PT. Berau Coal – Site Binungan

38
halaman 1 dari 38 halaman LAPORAN HASIL VERIFIKASI LAPANGAN–PROPER 2013 PT. BERAU COAL SITE BINUNGAN KABUPATEN BERAU– PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INFORMASI UMUM PT Berau Coal Site Binungan merupakan perusahaan pertambangan batubara yang berdiri pada tanggal 5 April 1983. Berlokasi di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur dengan total luas konsesi 118.400 Ha bersama dengan dua site lain PT. Berau Coal Energy Tbk yaitu Site Sambarata, dan Site Binungan. Lokasi penambangan PT Berau Coal site Binungan dapat ditempuh dengan menggunakan jalur Jakarta-Balikpapan (pesawat udara, soekarnohatta-sepinggan) dilanjutkan dengan Balikpapan-Berau (pesawat udara, sepinggan-kalimarau) dilanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil sekitar tigapuluh menit menuju kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Sistem penambangan PT. Berau Coal site Binungan dilaksanakan dengan cara penambangan terbuka (open cut mine) dengan metode gali – isi kembali (back filling method) yang disesuaikan dengan kondisi cadangan batubara, kualitas serta struktur geologi yang ada. Penerapan cara penambangan terbuka ini disesuaikan juga dengan perhitungan cadangan batubara yang berlapis-lapis. Dalam rangka pengelolaan terhadap aspek lingkungan khususnya dalam wilayah kegiatan pengusahaan pertambangan batubara, PT Berau Coal telah melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang terdiri dari dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). AMDAL PT. Berau Coal Site Binungan telah disahkan oleh Bupati Berau No. 43 tahun 2008 tanggal 6 Pebruari 2008 yang merupakan revisi Amdal No. 551/0115/SJ.T/1996 tanggal 15 Februari 1996. PT Berau Coal sebagai salah satu perusahaan pertambangan batubara terbesar di Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja. Bentuk komitmen ini adalah dengan diterapkannya Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (LK3) yang disebut BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) untuk menjamin kegiatan operasional yang berwawasan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja. BeGeMS telah mendapatkan sertifikasi sistem manajemen berbasis ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 oleh Bureau Veritas pada tanggal 1 April 2008 dan re-sertifikasi pada 2 Maret 2011. Dalam operasionalnya PT. Berau Coal Site Binungan dapat membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. hal tersebut dibuktikannya dengan terbangunnya citra perusahaan tambang ramah lingkungan dengan memperoleh Peringkat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Binungan HIJAU HIJAU HIJAU Lati BIRU HIJAU HIJAU Sambarata BIRU BIRU HIJAU Penghargaan Lingkungan Hidup dari Kementerian ESDM Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Binungan UTAMA UTAMA UTAMA Lati UTAMA UTAMA UTAMA Sambarata UTAMA UTAMA UTAMA

Transcript of PT. Berau Coal – Site Binungan

Page 1: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 1 dari 38 halaman

LAPORAN HASIL VERIFIKASI LAPANGAN–PROPER 2013 PT. BERAU COAL SITE BINUNGAN

KABUPATEN BERAU– PROVINSI KALIMANTAN TIMUR INFORMASI UMUM PT Berau Coal Site Binungan merupakan perusahaan pertambangan batubara yang berdiri pada tanggal 5 April 1983. Berlokasi di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur dengan total luas konsesi 118.400 Ha bersama dengan dua site lain PT. Berau Coal Energy Tbk yaitu Site Sambarata, dan Site Binungan. Lokasi penambangan PT Berau Coal site Binungan dapat ditempuh dengan menggunakan jalur Jakarta-Balikpapan (pesawat udara, soekarnohatta-sepinggan) dilanjutkan dengan Balikpapan-Berau (pesawat udara, sepinggan-kalimarau) dilanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil sekitar tigapuluh menit menuju kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau. Sistem penambangan PT. Berau Coal site Binungan dilaksanakan dengan cara penambangan terbuka (open cut mine) dengan metode gali – isi kembali (back filling method) yang disesuaikan dengan kondisi cadangan batubara, kualitas serta struktur geologi yang ada. Penerapan cara penambangan terbuka ini disesuaikan juga dengan perhitungan cadangan batubara yang berlapis-lapis. Dalam rangka pengelolaan terhadap aspek lingkungan khususnya dalam wilayah kegiatan pengusahaan pertambangan batubara, PT Berau Coal telah melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang terdiri dari dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). AMDAL PT. Berau Coal Site Binungan telah disahkan oleh Bupati Berau No. 43 tahun 2008 tanggal 6 Pebruari 2008 yang merupakan revisi Amdal No. 551/0115/SJ.T/1996 tanggal 15 Februari 1996. PT Berau Coal sebagai salah satu perusahaan pertambangan batubara terbesar di Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja. Bentuk komitmen ini adalah dengan diterapkannya Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (LK3) yang disebut BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) untuk menjamin kegiatan operasional yang berwawasan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja. BeGeMS telah mendapatkan sertifikasi sistem manajemen berbasis ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 oleh Bureau Veritas pada tanggal 1 April 2008 dan re-sertifikasi pada 2 Maret 2011. Dalam operasionalnya PT. Berau Coal Site Binungan dapat membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. hal tersebut dibuktikannya dengan terbangunnya citra perusahaan tambang ramah lingkungan dengan memperoleh

Peringkat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Binungan HIJAU HIJAU HIJAU Lati BIRU HIJAU HIJAU Sambarata BIRU BIRU HIJAU

Penghargaan Lingkungan Hidup dari Kementerian ESDM Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Binungan UTAMA UTAMA UTAMA Lati UTAMA UTAMA UTAMA Sambarata UTAMA UTAMA UTAMA

Page 2: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 2 dari 38 halaman

Peringkat PROPER Pertambangan-Provinsi Kalimantan Timur Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Binungan HIJAU HIJAU HIJAU Lati HIJAU HIJAU HIJAU Sambarata HIJAU HIJAU HIJAU

STATUS PENAATAN PERIODE 2012-2013 A. Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan Kegiatan operasi penambangan PT. Berau Coal Site Binungan berdasarkan dokumen AMDAL Bupati Berau No. 43 Tahun 2008 yang merupakan revisi Amdal sebelumnya.Dokumen perizinan lingkungan lainnya meliputi izin pembuangan air limbah, izin TPS limbah B3.

No. Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012

Penaatan Temuan

1. Memiliki dokumen lingkungan/Izin Lingkungan.

Taat Memiliki Dokumen AMDAL. Persetujuan AMDAL PT. Berau Coal Site Binungan melalui Keputusan Bupati Berau No. 43 Tahun 2008.

2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: A. Deskripsi kegiatan (luas area dan

kapasitas produksi) B. Pengelolaan lingkungan terutama

terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3

Taat Sudah melaksanakan ketentuan yang ada dalam dokumen AMDAL.

3. Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)

Taat Sudah melaporkan secara rutin pelaksanaan AMDAL kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, dan Kementerian Lingkungan Hidup.

Page 3: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 3 dari 38 halaman

B. Pengendalian Pencemaran Air Pengelolaan air limbah tambang di PT. Berau Coal site Binungan pada dasarnya menggunakan tiga prinsip yaitu

1. insitu treatment, 2. Active treatment dengan Conventional Liming Box Bubuk kapur langsung dituangkan ke

dalam aliran dan Lime injection Pembuatan liquid lime dengan konsentrasi (jenuh) tertentu. Upaya ini lebih efektif dan efisien untuk mengolah air asam tambang.

Page 4: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 4 dari 38 halaman

3. Passive treatment (penerapan lahan basah).

Selain kebijakan pengendalian pencemaran air, PT. Berau Coal site Binungan juga memiliki Kebijakan manajemen yang berkaitan dengan konservasi air dengan motto “Berupaya melakukan efisiensi penggunaan energi, sumber daya air serta sumber daya lain untuk kegiatan operasional”. Program konservasi air dikoordinir oleh Environment Binungan Environment Superintendent dan Binungan Mine Superintendent yang bertanggung jawab kepada Environment Manager. Konservasi air pada proses bisnis penambangan batubara di PT Berau Coal bertujuan untuk menjaga keberlangsungan keberadaan daya tampung dan manfaat sumber daya air bagi proses penambangan dan lingkungan sekitar. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan pelestarian sumber air, daur ulang untuk pemanfaatan kembali, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada peraturan dan persyaratan yang berlaku. Program konservasi air dalam proses penambangan batubara meliputi :

Pemanfaatan air tambang untuk menyiraman jalan, spraying pada kegiatan dumping hopper batubara dari unit pengangkut di crushing plant.

Penggunaan close circuit system untuk pembersihan unit operasional di washing pad. Penghematan air untuk penggunaan di gedung kantor.

Page 5: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 5 dari 38 halaman

Hasil kinerja pengelolalaan air limbah termasuk konservasi air diatas PT. Berau Coal Site Binungan dapat menurunkan beban pencemaran air limbah yang dibuang ke sungai sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah.

No. KEGIATAN

PENURUNAN BEBAN PENCEMARAN AIR

TAHUN SATUAN 2009 2010 2011 2012

1 TSS 21,70 20,11 12,28 2,70 mg/l/Juta ton 2 Mn 0,200 0,216 0,123 0,050 mg/l/Juta ton 3 Fe 0,087 0,088 0,088 0,026 mg/l/Juta ton

Status Penaatan Pengendalian Pencemaran Air: No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan 1. Ketaatan terhadap Izin Taat Izin pembuangan air limbah seluruhnya (10 titik penaatan)

dikeluarkan oleh Bupati Berau dengan rincian titik penaatan WMP 1B Nomor 572 tahun 2010, WMP 5 B Nomor 604 tahun 2012, WMP 8 B Nomor 605 tahun 2012, WMP 10 B Nomor 606 tahun 2012, WMP 12 B Nomor 607 tahun 2012, WMP 13 B Nomor 573 tahun 2010, WMP 14 B Nomor 523 tahun 2011, WMP 1 S Nomor 608 tahun 2012, WMP 3 S Nomor 609 tahun 2012, WMP 8 S Nomor 610 tahun 2012.

2. Ketaatan terhadap titik penaatan pemantauan

100% Perusahaan mempunyai 10 (sepuluh) titik penaatan dan seluruhnya sudah dilakukan pemantauan.

3. Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu

100% Parameter yang dipantau sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003.

4. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Sepanjang masa evaluasi, seluruh data sudah dilaporkan kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, dan Kementerian Lingkungan Hidup.

5. a. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu

100% Hasil swapantau yang dilaporkan memenuhi baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara.

b. Pemenuhan Baku Mutu berdasarkan Pemantauan Tim PROPER

Taat Dilakukan pengambilan sampel air limbah oleh tim dari laboratorium Pusarpedal KLH di titik penaatan WMP 1 S, WMP 12 B, WMP 1 B. Hasil uji laboratorium menyatakan parameter pH, Fe, Mn,dan TSS memenuhi baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara.

6. Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

Taat Sudah memenuhi ketentuan teknis.

