Psikologi ( SKEZOFRENIA )

99
1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun = = = Kata Pengantar = = = Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi dengan bahasan “Skizofrenia” dalam bentuk kliping. Dalam penyusunan kliping ini kami mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan, penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan tugas selanjutnya. Dalam penyusunan kliping ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan kliping ini, khususnya kepada : 1. Dosen mata kuliah Psikologi, Ibu Eky Okviana Armyati S.Psi, M.Psi, Psikolog yang telah memberikan tugas serta petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. 2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan hingga terselesaikannya tugas ini. “ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

description

Psikologi ( SKIZOFRENIA ) By Mahasiswa DIII Kebidanan, STIKES BHMM :) Semoga bermanfaat ^_^

Transcript of Psikologi ( SKEZOFRENIA )

Page 1: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

= = = Kata Pengantar = = =

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami

dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi dengan bahasan “Skizofrenia” dalam bentuk

kliping.

Dalam penyusunan kliping ini kami mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada

teknis penulisan, penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan

tugas selanjutnya.

Dalam penyusunan kliping ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan kliping ini, khususnya kepada :

1. Dosen mata kuliah Psikologi, Ibu Eky Okviana Armyati S.Psi, M.Psi, Psikolog yang telah

memberikan tugas serta petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat

menyelesaikan tugas ini.

2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan

hingga terselesaikannya tugas ini.

3. Serta kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya kliping ini.

Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas bantuan

yang mereka berikan dan menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, serta semoga dengan

selesainya kliping ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman – teman. Amiin Yaa Robbal

‘Alamiin.

Madiun, 31 Juni 2013

Ttd,

Tim Penyusun

= = = Daftar Isi = = =

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 2: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

2

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN

A. Pengertian Schizofrenia ....................................................................................................... 3

B. Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perekmbangan Schizofrenia............................................ 5

C. Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka Kesakitan (Morbidity)....................................... 5

D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa....................................................................................... 6

E. Gejala-gejala Schizofrenia..................................................................................................... 15

F. Subtipe Schizofrenia.............................................................................................................. 21

G. Prevalensi dan Pneyebab Schizofrenia................................................................................. 23

PEMBAHASAN

A. Schizofrenia Paranoid.......................................................................................................... 31

B. Schizofrenia Residual........................................................................................................... 37

C. Schizofrenia Katatonik.......................................................................................................... 44

D. Schizofrenia Hebefrenik....................................................................................................... 50

E. Schizofrenia Tidak Terdefinisi.............................................................................................. 53

INTERVENSI

A. Penanganan Schizofrenia ................................................................................................... 57

B. Pengobatan Schizofrenia..................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 64

= = = Pendahuluan = = =

A.Pengertian Schizofrenia

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 3: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

3

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan

yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku.

( Dorand V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar

Yogyakarta. Edisi Keempat )

Skizofrenia yaitu gangguan psikotis yang ditandai oleh munculnya delusi, halusinasi,

ketidakteraturan, dan cara bicara yang tidak koheren, perilaku yang tidak sesuai, dan gangguan

kognitif. ( Wade Carole & Carol Tavris. 2007. Psikologi. PT. Gelora Aksara Pratama. Edisi

Kesembilan. Jilid 2 )

Pada penderita schizophrenia ada desintegrasi pribadi dan kepecahan pribadi. Tingkah laku

emosional dan intelektualnya jadi ambisious (majemuk), serta mengalami gangguan serius dan

mengalami regresi atau dementia total. Dia melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam

dalam dunia fantasinya. Tampaknya dia tidak bisa memahami lingkungannya, dan responnya

selalu maniakal atau kegila-gilaan. Perasaannya selalu tidak cocok, mengalami gangguan

intelektual berat, sehingga pikirannya melompat-lompat tanpa arah.

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga secara

somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus

diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik

dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganngu. Sekali lagi, yang

sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau

lingkungannya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia adalah keturunan, umur , sex, keadaan

badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan,

pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa

bermusuhan,hubungan antar manusia dan sebagainya.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 4: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

4

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Kita akan melihat sepintas laju angka kejadian (“incidence rate”) dan angka kesakitan

(“morbidity rate”) berbagai gangguan jiwa. Kemudian baru kita akan membicarakan secara umum

macam-macam penyebab gangguan jiwa.

Berikut ini adalah gambaran anatomi otak pada penderita skizofrenia :

B.Tokoh-tokoh Awal dalam Sejarah Perkembangan

Schizofrenia

Tahun Tokoh Sejarah Konstribusi

1809 John Hasjam Pengawas di sebuah Rumah Sakit Inggris. Dalam sebuah

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 5: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

5

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

(1764-1844) Observations on Madness and Melancholy (1809/1976), ia

mengikhtisarkan deskripsi gejala-gejala skizofrenia.

1801/1809 Philippe Pinel

(1745-1826)

Dokter Perancis yang mendeskripsikan kasus-kasus

skizofrenia.

1852 Benedict Morel

(1809-1873)

Dokter di sebuah institusi Perancis yang menggunakan istilah

demence precoce (dalam bahasa latin, dementia praecox),

yang berarti kehilangan pikiran (demence) yang terlalu dini atau

prematur (precoce) untuk mendeskripsikan skizofrenia.

1898/1899 Emil Kraepelin

(1856-1926)

Psikiater Jerman yang menggabungkan kategori-kategori

skizofrenia yang berbeda (hebefronik, katatonik, dan paranoid)

di bawah nama dementia praecox.

1908 Eugen Bleuler

(1857-1939)

Psikiater Swiss yang memperkenalkan istilah schizophrenia,

yang berarti pikiran yang pecah.

C.Laju Angka Kejadian (Insidensi) dan Angka

Kesakitan (Morbidity)

Dalam kejadian umum skizofrenia terdapat 0,2 – 0,8 % dan retardasi mental 1 – 3 % WHO

melaporkan bahwa 5 – 15 % dari anak-anak usia - 15 tahun mengalami gangguan jiwa yang

persistant dan mengganggu hubungan sosial. Jika kira-kira 40 % penduduk negara kita adalah

anak-anak usia di bawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25 %), dapat

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 6: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

6

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

digambarkan besarnya masalah (ambil saja 5 % dari 40 % dari katakan saja 120 juta penduduk,

maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa).

Tidak sedikit orang yang menderita gangguan jiwa akibat gangguan organik pada otak

(akibat ruda paksa, keradangan, gangguan pembuluh darah, neoplasma keracunan, dan

sebagainya). Banyak pula yang menderita gangguan nerosa dan psikosomatik. Selanjutnya

lihatlah tabel.

Tabel : Taksiran Kasar Jumlah Penderita Beberapa Jenis Gangguan Jiwa yang Ada

Dalam 1 Tahun di Indonesia

Psikosa Fungsional 520.000 ( 4 o/oo )

Sindroma otak organik akut 62.000 ( 0,3 o/oo )

Sindroma otak organik menahun 130.000 ( 1 o/oo )

Retardasi Mental 2.600.000 ( 2 o/o )

Nerosa 6.500.000 ( 5 o/o )

Gangguan Kepribadian 1.300.000 ( 1 o/o )

Ketergantungan obat 1.000

17.616.000 ( 13,5 % )

D. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa

Biarpun gejala utama atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi

penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun

psike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab

sekaligus dari beberapa unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan,

lalu timbullah gangguan badan ataupun jiwa.

Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan

badaniahnya berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan, atau seorang dengan

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 7: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

7

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

mungkin mendapat kecelakaan. Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya

keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun menurun sehingga ia

mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui juga bahwa penyakit pada otak sering

mengakibatkan gangguan jiwa.

Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak ( karena kelahiran,

keradangan, dan sebagainya ) kemudian menjadi hiperkinetik dan susah diatur. Ia

mempengaruhi lingkungannya , terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini

bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.

Tabel : Sumber Penyebab Gangguan Jiwa

Penyesuaian somato – psiko – sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu

yang terus-menerus saling mempengaruhi, yaitu :

a. Faktor – faktor somatik ( somatogenik ) :

i. Neroanatomi

ii. Nerofisiologi

iii. Nerokimia

iv. Tingkat kematangan dan perkembangan organic

v. Faktor – fakrtor pre – dan peri – natal

b. Faktor – faktor psikologik ( psikogenik ) :

i. Interaksi ibu – anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal

berdasarkan kekurangan, distrsi atau keadaan yang terputus ( perasaan tak

percaya dan kebimbangan ).

ii. Peranan ayah

iii. Persaingan antar saudara kandung

iv. Inteligensi

v. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 8: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

8

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

vi. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa

salah.

vii. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak

menentu.

viii. Ketrampilan, bakat dan kreativitas.

ix. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya.

x. Tingkat perkembangan emosi.

c. Faktor – faktor sosio – budaya ( sosiogenik ) :

i. Kestabilan anak

ii. Pola mengasuh anak

iii. Tingkat ekonomi

iv. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

v. Masalah kelompok ‘ minoritas ‘ yang meliputi prasangka dan fasilitas

kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai.

vi. Pengaruh rasial dan keagamaan

vii. Nilai – nilai

Karena itu terdapat kecenderungan membuat diagnosa multidimensional yang menyebut

hal-hal dari unsur itu. Kita akan membicarakan secara umum perkembangan badaniah yang

salah, perkembangan psikologik yang salah dan faktor sosiologik dalam perkembangan yang

salah, tetapi janganlah lupa bahwa manusia beraksi dan bereaksi sevara bolistik.

