Psoriasis vulgaris

32
BAB I PENDAHULUAN Psoriasis merupakan suatu inflamasi kulit yang bersifat kronik residif. dikatakan bahwa penyebab dari penyakit ini adalah autoimun. Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz Sign, dan fenomena Köbner. Umumnya lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, scalp dan perbatasan daerah tersebut dengan muka, lumbosakral, bokong dan genitalia. 1,2,3 Terdapat banyak jenis psoriasis yang dibedakan berdasarkan gambaran klinisnya. Psoriasis yang lazim ditemukan adalah psoriasis vulgaris yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam karya tulis ini. Selain itu juga terdapat psoriasis lainnya seperti : psoriasis gutata, psoriasis inversa (psoriasis fleksural), psoriasis eksudativa, psoriasis seboroik (seboriasis), psoriasis pustulosa dan eritroderma psoriatik. 1,3 Prevalensi psoriasis sangat bervariasi diberbagai negara, diperkirakan sekitara 1-3% jumlah penduduk. Insiden terbesar didominasi oleh orang kulit putih di Eropa dan Amerika, semakin ke Asia semakin menurun insidennya. Pada tahun 2008 insiden di Amerika Serikat sebesar 2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5%. Di 1

description

laporan kasus

Transcript of Psoriasis vulgaris

Page 1: Psoriasis vulgaris

BAB I

PENDAHULUAN

Psoriasis merupakan suatu inflamasi kulit yang bersifat kronik residif. dikatakan bahwa

penyebab dari penyakit ini adalah autoimun. Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak

eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan

fenomena tetesan lilin, Auspitz Sign, dan fenomena Köbner. Umumnya lesi psoriasis

berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di daerah siku dan lutut, scalp dan

perbatasan daerah tersebut dengan muka, lumbosakral, bokong dan genitalia.1,2,3

Terdapat banyak jenis psoriasis yang dibedakan berdasarkan gambaran klinisnya. Psoriasis yang

lazim ditemukan adalah psoriasis vulgaris yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam karya

tulis ini. Selain itu juga terdapat psoriasis lainnya seperti : psoriasis gutata, psoriasis inversa

(psoriasis fleksural), psoriasis eksudativa, psoriasis seboroik (seboriasis), psoriasis pustulosa dan

eritroderma psoriatik.1,3

Prevalensi psoriasis sangat bervariasi diberbagai negara, diperkirakan sekitara 1-3% jumlah

penduduk. Insiden terbesar didominasi oleh orang kulit putih di Eropa dan Amerika, semakin ke

Asia semakin menurun insidennya. Pada tahun 2008 insiden di Amerika Serikat sebesar 2-2,6%,

di Eropa Tengah sekitar 1,5%. Di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar sendiri

pada tahun 2009 tercatat 156 kasus baru psoriasis dari 10.856 kunjungan (1,4%). Insiden pada

pria lebih banyak dari pada wanita, bisa menyerang semua usia namun umumnya terdapat pada

usia dewasa.1,2,3,4,5

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian namun hampir semua pasien bermasalah dengan

gangguan kosmetik yang tak jarang menimbulkan kendala dalam kehidupan sehari-hari.

Ditambah lagi dengan perjalan penyakit yang bersifat kronis sampai bertahun-tahun dan residif,

sehingga membutuhkan penanganan yang berkesinambungan.1,3

1

Page 2: Psoriasis vulgaris

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Psoriasis Vulgaris adalah penyakit kulit kelompok dermatosis eritroskuamosa, yang

disebabkan oleh autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-

bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan.

Disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz Sign dan fenomena Köbner.1,2,3,4,5,6

2.2 Sinonim

Psoriasis vulgaris biasa disebut dengan psoriasis, yang berarti psoriasis biasa yang lazim

terjadi.1,2,3

2.3 Epidemiologi

Prevalensi psoriasis sangat bervarisi di beberapa negara, diprakirakan prevalensi di dunia

berkisar antara 1% sampai dengan 3% jumlah penduduk. Insiden di Amerika Serikat sebesar

2-2,6%, di Eropa Tengah sekitar 1,5%. Selama periode 2000 sampai 2002 ditemukan 338

penderita psoriasis (2,39%) di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto

Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Berdasarkan data kunjungan pasien di Poliklinik Penyakit

Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar pada Januari sampai Desember 2009 tercatat 156

kasus baru psoriasis dari 10.856 kunjungan (1,4%). Psoriasis vulgaris atau tipe plak

merupakan tipe yang paling sering dijumpai, meliputi 80% dari total kasus. Psoriasis vulgaris

jarang dilaporkan pada bangsa berkulit hitam seperti pada bangsa Afrika dan Indian di

Amerika. Insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita. Psoriasis menyerang semua

usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. Jarang ditemukan pada usia kurang dari 10 tahun.

Biasanya dimulai pada usia 15-30 tahun. 1,2,3,4,5

2.4 Etiopatogenesis

Faktor yang diduga paling berperan adalah genetik. Bila orangtuanya tidak menderita

psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya

menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan kemunculan penyakit ini

dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan psoriasis tipe II

2

Page 3: Psoriasis vulgaris

dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong adanya faktor

genetik ialah bawah psoriasis berkaitan dengan HLA, Psoriasis tipe I berhubungan

dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27

dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27.1,2,3,4

Faktor lain yang juga berperan adalah imunologi. Defek genetik pada psoriasis dapat

diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen

(dermal) atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya.

Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang

terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfosit T CD8. Pada lesi

psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga

berperan pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali

dengan adanya pergerakan antigen,baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.

Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya3-4

hari,sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1988) berkesimpulan

bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami

remisi setelah diobati dengan imunosupresif.1,2,3,4

Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam kepustakaan, diantaranya

adalah stres psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Köbner), endokrin, gangguan

metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. Stres psikik merupakan faktor pencetus

utama. Infeksi fokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah

psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah

dilaporkan kasus-kasus psoriasis gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomia.

Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor endokrin rupanya

mempengaruhi perjalanan penyakit. Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan

menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa setelah

persalinan akan memburuk. Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialisis

telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan

residif ialah beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria dan penghentian

mendadak kortikosteroid sistemik.1,2,3,4

3

Page 4: Psoriasis vulgaris

2.5 Cara Penularan (Transmisi)

Penyakit ini tidak dapat ditularkan secara langsung, melainkan dapat diturunkan karena

merupakan penyakit autoimun sehingga faktor genetik, imunologi, dan beberapa faktor

pencetus seperti stress psikis, obat, alkohol, merokok dan gangguan metabolik sangat

berperan.1,2,3

2.6 Gejala Klinis

Keadaan umum penderita tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritoderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp,

perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku

serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema

yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya, eritema sirkumskript dan merata, tetapi

pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya

terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta

transparan. Besarnya lesi bervariasi, bisa lentikular, nummular, atau plakat, dapat

berkonfluensi. Biasanya lesi bersifat simetris, walaupun kadang dapat juga

unilateral.1,2,3,4,5,6

Pada psoriasi terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, dan fenomena Köbner.

Fenomena tetesan lilin dan Auspitz sign dianggap sebagai tanda khas dari psoriasis,

sedangkan fenomena Köbner bukan merupakan tanda khas, karena didapatkan juga pada

penyakit lain misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin

ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang

digores., disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Pada Auspitz sign tampak serum atau

darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis, cara menemukannya adalah

dengan mengerok skuama yang berlapis-lapis sampai habis namun jangan sampai dalam.

Trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan

psoriasis dan disebut fenomena Köbner yang akan timbul setelah 3 minggu.1,2,3,4,5,6

4

Page 5: Psoriasis vulgaris

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, kira-kira 50% dari kasus. Yang agak

khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan

yang tak khas adalah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat

lapisan tanduk dibawahnya (hyperkeratosis subngual), dan onikolisis. Disamping

menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, psoriasis dapat pula menyebabkan kelainan

pada sendi (arthritis psoriatik), terdapat pada 10-15% pasien psoriasis. Umumnya pada

sendi distal interfalang, bersifat poliartikular, terbanyak pada usia 30-50 tahun. Sendi

membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa

jarang ditemukan.1,2,3,4,5,6

Perjalanan penyakit sangat bervariasi, dapat timbul tiba-tiba dan berlangsung singkat

selama beberapa hari/akut atau menetap selama beberapa bulan atau tahun/kronik.

Kekambuhan dapat timbul secara mingguan maupun bulanan, sedangkan pada yang stabil

kekambuhan jarang terjadi. Pada yang sering kambuh, penyakitnya biasanya lebih berat

dibandingan dengan yang stabil sehingga memerlukan pengobatan lebih intensif. Proses

patologis penyakit ini merupakan gabungan dari hiperproliferasi epidermis dan akumulasi

sel-sel radang. Waktu transmit epidermis sangat berkurang dari normal, yaiu 8-10

minggu, menjadi hanya beberapa hari. Juga terdapat peningkatan vaskularisasi pada

dermis bagian atas.1,2,3,4,5,6

2.7 Histopatologi

Diagnosis psoriasis dengan pemeriksaan histopatologis dijumpai lesi hiperkeratosis,

parakeratosis, akantosis, dan hilangnya stratum granulosum. Aktivitas mitosis sel

epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan keratinisasi sel-sel epidermis

terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Dalam stratum korneum ditemukan

kantong-kantong kecil berisi sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai

mikroabses Monroe.1,2,3,4,5

2.8 Diagnosis

Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas.

Yaitu ditemukannya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-

5

Page 6: Psoriasis vulgaris

lapis dan transparan. Disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz Sign dan fenomena

Köbner. Jika gambaran klinis kurang jelas maka dapat dilakukan pemeriksaan

histopatologi. Yang akan memberikan gambaran berupa lesi hiperkeratosis, parakeratosis,

akantosis, dan hilangnya stratum granulosum. keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat

dan stratum korneum tampak menebal serta adanya mikroabses Monroe pada stratum

korneum.1,2,3,4,5

2.9 Diagnosis Banding

Selalu diingat bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda khas, yaitu skuama kasar,

transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan Auspitz sign. Beberapa

kelainan kulit yang menjadi diagnosis banding yakni :1,2

a) Dermatitis seboroik, biasanya menunjukan kulit yang berminyak tanpa skuama yang

berlapis-lapis.

b) Lues stadium II (Psoriasiformis), skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai

demam pada malam hari (dolores nocturnal). Lesi tidak gatal, dapat ditemukan di

telapak tangan dan telapak kaki, terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang

generalisata dan tes serologi untuk sifilis (TSS) positif.

c) Ptiriasis rosea, biasanya berjalan subakut. Lesi berbentuk oval, tepi sedikit meninggi

dan ditutupi skuama halus. Predileksi biasanya di daerah badan yang tertutup pakaian.

d) Dermatofitosis, pada stadium penyembuhan eritema pada psoriasis dapat hanya

terjadi di pinggir. Perbedaannya ialah keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan

pada sediaan langsung ditemukan jamur.