Page 6: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 6 dari 38 halaman

C. Pengendalian Pencemaran Udara Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran dari aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan. Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil pengukuran udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti pembangkit listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku. Status Penaatan:

No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan 1. Ketaatan terhadap titik penaatan

pemantauan 100% Sumber Emisi : 27 unit genset

Seluruh sumber emisi sudah dipantau 2. Ketaatan terhadap pelaporan

100% Semua parameter dari hasil pemantauan genset sudah

dilaporkan. 3. Ketaatan terhadap parameter Baku

Mutu Emisi 100% Parameter yang dipantau dari semua sumber emisi

sudah sesuai peraturan. 4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku

Mutu Emisi 100% Hasil pemantauan emisi seluruh sumber emisi

memenuhi baku mutu emisi. 5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis

yang dipersyaratkan Taat Semua cerobong sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana sampling

Manajemen perusahaan juga memiliki kebijakan berkaitan dengan pengurangan pencemaran udara: “Berupaya mengurangi timbulan limbah cair, emisi udara, limbah padat serta limbah B3 mulai dari sumber hingga titik keluar”. Program Pengurangan Pencemaran Udara dikoordinir oleh Binungan Environment Superintendent yang bertanggung jawab kepada Environment Manager. Komitmen perusahaan dalam pengurangan pencemaran udara melalui program pengurangan pencemaran udara di area perasional tambang meliputi:

1. Melakukan uji emisi kendaraan bergerak dan unit tidak bergerak secara berkala. 2. Inventarisasi emisi sumber bergerak dan tidak bergerak. 3. Pengukuran biomassa di area reklamasi (area bekas tambang). 4. Perubahan system sinkronisasi dari semi automatic menjadi automatic (deepsea) sehingga

tidak ada beban kosong pada genset dan mengurangi emisi yang dihasilkan. 5. Melakukan predictive maintenance (perawatan) sumber emisi tidak bergerak (genset) dan

sumber emisi bergerak (unit/kendaraan). 6. Melakukan spraying di hopper pada saat dumping batubara. 7. Melakukan revegetasi pada areal reklamasi (area bekas tambang).

Page 7: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 7 dari 38 halaman

D. Pengelolaan Limbah B3 PT. Berau Site Binungan merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara (open pit) di Indonesia yang beroperasi di Kabupaten Berau – Kalimantan Timur. Kegiatan operasionalnya menghasilkan limbah domestik maupun limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3).

Limbah B3 dominan yang dihasilkan di antaranya adalah berasal dari kegiatan workshop2 yang dimiliki oleh kontraktor kontraktor yang ada di Berau Coal Site Binungan berupa minyak pelumas bekas, aki bekas, grease bekas, filter terkontaminasi bekas, majun terkontaminasi bekas, material terkontaminasi bekas, hose terkontaminasi bekas.

Tempat Penyimpanan sementara terdiri dari 1. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Berau Suaran berukuran 10 m x 4 m, dengan izin

dari Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 43 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-Berau Suaran berlaku lima tahun

2. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Buma Binungan berukuran 25 m x 7 m, dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 95 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-Buma Binungan berlaku lima tahun.

3. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Buma Suaran berukuran 10 m x 3 m dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 28 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-Buma Suaran.berlaku lima tahun.

4. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Buma Blok 7 berukuran 12 m x 8 m dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 373 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-SIS Sentral 2 Binungan.berlaku lima tahun.

5. Bangunan penyimpanan sementara lokasi SIS Sentral 2 Binungan.berukuran 10 m x 12 m dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 373 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-SIS Sentral 2 Binungan berlaku lima tahun.

Berdasarkan data periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3 yang dihasilkan dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut:

Jenis Limbah

Satuan

Limbah Dihasilkan

Limbah Dikelola

Limbah Belum

Dikelola

Perlakuan

Minyak Pelumas bekas (used oil) PT. Berau Coal

Ton 705.40

702.40 -

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Putra Daerah Mandiri Jaya

3.00

Disimpan di dalam TPS LB3

Aki Bekas (used accu) PT. Berau

Coal Ton 24.96

23.94

-

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri Jaya Utama

1.02 Disimpan di dalam TPS LB3

Filter Terkontaminasi B3 (used filter)

Ton

54.32

51.24 -

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri Jaya Utama & PT Balikpapan Environmental Service

3.08 Disimpan di dalam TPS LB3

Hose Terkontaminasi B3 (used hose)

Ton 7.08

6.12 -

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri Jaya Utama

0.96

Disimpan di dalam TPS LB3

Majun Ton 27.92 26.56 - Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri

Page 8: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 8 dari 38 halaman

Ket : 98,47% limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, 1,53% limbah B3 masih tersimpan di TPS dikelola sesuai ketentuan. Secara umum 100 % limbah B3 dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.

Status penaatan PT Berau Coal Site Binungan berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut: No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Belum Taat Keterangan 1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang

dihasilkan -

b. Pelaporan - 2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 - 3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin a. Pemenuhan Ketentuan Teknis - TPS LB3 - 100 % taat b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi - - c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah - - d. Pemenuhan Pemanfaatan - -

4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi LB3

- -

a. Rencana pengelolaan - - b. Pelaksanaan pengelolaan - - c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola - -

5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan - 100% taat

6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan pengangkutan limbah B3 -

7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll) - -

Kesimpulan Penaatan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun -

Terkontaminasi B3 (contaminated

rags)

Jaya Utama

1.36

Disimpan di dalam TPS LB3

Material Terkontaminasi

B3 (used material)

Ton 45.00

42.48

-

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri Jaya Utama

2.52

Disimpan di dalam TPS LB3

Grease Bekas (used grease) Ton 1.71

1.52 -

Diserahkan ke pihak ke-3 PT Maju Asri Jaya Utama

0.19

Disimpan di dalam TPS LB3

Minyak Kotor Ton 6.4

5.20 - -

Diserahkan ke pihak ke-3 PTPutra Daerah Mandiri Jaya

1.20

Disimpan di dalam TPS LB3

TOTAL Ton 872.79

859.46 -

Diserahkan ke pihak ke-3 (seperti disebutkan di atas)

13.33 Disimpan di dalam TPS LB3

Persentase % 100 98.47 - Diserahkan ke pihak ke-3 (seperti disebutkan di atas)

1.53 Disimpan di dalam TPS LB3

Page 9: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 9 dari 38 halaman

Kesimpulan: Perusahaan telah melakukan Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku

E. Pengendalian Kerusakan Lingkungan Rekapitulasi Penilaian Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total > 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut : No Tahapan Lokasi Nilai

Total Keterangan Penilaian Keterangan

X ≥ 80 55 < x < 80 X ≤ 55

1. Pembersihan lahan/Pengupasan Tanah Pucuk/Penggalian Tanah Penutup/Penambangan

Pit D2 96 √ - -

1. Aspek manajemen: Luasan tidak sesuai dengan rencana

2. Aspek Teknis, Semua parameter yang

dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

2. Penimbunan/Reklamasi Pit F 90 √ - -

1. Aspek manajemen: Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

2. Aspek Teknis, Studi batuan asam berupa data boring belum detail berbentuk kajian

3. Pembersihan lahan/Pengupasan tanah pucuk/Penggalian tanah penutup/Penambangan

Pit E 96 √ - -

1. Aspek manajemen: Luasan tidak sesuai

dengan rencana 2. Aspek Teknis, Semua parameter yang

dinilai memenuhi semua ketentuan

kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

4. Penimbunan/Reklamasi IPD F 96 √ - -

1. Aspek manajemen: Luasan tidak sesuai dengan rencana

2. Aspek Teknis, Semua parameter yang

dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

5. Penimbunan/Reklamasi IPD K 93 √ - -

1. Aspek manajemen: Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

Page 10: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 10 dari 38 halaman

No Tahapan Lokasi Nilai Total

Keterangan Penilaian Keterangan X ≥ 80 55 < x < 80 X ≤ 55

2. Aspek Teknis, Ada indikasi terjadi erosi: Terlihat adanya alur-alur erosi di area penimbunan.

6. Penimbunan/Reklamasi IPD E 93 √ - -

1. Aspek manajemen: Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

2. Aspek Teknis, Ada indikasi terjadi erosi: Terlihat adanya alur-alur erosi di area penimbunan.

7. Penimbunan/Reklamasi Stocksoil Pit E 93 √ - -

1. Aspek manajemen: Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

2. Aspek Teknis, Ada indikasi terjadi erosi: Terlihat adanya alur-alur erosi di area penimbunan.

8. Penimbunan/Reklamasi Stocksoil Pit K 100 √ - -

1. Aspek manajemen: Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

2. Aspek Teknis, Semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan.

JUMLAH DATA 8 8 - - Taat Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total > 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut : Aspek Manajemen :

K1 (Perencanaan); o Telah memiliki Peta Triwulanan Rencana dan Realisasi dengan skala 1 : 2000, dan

ditandatangani oleh KTT o Untuk target rencana Penimbunan dan realisasinya belum sesuai dengan kondisi

lapangan

Page 11: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 11 dari 38 halaman

K2 (Kontinuitas) : Seluruh lokasi kegiatannya berlangsung kontinu Aspek Teknis :

K3 (Potensi Longsor) semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi kriteria penilaian, K4 (Pengendalian batuan potensi asam) belum memenuhi untuk Studi batuan asam berupa

data boring belum detail berbentuk kajian K5 (Indikasi Erosi) sebagian lokasi yang dinilai belum memenuhi aspek kriteria adanya

indikasi erosi K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kebencanaan.

F. Pasca Tambang Pelaksanaan Pasca Tambang telah mendapat persetujuan Dokumen Rencana Penutupan Tambang (RPT) dari Dirjen. Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Nomor: 3076/30/DJB/2011 perihal Persetujuan Rencana Pasca Tambang tanggal 5 September 2011. Beberapa hal pokok dalam persetujan tersebut sebagai berikut: 1. Kegiatan Pasca Tambang PT. Berau Coal dimulai pada tahun 2023 dengan program kegiatan pasca

tambang yang meliputi pengelolaan dan pemantauan lingkungan 2. Menetapkan biaya pasca tambang sebesar US$ 35.500.000,00 (tiga puluh lima juta lima ratus ribu

Dollar Amerika Serikat) yang selanjutnya ditetapkan sebagai Jaminan Pascatambang. 3. Jaminan Pasca tambang tidak mengurangi kewajiban PT. Berau Coal untuk melaksanakan kegiatan

pasca tambang sesuai dengan dokumen RPT yang telah disetujui. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimatan Timur untuk Wilayah Kuasa Pertambanngan PT.Berau Coal berada dalam kawasan hutan Produksi Tetap seluas 3.509,33 Ha dan Areal penggunaan lain (APL) seluas 114.890,67 Ha. Jadual Tahapan Pelaksanaan Kegiatan RPT untuk pemanfaatan lahan

No Kegiatan Tahun Pelaksanaan 1. Back Filling, Penataan Areal PIT 2011 – 2023 PIT Gaharu Kapur 2002 – 2012 PIT T2 2010 – 2019 PIT C1 2010 – 2025 PIT C2 2007 – 2021 2. Penimbunan da Penataan Areal Penimbunan 2009 – 2023 IPD gaharu Kapur 2009 – 2012 IPD Kapur 2008 – 2012 Disposal A4 2005 – 2008 Disposal A1 2004 – 2008 IPD T01 2010 – 2013 IPD C3 Agathis 2005 – 2011 OPD C1 2010 – 2013 OPD B11 2010 – 2014 IPD E 2011 – 2013 3. Reklamasi a. Reklamasi Tambang Permukaan Areal Bukaan Tambang 2001 – 2030 Areal Penimbunan 2001 – 2030 Luas Reklamasi Bukaan Tambang & Areal Penimbunan Tahun 2009 dengan Luas 87.34 Ha Tahun 2010 dengan Luas 204.50 Ha Tahun 2011 dengan Luas 200.60 Ha Tahun 2012 dengan Luas 294.62 Ha Tahun 2013 dengan Luas 151.71 Ha

Page 12: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 12 dari 38 halaman

Untuk kegiatan yang menuju pelaksanaan Pasca Tambang PT. Berau Coal (PT. BC) adalah sebagai berikut:

1. Membangun fasilitas Pembibitan (nursery) dilahan seluas 0,75 ha 2. Kapasitas produksi sebesar 26.000 bibit dengan produksi bibit 104.000 bibit/tahun, jenis bibit

yang sudah ditanam 35 jenis, termasuk jenis local, yaitu Sengon laut, Sengon buto, Trambesi, Johar, Kayu putih, Kaliandra, Sungkai, Ketapang, Kayu Hitam, Meranti, Gaharu, Jarak, Ulin, Bengkirai dan Nyatoh.

