
- Sekolah luar biasa Pembina tingkat propinsi untuk anak tuna grahita
(SLB Pembina Tingkat Propinsi Bagian C di Yogyakarta).
- Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang tersebar di seluruh Indonesia.
(Munzayanah, 1997 : 58 a)
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 (Muljono
Abdurracman dan Sudjadi S, 1994 : 261) berbentuk satuan pendidikan bagi
anak luar biasa mengalami perubahan menjadi sebagai berikut :
1) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
2) Sekolah Tingkatan Lanjutan Pertama (SLTP LB)
3) Sekolah Menengah Luar Biasa (SM LB) dan
4) Bentuk lain yang ditetapkan oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2. Prestasi Belajar Membaca Permulaan
a. Pengertian Prestasi
Suharta dan Ana Retnoningsih (2005 : 390) berpendapat bahwa
“Prestasi adalah suatu hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan.”
Menurut Purwodarminto (1985: 268) berpendapat bahwa “Prestasi
adalah suatu hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
“Prestasi adalah suatu hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan.”
b. Pengertian Belajar
Masyarakat yang telah mengikuti kegiatan belajar dengan masyarakat
yang tidak sama sekali mengenyam kegiatan belajar khususnya dibangku
sekolah, maka terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dari berbagai macam segi, diantaranya orang yang telah mengikuti kegiatan
belajar sampai selesai dalam kehidupan sehari-hari mempunyai kedudukan
yang sangat baik, terutama mendapat jabatan, kedudukan dan kesempatan
memperoleh pekerjaan, sedangkan masyarakat yang tidak pernah mengikuti
27
kegiatan belajar pada umumnya mencari nafkah dalam kehidupan sehari-
harinya hanya mengandalkan tenaga kasar.
Syaiful Bahri Djamarah (2002:13), belajar adalah “Serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil pegalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hower Kingsley dalam H J. Gino, dkk, 1995, belajar diartikan sebagai
“Suatu proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek dan
atau latihan.”
Muhibbin Syah (2003: 68) mengatakan bahwa secara umum belajar
dapat dipahami sebagai “Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
Seseorang yang telah mengalami perubahan dalam tingkah laku yang
dibuktikan terhadap kehidupan sehari-hari, maka seseorang tersebut dapat
dikatakan telah melakukan kegiatan belajar. Setiap orang sudah barang tentu
menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya. Oleh karena itu, kegiatan
belajar secara langsung di sadari atau tidak seseorang ini telah melakukan
kegiatan belajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah “Suatu
proses kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang dilakuakan
secara sadar”.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Belajar (2003 : 144)
membedakan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam, yaitu :
1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa;
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.
28
Siswa yang mengalami kelambatan atau kegagalan dalam belajar,
merupakan kasus yang tidak hanya terbatas pada bidang perlakuan pengajaran,
tetapi juga bidang pemberian bantuan. Kasus belajar yang mereka alami
mungkin disebabkan oleh faktor – faktor internal maupun faktor external.
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu siswa sendiri, baik
biologis maupun psikologis. Faktor external yaitu faktor yang berasal dari luar
siswa, antara lain lingkungan sosial, bahkan pelajaran dan proses belajar
mengajar (Ishak dan Waiji dalam Sri Purwanti, 2002 : 14).
Rendahnya hasil belajar disebabkan oleh dua faktor, yakni:
1) Faktor dari luar diri siswa (eksternal). Terdiri dari faktor-faktor sosial dan non sosial. Seperti: kualifikasi guru, metode, media, peralatan dan evaluasi.
2) Faktor dari dalam diri siswa (internal). Terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Seperti: intelegensi, minat, bakat, motivasi, persepsi, dan cara belajar anak. (Suryabrata dalam Ramainas, 2006:80)
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar membaca permulaan adalah : (1) faktor internal
berupa intelektual, emosi, fisik. (2) faktor external berupa lingkungan sosial
dan proses belajar mengajar.
Faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Seorang siswa yang intelegensinya tinggi
(faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor
external), mungkin akan memiliki pendekatan belajar yang mementingkan
kualitas hasil pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang intelegensinya rendah
akan cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak
mendalam. Jadi, karena pengaruh faktor – faktor tersebut di atas, muncul
siswa berprestasi tinggi dan berprestasi rendah, atau gagal sama sekali.
d. Ciri-ciri belajar
Sesuatu usaha dikatakan sebagai aktivitas belajar memiliki 3 ciri utama
yakni :
29
1) Ada aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri
pembelajar baik aktual maupun potensial.
2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru dan berlaku
dalam waktu yang relatif lama (konstan).
3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha secara sadar.
Perubahan yang terjadi karena kematangan, kondisi fisik dan mental
bukan belajar. (Gino, dkk, 1995 : 58c).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:15-16) dalam Psikologi
Belajar, menyatakan bahwa jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah
laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-
ciri belajar.
1) Perubahan yang terjadi secara sadar.
Individu yang belajar menyadari terjadinya atau merasakan telah
terjadi adanya perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Misalnya, jika seorang anak
belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
membaca menjadi dapat membaca.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Makin banyak usaha belajar makin banyak dan makin baik
perubahannya. Bersifat aktif artinya perubahan tidak dengan sendirinya,
melainkan karena usaha.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah
laku yang telah ditetapkannya.
30
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek yang
lain.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
belajar adalah: (1) Usaha sadar, (2) Perubahan itu baik, (3) Perubahan itu
bersifat menetap.
e. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2003 : 213) menyatakan bahwa “Indikator
prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan
diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa”.
Petter dan Yenny Salim, (1991 : 90) menyatakan bahwa “Prestasi
belajar merupakan hasil yang dicapai dalam penguasaan pengetahuan,
ketrampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui test”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil akhir yang telah dicapai dari kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam angka, huruf maupun dalam kalimat yang dapat mencerminkan hasil
perubahan dalam ketrampilan dan sikap yang dicapai seseorang secara
individu merupakan hasil interaksi lingkungan.
f. Pengertian Membaca Permulaan
Pendapat Ronalds Wardaugh dalam artikelnya yang berjudul “Reading
Technical proses” dalam (Yant Mujianto dkk. 1994 : 47) menyatakan
“Membaca adalah kegiatan yang aktif dan interaktif.”
Purwodarminta (1984: 71) menyatakan bahwa membaca adalah
“Melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu,
misalnya buku, surat.”
Menurut Mulyono Abdurrachman (1996 : 171) “Membaca merupakan
aktivitas kompleks yang merupakan sejumlah tindakan terpisah – pisah
mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan”.
31
Menurut Yant Mujianto, (1994 : 48) daloam Pusparagam Bahasa
Indonesia,
“Membaca adalah kemampuan memahami ide, kemampuan menangkap makna yang terdapat dalam teks, baik makna lugas maupun makna kias, baik yang tersurat maupun tersirat, baik makna parsial maupun makna utuh. Jadi, seluruh proses membaca baik dilakukan dalam hati maupun dilafalkan menuju kepemahaman”. Siswa sekolah luar biasa harus melakukan kegiatan membaca, baik di
dalam maupun di luar kelas, agar siswa mampu membaca dengan lancar dan
cepat, siswa harus memiliki kemampuan dasar yang berupa ketrampilan
membaca permulaan.
Menurut Sabarti Akhadiah M.K dkk (1191/1992: 11) mengemukakan
bahwa:
“Membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut dapat menyuarakan kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, siswa dituntut untuk mampu menterjemahkan bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun mengenali huruf-huruf yang tertulis.” Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca
permulaan pada hakikatnya adalah suatu aktivitas komplek yang mencakup
fisik dan mental dengan tujuan mengenali, memahami serta menyuarakan
lambang-lambang tulisan.
Pada konsep membaca permulaan tidak ada rambu-rambu yang
menyatakan bahwa kemampuan membaca permulaan itu meliputi kemampuan
memahami wacana. Dengan demikian, kemampuan membaca permulaan ini
dapat dilepaskan dari “arti” lambang tulisan. Namun demikian, karena
kemampuan permulaan ini merupakan batu loncatan untuk sampai ke
kemampuan membaca lanjut yang memperhatikan makna, seyogyanya
kemampuan membaca permulaan ini lambat laun diarahkan kepada
kemampuan memahami makna.
32
g. Pembelajaran Membaca Permulaan
Pengajaran membaca yang paling tepat adalah pengajaran membaca
yang didasarkan pada kebutuhan siswa dan mempertimbangkan apa yang telah
dikuasainya. Adapun kegiatan yang dalam pengajaran membaca :
1) Peningkatan ucapan
Kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.
