psikoterapi
-
Upload
shahvanpersie -
Category
Documents
-
view
67 -
download
7
description
Transcript of psikoterapi
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tuan H
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Status Perkahwinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln Tamalanrea II, No 5, Blok 13
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis, alloanamnesis pada tanggal 6 September & 9
September 2011
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan mengamuk ini dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengamuk karena ingin dibawa ke rumah sakit oleh
keluarganya. Jika mengamuk, pasien sering melempar barang dan
memukul orang di sekitarnya. Pasien juga sering mendengar bisikan-
bisikan menyuruh dia melakukan hal-hal yang tidak dikehendakinya
1
seperti mengamuk dan memukul orang. Keluhan ini mulai sejak 5 tahun
yang lalu. Awalnya terjadi perubahan ini dikarenakan isterinya yang sakit
dan pasien kemudian pergi mencari ilmu untuk menyembuhkan istrinya.
Pasien sering mendatangi kubur-kubur untuk menuntut ilmu. Sejak dari
saat itu, pasien sering bicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan.
Pasien pernah berobat di Psikiater dan diberikan obat berwarna pink, putih
dan orange. Akan tetapi, pasien tidak teratur minum obat sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien kurang bisa merawat diri ( makan, minum dan mandi ).
Oleh karena itu, keluarganya memutuskan untuk memasukkannya ke
Rumah Sakit Dadi.
Hendaya disfungsi
- Hendaya Sosial ( + )
- Hendaya Pekerjaan ( + )
- Hendaya Waktu Senggang ( + )
Faktor stressor psikososial
- Istri pasien yang sakit dan kemudiannya meninggal.
Hubungan gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis
sebelumnya.
- Pasien pernah berobat di Psikiater dan diberikan obat berwarna
pink, putih dan orange. Akan tetapi, pasien tidak teratur
minum obat sejak 1 bulan yang lalu.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit terdahulu
- Infeksi ( - )
- Trauma ( - )
- Kejang ( - )
Riwayat penggunaan zat psikoaktif
- Merokok ( + )
- Alkohol ( - )
2
D. Riwayat Kehidupan Peribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
- Pasien lahir dengan kondisi normal, cukup bulan dan proses
persalinan dibantu oleh bidan. Sewaktu hamil, ibunya dalam
keadaan sehat. Riwayat ibu menggunakan rokok, obat-obatan
dan alkohol tidak ada.
Riwayat masa kanak awal ( sejak lahir hingga usia 1-3 tahun )
- Pasien memperoleh ASI dari ibunya. Pertumbuhan dan
perkembangan sama dengan anak sebayanya. Tidak ada
riwayat trauma maupun kejang.
Riwayat masa kanak pertengahan ( usia 4 – 11 tahun )
- Pasien bersekolah di SD di Makassar. Prestasi pasien biasa
saja. Pasien merupakan seorang yang pendiam.
Riwayat masa kanak akhir dan remaja ( usia 12 – 18 tahun )
- Setelah tamat SD, ia melanjutkan pelajaran ke SMP dan STM
di Makassar dengan prestasi biasa-biasa saja.
Riwayat masa dewasa
- Riwayat pekerjaan
Pasien sekarang bekerja sebagai buruh.
- Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah 2 kali, pernikahan pertama saat pasien
berumur 25 tahun, dengan keinginan sendiri dan istri pertama
memiliki 1 orang anak, kemudian istrinya meninggal karena
sakit. Kemudian pasien menikah dengan istri keduanya pada
umur 29 tahun, dengan keinginannya sendiri dan tidak
memiliki anak di pernikahan keduanya.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
- Pasien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara ( ♂, ♂, ♂, ♀, ♀
)
- Hubungan dengan keluarganya baik.
3
F. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, adik bongsunya serta
istrinya yang kedua.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasakan dirinya tidak sakit.
AUTOANAMNESIS
DM : Assalamualaikum, pak. Perkenalkan saya dokter muda, nama saya Tengku Shahril.
P : Iye dok.
DM : Boleh saya bicara sebentar sama bapak ?
P : Iye.
DM : Siapa nama ta pak ?
P : Hendro dok.
DM : Kalau boleh tahu, di mana ki sekarang ini pak ?
P : Di rumah sakit dok.
DM : Kapan ki masuk sini pak?
P : Baru kemarin dok.
DM : Siapa yang bawaki ke sini ?
P : Keluargaku dok.
DM : Ada masalah apa pak sampai bapak dibawa ke sini ?
P : Mengamuk ka dok.
DM : Kenapa pak sampai kitak mengamuk ?
P : Itu dok, ada suara-suara yang suruk ka mengamuk.
4
DM : Suara siapa pak ?
P : Tidak tau juga dok.
DM : Suaranya cuman satu atau banyak pak ?
P : Banyak dok.
DM : Suara itu laki-laki atau perempuan pak ?
P : Tidak tau juga dok. Campur-campur ki.
DM : Sejak kapan kitak dengar suara-suara itu pak ?
P : Sudah lamami dok.
DM : Sekarang kitak masih dengar suara-suara itu?
P : Iya, masih dok.
DM : Terus, kitak liat tidak orang-orang yang bicara itu ?