1. Perkembangan Badaniah Yang Salah

Perkembangan badaniah mempunyai suatu urut-urutan tertentu, suatu halangan dalam hal

ini dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. Perilaku kita berdasarkan juga pada kwalitas

dan keutuhan fungsi saraf dan perlengkapan badaniah lain. Setiap faktor yang mengganggu

perkembangan badaniah yang normal dapat dianggap sebagai suatu faktor yang dapat menjadi

penyebab perilaku yang abnormal.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 9: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

9

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Faktor-faktor ini mungkin dari keturunan ataupun dari lingkungan.

a. Faktor keturunan

Pada mongoloisme atau sindroma Down ( suatu macam literdasi mental dengan

mata sipit, muka datar, telinga kecil, jari-jari pendek dan lain-lain ) terdapat trisomi

( yaitu 3 buah, bukan 2 ) pada pasangan kromosoma.

Sindroma Turner ( dengan ciri-ciri khas : tubuh pendek, leher melebar,

invantilisme sexual ) ternyata berhubungan dengan jumlah kromosoma sex yang

abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex dikatakan “terikat

pada sex” (“sex – linked”), artinya bahwa defek genetik itu hanya terdapat pada

kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap gangguan yang

terikat pada sex, karena mereka mempunyai 2 kromosoma X : bila satu tidak baik,

maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi seorang pria

hanya mempunyai 1 kromosoma X dan 1 kromosoma Y, dan bila salah satu tidak baik,

maka terganggulah ia. Masih dipermasalahkan, betulkah pria dengan XYY lebih

cenderung melakukan perbuatan kriminal yang kejam ?.

Fenilketonuria yang terdapat pada anak-anak dengan kekurangan enzim untuk

menghancurkan fenilalanin suatu asam amino dalam makanan yang mengandung

protein. Bila tidak diketahui sehingga tidak diberi diet, maka terkumpullah fenilalanin di

dalam darah dan merusak otak.

Tabel : Penelitian Saudara Kembar dan Saudara Kandung yang Salah Satunya

Menderita Skezofrenia.

Hubungan dengan pasien skezofrenia % yang menderita skezofrenia

Kembar monozigot ( satu telur ) 86,2 %

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 10: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

10

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Kembar heterozigot ( dua telur ) 14,5 %

Saudara kandung 14,2 %

Saudara tiri 7,1 %

Masyarakat umum` 0,85 %

( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co;

Bombay, 1970, Halaman 121 ).

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak skizofrenia pada

semua tingkat persaudaraann daripada di dalam masyarakat umum dengan angka

yang paling tinggi pada saudara kembar monozigot. Mengapa pada kembar monozigot

tidak 100 % ? Kiranya kembali lagi faktor lingkungan yang berpengaruh.

b. Faktor Konstitusi

Konstitusi pada umumnya menunjukkan kepada keadaan biologis seluruhnya,

termasuk bagi yang diturunkan maupun yang didapat kemudian; umpamanya bentuk badan

(perawakan), sex, temperamen, fungsi endokrin, dan urat saraf serta jenis darah.

Jelas bahwa hal-hal ini mempengaruhi perilaku individu secara baik ataupun tidak baik,

umpamanya bentuk badan yang atletik atau yang kurus, tinggi badan yang terlalu tinggi

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 11: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

11

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

ataupun terlalu pendek, paras muka yang cantik atau jelek, sex wanita atau pria, fungsi

hormonal yang seimbang atau yang berlebihan salah satu hormon, urat saraf yang cepat

reaksinya atau yang lambat sekali, dan seterusnya. Semua ini turut mempengaruhi hidup

seseorang.

Tabel : Faktor Konstitusi dan Perilaku Abnormal.

Faktor Konstitusi Hubungan dengan perkembangan abnormal

Bentuk badan Tidak jelas peranannya, tetapi diaptoporsi badaniah,

kelemahan dan penampakan yang jelek umpamanya lebih

sering berhubungan dengan gangguan jiwa daripada

bentuk badan yang baik dan menarik.

Energi dan Kegiatan Rupanya berhubungan dengan apakah individu

mengembangkan reaksi yang agresif atau lebih menuju ke

dalam terhadap stress, jadi lebih berhubungan dengan jenis

gangguan jiwa yang timbul bila individu ini terganggu

jiwanya.

Reaktivitas Susunan Reaktivitas emosional yang tinggi mungkin sekali berhu-

Saraf Vegetatif bungaan dengan stress ringan dan pembentukan rasa takut

yang tak perlu, rektivitas emosional yang kurang dapat

mengakibatkan sosialisasi yang tidak sesuai karena reaksi

yang terlalu sedikit.

Daya Tahan Badaniah Membantu menentukan toleransi stress biologik dan

psikologik dan sistem organ apakah yang paling mudah

terganggu sistem badaniahnya karena fungsi taknya.

Sensitivitas (kepekaan) Menentukan sebagian dari jenis stress yang terhadapnya

anak itu paling peka dan menetukan bersarnya stress yang

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 12: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

12

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

dapat ditahan tanpa gangguan jiwa; mempengaruhi cara

anak menanggapi dunia.

Kecerdasan dan Bakat Mempengaruhi kesempatan anak untuk berhasil dalam

pertandingan atau persaingan sehingga mempengaruhi

juga kepercayaan pada diri sendiri berdasarkan

keberhasilan.

_________________________________________________________________________

( Coleman, J. C : Abnormal Psycholgy and Modern Life. Taraporevala Sons & Co; Bombay,

1970, Halaman 126 ).

Susunan saraf vegetatif juga tidak sedikit menentukan perilaku manusia banyak

keluhan penderita datang dari pihak ini, umpamanya susunan sarat vegetatif yang labil.

Biarpun konstitusi itu lebih banyak ditentukan oleh faktor keturunan, tetapi dapat juga

diubah oleh faktor kelahiran, umpamanya toxin, virus, kesukaran kelahiran, emosi ibu yang

sangat labil, radiasi sinar X, dan sebagainya.

c. Cacat Kongenital

Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak,

terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada umumnya

pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada individu itu,

bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diet terhadap keadaan hidupnya yang cacat atau

berubah itu.

Orang tua dapat mempersukar penyesuaian ini dengan perlindungan yang berlebihan

(proteksi berlebihan), penolakan atau tuntutan yang sudah di luar kemampuan anak.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 13: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

13

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Singkatnya: kromosoma dan “genes” yang defek serta banyak faktor lingkungan

sebelum, sewaktu, dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan badaniah. Cacat

badaniah biasanya dapat dilihat dengan jelas, setiap gangguan sisitim biokimiawi lebih

halus dan sukar ditentukan. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau

psikologik secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stress.

2. Perkembangan Psikologi Yang Salah

Dalam masa kanak-kanak diletakkan dasar bagi masa dewasa, bagaimanakah lingkungan

dan diri sendiri dinilai, kebiasaan berfikir dan pola reaksi. Biarpun demikian, kita dapat saja

berubah bila kita menjadi dewasa, kita dapat mengadakan perubahan-perubahan besar dalam

pola berpikir dan bertindak kita. Kita tidak terpaku atau terbatas pada pola yang dibentuk dalam

masa kanak-kanak saja.

Pada umumnya perkembangan psikologik yang salah mencakup :

a. Ketidak matangan atau fixasi, yaitu individu gagal berkembangg lebih lanjut ke fase

berikutnya.

b. “tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatic sebagai

kepekaan terhadap jenis stress tertentu, atau

c. Distorsi, yaitu apabila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak sesuai

atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.

3. Perkembangan Sosiologik Yang Salah

Dalam kehidupan modern terdapat tidak sedikit bahaya terhadap pengarahan diri yang baik.

Sukar untuk memperoleh dan mempertahankan identitas diri yang stabil di tengah-tengah

perubahan-perubahan yang complex dan cepat. Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling

berbahaya di zaman modern, di Negara-negara dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan

perubahan dan pergantian yang makin cepat dalam hal “ke- sementara-an” (“transcience”), “ke-

baru-an” (“novelty”) dan “keanekaragaman” (“difversity”). Dengan demikian individu menerima

rangsangan yang beerlebihan sehingga kemungkinan terjadinya kekacauan mental lebih besar,

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 14: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

14

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

karena hal ini besar kemungkinannya dalam masa depan, maka dinamakannya “ shock masa

depan” ( “future shock”).

Telah diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan

asing, dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba baru dan

asing baginya. Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).

Dari berbagai peneltiian terdapat perbedaan antara gejala-gejala gangguan jiwa disebabkan

oleh perbedaan kebudayaan dan lingkungan social. Biarpun faktor patogenetik (yang

menyebabkan) mungkin sama, akan tetapi faktor patoplasmik ( yang membentuk, memberi

rupa / memberi warna) berbeda-beda.

Di dalam satuu Negara pun terdapat perbedaan secara arah perkembangan gangguan di

daerah perkotaan dan pedesaan, serta di berbagai lapisan social – ekonomi. Seperti seorang

individu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (umpamanya daerah yang dahulu subur berubah

menjadi tandus ) ataupun oleh keadaan social masyarakat itu sendiri ( umpamanya Negara

dengan pimpinan dictatorial, diskriminasi rasial/ religious yang hebat, ketidak-adilan social, dan

sebagainya ). Hal-hal ini merendahkan daya tahan frustrasi seluruh masyarakat, (kelompok dan

menciptakan suasana social yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan

dapat menjurus ke gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap

individu dan jenis rasio yang dikembangkannya, maupun jenis strees yang dihadapinya.