2) Kesadaran fonetik (Bunyi)
Kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan siswa bahwa kata
dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna.
a) Pembedaan bunyi
b) Pembedaan huruf
c) Vokal dan diftong
d) Konsonan awal dan akhir, konsonan yang dilambangkan dua huruf
(ny, ng, kh, sy).
e) Suku kata
3) Hubungan antara Bunyi – Huruf
“Pengetahuan tentang bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca. Jika anak mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi-huruf, guru perlu mengajarkan hubungan bunyi-huruf secara terpisah. Guru dipandang perlu mengidentiffkasi apakah anak telah dapat dengan tepat mencocokkan antara bunyi dengan huruf (Kartono, dkk, 2008 : 107).”
4) Kemampuan mengingat
5) Orientasi dari kiri ke kanan
6) Ketrampilan pemahaman
7) Penguasaan kosa kata dan makna kata.
Pengenalan kata merupakan proses yang mengakibatkan
kemampuan mengidentifikasi simbol tulis, mengucapkan dan
menghubungkan dengan makna.
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan
pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan
33
bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana maupun ketidakmampuan
siswa memahami isi bacaan.
Dibawah ini ada beberapa cara yang dapat untuk menurunkan tingkat
keterbacaan sebuah kalimat.
1) Mencari kata-kata sukar yang terdapat dalam kalimat. Kata-kata yang
panjang biasanya sukar untuk dibaca. Gantilah dengan kata yang pendek.
Kata-kata yang lebih pendek akan lebih mudah dibaca.
2) Bacalah kalimat-kalimat tersebut untuk mengetahui kemungkinan
memendekannya dengan jalan membagi menjadi dua atau tiga buah
kalimat.
3) Menulis kembali kalimat tersebut dengan kata-kata yang lebih mudah dan
kalimat-kalimat yang pendek.
4) Mengukur tingkat keterbacaan kalimat yang baru itu untuk mengetahui
penurunannya.
Berikut ini kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi anak dalam belajar
membaca :
No. Kategori Problem / Wujud Kesulitan / Kesalahan
1 Pra membaca 1. Kurang mengenal huruf
2 Membaca bersama 3) Membaca kata demi kata
4) Miskin pelafalan (kesalahan pengucapan)
5) Penghilangan
6) Pengulangan
7) Penyisipan
8) Penggantian
9) Pembalikan
10) Menggunakan gerak bibir
3 Pemecahan kode 1. Kesulitan vokal
2. Kesulitan vokal rangkap
3. Kesulitan konsonan
4. Kesulitan konsonan rangkap
5. Kesulitan menganalisis struktur kata
6. Tidak mengenali makna kata
34
h. Pengertian Prestasi Belajar Membaca Permulaan
Di atas telah dibahas tentang prestasi belajar dan membaca permulaan.
Dari pembahasan-pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar membaca permulaan adalah hasil yang dicapai dari kegiatan
mengenali, memahami serta menyuarakan lambang-lambang tulisan.
3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa Indonesia
“Bahasa merupakan sistim lambang bunyi yang arbriur, yang
dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berorientasi,
dan mengidentifikasikan diri percakapan (perkataan) yang baik” (Suharso dan
Ana Retnoningsih, 2005 : 67).
“Bahasa adalah alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat
berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi kemampuan, saling belajar dan
yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual” (Depdiknas, 2002 : 1).
“Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan ketrampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap Bahasa Indonesia” (Depdiknas, 2002 : 1).
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah program yang berfungsi untuk dapat
mengidentifikasikan diri percakapan (perkataan) yang baik di sekolah maupun
di masyarakat.
b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
7. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
8. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.
9. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan cepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
10. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
35
11. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
12. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006 : 66).
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDLB/C,
semester 2 cakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersuara
yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
Mendengarkan 5. Mendengarkan pengumuman
5.1 Mendengarkan kemampuan kemudian menentukan isi dan menyampaikan kembali isinya.
5.2 Menjawab pertanyaan isi pengumuman. Berbicara 6. Mempraktekkan menyampaikan pesan dari telepon.
6.1 Menjawab pertanyaan dalam telepon. 6.2 Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai
dengan isi pesan. Membaca 7. Memahami bacaan tentang teks pengumuman.
7.1 Membaca nyaring pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 7.2 Berbincang tentang isi pengumuman.
Menulis 8. Menyusun teks pengumuman sederhana.
8.1 Menyusun kalimat sederhana berdasarkan bahan yang disediakan guru.
8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif dengan memperhatikan penggunaan ejaan (Depdiknas, 2006 : 74)
4. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
a. Pengertian Metode
Menurut Martinis Yamin, dalam bukunya sertifikasi profesi Keguruan
di Indonesia (2006;153). “Metode pembelajaran merupakan cara melakukan
atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu.”
Pendapat Marika Soebrata dalam bukunya Strategi Pembelajaran PLB
(1997;27). “Metode itu adalah suatu cara untuk mencapai tujuan bagi guru,
36
dan sebagai suatu alat untuk menyajikan bahan pelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran.”
Menurut Sukarta dan Ana Ratnaningsih (2008) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia: “Metode adalah cara yang diatur dan berpikir baik-baik
mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya.”
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode adalah
“Suatu cara untuk menyampaikan materi pelajaran agar tercapai tujuan
pengajaran.”
b. Pengertian Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang
dipimpin oleh Dr. A.S Broto pada waktu- waktu itu telah menghasilkan
metode SAS. Menurut A.S Broto khususnya disediakan untuk belajar
membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD.
Beberapa alasan yang mendasari metode SAS diciptakan untuk
memperbaiki pengajaran membaca pada sistem permulaan:
(1) Pada dasarnya bahasa itu ucapan, bukan tulisan. (2) Unsur bahasa terkecil yang bermakna ialah kalimat. (3) Setiap bahasa memiliki struktur yang berbeda dengan bahasa lain. (4) Pada waktu memulai bersekolah, setiap anak telah menguasai
struktur ibunya. (5) Bahasa ibu itu dikuasai siswa tanpa kesadaran tentang aturan-
aturan dalam bahasa tersebut. (6) Potensi dan pengalaman bahasa siswa itu perlu dikembangkan di
sekolah. (7) Melalui pendidikan di sekolah, 10000 (8) siswa dilatih mencari dan memecahkan masalah. (9) Dalam mengamati sesuatu, manusia lebih dahulu melihat
strukturnya atau sosok keseluruhannya. (10) Setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu,
sehingga ia ingin mengugah, merusak, atau membongkar sesuatu. (Sabarti Akhadiah, M.K. dkk, 1991/1992: 34).
Metode SAS pada dasarnya merupakan perpaduan antara metode fonik
dan metode linguistik. Meskipun demikian, ada perbedaan antara kode tulisan
yang dianalisis dalam metode linguistik untuk kata. Sedangkan dalam
metode SAS yang dianalisis adalah kode tulisan yang berbeda bentuk kalimat
pendek yang utuh. Metode SAS didasarkan atas asumsi bahwa pengamatan
37
siswa mulai dari keseluruhan (gestalt) dan kemudian ke bagian- bagian. Oleh
karena itu, siswa diajak memecahkan kode tulisan pendek yang dianggap
sebagai unit bahasa yang utuh, selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata,
suku kata, dan huruf, kemudian mensintesiskan kembali dari huruf ke suku
kata, kata dan akhirnya kembali menjadi kalimat (Mulyono Abdurrahman,
1996 : 185).
Pembelajaran membaca kepada siswa permulaan merupakan pekerjaan
yang ekstra bagi pendidik, melalui proses analitik, siswa diajak untuk
mengenal konsep kata. Karena pemberian pembelajaran membaca dalam
membahas kalimat- kalimat yang utuh dapat dijadikan sebagai tonggak dasar
untuk pembelajaran membaca permulaan dan akhirnya akan diuraikan
kedalam satuan-satuan bahasan yang lebih kecil yang disebut kata. Kata demi
kata akan dibahas secara berkesinambungan dalam metode membaca agar
supaya siswa betul-betul mampu menguasai bacaan, sebab selain siswa
dituntut untuk bisa membaca juga dituntut untuk memahami makna bacaan.
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa metode SAS merupakan suatu
metode dasar yang diterapkan dalam pendidikan untuk memberikan
bimbingan kepada siswa dalam hal membaca. Karena itulah dengan membaca
dengan baik dan benar merupakan salah satu sarana yang dapat
menghantarkan siswa untuk mencapai prestasi belajar.
c. Prosedur Penggunaan Metode SAS
Prosedur penggunaan metode SAS dalam pembelajaran membaca
antara lain :
1) Mula-mula membaca permulaan dijadikan dua bagian yaitu membaca permulaan dengan buku dan tanpa buku
2) Merekam bahasa anak melalui pertanyaan – pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3) Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar ditampilkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4) Membaca secara struktural 5) Membaca permulaan dengan buku 6) Membaca lanjutan 7) Membaca dalam hati
(http://massofa.word press.com, 27 – 6 2008)
38
Menurut Sabarti Akhadiyah dkk (1991/1992: 34). Penggunaan Metode
SAS ini dilaksanakan dalam dua periode. Periode pertama ialah periode tanpa
buku dan periode yang kedua ialah periode dengan buku.
