Proyek Gedung DPR Jalan Terus - ftp.unpad.ac.id · pembangunan gedung DPR. “Semuanya mendukung...

1
4 P OLKAM SELASA, 15 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA KONSISTENSI kalangan muda Partai Demokrat mendesak Presiden Susilo Bambang Yu- dhoyono untuk mengganti menteri-menteri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diang- gap sebagai kesalahpahaman memaknai keinginan politik Presiden. “Mereka masih muda, pantas jika kurang memahami. Mereka belum berpengalaman berko- munikasi dengan Presiden,” ujar anggota Dewan Pembi- na Partai Demokrat Achmad Mubarok seusai mengikuti diskusi di Jakarta, kemarin. Mubarok mengakui, walau- pun DPP Partai Demokrat su dah menyampaikan usul- an merombak wajah koalisi, Presiden memiliki perhitungan politik sendiri dengan mem- pertahankan PKS maupun Partai Golkar di koalisi. “Saya katakan bahwa palu reshuffle ada di Presiden. Bisa diketuk kapan saja. Baik seminggu, se- bulan, setahun, atau bisa juga dibuang sekalian palunya. Tapi substansi yang diinginkan Presiden adalah stabilitas poli- tik,” tandasnya. Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Jafar Hafsah menilai desakan reshufe dari kalangan muda Demokrat seperti Ikhsan Modjo, Rachland Nashidik, dan Ulil Abshar Abdalla hanya mengikuti perkembangan ha- sil evaluasi kinerja kabinet. Kemudian, lanjutnya, muncul masalah koalisi yang dikait- kaitkan dengan rencana reshuf- e tersebut. “Itu tidak sama,” papar Jafar. Sementara itu, Wakil Sekjen Demokrat Saan Mustofa ber- pendapat pernyataan barisan muda Demokrat itu mencer- minkan suara pribadi. Namun, hal tersebut disanggah Jafar, “Mereka kan sebagai anggota (Partai Demokrat), ya bukan suara pribadi,” ujar Jafar. Saat menanggapi polemik in- ternal Demokrat itu, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens menilai Presi- den Yudhoyono selama ini tidak pernah menghargai as- pirasi dan keinginan kader Demokrat. Pasalnya, SBY tidak berani reshuffle karena takut kehi- langan kekuatan politiknya. “SBY memang tidak pernah menghargai kader Demokrat kok. Itu tabiatnya,” ujar Boni saat dihubungi Media Indonesia, kemarin. Artinya, Demokrat tidak penting bagi SBY bila berha- dapan dengan ancaman ter- hadap posisi politiknya khusus. (NA/AO/*/P-3) Barisan Muda Demokrat tidak Paham SBY ANATA SYAH FITRI P ERIBAHASA ‘anjing menggonggong, ka- lah berlalu’ rupanya berlaku untuk proyek gedung baru DPR. Panitia Peng adaan Barang dan Jasa Pekerjaan Pembangunan Ge- dung DPR segera tancap gas, melelang tender proyek senilai Rp1,138 triliun tersebut hingga 22 Maret 2011. Fraksi yang semula meno- lak pun sudah berubah mata angin, termasuk Fraksi Hanura dan Fraksi Gerindra. “Setelah rapat fraksi, kami putuskan untuk menyetujui,” kata Ketua Fraksi Hanura Sunardi Ayub, di Jakarta, kemarin. Namun, pihaknya berharap gedung itu dibuat secara seder- hana, tetapi kukuh. Hal senada juga dikemukakan oleh Fraksi PDIP. Ketua Fraksi PDIP, Tjahjo Kumolo, mengatakan fraksinya bahkan telah mendapatkan in- struksi dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mendorong ditundanya proyek gedung baru DPR. “Tetap diperlukan adanya revisi ulang perencanaan pem- bangunan gedung baru agar lebih efisien. Kalau belum mendesak, kan bisa ditunda dulu, direvisi perencanaannya dengan proporsional saja dulu. Tidaklah perlu tergesa-gesa masyarakat kan sudah protes keras terhadap perencanaan gedung itu,” ujarnya. Sikap yang tidak jelas mun- cul dari Fraksi Gerindra. Partai ini, melalui surat A 396/F.P- Gerindra/DPR RI/I/2011 ter- tanggal 10 Januari 2011, me- nyatakan penolakan rencana pembangunan gedung itu. Namun, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Suraba- ya, Minggu (13/3) menegaskan, tidak ada fraksi yang menolak pembangunan gedung DPR. “Semuanya mendukung pem- bangunan gedung DPR.” Ketika dikonfirmasi sikap akhir partainya, Wakil Ketua Fraksi Gerindra Ahmad Muzani menjawab, “Kami sudah ber- ulang kali menyatakan bahwa fraksi menolak. Kalau gedung baru selesai, Gerindra menolak gedung itu dan tak akan me- nempatinya,” kata dia. Dalam menanggapi masih adanya penolakan dari masya- rakat dan internal DPR terha- dap kelanjutan proyek itu, Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh berkelit pihaknya hanyalah pelaksana teknis pembangunan. “Soal lanjut atau tidak itu bukan pada saya keputusannya. Saya pun dalam posisi bertanya, apakah ini su- dah nal?” katanya. Dipaksakan Perubahan sikap fraksi-fraksi tersebut menunjukkan inkon- sistensi yang menimbulkan tanda tanya di hati publik. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan menduga ada aktor-aktor yang memaksakan kehendak priba- dinya di balik pembangunan gedung tersebut. “Terlihat sekali ada kehendak yang dipaksakan dalam proyek ini. Ini ada kepentingan apa, sampai harus dipaksakan. Ba- nyak skenario untuk memulus- kan rencana tersebut. Apakah karena lobi yang cukup kuat jadi berubah?” ujarnya. Kengototan DPR itu juga menjadi pertanyaan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya, yang mengkritik me- gaproyek triliunan rupiah itu sedari awal. “Sejak awal, pembangunan gedung baru bermasalah. Bila DPR tetap ngotot membangun, seharusnya sejumlah perta- nyaan masyarakat soal ke- beratan pembangunan harus dijawab DPR. Misalnya, per- usahaan apa yang ikut tender. Berapa biaya dan mengapa perusahaan tersebut terlibat?” tegas Koordinator Forum Ma- syarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, beberapa waktu lalu. Sekjen Forum Indonesia un- tuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yuna Farhan menambah- kan, menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), beberapa di antara perusahaan tersebut sudah diaudit dan dinyatakan melanggar. Dalam menengahi hal itu, pimpinan DPR meminta agar proses lelang dan pengguna- an anggaran pembangunan gedung itu dilakukan secara transparan. “Sejak awal pro- ses lelang, pembangunan ge- dung DPR itu melibatkan KPK (Komisi Pemberantasan Korup- si). Jadi sudah tidak hal-hal yang patut dipersoalkan,” kata Priyo Budi Santoso. (P-4) [email protected] Proyek Gedung DPR Jalan Terus Tender gedung baru wakil rakyat setinggi 36 lantai itu resmi dibuka tanpa ada perubahan desain seperti yang diinginkan sejumlah anggota DPR.

