Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ......

28
Sekapur sirih tentang Psikologi Pendidikan Psikologi Pendidikan yang merupakan ilmu bantu untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran, wajib dikenal dan dikuasai oleh para pendidik agar pendidikan yang kita laksanakan dapat mencapai hasil yang memuaskan. Bila kita ingin mempelajari Psikologi Pendidikan, maka kita mau tidak mau akan membicarakan dulu tentang istilah ”Psikologi”. Istilah ”Psikologi” berasal dari kata-kata Yunani ’psyche’ artinya jiwa dan ’logos’ artinya ilmu, bila digabungkan kedua kata itu menjadi ”Psikologi” artinya Ilmu Jiwa. Pemahaman Psikologi sebagai suatu ilmu tentu bersifat dinamis, karena ciri khas suatu ilmu adalah selalu terus-menerus berkembang mendifinisikan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan jalan pikiran manusia menurut zamannya. Berdasarkan sejarah Psikologi, pada awal perkembangnnya sangat sarat dengan filosofis, dimana aspek-aspek yang menjadi pusat kajian adalah : Apakah manusia itu?, apakah hidup itu?, mengapa dan untuk apa manusia hidup?. Namun pada abad XVII dengan dimotori oleh Descartes mencoba menyelidiki difokuskan kajian psikologi pada gejala-gelaja kesadaran manusia. Hal-hal yang berhubungan diluar kesadaran manusia (penginderaan, pengamatan, fantasi, ingatan, pikiran, perasaan) di anggap tidak berarti, namun dalam perkembangannya semua pandangan tentang konsep psikologi ini ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman. Perkembangan psikologi selanjutnya menunjukkan pengakuan bahwa di samping ’kesadaran’ terdapat pula ’ketidaksadaran’, dan bahwa kedua aspek tersebut diakui mempunyai pengaruh yang sama terhadap manusia. Dalam Pengertian Psikologi lama manusia dipandang sebagai obyek yang tidak berbeda dengan obyek ilmu alam, ilmu pasti atau suatu kumpulan gejala fisiologis belaka, namun perkembangan psikologi modern menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang terus menerus merealisasikan diri dalam suatu lingkungan (alam), yang selalu berinteraksi dengan alam sekitarnya. Manusia bukan hanya sekedar ”hidup”, tetapi manusia juga bereksistensi. Psikologi pada akhirnya menjadi suatu ilmu yang obyeknya adalah tingkahlaku dan penghayatan manusia dalam hubungannya dengan situasinya.(Samuel Soeitoe.1982:2). Sebagai cabang psikologi, maka psikologi pendidikan mempelajari proses- proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia. Bila Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia beserta latar belakangnya dalam hubungan dengan lingkungannya, maka pendidikan diartikan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak yang sedang berkembang baik fisik, psikis maupun sosialnya Jadi Psikologi Pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan ialah mempelajari tingkahlaku manusia dan perubahan tingkah laku itu sebagai akibat proses dari pendidikan (melalui bimbingan). Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisa, menerangkan dan memimpin proses pendidikan

Transcript of Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ......

Page 1: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Sekapur sirih tentang Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan yang merupakan ilmu bantu untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran, wajib dikenal dan dikuasai oleh para pendidik agar pendidikan yang kita laksanakan dapat mencapai hasil yang memuaskan.Bila kita ingin mempelajari Psikologi Pendidikan, maka kita mau tidak mau akan membicarakan dulu tentang istilah ”Psikologi”.Istilah ”Psikologi” berasal dari kata-kata Yunani ’psyche’ artinya jiwa dan ’logos’ artinya ilmu, bila digabungkan kedua kata itu menjadi ”Psikologi” artinya Ilmu Jiwa. Pemahaman Psikologi sebagai suatu ilmu tentu bersifat dinamis, karena ciri khas suatu ilmu adalah selalu terus-menerus berkembang mendifinisikan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan jalan pikiran manusia menurut zamannya.Berdasarkan sejarah Psikologi, pada awal perkembangnnya sangat sarat dengan filosofis, dimana aspek-aspek yang menjadi pusat kajian adalah : Apakah manusia itu?, apakah hidup itu?, mengapa dan untuk apa manusia hidup?. Namun pada abad XVII dengan dimotori oleh Descartes mencoba menyelidiki difokuskan kajian psikologi pada gejala-gelaja kesadaran manusia. Hal-hal yang berhubungan diluar kesadaran manusia (penginderaan, pengamatan, fantasi, ingatan, pikiran, perasaan) di anggap tidak berarti, namun dalam perkembangannya semua pandangan tentang konsep psikologi ini ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman.Perkembangan psikologi selanjutnya menunjukkan pengakuan bahwa di samping ’kesadaran’ terdapat pula ’ketidaksadaran’, dan bahwa kedua aspek tersebut diakui mempunyai pengaruh yang sama terhadap manusia.Dalam Pengertian Psikologi lama manusia dipandang sebagai obyek yang tidak berbeda dengan obyek ilmu alam, ilmu pasti atau suatu kumpulan gejala fisiologis belaka, namun perkembangan psikologi modern menunjukan bahwa manusia adalah makhluk yang terus menerus merealisasikan diri dalam suatu lingkungan (alam), yang selalu berinteraksi dengan alam sekitarnya. Manusia bukan hanya sekedar ”hidup”, tetapi manusia juga bereksistensi.Psikologi pada akhirnya menjadi suatu ilmu yang obyeknya adalah tingkahlaku dan penghayatan manusia dalam hubungannya dengan situasinya.(Samuel Soeitoe.1982:2).

Sebagai cabang psikologi, maka psikologi pendidikan mempelajari proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia.Bila Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia beserta latar belakangnya dalam hubungan dengan lingkungannya, maka pendidikan diartikan bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak yang sedang berkembang baik fisik, psikis maupun sosialnya

Jadi Psikologi Pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi dalam lapangan pendidikan. 

Tujuan psikologi pendidikan ialah mempelajari tingkahlaku manusia dan perubahan tingkah laku itu sebagai akibat proses dari pendidikan (melalui bimbingan). Dengan kata lain ahli psikologi pendidikan berusaha untuk mempelajari, menganalisa, menerangkan dan memimpin proses pendidikan sedemikian rupa sehingga mendapatkan suatu sistem pendidikan yang diharapkan.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ( Pertemuan ke 2)

Page 2: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

PERBEDAAN INDIVIDU

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bila sekelompok manusia diberi tugas yang sama dan mereka mengerjakan dalam waktu yang telah ditentukan, maka hasil yang diperoleh oleh mereka itu banyak yang tidak sama. Demikian pula bila mereka disuruh mengerjakan tugas yang sama dan diminta hasil kerja yang sama, maka pada umumnya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut juga tidak sama.Perbedaan-perbedaan itu dipelajari secara ilmiah melalui psikologi pendidikan.Keragaman dan perbedaan tingkah laku setiap individu disebabkan antara lain :1. Setiap individu itu mempunyai keinginan sendiri.2. Setiap individu itu mempunyai kebutuhan3. Setiap individu itu mempunyai bakat sendiri.4. Setiap individu itu mempunyai kekuatan sendiri.5. Setiap individu itu mempunyai kelemahan sendiri.6. Setiap individu itu memiliki kebiasaan sendiri.7. Setiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri.Anak dengan keadaan yang berbeda-beda itu bertemu dalam suatu lingkungan baru yang disebut sekolah.

Tugas sekolah adalah mengembangkan segala potensi (kemungkinan) yang ada pada setiap peserta didik (anak), sehingga mereka dapat berkembang secara optimal atau sepenuhnya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Kalau dalam keluarga, yang bertanggungjawab penuh terhadap perkembangan aspek-aspek psikis, fisik dan sosial anak itu adalah orang tua, maka di sekolah gurulah yang memikul tanggung jawab tersebut, karena dia harus berhadapan langsung dengan setiap siswa, baik secara perorangan, maupun dalam kegiatan kelompok.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, seorang guru akan berhadapan langsung dengan siswanya, bukan saja dalam hubungan guru dan siswa atau pengajar-pebelajar, tetapi akan berhubungan diluar batas kegiatan dalam kelas, misalnya di lapangan olahraga, di laboratorium, di ruang kesenian, di kebun sekolah, dalam kegiatan pramuka, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru harus benar-benar mendalami dan memahami dengan baik tingkah laku anak agar dapat membimbing atau memberi bantuan, mendorong serta mengarahkan anak untuk berkembang secara positif dan mencegah serta mengendalikan agar mereka tidak berkembang ke arah yang negatif yang menyebabkan mereka menjadi anak-anak ”rusak”.