1) Periode Membaca Permulaan Tanpa Buku
Periode tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses
pengajaran membaca permulaan. Pada periode ini guru menggunakan alat
atau media kecuali buku. Periode ini berlangsung dengan urutan sebagai
berikut.
a) Merekam Bahasa Anak
Pada awal masuk sekolah, dari segi kebahasaanya, mereka
telah menguasai bahasa ibunya. Mereka juga mempunyai berbagai
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan
keluarga dan masyarakat sekitar rumahnya. Latar belakang bahasa,
pengetahuan, serta pengalaman mereka berbeda-beda. Hari-hari
pertama masuk sekolah guru mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan
siswa. Kalimat ini dijadikan pola dasar untuk pengajaran membaca
permulaan.
b) Bercerita dengan gambar
Gambar-gambar yang dipasar didinding kelas selain untuk
menyemarakkan kelas, juga dapat dijadikan alat pelajaran. Tentunya
penempatan dan pemilikan gambar harus dilakukan seksama. Gambar-
gambar harus menarik dan dapat dirangkai menjadi cerita. Guru
menggunakan gambar-gambar tersebut untuk bahan cerita.
Guru dapat menggunakan gambar sebagai bahan cerita. Melalui
pertanyaan-pertanyaan pancingan dari guru, siswa mengemukakan
kalimat sehubungan dengan gambar yang ditampilkan satu persatu.
Gambar-gambar ditempelkan pada papan flanel dalam urutan yang
baik sehingga dapat dirangkaikan menjadi cerita sederhana.
c) Membaca Gambar
Guru menunjukkan sebuah gambar. Kemudian diletakkan
tulisan/kalimat dibawahnya. Jika guru menunjukkan gambar itu siswa
39
menyebutkan kalimatnya. Dalam hal ini siswa belajar membaca
gambar.
d) Membaca gambar dengan kartu kalimat
Kartu kalimat yang disertakan pada gambar yang dibaca siswa,
akan menarik perhatian siswa. Mereka memperhatikan kartu dan
tulisan tersebut. Siswa dapat melihat bahwa secara keseluruhan tulisan
kalimat itu berbeda-beda untuk setiap gambar.
e) Proses struktural
Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu
dihilangkan. Siswa memulai belajar membaca kalimat secara struktural
atau global. Untuk memeriksa apakah siswa telah mampu membaca
secara struktural, guru dapat menemukan letak urutan kartu, atau
mengangkat semua kartu kalimat kemudian menampilkannya satu
persatu secara acak dan meminta siswa membacanya.
f) Proses analitik
Jika proses struktural berjalan dengan baik, maka siswa akan
mendengarkan dengan melihat adanya kelompok-kelompok yang
diucapkan atau dibacanya.
Contoh : ini mama dewi
Ini kakak dewi
Ini ayah dewi
Dengan demikian proses selanjutnya yaitu proses analitik dapat
dimulai. Kalimat diurai menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku
kata, menjadi huruf. Melalui kegiatan analitik ini, siswa diharapkan
mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat ini.
ini dewi
ini dewi
i ni de wi
i n i d e w i
Siswa pada akhirnya mengenali huruf. Dari proses analitik ini
diperoleh kartu kata, kartu suku, dan kartu huruf.
40
g) Proses Sintentik
Sesudah siswa mampu mengenali huruf dalam kalimat, maka
huruf-huruf yang sudah terpisah-pisah itu digabungkan kembali
menjadi kata-kata, dan akhirnya menjadi kalimat.
Pengenalan huruf-huruf baru tetap dilakukan melalui kalimat
dengan proses struktural analitik-sintetik dengan menggunakan kartu-
kartu.
2) Periode Membaca Permulaan dengan Buku
Penggunaan buku ini memuat kalimat-kalimat dan huruf-huruf
yang sudah dipelajarinya pada masa/periode tanpa buku. Kegiatan
membaca dengan buku ini bertujuan untuk melancarkan dan memantapkan
siswa dalam membaca. Jadi buku pertama yang dibaca berfungsi sebagai
pelancar. Selain itu juga untuk membiasakan siswa membaca tulisan
berukuran kecil, sebab selama periode tanpa buku mereka berlatih
membaca dengan huruf berukuran besar.
d. Kelebihan Metode SAS
Metode SAS banyak digunakan pada pembelajaran membaca
permulaan kepada siswa. Karena mempunyai kelebihan-kelebihan.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode SAS,
diantaranya sebagai berikut :
1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk komunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, yakni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan memberi dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak .
3) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuri (menemukan sendiri). Siswa mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Dengan begitu siswa akan merasa lebih percaya diri atas kemampuan sendiri. Sikap seperti ini akan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar (Djago Tarigan dalam Sipu, 2003 : 10).
41
Segi baiknya metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang juga
merupakan kelebihan-kelebihan adalah :
1) Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis. 2) Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat
anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
3) Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar (http://massofa.word press.com, 27 – 6 2008)
e. Langkah-langkah Pengajaran Metode SAS
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-
langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan
keseluruhan, Analitik melakukan proses penguraian, Sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula.
Agar supaya penerapan metode SAS tercapai sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, maka sebagai tenaga pendidik (guru) harus menggunakan
berbagai langkah, diantaranya :
1) Guru bercerita atau bertanya jawab dengan siswa. 2) Membaca beberapa gambar. 3) Membaca beberapa kalimat dengan bantuan gambar. 4) Setelah siswa hafal membaca kalimat dengan bantuan gambar,
dilanjutkan membaca tanpa bantuan gambar. 5) Menganalisa sebuah kalimat menjadi kata, suku kata, dan huruf
serta mensintesiskan kembali menjadi kalimat (Depdikbud, 1992). Ada dua jenis tindakan pendekatan pengajaran membaca yang sering
dipakai pada tahap ini, tetapi para pakar tidak mempunyai pendapat yang sama
mengenai pendekatan yang lebih baik diantara keduanya. Pendekatan pertama
menekankan pada symbol (code emphasis). Pendapat kedua menekankan
belajar membaca kata dan kalimat secara utuh (meaning enphasis) (Sunardi,
19997 : 7)
Pendekatan pada pemahaman symbol dan menekankan belajar
membaca kata serta kalimat secara utuh merupakan salah satu faktor yang
dapat menghantarkan kepada siswa untuk lebih cepat mampu mengucapkan
kata-kata atau symbol dalam belajar membaca. Karena itulah berhasil atau
42
tidaknya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar salah satu faktor yang
mendukung yaitu kemampuan siswa dalam membaca.
B. Kerangka Berpikir
Siswa kelas IV dalam proses belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Pengamatan peneliti terhadap siswa kelas IV
ternyata prestasi belajar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia rendah.
Di kelas IV terdapat 3 siswa yang prestasi belajar membaca permulaan
rendah, sehingga mereka belum mencapai tujuan pembelajaran. Dari tiga siswa
semuanya memerlukan pelayanan tindakan.
Penggunaan metode Struktural Analistik Sintetik (SAS) diduga dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia. Dengan metode tersebut akan meningkatkan prestasi belajar membaca
permulaan di kelas D4C SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar Semester II
Tahun Ajaran 2008/2009.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini, sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
5. Prestasi belajar
membaca permulaam meningkat
1. Siswa
3. Siswa Prestasi
Membaca Permulaan rendah
3. b. Faktor Eksternal
2. PBM Membaca
permulaan
3.a Faktor Internal
4. Penggunaan Metode SAS
(Struktural Analitik Sintetik)
43
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah penggunaan metode Struktural Analisis Sintetik (SAS) dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas D4C SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar Semester II
Tahun Ajaran 2008/2009.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai
dengan Juli 2009. Sebagaimana diuraikan dibawah ini.
Uraian kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
N
o. Kegiatan
Waktu / Buian
Februari Maret April Mei Juni Juli
Persiapan Tindakan
1 Penyususunan proposal V
2 Persetujuan proposal V
3 Perbaikan proposal V
4 Perijinan penelitian V
5 Membuat instrumen alat peraga , RPP
V
Pelaksanaan Tindakan
6 Siklus I V
7 Siklus II V
8 Siklus III V
Pasca Tindakan
9 Rekapitulasi hasil V
10 Penyusunan laporan V
11 Pengajuan dan perbaikan V
12 Penggandaan laporan V
13 Seminar V
45
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SLB BC YPASP gondangrejo karanganyar kelas
D4C Semester II Tahun Ajaran 2008/2009. Sekolah ini beralamat di jalan Solo-
Purwodadi Km 6. Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar.
Hal ini dilakukan karena peneliti sebagai guru kelas, agar kemampuan atau
prestasi belajar membaca dapat meningkat, pada bidang pengajaran Bahasa
Indonesia.
B. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas D4C (Tuna
Grahita). SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar yang berjumlah 3 siswa,
terdiri dari 1 laki-laki dan 2 perempuan, guru sebagai kolabolator dan guru
sebagai peneliti.
C. Sumber Data
Data diperoleh dari informasi tentang kemampuan siswa dalam membaca,
motivasi dalam membaca, serta penggunaan strategi pembelajaran di kelas. Data
penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber, yang meliputi :
1) Nara sumber, yaitu siswa, guru, dan orang tua.
2) Dokumen, antara lain berupa kurikulum, RPP dan buku penilaian
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode
testing, metode dokumentasi dan metode observasi.
a. Metode observasi
Metode observasi adalah mengamati dan mencatat secara
sistematis untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa.
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui siswa yang mengalami
prestasi belajar membaca rendah dan bentuknya berupa lembar
pengamatan.
46
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data.
Berdasarkan data-data, catatan-catatan yang berhubungan dengan
kemampuan membaca permulaan.
Dokumen yang digunakan adalah raport, daftar nilai, catatan atau
buku ulangan harian siswa.
c. Test
Tujuan test adalah untuk mengetahui kemampuan membaca
permulaan, baik saat maupun sesudah tindakan. Jenis test yang digunakan
adalah test lisan, yaitu serangkaian kalimat yang harus dibaca oleh siswa,
sedangkan bentuk test adalah Subyektif.
Adapun untuk mengetahui perkembangan membaca pada siswa
disetiap siklus, maka dilakukan penilaian proses membaca dan penilaian
membaca.
1) Penilaian proses membaca
Siswa pada waktu proses pembelajaran diamati dan dinilai,
sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah dapat membaca dan
menggabungkan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan
kata menjadi kalimat dengan benar.
2) Penilaian membaca
Setelah proses belajar mengajar diadakan evaluasi/test
membaca kalimat.
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen atau alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Lembar test
Alat ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data prestasi membaca
permulaan pada siswa kelas D4C SLB B-C YPASP Gondangrejo. Akan
diperoleh melalui test proses membaca dan test membaca. Lembar ini
terdiri dari 5 soal obyektif.
47
b. Dokumentasi
Instrumen ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang subyek
penelitian. Data tersebut diperoleh dari nilai raport dan nilai harian bahasa
Indonesia.
c. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengadakan observasi yang
lebih terarah terhadap siswa yang mengalami prestasi belajar membaca
rendah.
Lembar observasi yang digunakan ada dua macam :
1) Lembar observasi awal digunakan untuk mengadakan observasi
terhadap siswa yang prestasi belajar membaca permulaan rendah, agar
dapat diperoleh gambaran kemampuan dasar siswa di bidang membaca
permulaan.
2) Lembar observasi proses digunakan untuk mengadakan observasi yang
lebih terarah terhadap proses pelaksanaan tindakan, yang dituangkan
dalam jadwal harian.
E. Validasi Data
Informasi-informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validasinya, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data yaitu triangulasi dan review informan
kunci.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding data itu (Lexy J. Moleong, dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 69).
Teknik triangulasi yang digunakan adalah :
1. Triangulasi sumber data
a. Data dari buku ulangan harian siswa menunjukkan hasil prestasi Bahasa
Indonesia rendah
b. Data dari raport semester I, nilai rata-rata 6
48
2. Triangulasi metode pengumpulan data
a. Tugas membaca di depan kelas, siswa mengalami kesulitan membaca
b. Wawancara dengan orang tua siswa tentang belajar anak di rumah.
c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/media pembelajaran di
sekolah.
Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi
temuan kepada informankunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan
informasi tentang data atau interpretasi temuan tersebut (Sarwiji Suwandi, 2008 :
69). Setelah melakukan kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa
kembali oleh peneliti sehingga data tersebut valid.
F. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini dengan menggunakan teknik deskriptif
komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis.
Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif,
yaitu dengan membandingkan hasil yang diperoleh antar siklus. Nilai rata-rata
siswa dalam kemampuan membaca pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus,
setelah siklus II, dan seterusnya, dibandingkan hasilnya.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelebihan
dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan
kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang
ada.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan penelitian. Ukuran keberhasilan dalam
pencapaian tujuan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan secara kuantitatif.
Setelah siklus tiga berakhir diharapkan dengan pembelajaran metode SAS yang
dirancang dan dilaksanakan oleh peneliti secara benar, dapat meningkatkan
prestasi belajar membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan tujuan
akhir dari penelitian ini adalah siswa dapat membaca 5 kalimat sederhana tanpa
mengeja. Tolok ukur keberhasilan apabila siswa dapat mencapai nilai 70.
49
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Mempelajari kurikulum
b. Mengidentifikasi siswa yang prestasi belajar membaca rendah
c. Membuat alat peraga
d. Membuat lembar observasi
2. Tahap Tindakan
Pelaksanan tindakan diwujudkan dalam bentuk siklus. Direncanakan 3
siklus yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
a. Rencana siklus I
Tolak ukur keberhasilan siklus I adalah siswa dapat mengenal,
membaca huruf-huruf, suku kata, kata dan kalimat yang mengandung
huruf b, d dan p dengan nilai 70.
1) Tahap Perencanaan (Planning)
§ Merancang sekenario pembelajaran membaca
§ Menyusun RPP tentang kegiatan membaca
§ Menyediakan media berupa gambar.
§ Menyiapkan lembar evaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan ini berarti perlakuan yang akan
dilaksanakan kepada siswa. Adapun langkah kegiatannya :
§ Guru menunjukkan gambar
§ Guru menceritakan gambar
§ Guru memberi tulisan di bawah gambar sesuai gambar
§ Siswa mengenal huruf-huruf yang ada dan cara membacanya
dengan bantuan gambar
§ Setelah siswa mengenal huruf, gambar mulai disingkirkan
§ Dilanjutkan membaca tanpa bantuan gambar
50
§ Kemudian menganalisis kalimat menjadi kata, suku kata dan
huruf serta mensintesiskan kembali menjadi kalimat
3) Pengamatan (Observing)
Pengamatan diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk
jurnal harian.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan pengkajian dan penilaian hasil
pengamantan dalam kaitannya dengan indikator kinerja tahap I, apabila
hasil pengamantan menunjukkan peningkatan, makia edirumuskan
tujuan tahap selanjutnya lebih tinggi tingkat pemahamnnya. Untuk itu
perlu disusun rencana tindakan II.
b. Rencana Siklus II
Pada siklus II perencanaan tindakan denga hasil yang telah dicapai
pada tindakan dalam siklus I. sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
materi pembelajaran sesuai kurikulum sehingga pelaksanaan penelitian tidak
mengganggu jadwal pembelajaran. Karena tujuannya adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar membaca.
Tolok ukur keberhasilan siklus II adalah siswa dapat membaca huruf-
huruf, suku kata dan kalimat yang mengandung konsonan rangkap (b, d dan p)
mencapai nilai 70.
51
Rencana penelitian penggunaan metode SAS dalam meningkatkan prestasi
belajar membaca permulaan dapat diilustrasikan sebagai berikut
Gambar 2. Rencana tindakan dalam peningkatan Prestasi belajar membaca
Permulaan
Masalah Rencana Tindakan I
Refleksi Pelaksanaan Tindakan I
Tahap I
Pengamatan
Rencana Tindakan II
Refleksi
Pengamatan Pelaksanaan Tindakan II
Tahap II
52
SIKLUS I
Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia (membaca permulaan)
dikelas D4C Semester, metode yang cocok adalah metode SAS. Pada tahapan atau
siklus ini guru menunjukkan gambar keadaan saat lomba mewarnai, guru
memberikan tulisan dibawah gambar yang berhubungan dengan gambar tersebut
dengan kalimat sederhana yang mengandung kata dengan huruf (b, d dan p),
sehingga siswa diharapkan dapat membacanya. Guru menunjuk salah satu siswa
untuk membacanya didepan kelas.
Adapun tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Subyek penelitian sebanyak 3 siswa ke D4C, yang mana masih ada
beberapa siswa yang mendapat nilai rendah atau kurang dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Ternyata setelah diamati masih ada beberapa siswa yang
belum lancar membaca, sehingga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru
perlu memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan materi
pembelajaran yakni metode SAS.
Guru menunjukkan gambar tentang lomba mewarnai beserta kalimat
yang mengandung kata dengan huruf b, d dan p. setelah itu siswa disuruh
mengamati gambar dan tulisan dibawah gambar kemudian membacanya.
