PROSPEK SUMBERDAYA PERIKANAN DAN SOSIAL … · 457 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur...

13
457 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 PROSPEK SUMBERDAYA PERIKANAN DAN SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR (Studi Kasus Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur) Nur Ansari Rangka dan Arifuddin Tompo Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Aspek sosial ekonomi merupakan bagian dari potensi perikanan budidaya yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengembangan budidaya perikanan secara parsial, dan diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk pembangunan perikanan daerah Kabupaten Berau, Survei dilaksanakan menggunakan metode Pemahaman Pedesaan dalam Waktu Singkat (PPWS), Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan Nelayan Tangkap kelompok nelayan pembudidaya dan data sekunder yang diperoleh dari intansi yang terkait. Tipologi perikanan di Kabupaten Berau terdiri atas perikanan tangkap (di laut dan perairan umum), budidaya (air payau dan air tawar), dan pasca panen. Panjang Garis pantai Kabupaten Berau 629,2 km. Produksi perikanan Kabupaten Berau tahun 2010 sebesar 7.996 ton, atau 7% dari total produksi perikanan KalimantanTimur, 79,5% berasal dari perikanan tangkap, 13,3%, dari hasil budidaya air payau (tambak dan karamba) sisanya 7,2% dari perairan umum berupa rawa dan Sungai (Sungai Mahakam). Produksi perikanan yang dimanfaatkan baru sekitar 11,2%. Potensi perikanan perairan umum yang cukup besar membutuhkan penanganan secara terpadu untuk memperoleh hasil yang optimal. Optimalisasi lahan tambak potensial dengan menerapkan teknologi remediasi tanah dasar untuk polikultur udang windu dengan bandeng dan mono kultur udang secara ekstensif, meningkatkan produktivitas tambak hingga 300%. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan, kelembagaan perencanaan, kelembagaan pengelolaan, kelembagaan pengawasan, pembiayaan perikanan non formal dalam pengelolaan sumbedaya pantai, serta laut perlu diterapkan. Prospek perdagangan ikan segar akan semakin jauh pemasarannya apabila tersedia kredit modal kerja bagi pedagang ikan,ditunjang dengan pengadaan TPI yang akan memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar bagi daerah. Komoditi hasil laut seperti rumput laut, teripang dan lobster yang memiliki nilai ekonomi tinggi perlu dipertimbangkan untuk dibudidayakan. Prospek pengembangan sumberdaya perikanan, melalui budidaya tambak, pola pengembangan perikanan lepas pantai, dan perencanaan pasar antar pulau dengan memanfaatkan faktor keunggulan komparatif wilayah dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya perikanan, sumber daya manusia, prasarana dan sarana yang tersedia. diharapkan dapat meningkatkan percepatan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal. KATA KUNCI: prospek, sumberdaya perikanan, sosial ekonomi, Kabupaten Berau PENDAHULUAN Rencana pembangunan perikanan Indonesia yang tertuang dalam revitalisasi pembangunan perikanan, diarahkan pada peningkatan peran sektor perikanan dalam menunjang terciptanya perikanan yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu menjamin tersedianya bahan pangan protein hewani dan bahan baku industri di dalam negeri, meningkatkan eksport, mendorong perluasan kesempatan kerja, kesempatan berusaha , meningkatkan pendapatan nelayan , serta menunjang pembangunan daerah . Tipologi perikanan Indonesia terdiri atas perikanan tangkap (di laut dan perairan umum), budidaya (air payau dan air tawar), serta pasca panen (Ilyas & Supardan, 1995). Produksi perikanan Indonesia tahun 2010 sebesar 2. 970.000 ton atau sekitar 68,8% yang berasal dari perikanan tangkap di laut, 10,9% dari budidaya air payau, 9,8% dari penangkapan di perairan umum, 7,6% budidaya air tawar dan 2,9% budidaya laut (Anonymous, 2007) Page 473 of 1000 Page 1 of 13

Transcript of PROSPEK SUMBERDAYA PERIKANAN DAN SOSIAL … · 457 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur...

457 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

PROSPEK SUMBERDAYA PERIKANAN DAN SOSIAL EKONOMIDI KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR

(Studi Kasus Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Berau,Kalimantan Timur)

Nur Ansari Rangka dan Arifuddin TompoBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Aspek sosial ekonomi merupakan bagian dari potensi perikanan budidaya yang bertujuan untuk mendapatkangambaran pengembangan budidaya perikanan secara parsial, dan diharapkan menjadi bahan pertimbanganuntuk pembangunan perikanan daerah Kabupaten Berau, Survei dilaksanakan menggunakan metodePemahaman Pedesaan dalam Waktu Singkat (PPWS), Data primer diperoleh dari observasi dan wawancaradengan Nelayan Tangkap kelompok nelayan pembudidaya dan data sekunder yang diperoleh dari intansiyang terkait. Tipologi perikanan di Kabupaten Berau terdiri atas perikanan tangkap (di laut dan perairanumum), budidaya (air payau dan air tawar), dan pasca panen. Panjang Garis pantai Kabupaten Berau 629,2km. Produksi perikanan Kabupaten Berau tahun 2010 sebesar 7.996 ton, atau 7% dari total produksiperikanan KalimantanTimur, 79,5% berasal dari perikanan tangkap, 13,3%, dari hasil budidaya air payau(tambak dan karamba) sisanya 7,2% dari perairan umum berupa rawa dan Sungai (Sungai Mahakam).Produksi perikanan yang dimanfaatkan baru sekitar 11,2%. Potensi perikanan perairan umum yang cukupbesar membutuhkan penanganan secara terpadu untuk memperoleh hasil yang optimal. Optimalisasilahan tambak potensial dengan menerapkan teknologi remediasi tanah dasar untuk polikultur udang windudengan bandeng dan mono kultur udang secara ekstensif, meningkatkan produktivitas tambak hingga300%. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan, kelembagaan perencanaan, kelembagaanpengelolaan, kelembagaan pengawasan, pembiayaan perikanan non formal dalam pengelolaan sumbedayapantai, serta laut perlu diterapkan. Prospek perdagangan ikan segar akan semakin jauh pemasarannyaapabila tersedia kredit modal kerja bagi pedagang ikan,ditunjang dengan pengadaan TPI yang akanmemberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar bagi daerah. Komoditi hasil laut seperti rumput laut,teripang dan lobster yang memiliki nilai ekonomi tinggi perlu dipertimbangkan untuk dibudidayakan.Prospek pengembangan sumberdaya perikanan, melalui budidaya tambak, pola pengembangan perikananlepas pantai, dan perencanaan pasar antar pulau dengan memanfaatkan faktor keunggulan komparatifwilayah dengan mempertimbangkan kemampuan sumberdaya perikanan, sumber daya manusia, prasaranadan sarana yang tersedia. diharapkan dapat meningkatkan percepatan pemanfaatan sumberdaya perikanansecara optimal.