E. Gejala-gejala Schizofrenia meliputi ( dengan derajat yang berbeda,

tergantung subtipenya ) :

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang terdisorganisasi

4. Perilaku katatonik atau sangat terdisorganisasi

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 15: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

15

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

5. Gejala-gejala negatif seperti pendataran afeksi, alogia, atau avolisi

6. Disfungsi sosial dan okupasioanal

7. Tidak memedulikan perawatan-diri

8. Persisten selama paling tidak 6 bulan.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang macam skizofrenia, terlebih dahulu kita

membahas tentang gejala-gejala skizofrenia.

Gejala Positif

1. Delusi.

Keyakinan yang oleh kebanyakan anggota masyarakat dianggap sebagai misinterpretasi

terhadap realitas disebut disorder of thought content (gangguan isi pikiran), atau delusi . Karena

pentingnya delusi dalam skizofrenia, delusi pernah disebut sebagai “ the basic characteristic of

madness” (ciri dasar kegilaan) (Jaspers, 1963). Bila, misalnya, anda percaya bahwa tupai adalah

alien yang dikirim ke bumi untuk misi mata-mata , maka Anda akan dianggap delusional. Media

sering menggambarkan penderita skizofrenia sebagai orang- orang yang percaya bahwa dirinya

adalah orang yang terkenal atau penting ( misal bahwa dirinya adalah Napoleon atau Yesus

Kristus. Keyakinan Artur bahwa dirinya dapat mengakhiri kelaparan semua anak di muka bumi

juga dianggap sebagai delusion of grandeur (delusi atau waham kebesaran).

Delusi yang sering dijumpai pada penderita skizofrenia adalah bahwa orang lain bermaksud

buruk terhadapnya. Penyebutan delusion of persecution (delusi/waham persekusi), keyakinan ini

bisa sangat mengganggu. Salah seorang diantara kita mungkin ada yang berlatih bersama

pembalap sepeda kelas dunia yang akan menjadi anggota tim Olimpiade. Tetapi, tragisnya, ia

mengembangkan keyakinan bahwa para pesaingnya bertekad menyabut usahanya, yang

memaksanya berhenti bersepeda selama bertahun-tahun. Ia percaya bahwa lawan-lawannya

akan menyemprot sepedanya dengan bahan kimia yang mampu menyerap kekuatannya.

Mereka juga berusaha memperlambat laju sepedanya dengan meletakkan kerikil-kerikil tajam di

jalan, yang hanya akan terlindas olehnya dan tidak akan terlindas pembalap-pembalap lain.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 16: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

16

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Pikiran-pikiran seperti ini menciptakan banyak kecemasan dan ia tidak mau bahkan hanya untuk

sekedar mendekati sepedahnya selama jangka waktu yang cukup lama.

Delusi-delusi lain yang lebih jarang , termasuk Capgras Syndrome ( Sindroma Capgras)

penderita percaya bahwa seseorang yang mereka kenal telah digantikan oleh “ kopi” /

salinannya, dan Cotard’s syndrome (Sindrom Cotard)—orang itu percaya bahwa bagian tertentu

tubuhnya (misalnya otak) telah mengalami perubahan dengan cara yang musykil (Black and

Andreasen, 1999).

“ Saya ingin mendiskribsikan beberapa delusi yang saya alami di masa lalu untuk

membantu orang-orang lain memahami betapa menakutkan dan betapa terasa nyatanya

pikiran-pikiran itu… Tanda yang diberikan oleh (Presiden) Clinton berasal dari ketidapastian

saya, apakah saya akan memberikan suara saya dalam pemilu gubernur. Saya

terombangambing antara Clinton dan Perot. Pada hari pemugutan suara, saya pergi ke

tempat pemberian suara . saya tidak memberikan suara melalui mesin tetapi menggunakan

kartu suara . Setelah menerima intruksi tentang cara mengisi kartu suara ,saya merasa

mendengar petugas pendaftaran memerintahkan untk memberikan paraf di sudut kanan

bawah. Saya heran, mengapa harus memberikan paraf pada kartu suara . Padahal kartu

suara mestinya bersifat rahasia, bukan? Saya tiba-tiba merasa curiga bahwa suara saya,

dan hanya suara saya , akan menentukan takdir kepresidenan untuk tahun pemilu 1992…

Saya piker Clinton adalah bos yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol segalanya,

termasuk “kerajaan jahat”-nya. Jadi ketika menonton TV , saya melihat apa yang saya

persepsi sebagai pandangan sekilas Clinton , yang mungkin sedikit jahat, dan acungan

empolnya ( yang menurut perasaan saya mengarah langsung kepada saya) karena saya

telah memberikan suara dengan cara seperti itu. Anda lihat, saya mengalami delusi lain;

ketik menonton TV ,subjek yang ada di televise dapat memandang tajam ,langsung ke arah

Anda … dalam pikiran saya yang mengalami delusi, acugan jempul itu dialamatkan secra

pribadi kepada saya karena telah memberikan suara dengan cara seperti itu.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 17: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

17

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Salah satu kemungkinan bahwa delusi mungkin merupakan maksud yang disengaja oleh

penderita skizofrenia untuk mengatasi keresahan akibat terjadinya perubahan yang berlangsung

dalam diri mereka. Sebagai conto, G.A. Roberts (1991) meneliti 17 orang yang telah

mengelaborasikan sebagai delusi tentang dirinya sendiri dan dunianya dan membandingkan

mereka dengan sekelompok orang yang sebanding, yang sebelumnya pernah mengalami delusi

tetapi sekarang sudah mengalami kemajuan. Individu-individu yang mengalami delusi ini

mengekspresikan pemahaman yang lebih kuat mengenai maksud dan makna kehidupan dan

kurang mengalami depresi , yang semuanya tampak berhubungan dengan system keyakinan

delusionalnya.

2. Halusinasi

Halusinasi, pengalaman sensorik yang palsu namun terasa sangat nyata. Sejauh ini,

halusinasi yang umum terjadi pada para penderita skizofrenia adalah mendengar suara –suara;

hal ini dapat dikatakan sebagai tanda dari penyakit ini. Beberapa penderita skizofrenia menjadi

sangat tersiksa oleh suara-suara tersebut, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan

usaha bunuh diri demi menghindari suara-suara yang memaki-maki dirinya, memaksa dirinya

untuk mencuri sel-sel otak orang lain, atau memerintah dirinya untuk melakukan usaha bunuh

diri. Suatu saat, ia mengangkat telepon, dan mendengar suara-suara tersebut meneriakkan

”Kamu bersalah!” secara berulang-ulang. Ia mengatakan pada wartawan bahwa teriakan mereka

“sekeras teriakan orang yang menggunakan alat pengeras suara. Keadaan tersebut sangat

kacau, saya merasa sangat takut, mereka selalu ada di sekeliling saya”. (Goode.2003).

Gejala Negatif

1. Pembicaraan yang Tidak Terorganisir

Pembicaraan yang tidak terorganisir dan tidak koheren, yang terdiri dari kumpulan ide dan

simbol yang tidak masuk akal, yang dihubungkan dengan kata-kata lima yang tidak bermakna,

atau dengan asosiasi yang tidak berkaitan yang disebut sebagai word salads.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 18: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

18

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Seorang pasien skizofrenia menuliskan, “Minyak olive adalah saus-minuman keras yang

berasal dari arab, yang digunakan masyarakat Afganistan, Moors, dan muslim pada peternakan

burung unta. Pohon pisang Indian adalah whiskey dibangsa Persia dan Arab. Gandum, nasi, dan

tebu disebut sebagai tumbuhan untuk sayur, dan tumbuh dengan baik di India. Para Brahmin

hidup sebagai kasta di Baluchistan. Bangsa Circosia menduduki Manchoria dan Cina. Cina

adalah Eldorado dari para Pawness “. (Bleuder, 1911/1950).

2. Perilaku yang Tidak Terorganisasi dan Tidak Sesuai

Perilaku yang tidak terorganisasi dan tidak sesuai, yang memiliki rentang mulai dari

kebodohan kanak-kanak, hingga agitasi yang kasar dan tidak dapat diprediksi. Seorang

penderita dapat memakai 3 mantel dan sarung tangan di hari yang panas. Mulai mengumpulkan

sampah, atau menyimpan sisa-sisa makanan.

3. Penyakit Pada Kemampuan Kognitif

Mereka yang menderita skizofrenia memiliki kemampuan yang jauh lebih rendah

dibandingkan mereka yang sehat pada berbagai domain kognitif, terutama pembelajaran verbal

dan pemanggilan kembali kata-kata dan cerita, bahasa, persepsi, memori kerja, seleksi atensi

dan pemecahan, masalah (Barch, 2003).

Pembicaraan mereka seringkali memiliki kwalitas yang miskin; mereka hanya memberikan

jawaban yang singkat dan kosong dalam suatu percakapan, yang disebabkan oleh kekurangan

pemikiran, dan bukan karena keengganan untuk berbicara. Banyak dari gangguan kognitif

tersebut muncul pada anak-anak yang rentan jauh sebelum terjadi gangguan skezofrenia yang

sebenarnya dan akan berakhir setelah gejala-gejala psikotik pada pasien menghilang sebagai

akibat dari proses pengobatan ( Heinrichs, 2005).

4. Pendataran Afek

Mereka seperti orang yang mengenakan topeng karena tidak memperlihatkan emosi pada

saat mereka mestinya memperlihatkannya. Mereka mungkin akan menatap dengan pandangan

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 19: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

19

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

kosong ke arah Anda, berbicara dengan datar dan tanpa nada, dan tampak tidak terpengaruh

oleg segala hal yang terjadi di sekitarnya. Tetapi, meskipun tidak bereaksi seara terbuka

terhadap berbagai situasi emosional, mereka mungkin memberikan respon secara batiniah.