2.10 Penatalaksanaan

Psoriasis sebagai penyakit yang multifaktorial dengan penyebab belum diketahui dengan

pasti, sehingga penanganannya juga sangat bervariasi. Ashcroft dkk., 2000

mengemukakan bahwa terdapat berbagai variasi terapi psoriasis, mulai dari topikal untuk

psoriasis ringan hingga fototerapi dan terapi sistemik untuk psoriasis berat. Edukasi

kepada pasien tentang faktor-faktor pencetusnya perlu disampaikan kepada pasien

maupun keluarganya. Beberapa regimen terapi yang sering digunakan topikal maupun

sistemik sebagai berikut:1,2,3,4

6

Page 7: Psoriasis vulgaris

a. Topikal

Preparat Ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat tar, yang efeknya adalah anti

radang. Preparat tar berguna pada keadaan-keadaan: Bila psoriasis telah resisten

terhadap steroid topikal sejak awal atau pemakaian pada lesi luas. Lesi yang

melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang tepat. Bila

obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.

Menurut asalnya preparat tar dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari : Fosil,

misalnya iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski dan Batubara,

misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Cara kerja obat ini sebagai

antiinflamasi ringan.1,3

Kortikosteroid

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara , yaitu:

1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

2. Sebagai antimitotik sehingga dapat memperlambat proliferasi seluler.

3. Efek anti inflamasi, diketahui bahwa pada psoriasis terjadi peradangan kronis

akibat aktivasi sel T. Bila terjadi lesi plak yang tebal dipilih kortikosteroid

dengan potensi kuat seperti: Fluorinate, triamcinolone 0,1% dan flucinolone

topikal efektif untuk kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat

hidrokortison 1%-2,5% digunakan bila lesi sudah menipis.1,3

Ditranol (Antralin)

Hampir sama dengan tar memiliki efek antiinflamasi ringan, sebab dapat mengikat

asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam

RNA nukleus.1,3

Vitamin D Analog (Calcipotriol)

Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel

dan diferensiasi keratinosit, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit.

Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g, efek sampingnya berupa iritasi, seperti

rasa terbakar dan menyengat.1,3

Tazaroten

7

Page 8: Psoriasis vulgaris

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan

normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi

pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dankrim

dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal

potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi.

Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 %

kasus, juga bersifat fotosensitif.1,3

Humektan dan Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit dan mengurangi hidrasi kulit

sehingga kulit tidak terlalu kering. Pada batang tubuh (selain lipatan), ekstremitas

atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari,

fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan

aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1,3

b. Fototerapi

Narrowband UVB untuk saat ini merupakan pilihan untuk psoriasis yang rekalsitran

dan eritroderma. Sinar ultraviolet masih menjadi pilihan di beberapa klinik. Sinar

ultraviolet B (UVB) mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan

untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara

alamiah, tetapi tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah

psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar B yang

dikenal sebagai UVB. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau

berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVB,

atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara

Goeckerman.1,3,7

c. Sistemik

Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid sistemik masih kontroversial kecuali yang bentuk

eritrodermi, psoriasis artritis dan psoriasis pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai

dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain

8

Page 9: Psoriasis vulgaris

dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan,

kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan

menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.1,3

Sitotastik

Bila keadaan berat dan terjadi eritrodermi serta kelainan sendi dapat sitostatik yang

biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Obat ini sering digunakan Psoriasis

Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol. Bila lesi

membaik dosis diturunkan secara perlahan. Kerja metotreksat adalah menghambat

sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan juga

hepatotoksik maka perlu dimonitor fungsi hatinya. Karena bersifat menekan mitosis

secara umum, hati-hati juga terhadap efek supresi terhadap sumsum tulang.1,3

Etretinat (Tegison, Tigason)

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis

yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.

Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis

eritroderma. Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal

keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium hiperproliferasi. Efek

samping dapat terjadi kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan

hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian,

peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati).1,3

Siklosporin A

Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah

imunosupresif. Dosisnya 1-4mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,

gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva,serta hipertensi.

Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi

kekambuhan.1,3

TNF-Antagonis

Tumor Necrosis Factor (TNF) alpha merupakan sitokin proinflamasi yang

memegang peran penting dalam patogenesis psoriasis. Saat ini sedang

dikembangkan sebagai terapi yang memberi haparan baru. Sediaannya antara lain

Adalimumab, Infliximab, etanercept, alefacept dan efalizumab.1,3,8

9

Page 10: Psoriasis vulgaris

2.11 Prognosis

Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis residif. belum

ditemukan cara yang efektif dan member penyembuhan yang sempurna.1,2,3,4

2.12 Pencegahan

Dikatakan bahwa penyakit ini berhubungan dengan faktor genetik, autoimun, dan

beberapa faktor pencetus lain seperti stres psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena

Köbner), endokrin, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. Pencegahan

yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari faktor pencetus.1,3

10

Page 11: Psoriasis vulgaris

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Dendyk Tetra Arwana

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Pegawai swasta

Suku : -

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Ling. Canggu Permai DIII/35 Tibubenemg, Kuta Utara, Badung

Tanggal Pemeriksaan : 16 November 2015

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Gatal pada seluruh tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan gatal pada seluruh tubuh, terutama pada daerah badan dan

tungkai. Keluhan tersebut dirasakan sejak awal tahun 2008. Awalnya keluhan gatal

dirasakan pada kulit kepala, dikatakan seperti ketombe, dan sering digaruk. Setelah

itu, rasa gatal dikatakan menyebar ke punggung dan ditemukan bintik-bintik

kemerahan seperti biang keringat. Rasa gatal dirasakan terus menerus sepanjang hari.

Pasien sempat memakai bedak kaladin di daerah tersebut, namun rasa gatal dikatakan

tidak menghilang. Lesi dikatakan semakin melebar dan menebal, berwarna merah,

serta menyebar ke seluruh tubuh. Saat itu pasien sempat memeriksakan diri ke

beberapa spesialis Kulit Kelamin swasta dan RSUP Sanglah. Pasien mendapatkan

obat berupa salep racikan dan keluhannya sudah sempat membaik pada tahun 2012.

11

Page 12: Psoriasis vulgaris

Pada tahun 2013, keluhan tersebut dikatakan kembali muncul. Lesi dikatakan muncul

lagi diawali pada punggung kemudian meluas ke daerah tungkai kanan dan kiri.

Pasien sempat memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit Kasih Ibu, mendapatkan

pengobatan, kemudian disarankan untuk ke rumah sakit Indera untuk melakukan

fototerapi karena respon pengobatan tidak terlalu bagus. Saat awal timbulnya gatal,

pasien mengatakan tidak memiliki riwayat demam sebelumnya. Benjolan pada daerah

leher, ketiak, mapun di daerah lipatan paha disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Terdahulu:

Sebelum tahun 2008, pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti

ini. Riwayat penyakit sistemik juga dikatakan tidak ada.

Riwayat Alergi:

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga/Lingkungan:

Tidak ada anggota keluarga dan orang-orang disekitar rumah pasien yang

mengalami penyakit yang sama. Kakek pasien dikatakan pernah menglami penyakit

kulit dengan keluhan gatal-gatal, tetapi tidak pernah diketahui nama penyakitnya.

Tidak ada riwayat alergi, asma, dan penyakit sistemik lain dalam keluarga.

Riwayat Pengobatan:

Saat awal timbunya gejala pada tahun 2008, pasien mengatakan sempat berobat

ke beberapa dokter spesialis kulit kelamin dan RSUP Sanglah. Pasien mengatakan

mendapatkan obat berupa salep racikan dan tablet namun lupa nama obatnya.

Keluhan dikatakan sempat membaik, namun kembali muncul pada tahun 2013. Saat

itu pasien berobat ke Rumah Sakit Kasih Ibu dan mendapatkan jenis obat yang sama.

KArena keuhan tidak membaik, pasien disarankan untuk melakukan fototerapi di

Rumah sakit Indera.