Gambar. Nursery PT Berau Coal

3. Kapasitas produksi ini dapat menunjang rencana reklamasi lahan bekas tambang seluas 151.71 ha/tahun, sedangkan target revegetasi PT. BC sebesar 33.04 ha/tahun.

4. Berdasarkan data evaluasi keberhasilan reklamasi oleh kementerian ESDM pada tahun 2012 telah direklamasi dan revegetasi sebesar 215,80 Ha dengan rincian 48,30 Ha dengan tanaman perintis jenis Sengon buto, sengon laut, johar, sungkai, trembesi, kayu putih, ketapang. Tanaman lokal (Native spesies) seperti bengkirai, ulin, gaharu, kapur, nyatoh, eboni dan Shorea sp.

G. Community Development/Coorporate Social Responsibility

Dalam mewujudkan misi PT Berau Coal, “mengelola sumber daya alam menjadi sumber daya

energi dengan standart operasional yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan

masyarakat”, PT Berau Coal mengimplementasikan program Corporate Social Responsibilty (CSR)

sebagai wujud komitmen dan upaya PT Berau Coal dalam rangka memberikan kontribusi nyata

terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar wilayah tambang. Program CSR yang dikembagkan PT

Berau Coal bertumpu pada prinsip Tripple Bottom Line, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan

demikian, kebijakan umum yang dikembangkan dalam program CSR ini, perusahaan berkewajiban

menjalankan tanggung jawan sosialnya melalui transformasi manfaat pengelolaan sumber daya alam

Tahun 2014 dengan Luas 123 Ha Totoal Luas 1061.77 Ha b. Fasilitas Pengolahan 2001 – 2030 c. Fasilitas Penunjang 2001 – 2030 d. Fasilitas Kolam Pengendap 2001 – 2030 4. Pemeliharaan 2001 – 2030 5. Pemantauan 2001 – 2030

Page 13: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 13 dari 38 halaman

ke dalam bentuk modal yang baru berupa sumber daya ekonomi, sosial, dan sumber daya manusia

yang kompeten untuk terjadinya pembangunan berkelanjutan pasca tambang.

Untuk memberikan arah dalam program CSR ini, PT Berau Coal juga memiliki visi, misi dan

tujuan. Visi yang diusung adalah komunitas sekitar tambang yang berdaya, sejahtera dan mandiri.

Sedangkan misinya adalah mendorong kualitas hidup umat manusia berbasis sumber daya lokal dan

berdaya saing. Sedangkan tujuan adalah : (1) mendorong kembali struktur komunitas yang kurang

berdaya menjadi lebih berdaya dalam menciptakan kesejahteraan kehidupan komunitas tidak berdaya

termasuk komunitas adat terpencil. (2) Mencegah menurunnya aspek lingkungan melalui upaya-upaya

perbaikan terhadap tiga aspek yang paling banyak terpengaruh terhadap lingkungan perusahaan yakni

sosial, ekonomi dan lingkungan (Laporan Community Development PT Berau Coal, 2012).

Dalam perkembangannya, implementasi program CSR mengalami perkembangan yang lebih

baik. Sebelum tahun 2000, program-program CSR belum terstruktur dengan baik dan di bawah Human

General Affair. Dilihat dari substansi program juga sudah lebih baik, Jika sebelum tahun 2000 masih

sekedar karititatif akan tetapi sejak tahun 2000 sudah banyak program CSR dari perusahaan yang

berorentasi pada pemberdayaan. Saat ini, program CSR PT Berau Coal termanifestasi ke dalam 4

pilar yaitu :

1) Program Pendidikan dan Pengetahuan,

2) Program Kesehatan dan Nutisi,

3) Program Pelestarian Budaya dan Lingkungan, serta

4) Program Kontribusi Sosial Ekonomi.

Selain ke-empat program tersebut di atas terdapat pula program jangka panjang (infrastruktur).

Bersama dengan Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal (YDBBC) program ini diharapkan dalam jangka

panjang mampu mewujudkan pembangunan masyarakat pasca tambang yang mandiri dan sejahtera

yang bertumpu pada sumber daya lokal yang terbarukan (sustainable).

Wilayah yang diprioritaskan dalam program pemberdayaan adalah daerah sekitar lintas

tambang di tiga site lokasi yaitu Sambarata, Lati dan Binungan. Pada tahun 2011, daerah sasaran

program community development tersebut dibagi menjadi 7 daerah kerja yaitu :

(1) LMO 1 (Lati I) : kampung Sambakungan di dalamnya termasuk KAT 10 Lati, Pulau Besing,

Melati Jaya, Merancang Ulu, Merancang Ilir, Batu-batu,

(2) LMO 2 (Lati II) : kampung Samburakat, Maluang, Mekasang dan Kelurahan Gunung Tabur

(3). LMO 3(Lati III) : kampung Tanjung Perangat, Sukan, Suaran, Bebanir bangun, Gurimbang.

(4) SMO (Samabarata) : Kelurahan Teluk Bayur, Tasuk di dalamnya ada KAT KM 21 Sambarata,

Kelurahan Rinding dan kampung Birang serta KAT Birang.

(5) BMO 1 (Binungan I) : kampung Rantau Panjang, Pegat Bukur, Inaran, dan Bena Baru

Page 14: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 14 dari 38 halaman

(6) BMO 2 (Binungan II) : kampung Tumbit Dayak (termasuk Tumbit Tahap, Tumbit Sari),

Tumbit Melayu, dan Meraang.

(7) BMO 3 (Binungan III) : Siduung Indah, Long Lanuk (dusun Nyapa Indah.)

Struktur Organisasi Community Development

1. Bentuk Organisasi

Struktur organisasi yang berkaitan community development sudah mengalami perbaikan sejak

tahun 2000. Sebelum tahun 2000, program-program community development belum terstruktur dengan

baik dan di bawah Human General Affair. Sejak tahun 2000, struktur community development

menjadi sebuah departemen sendiri dan berada di bawah Community Relation Division yang dipimpin

oleh seorang seorang senior manager. Departemen Community Development dipimpin oleh seorang

manajer yang membawahi 3 super intendent yang masing-masing membawahi 3 bagian yaitu

community education, health dan culture Program Supt, Agribusiness Development Supt dan Local

Business Dev Supt. Adapun struktur organisasi CSR yang ada di PT Berau Coal dapat dilihat pada

bagan berikut ini :

Masing-masing superintendent yang ada dalam divisi community development tersebut dibantu

oleh program officer. Kemudian untuk mendukung pelaksanaan program, community development

juga terdapat tenaga teknis dan tenaga administrasi/logistik. Di lapangan, untuk melakukan proses

pendampingan di lokasi-lokasi tambang secara kontinyu kepada masyarakat di bentuk Local

Community Organizer (LCO). Saat ini terdapat 14 orang LCO. Namun untuk penganggaran dan

Community Relation Security Dept Security Supt

Ext Relations & Land Management Dept

External Relations Supt

Land Management Supt

Community Dev. Dept Comm, educ, Health & Culture Program Supt

Agribusiness Dev. Supt

Local Business Dev. Supt

Page 15: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 15 dari 38 halaman

rekrutmen LCO tidak dikelola langsung oleh perusahaan akan tetapi oleh Yayasan Dharma Bhakti

Berau Coal.

2. Diskriminasi Jabatan

Divisi Community Development PT Berau Coal memiliki posisi yang setara dengan divisi-

divisi lain yng ada di perusahaan ini. Untuk menjadi staf atau manajer di divisi community

development ada beberapa kualifikasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, orang-orang yang

berada pada divisi community development ini benar-benar merupakan orang yang memiliki

kompetensi terkait dengan bidang pemberdayaan masyarakat.

3. Gambaran Singkat Pekerjaan

Seperti telah dipaparkan di atas, divisi community development dipimpin oleh seorang manajer

community development. Manajer community development ini memiliki tugas sebagai berikut :

1) Melaksanakan kebijakan perusahaan terkait tanggung jawab sosial perusahaan, untuk

bidang pemberdayaan masyarakat.

2) Memastikan berjalannya identifikasi permasalahan, kebutuhan hidup, dan potensi yang

dimiliki oleh masyarakat di

3) lingkar tambang untuk dijadikan acuan strategi penyusunan program community

development PT Berau Coal yang

4) tertuang dalam strategi 4 (empat) pilar di bidang kesehatan dan nutrisi, lingkungan dan

budaya, pendidikan dan

5) pengetahuan serta kontribusi sosial.

6) Membuat perencanaan anggaran program, mengelola dan memonitoring penggunaanya

sesuai dengan kebutuhan

7) kampung dampingan dan untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat secara

efektif dan efisien.

8) Memastikan berjalannya program pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan

sumberdaya setempat serta

9) mengedepankan peran serta masyarakat untuk menuju

10) Mengkomunikasikan program – program pemberdayaan masyarakat serta menggalang

dukungan dari internal

11) perusahaan, mitra kerja perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

12) Membuat rekomendasi kepada managemen untuk pengambilan kebijakan terkait

program pemberdayaan masyarakat.

Page 16: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 16 dari 38 halaman

13) Mengelola anggaran perusahaan untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

secara efektif dan efisien.

14) Mengembangkan bawahan untuk dapat memaksimalkan potensinya sesuai kebutuhan

perusahaan.

15) Menyediakan informasi/laporan berkala bulanan dan incidental terkait kegiatan

departemen.

Dalam tugasnya, manajer community development dibantu 3 orang super intendent yaitu

community Education, Health & Culture Program Superintendent, Local Business Developmnet

Superintendent dan Agribusiness Development Super intendent.

Community Education, Health & Culture Program Superintendent memiliki tugas membuat

perencanaan dan monitoring program-program pengembangan untuk membangun struktur komunitas

dan memberdayakan masyarakat di sekitar lingkar tambang, seperti program kesehatan dan nutrisi,

pendidikan dan pengetahuan, serta kebudayaan bekerjasama dengan kelompok masyarakat serta dinas

kesehatan kabupaten Berau, dinas pendidikan, dan instansi terkait lainnya di kabupaten berau. Dalam

menjalankan pekerjaanya, community education, Health, & Culture Program dibantu oleh Community

Education, Health & Culture Program Officer. Saat ini ada 3 orang staf yang berada pada posisi

Community Education, Health & Culture Program Office.

Local Business Development Superintendent memiliki tanggung jawab dalam melakukan

perencanaan dan monitoring program Pengembangan UMKM bagi masyarakat lingkar tambang serta

pelatihan-pelatihan bagi pengembangan kelompok ekonomi produktif Local Business. Dalam

menjalankan tugasnya Local Business Development Superintendent dibantu oleh Local Business

Development Officer. Saat ini ada 2 orang staf yang berada pada posisi Local Business Development

Officer.

Superintendent yang ketiga adalah Agribusiness Development Superintendent. Superintendet

ini memilliki tugas di dalam melakukan perencanaan dan monitoring program Pengembangan ekonomi

di bidang agribisnis bagi masyarakat lingkar tambang serta pelatihan-pelatihan bagi pengembangan

kelompok ekonomi produktif. Agribusiness Development Superintendent dibantu oleh 2 orang

Agribusiness Development Officer.