KATA KUNCI: prospek, sumberdaya perikanan, sosial ekonomi, Kabupaten Berau

PENDAHULUAN

Rencana pembangunan perikanan Indonesia yang tertuang dalam revitalisasi pembangunanperikanan, diarahkan pada peningkatan peran sektor perikanan dalam menunjang terciptanyaperikanan yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu menjamin tersedianya bahan panganprotein hewani dan bahan baku industri di dalam negeri, meningkatkan eksport, mendorong perluasankesempatan kerja, kesempatan berusaha , meningkatkan pendapatan nelayan , serta menunjangpembangunan daerah .

Tipologi perikanan Indonesia terdiri atas perikanan tangkap (di laut dan perairan umum), budidaya(air payau dan air tawar), serta pasca panen (Ilyas & Supardan, 1995). Produksi perikanan Indonesiatahun 2010 sebesar 2. 970.000 ton atau sekitar 68,8% yang berasal dari perikanan tangkap di laut,10,9% dari budidaya air payau, 9,8% dari penangkapan di perairan umum, 7,6% budidaya air tawardan 2,9% budidaya laut (Anonymous, 2007)

Page 473 of 1000

Page 1 of 13

458Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi KalimantanTimur (Kal-Tim), Kabupaten Berau, Kutai Timur,Kutai barat, Kutai Kertanegara, Paser, Penajam Paser Utara, Mahakam Ulu, Bontang, Kota Samarinda(Ibu Kota Provinsi) dan Kota Balikpapan. Adapun batas-batas Kabupaten Berau adalah, Sebelah baratberbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kertanegara dan Malinau, Sebelah timurdengan Laut Sulawesi, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan dan sebelah Selatanberbatasan denganKabupaten Kutai Timuri. Kabupaten Berau terletak pada 1160 08 ' 28,4" BT, 3 0

37,32" Lintang utara dan 00 59' 59" lintang Selatan- 1190 03' 31" bujur barat. Ibu kota kabupaten initerletak di Tanjung Redeb. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 34.260,70 km² dan berpendudukkurang lebih 179.079 jiwa (Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).

Produksi perikanan Kabupaten Berau tahun 2010 sebesar 7.996 ton, atau 7% dari total perikananKal-Tim, 79,5% diantaranya berasal dari perikanan tangkap, 13,3% dari hasil budidaya air payau(tambak dan karamba) sisanya 7,2% dari perairan umum. Dengan luas lautan 12.229,88 km2,merupakan potensi perikanan yang cukup besar baik dari segi ekploitasi perikanan maupun darisumberdaya laut itu sendiri, yang masih membutuhkan penanganan secara terpadu untukmemperoleh hasil yang optimal dari sumberdaya yang tersedia.

BAHAN DAN METODE

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Pemahaman Pedesaan dalam WaktuSingkat (PPWS), dengan pertimbangan lokasi studi yang tersebar serta kesulitan memperolehresponden yang representative. Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan berpatisipasi,observasi langsung terhadap kegiatan responden dilapangan dan wawancara formal dan informaldengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) berstruktur yang telah disiapkan (Singarimbun& Effendi, 1989), selain itu data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan NelayanTangkap (bagan perahu, bagan tancap, nelayan pancing, Bubu, sero dan Jaring), kelompok nelayanpembudidaya rumput laut, pengrajin perahu, tokoh nelayan dan tokoh masyarakat setempat,sedangkan data sekunder diperoleh dari intansi yang terkait dengan tujuan studi.

Analisis Data

Data yang diperoleh (primer dan sekunder), ditabulasi secara silang, kemudian dianalisa secaradeskriptif. Hasil dan Pembahasan Tulisan ini berintikan, A. Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan di Beraudan B. Prospek Pengembangan Sumberdaya Perikanan

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan di Berau

Rumah Tangga Nelayan

Pembahasan mengenai rumah tangga nelayan meliputi penduduk, angkatan kerja dan konsentrasinelayan yang berdominili di 13 Kecamatan, 6 diantaranya terletak dibibir pantai Kabupaten Berau,yang menghadap ke Laut Sulawesi dan Selat Makassar.

Produksi perikanan Kabupaten Berau tahun 2010 sebesar 7.996 ton, atau 7% dari total perikananKal-Tim, 79,5% diantaranya berasal dari perikanan tangkap, 13,3% dari hasil budidaya air payau(tambak dan karamba) sisanya 7,2% dari perairan umum. Dengan garis pantai 629,2 km. yang membujursepanjang Laut Sulawesi dan selat Makassar, merupakan potensi perikanan yang cukup besar baikdari segi ekploitasi perikanan maupun dari sumberdaya laut, yang masih membutuhkan penanganansecara terpadu untuk memperoleh hasil yang optimal dari sumberdaya yang tersedia.

Rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 4 orang (2-6 Orang/KK), kecamatan dengan tingkatkepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan Tanjung Redeb, yakni sekitar 219 jiwa/ km².

Jumlah angkatan kerja penduduk Kabupaten Berau yang bekerja disektor pertanian/perikanan.adalah 74.624 orang (23.848 KK), yang tersebar di12 lapangan kerja. Jumlah Rumah Tangga nelayandan pembudidaya perikanan (tambak, rumput laut dan KJA) adalah 3.342 Kepala Keluarga (KK) tersebar

Page 474 of 1000

Page 2 of 13

459 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

di 6 kecamatan dan yang terbesar ada di kecamatan Talisayan 1.484 KK setara dengan 4.452 jiwa,disusul kecamatan Tabalar 953 KK, sedangkan untuk budidaya tambak (budidaya udang dan bandeng)yang terbanyak ada pada Kecamatan Pula Derawan dengan 271 KK, dengan potensi luas tambak4.663,5 ha, disusul Kecamatan Tabalar 237 KK dengan luas tambak 792,7 ha.