Siswa disuruh menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan
suku kata menjadi huruf. Setelah siswa mampu mengenal huruf dalam
kalimat, maka huruf-huruf digabungkan kembali menjadi kata dan akhirnya
menjadi kalimat. Dari hasil membaca dan menguraikan dan menggabungkan
huruf, hasilnya selalu dinilai guru. Guru selalu memberi bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan, dan memberi pengamatan, sehingga siswa menjadi
lebih senang dan bersemangat.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini guru menunjukkan gambar dan kalimat sederhana. Guru
menjelaskan cara membaca. Guru mengajak siswa bersama-sama membaca
kalimat. Kemudian guru menguraikan kalimat sampai menjadi huruf dan
53
menggabungkan kembali menjadi kalimat. Guru menyuruh salah satu siswa
yang sudah lancar membaca untuk membaca didepan kelas, siswa yang lain
menirukan. Ini dilakukan secara bergantian dan berulang ulang sampai siswa
yang belum lancar membaca bisa membaca dengan benar. Guru memberi
motivasi dan membantu siswa yang belum/kesulitan membaca. Guru selalu
mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar membaca
dengan memberi nilai.
c. Observasi (Observing)
Pada tahapan ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa pada
waktu proses pembelajaran membaca secara langsung, sehingga dapat
diketahui apakah siswa sudah bisa membaca dan menggabungkan dan
menguraikan kalimat dengan benar.
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahapan ini guru/penulis melakukan pengolahan data dalam
membaca permulaan pada 3 subyek penelitian berdasarkan hasil pengamatan
selama pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pengolahan data yang berasal
dari pengumpulan data (observasi) tersebut dinyatakan berhasil bila siswa
dapat nilai mencapai 70. Hasil pengolahan data tersebut untuk menunjukkan
adanya peningkatan prestasi belajar membaca permulaan pada siswa dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 4 C (Tuna Grahita).
Berdasarkan pengolahan data tersebut dipakai sebagai dasar analisis
peningkatan prestasi belajar membaca untuk tindak lanjut menuju siklus
berikutnya.
SIKLUS II
Setelah melaksanakan siklus I yaitu membaca kalimat sederhana yang
mengandung kata dengan huruf b, d, p di depan maupun ditengah kata. Dianalis
yaitu diuraikan sampai menjadi huruf dan disintetikan yaitu digabungkan dari
54
huruf menjadi sebuah kalimat. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk membaca
bersama-sama tanpa gambar.
Adapun tahapan pada siklus II adalah:
a. Perencanaan Tindakan (Planing)
Tindakan Siklus II merupakan kelanjutan dari Siklus I dengan
melaksanakan proses pembelajaran membaca kalimat sederhana yang
mengandung huruf b, d atau p dalam belajar membaca permulaan. Materi
pembelajaran pada siklus II sesuai kurikulum yaitu membaca nyaring
pengumuman dengan lafaldan intonasi yang tepat.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahapan ini guru menunjukkan gambar dan kalimat sederhana
yang mengandung kata dengan huruf b, d atau p. Guru menjelaskan cara
membaca. Siswa menirukan kalimat yang dibaca guru bersama-sama.
Kemudian guru bersama-sama siswa menguraikan proses (analitik) kalimat
menjadi kata, suku kata dan huruf serta menggabungkan kembali (proses
sintetik) dari huruf, suku kata, kata menjadi sebuah kalimat. Siswa yang
sudah lancar membaca untuk memberi contoh membaca, selanjutnya siswa
lain membaca bersama-sama dan berulang-ulang satu per satu siswa membaca
didepan kelas tanpa gambar. Guru selalu memberi penguatan kepada siswa
yang sudah dapat membaca dan memberi bantuan serta motivasi kepada siswa
agar lebih giat lagi dalam belajar membaca untuk mencapai hasil yang lebih
baik. Guru mengamati proses membaca anak dan memberi nilai pada setiap
siswa.
c. Observasi (Observing)
Pada tahap ini guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode SAS sesuai materi pokok bahasan. Setiap akhir
pembelajaran diadakan evaluasi atau tes membaca. Hasil atau nilai yang
dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisis perkembangan
atau kemajuan proses belajar membaca siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
55
d. Pengolahan Data (Reflecting)
Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama
pembelajaran. Dari hasil test yaitu test proses membaca dan tes membaca
diketahui sejuah mana hasil yang dicapai dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan metode SAS di kelas D4C. Dalam pengolahan data
(reflecting) yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil bila siswa telah
mencapai nilai 70.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 Bagian Tuna Grahita SLB BC
YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran
2008/2009. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi dan (4) refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2009 dan
siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2009.
1. Deskripsi Kondisi Awal
Jumlah siswa Tuna Grahita kelas 4 SLB BC YPASP Wonorejo
Gondangrejo Karanganyar sebanyak 3 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan
2 siswa perempuan. Secara singkat kondisi siswa dapat penulis sampaikan sebagai
berikut:
a. Siswa A
Siswa laki-laki ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia terutama membaca selalu ingin yang pertama. Sekalipun
dalam membaca masih banyak kesalahan, terutama pada pemenggalan kata.
Setelah membaca ia tidak memperhatikan temannya membaca. Nilai ulangan
harian Bahasa Indonesia semester I rata-rata 66.
b. Siswa B
Siswa perempuan ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia mengalami ketinggalan, dalam membaca masih mengeja
dan sering diberi tahu oleh temannya terutama bila menemui huruf b, d dan p.
Bahkan sering menunggu temannya memberitahu. Setelah membaca ia tidak
memperhatikan temannya membaca. Nilai ulangan harian mata pelajaran
Bahasa Indonesia semester I rata-rata 63.
57
c. Siswa C
Siswa perempuan ini dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dapat mengikuti. Dalam membaca masih banyak kesalahan,
terutama pemenggalan kata. Sering memberi tahu bila teman sedang
membaca. Ia selalu aktif dalam mengikuti pelajaran. Nilai ulangan harian mata
pelajaran Bahasa Indonesia semester I rata-rata 64.
Hal tersebut diatas dapat dilihat pada nilai harian semester I mata pelajaran
Bahasa Indonesia tahun pelajaran
Tabel 1
Rekapitulasi Nilai Harian Pada Siswa Tuna Grahita
Kelas 4 SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009
(Sebelum Siklus)
No Nama Siswa Semester I
Nilai Harian Rata-Rata
1 2 3 4 1 A 60 70 65 70 66
2 B 60 70 60 60 63
3 C 60 70 65 64 64
Rata-rata kelas 64,3
Nilai hasil prestasi belajar harian (sebelum siklus) pada siswa Tuna
Grahita kelas 4 SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Semester I
tahun pelajaran 2008/2009 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
58
66 63 64
0102030405060708090
100
Siswa A Siswa B Siswa C
Nila
i Rat
a-R
ata
Grafik 1
Nilai hasil prestasi belajar harian semester I pada siswa Tuna Grahita
Kelas 4 SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009 (sebelum siklus).
2. Deskripsi Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan,
(3) Observasi, dan (4) Refleksi.
Adapun secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan (Planing)
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin, 11 Mei
2009, kemudian pelaksanaan Siklus I akan dilaksanakan hari Kamis, 14 Mei
2009 selama dua jam pelajaran. Tahap perencanaan tindakan I meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Merancang skenario pembelajaran membaca dengan metode SAS. Adapun
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a) Guru memberi apersepsi
b) Guru menunjukkan gambar, dan siswa mengamatinya
59
c) Guru memberikan tulisan dibawah gambar yang mengandung huruf b,
d dan p, siswa membaca dengan menunjukkan huruf-hurufnya agar
siswa lebih jelas.
d) Siswa disuruh menguraikan kalimat.
e) Siswa mengabungkan huruf sampai menjadi kalimat.
f) Siswa melaksanakan tes membaca di papan tulis.
2) Guru/peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Guru/peneliti mempersiapkan media pembelajaran yang berupa gambar
dan kalimat sederhana.
4) Guru/peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes
hasil membaca. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman
observasi dengan mengamati keaktifan siswa selama pross belajar
mengajar berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan tindakan kelas
terhadap 3 orang siswa dalam pembelajaran membaca permulaa dengan
menggunakan metode SAS. Dilaksanakan dalam satu pertemuan, yaitu pada
hari Kamis, 14 Mei 2009 selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit) di ruang
kelas 4 C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo,
Karanganyar.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran siklus I adalah sebagai
berikut:
1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan topik tentang pengumuman
lomba.
2) Guru menunjukkan gambar dan siswa mengamatinya.
3) Guru memberikan tulisan yang mengandung huruf b, d dan p, dibawah
gambar, siswa disuruh membaca dengan menunjukkan huruf-hurufnya
dengan menggunakan kartu huruf,agar siswa lebih jelas
4) Guru membetulkan bacaan/ucapan siswa. Guru dan siswa membaca secara
bersama-sama dan berulang-ulang.
60
5) Siswa dibimbing guru menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata, suku kata menjadi huruf.
6) Siswa dibimbing guru menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku
kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
7) Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah lancar untuk membaca ke
depan kelas, siswa yang lain menirukan. Ini dilakukan secara bergantian
atau bergiliran sampai siswa dapat membaca.