Untuk memperlancar tugas-tugasnya, di divisi community development juga dibantu oleh

tenaga teknis dan tenaga administrasi/logistik. Tenaga teknis berfungsi sebagai pendukung secara

berkesinambungan dalam pelaksanaan kegiatan Community Development di wilayah operasi PT Berau

Coal. Sedangkan tenaga administrasi bertugas sebagai pelaksana proses administrasi seperti

menginput transaksi keuangan dan membuat jurnal keuangan kegiatan program community

development. membuat invoice, work request, purchasing order untuk YDBBC dan guest application

Page 17: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 17 dari 38 halaman

untuk department Community Development, mendokumentasikan arsip yang berkaitan dengan

kebutuhan karyawan seperti clain pengobatan, surat tugas, cuti dan membantu melaksanakan

pengaturan meeting seperti undangan, jadwal, dan pemesanan tempat rapat.

SOP Hubungan Antar Kelembagaan

Meskipun tidak ada SOP secara tertulis yang mengatur hubungan antar kelembagaan akan

tetapi perusahaan sudah memiliki panduan tertulis mengenai job description dari masing-masing

supporting staff, super intendent, manajer, senior manager hingga general manager. Dalam job

description tersebut juga sudah memuat mengenai peran, tanggung jawab, wewenang/otoritas yang

dimiliki sesuai dengan jabatan masing-masing. Dengan adanya job description yang rinci tersebut

maka akan memudahkan relasi hubungan antar divisi maupun antar manajer.

Manajer Community Development bersama-sama dengan manajer security dan manajer

external relations dan Land Management bertanggung jawab kepada Community Relation Senior

Manager.

Kompetensi , Kualifikasi dan Pengembangan SDM

a. Kompetensi

Di dalam mendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat, ada beberapa kualifikasi dan

kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer, super intentent, program officer, tenaga teknis, tenaga

administrasi dan Local Community Organizer. Adapun kompetensi yang harus dimiliki adalah sebagai

berikut :

Tabel 1 Kompetensi SDM Untuk Staf Comdev PT Berau Coal

No Unit

Kompetensi CD Manager

CD Supt EHC

CD Supt agribisnis

CD Supt LBD

CD Agribusiness Dev Officer

CD EHC Program Officer

CD Local Bisnis Dev.Officer

CD Admin Officer

CD Suport Officer

Level Kompetensi KOMPETENSI UMUM

1 Kepemimpinan

4 4 4 4 2 2 2 2 2

2 Kerjasama 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Perhatian

Pada Keteraturan Dan Kualitas

4 3 3 3 3 3 3 3 3

4 Enviroment, Health and Safety

4 4 4 4 3 3 3 3 3

5 Komunikasi Dalam Bahasa Inggris

4 3 3 3 2 2 2 2 2

6 Laporan dan 4 4 4 4 3 3 3 3 3

Page 18: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 18 dari 38 halaman

No Unit Kompetensi

CD Manager

CD Supt EHC

CD Supt agribisnis

CD Supt LBD

CD Agribusiness Dev Officer

CD EHC Program Officer

CD Local Bisnis Dev.Officer

CD Admin Officer

CD Suport Officer

Presentasi PLANING & DEVELOPMENT

1 Penutupan Tambang

1 1 1 1 1 1 1 1 1

PROJECT AND DEVELOPMENT

1 Manajemen Proyek

2 1 1 1 2

ENVIRONMENT, HEALTH & SAFETY

Kesehatan (Health)

2 1

KOMPETENSI FUNGSIONAL INDIRECT OPERATION

KOMPETENSI STRATEGIS

1 Business Ethics

4 3 3 3 2 2 2 2 2

2 Business Law & Regulation

3 2 2 2

3 Global Business

2

4 Strategis Management

3 2 2 2

5 Knowledge & Information Management

2 1 1 1

6 Environment And Social Awareness

3 2 2 2

7 Innovation 4 3 3 3 2 2 2 2 2 MARKETING 1 Market

Strategy And Analysis

2 1

FINANCE 1 Budget and

Control Management

2 1 1 1

COMMUNITY DEVELOPMENT

1 Analisis Sosial 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 Fasilitasi 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 Pengetahuan

Terapan dan TTG

3 4 4 4 3 3 3 1 3

4 Manajemen Usaha Kecil

3 3 4 4 3 2 3 2 3

5 Pemberdayaan Komunitas

4 4 4 4 3 3 3 2 3

EXTERNAL RELATION

1 Manajemen Konflik

3 3 3 3 2 2 2 1 2

2 Land Acqusition

1 1 1 1

2 Hubungan 3 3 3 3 2 2 2 1 2

Page 19: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 19 dari 38 halaman

No Unit Kompetensi

CD Manager

CD Supt EHC

CD Supt agribisnis

CD Supt LBD

CD Agribusiness Dev Officer

CD EHC Program Officer

CD Local Bisnis Dev.Officer

CD Admin Officer

CD Suport Officer

Eksternal HUMAN RESOURCES DEVELOPMENT

1 Perencanaan Organsiasi

3

2 Manajemen Perubahan

3 2 2 2

3 Bimbingan dan Konseling

4 Wawancara 3 2 2 2 IT/MIS 1 Data Base 2 OFFICE MANAGEMENT

1 Office Management

3

Jumlah Kompetensi 28 25 25 25 17 17 17 17 18 Jumlah Level 86 67 67 68 40 39 40 36 41 Rata-rata Level 3,07 2,68 2,68 2,72 2,35 2,29 2,35 2.12 2,28

b. Kualifikasi

Selain kompetensi, PT Berau Coal juga mempersyaratkan adanya kualifikasi untuk

masing-masing jabatan termasuk di divisi Community Development ini. Adapun kualifikasinya

meliputi sebagai berikut :

Tabel 2 Kualifikasi SDM Untuk Staf Comdev PT Berau Coal

No Kualifikasi CD

Manager CD Supt EHC

CD Supt agribisnis

CD Supt LBD

CD Agribusiness Dev Officer

CD EHC Program Officer

CD Local Bisnis Dev.Officer

CD Admin Officer

CD Suport Officer

1 Pendidikan Formal (minimal)

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 D4/S1 SMA/D1

2 Jurusan Ilmu Sosial/Ekonomi Pembangunan

Pertanian/Ekonomi/sospol/komunikasi

Pertanian/Ekonomi/Sospol/Ekonomi/Peternaakan

Ekonomi/Pertanian

Kedokteran / Kesehatan masyarakat, Sospol, Ekonomi, Pertanian, Peternakan,kehutanan

Ekonomi/Pertanian

Manajemen/Administrasi

Umum

3 Pengalaman Kerja

5 tahun Minimal 5 tahun

Fresh, Pengalaman di LSM

Fresh, Pengalaman di LSM

Fresh, Pengalaman di LSM

Fresh, Pengalaman di LSM

Fresh, Pengalaman di LSM

2 Tahun memiliki pengetahuan MS, office dan email

2 Tahun

4 Kualitas Personal

Kepempimpinan, Komunikas. Planning, Organizing &

Kepempimpinan, Komunikas. Planning, Organizing &

Kepempimpinan, Komunikas. Planning, Organizi

Kepempimpinan, Komunikas. Planning, Organizi

Tertib dalam pekerjaan klerikal Kecermatan dan

Page 20: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 20 dari 38 halaman

No Kualifikasi CD Manager

CD Supt EHC

CD Supt agribisnis

CD Supt LBD

CD Agribusiness Dev Officer

CD EHC Program Officer

CD Local Bisnis Dev.Officer

CD Admin Officer

CD Suport Officer

Controlling Controlling ng & Controlling

ng & Controlling

Ketelitian dalam bekerja Ketahanan Terhadap Pekerjaan rurin

c. Matriks Pengembangan SDM

Secara khusus, memang tidak ada matriks pengembangan SDM yang dibuat oleh

perusahaan untuk divisi community development. Namun demikian secara umum , perusahaan

melalui Human Resources dan General Affairs telah menyusun buku panduan yang berisi

daftar, jadwal dan penyelanggara pelatihan yang dapat menciptakan sumber daya Berau Coal

menjadi lebih kompeten. Pada tahun 2013 terdapat sekitar 42 topik training yang direncanakan

dan dikelompokkan menjadi 3 bagian area yaitu area Soft Skill, Area Hard Skill dan Area K3 L

(Kualitas Kerja yang unggul, Keselamatan Kerja dan lingkungan, Keharmonisan dengan

Lingkungan Sekitar.

Untuk kelompok pelatihan soft skill diantaranya mengenai people skills, presentation

skills, effective communication, Achievement Motivation Training, Leaderships for Group

Leaders, Effective Supervisory for Supervisors, Basic Management for Superintendents,

Middle Management for Managers, Komunikasi Bahasa Inggris dan Total Quality

Management. Untuk kelompok pelatihan K3 meliputi Dasar-Dasar K3L untuk pekerja

tambang, Behavior Based Safety, Basic First Aid and Fire Awareness, Pembekalan POP,

Pembekalan POM dan observasi LK3. Sedangkan untuk pelatihan hard skills meliputi dasar-

dasar survey 1, dasar-dasar survey 2, dasar-dasar Geoteknik dan Hidrologi, Pemantauan

Kualitas Lingkungan, Aplikasi Perpompaan dan Pemipaan , Simulasi Penanganan Huru-Hara,

Reklamasi Lahan Tambang dan Budget and Control Management.

6. Anggaran

Anggaran untuk program Community Development di Berau Coal selama kurun waktu

2008-2012 sebenarnya menunjukkan trend peningkatan dari sisi jumlah anggaran yang

dikucurkan. Secara lebih jelas mengenai realisasi anggaran program community development

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 21: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 21 dari 38 halaman

Tabel 3 Realisasi Dana Program Pemberdayaan Dan Pengembangan Masyarakat

Tahun 2008-2012

URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 Laba bersih 77.604.000 154.231.000 191.799.000 268.480.000 107.875.150

Dana CSR Program 4 pilar (Rp)

11.925.000.000 11.886.000.000 10.653.000.000 14.419.000.000 16.816.130.000

Infrastruktur (Rp)

7.857.000.000 6.637.000.000 9.108.000.000 9.800.000.000 16.061.870.000

Donasi (Rp) 17.915.500.000 10.317.604.000 5.751.000.000 23.726.000.000 56.878.940.000 Total 37.697.500.000 28.840.604.000 25.422.000.000 47.945.000.000 89.756.940.000 % Terhadap Laba Bersih

5,1 1,9 1,4 1,9 8,6

Kontribusi Lain

Batubara PLTU Lati (Ton)

76,186 82,008 83,092 84,627 102,525

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa alokasi anggaran program community

development di perusahaan Berau Coal tidak terpengaruh oleh jumlah laba yang dihasilkan

oleh perusahaan. Sebagai contoh tahun 2012 meskipun jumlah laba yang dihasilkan menurun

akan tetapi alokasi anggaran untuk program CSR ini lebih besar dibandingkan dengan thun

2011. Dari proporsi anggaran tersebut terlihat juga bahwa alokasi anggaran untuk donasi lebih

besar dibandingkan dengan anggaran untuk program 4 pilar (pendidikan dan pengetahuan,

kesehatan dan nutrisi, lingkungan dan budaya dan sosil ekonomi) dan program infrastruktur.