Kabupaten Berau secara adminsitratif pemerintahan dibagi 13 Kecamatan dengan 11 kecamatanyang punya potensi perikanan yaitu Kecamatan Pulau Derawan, Kecamatan Maratua, KecamatanTalisayan, Kecamatan Biatan, Kecamatan Tabalar, Kecamatan Biduk-Biduk, Kecamatan Batu Putih,Kecamatan Gunung Tabur, Kecamatan Sambaliung, Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan TelukBayur. Kecamatan Tanjung Redeb merupakan ibu kota Kabupaten yang berbatasan langsung danmenghadap ke Laut Sulawesi.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor perikanan mempunyai dampak yang begitu besar bagi desa-desa yang terletak di pantai yang ada di kecamatan tersebut. 90% dari buruh nelayan berasal dari

Tabel 1. Mata pencaharian jumlah penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten di Berau

Lokasi wilayah

Kecamatan

Pulau 284 2.010 192 29 828Maratua 269 1.345 309 29 935Talisayan - 926 - 85 30Biatan 31 985 417 26 1.517Tabalar 2.561 1.985 187 - 2.078Biduk-Biduk 20 2.595 98 2.180Gunung 699 2.908 759 58 2.299Sambaliung 18 409 334 85 2.547Tanjung 3.954 79 1.208 176 11.609 TelukBayur 1.680 107 10 78 1.211Batu Putih 3.557 1.036 55 10 2.456Segah - - - - -Kelay - - - - -

15.445 17.117 4.914 833 36.3155.600 4.141 1. 327 359 12.421

* Pertanian: petani dan buruh tani; ** Industri: industri rumah tangga, industri berskala besar dan kecil; *** Jasa dan Perdagangan: tukang, angkutan dan pedagang yang berkaitan denga sektor PerikananSumber: Data statistik Kabupaten Berau 2007-2012

Nelayan Industri**) Jasa dan perdagangan***)Pertanian*) Perkebunan Peternakan

Tabel 2. Sebaran RTP, luas dan produksi tambak di Berau

KecamatanRTP

(orang)Luas(ha)

Produksi(ton)

Pulau Derawan 98 4.663,50 229,8Talisayan 1.484 19,30 20,2Biatan 207 59,60 18,1Tabalar 953 792,70 110,5Gunung Tabur 290 66,00 106,2Sambaliung 310 487,70 12,2

Jumlah 3.342 6.088,70 497,0Sumber: Laporan Statistik Berau Tahun 2007-2012

Page 475 of 1000

Page 3 of 13

460Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

desa sekitar yang tidak memiliki pantai. Hal ini disebabkan karena desa-desa di pantai tidak memilikicukup tenaga kerja sebagai buruh nelayan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, alattangkap payang di Desa Mosso dan Ranggas, maka tidak kurang dari 1.000 tenaga didatangkan daridesa sekitar. Demikian pula dari desa-desa pantai lainnya. Dampak adanya aliran tenaga kerja daripedalaman ke daerah pantai mempunyai segi positif bagi peningkatan pendapatan penduduk desapedalaman disamping juga pemenuhan kebutuhan nelayan pemilik pada sektor tenaga kerja.

Mata pencaharian penduduk yang lain di enam Kecamatan Pantai selain nelayan, juga dikembangkanpembudidayaan ruimput laut di Desa Sendana kecamatan Pulau Derawan, yang punya potensi seluas850 ha. (Aninimous, 2006). Pada umumnya selain bekerja sebagai nelayan umumnya penduduk jugamemiliki lahan untuk pertanian, peternakan yang didominasi oleh perladangan lahan kering danpertanian tanaman pangan.

Mata Pencaharian dan Aktivitas Ekonomi

Penduduk di wilayah Barat Berau 79,90% adalah petani cacao/coklat, tembakau, palawija, kelapadan ternak. Berbeda dengan wilayah pesisir pantai selatan Berau 98% penduduk menggantungkanpada sumeberdaya laut yang ada disekitarnya sedangkan yang bermata pencaharian sebagai petaniuntuk wilayah Berau daratan, sedangkan di wilayah kepulauan sebagian besar nelayan memilikikelapa, palawija dan berternak kambing. Di samping itu, mata pencahariannya sebagai pedagang,pengrajin, pegawai negeri dan lain-lain.

Nelayan yang berdomisili di daerah pantai berjumlah 91.918 jiwa sedangkan nelayan yangberdomisili di wilayah Berau kepulauan berjumlah 15.408 jiwa. Bila dibandingkan jumlah nelayankeseluruhan, maka nelayan yang berdomisili di wilayah daratan hanya 90% sedangkan 10 % berdomisilidi wilayah Kepulauan. Alat tangkap yang diusahakan di wilayah daratan sebagian besar didominasiJaring dan Pancing, bubu ikan terbangi, disamping itu diusahakan alat tangkap Gill Net, TrammelNet, dan pancing ulur. Sedangkan di wilayah kepulauan didominasi oleh Payang, Jaring Simbolak,Bubu dan Pancing Ulur. (Aninimous, 2007 & 2012)

Penduduk Kabupaten Berau, di 11 Kecamatan pantai yang menghadap Laut Sulawesi dan SelatMakassar mempunyai mata pencaharian yang beragam selain sebagai nelayan juga sebagai peladanganlahan kering dan pertanian sawah yang merupakan mata pencaharian utama di samping jasa danperdagangan.

Selain mata pencaharian tersebut di atas, sekitar 11,9% penduduk mempunyai profesi jasa danperdagangan yang merupakan mata pencaharian diminati penduduk. Profesi jasa dan perdaganganini meliputi buruh, pedagang/bakul, jasa angkutan, Aktivitas industri di daerah ini relatif kecildibanding aktivitas lainnya. Dari empat belas Kecamatan pantai, hanya 1.701 (1%) penduduk yangmengusahakan industri kecil (home industry, seperti pengolahan ikan kering,terasi dan ikan asap).

Nelayan sebagai salah satu mata pencaharian penduduk Berau mempunyai prosentase sebesar19,4%. Aktivitas pascapanen, terutama pemasaran dan pengolahan hasil perikanan, pada umumnyadiambil alih oleh isteri nelayan. Sebagaimana di daerah nelayan, isteri nelayan mengurus pemasaranhasil segera setelah didaratan. Bila hasil tangkapan itu dalam jumlah besar dan tidak seluruhnyahabis terjual maka biasanya diolah dalam bentuk kering asin dan asap, untuk dipasarkan pada hariberikutnya atau tempat lain. Hal ini untuk mengahadiri jatuhnya harga yang terjadi pada waktumusim puncak.