Dengan berkembang ke arah yang positif kita mengharapkan agar mereka memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan diri dalam keluarga dan sekolah serta turut aktif dalam pembangunan masyarakat.Ternyata, bahwa tugas seorang guru atau pendidik pada umumnya tidak hanya terbatas pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saja, atau hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi seorang guru dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas belajar siswa sehingga siswa tersebut dapat menjadi manusia masa depan yang produktif.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu adanya komunikasi (hubungan) yang baik dan harmonis antara pendidik dengan peserta didik. Hubungan yang terjadi dalam kegiatan tersebut biasanya melibatkan berbagai proses psikis yang rumit, karena semua aspek lingkungan seorang anak saling mempengaruhi perkembangan prilaku anak (Keluarga, sekolah dan masyarakat).Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa proses pendidikan itu selalu melibatkan

Page 3: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

komunikasi yang bersifat mendidik antara pendidik dan peserta didik. Dalam proses komunikasi tersebut, agar berhasil dengan baik pihak pendidik perlu memahami dan menghayati hal-hal berikut :1. Proses pendidikan harus berpusat pada peserta didik. Artinya segala tindakan pendidikan harus ditujukan demi kepentingan dan kebaikan anak (peserta) didik yang dalam perkembangannya sama sekali tidak terlepas dari hubungan dengan lingkungannya. Dia akan selalu berusaha untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.2. Dalam kehidupannya dari saat ke saat, peserta didik itu selalu dalam keadaan perubahan dan berkembang.3. Sifat peserta didik adalah unik, artinya keadaannya sangat khusus dan bersifat individual dalam hal kemampuan, bakat, minat, cita-cita/lingkungan dan unsur-unsur lain yang baik yang bersifat asli (murni) maupun yang telah mendapat pengaruh luar. Oleh karena itu seorang pendidik tidak boleh memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan individualitas peserta didik, karena hal itu akan merupakan ”pemaksaan” yang akan berakibat kurang baik bagi anak tersebut.4. Pada dasarnya mendidik itu adalah membantu anak (peserta) didik agar mereka mampu mengarahkan dirinya sendiri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangannya sesuai dengan kemampuan dan tuntutan lingkungannya.5. Dalam kegiatan pendidikan terjadi :a. Proses sosial. Yaitu hubungan insani antara anak didik sendiri dengan tenaga pendidik dan dengan orang lain yang terdapat dalam leingkungannya.b. Proses psikis, seperti berpikir, belajar, merasa, meniru dan sebagainya yang terjadi di dalam diri anak itu sendiri.6. Agar pendidikan mencapai hasil yang memuaskan, maka proses-proses sosial dan psikis tersebut di atas perlu dimanfaatkan dan mendapat pengarahan dari tenaga pendidik dengan sebaik-baiknya.7. Dalam kehidupan di sekolah proses psikis yang dinyatakan dalam perbuatan belajar sangat menentukan keberhasilan pendidikan.8. Proses-proses psikis yang terjadi dalam pendidikan akan menjadi salah satu garapan psikologi pendidikan.Jadi Psikologi Pendidikan itu mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan pendidikan. Hubungan tersebut dapat kita lihat dengan jelas dalam peranan Psikologi Pendidikan dalam kegiatan mendidik di bawah ini :1. Untuk memahami karakteristik proses belajar mengajar. 2. Untuk memahami karakteristik peserta didik.3. untuk penentuan tujuan pendidikan yang selaras dengan perkembangannya dan karakteristik peserta didik.4. Pemilihan bahan pelajaran yang selaras dengan perkembangan peserta didik.5. Pemilihan kegiatan belajar mengajar yang cocok, dengan fase-fase perkembangan peserta didik.6. Penentuan upaya penilaian terhadap keberhasilan belajar peserta didik.7. Penentuan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan pendidikan.

Psikologi Pendidikan (Pertemuan ke 3)Pentingnya Psikologi Pendidikan Bagi Para Pendidik.

Kalau kita melihat kegiatan sehari-hari seorang anak maka kita dapati ada perbedaan tingkah laku antara anak satu dan lainnya. Hal ini disebabkan pengaruh dari lingkungan

Page 4: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

keluarga yang sangat besar terhadap perkembangan prilaku anak.Ada orang tua yang memperlakukan anaknya dengan penuh kasih sayang, penuh pengertian, menjauhi kekerasan dan ketegangan serta selalu menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Komunikasi ini dapat berupa makan bersama, shalat bersama, bermain dan berlibur bersama. Hal ini dapat secara sadar atau tidak disadari dapat membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anak. Karena perbuatan ini sangat mudah ditiru oleh anak-anak yang dalam masa perkembangan.Perlakuan orang tua pada anak tersebut diatas menggambarkan bahwa orang tua tersebut mengerti tentang apa yang dibutuhkan oleh anak dan apa yang mesti mereka lakukan.Baik kebutuhan fisik, misalnya kesehatan tubuh, makanan yang bergizi, pakaian yang bersih, lingkungan yang nyaman, atau kebutuhan psikis, misalnya perasaan aman, gembira, kasih sayang, jauh dari rasa takut, saling menghormati, kebebasan untuk mewujudkan hoby masing-masing, demikian pula dengan pemenuhan kebutuhan sosialnya, misalnya mereka boleh bermain dengan teman-temannya, boleh belajar dengan kelompok atau di tempat lain, boleh mengikuti kegiatan di sekolah.Betapa pentingnya psikologi pendidikan untuk dipelajari, dipahami, dan dikuasai pendidik, baik pendidik alamiah yaitu orang tua maupun pendidik formal yaitu guru.Apakah pernyataan di atas berarti, jika orang tua bukan guru atau jika orang tua tidak belajar psikologi pendidikan, tidak akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya ?Tentu saja tidak berarti demikian. Sebab masih banyak cara untuk mendidik atau membimbing anak agar hidup anak tersebut bermoral sesuai dengan harapan keluarga, masyarakat, agama dan negara.Salah satu cara misalnya, dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan dan psikologi, membaca kitab-kitab suci sesuai dengan agama masing-masing, yang merupakan sumber pemahaman tentang pendidikan moral.Cara lain lagi misalnya, dengan mengikuti secara aktif ceramah-ceramah atau seminar-seminar yang diselenggarakan khusus untuk membahas masalah pendidikan anak. Menonton film, memilih acara televisi yang baik dan mendengarkan radio, juga dianjurkan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai pendidikan.Sehubungan dengan pentingnya psikologi pendidikan, di bawah ini ada beberapa cara untuk mempelajarinya agar mencapai hasil yang memuaskan, antara lain :

1. Bulatkan motivasi anda untuk mempelajari psikologi pendidikan dengan sebaik-baiknya, sehingga menimbulkan inisiatif dan keinginan yang tinggi secara profesional untuk memahami bidang keguruan khususnya psikologi pendidikan.2. Bangkitkan kemauan dan kesanggupan untuk belajar sendiri dan jangan selalu tergantung atas pertolongan orang lain. Tapi hal ini tidak berarti menutup informasi dari orang lain. Apabila sudah mencoba membangkitkan kemauan dan kesanggupan sendiri secara optimal, ternyata belum memuaskan, bertukar pendapatlah dengan orang yang menguasai bidang ini.3. Tingkatkan keinginan untuk memahami psikologi pendidikan secara mendalam, dengan membaca tulisan-tulisan yang berkaitan dengan psikologi pendidikan secara luas.4. Pilih buku-buku psikologi pendidikan dan bagian-bagian yang penting untuk dipelajari sebagai bahan untuk ditelaah secara sungguh-sungguh secara mendalam.5. Dengan memahami prinsip dan pengertian psikologi pendidikan secara benar dapat membantu tenaga pendidik untuk mengetahui tindakan yang paling tepat dalam menghadapi situasi yang terjadi dalam hubungan antara pendidik dan peserta.6. Lakukan catatan anekdot terhadap perkembangan prilaku anak yang menyimpang untuk dapat dilakukan penanganan dan bimbingan secara lebih baik, sehingga dapat

Page 5: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

mewujudkan anak atau peserta didik yang sesuai dengan harapan keluarga, masyarakat, agama dan negara.

Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4)Fase-fase Perkembangan

Yang dimaksud dengan fase-fase perkembangan adalah rentang waktu yang dilalui individu dalam perjalanan hidupnya yang terdiri dari beberapa tahap atau periode, dan tiap periode diberi nama sesuai dengan keadaan individu pada waktu tertentu. Dua diantara pendapat-pendapat mengenai fase-fase perkembangan ini dikemukakan oleh Arthur Jersild dalam bukunya Child Psychology dan psikolog Hari S. Tisnakusumah dalam bukunya Psikologi Remaja & Dewasa.