8) Guru memberikan motivasi dan memberi bantuan siswa yang mengalami
kesulitan dalam membaca.
9) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca.
Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar
membaca.
10) Siswa melaksanakan tes membaca kalimat di papan tulis.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I media gambar yang digunakan
adalah tentang lomba pukul air. Sesuai dengan kompetensi dasar, maka materi
bacaan tentang isi pengumuman rencana pelaksanaan/kegiatan saat lomba.
Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan kegiatan awal yaitu memberikan
apersepsi tentang pengumuman lomba.
Guru menunjukkan gambar tentang pelaksanaan lomba pukul air.
Tampak pada gambar tiga siswa yang memakai tutup mata sedang memukul
air di plastik. Siswa diminta menebak dan memberi komentar tentang gambar
tersebut. Guru memberi tulisan yang mengandung huruf b, d dan p dibawah
gambar dan siswa membacanya. Guru membetulkan bacaan/ucapan siswa dan
menirukan bersama-sama.
Dengan menggunakan kartu kalimat siswa dengan bimbingan guru
menguraikan dengan menggunting kalimat menjadi kata, dari kata menjadi
suku kata, kemudian dari suku kata menjadi huruf (proses analitik). Setelah
selesai siswa diajak mensintetikan/menggabungkan kembali huruf tersebut
menjadi suku kata, suku kata menjadi kalimat kemudian dari kata menjadi
kalimat.
61
Keaktifan siswa pada proses kegiatan belajar mengajar selalu dicatat.
Demikian juga penilaian, yaitu tes membaca kalimat/hasil membaca.
Kemudian guru menutup pembelajaran hari ini dan berpesan agar
siswa lebih giat/rajin membaca.
c. Pengamatan (Observing)
Guru dan teman sejawat mengamati proses pembelajaran pada siswa
kelas 4 dengan materi membaca permulaan dengan metode SAS di ruang
kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar.
Pengamatan dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Mei 2009. berdasarkan hasil
pengamatan pada proses belajar mengajar diperoleh gambaran tentang
keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu sebagai
berikut:
1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi sebanyak 2 siswa, sedangkan 1
siswa membolak-balik buku catatan atau 67%.
2) Siswa yang aktif dan antusias dalam pembelajaran membaca 3 siswa, yang
berarti semua aktif atau 100 %.
3) Berdasarkan hasil tes/baik tes proses membaca dan tes membaca adalah
kurang, karena nilai yang diperoleh kurang dari 70, ada 2 siswa dan 1
siswa memperoleh nilai 70. Hal ini disebabkan karena siswa belum paham
sepenuhnya dalam menggabungkan huruf-huruf.
Ada beberapa kelemahan yang bersumber dari beberapa segi:
1) Segi media berupa:
a) Pada saat pembelajaran berlangsung media gambar yang digunakan
masih kurang menarik karena tidak berwarna.
b) Gambar terlalu kecil/kurang besar sehingga anak yang duduk di
belakang kurang jelas.
2) Kelemahan dari segi siswa
a) Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menguraikan
(menganalitik) kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata
menjadi huruf.
62
b) Siswa kesulitan dalam menggabungkan (mensintetikan) dari huruf
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat.
c) Siswa kesulitan membedakan huruf b, d dan p.
3) Dari guru yang terlibat dalam tindakan
a) Kurang pendekatan individual
b) Karena banyak siswa yang bertanya, maka guru sibuk dengan
menjawab pertanyaan. Sehingga siswa yang diam tidak tertangani
sedangkan ia belum mengerti (belum jelas).
c) Guru dalam menjelaskan terlalu cepat, sehingga siswa tidak dapat
mengikuti.
Adapun hasil pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran
membaca permulaan dengan metode struktural analitik sintentik (SAS)
pada siklus I adalah 2, aktif selama apersepsi dan dalam pembelajaran
membaca permulaan keaktifan 3. Hasil keaktifan siswa dapat dilihat dalam
tabel seperti berikut ini.
Tabel 2
Siswa Yang Aktif Dalam Pembelajaran Membaca
Siklus I
No Kegiatan Siswa Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa A Siswa B Siswa C
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk 1 Aktif selama
apersepsi
V V V 2 1
2 Aktif dalam
pembelajaran
membaca
permulaan dengan
metode SAS
(menguraikan/
menggabungkan
kata)
V V V 3 -
63
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca pada siklus I
di kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Gondangrejo
Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat digambarkan dalam grafik
histogram sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
A P
Jum
lah
Sis
wa
Grafik 2
Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Keterangan :
A = Apersepsi
P = Pembelajaran membaca
Dari tes membaca permulaan siklus I dapat dilihat hasil
perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar membaca permulaan
dengan metode SAS, serta peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia
pada siswa kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Gondangrejo
Karanganyar Semester II tahun pelajaran 2008/2009 untuk 3 subyek
penelitian tindakan kelas pada siklus I, yang telah dilaksanakan guru
tanggal 14 Mei 2009 dapat diperoleh data seperti tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar
Membaca Permulaan Pada Kelas D4C SLB BC YPASP Wonorejo
Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009
64
Siklus I
No Nama Siswa Rata-rata Hasil Tes Membaca 1 A 71,8
2 B 60,2
3 C 65
Rata-rata Kelas 65,7
Prestasi belajar membaca permulaan siklus I pada siswa kelas 4 bagian C
(Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat digambarkan dalam histogram sebagai
berikut:
71.8
60.265
0102030405060708090
100
Siswa A Siswa B Siswa C
Nila
i Rat
a-R
ata
Grafik 3.
Prestasi Belajar Membaca Permulaan Pada Siklus I
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) dan tindakan pelaksanaan
siklus I, maka dapat direfleksikan sebagai berikut:
1) Siswa yang diam/tidak bertanya akan tetapi ternyata belum jelas, perlu
didekati dan diperhatikan. Hal ini dilakukan supaya mereka juga ikut aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Pendekatan individual akan diterapkan dalam pembelajaran.
65
3) Agar siswa lebih perhatian/lebih tertarik pada media gambar yang
dipasang, sebaiknya gambar diberi warna dan diperbesar.
4) Siswa yang mengalami kesulitan membedakan huruf b, d dan p lebih
diperhatikan.
5) Memotivasi siswa yang dapat membaca dengan benar diberi hadiah seperti
pujian atau nilai tambahan.
6) Guru memperhatikan seluruh siswa secara merata, jangan sampai ada
siswa yang terabaikan.
7) Proses analitik dan proses sintetik perlu ditekankan pada pertmuan
berikutnya yaitu pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan (Planing)
Dalam siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang
dilaksanakan selama 70 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan perencanaan ini
dilaksanakan pada hari Jum’at, 29 Mei 2009. Dari analisis hasil observasi
(pengamatan) bersama teman sejawat terhadap siswa kelas 4 bagian C (Tuna
Grahita) yang sudah dilaksanakan pada siklus I, ditemukan kekurangan selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
Sebagai upaya mengatasi berbagai kekurangan yang ada, maka perlu
adanya perbaikan-perbaikan antara lain:
1) Media gambar agar lebih menarik diberi warna dan ukurannya diperbesar.
2) Dalam membaca lebih ditekankan pada membedakan huruf b, d dan p di
awal maupun di tengah kata.
3) Mengadakan pendekatan individual dalam pembelajaran.
4) Posisi tempat duduk siswa yang semula sejajar dirubah menjadi bentuk U.
5) Menjelaskan/memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguraikan (menganalitik).
6) Siswa yang pasif/diam akan diberi pertanyaan/tugas, apakah ia sudah jelas
atau belum. Keengganan siswa untuk bertanya, akan diatasi dengan
66
memberi stimulus yang berupa pemberian hadiah kepada siswa yang aktif
di kelas. Hadiah yang direncanakan berupa nilai tambahan, pujian seperti:
bagus sekali, tepat sekali, atau baik sekali. Hal tersebut dilakukan untuk
memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran membaca
permulaan. Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara guru dan
siswa.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Guru menyusun skenario pembelajaran membaca permulaan (Jum’at, 29
Mei 2009)
a) Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada
pembelajaran yang lalu. Apersepsi berkisar pada materi membaca yang
telah diajarkan.
b) Guru menunjukkan gambar, dan siswa mengamatinya.
c) Guru memberikan tulisan dibawah gambar yang mengandung huruf b,
d dan p. Siswa membaca dengan menunjukkan huruf-hurufnya, agar
siswa lebih jelas, dibimbing oleh guru.
d) Siswa disuruh menguraikan kalimat.
e) Siswa menggabungkan huruf sampai menjadi kalimat.
f) Siswa melaksanakan tes membaca dipapan tulis.
1) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar dan kartu
kalimat.
3) Guru menyusun instrumen penelitian yang berupa tes dan non tes.
Instrumen tes terdiri penilaian proses membaca dan penilaian tes hasil
membaca dan instrumen non tes yaitu observasi keaktifan siswa.
Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi
dengan mengamati keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
67
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Juni 2009.
Selama 2 jam pelajaran (2 x 35 Menit) terhadap 3 siswa dalam pembelajaran
membaca permulaan di kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP
Wonorejo Gondangrejo Karanganyar.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:
1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan pembelajaran yang lalu.
2) Guru menjelaskan garis besar pembelajaran hari ini.
3) Guru menunjukkan gambar, dan siswa mengamatinya.
4) Guru memberi tulisan di bawah gambar, siswa dengan bimbingan guru,
membaca dengan menekankan pada kata yang mengandung huruf b, d
dan p.
5) Siswa dibimbing guru menguraikan kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat.
6) Siswa dibimbing guru menggabungkan huruf menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
7) Guru menunjuk siswa yang sudah lancar membaca untuk membaca di
depan kelas terlebih dulu, kemudian diikuti teman yang lain.
8) Guru memberi motivasi dan memberi bantuan siswa yang mengalami
kesulitan dalam membaca.
9) Guru memberikan pengamatan kepada siswa yang sudah lancar membaca.
Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar
membaca.
10) Siswa membaca kalimat sebagai evaluasi di papan tulis.
Pada pelaksanaan tindakan II media gambar yang digunakan adalah
tentang pelaksanaan lomba mewarnai. Sesuai dengan kompetensi dasar maka
materi bacaan tentang isi pengumuman pelaksanaan (kegiatan saat lomba
mewarnai). Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan kegiatan awal yaitu
memberikan apersepsi menyanyi lagu hari merdeka, dan kegiatan lomba di
sekolah.
68
Guru menunjukkan gambar tentang pelaksanaan lomba mewarnai.
Tampak pada gambar empat siswa duduk di lantai sedang mewarnai gambar.
Siswa diminta menebak dan memberi komentar tentang gambar tersebut. Guru
memberi tulisan yang mengandung huruf b, d dan p. siswa membacanya. Guru
membetulkan bacaan/ucapan.
Dengan menggunakan kartu kalimat, siswa dengan bimbingan guru
menguraikan dengan menggunting menjadi kata, dari kata menjadi suku kata,
kemudian suku kata menjadi huruf (proses analitik). Setelah selesai siswa
diajak untuk mensintetikan/menggabungkan kembali huruf tersebut menjadi
suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian dari kata menjadi kalimat.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini guru telah melaksanakan pross pembelajaran membaca
permulaan dengan menggunakan metode SAS sesuai dengan kompetensi
dasar. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau tes membaca dan
demikian juga saat kegiatan belajar mengajar. Siswa diamati proses membaca
pada siswa. Hasil atau nilai yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan
untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan proses belajar membaca
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kegiatan observasi bersama teman sejawat dimaksudkan untuk
mendiskripsikan apakah kekurangan-kekurangan teknik pembelajaran pada
siklus I sudah teratasi atau belum.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar dari
segi siswa dapat dinyatakan bahwa:
1) Semua siswa aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 3 siswa atau
semua siswa (100 %).
2) Semua siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran membaca
permulaan (3 siswa), atau 100 %.
3) Posisi tempat duduk siswa dirubah, yang semua sejajar menjadi bentuk U,
sehingga guru lebih dekat dengan siswa.
69
4) Berdasarkan hasil penilaian guru didapat 3 siswa sudah mampu membaca
dengan cukup baik atau mencapai nilai di atas 70.
5) Pada tindakan II kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I
dapat diatasi, dan hasilnya ada peningkatan baik keaktifan siswa maupun
nilai yang dicapai siswa.
Sebagai refleksi dari siklus I yang nilainya rendah, masukan dari
teman sejawat agar mengadakan pendekatan individual dengan merubah
posisinya meja semula sejajar menjadi bentuk U dan mengatasi
kekurangan/kelemahan pada pelaksanaan siklus I.
Adapun keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca permulaan
dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintentik (SAS) pada siklus
II untuk 3 subyek penelitian selama apersepsi maupun dalam pembelajaran
membaca permulaan adalah 3 peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 4.
Siswa Yang Aktif Dalam Pembelajaran Membaca
Siklus II
No Kegiatan Siswa Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa A Siswa B Siswa C
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk 1 Aktif selama
apersepsi
V V V 3 -
2 Aktif dalam
pembelajaran
membaca
permulaan dengan
metode SAS
(menguraikan/
menggabungkan
kalimat)
V V V 3 -
70
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca pada siklus II
di kelas 4 Tuna Grahita SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar Tahun
Pelajaran 2008/2009 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai
berikut:
0
1
2
3
4
5
A P
Jum
lah
Sis
wa
Grafik 4
Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Keterangan :
A = Apersepsi
P = Pembelajaran membaca
Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini dapat dilihat kemajuan
dan perkembangan siswa dalam pembelajaran membaca permulaan dengan
menggunakan metode struktural analitik sintentik (SAS). Adapun pelaksanaan
tindakan kelas siklus II telah dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2009 diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 5
Rekapitulasi Nilai Hasil Tes (Prestasi Belajar)
Proses Membaca Permulaan Pada Siswa Tuna Grahita Kelas 4
Bagian C SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009.
Siklus II
No Nama Siswa Rata-rata Hasil Tes Membaca
71
1 A 76,8
2 B 70,2
3 C 76,8
Rata-rata Kelas 74,6
Jumlah siswa yang telah mencapai nilai membaca permulaan diatas 70
ada 3 siswa. Ini berarti semua telah mencapai keberhasilan, karena subyek
penelitian terdiri dari 3 siswa. Dari hasil tersebut diatas dapat digambarkan
dalam histogram sebagai berikut:
76.870.2
76.8
0102030405060708090
100
Siswa A Siswa B Siswa C
Nila
i Rat
a-R
ata
Grafik 5
Hasil Prestasi Belajar Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 4 bagian C
(Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009
Siklus II
d. Refleksi (Reflecting)
Data selama proses pembelajaran membaca permulaan sebagai
masukan yang digunakan sebagai dasar melakukan pada pertemuan
pembelajaran berikutnya. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi
atau tes membaca dan hasilnya dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauh
mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode SAS (Struktural
Analitik Sintetik). Dalam pembelajaran siklus I terdapat kekurangan-
kekurangan/kelemahan dan dapat diatasi pada siklus II.
72
Berdasarkan refleksi tersebut, prestasi belajar membaca permulaan
sudah menunjukkan peningkatan yang diharapkan yaitu mencapai nilai 70.
Karena tolok ukur keberhasilan pada penelitian tindakan kelas adalah apabila
siswa telah dapat membaca kalimat dengan nilai mencapai 70. Maka tindakan
kelas ini dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
B. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan diskripsi hasil pengamatan, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dijabarkan pembahasan hasil
penelitian. Pembahasan hasil penelitian tersebut meliputi: peningkatan kualitas
proses membaca permulaan dengan metode SAS pada siswa kelas D4C SLB BC
YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar dan peningkatan kualitas hasil
membaca permulaan dengan metode SAS pada siswa kelas 4 bagian C (Tuna
Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahap, yakni (1) Tahap perencanaan tindakan, (2) tahap
pelaksanaan tindakan, (3) tahapan observasi, dan (4) tahap refleksi. Prestasi
belajar membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar agar
dapat meningkat, maka perlu tindakan kelas, yaitu dengan menggunakan metode
SAS.
Sesudah adanya tindakan, yaitu dengan metode SAS dalam pembelajaran
membaca permulaan, dengan gambar yang diberi warna dan kartu kalimat, siswa
menjadi tertarik dan antusias. Hal tersebut dapat dilhat pada keaktifan siswa dari
siklus I ke siklus II ada peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut ini:
Tabel 6
Persentasi Siswa Yang Aktif Dalam Pembelajaran
No Kegiatan Siswa Persentasi
Siklus I Siklus II 1 Aktif selama apersepsi 2 3
2 Aktif dalam pembelajaran membaca permulaan 3 3
73
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca pada siklus I dan
II di kelas 4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009. Semester II dapat digambarkan dalam grafik
histogram sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
A P A P Siklus I Siklus II
Jum
lah
Sis
wa
Grafik 6
Keaktifan Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Keterangan :
A = Apersepsi
P = Pembelajaran membaca
Dari pencapaian hasil penelitian tindakan kelas dapat dilihat hasil
perkembangan dan kemajuan kemampuan belajar membaca permulaan dengan
menggunakan metode Struktural Analitik Sintentik (SAS), serta peningkatan
prestasi belajar bahasa Indonesia pada siswa Tuna Grahita kelas 4 bagian C (Tuna
Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Semester II
Tahun Pelajaran 2008/2009 untuk 3 subyek penelitian tindakan kelas pada siklus I
dan siklus II yang telah dilaksanakan guru dapat diperoleh data seperti pada tabel
berikut ini.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas 4 Bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009.