Perikanan Tangkap

Di Kabupaten Berau terdapat 4 jenis alat tangkap dominan dengan investasi sangat beragam.Alat tangkap tersebut meliputi: payang (teri, dan rumpon), pancing (tonda dan ulur), Gill net danBubu. Investasi tertinggi adalah Rp. 15 juta untuk jaring dan yang terendah Rp. 500 ribu untukpancing tonda tanpa motor. Kebutuhan tenaga kerja juga sangat bervariasi dari 1 orang nelayan(single operator) hingga 13 orang nelayan. Dua jenis alat tangkap yaitu pancing ulur dan tonda hanyamembutuhkan masing-masing 1 orang nelayan. Sedangkan Payang membutuhkan tenaga kerjaberkisar 7 orang (Tabel 3).

Page 476 of 1000

Page 4 of 13

461 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Pada Tabel 3, menunjukkan tingkat investasi yang dibutuhkan dari tujuh jenis alat tangkap, sertakebutuhan tenaga kerja dari masing-masing janis alat. Purse seine mini membutuhkan investasidankebutuhan tenaga kerja terbesar yaitu mencapai rata-rata Rp. 14,5 juta dengan tenaga sekitar 20-30orang. Kemudian disusul oleh payang (Rp. 8,8 juta dengan 2 pendega cantrang (Rp. 8,1 juta dengan4-5), jaring toros (Rp.1,8 juta dengan 2 pendega) gill net (Rp. 1,6 juta dengan 2-3 pendega). Trammelnet (Rp. 1,4 juta dengan 4-5 pendega) dan gill net tetap (Rp. 600 ribu dengan 2 orang pendega).Status pemilik sebagaian besar merupakan milik kelompok.

Aktivitas penangkapan di Kabupaten Berau yang menonjol aktivitasnya di Kecamatan TanjungRedeb. alat tangkap utama yang dioperasikan adalah purse seine mini, trammel net, gill net danpancing. Spesifikasi alat untuk purse seine mini, trammel net relatif sama di semua Kabupaten Berau,jumlah dan ukuran jaring bervariasi ditunjukkan pada Tabel 4

Dari Tabel 4 terlihat ada kecenderungan bahwa semakin besar investasi yang ditanamkan makahasil yang diperoleh pemilik juga semakin besar.

Di Kabupaten Berau pemilik alat tangkap payang dan purse seine mini memperoleh porsipendapatan yang terbesar. Dua jenis alat tersebut menghasilkan lebih dari Rp. 2 juta pertahun bagipemiliknya. Alat lain yang menghasilkan pendapatan cukup besar adalah cantrang/trowl, bagang

Tabel 3. Investasi dan kebutuhan tenaga kerja alat tangkap perikanan pada setiapkecamatan di Kabupaten Berau

Jenis alat tangkap

Skala investasi (Rp 1.000,-)

Kebutuhan tenaga kerja(orang)

Payang 6.800-10.200 6Payang oncor 4.140-5.500 7Payang rumpon 4.570-6.350 7Jaring simbolak 3.340-4.100 2-3Jaring hiu 14.000-15.000 2-3Tramel net 3.900-5.600 2-3Gill net 480-642 1Pancing ulur 400-500 1Pancing tonda 2.000-2.700 2-3Bubu 5.650-8.150 4Sumber: Data diolah dari Data Primer dan Sekunder

Tabel 4. Pendapatan bersih pemilik dan buruh nelayan pertahun darisetiap unit alat tangkap pada setiap kecamatan di Berau,Kalimantan Timur

Pemilik PandegaPayang 2.284 605Payang rumpon 495 198Jaring hiu 369 157Tramel net 691 531Gill net 662 272Pancing ulur 895 457Pancing tonda 713 463Bubu 297 -

Pendapatan rata-rata (Rp 1000,-)

Berau

KabupatenJenis

alat tangkap

Sumber: Data diolah dari Data Primer dan Sekunder

Page 477 of 1000

Page 5 of 13

462Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

perahu (Bagang Rambo) atau Pancing tonda dan telah menghasilkan pendapatan lebih dari Rp. 90juta pertahun bagi pemiliknya. Alat-alat lain yang mempunyai investasi relatif kecil, juga menghasilkanpendapatan yang lebih kecil pula, yaitu rata-rata kurang dari Rp. 1 juta. Pendapatan buruh nelayanuntuk masing-masing jenis alat tangkap sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh sistem bagi hasilantara alat yang satu tidak sama dengan alat yang lain. Selain itu, juga kebutuhan tenaga kerja yangberbeda, menyebabkan perolehan pendapatan buruh nelayan juga berbeda. Di Kabupaten Beraupendapatan tertinggi untuk buruh nelayan adalah payang teri yang mencapai lebih dari Rp. 900.000,-/bulan. Sedangkan yang terkecil adalah alat tangkap kombinasi antara gillnet dan alat pancing yaituhanya Rp. 150.000,-/trip. Perlu diketahui bahwa alat ini tidak menggunakan mesin penggerak.

Pendapatan buruh nelayan di pantai disekitar Berau rata-rata Rp. 1.400.000/bulan diperoleh buruhalat tangkap Tramel net, pancing dan jaring kakap. Sedangkan buruh untuk alat tangkap lainnyamemperoleh pendapatan berkisar antara Rp. 750 ribu – Rp. 600 ribu/bulan. Secara umum rata-ratapendapatan buruh nelayan di Kabupaten Berau Rp. 1.300.000/perbulan.

Budidaya Air Payau

Aktivitas budidaya air payau di Berau pada sepanjang pantai pesisir Teluk Berau pada umumnyaadalah budidaya tambak dengan komoditas udang dan bandeng dan KJA yang menampung hasiltangkapan nelayan berupa ikan kerapu.