P : Tidak dok. Hanya suara-suara ji saya dengar. Tidak ada orangnya dok saya liat.
DM : Kapan kitak dengar suara-suara itu pak? Siang atau malam?
P : Tidak tentu dok, kadang siang, kadang malam, atau tiap saat dok.
DM : Begitu ya pak ? Pak Hendro, apa kitak punya kekuatan atau kelebihan yang tidak
dimiliki orang lain?
P : Iya ada dok.
DM : Kelebihan apa itu pak?
P : Bisa ka sembuhkan orang dok.
DM : Sejak kapanki bisa sembuhkan orang ?
P : Sejak istri saya sakit dok, saya pergi cari ilmu terus saya bisa sembuhkan orang dok.
DM : Terus siapa saja yang kitak sembuhkan ?
5
P : Istri saya dok. Kitak maukah saya sembuhkan? Sini meki dok saya obati. Insyaallah
bisa dok.
DM : Tidak usah pak, terima kasih. Istri bapak langsung sembuh setelah itu?
P : Iya dok, sempat sembuh. Tapi kemudiannya meninggal dok.
DM : Kata bapak, bisa sembuhkan istri bapak. Kenapa istri bapak meninggal ?
P : Tidak tahu juga dok.
DM :Selain itu pak, apa ada kelebihan lain yang bapak
miliki ?
P : Tidak ada dok. Tapi saya sering rasa takut dok.
DM : Takut pada apa pak? Bisa saya tahu?
P : Itu….selalu seperti ada yang kejar-jar ka’. Mau mencelakai saya.
DM : Sejak kapan bapak merasakan hal itu ?
P : Sudah lamami dok.
DM : Mungkin hanya perasaannya bapak saja. Tidak ada kok yang mau mencelakai
bapak?
P : Tidak dok. Ada. Ada yang selalu mengejar saya. Mau mencelakai saya.
DM : Sebelumnya pernah dikasi obat tidak pak? Minumnya teratur tidak ?
P : Pernah dok. Sudah lama ka’ minum obat.
DM : Katanya bapak tidak minom obat sebulan terakhir ini ?
P : ( Diam tidak menjawab pertanyaan )
DM : Baiklah pak coba bapak hitung ini. 100-7 berapa pak ?
P : Emm..93 dok.
DM : Kalau 93-4 ?
P : 86 dok. Sambil menghitung dengan tangannya.
6
DM : Pak hendro, tau artinya berakit-rakit ke hulu, berenang renang ketepian?
P : Kalau itu dok, susah-susah dahulu, kemudiannya senang dok.
DM : Kalau udang dibalik batu pak?
P : Ada maksud tertentu dok.
DM : Kalau panjang tangan pak?
P : Itu pencuri dok.
DM : Coba bapak ulangi kata-kata saya, 5,4,3,2,1
P : 5,4,3,2,1
DM : Kalau bapak ketemu dompet dijalan,kita apakan pak? Ambil atau tidak ?
P : Tidak dok. Nantinya dikira pencuri dok.
DM : Sekarang ada apa-apa lagi yang bapak mau katakan?
P : Mauka tidur dulu dok, mengantuk ka ini.
DM : Oh iya pak. Istirahat meq semoga cepat sembuh.
P : Iye dok
DM : Makasih pak.
P : Sama-sama dok.
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
7
- Tampak seorang laki-laki sesuai umur, memakai baju kaos
putih dan celana pendek coklat. Kesan kurang terawat, rambut
hitam lurus dan kulit sawo matang.
2. Kesadaran
- Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
- Tenang
4. Pembicaraan
- Lancar, spontan dan intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
- Kooperatif
B. Keadaan Afektif ( mood ), Perasaan dan Empati
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Inappropriate
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual ( kognitif )
1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan
- Sesuai taraf pendidikan
2. Daya Konsentrasi
- Kurang
3. Orientasi ( waktu, tempat dan orang )
- Baik
4. Daya Ingat
- Baik
5. Pikiran Abstrak
- Baik
6. Bakat Kreatif
- Tidak ada
7. Kemampuan Menolong Diri
8
- Kurang
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Auditorik ( + ) berupa suara yang menyuruhnya
mengamuk
dan memukul orang.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, kadang assosiasi longgar
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan Isi Pikiran
- Waham kebesaran Pasien yakin dapat menyembuhkan
orang dengan
ilmunya
- Waham kejaran Pasien yakin ada orang yang ingin
mencelakainya.
