Pseudokista Daun Telinga
-
Upload
mitha-pradini -
Category
Documents
-
view
1.419 -
download
41
Transcript of Pseudokista Daun Telinga
PSEUDOKISTA DAUN TELINGA
1. Pendahuluan
Pseudokista daun telinga pertama kali dilaporkan oleh Hartmann pada
tahun 1846 dan pertama kali dijelaskan dalam literatur Inggris pada tahun 1966
oleh Engel. Dalam perjalanannya, Pseudokista daun telinga memiliki banyak
istilah, termasuk Pseudokista Endochondral, Kista Intracartilaginous,
Chondromalacia Kistik, dan Benign Idiopathic Cystic Chondromalacia. Karena
kondisi ini jarang terjadi, kemungkinan bisa terjadi kesalahan dari diagnosis atau
terdapat kasus yang tidak dilaporkan.1,2,3
2. Definisi
Pseudokista daun telinga adalah suatu kondisi yang relatif jarang di mana
cairan serosa terakumulasi di antara ruang intracartilaginous telinga dan
bermanifestasi sebagai suatu pembengkakan, dan tanpa rasa sakit pada telinga
luar.1,4
3. Patofisiologi
Etiologi dari Pseudokista daun telinga tidak diketahui, tetapi beberapa
mekanisme patogenik telah dikemukakan. Awalnya, Engel menyatakan bahwa
enzim lisosomal mungkin akan dilepaskan dari kondrosit dan menyebabkan
kerusakan pada tulang rawan aurikularis. Namun, analisis isi dari pseudokista
mengungkapkan bahwa cairan kaya akan albumin dan asam proteoglikan, dengan
kaya sitokin tetapi sedikit mengandung enzim lisosomal.1,5
Analisis sitokin dari cairan menunjukkan terdapatnya peningkatan
interleukin (IL) -6, yang diyakini untuk merangsang proliferasi kondrosit. IL-1,
mediator penting untuk terjadinya peradangan dan kerusakan tulang rawan,
menginduksi IL-6. IL-1 juga merangsang kondrosit mensintesis protease dan
prostaglandin E2 sementara menghambat pembentukan komponen matriks
ekstraseluler.1,5,6
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa Pseudokista aurikularis sering
terjadi setelah trauma ringan yang berulang. Untuk mendukung etiologi trauma
1
ini, telah dilaporkan nilai dehidrogenase laktat serum (LDH) terdapat dalam cairan
pseudokista. Dua dari isoenzim tinggi, LDH-4 dan LDH-5, yang dinyatakan
sebagai komponen utama dari tulang rawan aurikularis manusia. Enzim ini
mungkin dapat dilepaskan dari cartilago aurikularis yang mendapatkan trauma
minor berulang. Suatu artikel melaporkan bahwa pseudocysts dapat dianggap
sebagai variasi dari othematoma atau otoseroma.1,5,6
4. Epidemiologi
Frekuensi :
Tan dan Hsu melaporkan gambaran epidemiologi, karakteristik
klinikopatologi, dan keberhasilan pengobatan bedah pada 40 pasien dari
kelompok Asia yang berbeda yang menderita Pseudokista daun telinga. Hasil
penelitian menunjukkan dominasi Cina (90%), diikuti oleh orang Melayu
(5%), dan Eurasia (5%). Sebagian besar (55%) menunjukkan pembengkakan
telinga dalam waktu 2 minggu. Hanya sedikit (10%) memiliki riwayat
trauma.1
Mortalitas / Morbiditas :
Tanpa dilakukan pengobatan pada Pseudokista daun telinga, dapat
terjadi cacat permanen pada daun telinga yang terkena.1
Ras :
Kebanyakan laporan dari Pseudokista daun telinga telah melibatkan
pasien Cina atau berkulit putih, namun orang-orang dari semua kelompok ras
bisa terkena.1
Jenis kelamin :
Pseudokista daun telinga menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi
pada pria daripada pada wanita.1
Usia :
Sebagian besar Pseudokista daun telinga terjadi pada pria berusia 30-
40 tahun, tetapi hasil pendataan lesi dapat terjadi pada pasien mulai usia 15-
85 tahun.1
2
5. Gejala Klinis
Pseudokista bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada
permukaan lateral atau anterior pinna, yang terus berkembang selama 4-12
minggu. Riwayat trauma mungkin menyertai perjalanan klinis, termasuk
menggosok, menarik telinga, tidur di bantal keras, atau memakai helm sepeda
motor atau earphone. Ini juga telah dikaitkan dengan kasus kulit gatal atau
penyakit sistemik termasuk dermatitis atopik dan limfoma.1,5
Pseudokista bukanlah suatu peradangan, terjadi pembengkakan yang
asimptomatik pada permukaan lateral atau anterior dari pinna, biasanya pada fossa
skafoid atau fosa triangular. Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan mengandung
cairan kental bening atau kekuningan, dengan konsistensi yang sama dengan
minyak zaitun.1,5
Gambar 1 : Terdapat pembengkakan pada daun telinga kiri yang biasa timbul tanpa gejala.1
6. Etiologi
Etiologi untuk Pseudokista daun telinga tidak diketahui, tetapi beberapa
mekanisme patogenik telah dilaporkan, termasuk trauma ringan kronis. Beberapa
pendapat menyatakan bahwa sebuah kecacatan kecil dalam embriogenesis
aurikularis dapat juga berkontribusi terhadap pembentukan pseudokista.