Usaha budidaya tambak dengan memelihara udang baik secara ekstensif maupun semi intensif,berimbas dari budidaya tambak yang ada di Sulawesi Selatan, yang telah berkembang lebih dahuludan lebih maju. Namun akhir-akhir ini usaha budidaya tambak tersebut banyak mengalami hambatan,sehingga banyak tambak yang tidak dikerjakan. Areal tambak yang terdapat di Pulau Derawan,Berau 4.663,5 ha. Khusus di daerah Gunung Tabur, tambak semi intensif yang banyak menganggurdan saat ini dimanfaatkan untuk budidaya bandeng umpan. Hasil evaluasi ekonomi budidaya tambakyang diusahakan di Kabupaten Berau disajikan padaTabel 5

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa biaya operasional tambak per siklus per ha mencapai 5,4 jutarupiah denga rincian biaya persiapan (21%); pembelian benur (5%), Pakan (23%), TK (12%) biayaperawatan (27%), Biaya Panen dan lain-lain (12%). Tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh persiklus berkisar 11,5 juta rupiah. Bila dibandingkan antara petambak semi intensif, terlihat tingkatkeuntungan yang diperolehnya sangat timpang. Perbedaan ini menunjukkan bahwa budidaya udangintensif perlu pengelolaan secara cermat mulai dari persiapan perawatan dan panen.

Budidaya tambak ekstensif/tradisional di Kabupaten Berau pada umumnya adalah pemeliharaanpolikultur udang dan bandeng pada hamparan tambak, tanpa diberi pakan tambahan. Biayaoperasional hanya meliputi biaya persiapan dan biaya panen dan rata-rata pendapatan per ha yangdiperoleh adalah Rp. 1.000.000/Petani/MT. selain itu juga petani juga memperoleh pendapatantambahan dari hasil pemasangan unpes, sejak bandeng di tambak berumur 2 bulan hingga menjelangpanen. Rata-rata hasil tangkapan udang api/werus setiap hari mencapai 2 Kg dijual dengan harga Rp.

Tabel 5. Sebaran RTP, luas dan produksi tambak Kabupaten Berau

Potensi Eksis Persentase Total Per ha

Pulau Derawan 98 4.663,50 1.632,40 35 230 0.141Talisayan 1.484 19,3 6,8 35 20,2 0.150Biatan 207 59,6 20,9 35 18,1 0.115Tabalar 953 792,7 277,4 35 111 0.250Gunung Tabur 290 66 22,9 35 106 0.215Sambaliung 310 487,7 170,7 35 12,2 0.139

Jumlah 3.342 6.088,70 2.131,10 35 497 Rataan 168 Sumber : Laporan Satatistik Perikanan Berau pada Tahun 2012

KecamatanRTP

(Orang)

Luas (ha) Produksi (ton)

Page 478 of 1000

Page 6 of 13

463 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

4.000,-.Pendapatan ini menurut Pancara (2013,) dapat ditingkatkan dari yang biasanya produksiudang sekitar 50-150kg/ha, pada Tanah sulfat Masam (TSM) setelah diremediasi akan menjadi 200-400 kg/ha.

Dampak bagi berkembangnya usaha budidaya udang menimbulkan multiplayer efek bagiberkembangnya usaha pembenihan berskala besar (hatcheri) dan sekala rumah tangga/backyard(Rangka, 1999).

Sumbangan Pendapatan Sektor Lain

Nelayan di kawasan Teluk Berau dan Selat Makassar pada umumnya tidak hanya mengandalkanmata pencaharian dari perikanan tangkap saja. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 23%hasil pendapatan rumah tangga nelayan pemilik berasal dari sektor lain diluar sektor perikanan.Sedangkan bagi buruh perikanan pendapatan dari non perikanan cenderung lebih besar 25% (Tabel9). Hal ini wajar bila dilihat dari tingkat mobilitas kerja buruh dibanding pemilik. Investasi yangtelah ditanamkan pemilik kepada unit penangkapan menyebabkan keterikatan yang tinggi padamata pencaharian pokoknya. Sedangkan bagi buruh, karena tidak menanggung beban investasi,memiliki peluang lebih besar untuk keluar/masuk subsektor pertanian

Bila dilihat secara keseluruhan, baik pemilik maupun buruh nelayan mempunyai tingkatketergantungan yang cukup tinggi terhadap sektor perikanan. Hal ini terlihat dari pendapatan darisektor perikanan mencapai >50%. Berarti bahwa di wilayah Selat Makassar, nelayan masihmengandalkan perikanan tangkap sebagai sumber penghasila utama.

Bila dibandingkan lebih lanjut antara nelayan pesisir pantai (daratan) Berau dengan di Kepulauansekitar Wilayah Berau sedikit lebih tinggi yaitu masing-masing 24% dan 22%. Demikian pula sumberpendapatan nelayan dari sektor non perikanan lebih tinggi di Wilayah daratan/pesisir pantai Beraudibanding dengan nelayan yang mendiami pulau–pulau yang ada di wilayah Berau (33% untuk pesisrpantai/daratan dan 18% untuk Pulau–Pulau Berau). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkatketergantungan terhadap perikanan tangkap menunjukkan bahwa Wilayah daratan/pesisir pantaiBeraul lebih tinggi dibanding di Kepulauan sekitar Wilayah Berau.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin kecil prosentase pengeluaran bagi bahan panganakan semakin baik tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Asumsi untuk ini bahwa adalahjumlah anggota keluarga dan pengeluaran per anggota keluarga untuk bahan pangan relatif sama(Singarimbun, 1989). Bila dibandingkan antara Kepulauan sekitar Wilayah Berau dengan wilayahdaratan/pesisir pantai Berau pengeluaran pangan bagi pemilik di Kepulauan sekitar Wilayah Beraulebih kecil dibanding Wilayah daratan/pesisir pantai Berau (masing-masing 53% dan 59%). Sebaliknyapengeluaran pangan bagi nelayan pulau lebih besar dibanding wilayah daratan/pesisir pantai Berau

Tabel 6. Prosentase pengeluaran rumah tangga perikanan untuk pemilik danburuh nelayan berdasarkan kebutuhan di Kabupaten Berau

Pangan Non-pangan Pangan Non-pangan

75 25 85 1580 20 90 1052 48 81 1955 45 8 20- - - -

Rataan 64 36 83 17

Sumber Data diolah dari Data Sekunder

KabupatenPemilik Penggarap/buruh nelayan

Pengeluaran pangan termasukkebutuhan bahan bakar untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran jasa (air, listrik). Pengeluaran non pangan tidak termasuk investasi dan operasional unit penangkapan.