F. Pengendalian Impuls
- Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
9
H. Tilikan ( insight )
- Tilikan Derajat I ( penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit )
I. Taraf Dapat Dipercaya
- Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan Fisik
1. Status Internus
T : 120 / 80 mmHg P : 20 x / menit
N : 80 x / menit S : 36,8 oC
2. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Pupil bulat, isokor, diameter 2,5mm / 2,5mm
RCL +/+, RCTL +/+
Fungsi Sensorik dan Motorik dalam batas normal
Refleks Patologis ( - )
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berumur 31 tahun masuk rumah sakit dengan
keluhan mengamuk yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengamuk
karena ingin dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya. Jika mengamuk,
pasien sering melempar barang dan memukul orang disekitarnya. Pasien
juga sering mendengar bisikan menyuruh dia melakukan hal-hal yang
tidak dikehendaki seperti mengamuk dan memukul orang. Keluhan ini
sudah sejak 5 tahun yang lalu. Awalnya terjadi perubahan ini dikarenakan
isterinya yang sakit dan pasien kemudian pergi mencari ilmu untuk
menyembuhkan istrinya. Pasien sering mendatangi kubur-kubur untuk
menuntut ilmu. Sejak dari saat itu,pasien sering bicara sendiri dan
mendengar bisikan-bisikan. Pasien pernah berobat di Psikiater dan
10
diberikan obat berwarna pink,putih dan orange. Akan tetapi, pasien tidak
teratur minum obat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien kurang bisa merawat
diri ( makan, minum dan mandi ). Oleh karena itu, keluarganya
memutuskan untuk memasukkannya ke Rumah Sakit Dadi.
Dari pemeriksaan status mental, didapatkan seorang laki-laki
sesuai umur, memakai baju kaos putih dan celana pendek coklat. Kesan
kurang terawat, rambut hitam lurus dan kulit sawo matang. Kesadaran
berubah, prilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan lancar,
spontan dan intonasi biasa dan kooperatif
terhadap pemeriksa. Mood sulit dinilai, afek inappropriate serta empati
tidak dapat dirabarasakan. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan
kecerdasan sesuai taraf pendidikan, daya konsentrasi kurang,
orientasi ( waktu, tempat dan orang ) baik, daya ingat baik dan pikiran
abstrak baik. Terdapat gangguan persepi berupa halusinasi auditorik yaitu
pasien sering mendengar suara - suara yang menyuruhnya mengamuk dan
memukul orang. Arus pikiran dengan produktivitas cukup, relevan, kadang
assosiasi longgar. Terdapat gangguan isi pikiran berupa waham kebesaran
yaitu pasien yakin dapat menyembuhkan orang dengan ilmunya dan
waham kejaran yaitu pasien yakin ada orang yang ingin mencelakainya.
Pengendalian impuls terganggu, daya nilai pada norma sosial, uji daya
nilai dan penilaian realitas terganggu. Tilikan Derajat I ( penyangkalan
penuh bahwa dirinya sakit ) dan dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL (sesuai PPDGJ-III )
Aksis I
Berdasarkan autoanamnese, alloanamnese dan pemeriksaan status
mental, didapatkan gejaka klinis yang bermakna berupa perilaku
mengamuk. Keadaan ini menimbulkan penderitaan ( distress ) kepada
pasien dan keluarganya sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami
gangguan jiwa.
11
Pada pemeriksaan status mental, ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita berupa halusinasi dan waham sehingga pasien didiagnosis
gangguan jiwa psikotik. Pada riwayat penyakit sebelumnya dan
pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan
otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, dan pasien
didiagnosis sebagai gangguan jiwa psikotik non-organik. Dari
pemeriksaan ditemukan halusinasi auditorik terus-menerus dan waham
kebesaran dan kejaran serta perlangsungan gejala lebih dari satu bulan.
Sehingga berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis sebagai Skizofrenia ( F
20.0 ). Halusinasi auditorik terus-menerus dan waham kebesaran dan
kejaran menonjol. Berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai
Skizofrenia Paranoid ( F 20.0 )
Aksis II
Tidak ada diagnosis.
Aksis III
Stressos psikososial berupa istri pasien yang sakit dan
kemudiannya meninggal.
Aksis IV
GAF Scale 50- 41. Gejala berat dan disabilitas berat.
VI. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik
- Tidak ditemukan kelainan organic tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga memerlukan
psikofarmaka.
Psikologik
12
- Ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa
halusinasi dan waham sehingga diperlukan psikoterapi.
Sosiologik
- Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial,
pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga
diperlukan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Dubia
Faktor pendukung
- Tidak ada kelainan organobiologik.
- Gejala positif
- Tidak ada riwayat keluarga
- Tingkat pendidikan yang baik
- Sudah menikah
Faktor penghambat
- Onset umur relatif muda
- Ketidakpatuhan pengobatan
- Faktor stressor tidak jelas
VIII. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka
- Haloperidol 5mg ( 3x ½ ) / hari
Psikoterapi supportif
- Memberi penjelasan dan pengertian tentang penyakitnya
dengan sebaik-baiknya dan cara untuk menghilangkan
gejalanya sampai menyembuhkan penyakitnya secara tuntas.
Sisioterapi
- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang di
sekitarnya tentang penyakit pasien sehingga tercipta dukungan
13
sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat
membantu proses penyembuhan pasien.
IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektivitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.
X. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA
Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab
( banyak belum diketahui ) dan perjalanan penyakit ( tak selalu bersifat
kronik / deteriorating ) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental
dan karekteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak
wajar ( inappropriate) atau tumpul ( blunted ). Kesadaran yang jernih
( clear consciousness ) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
Harus ada sekikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas ( dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :-
a)
- Thought echo (isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya),
- Thought insertion or withdrawal (isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya, atau
- Thought broadcasting (isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya)
14
b)
- Delusion of control (waham tentang dirinya dikendalikan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar) atau
- Delusion of influence (waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar) atau
- Delusion of passivity (waham tentang dirinya tidak berdaya
atau pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar) atau
- Delusion perception (pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat).
c) Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien.