Transcript of Proyek Gedung DPR Jalan Terus - ftp.unpad.ac.id · pembangunan gedung DPR. “Semuanya mendukung...

Page 1: Proyek Gedung DPR Jalan Terus - ftp.unpad.ac.id · pembangunan gedung DPR. “Semuanya mendukung pem-bangunan gedung DPR.” Ketika dikonfirmasi sikap akhir partainya, Wakil Ketua

4 POLKAM SELASA, 15 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA

KONSISTENSI kalangan muda Partai Demokrat mendesak Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono untuk mengganti men teri-menteri dari Partai Ke adilan Sejahtera (PKS) diang-gap sebagai kesalahpahaman memaknai keinginan politik Presiden.

“Mereka masih muda, pantas jika kurang memahami. Mereka belum berpengalaman berko-munikasi dengan Presiden,”

ujar anggota Dewan Pembi-na Partai Demokrat Achmad Mubarok seusai mengikuti diskusi di Jakarta, kemarin.

Mubarok mengakui, walau-pun DPP Partai Demokrat su dah menyampaikan usul-an merombak wajah koalisi, Presiden memiliki perhitungan politik sendiri dengan mem-

pertahankan PKS maupun Partai Golkar di koalisi. “Saya katakan bahwa palu reshuffle ada di Presiden. Bisa diketuk kapan saja. Baik seminggu, se-bulan, setahun, atau bisa juga dibuang sekalian palunya. Tapi substansi yang diinginkan Presiden adalah stabilitas poli-tik,” tandasnya.

Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Jafar Hafsah menilai desakan reshuffl e dari kalangan muda Demokrat seperti Ikhsan Modjo, Rachland Nashidik, dan Ulil Abshar Abdalla hanya mengikuti perkembangan ha-sil evaluasi kinerja kabinet. Kemudian, lanjutnya, muncul masalah koalisi yang dikait-

kaitkan dengan rencana reshuf-fl e tersebut. “Itu tidak sama,” papar Jafar.

Sementara itu, Wakil Sekjen Demokrat Saan Mustofa ber-pendapat pernyataan barisan muda Demokrat itu mencer-minkan suara pribadi. Namun, hal tersebut disanggah Jafar, “Mereka kan sebagai anggota

(Partai Demokrat), ya bukan suara pribadi,” ujar Jafar.

Saat menanggapi polemik in-ternal Demokrat itu, pengamat politik Universitas Indonesia Boni Hargens menilai Presi-den Yudhoyono selama ini ti dak pernah menghargai as-pirasi dan keinginan kader Demokrat.