Page 479 of 1000

Page 7 of 13

464Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

(masing-masing 85% dan 81%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilik alat tangkap di Kepulauansekitar wilayah Berau lebih banyak mengeluarkan pendapatannya untuk kegiatan non pangan, samahalnya dengan nelayan di wilayah daratan/pesisir pantai Berau. Secara umum hal ini menunjukkanbahwa dengan pola konsumsi dan jumlah anggota keluarga yang sama, pemilik di wilayah daratan/pesisir pantai Berau lebih sejahtera dibanding nelayan di Kepulauan sekitar wilayah Berau.

Pemasaran

Pemasaran hasil tangkap nelayan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pemasaran ikan hidup danpemasaran segar/olahan, ikan yang dipasarkan dalam keadaan hidup hanya ikan kerapu saja, sedangkanuntuk jenis lainnya seperti tuna dan cakalang dipasarkan dalam keadaan segar.

Pemasaran ikan hidup hanya dilakukan di wilayah Teluk Berau dan Pulau-pulau sekitar Teluk Talisan.Pedagang pengumpul lokal membeli pada nelayan kemudian ditampung dalam Keramba jaring apung(KJA), selanjutnya pedagang dari Bontang dan Balikpapan datang untuk membeli dan dibawa keBontang Balikpapan, dan Samarida atau Kutai. Di Balikpapan ikan tersebut diistirahatkan sekitar 12-24 jam kemudian di packing dan siap diekspor melalui pelabuhan udara Surabaya atau DenpasarBali menuju Singapura atau Hongkong.

Pemasaran ikan segar olahan (tuna, cakalang, barakuda) di Berau, dilakukan dengan cara pedaganglokal yang juga sebagai pemilik perahu/modal mengumpulkan hasil tangkapan nelayan baik yangbermukim di pula-pulau maupun yang ada di pesisir pantai (seperti kasusi desa nelayan di PulauDerawan dan Biatan Kabupaten Berau dan desa nelayan sebelum diangkut ke ke Bontang, Kutai,Samarinda, dan Balikpapan, pengumpul local mensortir terlebih dahulu berdasarkan jenis ikan danukurannya, selanjutnya di bekukan untuk menjaga kesegarannya dengan cara pemberian es balok,diangkut ke Makassar dan di jual pada pedagang besar pemilik coldstorage yang mengolah dalambentuk pillet kemudian di packing dan setelah melalui proses freezing, di ekspor ke Jepang danKorea. Untuk ukuran dan jenis ikan yang tidak memenuhi persyaratan hasil sortiran, pedagangpengumpul local menjual pada penduduk setempat yang mengolah dalam bentuk ikan asap (smokingfish) yang biasanya di jual pada pasar lokal, atau ke beberapa daearah seperti Kutai dan melaluipengecer (Palele/Pagandeng motor). Distribusi pemasaran ikan segar/olahan di Berau dapat dilihatpada Gambar 1.

Secara umum ikan hasil tangkapan nelayan setelah didaratkan di TPI dikelompokkan menjadi duayaitu jenis ikan yang bernilai ekonomis penting seperti ikan bawal/putih, kerapu, kakap, tongkol,tenggiri dan bambangan. Pemasaran yang kedua adalah ikan yang kurang mempunyai nilai ekonomisdan juga cepat busuk seperti ikan layang, tembang, ekor kuning, kembang dan lain-lain. Jenis-jenis

Gambar 1. Distribusi pemasaran ikan segar/olahan di Berau

Page 480 of 1000

Page 8 of 13

465 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

ikan tersebut dikatakan mempunyai nilai ekonomis dan juga cepat busuk seperti ikan layang, tembang,ekor kuning, kembung dan lain-lain. Jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis pentingditawarkan dengan harga rata-rata di lokasi pendaratan lebih dari Rp. 20.000/kg. Setelah dibeli olehpedagang, ikan-ikan yang bernilai ekonomis penting dimasukkan ke dalam peti (steroform) diberipecahan es, kemudian dikirim ke Balikpapan dan kota–kota lainnya di Kalimantan Timur melaluipelabuahan ferry Berau atau ke Makassar dengan kendaraan roda empat. Berdasarkan hasil wawancaradengan para pedagang pengirim. Pengiriman jenis ikan yang bernilai ekonomis ke Surabaya, ikantersebut langsung ke pedagang besar, cold storage, untuk dijual lagi kebeberapa pengecer, supermarket,restoran dan warung-warung rumah makan atau di ekspor keluar negeri. Secara umum distribusipemasaran ikan ekonomis penting di Berau tertera pada Gambar 2.

Infrastruktur dan Sarana Penunjang Usaha Perikanan

Tempat Pendaratan dan Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat-tempat pendaratan umumnya tersebar disepanjang pantai pada lokasi sentra nelayanatau muara-muara sungai yang mudah dijangkau oleh sarana transportasi. Bangunan fisik pelelanganyang telah disediakan kurang dimanfaatkan oleh para tengkulak, sehingga pemasaran terkesan kurangrapi dan nelayan tetap pada posisi yang lemah.

Perikanan Pasca Panen

Ikan-ikan hasil tangkapan dari laut sebagian besar diolah dalam bentuk ikan asin, asap dan pindang,hanya ebagian kecil yang dikonsumsi segar. Pengolahan ikan umumnya dilakukan oleh pendudukyang berdomisili di sekitar sentra-sentra pendaratan ikan. Ditinjau dari cara pengolahannya parapengolah ikan tradisional masih perlu mendapatkan bimbingan dan pengarahan terutama dalam halkebersihan lingkungan. Distribusi ikan hasil olahan tradisional meliputi semua kabupaten di Berau.