Adapun fase=fase atau periode atau masa-masa perkembangan itu dapat kita lihat berikut ini :

1. Sejak dalam kandungan individu sudah mengalami perkembangan, yaitu yang disebut masa konsepsi (pembuahan) sampai masa sebelum lahir (prenatal) yang lamanya kurang lebih 9 bulan. Masa dalam kandungan ini mempengaruhi sifat dan keadaan anak nanti setelah dia lahir. Ibu yang waktu mengandung cukup banyak memperoleh makanan yang bergizi dan mengalami suasana emosi yang menyenangkan, akan melahirkan bayi yang sehat lahir batin, dan memiliki intelegensi yang tinggi dan kreatif.2. Setelah lahir, disebut juga fase noe natal atau masa orok. Pada masa ini bayi tersebut mengalami perkembangan yang sangat pesat kira-kira sampai umur 1 tahun.3. Antara umur 1 tahun sampai 2 tahun disebut vital. Pada masa itu anak sudah dapat berjalan, mengucapkan kalimat dua sampai tiga kata dan mulai menyukai makanan orang dewasa. Disebut masa vital karena masa ini merupakan masa yang penting yang menentukan lancar tidaknya perkembangan anak itu pada periode-periode perkembangan selanjutnya.4. Masa kanak-kanak dialami individu sejak berusia 2 tahun sampai kurang lebih 5 tahun. Masa ini disebut masa estetis (keindahan). Masa trotzaalter atau keras kepala berada dalam periode ini. Pada masa ini anak mulai menyadari bahwa dirinya punya keinginan, punya kemauan yang berbeda dengan orang lain, menyadari bahwa dia punya ”aku”. Dia tidak lagi taat kepada aturan yang dibuat orang tuanya. Dia memakai bajunya sendiri yang dipilihkan oleh ibu atau kakaknya. Kalau keinginannya tidak dituruti, dia ia menangis berguling-gulingan di lantai. Masa ini juga disebut masa krisis pertama.5. Mas anak sekolah atau masa sekolah dialami individu sejak usia 6 tahun sampai 12 tahun. Masa ini disebut masa sosial, karena ciri-ciri ”egosentris” (mementingkan diri sendiri) yang tampak pada masa kanak-kanak, dalam masa ini sudah menghilang, diganti dengan kesenangan bergaul dengan teman-teman sebaya yang sejenis, anak perempuan bergaul dengan anak perempuan lagi. Kalau pada masa ini mereka sering berada diluar, jadi sifatnya ekspansif.6. Periode pubertas berlangsung sekitar usia 13 tahun sampai kira-kira usia 18 tahun, krisis kedua terjadi dalam periode ini. Seolah-olah ada dorongan untuk memberontak pada mereka yang sedang ada dalam periode ini. Pubertas diambil dari kata pubescent yang berarti tumbuhnya rambut. Memang pada periode ini tubuh anak mulai ditumbuhi bulu-bulu. Anak itu sendiri disebut puber, remaja, pemuda atau pemudi. Periode ini juga disebut periode strum and drag yang berarti badai dan dorongan nafsu. Sikapnya tidak tetap, kadang-kadang murung sampai menangis sesegukkan. Keadaan ini disebut ”manis depresi”. Kadang-kadang kejam tak berprasaan, kadang-kadang menarik diri dan ngumpet di kamar sambil menulis buku harian. Kalau orang tua kurang memahami masa

Page 6: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

pancararoba ini, akan banyak terjadi konflik dengan mereka. Tidak sedikit anak yang meninggalkan rumah karena alasan ini.7. Masa adolescentia adalah masa menjelang dewasa. Masa ini berkisar sekitar usia 19 tahun sampai usai 25 tahun. Walaupun pada masa pubertas sudah timbul hasrat yang sangat kuat untuk berdiri sendiri dan lepas dari ketergantungan terhadap orang tua, tetapi pada masa ini mereka belum mampu merealisasikan hasrat itu, karena secara ekonomis mereka belum mampu mandiri. Tetapi sejak menginjak masa adolescentia, hasrat tersebut sudah bisa direalisasikan karena sudah mampu mencari nafkah sendiri.

8. masa dewasa disebut juga Yuventus. Yang berlangsung sekitar usia 25 tahun sampai 40 tahun. Individu pada masa ini ada dalam keadaan yang stabil. Artinya dalam masa ini individu berada dalam keadaan serba tetap. Badannya tumbuh menjadi gemuk dan kuat. Keadaan ini akan tetap bertahan selama masa Yuventus. Begitu juga keadaan psikisnya, tumbuh seimbang dengan keadaan fisik. Oleh karenanya, dalam periode ini individu memiliki hubungan-hubungan yang tetap. Pasangan hidup yang tetap dan pekerjaan yang tetap pula. Terombang-ambingnya perasaan antara gembira dan murung, serta dorongan untuk memberontak, dalam periode ini sudah menghilang. Kini mereka telah memiliki bestimung (ketetapan tujuan). Apabila individu yang sudah memasuki periode ini belum memiliki pekerjaan yang tetap, terutama pada pria, ini berbahaya. Ia akan mengalami Castrasi kompleks, yaitu prasaan hilangnya kepriaan mereka. Juga akan mengalami neorose, semacam gangguan jiwa yang ringan (gugup, tidak tenang). Jadi memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang sangat penting bagi mereka, baik pria maupun wanita dalam periode ini bersifat ekstrovert, artinya perhatiannya ditujukan keluar dirinya. Mereka menjadi anggota dari berbagai organisasi. Sebetulnya pria pada masa Yuventus ini belum cukup memiliki perasaan ”keayahan”. Kalaupun mereka sudah bekeluarga, sebenarya keluarga itu bukan untuk mencurahkan ”keayahan”, tetapi lebih merupakan dasar kehidupan tempat berlabuh dan beristirahat setelah mereka bekerja dan berorganisasi.Berbeda dengan Yuventus, wanita pada periode ini perasaan ”keibuannya” tercurah dirumah. Ia merawat anak-anaknya, suaminya, dan rumahnya dengan penuh perhatian dan perasaan senang. Kalaupun seorang wanita karir, tetap saja dunianya adalah rumah tangga. Banyak wanita yang menganggap pekerjaan diluar rumah hanya sebagai sambilan untuk mencapai keseimbangan agar pekerjaan rumah tangganya tidak menjemuhkan. Hal ini adalah suatu sikap yang normal.Kalau anda memperhatikan bagan di atas akan tampak bahwa perkembangan kehidupan individu secara fisiologis atau secara biologis mencapai titik temu dengan pekerbangan kehidupan individu secara psikologis. Artinya pada usia yuventus individu berada dalam keseimbangan antara stabilitas fisik dan kondisi psikis yang menyenangkan.9. Periode Virilitas adalah masa perkembangan individu antara usia 40 tahun sampai 50 tahun. Masa ini ditandai dengan sering terjadinya krisis. Krisis ketiga terjadi pada periode ini, bahwa kehidupan secara biologis mulai menurun, sedangkan kehidupan secara psikologis masih tetap menanjak. Hal ini berarti bahwa kondisi fisik sudah tidak mampan seperti masa sebelumnya. Ciri-cirinya antara lain ketajaman penglihatan sudah mulai berkurang sehingga sudah mulai menggunakan kacamata, ketajaman pendengaran mulai berkurang, mulai timbul berbagai penyakit, dan sebagainya, sementara itu perkembangan kehidupan psikisnya masih terus menanjak. Keinginan masih banyak dan masih bersemangat untuk meraih atau mewujudkan cita-cita yang belum menjadi kenyataan. Kehidupan batinnya mulai tertuju kedalam dirinya (introvert). Kehidupannya menjadi lebih religius. Di sisi lain sering terjadi krisis perkawinan, hal ini merupakan salah satu akibat sudah tidak seimbangnya antara kehidupan fisik dan kehidupan psikis.Sebetulnya individu dalam periode ini belum mau menerima kenyataan itu, mereka

Page 7: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

masih mau mempertahankan kekuatan fisik yang pernah dialami pada periode sebelumnya. Akibatnya sikapnya jadi berubah, cepat marah, koflik dengan anak dan istri atau suami, kadang-kadang sampai mencari pasangan lain apa lagi bila ditunjang oleh materi yang melimpah. Hal tersebut disebabkan timbulnya keinginan yang bersifat avonturir (petualangan) dan erotis (romantis). Hal ini akan muncul terutama pada individu yang mendapat asuhan yang keras dari orang tua yang otoriter pada masa remajanya atau apabila individu yang bersangkutan melangsungkan pernikahan pada usia yang masih sangat muda.Adapun usaha-usaha yang baik untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul pada periode ini antara lain sebagai berikut:- Sebaiknya individu tersebut berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menerima kenyataan ini sebagai mana adanya.- Usaha yang lain misalnya dengan melaksankan kegiatan kompensasi (pengganti). Misalnya apabila individu itu meras belum puas dengan perolehan prestasi yang sudah dicapainya, sedangkan dia sendiri secara fisik sudah tidak mampu, berikan kesempatan itu pada mereka yang masih muda dengan memberi dorongan berupa materi atau non materi.- Dengan cara meningkatkan amal kebaikan yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain, menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim piatu, memberi pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan dan sebagainya.10. Periode Prae Senium berkisar sekitar usia 55 tahun sampai usia 65 tahun. Masa ini disebut juga sebagai masa pengendapan. Kemunduran biologis lebih terasa yang mengakibatkan lebih berkurangnya aktifitas di luar dirinya, tetapi pada umumnya keinginan mereka masih tinggi. Ketidakseimbangan antara keinginan (salah satu aspek psikis) yang masih tinggi ini mengakibatkan terjadinya mental break down atau kekacauan mental yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku berikut:- neurose atau gugup.- meninggalkan rumah tapi lupa jalan pulang, sehingga merepotkan anak cucunya.- sering mengomel dengan kata-kata yang tidak jelasHal tersebut di atas dapat dialami oleh mereka yang tidak mempunyai kegiatan yang tetap atau oleh mereka yang tidak dapat menciptakan kegiatan sendiri yang menyenangkan hatinya dan berguna bagi orang lain.Mereka yang badannya kuat dan aktif tetapi sudah harus pensiun, masa ini akan dirasakan sangat berat, apabila meraka menganggap dirinya sudah tidak terpakai lagi. Untuk mengatasi timbulnya perasaan tersebut mereka dapat diangkat sebagai penasehat, tempat karyawan-karyawan muda bertanya, sehingga mereka tidak merasa tersisihkan dan kesepian. Bagi wanita, masa ini pun merupakan suatu masa krisis, karena mereka sudah tidak mungkin lagi dapat mengembangkan keturunan. Untuk mengatasi hal ini sama halnya dengan usaha-usaha yang dilakukan pria telah diuraikan di atas. Pada pasangan suami istri sering timbul kekhawatiran akan ditinggal mati oleh salah satu pasanganya itu, karena kenyataan memang sudah banyak teman-temannya sebayanya yang sudah meninggal dunia.11. Periode terakhir dari perkembangan individu adalah masa senectus, masa tua renta. Dalam fase ini kemampuan mengingat dari rata-rata individu sudah melemah. Beberapa ciri yang sempat dirasakan dal ditulis Stanley Hall. Pada usia 70 tahun adalah sebagai berikut:- menjadi sangat perasa (mudah tersinggung)- Seringkali menuntut kepada anak-anak atau orang-orang yang ada disekedarnya untuk berterima kasih, karena merasa berhak menerima kembali apa yang telah dia berikan pada masa lalu.- hal yang positif pada masa ini adalah timbulnya vitalitas baru, harapan baru dan perhatian baru.