12

Page 13: Psoriasis vulgaris

Riwayat Sosial/Kebiasaan :

Pasien saat ini berprofesi sebagai pegawai di salah satu perusahaan garmen. Pasien

mengatakan beberapa kali merasa stress karena beban pekerjaannya karena dipatok

untuk mencapai target tertentu. Pasien juga sering merasa rendah diri dan malu

karena penyakitnya. Pasien mengatakan belum ingin menikah sampai kondisinya

membaik. Pasien memiliki riwayat merokok tetapi berhenti semenjak sakit.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : -

Nadi : 72x/menit

Respirasi : 16x/menit

Suhu : 36,7°C

b. Status General

Kepala : Normochepali

Mata : Anemia -/-, Ikterus -/-

THT-KL : Kesan tenang, pembesaran KGB (-)

Thoraks : Cor S1S2 tunggal regular, murmur (-)

Po: Vesikuler -/-, rhonki -/-, Wheezing-/-

Abdomen : Bising Usus (+) normal, distensi (-), hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)

c. Status Dermatologis

Lokasi : dada, perut, punggung, tungkai bawah kanan dan kiri

Efloresensi : Plak eritema, multiple, berbatas tegas, bentuk geografika, ukuran

bervariasi mulai dari 2 x 2 cm sampai 20 x 5 cm, tersusun secara konfluens

dan tersebar secara generalisata. Diatasnya ditutupi dengan skuama kasar

berwarna keputihan

Lokasi: kuku ibu jari kaki kanan

13

Page 14: Psoriasis vulgaris

Efloresensi: lempeng kuku warna () Rapuh/tidak, dinding kuku merah/tidak,

odem/tidak, bantalan kuku, bentuk kuku, lesi disekitar kuku

Stigmata atopik : tidak ada

Mukosa : dalam batas normal

Rambut : dalam batas normal

Fungsi kelenjar keringat : dalam batas normal

Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Saraf : dalam batas normal

3.4 Resume

Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang dengan keluhan gatal pada seluruh

tubuh sejak 5 bulan sebelum berobat ke RS Indera. Awalnya dirasakan gatal dan seperti

adanya ketombe pada perbatasan antara rambut dan dahi disekitar telinga pasien dan di

daerah perut. Pasien sempat mengoleskan daktarin di daerah tersebut, namun dalam

beberapa hari gatal menyebar ke seluruh tubuh. Tidak ada riwayat demam sebelumnya,

pasien juga mengatakan keadaannya baik-baik saja pada saat itu. Pasien belum pernah

mengalami hal seperti ini sewaktu kecil. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

Dalam keluarga pasien juga dikatakan tidak ada riwayat penyakit sistemik.

Pasien sedang menjalani Fototerapi di RS Indera. Pasien sudah 3 tahun menjalani

fototerapi. Namun lesi ditubuhnya belum menghilang. Pasien mengaku bahwa ia jarang

melakukan terapi, jika dirasakan lesi mulai berkurang maka pasien akan enggan untuk

berkunjung. Pasien melanjutkan terapi kembali ketika lesi ditubuhnya muncul lagi.

Seharusnya pasien dijadwalkan menjalani fototerapi 3 x seminggu. Dengan durasi terapi

saat ini adalah 15 menit. Pasien mendapat terapi lain dengan Interhistin 2 x 1 dan Inerson

15 gr dicampurkan dengan asam salisilat 3% untuk mengurangi peradangan dan gatalnya.

Keadaan umum pasien dalam batas normal, kesadaran compos mentis. Status dermatologi

pasien adalah ditemukan plak eritema dengan skuama kasar berwarna keputihan

diatasanya yang berlokasi diseluruh tubuh yaitu dikedua ekstremitas, perbatasan rambut

14

Page 15: Psoriasis vulgaris

dan dahi, dada, perut, punggung dan pinggang, multiple, berbatas tegas, bentuk bulat,

ukuran bervariasi, tersusun secara konfluens dan tersebar secara generalisata.