Gambar 2. Distribusi pemasaran ikan ekonomis penting

Tabel 7. Sebaran TPI yang melakukan kegiatan lelang di Kabupaten Berau

Volume Nilai Volume NilaiPPI Pulau Derawan 398.300 2.091.352 33.623 28.841PPI Maratua 36.958 31.726 1.000 500PPI Talisayan 189.949 76.516 - -PPI Biatan 373,7 186.850 28,9 3.020PPI Tabalar 525 240.500 1.902,27 1.669.168PPI Biduk-Biduk 2.204 2.292.084 - -PPI Gunung Tabur 595.879 1.669.168 8.000 2.000PPI Sambaliung 121 118.126 - -PPI dan pelabuhan Tanjung Redeb 902.273 4.294.977 300,5 2.413.485PPI TelukBayur 9.380 1.890 - -PPI Batu Putih 880,7 9.968 - -Sumber data : Diolah secara kompilasi dari data Statistik Perikanan Kabupaten Berau,Tahun 2007 s/d 2012

Pusat pendaratan ikan (PPI)

Kecamatan Ikan yang didaratkan Ikan yang dilelang

Page 481 of 1000

Page 9 of 13

466Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

Khusus kawasan pesisir pualau di Kabupaten Berau, produksi olahan hasil laut yang terkenaladalah ikan terbang kering, ikan asap cakalang, udang ebi (Penja), krupuk ikan, terasi, teri, telahberhasil menjangkau pasar lokal, Nasional. Selain pengelolaan tradisional terebut, di Pulau Ambo(Berau), nelayan menangkap ikan tongkol dan tuna rata-rata 50 ekor perhari untuk di fillet. Tiapkelompok pembuat ikan fillet dari ikan tuna dan tongkol serta hiu, sebanyak 3-6 ekor/hari dari ikanyang beratnya ± 3 kg/ekor. dengan harga rata-rata Rp 100.000,-/ekor, maka kelompok dapatmenghasilkan Rp 10.00.000,-/ bulan.

Kelembagaan Perencanaan

Pada Pemda Tingkat II Berau kegiatan perencanaan pembangunan telah digariskan dan berpedomanpada Kepres No.27/1980 tentang pembentukan Bappeda. Selanjutnya dengan Keputusan MenteriDalam Negeri No. 185/1980 diatur tentang pedoman organisasi dan tata kerja Bappeda tingkat II.Dengan demikian perencanaan pembangunan pada setiap daerah tingkat II berlandaskan pada suratkeputusan tersebut, misalnya Pemda Kabupaten Daerah Tingkat II Berau dan Tarakan, Balikpapan,Bontang, Kutai dan Samarinda, menyusun Organisasi dan Tata Kerja Bappeda Tk. I, Ketentuan mengenaikelembagaan perencanaan ini mungkin saja masih perlu disempurnakan berdasarkan ketentuanpemerintah tentang otonomi daerah, misalnya sehubungan dengan ketentuan kelembagaanperencanaan pembangunan perikanan, baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II (Anonimous,2006)

Kelembagaan Pengelolaan

Kelembagaan pengelolaan perikanan merujuk pada undang-undang pengelolaan dan kelestariansumber-sumber perikanan yang dalam hal ini memuat sekitar 108 macam Undang-undang, PeraturanPemerintah, Surat Keputusan Menteri, Peraturan Daerah, Surat Keputusan Bersama, Surat KeputusanGubernur, Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan, Surat Keputusan Direktur dan SuratKeputusan Kepala Dinas Perikanan Daerah. Kumpulan dari undang-undang pengelolaan dan pelestariansumber daya perikanan mencakup beberapa upaya untuk melindungi ikan, larangan penangkapanikan, usaha perikanan dan seterusnya. Pada pengelolaan sumber daya ikan dan pengelolaan perikanan,hal pokok yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengembangkan “tool” di dalam pengelolaandengan senantiasa memperhatikan kelestarian sumber daya ikan, lingkungan hidup dan keberlanjutanusaha perikanan. Sampai berapa jauh pengelolaan perikanan telah dikembangkan di provinsi Berauumumnya dan di Kabupaten-Kabupaten khususnya perlu dikaji lebih lanjut terutama mengenai: (a)fungsi dan tugas kelembagaan, (b) struktur organisasi dan tata kerja, (c) pelaksanaan, (d) pengendaliandan (e) pengawasan II (Aninimous, 1980 & 2006).

Prospek Pengembangan Sumberdaya Perikanan

Budidaya Tambak

Luas Lahan tambak potensial di Kabupaten berau 6.022,76 ha, yang dimanfaatkan baru sekitar35% (2.131,1Ha) dengan produksi perHa 168 kg. Untuk meningkatkan produksi tambak perludukungan teknologi yang lebih maju dari yang ada sekarang. Dengan menerapkan pola budidayaPolikultur udang dan bandeng dapat meningkatkan produktivitas tambak hingga 300%.

Pembudidaya tambak di Pulau Tempurung, Kampung Kasai, Kecamatan Pulau Derawan, Berau,menerapkan teknologi remediasi tanah dasar untuk polikultur udang windu dan bandeng ekstensif,memerlukan biaya untuk pembelian benih udang, pakan, pupuk dan kapur sebesar Rp 5.975..000.menghasilkan udang dan bandeng setelah dipelihara selama 120 hari sebanyak 430 kg per ha hektar(produksi udang windu 100 kg/ha dan Bandeng 330 kg/ha). Dengan nilai penjualan Rp 32.143.500,-(Pantjara, 2013)

Pada tingkat petani, kebijakan “capacity dan individual building” perlu dilakukan secara kontinu.Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai cara budidaya yang benar dan berwawasanlingkungan. Selain itu kebijakan penguatan kapasitas petani tambak sejalan dengan point 1 agarpetani tambak mempunyai kemampuan menganalisis dan mengambil keputusan untuk komoditasyang akan dikembangkan agar sesuai dengan karakteristik tambak mereka dan memperhatikan aspek

Page 482 of 1000

Page 10 of 13

467 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

sosial ekonomi lainnya (kemudahaan benih, pemasaran, budaya). Termasuk dalam penguatan kapasitasini adalah pemahaman metode budidaya yang dapat diaplikasikan dan risk assessment kegiatanbudidaya yang dijalankan atau yang akan dijalankan

Pola Pengembangan Perikanan Lepas Pantai Kabupaten Berau

Pengembangan perikanan perairan Teluk Berau, tidak terlepas dari pengaruh Laut Sulawesi yangjika dirunut dari hasil tangkapan nelayan yang bertrip lamanya hari penangkapan menggunakan alattangkap aktif seperti pancing tonda, penyelaman maupun trawl (lebih dari 1 hari), maka kebanyakanlokasi penagkapannya ada dalam teluk Berau. Berbeda dengan nelayan yang operasi penagkapantripnya pendek atau singkat biasaya hanya menggunakan alat tangkap yang pasif seperti pancingbiasa, bagan dan payang dimana lokasi penangkapan ikan berkisar di pantai. Sehingga pemikirankedepan untuk pengembangan perikanan yang berkelanjutan perlu pembagian dan pembatasanwilayah penangkapan, sepeti alat aktif diarahkan untuk perairan lepas pantai sedangkan untuk perairanTeluk Berau diserahkan atau hanya diperuntukkan bagi nelayan radisional yang lebih banyakmenggunakan alat tangkap pasif dan termasuk nelayan yang tidak mampu alias modal kecil.