7. Perencanaan

Di dalam melakukan perencanaan, PT Berau Coal juga melakukan pemetaan sosial

(social mapping) terhadap wilayah masyarakat sekitar tambang. Pemetaan sosial terakhir

dilakukan pada tahun 2012 bekerjasama dengan CFCD (Community Forum For Community

Development) Jakarta di 38 kampung yang tersebar 3 site Binungan, Sambarata dan Lati. Dari

38 kampung tersebut dapat diklasifikasikan 26 kampung merupakan kampung yang sudah

pernah dilakukan kegiatan pada tahun sebelumnya dan 12 kampung merupakan kampung baru

yang akan dilakukan kegiatan. Selain social mapping, PT Berau Coal juga telah memiliki

Rencana Strategis lima tahunan 2013-2017. Rencana Strategis tersebut dibagi menjadi dua

yaitu Rencana Strategis Community Group dan Community Involment And Development

(CID) PT Berau Coal dan Community Action Plan tahun 2013-2017. Renstra Community

Group dan CID PT Berau Coal mencakup community development/Community Involvement

& Development, Land Acquisition dan Resettlement. Kemudian Community Action tingkat

kelurahan mencakup visi dan misi kampung halaman, penetapan tujuan dan peta masalah

Page 22: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 22 dari 38 halaman

(ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan infrastruktur/lingkungan). Renstra

tersebut menjadi dasar dari Berau Coal untuk menurunkan ke dalam rencana kerja tahunan.

Mekanisme perencanaan PT Berau Coal sudah dilakukan secara partisipatif. Selain

penyerapan aspirasi dilakukan melalui Local Community Officer di masing-masing lokasi, PT

Berau Coal juga bekerjasama dengan salah satu LSM FK Pelita (Forum Komunikasi

Pemberdayaan Lintas Tambang (FK Pelita). FK Pelita ini dibentuk dengan tujuan memadukan

pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dengan usaha-usaha

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT. Berau Coal dan

menjembatani/menfasilitasi kepentingan masyarakat dengan kepentingan PT Berau Coal.

Dalam implementasinya, PT Berau Coal melakukan penjaringan aspirasi ke kampung-kampung

di tiga lokasi tambang (Binungan, Lati dan Sambarata). Hasil penjaringan aspirasi yang

dilakukan oleh PT Berau Coal ini kemudian disinkronkan dalam Musrenbang (Musyawarah

Rencana Pembangunan) di tingkat kecamatan dan kabupaten.

8. Pelaksanaan

Implementasi program-program community development PT Berau Coal dilakukan

dengan membuat kerjasama dengan berbagai pihak/institusi. Adapun institusi yang terlibat dalam

pelaksanaan program antara lain : Balai Penelitian Tanaman Getas dan Karet (Baligetas) Salatiga,

Loka Penelitian dan Pengembangan Sapi Potong (Lolit Sapi) Grati Pasuruan, PT Kusuma Sejati

Bogor, Bank Rakyat Indonesia, Forum Komunikasi Pemberdayaan Lingkat Tambang (FK Pelita),

Dinas terkait di Pemerintahan Kabupaten Berau antara lain : Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan,

Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Peternkan dan Kesehatan Hewan, Koperasi, Perindustrian

dan Perdagangan, Pertambangan dan Energi, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kesehatan,

Pendidikan dan Pariwisata. Dari PT Berau Coal sendiri juga melakukan pendampingan yang

dilakukan secara intens oleh Local Community Officer (LCO). LCO ini sudah memiliki

kompetensi lebih professional. Sejak tahun 2012 sudah ada standarisasi dan kualifikasi untuk

LCO minimal pendidikan S1. Sebelum tahun 2012, LCO masih cenderung belum ada

standar/kualifikasi yang ketat. Pada waktu itu LCO berasal dari masyarakat yang ada di kampung

yang dijadikan sasaran program dan belum ada standar minimal pendidikan. Saat ini terdapat 15

LCO yang melakukan pendampingan ke masyarakat. LCO ini membawahi 2 atau 3 kampung yang

ada di desa dampingan.

Ada beberapa contoh pelaksananaan program untuk pengembangan masyarakat ini yaitu :

Page 23: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 23 dari 38 halaman

a. Site Binungan

Salah satu program di site Binungan yang relatif cukup baik dan memiliki prospek adalah

program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dan sosial serta pendidikan dan

pengetahuan.

1. Pengembangan budidaya tanaman kakao

Pengembangan budidaya kakao di site Binungan dimuali dengan pembuatan demplot kakao

di beberapa wilayah kampung dampingan yaitu Nasding, Meraang, Tumbit Dayak, Inaran, Suaran

dan Long Lanuk. Kegiatan pengembangan budidaya tanaman kakao bekerjasama dengan Pusat

Penelitin Kopi dan Kakao (PUSLITOKA) Jember Jawa Timur untuk melakukan supervisi

budidaya tanaman. Pembangunan demplot ini dimaksudkan sebagai pembangunan kebun

percontohan yang bertujuan agar para petani kakao mampu menerapkan teknik budidaya secara

baik dan benar. Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan demplot ini adalah adanya temu

lapang dan sekolah lapang yang dilakukan secara periodik dan diikuti oleh kelompok tani kakao

di wilayah demplot.

Secara umum, perkembangan kakao mengalami peningkatan khususnya dari segi produksi.

Mulai Bulan September 2011 sampai dengan Bulan Oktober 2012 produksi terus mengalami

peningkatan dengan kenaikan rata-rata 10% per bulan. Dari salah satu lokasi yang penulis

kunjungi yakni di Kampung Suaran juga menunjukkan adanya trend positif terkait jumlah

produksi yang dihasilkan. Data produksi kakao (biji kering siap jual) Kampung Suaran antara

Bulan Januari-April 2013 mengalami peningkatan. Pada Bulan Januari 2013 jumlah produksi yang

dihasilkan mencapai 750 ton. Sedangkan pada Bulan April 2013 sudah mencapai 1489 ton. Para

petani yang mengembangkan budidaya kakao di Kampung Suaran ini juga sudah terorganisasi dan

bergabung dalam Kelompok Masyarakat Mekar Jaya yang beranggotakan 31 orang. Hal yang

unik, anggota kelompok ini semuanya berasal dari Flores Nusa Tenggara Timur.

Selain keberhasilan yang dicapai permasalahan yang masih dihadapi oleh para petani kakao

adalah harga pemasaran yang masih rendah dan seringkali dipermainkan tengkulak. Harga jual

kako kering per kilogram hanya Rp 14-15 ribu/kg, padahal seharusnya mencapai Rp 18 ribu.

Selain itu, pengolahan budidaya pasca panen juga masih lemah sehingga produk kakao masih

dijual dalam bentuk mentah. Dalam konteks pendampingan, masyarakat juga mengeluhkan terkait

peran pemerintah yang masih minim.

Page 24: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 24 dari 38 halaman

2. Pengembangan Agribisnis Tamanan Jeruk

Pengembangan agribisnis tanaman jeruk dilakukan untuk mendorong terciptanya sumber

bibit yang unggul serta arel produksi buah yang ekonomis. Pengembangan tanaman jeruk

dilakukan pada dua lokasi kampung yaitu Kampung Rantau Panjang dan Kampung Birang. Dari

salah satu lokasi yang dikunjungi yaitu di Rantau Panjang pengembangan tanaman jeruk

dilakukan pada dua aspek yaitu pembangunan pembibitan (pembangunan kebun induk/blok

penggadaaan mata tempel (BMPT) dan pembangunan sentra penangkaran bibit tanaman) dan

perluasan tanaman yakni perluasan tanaman untuk keperluan produksi dengan memanfatkan hasil

penangkaran bibit oleh kelompok Rantau Panjang. Variasi jeruk yang dikembangkan adalah jeruk

Keprok Borneo Prima sejumlah 226 pokok dan Siam Pontianak sejumlah 50 pokok. Para petani

yang ada di Kampung Rantau Panjang ini juga telah mengorganisir ke dalam Kelompok Jeruk

Borneo Prima dan sudah ada pertemuan secara rutin.

Dalam pengembangan produksi ini ada beberapa hambatan yang dialami oleh para petani,

seperti pemsaran yang masih dipermainkan oleh tengkulak dan pengolahan budidaya pasca panen.

Ada keinginan dari masyarakat untuk pelatihan-pelatihan pembuatan produk minum-minuman

dari jeruk.

3. Rumah Pintar

Salah satu program yang cukup baik di sektor pendidikan adalah adanya kelompok pintar

yang dikelola oleh para pemuda di Kampung Pegar Bukur. Di dalam rumah pintar ini tersedia

fasilitas sentra perpustakaan yang terbuka untuk umum. Kemudian juga ada kegiatan sentra kreatif

yang dikembangkan di rumah pintar tersebut yakni berupa pengembangan konveksi. Untuk

konveksi ini, pada akhir tahun 2011 Kelompok Pegat Bukur telah mampu melayani permintaan

lokal baik seragam maupun satuan. Pengembangan rumah pintar dikelola secara swadaya oleh

para pemuda yang ada di Kampung Pegat Bukur. Untuk menambah referensi buku, mereka juga

mencari bantuan dari berbagai lembaga lain dan ketika ada kunjungan dari pihak luar seperti siswa

sekolah, mereka meminta pihak yang berkunjung memberikan bantuan buku untuk perpustakaan.

Kendala yang muncul dalam pengembangan rumah pintar ini adalah masih terbatasnya

kemampuan manajemen dalam pengeloaan rumah pintar karena dilakukan secara otodidak.

Dengan demikian, perlu ada peningkatan kapasitas kepada masyarakat untuk mengelola rumah

pintar tersebut.

Page 25: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 25 dari 38 halaman

b. Site Lati

Dua contoh program unggulan untuk program pengembangan masyarakat di Site Lati adalah

pengembangan koperasi di Kampung Merancang Ilir Kecamatan Gunung Tabur dan

pengembangan budidaya karet di Tanjung Perangat.

1. Pengembangan Koperasi Al Barokah

Koperasi Al Barokah terletak di Jalan Bukit Indah RT III Kampung Merancang Ilir

Kecamatan Gunung Tabur. PT Berau Coal selama ini memberikan bantuan permodalan untuk

pengembangan usaha pada tahun 2010 dan kegiatan pendampingan. Koperasi ini dikelola oleh

ibu-ibu dasawisma di Kampung Merancang Ilir. Perkembangan usaha koperasi ini cukup baik.

Dilihat dari jumlah anggota terjadi peningkatan. Pada saat berdirinya, tahun 2009 jumlah

anggota koperasi hanya 23 orang tetapi pada tahun 2012 sudah mencapai 91 orang. Koperasi ini

juga telah memperkrjakan 1 orang karyawan untuk membantu pengembangan usaha. Aktivitas

usaha yang dilakukan oleh koperasi pun mengalami perkembangan. Jika sebelumnya hanya

memiliki usaha pinjam saat ini telah berkembang usahanya menjadi kegiatan usaha penjualan

warung serba ada, penjualan BBM. Jumlah kekayaan yang dimiliki oleh koperasi pun mengalami

perkembangan. Pada tahun 2011 jumlah kekayaan bersih Rp 131.176.460,00 namun pada tahun

2012 mencapai Rp 185.440.214. Atas prestasinya tersebut, Koperasi Al Barokah pernah

mendapatkan penghargaan sebagai juara III nasional.

Meskipun ada perkembangan ke arah positif akan tetapi ada permasalahan yang saat ini

dihadapi oleh koperasi. Permasalahan tersebut misalnya, masih terbatasnya modal sehingga belum

mampu melayani kebutuhan semua anggota, keterbatasan skill/ketrampilan manajemen dari

pengurus dan masih terdapat anggota yang kurang sadar untuk menunaikan kewajiban membayar

iuran wajib bulanan, angsuran pinjaman di unit usaha simpan pinjam maupun pelunasan piutang di

unit usaha Waserda.