Page 8: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Yang dimaksud dengan vitalitas baru yaitu:Timbulnya kembali semangat hidup yang sempat dirasakannya secara pesimis pada masa prae senium.Perasaan khawatir akan kematian tidak begitu menggangu seperti pada periode sebelumnya. Bagi individu dalam usia di atas 70 tahun kematian sudah dianggap sebagai kejadian yang wajar.

Diposkan oleh BANGDIN.COM   di 21:46 0 komentar 

Materi Kuliah Psiko.Pendidikan (Pertemuan ke 5 dan 6)PENGERTIAN DAN BENTUK PERBUATAN BELAJAR.

A. Pengertian Belajar

Terdapat beberapa orang ahli dalam bidang Psikologi Pendidikan yang masing-masing mengemukakan tentang definisi, batasan atau pengertian tentang belajar. Ada yang berpendapat bahwa belajar adalah usaha dalam menuntut atau mencari ilmu. Ada juga yang berpendapat bahwa belajar adalah usaha dalam menuntut atau mencari ilmu. Ada juga yang berpendapat bahwa belajar berarti usaha dalam menyerap ilmu pengetahuan. Ada lagi yang mengatakan bahwa belajar itu tidak lain dari pada mengumpulkan fakta sebanyak-banyaknya untuk kemudian dihapalkan dan disimpan dalam ingatan, sewaktu-waktu bila diperlukan apa yang diingat tersebut harus dapat dikeluarkan lagi persis sama dengan apa yang kita simpan dalam ingatan itu. Yang lain lagi berpendapat bahwa belajar itu tidak lain dari pada melaksanakan latihan-latihan yang banyak melibatkan kegiatan fisik, sehingga bila kita menginginkan orang menyebut kita cukup terpelajar kita harus berusaha terus-menerus melatih kaki, tangan, dan seluruh panca indera kita agar dapat mewujudkan keterampilan-keterampilan tertentu. Misalnya ingin pandai main sepak bola, ya harus berlatih main sepak bola setiap hari, ingin pandai masak harus berlatih memasak setiap hari, mengapa orang mengemukakan pendapat yang berbeda-beda tentang belajar? Karena perbuatan belajar itu dinyatakan dalam bentuk yang berbeda-beda pula, pembahasan mengenai hal ini akan mahasiswa temui pada bahasan pengertian belajar.

Menurut Higrard dan Bower dalam bukunya ”Theories of Learning”, belajar itu berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu, situasi tersebut dialami orang itu secara berulang-ulang, kalau dialami hanya sekali saja tidak akan terjadi proses belajar. Lagi pula perubahan tingkah laku itu didasarkan pada tercapainya kematangan dan tidak didasarkan pada situasi-situasi sesaat yang dialami seseorang. Artinya belajar itu tidak akan berhasil bila belum mencapai kematangan.

Sesuai dengan pernyataan di atas dapat kita katakan bahwa belajar adalah perbuatan yang didasari dan perubahan akibat belajar merupakan aspek-aspek kepribadian yang terus-menerus berfungsi selama hidup seseorang. Penguasaan terhadap pola-pola sambutan yang baru dan penguasaan kecakapan, pengertian dan sikap, merupakan hasil dari pada belajar.

Selanjutnya Rober M. Gagne dalam bukunya ”The Condition of Learning” mengemukakan:

“Belajar adalah berubahnya perbuatan dan isi ingatan seseorang setelah ia mengalami

Page 9: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

dan terpengaruh oleh situasi suatu stimulus (parangsang) ”!

Menurut Winarno Surahmad belajar itu lebih ditujuan kepada pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecakapan serta pembentukan sikap dan perbuatan.

Pendapat lindgren, dalam bukunya “Educational Psychology in the classroom” adalah sebagai berikut: “Belajar telah terjadi apabila terlihat adanya beberapa perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dan latihan dan pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan yang terjadi akibat belajar disebabkan karena seseorang telah menghadap suatu situasi secara berulang-ulang. Jadi belajar itu merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Pengalaman yang menghasilkan perubahan tingkah laku merupakan rangkaian interaksi individu dengan lingkungannya.

Pengalaman itu sebenarnya adalah suatu kehidupan nyata yang bertujuan. Jadi kegiatan belajar tidak dapat terpisahkan dari pada situasi kehidupan. Hasil beljar yang telah ada selanjutnya digunakan dalam mencari pengalaman-pengalaman baru. Berdasarkan pengalaman baru ini individu akan melakukan kegiatan belajar lagi, dan begitulah seterusnya sampai kehidupan itu sendiri berakhir.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, silakan mahasiswa memperhatikan bagan di bawah ini!

Keterangan bagan : Dalam kehidupan individu menghadapi situasi yang sama beberapa kali (situasi A)Akibatnya individu itu memiliki pengalaman, terjadilah proses belajar yang mengakibatkan tercapainya hasil belajar.

Hasil belajar tersebut menjadi milik individu.

Pada kesempatan lain individu menghadapi situasi yang lain lagi (situasi B), selanjutnya terjadilah rangkaian seperti semula, yaitu terjadinya pengalaman, proses belajar dan tercapainya hasil belajar yang akan menjadi milik individu tersebut. Begitulah seterusnya, sehingga pengalaman kita akan selalu bertambah dan kita semakin banyak memiliki hasil belajar. 

Belajar adalah berubahnya perbuatan dan isi ingatan seseorang setelah orang itu mengalami dan terpengaruh oleh situasi stimulus (perangsang).

Dari definisi-definisi di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang, yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 10: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Adapun ciri-ciri dari perubahan dalam perbuatan belajar adalah sebagai berikut :1. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari belajar, banyak sekali bentuknya. Perubahan tersebut dapat menghasilkan tingkah laku yang lebih baik atau lebih buruk. Lagi pula perubahan itu terjadi secara disadari, sebab perubahan yang terjadi secara tidak sadar tidak dpat disebutkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.2. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. Hal ini mengandung arti bahwa tidak akan terjadi proses belajar apabila situasi yang dihadapi hanya ditemui secara berulang-ulang.3. Belajar merupakan suatu proses. Artinya belajar itu merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan yang dilakukan dengan aktif untuk mencapai suatu tujuan tertentu.4. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, meliputi seluruh aspek kepribadian, mencakup perubahan fisik, dan psikis, sepeti perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah, sikap keterampilan, kebiasaan, kecakapan, pengetahuan dan sebagainya.

B. Bentuk Perbuatan Belajar

Robert M. Gagne (baca Robert M. Ganye) mengemukakan 8 bentuk (tipe) perbuatan belajar, yaitu :

1. Mempelajari tanda-tanda (Signal Learning)

Disebut juga sebagai bentuk belajar yang paling sederhana, karena :a. Terjadi secara otomatis dan tidak disadarib. Merupakan perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkanc. Reaksi terhadap perangsang menyatu dengan tanda

2. Mempelajari rangsangan jawaban (Stimulus-Respons Learning)

Pada dasarnya sama dengan mempelajari tanda-tanda dalam adanya perangsang terlebih dahulu.Ciri-ciri dari belajar dalam bentuk ini adalah :a. Perbuatan belajar ini terjadi secara disadarib. Terjadi secara perlahan-lahan dan bertahapc. Reaksi bersifat khusus dan merupakan gerakan fisik

3. Belajar berangkai (Chaining)

Dalam bentuk belajar ini terjadi serangkaian kegiatan yang saling berkaitan.