- Mendiskusikan perihal perilaku pasien di antara mereka
sendiri ( diantara berbagai suara yang berbicara )
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah sat bagian
tubuh.
d) Waham – waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
- Perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
- Kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa ( mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain )
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas ;
a) halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.
b) arus pikiran yang terputus ( break ) atau yang mengalami
sisipan
15
( interpolation ) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan atau neologisme.
c) Perilaku katatonik ( stupor, gaduh gelisah, mutisme, rigiditas,
postural, flexibilitas cerea, otomatisme perintah )
d) Gejala-gejala negative ( apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, penarikan diri dari
pergaulan sosial, menurunnya kinerja sosial )
Adanya gejala-gelaja khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan ( overall quality ) dari beberapa aspek perilaku
peribadi ( personal behaviour ), bermanifestasi sebagai ( hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri dan penarikan diri secara sosial ).
Pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid :-
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:-
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
- Suara- suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit
( whistling ), mendengung ( humming ), atau bunyi tawa
( laughing )
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis , tetapi waham
dikendalikan
( delusion of control ), dipengaruhi ( delusion of influence )
atau passivity ( delusion of passivity dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
16
Pada pasien ini untuk menangani gejala Skizofrenia digunakan
obat antipsikotik golongan tipikal potensi tinggi yaitu Haloperidol. Obat
antipsikotik golongan tipikal cepat menurunkan gejala positif pada
skizofrenia seperti halusinasi dan waham. Haloperidol memiliki afinitas
yang kuat terhadap dopamine dan afinitas yang lemah pada histamine.
Kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 2-6 jam pemberian peroral.
Dosis pemberian haloperidol dimulai 1-2 mg dengan pemberian 2-3 kali
perhari kemudian ditingkatkan sesuai gejala, dosis efektif antara 5-20mg
perhari.
Prognosis pada pasien ini adalah baik. Adanya faktor pendukung
seperti tidak ada kelainan organobiologik, gejala positif, tidak adanya
riwayat keluarga, tingkat pendidikan yang baik dan sudah menikah
mendukung kepada perbaikan pasien.
17
PSIKOTERAPI PADA DEPRESI
I. PENDAHULUAN
Setiap tahap perubahan dalam perjalanan hidup manusia senantiasa
mendatangkan perasaan tegang atau stres dalam jiwa manusia. Isi perasaan tegang
itu tidak saja rasa gembira karena mendapatkan suatu keadaan atau benda yang
sejak lama telah diidamkan atau yang sama sekali tidak diketahui, baik yang
menggembirakan atau sebaliknya. Perasaan tegang juga timbul karena kecewa
mengalami situasi yang sama sekali tak diduga dan tak diharapkan terjadi dalam
hidupnya. Perasaan gembira dan sedih tertekan (depresif) merupakan ketegangan
jiwa yang sama dampaknya menjadikan jiwa manusia tidak tenteram seperti
sebelumnya satu sampai tiga bulan menurut para ahli. Secara perlahan pergolakan
gelombang rasa suka dan duka itu bergulir mulai gelombang kecil sederhana
sampai membesar kemudian melandai dan akhirnya mendatar kembali mencapai
ketenangan. Apabila ketenangan tersebut gagal dicapai, maka manusia cenderung
berpikir negatif. Hampir setiap orang memiliki pikiran-pikiran gelap saat suasana
hati mereka sedang buruk. Bila sedang depresi, pikiran-pikiran seseorang dapat
luar biasa negatifnya. Pikiran-pikiran negatif ini juga dapat mengambil alih dan
mengganggu pandangan akan kenyataan. 1
Depresi sendiri merupakan suatu kondisi yang memiliki gejala baik fisik
maupun psikologis. Seringkali depresi merupakan hasil dari tekanan yang
berlebihan yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Akhirnya timbul
perasaan putus asa serta tidak berharga. Kemudian timbul hambatan dalam
hubungannya dengan sesama, masalah seksual atau kesulitan dalam konsentrasi
serta daya ingat. Sedangkan gejala fisik yang timbul meliputi kelelahan serta
kelemahan yang amat sangat disertai dengan perubahan berat badan, minat dan
antusiasme dalam pekerjaan, serta perubahan dalam pola tidur. 1
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami seseorang tidak kunjung
reda, atau dapat pula berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru terjadi atau
menimpa seseorang. Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di
18
dunia ini. Banyak orang yang enggan mengaku mengalami depresi karena
khawatir dianggap sakit jiwa. Padahal, depresi sebagai gangguan mental yang
paling banyak menimbulkan beban disabilitas, meningkatkan morbiditas,
mortalitas & risiko bunuh-diri, serta bisa berdampak menurunkan kualitas hidup
pasien dan seluruh keluarganya. 1
Saat ini, banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan,
tetapi kebanyakan dari mereka dikarenakan kebutuhan akan bantuan untuk
masalah-masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan
masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki
keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk
membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu
psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang
yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa. 1
Ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai masalah
pasien. Sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak
tersedia. Salah satu jenis psikoterapi yang umum dikenal adalah terapi kognitif.