2. Pengembangan Budidaya Karet

Selain kakao tanaman produksi yang dikembangkan oleh perusahaan adalah karet.

Program pengembangan agribisnis karet dilakukan melalui kerjasama dengan Balai Penelitian

Getas. Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan pendampingan teknologi bibit dan budaya

karet, pengawalan peningkatan kesuburan lahan bekas tambang untuk revegetasi, pengawalan

revegetasi lahan bekas tambang, dan pengembangan kebun induk karet.

Di site Lati, salah satu daerah yang mendapatkan sasaran dari pengembangan budidaya

karet ini adalah Kampung Tanjung Perangat. Sebagian besar warga di kampung Tanjung Perangat

Page 26: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 26 dari 38 halaman

ini merupakan masyarakat transmigran dari Jawa. Dari hasil pengamatan perkembangan budidaya

karet sudah menunjukkan perkembangan. Sebagian besar anggota masih tekun mengembangkan

budidaya karet. Kelompok tani yang ada di dusun ini juga sudah secara rutin menyelenggarakan

pertemuan untuk mengembangkan usaha budidaya karet ini. Kendala yang dihadapi dalam

pengembangan usaha ini, ada beberapa masyarakat yang seringkali tidak sabar di dalam

mengembangkan budidaya perikanan sehingga mereka keluar dari keanggotaan kelompok.

c. Site Sambarata

Dua contoh program pengembangan masyarakat yang dapat dilihat di Site Sambarata adalah

pengembangan konveksi pada Koperasi Wanita di Kampung Teluk Bayur dan penyediaan asrama

pelajar bagi masyarakat yang berasal dari Kawasan Adat Terpencil (KAT) di Asrama Kartini.

1. Pengembangan Konveksi Kopwan Kartini Teluk Bayur

Pengembangan konveksi dilakukan melalui peningkatan usaha kelompok menjahit yang

telah ada yaitu melalui program peningkatan ketrampilan dan kapasitas produksi. Peningkatan

ketrampilan dilakukan dengan metode instruktur tandem yaitu instruktur yang direkrut dan

mendampingi kelompok sehari-hari hingga 3 bulan pada tahun 2010. Sedangkan peningkatan

kapasitas produksi dilakukan dengan peningkatan mesin jahit yang ada menjadi mesin jahit

produksi besar.

Bantuan tersebut juga diberikan pada konveksi Kopwan Kartini Teluk Bayur. Koperasi

Wanita Kartini merupakan badan hokum ekonomi yang dibentuk dari pengembangan Kelompok

Masyarakat (ke Mas) jahit Bina Kreasi dan Bordir jahit sehingga terdapat dua kegiatan yaitu

menjahit dan bordir mesin komputer. Kegiatan menjahit di Kopwan Kartini ini lebih melayani

pada kepentingan dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh tahun 2011 PT Berau Coal memesan

seragam perusahaan dari Kopwan Kartini ini. Permasalahan yang dihadapi oleh usaha konveksi

ini tersebut adalah masih lemahnya manajemen usaha dan pengembangan inovasi dan desain.

2. Penyediaan asrama pelajar Kawasan Adat Tertinggal dan Masyarakat Sekitar Tambang

Di Site Sambarata terdapat dua asrama pelajar untuk pelajar Kawasan Adat Tertinggal dan

masyarakat sekitar tambang yaitu asrama pelajar yang terletak di Kampung Birang dan asrama

pelajar Kawasan Adat Kartini di Tanjung Redeb. Kegiatan ini telah mendapatkan penghargaan

dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dengan peringkat platinum dalam ajang

Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Award tahun 2012.

Page 27: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 27 dari 38 halaman

Dari hasil kunjungan ke Asrama Kartini di Tanjung Redeb menunjukkan bahwa program

ini telah direspon secara positif oleh siswa-siswa yang tinggal di tempat tersebut. Mereka sangat

terbantu dengan kehadiran asrama karena dapat lebih menghemat biaya dan waktu ketika mereka

harus sekolah karena lokasi rumah mereka lokasinya jauh-jauh. Berbagai fasilitas juga tersedia di

asrama tersebut seperti buku-buku pelajaran, komputer dan televisi. Perusahaan juga membantu

menyediakan kebutuhan beras dan lauk pauk untuk kepentingan siswa di asrama. Namun di saat

penulis melakukan kunjungan, terlihat ada beberapa sarana dan prasarana yang mengalami

kerusakan.

Evaluasi

a. Pola Evaluasi

PT Berau Coal telah memiliki evaluasi untuk program pengembangan masyarakat. Pada tahun

2011, Evaluasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau dan bekerjasama dengan FK

Pelita di masyarakat daerah lingkar tambang. Indikator yang digunakan dalam penyusunan evaluasi ini

adalah kependudukan, pendidikan, kesehatan, fertilitas dan Keluarga Berencana, Ketenagakerjaam,

Perekonomian dan Perumahan.

Pada tahun 2012 juga dilakukan evaluasi yang dilakukan oleh CFCD Jakarta. Indiktor yang

digunakan dalam melakukn evaluasi ini berbeda dengn evaluasi yang dilakukan pada tahun 2011.

Studi evalusi pada tahun 2012 dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan Community Group (community

development, land acquisition, resettlement dan communitycontribution). Dari aspek community

development yang dilihat adalah Review kebijakan pelaksanaan CID (visi, misi, tijuan, strategi,

organisasi, personalia dan implementasi pelaksanaan CID dalam tiga tahun terakhir), Review

keterlibatan pemangku kepentingan dan perencanaan partisipatif, stakeholder engagement khususnya

peran serta masyarakat di 26 kampung dan pemerintah lokal dalam penyusunan program), Review

sinergi program CID dengan program pemerintah daerah yang dilaksanakan selama ini menjadi bagian

supplementary pembangunan daerah dan review keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam

pelaksanaan pengawasan dan monitoring program CID PT Berau Coal, review keberhasilan program

CID 2009-2011 dan Penilaian kinerja (YDBBC, FK PELITA, LPM/LSK, KEMAS dan Lembaga

Keuangan Mikro). Dari aspek land acquisition evaluasi dilakukan pada review pelaksanaan land

improvement, Peta permasalahan land improvement. Untuk Resettlement evaluasi dilakukan pada.

review hasil indentifikasi sosial ekonomi Meraang RT 08 dan 09 tahun 2010, Review program

pembangunan pemukiman bagi warga RT 08 dan 09 Tumbit Melayu dan KAT Punan KM 10 Lati-

Sambakungan. Sedangkan Community Contribution dilakukan pada Review ketenaga kerjaan, donasi

dan Peta konflik.

Page 28: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 28 dari 38 halaman

Pada tahun 2009 sebenarnya juga pernah dilakukan evaluasi untuk program pengembangan

masyarakat ini bekerjama dengan CFCD. Evaluasi pada tahun ini pengklasifikasi Kelompok

Masyarakat menjadi tidak berkembang, tumbuh berkembang dan berkembang menuju mandiri.

Indikator yang digunakan untuk melakukan klasifikasi tersebut adalah organisasi, administrasi, modal,

usaha produksi, dan askeptasi. Untuk organisasi, aspek yang dilihat adalah AD/ART, interaksi antar

anggota, rapat anggota, kepengurusan dan keanggotaan. Sedangkan indikator untuk administrasi

dilihat dari aspek ketrampilan pekerjaan dan perangkat pembukuan. Indikator modal dilihat dari aspek

pinjaman dan tabungan. Indikator usaha dan produksi dilihat dari orientasi usaha dan cara berusaha.

Akseptasi dilihat dari indikator jaringan kerja, tanggapan lingkungan dan rasa memiliki anggota.

Indikator penilaian Kemas ini juga dilakukan sebagai salah satu indikator dalam melakukan evaluasi

atas pelaksanaan program pengembangan masyarakat untuk Kelompok masyarakat.

b. Most Significane Change

Adanya pelaksana dan indikator yang berbeda di dalam melakukan evaluasi pelaksanaan

program pengembangan masyarakat menyebabkan analisis mengenai perubahan yang paling signifikan

juga tidak terlihat secara jelas. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada tahun 2009 yang

mengklasifikasikan Kemas, menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok masyarakat berada pada

klasifikasi tumbuh berkembang. Pada tahun 2011, hasil survey menunjukkan adanya peningkatan

kualitas hidup masyarakat khususnya di kawasan lingkar tambang baik dari segi pendidikan,

kesehatan, fertilitas dan keluarga berencana hingga ketenagakerjaan. Sedangkan evaluasi pada tahun

2012 yang menggunakan indikator yang lebih kompleks menunjukkan bahwa keseluruhan program

belum memiliki dampak kemandirian dan keberlanjutan. Hal ini dikarenakan program tidak berdasar

pada data kebutuhan masyarakat yang akurat, tidak memiliki perencanaan program berdasar kajian dan

analisa lapangan. Secara umum program masih bersifat charity dan donasi. Namun peran serta

perempuan dalam kegiatan Posyandu memiliki harapan besar untuk pengembangan program

community development yang berkelanjutan dan mandiri. Kegiatan Posyandu telah mengembangkan

prinsip peran perempuan dalam bidang kesehatan. Kegiatan Posyandu dapat meningkatkan

kemampuan kader-kader (Social Mapping & Studi Evaluasi tahap Saharing PT Berau Coal,2012).

Kemudian dilihat dari indikator mengenai penilaian Kemas antara tahun 2009 dan 2010

menunjukkan bahwa klasifikasi kemas terhadap aspek organisasi, administrasi, permodalan, usaha dan

akseptasi, terdapat penurunan klasifikasi kemas pada all area sebanyak 3 kemas, kenaikan klasifikasi

sebanyak 10 kemas dan klasifikasi tetap sebanyak 94 kemas serta terdapat kemas baru sebanyak 15

kemas. Rata-rata penurunan klasifikasi di setiap site adalah 2%, lebih rendah dari kenaikan klasifikasi

rata-rata sebesar 7%. Sedangkan kemas yang klasifikasinya tidak berubah/tetap rata –rata sebesar 89

%.

Page 29: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 29 dari 38 halaman

c. Millenium Development Goals

Dari 8 target Millenium Development Goals ada 7 target yang dapat dianalisis untuk program

pengembangan masyarakat di PT Berau Coal adalah sebagai berikut :

Tabel 4 Implementasi Program Community Development PT Berau Coal

Berbasis MDGs

No Indikator Catatan 1 Mengentaskan kemiskinan

ekstrim dan kelaparan Program Community Development PT Berau Coal sudah memiliki data base KK Miskin sebagai komunitas sasaran dalam upaya pengentasan kemiskinan dalam pencapaian target 2015 dan kegiatan yang dilakukan untuk komunitas masyarakat miskin sudah terorganisir dalam pemberdayaan masyarakat berbasis KEMAS. Namun demikian tidak ada angka yang menunjukkan berapa jumlah KK miskin yang sudah difasilitasi melalui program CD PT BERAU COAL (terkecuali yang tergabung dalam KEMAS).

2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Program Community Development PT Berau Coal belum memiliki data base pendidikan dasar untuk anak-anak KK msikin dalam upaya menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Namun perusahaan secara umum telah melakukan program bantuan bagi pendidikan dasar (termasuk komunitas adat terpencil) secara luas).

3 Mendorong Kesetaraan Gender Dan Pemberdayaan Perempuan

1. Belum menjadi agenda CD PT Berau Coal dalam mengurangi rasio ketimpangan perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

2. Dorongan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan melalui partisipasi perempuan keluarga miskin dalam peningkatan ekonomi rumah tangga telah dilakukan secara terbatas seperti usaha-usaha

Page 30: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 30 dari 38 halaman

menjahit dan aneka usaha lainnya.