3.5 Diagnosis Banding

Dermatitis seboroik

Dermatofitosis

3.6 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

3.7 Diagnosis Kerja

Psoriasis Vulgaris

3.8 Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Sistemik : Interhistin tab 1x1

Topikal : Inerson 15 gr dicampurkan dengan Asam salisilat 3% 2 x 1

Fototerapi : 3 x seminggu dengan UVB, durasi 15 menit.

b. KIE

Memberi penjelasan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak menular, akan tetapi

penyakit ini bersifat kronis atau penyembuhannya lama.

Memberi penjelasan kepada pasien untuk rutin menjalankan terapi meskipun lesi

agak berkurang. Untuk mendapat manfaat terapi yang memuaskan.

Pasien tidak dibolehkan untuk menggaruk lesi karena dikhawatirkan akan terjadi

infeksi sekunder.

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab dari penyakit ini berhubungan

dengan faktor genetik, autoimun, dan beberapa faktor pencetus lain seperti stres

psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Köbner), endokrin, gangguan metabolik,

obat, juga alkohol dan merokok. Sehingga pasien sangat dianjurkan untuk

menghindari faktor pencetus tersebut.

15

Page 16: Psoriasis vulgaris

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini bersifat genetik, ada

kemungkinan anak dari pasien nantinya juga akan mengalami penyakit seperti ini.

3.9 Prognosis

Psoriasis vulgaris tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis residif. belum

ditemukan cara yang efektif dan member penyembuhan yang sempurna.

Gambar 1

16

Page 17: Psoriasis vulgaris

Gambar 2

Gambar 3

17

Page 18: Psoriasis vulgaris

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien laki-laki berusia 37 tahun datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak

5 bulan. Awalnya dirasakan gatal dan seperti adanya ketombe pada perbatasan antara rambut dan

dahi disekitar telinga pasien dan di daerah perut. Pasien sempat mengobatinya dengan daktarin

tapi tidak sembuh. Dalam beberapa hari gatal dan plak makin menyebar ke seluruh tubuh. Tidak

ada riwayat demam sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya plak eritema dengan

skuama kasar berwarna keputihan diatasnya, menyebar hampir diseluruh bagian tubuh pasien

(pada kedua ekstremitas, perbatasan rambut dan dahi, dada, perut, punggung, dan pinggang),

multipel, berbatas tegas, bentuk bulat, ukuran bervariasi, tersusun secara konfluens dan tersebar

secara generalisata.

Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik pasien dapat didiagnosis dengan psoriasis vulgaris.

Munculnya lesi pada perbatasan antara dahi dan rambut pasien dengan penampakan seperti

ketombe dan terasa sedikit gatal, serta adanya lesi di perut, ekstremitas, dada, punggung, dan

pinggang merupakan tempat predileksi dari munculnya psoriasis vulgaris. Tidak ditemukannya

keluhan demam sebelumnya juga merupakan ciri dari psoriasis, karena pada umumnya penyakit

ini tidak mempengaruhi keadaan umum dari pasien. Lesi dengan gambaran efloresensi plak

eritema yang dilapisi skuama kasar berwarna keputihan yang biasa dikenal dengan fenomena

tetesan lilin merupakan salah satu tanda khas dari psoriasis vulgaris.

Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis, dimana pada dermatitis seboroik skuamanya

berminyak dan kekuningan. Skuama yang ditemukan pada pasien ini bersifat kasar dan berwarna

keputihan seperti pada tanda psoriasis. Dermatofitosis dapat dengan psoriasis dari keluhan sangat

gatal sekali dan ditemukannya jamur pada pemeriksaan KOH, dan dapat sembuh jika diobati

dengan anti jamur. Pada pasien keluhan gatalnya dikatakan masih ringan dan dapat ditahan,

sebelumnya pasien juga mengobati lesinya dengan daktarin yang berisi mikonazol 2% yang

merupakan anti jamur, namun keluhannya tidak hilang dan lesi makin berkembang.