Terapi kognitif bisa merupakan cara yang efektif dalam meredakan pikiran-
pikiran negatif yang sering muncul saat seseorang gagal mencapai ketenangan.
Saat digunakan untuk depresi, terapi kognitif menyediakan sebuah perlengkapan
atau peralatan mental yang dapat digunakan untuk menantang pikiran-pikiran
negatif. Selama jangka waktu yang lama, terapi kognitif untuk depresi dapat
merubah cara orang-orang yang depresi dalam melihat dunia. 1
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif bekerja,
sedikitnya sebaik obat-obat antidepresan dalam membantu orang-orang yang
memiliki depresi ringan sampai sedang. Pengobatan dengan obat-obatan dan/atau
psikoterapi dapat memperpendek lamanya depresi dan dapat membantu
mengurangi gejala-gejala seperti kelelahan dan rasa harga diri yang rendah yang
menyertai depresi. 1
19
II. DEPRESI
a ) Defenisi
Depresi adalah suatu gangguan perasaan yang secara umum ditandai oleh
rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan
dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.1
Menurut Chaplin, depresi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
i) Pada orang normal
Merupakan ganguan suasana perasaan (kesedihan, patah semangat) yang
ditandai dengan perasaan tidak nyaman, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang.
ii) Pada kasus patologis
Merupakan ketidakmauan ekstrim untuk bereaksi terhadap rangsangan
disertai menurunnya nilai diri, tidak mampu, dan putus asa.
Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik:-
i ) Gejala utama 2,3
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktifitas.
ii ) Gejala lainnya 2,3
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
20
b) Faktor-faktor penyebab depresi
Secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau
situasi sebagai berikut: 1,3
1. Kehilangan orang yang dicintai, mungkin karena kematian.
2. Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasan, deprivasi
sosial yang kronik atau penolakan sosial.
3. Penyakit fisik yang kronis.
4. Obat-obatan atau narkoba.
5. Adanya penyakit mental lain.
6. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami
depresi akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga
Secara khusus faktor- faktor yang menyebabkan depresi adalah sebagai berikut:
i. Faktor genetik
Bukti penelitian pada orang kembar menunjukkan bahwa jika salah satu
kembar identik didiagnosis menderita manik depresif, kemungkinan 72%
saudara kembarnya akan menderita gangguan yang sama. Angka kesesuaian yang
menderita depresi (40%) juga lebih tinggi dari angka untuk kembar fraternal
(11%), tetapi perbedaan antara kedua angka itu jauh lebih kecil jika dibandingkan
perbedaan untuk kembar manik depresif. 1,4
Meskipun penyebab depresif secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor
genetik mempunyai peran terbesar. Gangguan alam perasaan cenderung terdapat
dalam suatu keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang tuanya
menderita depresi, maka anaknya beresiko dua kali lipat akan menderita depresi
juga. Apabila kedua orang tuanya menderita depresi, maka resiko untuk
mendapatkan gangguan alam perasaan sebelum usia 18 tahun menjadi 4 kali
lipat.1,4
Pada kembar monozigot, 70% akan mengalami gangguan afektif
sedangkan apabila kembar dizigot hanya 25%. Pricer (1968) dan Bertelsen et al
(1977), melaporkan hasil yang hampir sama. Bagaimana proses gen diwariskan,
21
belum diketahui secara pasti. Bahwa kembar monozigot tidak 100% menunjukkan
gangguan afektif, kemungkinan ada faktor non-genetik yang turut berperan. 1,4
ii. Faktor biokimia
Bukti-bukti yang ada menyatakan bahwa mood kita diregulasi oleh
neurotransmitter yang mengirimkan impuls syaraf dari satu neuron ke neuron
lain. Sejumlah zat kimia berfungsi sebagai neurotransmitter di berbagai sistem
syaraf yang berbeda, dan perilaku normal memerlukan keseimbangan yang cermat
diantaranya. Tiga neurotransmitter yang diyakini memiliki peranan penting dalam
gangguan mood adalah norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Suatu hipotesis
yang diterima secara luas adalah depresi berkaitan dengan defisiensi salah satu
atau ketiga neurotransmitter itu dan mania berkaitan dengan kelebihan salah satu
atau ketiganya.1,4
Hormon pertumbuhan juga diperkirakan sebagai penyebab patogenesis
dari depresi. Tingginya hormon pertumbuhan basal pada malam hari ditemukan
pada remaja yang depresi dan juga pada anak-anak yang depresi dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak mempunyai gangguan tersebut. 4
Hipotesis lain menyatakan bahwa depresi yang terjadi erat hubungannya
dengan perubahan keseimbangan adrenergik-asetikolin yang ditandai dengan
meningkatnya kolinergik, sementara dopamin secara fungsional menurun. 4
iii. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti kehilangan sesuatu, stress, mungkin bisa jadi
variabel penyebab yang terpenting. Karena depresi dapat timbul pada keluarga,
anak-anak yang depresi lebih sering ditemukan pada keluarga atau orang tua yang
mengalami depresi (lebih sering pada ibu). Interaksi ibu-ibu yang depresi pada
anak-anaknya bisa berakibat negatif. 1 4
Pengalaman awal (hilangnya kasih sayang orang tua atau ketidakmampuan
mendapatkan kepuasan melalui hasil keringat sendiri) mungkin juga menjadikan
seseorang rentan terhadap depresi di kemudian hari. 4
Dilaporkan bahwa orang tua dengan gangguan afektif cenderung akan
selalu menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa
22
anaknya menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak
saudara, status sosial keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi
perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan dalam terjadinya gangguan
depresi pada anak. Ibu yang menderita depresi lebih besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan gangguan psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami
depresi. Ada hubungan yang siginifikan antara riwayat penganiayaan fisik atau
seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. 4
Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang
mendapat perlakuan tidak mengenakan dari orangtua cendrung mudah marah dan
tidak puas. Tapi anak tidak tahu cara pelampiasannya sehingga mereka
melampiaskan ke dirinya sendiri. Di antara contoh perlakuan orangtua yang tidak
mengenakan adalah terlalu menuntut, selalu menyalahkan, tidak menghargai, atau
sering berkata/berlaku kasar. Jika perlakuan seperti ini terus menerus diterima
anak sementara lingkungan sosial maupun sekolah juga menyudutkannya, maka
anak bisa mengalami depresi. 4
Di sekolah maupun lingkungan pergaulan lainnya anak-anak juga bisa
mengalami berbagai kekecewaan misalnya anak sebaya di umumnya sudah bisa
melakukan sesuatu. Apabila ternyata anak tersebut tidak mampu, maka ia akan
diejek oleh teman-temannya. Hal ini akan menimbulkan kekesalan terhadap
dirinya sendiri. Ia akan bertanya-tanya kenapa dirinya tidak mampu melakukan
seperti yang orang lain lakukan. Akibatnya si anak menjadi tidak percaya diri dan
akhirnya depresi. 4
III. PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN DEPRESI
23
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Sebetulnya
dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip yang ada dalam psikoterapi ternyata
juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran, atau pun
pemasaran. 6
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain yaitu bahwa
psikoterapi adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara
psikologik, dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin
hubungan kerjasama secara profesional dengan seorang pasien dengan tujuan
untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan
akibat penyakit. Definisi yang lain yaitu bahwa psikoterapi adalah cara-cara atau
pendekatan yang menggunakan teknik-teknik psikologik untuk menghadapi
ketidakserasian atau gangguan mental. 6
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, talking cures telah digunakan
orang sejak berabad yang lalu. Misalnya, Soranus dari Ephesus, seorang dokter
pada abad pertama Masehi, menggunakan percakapan atau pembicaraan untuk
pasien-pasiennya dan mengubah ide-ide yang irasional dari pasien depresi. Kini,
dalam terapi kognitif (salah satu jenis psikoterapi), terapis menelusuri cara
berpikir yang irasional pada pasien-pasien depresi dan membimbing mereka agar
kemudian dapat mengatasinya sendiri. 6
Bermula dari Sigmund Freud, pada akhir abad ke-sembilanbelas, yang
memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian berkembang hingga kini.
Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat dikatakan merupakan dasar
dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek sehari-hari masih tetap
digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau menjadi landasan atau
pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi . 6
a) Psikoterapi Supportif
24
Psikoterapi supportif ( juga disebut psikoterapi berorientasikan hubungan )
menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama
periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga
memiliki tujuan untuk memulihkan, memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu, memberikan motivasi semangat
dan dorongan agar pasien bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan
ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa
bersalah, malu dan kecemasan dalam menghadapi frustasi atau tekanan
eksternalyang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 6,7,8
Terapi supportif menggunakan sejumlah metode , baik sendiri-sendiri atau
kombinasi termasuk :- 6,7
Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan ( sebagai
contoh hobi )
Istirahat dan penghiburan yang adekuat.
Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan jika mungkin.
Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang . cara ini
menggunakan teknik yangmembantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Jenis psikoterapi supportif:-
Ventilasi ( psiko- ) dan katarsis ( catharsis )
- Membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya sesukanya. Sesudahnya
biasanya pasien merasa lega dan keluhannya ( tentang penyakitnya )
berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi
yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh
perhatian ( empati ) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak
memotong bicaranya ( menginterupsi ). Yang dibicarakan adalah
kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan
salah atau berdosa. 6,7,8
Persuasi ( persuasion )
25
- Penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta
baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh
pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls
yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls
yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari
impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan m enjadi
yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. 6,7,8
Sugesti ( suggestion )
- Secara halus atau tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau
membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan
hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan
otoritas professional serta menunjukkan empati. Pasien percaya kepada
dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta
perhatiannya menjadi sempit. Suggesti harus diikuti dengan reedukasi.
Anak-anak dan orang-orang dengan intelegensi agak kurang serta
pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah di
suggesti. 6,7,8
- Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa
dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya Jangan
mengganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa
gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan
organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa
bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal
maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis. 6,7,8
Dorongan ( encouragement )
- Dorongan merupakan hal yang amat penting dalam rehabilitasi.