4 Menurunkan Tingkat Kematian Anak

CD PT Berau Coal belum memiliki data base anak-anak balita KK Miskin dalam mengurangi kematian. Namun demikian CID PT Berau Coal telah melakukan berbagai kegiatan pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada anak BALITA dalam kegiatan Posyandu termasuk membantu memfasilitasi layanan imunisasi bagi anak bekerjasama dengan dinas kesehatan.

5 Meningkatkan Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan

CD PT Berau Coal belum memiliki data base angka kematian Ibu Keluarga KK Miskin Dalam Mengurangi Kematian. CD PT Berau Coal telah melakukan pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu hamil dan suami mereka melalui Posyandu.

6 Memerangi HIV/AIDS, Malaria and Penyakit Lainnya

Program memerangi HIV/AIDS tidak menjadi prioritas utama dari program CD PT Berau Coal. Saat ini, perusahaan telah berkontribusi dalam sosialisasi memerangi HIV/AIDS melalui reklame.

7 Menjamin Keberlanjutan

Lingkungan Hidup PT Berau Coal telah melakukan secar luas akses masyarakat terhadap penyediaan/ketersediaan air bersih dan mengurangi kerusakan lingkungan melalui program pelestarian lingkungan.

Prosedur Penanganan Konflik

a. Jenis dan Levelling Konflik

PT Berau Coal mengklasifikasikan konflik yang ada di masyarakat menjadi 3 jenis yaitu land

improvement, lingkungan dan kesehatan dan tenaga kerja. Dari data dari divisi External Relation dan

Land Management PT Berau Coal dalam kurun waktu Januari-Oktober 2012 terdapat 19 kasus konflik

yang terjadi. Jumlah kasus yang terjadi di Site Lati adalah yang terbanyak di antara dua site yang

lainnya. Secara lebih rinci mengenai bentuk konflik yang terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5

Page 31: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 31 dari 38 halaman

Kasus Konflk PT Berau Coal No Jenis Konflik Site Lati Site

Binungan Site

Sambarata 1 Land

Improvement 2 1 0

2 Lingkungan dan Kesehatan

10 4 0

3 Tenaga Kerja 2 0 0 Jumlah Total 14 5 0

b. Metode Penanganan Konflik

Penanganan Konflik di PT Berau Coal dilakukan oleh divisi External Relation (ER) & Land

Management (LM) yang dipimpin oleh seorang manajer. Divisi ER & LM memiliki misi

terselenggaranya kegiatan usaha PT Berau Coal yang aman, lancar serta terciptanya hubungan yang

harmonis dengan stakeholder dan dukungan para pihak atas aktifitas tambang yang dilaksanakan oleh

PT Berau Coal di Kabupaten Berau Coal.

Dalam rangka penanganan konflik yang terjadi di masyarakat akibat aktivitas perusahaan, PT

Berau Coal juga telah menyusun Standard Operasional Prosedur (SOP) untuk Bina Wilayah dan SOP

Penanganan Konflik. SOP Bina Wilayah ini dimaksudkan sebagai kegiatan pembinaan dengan tujuan

menjalin hubungan yang harmonis tanpa adanya konflik antara perusahaan dengan stakeholder yang

berdiam di sekitar wilayah kerja perusahaan. Sedangkan SOP penanganan konflik disusun dengan

tujuan mengatur secara resmi tindakan penanganan konflik pada lingkungan perusahaan, yang berasal

dari lingkungan external perusahaan dan menciptakan. dan menegakkan kepastian hukum pada saat

terjadi perselisihan yang berpotensi mengganggu kegiatan operasional perusahaan.

Ruang lingkup Bina Wilayah mencakup Government Relation, deteksi potensi konflik dan

harmonisasi hubungan. Tujuan yang diharapkan dari government relation ini adalah terciptanya

komunikasi dan kordinasi yang baik dan rutin antara pemerintah dan perusahaan serta terbentuknya

opini positif terhadap lingkungan pemerintahan terhadap PT Berau Coal. Beberapa tahapan kegiatan

Government Relation adalah: Relationship dan pengkondisian image dan sharing informasi external.

Untuk deteksi potensi konflik meliputi tersedianya data dan peta konflik, antisipasi peluang timbulnya

konflik, adanya kronologis kejadian (apabila terjadi dispute), pembinaan sebagai langkah antisipasi

munculnya kembali konflik dan tersedianya data patron dan client dalam masyarakat di wilayah kerja

external relation officer. Sedangkan tahapan harmonisasi hubungan dicapai melalui penyaluran donasi

kepada masyarakat, support event kampung dan silaturahmi tokoh. Dalam rangka program bina

wilayah ini, pada setiap site ditempatkan satu orang atau lebih tenaga External Relation Officer (ERO)

pada level jabatan Supervisor. PT Berau Coal menetapkan wilayah kerja External Relation Officer

berdasarkan letak geografis kewilayahan, meliputi

Page 32: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 32 dari 38 halaman

- Site Lati ditempatkan 2 personil ERO setingkat Supervisor.

- Site Binungan ditempatkan 2 personil ERO setingkat Supervisor.

- Site Sambarata akan ditempatkan 1 personil ERO setingkat Supervisor.

- Head Office dan sekitarnya ditempatkan 1 personil ERO setingkat Supervisor.

Prosedur Penanganan konflik ini berlaku di seluruh daerah operasi PT Berau Coal, meliputi area

Tambang, Eksplorasi, area Perkantoran dan area Perumahan. Adapun mekanisme penanganan konflik

yang dilakukan oleh PT Berau Coal sebagai berikut :

Flow Chart Manajemen KonflikStart

Menerima informasi

konflik

Informasi Internal

Identifikasi masalah

Y

VerifikasiKomplain

N

Stop Operasi

MasalahReal

Negosiasi

Penjelasan

Selesai

N Y

Resolusi masalah

ResolveY N Tindakan

Hukum

N

Resolve

Y

Selesai

N

Melibatkan pihak ke 3 sebagai fasilitator

11. Sinergi dengan Pemda

Dalam proses perencanaan dan implementasi program community development, sudah ada

sinergi antara PT Berau Coal dengan Pemerintah daerah Kabupaten Berau meskipun memang belum

maksimal. Bahkan sudah ada SK Bupati Berau terkait program pengembangan masyarakat (SK Nomer

182 tahun 2012). Dalam proses perencanaan, pemerintah daearah juga telah mengakomodasi program

community development PT Berau Coal ini untuk disinergikan dengan program pemerintah daerah

melalui Musrenbang tingkat kecamatan maupun kabupaten. Namun demikian, belum adanya forum

CSR antar stakeholder di Kabupaten Berau menyebabkan ada beberapa program yang kemudian

cenderung tumpang tindih dan akhirnya kurang maksimal. Misalnya dalam kasus pemberdayaan

pendidikan untuk Kawasan Adat Terpencil yang dilakukan di Site Lati, ada 3 perusahan yang

Page 33: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 33 dari 38 halaman

melakukan program disana yaitu PT Berau Coal, BBE (Berau Bara Energy) dan NBC. Tidak adanya

forum CSR tersebut menyebabkan sinkronisasi dalam perencanaan pengembangan pendidikan untuk

Kawasan Adat Terpencil tersebut menjadi tidak maksimal.

Untuk implementasi pemerintah sebenarnya juga bersinergi dengan PT Beraun Coal meskipun

belum maksimal. Bentuk peran pemerintah misalnya adalah tambangan bantuan bibit karet (Kampung

Tanjuang Perangat, Site Lati) dan Kakao (Kampung Suaran, Site Binungan). Namun untuk

implementasi ini, banyak masyarakat yang berkeluh terkait minimnya peran yang dilakukan

pemerintah dalam melakukan pendampingan padahal peran ini sangat penting, karena tidak selamanya

masyarakat menggantungkan pada perusahaan. Di site lapangan masyarakat juga mengalami kendala

terkait pemasaran (misalnya kasus petani Kakao di Kampung Suaran, Site Binungan). Minimnya akses

pasar menyebabkan harga produk masyarakat menjadi sangat rendah dan dipermainkan oleh para

tengkulak. Kemudian dalam kasus petani karet di Tanjung Perengat, Site Lati). Minimnya peran

pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah dapat juga dillihat dalam kasus pengembangan

kelompok perikanan di Kampung Suaran, Site Binungan. Di Site Sambarata, miniminya peran

pemerintah dapat dilihat dalam program pengembangan pendidikan untuk Kawasan Adat Terpencil

yang dilakukan PKBM Pusaka Indonesia. Beberapa perusahaan sudah memberikan kontribusi melalaui

program CSR mereka akan tetapi peran dari pemerintah belum begitu terlihat. Selain itu juga terlihat

dalam koperasi usaha Kartini di Teluk Bayur. Peran-peran seperti pelatihan manajemen

pengembangan usaha, pengembangan inovasi desain dan fasilitasi pameran sangat jarang dilakukan

oleh pemerintah.

Rencana Penutupan Tambang Rencana Penutupan Tambang (social mine closure)

Secara konseptual, perencanaan pasca tambang PT Berau Coal telah dibuat tahun 2006 dan

implementasi arah penutupan tambang telah dimulai tahun 2006 dengan model reklamasi lahan bekas

tambang yang mengarah pada peruntukan tambang. Namun, perencanaan secara komprehensif baru

disusun setelah adanya Permen ESDM nomer 18 Tahun 2008 mengenai reklamasi dan penutupan

tambang hingga menghasilkan dokumen Rencana Pascatambang PTBC sampai tahun 2025 yang

disetujui oleh Kementerian ESDM nomer 3076/30/DJB/2011 tanggal 5 September 2011. Misi

pasca tambang PT Berau Coal adalah menciptakan kondisi pasca tambang yang memenuhi kriteria

yang disepakati oleh pemangku kepentingan dengan tetap memperhatikan dan perundang-undangan.

Proses perencanaan menghasilkan zona kawasan pasca tambang PT Berau Coal berupa interest zone,

intensive zone dan buffer zone. Interest zone adalah areal KBNK (Kawasan budidaya Non Kehutanan)

yang aksesnya dekat dengan masyarakat dan berada luar kawasan pinjam pakai dimana tanaman

kehutanan akan mendominasi arel ini. Buffer Zone merupakan kawasan penyangga dengn kawasan

Page 34: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 34 dari 38 halaman

kehutanan diharapkan dapat mengembalikan fungsi hutan dengan keanekaragaman flora maupun

fauna. Sedangkan intensive zone adalah areal yang akan dikelola saat proses penambangan selesai.

Program pasca tambang yang telah ditetapkan pada masing-masing zonasi pengelolaan

kawasan meliputi pemanfaatan lahan bekas tambang untuk area pemukiman, agrowisata, peternakan,

perkebunan (tanaman keras), hutan produktif, perikanan air tawar, sumber air bersih dan pertanian,

serta sarana olahraga dan rekreasi alam. Program penutupan tambang di PT Berau Coal untuk

sementara baru dipusatkan di Site Binungan. Adapun program yang menjadi prioritas saat ini adalah :

a. Pemanfaatan lahan reklamasi untuk tanaman perkebunan kakao yang dilakukan di interst zone.