Kecacatan ini dapat menyebabkan pembentukan suatu bidang jaringan sisa di
dalam tulang rawan aurikularis. Ketika mengalami trauma minor berulang atau
stres mekanik, bidang ini dapat membuka jaringan, membentuk pseudokista.
Tulang rawan aurikularis khususnya mungkin lebih rentan terhadap trauma karena
kurangnya jaringan ikat yang melapisi tulang rawan pada kulit.7
3
Sesuai dengan mekanisme yang dilaporkan, dermatitis atopik yang
menyertai keterlibatan daerah wajah dan telinga mungkin merupakan kondisi
predisposisi untuk pembentukan pseudokista. Meskipun kejadian pseudokista
pada pasien dengan dermatitis atopik tampaknya rendah. Pasien ini memiliki
insidensi yang lebih besar untuk terjadi lesi bilateral dibandingkan dengan
populasi umum.5
Pseudokista juga telah dilaporkan pada pasien dengan pruritus yang hebat
yang kemudian didiagnosis dengan limfoma. Setelah kemoterapi untuk limfoma,
pruritus membaik dengan pengurangan spontan dari volume pseudokista tersebut.
Para penulis mengusulkan bahwa trauma saat menggaruk dan menggosok telinga
adalah penyebab utama yang dapat memperburuk pseudokista tersebut.1,5
7. Diagnosis Banding
Penyakit lain yang dapat menjadi diagnosis banding pada kasus ini adalah
seperti Chondrodermatitis Nodularis Helicis, Relapsing Polychondritis,
Subperichondrial hematoma, Traumatic perichondritis. Namun ketika dilakukan
insisi pada lesi, yang menjadi ciri khas pada pseudokista daun telinga adalah isi
kista dengan jaringan granulasi dan kental, steril, dan berwarna kuning seperti
minyak zaitun yang berada dalam dua lapisan tulang rawan.1,8
8. Radiologi
Dalam beberapa laporan, gambar resonansi magnetik mengungkapkan
pengumpulan cairan serosa di dalam tulang rawan aurikularis, yang dapat lebih
mendukung diagnosis.9
4
Gambar 2: Pseudokista aurikula pada telinga kanan. (Kiri-Tengah) Magnetic Resonance Image tampak gambaran rongga kartilago berisi cairan serous.(Kanan)9
9. Histologi
Secara histologi, Pseudokista dari daun telinga tidak memiliki gambaran
pathognomonic, tetapi biasanya bisa ditandai dengan rongga intracartilaginous
kurang memiliki lapisan epitel. Pseudokista berisi tulang rawan menipis dan
degenerasi hyalin sepanjang tepi dalam dari ruang kistik. Epidermis dan dermis
pseudokista yang biasanya normal. Namun umumnya ditemukan infiltrasi
limfositik perivaskular, bersama dengan sel-sel inflamasi dalam ruang kistik.1,6
Dalam satu studi, pengapuran tulang rawan aurikularis diidentifikasi
setidaknya 7 hari setelah timbul gejala klinis awal. Meskipun bertentangan dengan
laporan literatur, satu studi menyatakan bahwa respon inflamasi sangat penting
untuk pengembangan pseudokista. Teori ini didasarkan pada respon inflamasi
perivaskular yang terlihat di semua 16 spesimen penelitian, degenerasi eosinofilik
dan nekrosis tulang rawan juga tampak di beberapa area. Fibrosis dan jaringan
granulasi intrakartilago adalah manifestasi dari stadium pseudokista.1
Gambar 3: Perbesaran rendah pseudokista ini mengungkapkan rongga kista mengandung musin.1
5
Gambar 4: terlihat gambaran yang normal dari lapisan epidermis, dermis, perikondrium3
10. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari Pseudokista daun telinga adalah menjaga struktur
anatomi dan pencegahan kekambuhan. Tanpa pengobatan, cacat permanen dari
daun telinga dapat terjadi. Pilihan pengobatan termasuk aspirasi jarum dengan
pembalutan, pengobatan (baik sistemik atau oral), dan perawatan bedah.