Dorongan dapat berupa dorongan untuk tetap bersosialisasi dengan
orang di sekitar dan menjaga kebersihan diri. Selain itu dorongan juga
sangat berguna untuk mereka merasa bahwa mereka diperhatikan dan
26
dihargai, yang mana dapat meningkatkan percaya diri untuk kembali
ke masyarakat. 6,7,8
Penjaminan kembali ( reassurance )
- Hal ini dapat dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu
dan pertanyaan yang berhati- hati, bahwa pasien mampu berfungsi
secara adekuat, dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan
atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 6,7,8
Bimbingan dan penyuluhan ( advice and teaching )
- Bimbingan adalah member nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
yang berhubungan dengan masalah kesehatan ( jiwa ) pasien agar ia
lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan
hubungan antara manusia, cara berkomunikasi, bekerja, belajar dan
sebagainya. 6,7,8
- Penyuluhan atau konseling ialah satu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat
mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri.
Konseling dilakukan sekitar masalah pendidikan, pernikahan,
pekerjaan dan peribadi. 6,7,8
b) Psikoterapi reedukatif
Memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa belum
mampu mengatasi depresinya. Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah
sebagai berikut :- 6,7,8
Terapi hubungan antara manusia ( relationship theraphy )
Terapi sikap ( attitude theraphy )
Terapi wawancara ( interview theraphy )
Terapi case work
Reconditioning
27
c) Terapi Perilaku Kognitif ( Cognitive Behaviour Theraphy )
Adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan
masalah mengenai disfungsi emosi, perilaku dan kognisi yang berorientasi tujuan
dan prosedur sistematis. Terapi ini merupakan suatu gabungan antara terapi
perilaku dan terapi kognitif. Terapi ini menganggap kesulitan-kesulitan emosional
berasal dari pikiran atau keyakinan yang salah ( kognisi ) yang menyebabkan
perilaku yang tidak produktif. 3,4,6
Kondisi-kondisi psikiatrik tampaknya membaik apabila cara berpikir
pasien menjadi lebih akurat dan jika perilaku individu lebih tepat. Oleh karena itu,
terapis bekerjasama dengan pasien mengidentifikasi dan mengoreksi salah
persepsi ( satu per satu ) dan salah perilaku. Terapi ini sangat berdasar pada
realitas dan menekankan “ hal yang terjadi di sini dan saat ini ” ( pikiran dan
perilaku pasien saat ini ). Pasien disemangati untuk memikirkan hal-hal yang ia
pikirkan. 6,10,11,12,13
Terapi perilaku kognitif sangat efektif untuk mengobati berbagai masalah
termasuk suasana hati, kecemasan, kepribadian, makan, penyalahgunaan zat dan
juga gangguan psikotik. Perawatan seringkali secara manual, dengan teknik
khusus berbasis singkat, langsung dan waktu terbatas perawatan untuk gangguan
psikologis tertentu. Terapi ini digunakan dalam terapi individual maupun
pengaturan grup dan teknik yang sering diadaptasi untuk aplikasi swadaya.
Beberapa dokter dan peneliti yang lebih berorientasi kognitif ( misalnya
rekonstruksi kognitif ), sementara yang lain lebih berorientasi perilaku. Terdapat
juga beberapa yang lain menggabungkan kedua-duanya. 6,10,11,12,13
Terapi ini terutama dikembangkan melalui terapi perilaku penggabungan
dengan terapi kognitif. Sementara berakar pada teori yang agak berbeda, kedua
tradisi menemukan landasan yang bersama dalam memusatkan perhatian pada
“disini dan sekarang” dan mengurangi gejala. Banyak program CBT untuk
gangguan tertentu telah dievaluasi untuk keberhasilan dan efektivitas. Di Britain,
National Institute for Health and Clinical Excellence merekomendasikan CBT
sebagai pengobatan pilihan bagi sejumlah masalah kesehatan mental. 6,10,11,12,13
28
Teknik terapi tertentu bervariasi dalam CBT yaitu pendekatan yang
berbeda sesuai dengan jenis khusus masalah, tetapi umumnya mungkin termasuk
menulis catatan harian dari peristiwa-peristiwa penting terkait perasaan, pikiran
dan perilaku; pertanyaan dan pengujian kognisi, asumsi, evaluasi dan keyakinan
yang mungkin menjadi tidak berguna dan tidak realistis; secara bertahap kegiatan
yang dihadapi mungkin telah dihindari; dan mencoba cara baru bersikap dan
bereaksi. Relaksasi, kesadaran dan gangguan teknik juga biasanya disertakan. 6
Percobaan acak terkendali telah terbukti efektivitasnya dan pada bulan
Februari 2006, Lembaga Nasional Inggris menyarankan bahwa pasien dengan
depresi ringan sampai sedang tidak langsung diberikan obat anti-depressan, tetapi
dengan menjalani CBT. 6,10,11,12,13
Terapi perilaku kognitif telah terbukti sebagai pengobatan yang efektif
untuk depresi klinis. Sebuah studi berkala besar pada tahun 2000 menunjukkan
hasil yang lebih tinggi pada terapi kombinasi bersama obat anti-depresan ( 78% ),
manakala sekiranya diaplikasikan secara sendiri atau menggunakan anti-depressan
memberikan efektivitas 48%. 6,10,11,12,13
d) Terapi Interpersonal ( IPT )
Suatu penelitian terkontrol yang dilakukan oleh the New Heaven- Boston
Collaborative Depression Project membandingkan efektivitas berbagai bentuk
psikoterapi dengan dan tanpa obat pada penatalaksanaan depresi ringan sampai
sedang. Pada penelitian ini, terapi interpersonal ternyata efektif. Gabungan antara
terapi interpersonal dan obat dapat memperbaiki sebagian besar depresi,
pemberian obat untuk terapi rumatan atau IPT tampaknya dapat mencegah
kekambuhan. 1,9
IPT memfokuskan pada hubungan interpersonal pasien, sifat-sifat dan
kelemahannya dan meningkatkan hubungan tersebut. Idenya adalah apabila
seseorang memiliki hubungan yang kuat, sehat dan penuh dengan penghargaan
dengan orang lain, kecil kemungkinannya untuk menjadi depresi atau tetap
depresi dan mereka akan lebih merasakan kebahagiaan. 4,9
Terapinya terdiri atas :-
29
i) Edukasi
Misalnya tentang depresi : tentang betapa hal itu lazim terjadi, dapat terjadi
secara biologik, bahwa semua orang memiliki risiko untuk mengalami depresi
pada kondisi stress. Upayanya ialah untuk menghilangkan stigma terhadap
problem mental pasien. 9
ii) Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi tentang hubungan interpersonal pasien dalam upaya
menentukan mana yang tidak berjalan. Suatu inventarisasi hubungan-hubungan
interpersonal yang penting dalam kehidupan seseorang biasanya dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah hubungan itu buruk atau gagal. Terapi dimulai dengan
konsentrasi pada hubungan tersebut. 9
e) Psikoterapi kognitif
Dimaksudkan merperbaiki kembali ( rekonstruksi ) kepribadian yang telah
mengalami goncangan akibat stressor dengan cara :- 3,4,6
Asosiasi bebas
Analisa mimpi
Hipnoanalisa / sintesa
Narkoterapi
Terapi main
Terapi seni
Terapi kelompok analitik
f ) Psikoterapi psikodinamik
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang
dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami depresi. 9
g ) Psikoterapi keluarga
30
Untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan sehingga faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai
faktor pendukung. 9
IV. KESIMPULAN
Depresi adalah suatu gangguan perasaan yang secara umum ditandai oleh
rasa kesedihan, apati, pesimisme, dan kesepian. Keadaan ini sering disebutkan
dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien depresi disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Psikoterapi
adalah terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan
oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara
profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit.
Antara psikoterapi yang dapat diberikan adalah terapi perilaku kognitif
( Cognitive Behaviour Theraphy ), terapi interpersonal ( Interpersonal Theraphy ),
psikoterapi supportif, psikoterapi reedukatif, psikoterapi psikodinamik dan
psikoterapi keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
31
1. Altshuler L.L, Hendrich V, Cohen L.S, eds. Depression, National Institute of
Mental Health. New York: NIMH; 2011. pg 2-22.
2. Maslim R. Diagnosis gangguan Jiwa – Buku Ringkasan dari PPDGJ-III.
Jakarta: BIKJFKUA; 2003. p. 64-67.
3. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in Medical Patients, In : Mayou
R, Sharpe M, Carson A, eds. ABC of Psychological Medicine, 1st ed.
London : BMJ Books; 2003. p. 10-13.
4. Baldwin D.S, Birtwistle J, eds. An Atlas of Depression. New York : The
Parthenon PG; 2002.
5. Johnson R.W,ed. Education for Physicians on End-of-life Care Handbook,
Module 6. New York : EPEC; 1999. p. 1-13.
6. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A,eds. Sinopsis Psikiatri – Ilmu
Pengetahuan Perilaku, Edisi Ketujuh-Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara;
1997. p. 383-442.
7. Davies J. A Manual of Mental Health Care in General Practice. Oxford:
Oxford University Press; 1996. p.67-75.
8. Winston A, Rosenthal R.N, Pinsker H, eds. Introductive to Supportive
Psychotheraphy. Washington: American Psychiatric Publishing Inc; 2005.
9. Semple D, Smyth R, Burns J, Darjee R, McIntosh A,eds. Psychotheraphy in
Oxford Handbook of Psychiatry, 1st Edition. Oxford: Oxford University
Press; 2005. p. 764-794.
10. Eells T.D. Psychothetraphy versus Medication for Unipolar Depression,
American Psychiatric Association, 1999 : p.170-173.
11. Powell V.B, Abreu N, Oliveira I.R, Sudak D, eds. Cognitive-Behavioural
Theraphy for Depression. Rev Bras Psiquiatr, 2008 : S 73-80.
12. Holmes J, Tarrier N, Hinshelwood R.D, eds. All you need is c+Cognitive
Behaviour Theraphy, British Medical Journal. Volume 324, 2002: 288-294.
13. Nukariya K. Psychotheraphy and Psycho-education of Depression, Japan
Medical Association Journal. Volume 44, 2001: 230-234.
32