5. Avolisi

Dengan mengombinasikan awalan a yang berarti ”tanpa” dan volition yang berarti “Tindakan

yang menunjukkan kemauan,memilih, atau memutuskan”, kata avolition (avolisi) berarti ketidak

mampuan untuk memulai atau mempertahankan berbagai macam kegiatan. Penderita gejala ini

(yang juga sering disebut apathy) menunjukkan minat yang rendah untuk melakukan sesuatu,

bahkan fungsi-fungsi dasar sehari-hari, termasuk kesehatan pribadi.

6. Alogia

Dari kombinasi antara a (tanpa ) dan logos (kata), alogia mengacu pada relatif ketiadaan

pembicaraan. Orang dengan alogia mungkin merespn pertanyyan dengan jawaban-jawaban

pendek yang isinya terbatas dan mungkin tampak tidak tertarik untuk bercakap-cakap. Sebagai

contoh, untuk pertanyan, “apakah andamemiliki anak?”, kebanyakan orang tua akan menjawab,

“o,ya. Saya memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki saya berumur 6 tahun dan

anak perempuan saya 12 tahun. “ dalam percakapan dibawah ini, seseorang dengan alogia akan

menjawab pertanyaan yang sama dengan cara seperti ini :

Pewawancara : Apakah anda memiliki anak?

Klien : Iya.

Pewawancara : Berapa jumlah anak anda?

Klien : Dua.

Pewawancara : Berapa umurnya?

Klien : Enam dan Duabelas.

Defisiensi dalam komunikasi semacam itu diyakini mencerminkan adanya gangguan pikiran

negatif dan bukan keterampilan komunikasi yang tidak adekuat. Sebagin peneliti, misalnya,

menyatakan bahwa penderita alogia mungkin mengalami kesulitan untuk menemukan kata-kata

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 20: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

20

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

yang tepat untuk memformulasikan pikirannya (Alpert, Clark, dan Pouget,1994). Kadang-kadang

alogia berbentuk komentar yang terlambat atau respon yang lambat terhadap pertanyaan yang

diajukan. Berbicara dengan orang-orang yang memanifestasikan gejala ini bisa sangat membuat

frustasi, membuat anda smerasa seolah-olah harus “ menarik gigi ” untuk membuat mereka mau

merespon.

F. Subtipe Schizofrenia

Tiga pembagian masih digunakan sampai sekarang: paranoid (waham kebesaran atau

persekusi, disorganized (atau hebephrenic; emosionalitas yang tidak matang), dan catatonic

(imobilitas dan agitasi yang gaduh). Penelitian mendukung pembagian skizofrenia menjadi

kategori-kategori ini, karena perbedaan diantara mereka memang dapat diidentifikasi (Ho, dan

kawan-kawan, 2003).

1. Tipe Paranoid

Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi

dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada

umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya

memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya. Delusi dan

halusinasinya biasanya memiliki tema tertetu, seperti grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV-

TR untuk memasukkan seseorang kedalam subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan

satu macam waham atau lebih, atau halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai

adanya disorganisasi dalam pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik,

atau afek datar, atau tidak pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a).

2. Tipe Terdisorganisasi

Kontras dengan tipe skizofrenia paranoid, para penderita skizofrenia tipe terdisorganisasi

memperlihatkan disrubsi yang tampak nyata dalam pembicaraan dan perilakunya. Mereka juga

memperlihatkan afek datar atau tidak pas, seperti tertawa dungu pada saat yang tidak tepat

(American Psychiateric Association, 2000a). mereka biasanya juga tampak self-absorbed

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 21: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

21

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

(Terserab) dan dapat menghabiskan banyak waktu untuk memandangi dirinya dicermin (Ho, dan

kawan-kawan,2003).

Bila ada delusi atau halusinasi, mereka cenderung tidak diorganisasikan diseputar tema

sentral tertentu, seperti pada tipe paranoid, tetapi lebih terfrakmetasi. Tipe ini sebelumnya

disebut tipe hebefrenik. Individu-individu dengan diagnosis ini menunjukkan tanda-tanda

kesulitan sejak usia dini, dan masalah mereka sering kali bersifat kronis, jarang menunjukkan

remisi ( perbaikan gejala) yang menjadi cirri bentuk-bentuk lain gangguan ini (Hardy-

Bayle.Sarfati, dan Passerieu,2003).

3. Tipe Katatonik

Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy

Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras

menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu dengan

skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan tubuh dan

wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association, 2000a).

Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan orang lain

(echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan tentang apakah

subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah (Mc Glashan dan

Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil kesuksesan obat-obat

neuroleptik.

4. Tipe Tak Terbedakan

Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan

mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki gejala-

gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid, terdisorganisasi/hebefrenik

atau katatonik.

5. Tipe Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 22: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

22

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi tidak

lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe residual.

Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh, mereka mungkin

memperlihatkan gejala-gejala residual “sisa”, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin

masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu

dapat meliputi menarik diri secara sosila, pikiran-pikiran ganjil, inaptivitas, dan efek datar.

Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan

yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin

berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang-

orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003). Penelitisn

lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe membantu kita

dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan lain juga ditandai oleh

perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest dengan cara yang sama

dengan skizofrenia.

6. Gangguan-gangguan Psikotik Lainnya

Perilaku-perilaku psikotik sebagai individu tidak pas benar bial ditempatkan dibawah judul

skizofrenia seperti yang baru saja didiskribsikan. Beberapa kategori gangguan lain

menggambarkan variasi-variasi signifikan tersebut.

G. Prevalensi dan Penyebab Schizofrenia

Mempelajari skizofrenia berarti mengungkapkan banyak tingkat yang harus kita uraikan

tentang apa yang membuat kita berperilaku dengan cara tertentu. Untuk mengungkap

penyebab gangguan ini, para peneliti mengungkap beberapa bidang :

o gen-gen yang mungkin terlibat pada skizofrenia,

o cara kerja kimiawi obat-obatan yang mungkin dapat membantu banyak orang yang

mengalami gangguan ini, dan

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 23: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

23

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

o abnormalitas cara kerja penderita skizofrenia (Sawa dan Synder, 2002). Menelaah

beberapa teknik mutakhir untuk mengetahui beberapa pengaruh biologis maupun

psikososial sebuah proses yang mungkin kadang-kadang berjalan sangat lambattetapi

akan membawa wawasan (insight) baru bagi pemahaman tentang psikopatologi

gangguan ini.

Statistik

Skizofrenia kadang-kadang bertentangan dengan kesederhanaan yang kita inginkan. Kita

tahu betapa berartinya gejala yang mungkin diperlihatkan oleh individu-individu yang semuanya

dapat dianggap mengalami gangguan ini. Pada sebagian orang, gejala-gejala ini berkembang

dengan lamban. Pada sebagian lainnya, gejala-gejala itu dapat muncul secara tiba-tiba.

Skizofrenia pada umumnya bersifat kronis. Kebanyakan orang dengan gangguan ini mengalami

kesulitan untuk berfungsi di masyarakat. Kesulitan ini terutama berlaku begi kemampuan mereka

untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak membangun atau

mempertahankan hubungan yang signifikan, sehingga banyak penderita Skizofrenia yang tidak

pernah menikah atau mempunyai anak. Berbeda dengan delusi pada penderita gangguan-

gangguan psikoyik lain, delusi pada penderita skizofrenia cenderung berada di luar semesta

kemungkinan. Terakhir, meskipun individu dengan skizofrenia membaik setelah penanganan,

mereka cenderung tetap akan mengalami berbagai kesulitan sepanjang hidupnya.

Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan

perempuan. Prevalensinya diantara populasi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai

1,5%. Secara rata-rata, harapan hidup mereka sedikit lebih rendah, sebagian karena lebih

tingginya angka bunuh diri dan kecelakaan di kalanan penderita skizofrenia (Ho, dan kawan-

kawan, 2003). Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia diantara

laki-laki dan perempuan, perbedaan diantara kedua jenis kelamin dalam hal umur onset-nya

jelas. Bagi laki-laki, kemungkinan onset-nya menghilang sejalan dengan pertambahan umur,

tetapi masih tetap dapat muncul setelah umur 75 tahun. Onset untuk perempuan lebih rendah

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 24: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

24

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

dibanding laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan onset-nya menjadi terbalik,

sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia lanjut bila

dibandingkan dengan laki-laki (Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993). Perempuan

tampaknya menunjukkan hasil yang lebih menggembirakan dibandingkan dengan laki-laki (Ho,

dan kawan-kawan, 2003).

Para pekerja kesehatan mental biasanya menggunkan sebuah sistem klasifikasi yang

diintroduksikan pada pertengahan tahun 1970-an oleh Strauss, Carpenter, dan Bartko (1974).

Sistem klasifikasi ini menekankan pada gejala-gejala positif, negatif, dan disorganisasi. Timothy

Crow mengolaborasi pendekatan ini dan menyatakan bahwa skizofrenia dapat

didikotomisasikan menjadi dua tipe (Crow 1980, 1985), berdasarkan berbagai karakteristik,

termasuk gejalanya, responnya terhadap pengobatan, hasilnya, dan ada atau tidak adanya

hendaya intelektual. Tipe I berhubungan dengan gejala-gejala seperti halusinasi, delusi,

respon yang baik terhadap pengobatan, prognosis yang optimistik, ketiadaan hendaya

intelektual. Sebaliknya, tipe II meliputi penderita gejala-gejala negatif berupa afek datar dan

miskin bicara serta memperlihatkan respon yang aktif terhadap pengobatan, prognosisnya lebih

pesimis ada hendaya intelektual. Meskipun bukan tanpa (Andreasen dan Carpenter, 1993),

model Crow mempengaruhi pemikiran tentang sifat skizofrenia yang berlaku saat ini.

Perkembangan

Semakin banyak terhadap perkembangan skizofrenia yang diberikan (Asarnow, 1994;

Walker, 1991) mungkin akan memperjelas penyebabnya. Penelitian menunjukkan bahwa anak-

anak yang menderita skizofrenia menunjukkan bahwa anak-anak yang kelak menderita

skizofrenia menunjukkan beberapa tanda abnormal sebelum mereka memperlihatkan gejala-

gejala skizofrenia yang khas (Fish, 1987). Reaksi emosional mereka mungkin abnormal, dengan

lebih sedikit afek positif dan lebih banyak afek negatif dibanding saudara-saudara kandungnya

yang tidak mengalaminya (Walker, dan kawan-kawan, 1993). Ingat, bahwa meskipun umur

onset-nya bervariasi, skizofrenia pada umumnya muncul pada masa dewasa awal. Bila faktor-

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 25: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

25

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

faktor penyebabnya sudah muncul pada usia dini, mengapa gangguan itu baru muncul pada usia

lanjut?

Mungkin kerusakan otak yang terjadi pada periode perkembangan awal menjadi penyebab

skizofrenia yang kelak akan dialami (McNeil, Cantor-Grae, dan Weinberger, 2001). Tetapi, alih-

alih mengakibatkan kemunduran progresif yang segera tampak, kerusakan itu mungkin tetap

“tertidur” (tidak aktif) sampai pada periode perkembangan lebih lanjut, ketika tanda-tanda

skizofrenia muncul pada pertama kalinya. Beberapa penelitian menemukan bahwa penderita

skizofrenia yang memperlihatkan tanda-tanda awal abnormalitas pada saat dilahirkan dan

selama masa kanak-kanak awal cenderung menunjukkan kondisi yang lebih baik dibanding yang

tidak (Torrey, Bowler, Taylor, dan Gottesman, 1994). Salah satu interpretasi teuan ini dalah

bahwa semakin dini kerusakan itu terjadi semakin banyak waktu yang diilii otak untuk

mengompensasinya, sehingga menghasilkan gejala-gejala yang lebih ringan pula.

Perspektif rentang hidup barang kali paling tidak dapat mengungkapkan sebagian dari

perkembangan skizofrenia (Belitsky dan McGlashan, 1993). Salah satu diantara beberapa studi

yang mengikuti para penderita skizofrenia sampai usia lanjut, para peneliti menelusuri kehidupan

52 orang selama kurun waktu 40 tahun (Winokur, Pfohl, dan Tsuang, 1987). Temuan umum

mereka adalah bahwa orang-orang dewasa yang lebih tua cenderung memperlihatkan lebih

sedikit gejala positif, seperti delusi dan halusinasi, dan lebih banyak gejala negatif, seperti

kesulitan berbicara dan kognitif.

Kekambuhannya juga dapat dipertimbangkan dalam mendiskusikan tentang rangkaian

(course) dari skizofrenia. Sayangnya, bayak orang yang membaik setelah mengalami sebuah

episode skizofrenia kelak akan mengalami gejala-gejala itu lagi. Kebanyakan penderita

skizofrenia berfluktuasi antara hendaya tingkat berat dan tingkat sedang sepanjang hidupnya.

(Harrow, Sands, Silverstein, dan Goldbergm 1997).

Faktor-faktor Kultural

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 26: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

26

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Karena skizofrenia sangat komplek,diagnosisnya bisa controversial. Sebagian pihak

berpendapat bahwa “skizofrenia” tidak benar-benar ada. Skizofrenia hanya label bernada

menghina bagi orang-orang yang berperilaku diluar norma cultural yang berlaku (misalnya,

Laing, 1967;Sarbin dan Marcuso,1980;szasz,1961). Mekipun ide bahwa skizofrenia hanya ada di

benak para profesional kesehatan mental ini sangat provokatif, tetapi pandangan ekstrim ini

bertentangan dengan pengalaman. Kami memiliki banyak kontak dengan orang-orang yang

mengalami gangguan ini maupun dengan keluarga dan teman-temannya. Begitu besarnya

kepedihan emosional yang diakibatkan oleh skizofrenia menjadi bukti mutlak eksistensiny. Di

samping itu, banyak orang di berbagai budaya yang sangat berbeda menunjukkan gejala-gejala

skizofrenia. Hal ini mendukung gagasan bahwa skizofrenia adalah kenyataan bagi banyak orang

di seluruh dunia (Ihara, Berrios, dan McKenna,2003;Patel dan Andrade,2003). Oleh sebab itu

skizofrenia bersifat universal, menimpah semua kelompok ras dan kultural yang telah diteliti

samapai sejauh ini.

Tetapi, jalur dan akibat skzofrenia bervariasi dari budaya ke budaya. Sebagai contoh, di

Kolombia, India, dan Nigeria, lebih banyak orang yang mengalami kemajuan signifikan atau

sembuh sama sekali disbanding di Negara-negara lain (leff, Sartorius, Jeblensky, Korten, dan

Ernberg,1992). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi kultural atau pengaruh biologis

yang meninjol seperti imunisasi. Tetapi kita belum dapat menjelaskan mengapa timbul akibat-

akibat yang berbeda.

Di Amerika Serikat, lebih banyak orang Afrika-Amerika yang menerima diagnosis skizofrenia

disbanding orang kulit putih ( Lindsey dan Paul, 1989). Penelitian di Inggris maupun Amerika

Serikat menunjukkan bahwa orang-orang dari kelompok-kelompok etnis minoritas yang dinilai

lebih rendah( Afro-Karibia di Inggris dan Afrika-Amerika di AS) mungkin merupakan korban bias

dan stereotip (Jones dan Gray, 1986;Lewis. Croft-Jeffreys, dan Anthony,1990). Dengan kata lain

mereka lebih bayak menerima diagnosis skizofrenia dibanding para anggota kelompok dominan.

Sebuah studi prospektif mengenai skizofrenia diantara berbagai kelompok etnis di London

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 27: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

27

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

menemukan bahwa meskipun akibat skizofrenia diantara kelompok-kelompok ini tampak mirip,

orang kulit hitam lebih banyak yang ditahan diluar kemauannya, dijebloskan ke ruamah sakit jiwa

oleh polisi dan diberi suntikan emergensi (Goater, dan kawan-kawan, 1999).

Oleh karena itu, angka-angka skizofrenia yang berbeda-beda itu bisa jadi disebabkan oleh

misdiagnosis , kekeliruan diagnosis, dan buakan benar-benar karena perbedaan kultural. Tetapi,

faktor lain yang memberikan kontribusi pada ketidakseimbangan ini ditemukan dalam kemajuan

pengetahuan di bidang genetika. Mungkin ada varian-varian genetic yang unik untuk kelompok

ras tertentu yang memberiakan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia ( Glatt , Tampilic,

Christie, DeYoung dan Freimer, 2004), sebuah faktor yang akan kami eksplorasi dibagian

berikutnya.

Pengaruh Genetik

Kami dapat mengatakan bahwa tidak ada bidang psikologi abnormal lain yang sejelas

fenomenon skizofrenia dalam mengilustrasikan kompleksitas yang luar biasa dan misteri

pengaruh genetic terhadap perilaku ( Basset, Chow, Waterworth, dan Brzustowicz, 2001).

Terlepas dari kemungkian bahwa skizofrenia adalah beberapa gangguan yang berbeda, aman

bagi kita untuk membuat sebuah generalisasi : Gen-gen bertanggung jawab membuat sebagian

individu rentang terhadap skizofrenia.

Kita akan melihat berbagai temuan penetian dari keluarga, orang-orang kembar, orang-

orang yang diadobso, anak-anak dari orang-orang kembar, dan studi- studi tentang keterkaitan

dan asosiasi ( Faraone, Tsuang, dan Tsuang, 1999). Kami akan menyimpulkannya dengan

mendiskusiakan tentang berbagai alasan bahwa tidak ada satu gen tunggalpun yang

bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling berkombinasi

untuk menghasilkan kerentangan.

Family Studies

Pada 1938, Franz Kallmann mempublikasikan sebuah studi besar tentang keluarga para

penderita skizofrenia ( Kallman, 1938). Kallman meneliti para anggota keluarga dari 1000 orang

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 28: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

28

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

yang didiagnosis dengan skizofrenia di rumah sakit jiwa Berlin. Beberapa temuannya masih tetap

dijadikan pedoaman bagi penelitian-penelitian tentang skizofrenia. Kallman menunjukkan bahwa

tingkat keparahan gangguan orang tua mempengaruhi kemungkinan anaknya untuk mengalamai

skizofrenia.

Semakin parah skizofrenia orang tuanya, semakin besar kemungkinan anak-anaknya untuk

mengembangkan gangguan yang sama. Temuan lain yang juga penting adalah bahwa semua

bentuk skizofrenia ditemukan dalam keluarga. Dengan kata lain, Anda tidak mewarisi

predisposisi untuk, misalnya, skizofrenia paranoid. Tetapi, Anda mungkin mewarisi predisposisi

umum untuk mengalami skizofrenia yang manifest dalam bentuk yang sama atau berbeda

dengan orang tua Anda.

Penelitian yang lebih mutakhir membenarkan observasi ini dan menunjukkan bahwa

keluarga-keluarga yang memiliki anggota dengan skizofrenia beresiko bukan untuk mengalami

skizofrenia saja atau untuk mengalami semua jenis gangguan psikologi lainnya; tetapi,

tampaknya ada resiko familia bagi spektrum gangguan-gangguan psikotik yang terkait dengan

skizofrenia.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 29: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

29

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

= = = Pembahasan = = =

A.Schizofrenia Paranoid

Gambar Penderita Schizofrenia Paranoid

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 30: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

30

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Contoh Kasus I Schizofrenia Paranoid

ARTHUR ( Menyelamatkan Anak-anak )

Kami bertemu Arthur, 22 tahun, untuk pertama kalinya di sebuah klinik untuk pasien

rawat-jalan di sebuah rumah sakit jiwa. Keluarga Arthur sangat prihatin dan gundah

menghadapi perilakunya yang tidak lazim dan berusaha keras untuk membantunya. Mereka

mengatakan bahwa putranya “sakit” dan “berbicara seperti orang gila”, dan mereka takut bila

suatu saat Arthur akan mencelakai dirinya sendiri.

Arthur memiliki masa kanak-kanak yang normal di lingkungan suburban kelas-

menengah. Pernikahan orang tuanya cukup bahagia sampai ayahnya meninggal beberapa

tahun silam. Arthur tergolong siswa rata-rata di sekolah dan telah menyerlesaikan gelar

associate di sebuah perguruan tinggi. Keluarganya tampaknya mengira bahwa Arthur

menyesal karena tidak dapat mencapai gelar bachelor-nya. Arthur pernah bekerja di sejumlah

pekerjaan yang sifatnya temporer, dan menurut ibunya Arthur cukup puas dengan yang

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 31: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

31

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

dikerjakannya. Ia tinggal dan bekerja di sebuah kota besar yang berjarak 15 menit dari rumah

ibu dan saudara-saudara tirinya.

Keluarga Arthur mengatakan bahwa sekitar 3 minggu sebelum datang ke klinik

bicaranya mulai aneh. Ia telah berhenti bekerja sejak beberapa hari sebelumnya karena

kebijakan pengurangan produksi di tempat kerjanya. Ia juga telah berhenti berkomunikasi

dengan keluarganya selama beberapa hari. Ketika kemudian berbicara lagi dengannya,

perilakunya membuat keluarganya benar-benar terkejut. Meskipun sebelumnya ia memang

selalu bersikap idealistis dan sangat bersemangat untuk menolong orang-orang lain,

sekarang ia berbicara tentang keinginannya untuk menyelamatkan semua anak kelaparan di

seluruh dunia dengan “rencana rahasianya”. Pada mulanya keluarganya berasumsi hanya

gurauan yang sarkastik, tetapi tingkah lakunya kemudian berubah ke arah ekstrim. Ia mulai

membawa-bawa buku catatan yang dikatakannya berisi skema yang dirancangnya untuk

menolong anak yang kelaparan. Ia mengatakan bahwa skema itu hanya akan

diungkapkannya di waktu dan kepada orang yang tepat. Curiga bahwa Arthur mungkin telah

menggunakan obat-obatan, yang dapat menjelaskan perubahan perilakunya yang begitu tiba-

tiba dan dramatis, keluarganya mendatangi apartemennya. Meskipun tidak menemukan bukti

apa pun yang mengarah ke penggunaan obat, mereka menemukan checkbook – nya dan

melihat sejumlah entry yang aneh. Selama beberapa minggu setelah itu, tulisan tangan Arthur

semakin jelek dan ia mulai menulis catatan-catatan dan bukan informasi-informasi

pemeriksaan seperti lazimnya (misalnya, “Sekarang sudah mulai”; “Ini penting”; “Mereka

harus diselamtakan”). Ia juga membuat catatan di sebagian besar prized book-nya, sebuah

perkembangan yang menunjukkan penghormatan yang tidak wajar kepada buku-buku itu.

Dan hari ke hari Arthur semakin menunjukkan perubahan emosi, sering menangis dan

tampak merasa sangat khawatir. Ia tidak mau lagi mengenakan kaos kaki dan pakaian dalam

dan, meskipun cuaca saat itu sangat dingin, ia tidak mau mengenakan jaket ketika keluar

rumah. Dengan dipaksa keluarganya, ia pindah ke apartemen ibunya. Waktu tidurnya sangat

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 32: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

32

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

sebentar dan membuat keluarganya tidak bisa tidur hingga dini hari. Ibunya mengatakan

bahwa rasanya seperti hidup dalam mimpi buruk. Setiap pagi ia bangun dengan perasaan

yang tidak enak di perutnya. Rasanya ia tidak ingin bangkit dari tempat tidurnya karena

merasa sangat tidak berdaya untuk menyelamatkan Arthur dari distress beratnya.

Ketakutan keluarganya semakin besar ketika Arthur mengungkapkan lebih banyak detail

dari “rencana rahasianya”. Ia mengatakan bahwa akan pergi ke kedutaan Jerman karena

itulah satu-satunya tempat dimana orang mau mendengarkannya. Ia akan memanjat pagar

gedung kedutaan di malam hari saat semua orang sedang tidur dan mengemukakan

rencananya kepada Duta Besar Jerman. Takut bahwa Arthur akan terluka karena menerobos

masuk ke wilayah kedutaan besar itu, keluarganya lalu menghubungi rumah sakit jiwa

setempat. Mereka mendeskripsikan kondisi Arthur dan menanyakan tentang kemungkinannya

untuk dirawat di sana. Mereka sangat terkejut dan kecewa saat diberi tahu bahwa mereka

tidak dapat menempatkan Arthur di rumah sakit jiwa di luar kemampuannya, kecuali bila

Arthur beresiko membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Takut bahwa Arthur akan

celaka bukan alasan yang cukup kuat untuk menempatkannya di rumah sakit jiwa di luar

kemampuannya.

Keluarganya akhirnya berbicara dengan Arthur dalam pertemuan dengan staf di klinik

untuk pasien rawat-jalan. Selama wawancara, jelas dia delusional, sangat percaya bahwa ia

mampu menolong semua anak kelaparan di seluruh dunia. Setelah dibujuk, akhirnya saya

dapat meyakinkannya untuk mau menunjukkan buku-bukunya. Ia telah menuliskan berbagai

pikiran acak (misalnya, “Jiwa yang miskin dan kelaparan”; “Bulan adalah tempat satu-

satunya”) dan membuat gambar-gambar pesawat roket. Bagian dari rencananya termasuk

membangun pesawat roket untuk pergi ke bulan, dimana disana ia akan membangun

masyarakat untuk semua anak kurang gizi, tempat dimana mereka dapat tinggal dan diberi

bantuan. Setelah memberikan beberapa komentar pendek mengenai rencanaya, saya mulai

menanyakan tentang kesehatannya.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 33: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

33

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

“Anda tampak letih. Apakah tidur anda tidak cukup?”

“Tidur itu sebenarnya tidak perlu,” katanya.

“Rencana saya membutuhkan banyak waktu. Kalau semuanya sudah selesai saya bisa

beristirahat sepuas-puasnya.”

“Keluarga anda mengkhawatirkan diri Anda.” kata saya. “Apakah anda dapat memahami

keprihatinan mereka?”

“Penting bagi semua orang yang peduli untuk bersatu, bergabung bersama,” jawabnya.

Sambil berkata begitu ia bangkit dan berjalan meninggalkan ruang praktik, meninggalkan

klinik, setelah mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan segera kembali. Setelah 5

menit berlalu dan ia belum juga kembali, keluarganya mencarinya tetapi ia telah menghilang.

Ia menghilang selama dua hari, yang membuat keluarganya sangat khawatir terhadap

kesehatan dan keselamatannya. Nyaris secara ajaib, keluarganya menemukannya sedang

berjalan di jalanan tengah kota. Ia bertingkah laku seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Buku-

buku catatan dan rencana rahasianya pun turut menghilang.

Contoh Kasus II Schizofrenia Paranoid

David ( Halusinasi Pendengaran )

David sering mengalami halusinasi pendengaran, biasanya berupa suara mendiang

pamannya. Ketika david mendengar suara yang didengarnya sebagai suara Paman Bill, ia

sering tidak dapat memahami ucapan pamannya. Kadang- kadang suara itu sangat jelas :”

Paman menyuruh saya mematikan TV”. Ia bilang, `Terlalu keras , turunkan volumenya.’ Saat

lain ia berbicara soal memancing. Ini hari baik untuk memancing. Kita harus pergi

memancing. “ Anda dapat melihat dengan jelas saat David sedang mendengar suara-suara

itu. Ia biasanya sedang tidak melakukan apa-apa, duduk dan tersenyum seolah-olah sedang

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 34: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

34

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

mendengarkan seseorang sedang berbicara didekatnya, meskipun tidak ada siapapun di

sana.

= = = = = 0 = = = = =

Perilaku ini konsisten dengan hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orang-

orang cenderung mengalami halusinasi lebih sering saat tidak mengarjakan apa-apa atau

dalam keadaan terhalangi dari input-input sensorik. (misalnya,Margo,Hemsley,dan

Slade,1981)

Teori Schizofrenia Paranoid.

Para penderita skizoprenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena

delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh.

Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya

dan tidak teratur. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan

atau afek datar. Sering merasa iri hati, cemburu dan curiga. Umumnya emosinya beku, dan

mereka sangat apatis.

Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe

skizofrenia lainnya. Delusi dan halusinasinya biasanya memiliki tema tertentu, seperti

grandeur atau persekusi. Criteria DSM-IV-TR untuk memasukkan seseorang kedalam

subtype ini menyebutkan tentang preokupasi dengan satu macam waham atau lebih, atau

halusinasi pendengaran yang sering tetapi tanpa disertai adanya disorganisasi dalam

pembicaraan, atau disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, atau afek datar, atau tidak

pas, yang mencolok (American Psychiateric Association, 2000a).

Pasien tampaknya lebih “Waras” dan tidak sangat ganjil aneh jika dibandingkan dengan

penderita schizofrenia jenis lainnya. Akan tetapi pada umunya bersikap sangat bermusuhan

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 35: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

35

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

terhadap siapapun juga. Merasa dirinya penting besar grandieus. Sering sangat fanatik

religius secara berlebih-lebihan sekali. Kadang kala bersifat hipokhondris.

B.Schizofrenia Residual

Gambar I Penderita Schizofrenia Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 36: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

36

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Gambar II Penderita Schizofrenia Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 37: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

37

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Gambar III Penderita Schizofrenia Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 38: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

38

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Gambar IV Penderita Schizofrenia Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 39: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

39

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Gambar V Penderita Schizofrenia Residual

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 40: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

40

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Contoh Kasus Schizofrenia Residual

Pertama kali Tn. Kimpul mengalami skizofrenia pada usia 28 tahun dan sekarang Tn.

Kimpul sudah berusia 40 tahun. Awal Tn.Kimpul mengalami skizofrenia karena ditinggal

istrinya pergi.

Dulunya Tn.Kimpul tidak mempunyai pacar dan setelah akhirnya Tn.Kimpul mempunyai

pacar, mereka kemudian menikah. Pada usia 28 tahun Tn.Kimpul ditinggal istrinya pergi

tanpa alasan. Tn. Kimpul mengalami stress dan akhirnya menjadi gila(skizofrenia). Tn.kimpul

tidak mau pakaiannya diganti dengan pakaian yang lain ataupun yang baru. Tn. Kimpul suka

makan-makanan sisa yang ada ditempat sampah dan di pinggir jalan.

Teori Schizofrenia Residual

Orang-orang yang hanya pernah mengalami setidaknya satu episode skizofrenia tetapi

tidak lagi memanifestasikan gejal-gejala utamanya didiagnosa sebagai skizofrenia tipe

residual. Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau halusinasi yang aneh,

mereka mungkin memperlihatkan gejala-gejala residual “sisa”, seperti keyakinan-keyakinan

negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.

Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,

inaktivitas, dan efek datar.

Penelitian menunjukkan bahwa subtipe paranoid mungkin memiliki kaitan kekeluargaan

yang lebih kuat dibandingkan subtipe-subtipe lainnya. Disamping itu, orang-orang ini mungkin

berfungsi secara lebih baik sebelum maupun sesudah episode skizofrenia disbanding orang-

orang yang didiagnosa dengan subtipe-subtipe lainnya (Ho, dan kawan-kawan, 2003).

Penelitisn lebih lanjut akan menentukan apakah membagi skizofrenia menjadi lima subtipe

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 41: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

41

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

membantu kita dalam memahami dan menangani para penderitanya. Beberapa gangguan

lain juga ditandai oleh perilaku-perilaku psikotik, seperti halusinasi dan delusi tidak manifest

dengan cara yang sama dengan skizofrenia.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 42: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

42

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

C. Schizofrenia Katatonik

Gambar I Penderita Schizofrenia Katatonik

o Teriak-teriak di jalan.

o Sering berjalan-jalan tanpa tujuan.

Gambar II Penderita Schizofrenia Katatonik

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 43: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

43

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

o Teriak-teriak.

o Jika diajak berhubungan seksual oleh siapapun, ia menurutinya.

Gambar III Penderita Skizofrenia Katatonik

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 44: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

44

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

o Suka mengajak berkelahi orang yang dilewatinya.

o Suka marah-marah.

Contoh Kasus I Schizofrenia Katatonik

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 45: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

45

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Analisis Gambar dan Kasus :

- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :

Tn. Suwandi didiagnosa mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau

dari kronologis peristiwa, disimpulkan bahwa Tn. Suwandi telah mengidap gangguan

jiwa sejak 10 tahun silam. Tn Suwandi pernah menjalani pengobatan di RSJ Sumber

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 46: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

46

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Porong selama 6 bulan, dan sembuh. Namun, kembali kambuh dikarenakan fakum dari

minum obat. Akibatnya Tn Suwandi menyerang tetangganya sendiri.

- Gejala yang timbul :

Menyerang seseorang tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.

Contoh Kasus II Schizofrenia Katatonik

Nama : Ny.Jirah

Umur : 30 tahun

Awalnya Ny.Jirah seorang penari di Desa X. Dia terkenal cantik, kaya, dan pintar menari

sehingga dia banyak tawaran manggung di berbagai tempat. Karena kecantikannya banyak

lelaki yang tertarik kepadanya. Pada saat manggung dia bertemu dengan seorang lelaki yang

bernama Tn. S, dan mereka menjalin hubungan. Awalnya lelaki itu sangat baik kepadanya

dan sangat mencintai Ny. Jirah.

Setelah lama menjalin kasih, ternyata Tn.S hanya mencintai harta Ny. Jirah. Setiap hari

Tn.S meminta uang dan benda kepada Ny,Jirah. Dan karena terlalu cintanya Ny. Jirah

kepada Tn. S dia tidak merasa bahwa si Tn. S hanya memanfaatkan/ mengincar hartanya

semata. Di sisi lain Ny. Jirah dan Tn. S belum mempunyai status yang jelas ( pernikahan).

Karena semakin tua Ny. Jirah tidak lagi mendapatkan tawaran manggung seperti dahulu.

Mengetahui uangnya semakin habis, Ny. Jirah baru menyadari bahwa dirinya hanya

dimanfaatkan oleh Tn. S. Karena terlambat menyadari hal tersebut harta Ny. Jirah pun habis,

dan Tn. S pergi meninggalkan Ny. Jirah. Semenjak itu Ny. Jirah stress dan berujung gila. Ny.

Jirah yang sekarang berumur 60 tahun lebih sering terlihat berjalan-jalan dan berteriak-teriak

sesukanya di sepanjang jalan yang ia lewati.

Teori Schizofrenia Katatonik

Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi yang tetap ( waxy

Flexybility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersifat membangkang dengan bersikeras

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 47: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

47

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

menolak usaha orang lain untuk menggerakkan/mengubah posisinya, individu-individu

dengan skizofrenia tipe katatonik kadang-kadang memperlihatkan tingkah ganjil dengan

tubuh dan wajahnya, termasuk grimacing (menyeringai) (American Psychiateric Association,

2000a). Mereka sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan

orang lain (echopraxia). Klaster perilaku ini relative jarang, dan ada beberapa berdebatan

tentang apakah subtipe ini tetap diklasifikasikan sebagai subtipe skizofrenia yang terpisah

(Mc Glashan dan Fenton,1991). Jarangnya kasus ini sebagian mungkin merupakan hasil

kesuksesan obat-obat neuroleptik.

D. Schizofrenia Hebefrenik

Gambar I Penderita Schizofrenia Hebefrenik

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 48: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

48

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Contoh Kasus Penderita Schizofrenia Hebefrenik

Nn. Kenik mempunyai masa kanak – kanak yang normal seperti anak – anak seusianya. Dia

menempuh pendidikan dari TK, SD, SMP dan SMA hingga lulus.

Ketika remaja (SMA) dia mencintai seorang laki- laki. Dia sangat berharap laki – laki tersebut

mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun, ternyata laki – laki tersebut telah memiliki

tambatan hati dan tidak mempunyai perasaan yang sama dengan Nn. Kenik. Hingga lulus SMA, Nn.

Kenik tetap mengharapkan laki – laki tersebut juga mempunyai perasaan yang sama dengannya.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 49: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

49

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Sekian lama waktu yang digunakan Nn. Kenik untuk menunggu, ternyata tidak bisa merubah perasaan

laki – laki tersebut.

Akhirnya pada usia 17 tahun Nn. Kenik suka menyendiri hingga akhirnya dia depresi dan

menderita skizofrenia. Hingga sekarang usianya 43 tahun, Nn. Kenik hanya diam dan menyendiri.

Dia tidak peduli dengan lingkungan dan kejadian apa yang ada disekitarnya.

Teori Penderita Schizofrenia Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa

muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas : pemalu dan senang menyendiri

( solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukakn diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu

selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini

memang benar bertahan :

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerism, atau

kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa

tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh

cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-

absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hati ( lofty manner), tertawa menyeringai

(grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondriakal, dan ungkapan kata yang di ulang-ulang (reiterated phrases);

Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta

inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikiran umum

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol ( fleeting and

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 50: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

50

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan

(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita ciri khas, yaitu

perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empety of puspose). Adanya suatu

preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak

lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Ada reaksi sikap dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa untuk kemudian

menangis tersedu-edu. Mudah tersinggung atau sangat irritable. Sering dihinggapi sarkasme

(sindiran tajam) dan jadi meledak-ledak marah atau jadi eksplositif tanpa suatu sebab.

Pikirannya selalu melentur, banyak tersenyum-senyum dan mukanya selalu perat-perot

(grimassen) tanpa ada satu stimulus. Halusinasi dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh,

pendek-pendek dan cepat berganti-ganti. Terjadi regresi total, jadi kekanak-kanakkan.

E.Schizofrenia Tidak Terdefinisi

Contoh Kasus dan Gambar I Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 51: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

51

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 52: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

52

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Analisis Gambar dan Kasus :

- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :

An. Riyansyah mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe tidak terdefinisi).