Pasalnya, SBY tidak berani reshuffle karena takut kehi-langan kekuatan politiknya. “SBY memang tidak pernah menghargai kader Demokrat kok. Itu tabiatnya,” ujar Boni saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Artinya, Demokrat tidak penting bagi SBY bila berha-dapan dengan ancaman ter-hadap posisi politiknya khusus. (NA/AO/*/P-3)

Barisan Muda Demokrat tidak Paham SBY

ANATA SYAH FITRI

PERIBAHASA ‘anjing menggonggong, ka-fi lah berlalu’ rupanya berlaku untuk proyek

gedung baru DPR. Panitia Peng adaan Barang dan Jasa Pe kerjaan Pembangunan Ge-dung DPR segera tancap gas, melelang tender proyek senilai Rp1,138 triliun tersebut hingga 22 Maret 2011.

Fraksi yang semula meno-lak pun sudah berubah mata a ngin, termasuk Fraksi Hanura dan Fraksi Gerindra. “Setelah rapat fraksi, kami putuskan untuk menyetujui,” kata Ketua Fraksi Hanura Sunardi Ayub, di Jakarta, kemarin.

Namun, pihaknya berharap gedung itu dibuat secara seder-hana, tetapi kukuh. Hal senada juga dikemukakan oleh Fraksi PDIP. Ketua Fraksi PDIP, Tjahjo Kumolo, mengatakan fraksinya bahkan telah mendapatkan in-struksi dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mendorong ditundanya proyek gedung baru DPR.

“Tetap diperlukan ada nya revisi ulang perencanaan pem-bangunan gedung baru agar

lebih efisien. Kalau belum mendesak, kan bisa ditunda dulu, direvisi perencanaannya dengan proporsional saja dulu. Tidaklah perlu tergesa-gesa masyarakat kan sudah protes keras terhadap perencanaan gedung itu,” ujarnya.

Sikap yang tidak jelas mun-cul dari Fraksi Gerindra. Partai ini, melalui surat A 396/F.P-Gerindra/DPR RI/I/2011 ter-tanggal 10 Januari 2011, me-nyatakan penolakan rencana pembangun an gedung itu.

Namun, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Suraba-ya, Minggu (13/3) menegaskan, tidak ada fraksi yang menolak pembangunan gedung DPR. “Semuanya mendukung pem-bangunan gedung DPR.”

Ketika dikonfirmasi sikap akhir partainya, Wakil Ketua Fraksi Gerindra Ahmad Muzani menjawab, “Kami sudah ber-ulang kali menyatakan bahwa fraksi menolak. Kalau gedung baru selesai, Gerindra menolak gedung itu dan tak akan me-nempatinya,” kata dia.

Dalam menanggapi masih adanya penolakan dari masya-rakat dan internal DPR terha-dap kelanjutan proyek itu,

Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh berkelit pihaknya hanyalah pelaksana teknis pembangunan. “Soal lanjut atau tidak itu bukan pada saya keputusannya. Saya pun dalam posisi bertanya, apakah ini su-dah fi nal?” katanya.

DipaksakanPerubahan sikap fraksi-fraksi

tersebut menunjukkan inkon-sistensi yang menimbulkan tanda tanya di hati publik. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan menduga ada aktor-aktor yang memaksakan kehendak priba-dinya di balik pembangunan gedung tersebut.

“Terlihat sekali ada kehendak yang dipaksakan dalam proyek ini. Ini ada kepentingan apa, sampai harus dipaksakan. Ba-nyak skenario untuk memulus-kan rencana tersebut. Apakah karena lobi yang cukup kuat jadi berubah?” ujarnya.

Kengototan DPR itu juga menjadi pertanyaan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya, yang mengkritik me-gaproyek triliunan rupiah itu sedari awal.

“Sejak awal, pembangunan

gedung baru bermasalah. Bila DPR tetap ngotot membangun, seharusnya sejumlah perta-nyaan masyarakat soal ke-beratan pembangunan harus dijawab DPR. Misalnya, per-usahaan apa yang ikut tender. Berapa biaya dan mengapa perusahaan tersebut terlibat?” tegas Koordinator Forum Ma-syarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, beberapa waktu lalu.

Sekjen Forum Indonesia un-tuk Transparansi Anggaran (Fitra) Yuna Farhan menambah-kan, menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), beberapa di antara perusahaan tersebut su dah diaudit dan dinyatakan melanggar.

Dalam menengahi hal itu, pimpinan DPR meminta agar proses lelang dan pengguna-an anggaran pembangunan gedung itu dilakukan secara transparan. “Sejak awal pro-ses lelang, pembangunan ge-dung DPR itu melibatkan KPK (Komisi Pemberantasan Korup-si). Jadi sudah tidak hal-hal yang patut dipersoalkan,” kata Priyo Budi Santoso. (P-4)

[email protected]

Proyek Gedung DPR Jalan TerusTender gedung baru wakil rakyat setinggi 36 lantai itu resmi dibuka tanpa ada

perubahan desain seperti yang diinginkan sejumlah anggota DPR.