Umpamanya :

Sebelum anak pandai menulis, terlebih dahulu tahu sikap duduk yang baik, mengatur jarak antar mata dan buku cara memegang pensil yang baik. Jadi dalam bentuk belajar ini terjadi serangkaian (beberapa pasang) stimulus-respons yang akan berakhir bila telah terbentuk suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Pada akhir bentuk belajar ini pun masih diperlukan penguatan berupa pujian atau ganjaran.

4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation Learning)

Bentuk belajar ini terutama berhubungan dengan pelajaran bahasa. Dapat digunakan untuk menghadapi abjad, rumus, dalil, gaya bahasa dalam kesusastraan, tata bahasa dan lain-lain. Anak harus dapat mengatakannya secara aktif.

Page 11: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Bentuk belajar ini termasuk belajar intelektual tahap rendah, sebab sudah membutuhkan kemampuan untuk mengadakan penggolongan atau pengkategorian dari jenis benda yang satu dengan jenis benda yang lain.

Untuk memperlancar terjadinya bentuk belajar ini perlu penjelasan guru secara berulang-ulang dan perhatian guru terhadap masing-masing individu. Alat peraga yang dipergunakan perlu bermacam-macam sehingga anak-anak mendapat gambaran yang cukup jelas.

6. Belajar Konsep (Concept Learning)

Dalam bentuk belajar ini diperlukan penguasaan belajar membedakan dan assosiasi verbal. Sebab bentuk belajar ini merupakan penguasaan terhadap pengertian, ciri-ciri, faktor dan metode-metode serta koordinasi dari unsur-unsur tersebut.

7. Belajar Prinsip (Rute Learning)

Bentuk belajar ini menuntut kita untuk terlebih dahulu menguasai konsep-konsep, sebab bentuk belajar ini pada dasarnya adalah konsep-konsep, sebab bentuk belajar ini adalah merangkai dua atau tiga konsep menjadi suatu hukum atau prinsip.

8. Belajar memecahkan masalah (Problem Solving)

Bentuk belajar ini merupakan bentuk belajar paling tinggi. Kita akan mudah belajar dalam bentuk ini, apabila sudah terbiasa dengan bentuk-bentuk belajar sebelumnya, seperti belajar membedakan, belajar konsep dan belajar prinsip. Belajar memecahkan masalah merupakan proses berpikir, yaitu proses menggunakan dua prinsip atau lebih yang digabungkan menjadi satu dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Jadi langkah-langkah dari bentuk belajar memecahkan masalah ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya masalah yang mendesakb. Memperjelas masalah dalam hubungan dengan situasi yang dihadapic. Mempertimbangkan kemungkinan yang terbaik dan memutuskan untuk melaksanakan kemungkinan terbaik tersebut dalalm bentuk tingkah laku nyata.

Adapun manfaat dari pada bentuk belajar pemecahan masalah ini bagi mereka yang mempelajarinya antara lain :

a. Menimbulkan kreativitasb. Mampu dan terbiasa mencari, memilih dan menentukan sendiric. Tidak lekas putus asa dalam berusaha untuk menemukan hal-hal baru yang menjadi cita-citanya.

Dari uraian mengenai bentuk-bentuk atau tipe-tipe belajar ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa : Bentuk-bentuk perbuatan belajar merupakan tahap-tahap dari yang paling sederhana sampai bentuk belajar yang paling tinggi, dimana setiap bentuk perbuatan belajar merupakan prasyarat bagi bentuk perbuatan belajar berikutnya.

Page 12: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Materi Kuliah Psiko.Pendidikan (Pertemuan ke 7 dst.nya)INTELEGENSI DAN KREATIVITAS PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR BAGI SETIAP FASE PERKEMBANGAN INDIVIDU

A. Pendahuluan

Pembelajaran ini berisi bahasan tentang :• Intelegensi• Kreativitas• Perkembangan individu

Pembelajaran ini merupakan lanjutan dari pembelajaran 2. Sama halnya dengan pembelajaran 2, bahwa modul ini pun berisi materi-materi yang harus mahasiswa pahami dan kuasai.

Setelah mempelajari pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu memahami intelegensi dan kreativitas.

Tujuan di atas dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus sebagai berikut :1. Dapat menyebutkan pengertian intelegensi2. Dapat menjelaskan tentang pengukuran intelegensi3. Dapat membedakan jenis-jenis klasifikasi intelegensi4. Dapat menjelaskan pengertian kreativitas5. Dapat menuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kreativitas6. Menyebutkan teknik-teknik untuk mengembangkan kreativitas7. Dapat menjelaskan pengertian perkembangan8. Dapat menyebutkan tugas-tugas perkembangan bagi setiap fase perkembangan9. Dapat menyebutkan manfaat dari pengetahuan tentang tugas-tugas perkembangan

B. Pengertian Intelegensi

Dalam kegiatan Anda sehari-hari, pada waktu melaksanakan tugas mengajar di dalam kelas, Anda selalu bertemu dengan anak-anak yang berbeda-beda, baik keadaan fisiknya, keadaan lingkungan sosialnya atau kondisi psikisnya.

Anda masih ingat bukan, bahwa yang termasuk kondisi fisik misalnya :• Tinggi atau pendekkah anak itu ?• Cukup bergizikah makanannya ?• Hitam, kuning, sawo matang atau putihkah kulitnya ?• Lurus/kejur atau keritingkah rambutnya ?• Pesek atau mancungkah hidungnya ?

Adapun yang dimaksud dengan lingkungan sosialnya, misalnya :• Keluarga? Apakah ayah ibunya masih lengkap ?? Apakah punya adik dan kakak ?? Apakah pekerjaan ibu dan ayahnya ?• Bagaimana keadaan teman-temannya ?• Apakah anak itu tinggal di kota atau di pedesaan ?• Di pantai atau di pegunungan ?• Apakah buku, majalah dan surat kabar yang dibacanya ?

Page 13: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

• Apakah suka mendengarkan radio atau melihat televisi ? dan sebagainya

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan psikisnya, adalah :• Perasaannya• Emosinya• Kebiasaan-kebiasaannya• Ketelitiannya• Kejujurannya• Minatnya• Bakatnya• Kemampuannya dan sebagainya

Ketiga unsur di atas, yaitu kondisi fisik, lingkungan sosial dan kondisi psikis merupakan suatu yang utuh yang tak dapat dipisahkan dan membentuk manusia sebagai suatu pribadi.

Dalam kesempatan ini kata akan membahas salah satu bagian dari kondisi psikis individu yaitu segi kemampuannya.

Adapun kemampuan terdiri dari kemampuan khusus dan kemampuan umum. Yang dimaksud dengan kemampuan khusus yaitu bakat-bakatnya, sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan umum adalah kecerdasan umum yang mempengaruhi seluruh aspek fisik, sosial dan psikis (mengingat, berpikir, perasaan, pengamatan dan sebagainya), termasuk bakat-bakat khususnya. Itulah yang disebut intelegensi.

Dalam bagan di atas tampak, bahwa intelegensi merupakan salah satu bagian dari unsur psikis manusia.

Di bawah ini kita kutip beberapa definisi Intelegensi yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.

Menurut Lewis M. Terman (1916) : Intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi situasi atau masalah yang abstrak atau tidak berwujud, misalnya :

Bagaimana agar tugas ibu di rumah dapat diselesaikan tanpa mengganggu tugas ibu sebagai guru di sekolah ?

Apa yang harus kita lakukan agar peserta didik kita dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan ?

Untuk menghadapi dan memecahkan serta mengatasi masalah-masalah semacam itu dibutuhkan suatu kemampuan. Kemampuan tersebut akan kita peroleh dengan cara menghubungkan perngetahuan-pengetahuan yang telah kita miliki. Seperti itulah kita maklumi bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan adalah segala konsep, gagasan dan pengertian yang telah kita pelajari pada masa yang lalu dan sekarang tersimpan dengan aman dalam ingatan.

Definisi yang lain tentang intelegensi dikemukakan oleh George D. Stoddard (1943) : Intelegensi adalah kemampuan bertingkah laku yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Page 14: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

a. Mempunyai tingkat kesukaranb. Kompleksc. Bersifat abstrakd. Ekonomise. Mempunyai data penyesuaian dengan tujuan yang hendak dicapaif. Memiliki norma/nilaig. Memperlihatkan keasliannya.

Definisi di atas sifatnya lebih operasional (dalam bentuk tingkah laku) serta semua ciri- tersebut dipengaruhi oleh emosi dan fisik.

Garret (1946) mengemukakan definisi sebagai berikut : Intelegensi mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.

L. J. Bischof (1954) mengemukakan definisi yang lebih operasional dan fungsional untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Definisinya sebagai berikut : Intelegensi menyangkut kemampuan belajar dengan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam upaya penyesuaian terhadap situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah.