Konsensus pada manajemen terbaik untuk Pseudokista dari daun telinga belum
ditentukan, dan kombinasi pengobatan mungkin diperlukan untuk mencapai hasil
yang optimal.7,9,11
Tidak ada pengobatan medis yang efektif untuk Pseudokista daun telinga.
Dosis tinggi terapi kortikosteroid oral dan kortikosteroid intralesi telah dilaporkan,
dengan hasil yang bervariasi. Beberapa penulis berpendapat terhadap penggunaan
steroid intralesi, menyebabkan deformitas permanen pada telinga, sementara yang
lain mendukung terapi injeksi steroid atau bahkan terapi steroid oral. Para
pendukung terapi injeksi steroid menganggapnya sebagai prosedur lebih
sederhana daripada operasi. Kim dkk melaporkan terapi steroid intralesi dalam
kombinasi dengan pembalutan.1,7,10
Beberapa teknik penatalaksanaan telah banyak dilakukan seperti : aspirasi
dengan jarum, insisi dan drainase disertai balut tekan, aspirasi jarum disertai balut
tekan, pemberian tingture iodine pada intralesi, pemberian asam trikloroasetat
6
pada intrakartilago disertai balut tekan dengan suatu penyokong (button bolster),
terapi steroid intramuskular, terapi steroid oral dosis tinggi, dan terapi steroid
intralesi, serta kuretase dengan pemberian lem fibrin.5,9,10,11
Aspirasi
Aspirasi jarum sederhana cairan pseudokista diikuti dengan penempatan
pembalut tekan adalah salah satu metode yang paling umum dilakukan. Namun,
tanpa menggunakan pembalut tekan, kekambuhan sering terjadi. Patigaroo dkk
menggunakan teknik yang umum digunakan yaitu aspirasi sederhana diikuti
dengan injeksi steroid intralesi diikuti dengan balut tekan. Tingkat keberhasilan
mereka adalah 57% dengan komplikasi minimal, termasuk penebalan pinna.1,2,4,10
Gambar 5 : Teknik penatalaksanaan Pseudokista daun telinga dengan menggunakan button bolsters.4
Bedah
Berbagai metode telah banyak dilakukan, hasil yang memuaskan diperoleh
dengan insisional drainase, diikuti dengan obliterasi secara kimia atau mekanik.