Pemilihan jenis komoditi ini dilandasi bahwa kakao menjadi komoditi unggulan daerah sekitar

tambang Binungan dalam mendukung strategi program pembangunan ekonomi Kabupaten

Berau yang berorientasi pada pengembangan agribisnis dan kepariwisataan,

b. Pemanfaatan lahan reklamasi untuk kebuh buah-buahan (rambutan, jeruk, salak pondoh,

kelengkeng, nanas, jambu air dan jenis buah-buahan lokal lainnya).

c. Peternakan sapi potong pola pembibitan dengan sistem penggembalaan. Untuk program ini

telah dilakukan kerjasama penelitian uji produktivitas rumput pakan ternak dam peningkatan

SDM melalui manajemen kandang belajar di Kampung Birang kerjasama antara departemen

Community Development PT Berau Coal dengan Loka penelitian Sapi potong, Pasuruan, Jawa

Timur mulai tahun 2011.

d. Budidaya perikanan air tawar pola pembesaran dengan sistem keramba apung pada embung

air.

e. Pemanfaatan embung air untuk penyediaan air bersih.

f. Pengembangan Padang Golf Binungan pada lahan bekas tambang di H1 dan H3N menjadi

Binungan Golf Course sebagai sarana olahraga dan rekreasi alam.

Kewenangan utama pengelolaan program-program pasca tambang ini untuk sementara masih

ada di bawah kewenangan Divisi Mineclosure yang nantinya setelah pilot project tersebut berhasil

akan diserahkan kepada divisi community Development dalam pengembangannya ke masyarakat.

Lesson Learned

a. Apresiatif

Ada beberapa lesson learned positif yang diambil dari program-program community

development PT Berau Coal yaitu :

1) Dilihat dari substansi program menunjukkan ada perkembangan positif. Meskipun

program-program karitatif masih dominan akan tetapi saat ini sudah ada perkembangan

program CSR yang lebih berorientasi pada pemberdayaan.

Page 35: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 35 dari 38 halaman

2) Proses perencanaan sudah partisipatif dengan melibatkan masyarakat sejak dari level

kampung bekerjasama dengan FK-Pelita. Kemudian juga sudah ada sinkronisasi program

dengan Bappeda sejak dari kecamatan.

3) Dalam konteks perencanaan, social Mapping sudah ada, demikian juga renstra dan

rencana kerja. Bupati menerbitkan SK Bupati Berau terkait program pengembangan

masyarakat (SK Nomer 182 tahun 2012).

4) Kompetensi Sumber Daya Manusia dan roadmap pengembangan kompetensi SDM

terkait CSR sudah ada. Kualifikasi kompetensi staf yang ada di divisi comdev juga relatif

baik.

5) Proses pendampingan sudah melibatkan LCO (Local Community Organizer) yang lebih

memiliki kompetensi dan professional. Sejak tahun 2012 sudah ada standarisasi dan

kualifikasi untuk LCO minimal pendidikan S1. Saat ini ada 15 LCO yang melakukan

pendampingan ke masyarakat.

6) Dokumen monitoring dan evaluasi sudah ada. Demikian juga dengan studi persepsi

kepusan masyarakat. Keberadaan dokumen ini tentunya menjadi bahan masukan dalam

memperbaiki dan mengevaluasi program Community Development yang dilakukan

perusahan.

7) Dalam rangka penanganan konflik yang terjadi di masyarakat akibat aktivitas perusahaan,

PT Berau Coal juga telah menyusun Standard Operasional Prosedur (SOP) untuk Bina

Wilayah dan SOP Penanganan Konflik. Analisis stakeholder di setiap lokasi juga sudah

dipetakan.

b. Kritis

1) Meskipun sudah ada perencanaan partisipatif akan tetapi sinkronisasi program PT Berau

Coal dengan perusahaan lainnya belum ada sehingga ada beberapa program community

development yang tumpang tindih dengan program dari perusahaan lainnya.

2) Untuk substansi social mapping belum memuat secara detail per kampung terkait analisis

stake holder untuk per pilar, identifikasi potensi dan masalah serta rekomendasi dan

prioritas pengembangan program. Sistematika penyusunan social mapping juga belum

terstruktur secara rapi sehingga perlu penyempurnaan agar mudah dipahami pelaksana dan

stakeholder.

3) Dalam konteks pelaksanaan, seringkali belum terbentuk sinergi yang tepat dengan

pemerintah daerah karena perbedaan waktu dalam penetapan anggaran dan pencairan

anggaran.

Page 36: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 36 dari 38 halaman

4) Dokumen monitoring dan evaluasi serta studi persepsi sudah adam akan tetapi tetapi belum

dilaksanakan secara kontinyu dengan indicator yang sama. Hal ini menyebabkan

perkembangan program comdev dan analisis before dan afther belum terpantau secara

lebih jelas.

5) Kompetensi pendamping/CDO/LCO terutama dalam pemahaman dan mengenai

pendampingan yang berbeda serta cakupan wilayah pendampingan yang cukup luas

berakibat pada kurangnya intensitas dan kualitas pendampingan.

6) Ada beberapa potensi konflik yang dapat menimbulkan hambatan pengembangan Comdev

dan perlu diantisipasi sejak dini . Misalnya : Di setiap site ditemukan : ada kecemburuan

warga yang tidak mendapatkan program CSR/comdev dan anggaran Comdev tahun 2013

belum ditetapkan kelompok penerimanya, sehingga menimbulkan kegelisahan masyarakat.

Di Site Lati ditmukan potensi konflik berupa proses adaptasi masyarakat yang menempati

Resettlement karena mereka memerlukan penyesuaian sosial ekonomi dan budaya dengan

lingkungan yang baru.

7) Banyak keluhan di masyarakat terkait dengan minimnya peran pemerintah dalam melakukan

pendampingan. Padahal peran ini sangat penting, karena tidak selamanya masyarakat

menggantungkan pada perusahaan.

Agenda menuju penghidupan berkelanjutan

Ada beberapa agenda menuju penghidupan berkelelanjutan yang dapat dilakukan dalam

konteks pengembangan program Community Development dan program mineclosure.

a. Program Community Development

1) Institusi-institusi social ekonomi yang sudah terbentuk sebagai hasil program CSR/comdev

perlu didorong membentuk institusi-institusi baru sehingga terwujud institusionalisasi

program. Bentuk-bentuk pendampingan yang dapat dilakukan misalnya :

a) Pendampingan dalam bentuk pembenahan mentalitas wirausaha, etos kerja dapat

dilakukan, karena banyak masyarakat yang seringkali tidak sabar di dalam mengikuti

proses pemberdayaan. Contoh dalam kasus petani karet di Tanjung Perangat (Site Lati),

banyak anggota yang keluar sebelum memetik hasil. Kemudian pelatihan

pengembangan inovasi dan desain. Misalnya : Koperasi Usaha Kartini di Teluk Bayur

(Site Sambarata)

b) Pendampingan dalam bentuk pelatihan manajemen pengembangan usaha dan studi

banding. Dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia lebih

baik. Misalnya: dalam pengembangan koperasi Al Barokah di Kampung Merancang

Page 37: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 37 dari 38 halaman

Ilir dan Kelompok perikanan di Pulau Besing (Site Lati), pengembangan Rumah Pintar

di Kampung Pegat Bukur, Sambaliung (Site Binungan),

c) Pendampingan perlu dilakukan secara lebih kontinyu dengan menempatkan tenaga

pendamping yang live in (tinggal) di lokasi dan professional. Misalnya : dalam kasus

Resettlement di Kampung Sabakungan (Site Lati). Masyarakat sasaran merasakan

kesulitan di dalam beradaptasi dengan mata pencaharian baru. Jika sebelumnya mereka

memiliki pekerjaan merambah hutan, akan tetapi sekarang mereka harus bertani di

lahan yang sudah disediakan oleh perusahaan.

d) Pendampingan dalam bentuk pemasaran produk karena selama ini banyak

dipermainkan oleh tengkulak (misalnya kasus petani kakao,petani jeruk di Site

Binungan). Pelatihan-pelatihan pengelolaan budidaya pasca panen juga perlu untuk

segera disiapkan sehingga tidak sekedar dijual dalam bentuk produk mentah. Misalnya

untuk kasus petani jeruk nantinya dapat diajarkan pelatihan-pelatihan mengenai produk-

produk minuman dari buah jeruk.

e) Pendampingan dalam bentuk penguatan kelembagaan. Kelompok-kelompok yang sudah

eksis dapat diberikan intervensi mengenai pelatihan-pelatihan manajemen kelembagaan.

Pertemuan-pertemuan rutin yang sudah berjalan perlu diperkuat. Bagi kelompok-

kelompok masyarakat yang belum memiliki agenda pertemuan rutin dapat didorong

untuk melakukan hal tersebut. Misalnya dalam kasus Kemas Basinang (Site

Sambarata), perlu menyelenggarakan pertemuan dengan kelompok-kelompok industri

rumah tangga yang menjadi anggotanya.

2) Program-program Comdev yang terkait ekonomi seyogyanya juga didorong agar

mendorong peningkatan ekonomi masyarakat secara signifikan. Dengan demikian,

diharapkan masyarakat terdorong untuk menekuni program ini secara baik. Contoh pada

kasus Bantuan perikanan alat tangkap di Kecamatan Suaran (Site Binungan), karena

penghasilan yang diperoleh dari program jumlahnya hanya berkisar sebesar kebutuhan

hidup normatif, sehingga sulit bagi masyarakat anggota untuk meningkatkan taraf hidup

secara signifikan. Hal ini juga menyebabkan beberapa anggota keluar dari kelompok.

3) Agar program-program community development dapat lebih optimal, maka perlu

penambahan jumlah LCO dan peningkatan kapasitas LCO. Agar program lebih fokus

idealnya, satu kampung seharusnya dipegang oleh satu LCO karena lokasi sasaran yang

dijangkau juga sangat besar yaitu 38 kampung dengan jarak yang cukup jauh dan saat ini

Page 38: PT. Berau Coal – Site Binungan

halaman 38 dari 38 halaman

hanya didampingi oleh 15 LCO. Sedangkan peningkatan kapasitas LCO dapat dilakukan

dengan melakukan berbagai bentuk kegiatan pelatihan. Misalnya Pelatihan teknis

pemberdayaan masyarakat, perencanaan partisipatif dan pelatihan kewirausahaan.

4) Di level daerah perlu didorong forum CSR antar perusahaan ehingga diharapkan akan

menjadi wadah untuk sinkronisasi perencanaan dan implementasi program agar tidak

tumpang tindih.

Program Mineclosure

1) Integrasi antar stakeholder yang mendukung program penghidupan sosial yang

berkelanjutan perlu lebih dioptimalkan. Di level daerah sebenarnya perlu didorong agar

terwujud Forum CSR lintas/antar perusahaan khususnya perusahaan-perusahaan yang

terkait tambang sehingga diharapkan muncul persepsi yang sama terkait program CSR dan

penghidupan social berkelanjutan.

2) Pendampingan dan riset-siset yang lebih intens terhadap program-program mineclosure

yang ada di area tambang. Misalnya dalam kasus penggemukan sapi di area tambang Site

Binungan masih ditemukan beberapa sapi dan anak sapi yang meninggal. Integrasi dan

koordinasi antara divisi mineclosure dan divisi community development perlu untuk

diperkuat sehingga program-program yang sudah dilaksanakan di mineclosure ini benar-

benar dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

3) Saat ini, sudah ada program-program pengembangan kakao untuk masyarakat. Dalam

konteks penggantian lahan untuk program pertambangan , belum ada program yang secara

khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang terkenda dampak pembukaan tambang (karena

kebun dan ladangnya) digunakan untuk tambang. Idealnya perlu ada program-program

khusus untuk mereka, misalnya pelatihan kewirausahaan yang disesuaikan dengan potensi

yang ada.