Hal di atas berarti bahwa kita akan belajar, bila kita dihadapkan pada situasi yang baru dengan segala permasalahannya, sehingga diperlukan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri memecahkan masalah yang dihadapi dalam situasi baru itulah yang dimaksud dengan intelegensi.

Walaupun definisi-definisi yang dikemukakan para ahli tersebut di atas dinyatakan dalam rumusan yang berbeda, namun mempunyai pengertian dan isi yang sama, atau dengan perkataan lain, pendapat-pendapat mereka itu tidak saling bertentangan.

Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa :1) Intelegensi adalah fungsi mental yang kompleks yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku. Yang dimaksud dengan fungsi mental adalah bagaimana cara individu itu mengamati, mengingatkan, berpikir dan lain-lain bila dia dihadapkan pada suatu masalah.2) Salah satu fungsi dari intelegensi adalah belajar, artinya bagaimana cara dia belajar dan apa yang dipelajarinya sangat dipengaruhi oleh intelegensinya. Seperti telah Anda ketahui bahwa belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas.3) Intelegensi meliputi kemampuan dalam mengenal hubungan, mengingat hubungan, menilai menentukan pilihan secara tapat dan bijaksana dan menerapkan pengalaman yang lalu untuk menghadapi situasi saat ini.4) Intelegensi merupakan kemampuan memecahkan masalah dalalm suatu situasi atau masalah yang sedang dihadapi. Kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memecahkan segala bentuk masalah, mencakup :? Masalah pribadi? Masalah sosial? Masalah akademik? Masalah budaya? Masalah ekonomi keluarga dan lain-lain

Page 15: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Jadi dapat kita katakan bahwa Intelegensi adalah fungsi mental yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku, yang meliputi berbagai kemampuan, baik kemampuan umum, maupun kemampuan khusus.

Teori-teori Intelegensi

Kita akan membahas dua kelompok besar teori intelegensi, yaitu :1. Unitari Trait2. Composite of Trait

Terlebih dahulu kita akan membahas teori intelegensi yang termasuk kelompok pertama.

Menurut teori ini, intelegensi kesatuan kemampuan yang bersifat umum. Istilah ilmiahnya adalah general ability dengan mempergunakan simbol G. Kemampuan ini akan dipergunakan oleh individu dalam melakukan segala kegiatannya.

Penganut pandangan ini antara lain adalah psikologi-psikologi di bawah ini :

1. William SternPendapatnya adalah sebagai berikut :

Intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum, ini berarti bahwa tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau dalam memecahkan masalahnya akan bersifat umum.

Kemampuan ini timbul karena perkembangan secara psikologis dan karena belajar.

Setiap individu waktu kelahirannya membawa faktor G. Tetapi faktor G pada setiap individu berbeda-beda, sebab dalam menggunakan faktor G tersebut dipengaruhi oleh lingkungan.Teori yang dikemukakan William Stern ini dikenal dengan nama ”Uni Faktor”.

2. Charles Sperman

Menurut pendapat Charles Sperman, intelegensi itu terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama disebut G atau general atau umum, sedangkan faktor yang kedua disebut faktor S atau spesial atau khusus.

Seluruh tingkah laku individu dibentuk oleh faktor G dan faktor S secara bersama-sama, dalam arti : Kemampuan umum yang besar atau tinggi akan diimbangi dengan kemampuan khusus yang kecil (kalau faktor G seorang individu besar, maka dia akan memiliki faktor S yang kecil). Atau sebaliknya kalau seseorang memiliki faktor G yang kecil maka akan diimbangi dengan faktor S yang besar.

Untuk jelasnya perhatikanlah bagan di bawah ini !

Page 16: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

P

Q

Murid yang bernama P akan mencapai prestasi yang tinggi dalam semua bidang pengajran, tetapi murid yang bernama Q hanya akan mencapai prestasi tinggi dalam bidang pengajaran yang menjadi bakat khususnya misalnya dalam matematika saja atau dalam pelajaran musik saja.

Tampaklah kepada kita betapa pentingnya faktor umum atau faktor G dalam intelegensi.

Teori ini dikenal dengan nama teori dua faktor atau : ”Two Kinds of Factors Theory”.

Sekarang kita akan membahas teori intelegensi yang termasuk kelompok kedua yang kita sebut ”Composite of Trait.” menurut pandangan teori ini pada individu ada kemampuan-kemampuan khusus yang dapat berdiri sendiri. Adapun teori-teori yang tercakup dalam kelompok kedua ini antara lain adalah :

a. Teori ”Sampling”

Teori ini dikemukakan Dleti G. H. Thomson. Menurut pendapatnya intelegensi itu merupakan kemampuan mental yang diwakili oleh sejumlah tingkah laku yang tampak yang beroperasi secara terbatas. Kemampuan-kemampuan tersebut ada yang berdiri sendiri, ada yang merupakan kemampuan khusus yang saling berhubungan.

b. Teori ”Multi Faktor”

Teori ini dikembangkan oleh E. L. Thorndike

Dalam teori ini tidak terdapat pengertian mengenai kemampuan umum. Menurut teori ini intelegensi adalah sekumpulan kemampuan khusus yang terdiri dari tiga golongan:1. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan bergaul dengan orang lain secara efektif.2. Kemampuan mekanik, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan kerja, oleh karena itu kemampuan ini berhubungan dengan indra penggerak.3. Kemampuan abstrak, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan ide dan simbol.

Intelegensi yang dikemukakan oleh Thorndike ini dapat berproses secara tidak terhingga, tetapi berhubungan dengan proses-proses bersyarat.

Artinya dapat berkembang seoptimal mungkin asal memenuhi syarat atau ditunjang oleh situasi yang memungkinkannya untuk berkembang optimal.

Page 17: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

c. Teori ”Primary Mental Abilities”

Disebut juga teori ”Multiple Factors”. Teori ini dikemukakan oleh L. L Thurstone, merupakan hasil penelitiannya dengan menggunakan tes psikologi dengan pengolahan secara statistik yang bersifat khsusus.

Ada 13 faktor yang ditemukannya, tapi hanya 7 yang merupakan faktor dasar atau kemampuan primer.

Ketujuh faktor tersebut adalah :1) Verbal comprehension, dengan simbol V, merupakan kecakapan untuk memahami pengertian yang diungkapkan dengan kata-kata.2) Word fluency, dengan simbol W, adalah kelancaran dan kecakapan menggunakan kata-kata3) Number dengan simbol N, adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah atau penggunaan bilangan/angka.4) Space dengan simbol S, adalah kemampuan tilikan ruang5) Memory dengan simbol M, adalah kemampuan untuk mengingat.6) Perseptual dengan simbol P, adalah kemampuan untuk mengamati dan menafsirkan persamaan dan perbedaan suatu objek.7) Reasoning dengan simbol R adalah kemampuan untuk menggunakan dan menemukan prinsip-prinsip.

Pengukuran Intelegensi

Tinggi rendahnya intelegensi individu dapat diukur. Kalau kita mengukur hasil belajar dengan tes formatif, maka untuk mengukur intelegensi kita menggunakan tes intelegensi. Tes formatif dapat disusun oleh guru, tetapi tes intelegensi harus dilaksanakan oleh psikolog.

Psikolog yang pertama melaksanakan tes intelegensi adalah Alfred Bineet, bangsa Perancis. Tesnya disebut tes Binet yang sampai sekarang masih dipergunakan setelah mendapat perbaikan dan penyempurnaan.

Tes Binet disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dikelompokan berdasarkan umur anak. Tes tersebut diperuntukkan bagi anak usia 2 tahun sampai dengan usia 15 tahun. Adapun pertanyaa-pertanyaan dalam tes tersebut, tidak ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah. Yang dipertanyakan antara lain mengenai :• Menyebutkan bermacam-macam nama bunga• Menceritakan gambar• Membandingkan berat timbangan• Mengulang deretan angka• Mengulang/menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang pendek atau panjang

Dalam menentukan satuan intelegensi seseorang, Binet mengadakan perbandingan antara umur mental dengan umur kronologis : Yang dimaksud dengan umur mental (mental Age = MA) yaitu umur kecerdasan yang diperoleh dari hasil tes. Yang dimaksud dengan umur kronologis (Cronologis Age = CA) yaitu umur seseorang yang dihitung sejak tanggal kelahirannya.

Page 18: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

IQ atau Intelegence Quotient adalah satuan intelegensi yang dapat kita hitung dengan rumus :

Angka 100 gunanya untuk memperoleh bilangan bulat.

Selain tes Binet ada lagi tes Wechsler yang dikenal dengan nama Wechsler Bellevue Intelegence Scale. Penyusun tes ini adalah David WesHsler, tes yang disusunnya meliputi tes verbal dan tes perbuatan. Tes ini dapat dipergunakan bagi anak-anak dan juga bagi orang dewasa. Bagi anak-anak dikenal dengan nama : Wechsler Intelegence Scale for Children disingkat WISC dan bagi orang dewasa dikenal dengan nama : Wechsler Adult Intelegence Scale disingkat WAIS.

Cara menentukan IQ dalam tes ini cukup dengan mencari umur mental. Tes Binet dan Wechsler merupakan tes individu, artinya dilaksanakan terhadap seorang demi seorang. Sedangkan tes Army Alpha dan tes Army Betha merupakan tes kelompok. Kedua tes ini digunakan pada perang dunia I untuk calon prajurit-prajurit yang dibutuhkan dalam perang tersebut Tes Army Alpha untuk prajurit yang dapat membaca dan menulis bahasa Inggris, sedangkan tes Army Betha untuk mereka yang tidak dapat membaca dan menulis dalam bahasa Inggris.

Pada waktu damai tidak ada perang lagi, kedua tes ini mendapat perbaikan dan dipergunakan dalam bidang perusahaan dan industri.

Hasil pengukuran intelegensi terutama diperlukan untuk :1. Pendidikan di sekolah, untuk menentukan anak-anak yang dapat diterima di sekolah atau harus masuk sekolah luar biasa.2. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan untuk menentukan pada anak, atau untuk mengetahui hambatan dalam hal apa yang diderita anak, sehingga dapat ditentukan jenis bimbingan yang tepat untuk membantu anak yang bermasalah tersebut.3. Seleksi dan penempatan, untuk menentukan pilihan dan penempatan pada jurusan yang tepat, tidak cukup hanya dengan menanyai anak secara lisan, atau dengan mengamatinya, tetapi masih diperlukan hasil tes intelegensi untuk kecerdasannya. Demikian pula dalam lingkungan tempat kerja, hasil pengukuran intelegensi dapat digunakan untuk menempatkan pegawai-pegawai pada tempat yang sesuai denga kecakapannya. Sebaiknya tes intelegensi ini diselenggarakan oleh psikologi, tetapi untuk sekedar menentukan normal tidaknya seorang anak, orang tua atau guru dapat mempergunakan daftar kecakapan di bawah ini :

1) Untuk kelompok usia 3 – 4 tahun• Menuruni tangga setahap demi setahap• Bermain bersama• Mengambil pakaian sendiri dan memasang kancing tanpa pertolongan orang lain• Membantu pekerjaan yang ringan• Menari, menyanyi, bercerita• Mencuci tangan tanpa pertolongan

Page 19: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

2) Untuk kelompok umur 4 – 5 tahun• Dapat mengenakan pakaian sendiri• Dapat mencuci muka, kaki dan tangan sendiri• Pergi ke rumah tetangga tanpa diawasi• Dapat menggambar sederhana dengan pensil dan crayon, dapat bermain kucing-kucingan atau sembunyi-sembunyian.

3) Untuk kelompok umur 5 -6 tahun• Dapat naik sepeda kecil• Menggunakan pensil untuk menulis namanya dan nama-nama benda yang sederhana• Bermain yang menggunakan aturan, seperti main kelereng, kartu, benteng-bentengan• Mengenal penggunaan uang• Berani pergi ke sekolah sendiri

4) Untuk kelompok umur 6 – 7 tahun• Menggunakan pisau untuk memotong• Mandi sendiri, menggunakan sabun dan sikat gigi, pergi tidur tanpa diawasi

5) Untuk kelompok 7 – 8 tahun• Menyebutkan jam berapa lengkap dengan menit, seperempat dan setengah jam• Mulainya berpikir rasional, dapat menerima atau mengolah pendapat orang sesuai dengan logika• Melakukan permainan sosial, bagi wanita misalnya : bermain rumah-rumahan, dagang-dagangan atau sekolah-sekolahan, permainan laki-laki lebih bersifat ekspansif misalnya : bermain sepak bola, mendaki bukit, naik sepeda, berenang di sungai atau di laut dan sebagainya.

Penggolongan Intelegensi

Woodwort dart Marquis tahun 1955 mengemukakan penggolongan intelegensi sebagai berikut :

Tingginya IQ Klasifikasi / Jenis140 ke atas Genius (luar biasa positif)120 – 139 Very superior (sangat cerdas)110 – 119 Superior (cerdas)90 - 109 Average (normal / rata-rata)80 - 89 Dull (bodoh)70 – 79 Borde line (batas kemampuan)50 – 69 Moron (debil)30 – 49 Imbesil terbelakangdibawah 30 Idiot

Penjelasan dari tiap-tiap tingkatan intelegensi di atas aldah sebagai berikut :

1. Idiot

Individu yang termasuk golongan ini memiliki intelegensi yang rendah sekali. Ia tidak dapat berbicara atau mengurus dirinya sendiri. Tidak dapat dilatih dan tidak memiliki kemampuan mempertahankan diri. Ada yang dapat berjalan, tapi kebanyakan tetap

Page 20: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

tinggal di tempat seumur hidup.

Perkembangan intelegensinya sama dengan anak usia 2 tahun. Kebanyakan tidak memiliki umur panjang sebab di samping intelegensinya yang rendah, fisiknya pun tidak memiliki daya tahan terhadap penyakit dan tidak mengenal bahaya. Oleh karena itu selama hidupnya perlu pengawasan yang terus menerus.

2. Imbesil

Memiliki intelegensi lebih tinggi dari pada kelompok idiot. Dapat mengucapkan kata-kata atau dapat berbicara secara sederhana. Dapat dilatih untuk memelihara badannya sendiri. Mencuci pakaian yang ringan-ringan, menyapu atau membersihkan lantai. Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan dasn pemeliharaan baik di rumah maupun di panti-panti perawatan. Karena mereka mudah lupa dan tidak dapat memecahkan masalah kalau tanpa bantuan. Kecerdasannya seperti kulit bayi, dan gerak-geriknya tidak efektif, tidak terpadu.

3. Debil (Moron)

Golongan ini sudah dapat dilatih untuk membaca menulis dan berhitung secara sederhana. Dapat dilatih dan menekuni keterampilan-keterempilan yang ringan seperti memelihara binatang, menjahit pakaian.

Kalau berada ditengah-tengah anak normal, akan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :• Tidak dapat memperhatikan sesuatu dengan serius dan lama (mudah bosan)• Perhatiannya mudah berpisah-pisah• Tapi sudah dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat dan dapat mengurus dirinya sendiri• Badannya tampak normal, kadang-kadang ada juga yang badannya bercirikan seperti pada golongan imbesil.

4. Border line (batas kemampuan)

Golongan ini berada di antara kelompok terbelakang dan kelompok normal. Dapat diikutsertakan untuk belajar di sekolah umum, hanya kecerdasannya masih rendah. Hingga hanya akan mampu mengikuti pelajaran sebanyak lebih 4/5 dari kecepatan anak normal.

Di samping kecerdasannya kurang, juga emosinya kurang dapat dikendalikan hinga seringkali sulit menyesuaikan diri di sekolah-sekolah umum.

5. Dull (bodoh)

Termasuk kelompok intelegensi normal atau rata, tetapi yang paling bawah. Dalam kegiatan sehari-hari dapat bersaing dengan teman-temannya, hanya dalam kegiatan akademis mereka seringkali ketinggalan.

Kadang-kadang ada yang dapat menyelesaikan sekolah menengah (walaupun dengan susah payah), tetapi kebanyakan mereka gugur sebelum waktunya (drop out).

Page 21: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

6. Average (rata-rata / normal)Kelompok ini memiliki kecerdasan yang tidak terlalu tinggi tapi tidak rendah. Dengan kata lain mereka memiliki kecerdasan cukup, rata-rata atau normal. Sebagian besar penduduk dunia memiliki kecerdasan dalam tingkat ini.

Pada umumnya orang / anak yang tergolong ke dalam kelompok ini dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Di sekolah pun mereka dapat mengikuti pelajaran dengan tekun dan pada umumnya dapat menyelesaikan program sekolah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Maksudnya tidak pernah tinggal kelas atau sebaliknya tidak terlalu melebihi teman-temannya hingga misalnya dari kelas 1 naik ke kelas 3.

7. Superior (cerdas)

Mereka yang tergolong ke dalam kelompok ini berhasil dengan baik sekali, baik di sekolah maupun dalam pekerjaan. Di sekolah umumnya (maksudnya di sekolah untuk anak-anak normal) mereka kelihatan menyerap pelajaran yang disajikan.

Biasanya mereka menjadi pemimpin dalam kelas atau kalau sudah dewasa di masyarakat atau di tempat pekerjaannya.

8. Very Superior (sangat cerdas)

Kelompok ini sedikit lebih tinggi daripada kelompok superior. Kadang-kadang sulit membedakan kedua kelompok ini. Mereka cepat memahami suatu situasi. Dapat membaca dengan lancar, memiliki pemahaman dan pengertian yang baik tentang bilangan, dan memiliki perbendaharaan bahasa yang luas, cepat memahami hal-hal yang abstrak dan senang atau selalu bersemangat untuk mempelajari hal-hal yagn baru. Matanya bersinar-sinar, pendengarannya tajam badannya sehat, kuat dan tangkas.