Namun, kekambuhan masih sering terjadi dan tingkat keberhasilan masih belum
memuaskan. Untuk itu, Tuncer et al menggunakan metode kuret dan lem fibrin.9,11
7
Intervensi bedah Tuncer, dkk dilakukan dengan bius lokal. Sebuah sayatan
3 cm dilakukan pada fossa skafoid untuk membuka rongga. Setelah dilakukan
penyayatan, cairan kental kuning, cairan serosa 'seperti minyak zaitun' keluar,
khas untuk Pseudokista aurikula.9,11
Lapisan jaringan granulasi dan permukaan dalam tulang rawan dikuret
dengan pisau bedah no: 15. Setelah itu lem fibrin dimasukkan 2 ml ke dalam
rongga kista. Penutupan kulit dilakukan dengan nilon 5/0. Tarik jahitan keluar,
ikat pada penyangga kapas (cotton bolsters) yang lebih baik diletakkan pada fossa
skafoid dan fossa triangular sebagai kompresi dan dibuka pada hari ketiga pasca
operasi.11
Gambar 6: lapisan jaringan granulasi dan dinding tulang rawan anterior dan
posterior yang dikuret. (Kiri) jahitan dengan penyangga kapas (cotton bolsters) mengkompresi lem fibrin dan penutupan kulit (Kanan).11
11. Komplikasi
Satu studi melaporkan pasien yang mengalami perichondritis setelah
eksisi, membutuhkan pengobatan dengan antibiotik intravena. Perichondritis
dapat teratasi, tetapi dengan hasil telinga mengkerut (cauliflower) 3 bulan setelah
operasi. Penulis menyatakan bahwa karena pasien adalah seorang wanita tua
penderita diabetes mellitus, mungkin keadaan inilah yang menyebabkan kondisi
seperti itu.1,5
Satu laporan menyatakan potensi risiko yang terkait dengan teknik tekan,
dapat mengakibatkan nekrosis jika perangkat digunakan untuk menekan yang
terlalu ketat. Penanganan yang tepat dan menginstruksikan pasien untuk
8
melepaskan perangkat dan memerhatikan kemerahan pada telinga beberapa kali
sehari akan membantu dalam pencegahan.1
Gambar 7: Perikondritis (kiri) dan Cauliflower-ear (tengah-kanan) merupakan
salah satu komplikasi dari Pseudokista daun telinga.12
12. Edukasi
Pasien dengan Pseudokista dari daun telinga harus diberitahu bahwa
dengan terapi yang optimal sekalipun, kekambuhan masih dapat terjadi.
Menghindari pemicu atau faktor yang dapat memperburuk kondisinya harus
diinformasikan.1
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Baugh WP. Pseudocyst of the Auricle. California. [updated 2012 Feb 8; cited 2012 Jul 4]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1074632-overview#showall
2. Karabulut H, Acar B, Tuncay KS, Tanyildizli T, Karadag AS, Guresci S, et al. Treatment of the non-traumatic auricular pseudocyst with aspiration and intralesional steroid injection. The New Journal of Medicine 2009; 26: 117-119
3. Yang JS, Hong SH, Kim H, Song HJ, Oh CH. Pseudocyst of auricle. Ann Dermatol 1997; 9:(1) 16-21
4. Vano S, Galvan. Dermacase-auricular pseudocyst. Canadian Family Physician 2009; vol 56: 271-272
5. Miyamoto H, Okajima M, Takahashi I. Lactate dehydrogenase isozymes in and intralesional steroid injection therapy for pseudocyst of the auricle. Int J Dermatol. Jun 2001;40(6):380-4.
6. Mohammed E, Jakubikova J, Plank L, Hapco M, Donovalova G. Bilateral pseudocyst of auricle. Bratisl Lek Listy 2007; 108 (10-11): 470-473
7. Ramadas T, Ayyaswamy G. Pseudocyst of auricle – etiopathogenesis, treatment update and literature review. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck Surgery 2006; vol 58
8. Abbas O, Ghosn S, Kibbi G, Salman S. Asymptomatic swelling of the right ear. Clinical and Experimental Dermatology 2010; 35: e72-e73
9. Tuncer S, Basterzi Y, Yavuzer R. Recurrent auricular pseudocyst: a new treatment recommendation with curettage and fibrin glue. Dermatol Surg. Oct 2003;29(10):1080-3.
10. Cohen PR, Katz BE. Pseudocyst of the auricle: successful treatment with intracartilaginous trichloroacetic acid and button bolsters. J Dermatol Surg Oncol. Mar 1991;17(3):255-8.
11. Chang CH, Kuo WR, Wabg LF, Ho KY, Tsai KB. Deroofing surgical treatment for pseudocyst of the auricle. J Otolaryngol 2004; 33 (3): 177-180
12. Abdel AK, Nouby R, Taghian M. The use of the rib grafts in head and neck reconstruction. Egyptian Journal of Ear, Nose, Throat and Allied Sciences 2011; 12: 89-98
10