18

Page 19: Psoriasis vulgaris

Lesi yang ada pada tubuh pasien sangat luas karena mengenai ± 80% dari tubuhnya. Oleh karena

itu dokter menterapi pasien dengan fototerapi yang dijadwalkan 3 x seminggu. Telah

dikemukakan bahwa fototerapi dengan UVB merupakan terapi pilihan untuk pengobatan

psoriasis. Selain itu pasien juga diberikan tablet interhistin yang berisi mebidronil napadisilat

50mg sebanyak 2 x1 yang merupakan antialergi untuk mengurangi rasa gatal yang dialami

pasien. Selain itu pasien mendapat terapi topikal dengan campuran inerson 15 gr dan asam

salisilat 3% sebagai antiinflamasi dan mengurangi rasa gatal yang dialami pasien.

19

Page 20: Psoriasis vulgaris

BAB V

KESIMPULAN

Psoriasis vulgaris atau yang dikenal dengan psoriasis merupakan suatu inflamasi kulit yang

bersifat kronik residif. dikatakan bahwa penyebab dari penyakit ini adalah autoimun. Psoriasis

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,

berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz Sign, dan fenomena

Köbner. Umumnya lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di

daerah siku dan lutut, scalp dan perbatasan daerah tersebut dengan muka, lumbosakral, bokong

dan genitalia.

Etiologi dari penyakit ini berhubungan dengan faktor genetik, autoimun, dan faktor pencetus lain

seperti stres psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena Köbner), endokrin, gangguan metabolik,

obat, juga alkohol dan merokok. Psoriasis sebagai penyakit yang multifaktorial dengan penyebab

belum diketahui dengan pasti, sehingga penanganannya juga sangat bervariasi. Ashcroft dkk.,

2000 mengemukakan bahwa terdapat berbagai variasi terapi psoriasis, mulai dari topikal untuk

psoriasis ringan hingga fototerapi dan terapi sistemik untuk psoriasis berat. Edukasi kepada

pasien tentang faktor-faktor pencetusnya perlu disampaikan kepada pasien maupun keluarganya.

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian namun hampir semua pasien bermasalah dengan

gangguan kosmetik yang tak jarang menimbulkan kendala dalam kehidupan sehari-hari.

Ditambah lagi dengan perjalan penyakit yang bersifat kronis sampai bertahun-tahun dan residif,

sehingga membutuhkan penanganan yang berkesinambungan.

20

Page 21: Psoriasis vulgaris

Daftar Pustaka

1. Juanda Adhi., Hamzah Mochtar., Aisah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.

FKUI. Jakarta. 2010 : 189-95.

2. Sekar Cantika Adriani. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris Terhadap Kualitas

Hidup Penderita. FK UNDIP. 2012.

3. Ariani Cindy. Hubungan Psoriasis dengan Kadar Lipid Serum. FK UNUD. 2010.

4. Gudjonsson JE. and Thorarinsson AM. Streptococcal Throat Infections and Excerbation of

Chronic Plaque Psoriasis: a prospective study. Br. J of Derm, 149. 2003 :530-4.

5. Susana C, Hugo O, Américo F, Petronila R and Alice S. Psoriasis: Epidemiology, Clinical

and Histological Features, Triggering Factors, Assessment of Severity Psychosocial Aspects.

In Tech. 2012 : 69-82.

6. Fitzpatrick BT, Richard AJ, Klaus W, Machiel KP, Dick S. Color Atlas and Synopsis of

Clinical Dermatology common and serious disease 3rd ed. United States of America:

McGraw-Hill Health Professions Division; 1997: 76-102.

7. Marfianti S. Phototherapy in Dermatology. Media Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin vol.23. 2011.

8. Cauza E, Spak M, Cauza K, Dunky A, Wagner E, etc. Treatment of Psoriatic Arthritis and

Psoriasis Vulgaris with the Tumor Necrosis Factor Inhibitor Infliximab. Rheumatol Int. 2002

: 227-232.

21