74
No Rata-Rata Hasil Evaluasi/Tes Membaca Keterangan 1 64,3 Kondisi Awal
2 65,7 Siklus I
3 74,6 Siklus II
Adapun peningkatan prestasi belajar membaca permulaan pada siswa kelas
4 bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo Gondangrejo Karanganyar
Tahun Pelajaran 2008/2009 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai
berikut:
64.3 65.774.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Grafik 7
Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan dari Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kondisi Awal sampai Siklus II
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru dikatakan berhasil
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode
Struktural Analitik Sintentik (SAS) yang telah mampu membantu siswa
meningkatkan prestasi belajar membaca. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat
untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam mengelola kelas karena metode SAS
yang digunakan sebagai sarana bagi guru dalam memotivasi siswa agar lebih aktif
dalam kegiatan membaca.
75
Keberhasilan metode SAS dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran membaca permulaan dapat dilihat dari indikator-indikator berikut
ini.
1. Meningkatkan Keaktifan Siswa
Tindakan-tindakan berupa penerapan metode SAS yang dilaksanakan tiap-
tiap siklus mampu meningkatkan motivasi pembelajaran membaca permulaan
bagi siswa kelas 4 Bagian C (Tuna Grahita) SLB BC YPASP Wonorejo
Gondangrejo Karanganyar. Dalam langkah-langkah pembelajaran metode SAS
dengan media gambar. Hal ini membuat pembelajaran lebih menarik sehingga
dapat menarik perhatian serta membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikanya.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas merupakan salah satu penentu
keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dilakukan
guru antara lain berupa tindakan. Tindakan yang diberikan antara lain: perhatian
pada seluruh siswa, penyajian materi dengan metode ceramah, demonstrasi dan
metode lain, pemanfaatan media pembelajaran dan memotivasi siswa untuk aktif
dalam pembelajaran.
Hasil pantauan peneliti menyebutkan bahwa keaktifan siswa meningkat.
Pada siklus I keaktifan siswa selama apersepsi 67% dan pada siklus II keaktifan
siswa meningkat 33% menjadi 100%. Dengan demikian tindakan yang dilakukan
guru untuk meningkatkan aktifitas siswa selama kegiatan apersepsi cukup
berhasil.
Pada pembelajaran membaca permulaan mata pelajaran bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode SAS, siswa aktif membongkar (menguraikan
kalimat) kemudian memasangnya lagi (menggabungkan kalimat), karena siswa
memiliki rasa ingin tahu. Seperti halnya pendapat (Sabarti Akhadiah, MK, dkk,
1991/1992:34) menyatakan bahwa setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin
tahu, sehingga ia ingin mengubah, merusak, atau membongkar sesuatu.
2. Hasil Pembelajaran Membaca Permulaan Meningkat
76
Nilai yang diperoleh siswa meningkat pada tiap-tiap siklus. Sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata kelas adalah 6. Setelah diadakan tindakan
kelas terlihat kemajuan kemampuan membaca permulaan. Pada siklus I nilai rata-
rata peningkatan hasil evaluasi/tes membaca pada siklus I adalah 65,7 dan siklus
II meningkat menjadi 74,6.
Berdasarkan refleksi guru/peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar
membaca permulaan, penggunaan metode SAS mempunyai pengaruh. Selama
siklus I dan II dapat dilihat adanya peningkatan, baik dalam proses membaca
maupun dalam hasil tes membaca.
Keaktifan siswa terdapat peningkatan, semula 2 siswa menjadi 3 siswa.
Hal tersebut karena siswa memiliki rasa ingin tahu, sehingga mereka belajar
sambil bermain kartu kata/kalimat. Sesuai dengan pendapat Sabarti Akhadiah,
MK, dkk (1991/1992: 34) bahwa: “Setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa
ingin tahu, sehingga ia ingin mengubah, merusak, atau membongkar sesuatu”.
Dari segi peningkatan prestasi belajar. Pada kondisi awal nilai 64,3 dan
pada siklus II menjadi 74,6, sehingga terjadi peningkatan. Hal tersebut karena
siswa aktif membongkar/menguraikan dan memasang/menggabungkan
kata/kalimat dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri) dengan bimbingan guru,
sehingga siswa lebih mengenal dan memahami dan percaya diri. Sesuai dengan
pendapat (Djago Tarigan dalam Sipu, 2003: 10) bahwa “Metode ini (SAS) sesuai
dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Siswa mengenal dan memahami
sesuatu berdasarkan temuannya sendiri. Dengan begitu siswa akan merasa lebih
percaya diri atas kemampuan sendiri. Sikap seperti ini akan membantu siswa
dalam mencapai keberhasilan belajar.”
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan data nilai hasil
prestasi belajar membaca permulaan dari siklus II telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang diharapkan yaitu siswa telah mendapat nilai mencapai 70.
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas bahwa penggunaan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran membaca permulaan dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan pada siswa kelas D4C SLB
BC YPASP Gondangrejo Karanganyar tahun ajaran 2008/2009.
Peningkatan kualitas pembelajaran terjadi setelah guru menggunakan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pengajaran membaca permulaan.
Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata membaca siswa mengalami peningkatan.
Sebelum tindakan nilai rata-rata kelas adalah 6. Setelah diadakan tindakan kelas
terlihat kemajuan kemampuan membaca permulaan. Pada Siklus I nilai rata-rata
kelas hasil evaluasi/tes membaca adalah 65,7 dan Siklus II meningkat menjadi
74,6.
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, meskipun tidak tinggi hasil
peningkatan prestasi membaca permulaan bila dengan metode proses secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, serta berdaur ulang dapat membantu
siswa meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan secara optimal.
Dengan demikian hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu “Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas D4C SLB BC YPASP Gondangrejo Karanganyar Semester II
tahun ajaran 2008/2009” terbukti kebenarannya.
B. Saran
Dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar membaca siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, maka penulis menyampaikan saran kepada siswa
sebagai berikut:
78
a. Hendaknya siswa selalu belajar dengan sungguh-sungguh, dalam mengikuti
proses belajar mengajar membaca permulaan dengan metode SAS dan
berusaha meningkatkan belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar yang
optimal.
b. Hendaknya siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan dengan
metode SAS, berusaha bertanya kepada teman, guru atau orang tua.
c. Siswa yang sudah lancar membaca hendaknya jangan merasa bosan untuk
memberi contoh kepada teman yang lain.
79
DAFTAR PUSTAKA
David Smith, 1998, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, Terjemahan Denis, Ny. Enrico, Bandung : Penerbit Nusa.
Depdiknas. 2002, GBPP Bahasa Indonesia Anak Tuna Grahita Ringan, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. ________. 2006, Kurikulum Bahasa Indonesia, Tuna Grahita Ringan, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Gino Suwarni, Suripto HS, Maryanto, Sutijan, 1995, Belajar dan Pembelajaran I,
Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Kartono, A. Dakir, Riyadi, Hasan Mahfud, Rukayah, 2008, Modul Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar, Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Marika Soebrata, 1997, Strategi Pembelajaran PLB, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Martinis Yamin, 2006, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta:
Gunung Persada Press Muhibbin Syah, 2003, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mulyono Abdurrachman dan Sudjadi, 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum,
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi.
Mulyono Abdurrachman, 1996, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Munzayanah, 1997, Tuna Grahita, Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Pakde Sofa, 2008, Metode Struktural Analitik Sintetik, http://masoffa:word pres.
Com, 29-6-2008.
Petter dan Yenny Salim, 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Perss.
Poerwadarminta, 1987, Kamus Umum Belajar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Rachman Nata Wijaya, 1978, Pengajian Remedial, Jakarta : Depdiknas.
80
Ramainas, 2006, “ Motivasi Belajar dan persepsi Siswa Tentang Media
Pembelajaran Terhadap Hasil Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar,” Jurnal Pembelajaran. Volume 29. Nomor 01, April 2006.
Sabarti Akhadiah M.K, Maidar G. Arajad, Sakura H. Ridwan, Zulfahnur Z.F., &
Mukti U.S, 1991/1992, Bahasa IndonesiaI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Sarwiji Suwandi, 2008, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah, Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sipu, 2003, Efektifitas Pengajaran Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Berkesulitan Belajar Membaca di SD Negeri Brajan 2 Mojosongo Boyolali Tahun Pelajaran 2002/2003,Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sri Purwanti, 2002, Efektifitas Program Pengajaran Remedial Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas II SDN Kreyo 03 Randu Dongkal Pemalang Tahun Pelajaran 2001/2002, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Suharta dan Ana Retnoningsih, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:
CV Widya Karya. Sunaryo Kartadinata, 1996, Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: Renika Cipta. Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan, Purwadi dan Edy Suryanto, 1994, Puspa Ragam
Bahasa Indonesia, Surakarta : Departemen Pendidikan Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret.