psikologi penelitian

download psikologi penelitian

of 2

description

penjelasan

Transcript of psikologi penelitian

Ontologi

Obyek filsafat ialah segala sesuatu, meliputi kesemestaan. Scope filsafat yang amat luas dan tak terbatas obyeknya itu, perlu adanya pembidangan untuk intensifikasi penyelidikan. Pembidangan atau sistematika filsafat yang pertama adalah Ontologi.

Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Metafisika ini disebut juga sebagai prote-filosifia atau filsafat pertama. Sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakekat sesuatu. Manusia dalam antar aksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan=-pertanyaan filosofis. Apakah sesungguhnya hakekat realita yang ada ini. Apakah realita yang menampak ini suatu realita materi saja. Ataukah ada sesuatu di balik realita itu, suatu rahasia alam. Apakah wujud semesta ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah hakekat semesta ini adalah perubahan semata-mata. Apakah realita ini terbentuk atas satu unsure (monisme); atau dua unsur (dualisme). Ataukah lebih dari dua unsur, yakni serba banyak (pluralisme).

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan metafisis atau ontologism. Sesuatu realita sebagai suatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu tubuh, satu eksistensi. Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni keseluruhan sifatnya; dan yang utama dari perwujudan itu adalah eksistensinya. Wujud atau adanya sesuatu adalah primer, sedang sifat-sifat yang lain adalah sekunder. Berarti eksistensi suatu realita adalah fundamental, sedang sifat-sifat yang lain adalah sesuatu yang accidental, atau suatu atribut saja. Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and being) (Brameld, 1955: 28).

Pandangan ontology ini secara praktis akan menjadi masalah utaqma di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan dunia lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu menghadapi realita dan obyek pengalaman.

Melalui realita (ontologi), peserta didik secara sistematis dibina potensi berpikir kritis untuk mengerti kebenaran.Implikasi pandangan ontology di dalam pendidikan ialah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya dan isisnya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari; melainkan sebagai suatu yang tak terbatas, realitas fisik, spiritual, yang tetap dan yang berubah-ubah (dinamis) (Runes, 1963: 219-230).

Epistemologi dan Aksiologi

Sedemikian luas dan jauh, dunia pendidikan dianggap sebagai proses penyerahan kebudayaan pada umumnya, khususnya ilmu pengetahuan. Timbul pertanyaan, apakah sesungguhnya ilmu itu, dari mana sumber ilmu itu, bagaimana proses terjadinya dan sebagainya. Persoalan ini secara mendalam dibahas oleh epistemology. Epistemologi ialah suatu cabang filsafat yang membahas sumber, proses, syarat, batas, validitas, dan hakekat pengetahuan.

Dalam sebuah analisa mengenai filsafat, ilmu dan filsafat pendidikan dalam bukunya yang berjudul: Introduction to Philosophy of Education, Stella Van Petten Henderson (1964) mengemukakan, bahwa filsafat selalu berusaha untuk memahami segala sesuatu yang timbul dalam spectrum pengalaman manusia, dan berusaha untuk memperoleh pandangan yang luas (kompprehensif) mengenai alam, dan mampu memberikan penerangan yang universal mengenai hakekat benda-benda (segala sesuiatu).

Pandangan epistemology tentang pendidikan akan membahas banyak persoalan-persoalan pendidikan, seperti kurikulum, teori belajar, strategi pembelajaran, bahan atau sarana-prasarana yang mengantarkan terjadinya proses pendidikan, dan cara m,enentukan hasil pendidikan.

Berdasarkan pandangan tersebut diperlukan prisip tertentu apakah dianggap baik atau tidak isi dari pengetahuan tersebut, maka epistemology memerlukan pandanghan aksiologi. Aksiologi (axiology), suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Brameld (1955) membedakan tiga bagian, yaitu:

Moral conduct, tidak moral; bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.

Esthetic expression, ekspresi keindahan, yang melahirkan estetika.

Socio-political life, kehidupan sosio-politik; bidang ini melahirkan filsafat sosio-politik.

Nilai dan implikasi aksiologi didalam pendidikan di dalamnya teknologi pendidikan- ialah to examine and integrate these values as they enter into the lives of people through the chanels of the schools (Brameld, 1955: 33). (Pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya di dalam kepribadian anak.