9. Genius (luar biasa positif)

Kelompok ini tingkat kecerdasan berada di atas kelompok sangat cerdas. Jumlah mereka sangat sedikit walaupun tidak mengikuti pendidikan di sekolah mereka dapat belajar, menemukan sesuatu yang baru dan dapat memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.

Orang-orang semacam ini terdapat dalam semua bangsa, ras, tingkat sosial ekonomi, maupun jenis kelamin. Dewasa ini mereka dari kelompok ini mendapat perhatian khusus dalam dunia pendidikan.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang penggolongan intelegensi berdasarkan tinggi rendahnya, perhatikanlah bagan di bawah ini :

Terbelakang Luar biasaposisitf

1 2 3 4 5 7 8 96

Page 22: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Klasifikasi intelegensi menurut Woodworth dan Marquis.Rangkuman :

Untuk memperoleh gambaran umum dari bahan pembelajaran tentang intelegensi, perhatikanlah rangkuman di bawah ini !1. intelegensi, perhatikan gambaran umum dari bahan pembelajaran tingkah laku, yagn meliputi berbagai kemampuan baik kemampuan umum maupun kemampuan khusus.2. Berbagai definisi tentang intelegensi dikemukakan oleh :• Lewis M. Terman (1916)• George D. Stoddard (1943)• Garret (1946)• L. J. Bischof (1954)• Heidenrich (1970)3. Intelegensi dapat diukur melalui tes, secara individual dan secara kelompok :• Binet• David Wechsler• Army Alpha• Army Betha4. Binet mempergunakan rumus :IQ = MA X 100CA

Wechsler : Dihitung langsung dari hasil tes. (umur mental)Untuk anak : WISC = Wechsler intellegence Scale for ChildrenUntuk orang dewasa : WAIS = Wechsler Adult Intellegence Scale

5. Pada tahun 1955 Woodworth dan Marquis mengadakan penggolongan intelegensi menjadi 9 golongan dengan nama sebagai berikut :• Genius• Very superior - Superior• Average• Dull• Border line• Debil• Imbesil• Idiot

C. Kreativitas

Pengertian Kreativitas

Menurut pendapat Guiford, kreativitas adalah merupakan bagian dari kecerdasan. Kedalamannya termasuk bakat, cara berfpikir, kreatif yang memancarkan (divergen) dalam bidang ilmiah, imajinasi, rasa ingin tahu, eksperimen dan eksplorasi, kemampuan menemukan ide-ide, melihat hubungan yang baru untuk merumuskan konsep-konsep, menemukan jawaban terhadap pertanyaan dan mencari pertanyaan-pertanyaan baru yang jawabannya perlu dicari.

Setiap individu memiliki kreativitas, tapi besar kecilnya kreativitas pada setiap individu tidak sama. Hal ini bergantung kedapa tinggi rendahnya intelegensi individu yang

Page 23: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

bersangkutan. Makin tinggi intelegensi, makin besar kreativitas, demikian sebaliknya, makin rendah intelegensi, kreativitas pun makin kecil.

Akhir-akhir ini para pendidik dan psikolog sangat menaruh perhatian terhadap masalah kreativitas ini, dengan tujuan :• Agar dapat mengembangkan kreativitas pada setiap individu terutama pada anak seoptimal mungkin.• Agar dapat mengarahkan kreativitas setiap individu pada anak ke arah yang positif, yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.• Mencegah kreativitas yang bersifat negatif, yang merugikan dirinya dan juga meruigikan orang lain.

Menurut Drevdahl, kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan ide atau gagasan dalam bentuk apapun yang tidak diketahui sebelumnya.

Kreativitas merupakan kegiatan imajinasi atau perpaduan berbagai pemikiran yang hasilnya merupakan pembentukan pola-pola baru serta merupakan perpaduan informasi atau hasil yang berasal dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan situasi baru sehingga dapat menghasilkan hal yang baru.

Jadi kreativitas itu merupakan kesatuan elemen-elemen yang sangat kompleks. Adapun elemen-elemen yang merupakan ciri kreativitas adalah sebagai berikut :a. Kreativitas merupakan suatu proses, artinya dalam pemecahan masalah tidak tiba-tiba sampai pada tujuan, tetapi melalui tahap-tahap tertentu yang efisien dan selalu mengarah ketujuan yang hendak dicapai.b. Kreativitas selalu menghasilkan hal yang baru dan berbeda-beda, oleh karena itu sifatnya unik baik verbal maupun non verbal, konkrit atau abstrak.c. Walaupun kreativitas merupakan hasil pemikiran yang berbeda-beda, tetapi terjadi kesesuaian dan keselarasan, sehingga menimbulkan bentuk pemikiran yang terpusat (convergent) untuk memecahkan suatu masalah. Jadi pemecahan masalah berarti hasil kreasi seseorang dalam berfikir.d. Kemampuan untuk berkreasi tergantung pada perolehan pengetahuan yang diserap menjadi pengalaman. Hal tersebut akan membentuk imajinasi yang berguna dan menimbulkan kreasi-kreasi yang abru.

Dari uraian di atas dapt ditarik kesimpulan bahwa untuk membantu anak mengembangkan kreativitasnya, hendaknya para pendidik memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk menimba pengalaman sebanyak-banyaknya.

Agar kreativitas anak tidak menyimpang ke arah yang negatif, perlu bimbingan pendidik sedemikian rupa sehingga bimbingan itu tidak menyebabkan anak merasa ’diperkosa”, tidak menyebabkan anak menjadi ”putus asa”. Dasarkanlah bimbingan itu pada rasa kasih sayang, motivasi yang menimbulkan semangat dan demi kepentingan anak itu sendiri.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kreativitas

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kreativitas adalah sbb:

a. Intelegensi

Page 24: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

Anak-anak cerdas (memiliki intelegensi yang tinggi) memiliki kreativitas yagn lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Mereka memiliki gagasan yang cukup banyak untuk menangani situasi konflik sosial dan mereka mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Hal ini yang menyebabkan mereka sering terpilih menjadi pemimpin dalam kelompok.

b. Sikap orang tua khususnya dan pendidik pada umumnya

Sikap orang tua dan pendidik yang demokratis lebih banyak memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitas dari pada sikap orang tua dan pendidik yang otoriter.

Yang dimaksud dengan sikap demokratis adalah sikap yang memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Kita memberi kesempatan pada anak atau orang lain untuk bertanya, untuk megemukakan pendapatnya untuk bertukar pikiran dengan kita.

Sedangkan sikap yang otoriter sebaliknya dari sikap demokratis. Kita merasa benar sendiri, menganggap orang lain tidak tahu apa-apa, tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya.

c. Jenis Kelamin

Biasanya anak laki-laki lebih kreatif dari pada anak perempuan. Perbedaan ini disebabkan perbedaan perlakuan orang tua dan pendidik pada kedua jenis kelamin tersebut.

Kepada anak laki-laki, orang tau lebih banyak memberi kesempatan untuk mengadakan eksplorasi dan untuk berdiri sendiri. Sedangkan anak perempuan harus lebih banyak tinggal di rumah.

Rangkuman

Untuk memperoleh gambaran umum dari bahan pembelajaran tentang kreativitas, perhatikanlah rangkuman di bawah ini !

1. Menurut Guford, kreativitas adalah bagian dari kecerdasan, sedangkan menurut Drevdahl, kreativitas adalah kemampuan individu yang menghasilkan ide atau gagasan dalam bentuk apapun yang tidak diketahui sebelumnya.

2. Elemen-elemen yang merupakan kreativitas adalah :a. Kreativitas merupakan prosesb. Kreativitas selalu menghasilkan hal yang baru dan berbeda-bedac. Merupakan pemikrian yang terpusat untuk memecahkan suatu masalahd. Kemampuan berkreasi banyak dipengaruhi oleh pengalaman

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :• Intelegensi• Sikap orang tua• Jenis kelamin

Page 25: Psikologi Pendidikan (Pertemuan 4) Web viewSetiap individu itu memiliki lingkungan hidup sendiri ... Sebab masih banyak cara untuk ... Tetapi mereka masih tetap membutuhkan pengawasan

• Keadaan sosial ekonomi yang baik ditunjang dengan pengertian orang tua / pendidik• Posisi anak dalam keluarga• Besar kecilnya keluarga• Letak tempat tinggal

4. Ciri-ciri anak yang kreatif :• Suka mengajukan pertanyaan• Tidak merasa puas dengan jawaban yang sederhana• Memiliki penglihatan dan pendengaran yang peka (dapat mengingat apa yang dilihat dan didenganrnya dalam waktu yang lama)• Memiliki gagasan yang banyka• Memiliki daya cipta yang aktif• Senang mengerjakan tugas-tugas yang menantang• Sikap luwes 9tidak kaku)

5. Teknik mengembangkan kreativitas :• Hargai ide atau inisiatifnya• Ikut sertakan dalam kegiatan baik di rumah maupun di sekolah• Beri kesempatan untuk meraih prestasi atas usahanya sendiri• Berkomunikasilah dengan anak sesering mungkin• Sediakan tempat khusus agar anak dapat mencurahkan ide-idenya tanpa gangguan.