- Kronologi dan gejala yang timbul :

Ditinjau dari kronologis peristiwa, dapat disimpulkan bahwa An. R pada walnyaterlahir

dalam keadaan normal, namun kemudian dia menunjukkan sikap yang tidak terorganisasi

dan tidak sesuai yaitu menjasi seseorang yang cenderung pendiam. Kemudian menjelang

usia 2 tahun saat mulai belajar tengkurap dia sering membenturkan kepala ke dinding/

benda keras lain. Selain itu dia juga menggesek-gesekkan tubuh ke benda-benda di

sekelilingnya. Juga kebisaannya yang sering menyakiti dirinya sendiri (self injury) membuat

keluarganya terpaksa mengikat kaki dan tangan An. R.

Contoh Kasus dan Gambar II Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 53: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

53

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Analisis Gambar dan Kasus :

- Dari kasus di atas di diagnose bahwa :

Tn. Sutrisno mengidap gangguan jiwa (skizofrenia tipe katatonik). Ditinjau dari kronologis

peristiwa, dapat disimpulkan bahwa Tn Sutrisno mungkin mengalami tekanan mental yang

disebabkan tertangkapnya ia oleh petugas di Malaysia dikarenakan kedatangannya yang

haram / illegal di Malaysia. Ia dipulangkan dalam keadaan dirantai.

Contoh Kasus III Penderita Schizofrenia Tidak Terdefinisi

Seorang wanita berinisial R (25 tahun) pada tanggal 3 September 2011 dibawa ke

Rumah Sakit oleh kakak iparnya dengan keluhan suka marah-marah tanpa sebab dan

bepergian tanpa tujuan yang jelas. Diketahui selama dua minggu ia mengalami putus obat.

Kini, pasien terlihat dalam batas wajar. Anamnesis ditanggapi dengan baik dan ia menjawab

dengan relevan. Namun, ketika disinggung soal suami, pasien terlihat agak tidak suka. Dari

riwayat pasien, didapatkan bahwa pasien sudah mengalami gangguan jiwa sekitar 10 tahun

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 54: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

54

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

yang lalu, sering keluar-masuk RSJ, memiliki stressor sosial ingin memiliki suami, serta dari

riwayat keluarga terdapat gangguan yang sama pada kakak dari ibu dan saudara seppupu.

Terapi yang diberikan ialah haloperidol, THP (triheksiphenidil), dan clurilex (gol. clozapin).

Teori Schizofrenia “ Tidak Terdefinisi “

Orang-orang yang tidak pas benar dengan subtipe-subtipe diatas diklasifikasikan

mengalami skizofrenia tipe tak terbedakan. Mereka meliputi orang-orang yang memiliki

gejala-gejala utama skizofrenia tetapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid,

terdisorganisasi/hebefrenik atau katatonik.

= = = Intervensi = = =

A. Penanganan Schizofrenia

Mendiskripsikan tentang penanganan biologis dan psikologis untuk skizofrenia dan tujuan umum

terapi.

1. Intervensi Biologis

Selama lebih dari 100 tahun para peneliti berasumsi bahw skizofrenia membutuhkan bentuk

intervensi biologis tertentu. Email kraepelin, yang memebrikan deskripsi mengesankan tentang

dementia praecox pada akhir abad ke-19, melihat gangguan itu sebagaai sebuah penyakit

otak. Karena tidak ada penanganan biologis, ia secara rutin menyarankan kepada para dokter

untuk “ menggunakan kesabaran, perlakuan yang ramah , dan mengendalikan diri” untuk

menenangkan pasien yang gaduh (Nagel, 1991). Pendekatan ini hanya dipandang sebagai

sekedar cara temporer untuk membantu penderita melewati saat-saat yang sangat tidak

mengenakan dan tidak benar-benar dianggap sebagai sebuah cara penangganan.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 55: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

55

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Selama tahun 1930am , beberapa penanganan biologis baru dicobakan. Salah satu

pendekatan itu adalah dengan menyuntikan insulin dengan dosis masif-obat yang diberikan

dalam dosis kecil untuk menanggani diabetes untuk menginduksi koma pada orang-orang yang

mengalami skizofrenia. Insulin coma therapy saat itu dianggap mamapu menolong penderita,

tetapi pemeriksaan yang lebih cermat memeperlihatkan bahwa terapi tersebut dapat membawa

resiko besar berupa sakit serius dan bahkan kematian. Selama kurun waktu itu ,

psychosurgery, termasuk lobotomi prefrontal, diperkenalkan. Pada akir tahun 1930-an,

electroconvulsive therapy (ECT) (terapi konvulsi elektrik) diperkenalkan sebagai penanganan

untuk skizofrenia. Seperti halnyanya penanganan-penanganan drastis sebelumnya,

antusiasme awal terhadap ECT memudar karena metode ni kemudian diketahuitidak

menguntukan bagi sebagian besar penderita skizofrenia meskipun metode ini masih digunakan

pada sebagian kasus sampai hari ini (Fink dan Sackeim,1996). ECT kadang-kadang

direkomendasikan bagi orang-orang yang yang mengalami episode depresi berat .

2. Intervensi Psikososial

Secara historis, sejumlahnya penanganan psikososial telah dicobakan untuk skizofrenia,

yang mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan akibat masalah

adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman yang dialami diusia dini (Nagel,1991).

Banyak terapis menganggap bahwa individu-individu yang mampu mencapai insight mengenai

peran riwayat pribadinya akan mampu mengatasi berbagai situasi yang dihadapinya saat ini.

Meskipun para klinis yang memilih pendekatan terapi psikodinamika atau psikoanalitik terus

menggunakan penanganan semacam ini, penelitian menunjukkan bahwa hasil terbaik usaha

mereka paling banter adalah tidak bermanfaat dan hasil terburuknya adalah mebahayakan

(Mueser dan Berenbaum, 1990;Scott dan Dixon, 1995b).

Dewasa ini hanya sedikit yang percaya bahwa faktor-faktor psikologis semata dapat

menyebabkan orang-orang mengalami skizofrenia atau bahwa pendekatan psikoterapeutik

tradisional dapat menyembuhkan mereka.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 56: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

56

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Salah satu efek buruk skizofrenia adalah dampak negatifnya pada kemampuan orang

untuk berinteraksi dengan orang lain. Meskipun tidak sedramatis halusinasi dan delusi,

masalah ini dapat menjadi hendaknya paling mencolok yang diperlihatkan oleh penderita

skizofrenia dan dapat membuat mereka tidak mampu mendapatkan dan mempertahankan

pekerjaannya dan pertemanan. Para klinis berusaha untuk mengajarkan kembali berbagai

ketrampilan sosial seperti ketrampilan percakapan dasar,asertivitas, dan cara membangun

hubungan, kepada para penderita skizofrenia (Smith, Bellack, dan Liberman,1996).

Para orang dewasa penderita skizofrenia menghadapi berbagai kendala besar dalam

mempertahankan pekerjaan yang menghasilkan. Defisit ketrampilan sosial mereka membuat

performa kerja dan hubungan antarbilitasi vokasional, dapat membantu penanganan biologis

untuk skizofrenia. Kekambuhan yang signifikan dapat dihindari atau ditunda dengan

penanganan psikologis semacam itu . Studi-studi tentang penanganan skizofrenia sejak 1980

sampai 1992 yang diulas oleh sebuah kelompok (Fallon, Brooker, dan Graham-Hole,1992)

menemukan bahwa penanganan multilevel mengurangi jumlah kekambuhan di kalangan

orang-orang yang menerima penangan obat bila dibandingkan dengan dukungan sosial atau

upaya-upaya edukasional sederhana.

B. Pengobatan Schizofrenia

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan

kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita meuju ke kemunduran mental.

Terapis jangan melihat kepada penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu

makhluk yang aneh dan inferiod. Bila sudah dapat diadakan kontak, maka dilakukan bimbingan

tentang hal-hal yang praktis.

Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan

yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah atatupun di

luar rumah.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 57: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

57

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Keluara atau orang lain di lingkungan penderita diberi (manipulasi lingkungan) agar mereka

lebih sabar menghadapinya.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 58: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

58

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

1. Farmakoterapi

Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofreniayang

menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik

yang meningkat. Pada penderita paranoid trifluoperasin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiasin

biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila masih tetap ada waham dan

halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta

dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.

Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi,

jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali,

maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.

Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dengan jangka waktu yang

tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga

pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes

meitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala

sampingan.

2. Terapi Elektro-konvulsi ( TEK )

Seperti juga dengan terapi konvulsii yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui

dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia

dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah

seranganyang akan dating.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 59: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

59

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Bila dibandingan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi secara

ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulan, bahaya lebih

kurang, lebih murah dan tidak membutuhkan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin.

TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya

mengecewakan,bila gejala hanya ringan lancar diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi leboh

berat.

3. Terapi Koma Insulin

Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan kepada permulaan penyakit, hasilnya

memuaskan. Presentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 bulan setelah

penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skezifrenia

paranoid.

4. Psikoterapi dan Rehabilitasi

Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan ada

yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat

menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual

atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke

masyarakat.

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita

lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik

diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan

atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas

atau bermain music bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga,

maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu sudah ditentukan.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 60: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

60

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin diatur sedemikan rupa sehingga ia

tidak mengalami stress terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan

sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhannya apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan

itu akan penuh atau tidak.

5. Lobotomi Prefrontal

Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat

mengganggu lingkungannya.

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan

Page 61: Psikologi ( SKEZOFRENIA )

61

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun

= = = daftar pustaka = = =

Durand, V. Mark & David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi Keempat. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Kartono Kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung : CV. Mandar Maju

Maramis, W.F. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press

Wade, Carole. 2007. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta : Airlangga

“ Skizofrenia “ , Psikologi , Kelompok 1 , Tingkat 2A , D3 Kebidanan