Pengembangan perikanan lepas pantai ini memerlukan modal besar, dengan status ekonominelayan sekarang ini sulit untuk mengembangkan jenis perikanan ini, oleh karena itu perlu adapenyediaan kredit secara selektif kepada nelayan. Alternatif lain yaitu mengembangkan pola kerjasama antara nelayan dengan perusahaan swasta yang sudah ada di Berau. disamping kendala modalyang besar, tingkat keterampilan nelayan pun kelihatannya masih kurang, baik dari segi teknispenangkapan maupun dalam penanganan hasil tangkapan untuk menjaga mutu. Karena itu untukkedepan pemerintah bersama swasta yang berminat mengembangkan usahanya perlu mengadakanpelatihan pokok-pokok perikanan lepas pantai yang diikuti baik nelayan yang dijadikan mitra kerjamaupun tenaga kerja perusahaan.

Budidaya Laut secara tradisional nelayan Kabupaten Berau sudah mempraktekkan budidayabeberapa komoditi seperti penyu, teripang dan lobster, untuk kegiatan budidaya rumput laut nelayansudah lama melakukan, tetapi untuk komoditi lainnya seperti teripang dan lobster ,kegiatan masihterbatas pada pengumpulan dan penampungan. Pengembangan budidaya laut pada masa yang akandatang harus memperhatikan aspek pasar.

Komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi perlu dipertimbangkan pengembangannya. Sepertihalnya dengan budidaya rumput laut pelatihan saat pemeliharaan dan pasca panen, perlu dilakukan.Pembudidaya rumput laut disarankan untuk mengetahaui teknologi pembuatan agar–agar kertaskarena dengan demikian produk akan memberikan nilai tambah penghasilan yang lebih besar.

Tabel 8. Status kemungkinan pengembangan komoditas budidaya laut diKabupaten Berau, Kalimantan Timur

Udang dan bandeng

Ikan kerapu

Rumput laut

Teripang Penyu

Pulau Derawan Xx Xx X - XTalisayan X - - - -Sambaliung Xx - - - -Gunung Tabur X - - - -Biantan X - - -Biduk-Biduk - X X X -Batu Putih - X - - -Maratua - X X - -

Kecamatan (lokasi)

Komoditas budidaya

X = sumberdayanya cukup; Xx = Melimpah, + = sudah berkembangSumber Data diolah dari Data Sekunder

Page 483 of 1000

Page 11 of 13

468Prospek sumberdaya perikanan dan sosial ekonomi ..... (Nur Ansari Rangka)

Perencanaan Pasar Antar Pulau

Dari hasil wawancara dengan nelayan, ternyata nelayan mengalami kesulitan dalam mengantarhasil tangkapan kekonsumen yang ada sekitar desa Kamaru Kecamatan Talisayan serta ketempatlainnyan yang lebih jauh karena tranportasi laut kurang memadai, lemahnya posisi tawar menawarnelayan, sulitnya mempertahankan mutu hasil tangkapan.

Dibutuhkan TPI yang memiliki fasilitas yang menunjang mutu hasil tangkapan nelayan sepertipengadaan cold storage, pelatihan penanganan mutu produk perlu diadakan terutama bagi nelayandan pengolah ikan. Dampak adanya perbaikan dan penambahan TPI yang baru antara lain kegiatanpenangkapan ikan akan semakin tinggi intensitasnya, produksi ikan akan meningkat, yang seterusnyaberarti penyediaan ikan dipasar lokal akan meningkat dan pasokan ke pasar antar pulau akan semakinbesar, mutu ikan akan semakin baik yang berimplikasi pada harga ikan yang semakin meningkat.Bagi daerah adanya TPI yang baru ini akan mempermudah administrasi pengumpulan distribusi,evaluasi program serta mudah memantau dan membina nelayan.

KESIMPULAN

Pengadaan TPI yang memadai akan memberikan kontribusi pendapatan dari sektor perikananyang lebih besar bagi daerah setempat. Pengumpulan dan penampungan komoditi hasil laut yangmemiliki nilai ekonomi tinggi perlu dipertimbangkan untuk dibudidayakan seperti rumput laut,teripang dan lobster, pada masa yang akan datang. Mengoptimalkan Lahan tambak potensial 6.022,76ha, dari pemanfaatan sekitar 35% (2.131,1 ha) dengan menerapkan teknologi remediasi tanah dasaruntuk polikultur udang windu dan bandeng, dan monokultur udang windu yang dikelola secaraekstensif. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan, dilakukan dengan mengaktifkanKelembagaan perencanaan, Kelembagaan pengelolaan, Kelembagaan pengawasan pembiayaanperikanan non formal dalam pengelolaan kawasan dan sumber daya pantai serta lautan. Prospekpengembangan sumberdaya perikanan, melalui budidaya tambak, pola pengembangan perikananlepas pantai, dan perencanaan pasar antar pulau dengan memanfaatkan faktor keunggulan komparatifwilayah.

DAFTAR ACUAN

Anonimous. 2006. Laporan Hasil Pembangunan Kabupaten Berau, Berau Menuju Pemekaran. PercetakanBPS Kalimantan Timur, 2006. Samarinda .

Anonimous. 2005, Laporan Hasil Survei, Potensi Sumberdaya Kelautan Kabupaten Berau. PemerintahKabupaten Berau bekekerjasama dengan LPM –Unhas.

Anonimous. 1980, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 185/1980, Tentang pedoman organisasi dantata kerja Bappeda tingkat II. Departemen Dalam Negeri, Jakarta

Anonimous. 2009, Statistik Perikanan Provinsi Kalimantan Timur.Anonimous. 2007, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautam Kabupaten Berau.Anonimous. 2012, Laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten BerauAnonimous. 2008, Kabupaten Berau Dalam Angka.Anonimous. 2009, Kabupaten Berau Dalam Angka.Anonimous. 2010, Kabupaten Berau Dalam Angka.BPS. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Biro Pusat Statistik, Jakarta.Koentjoroningrat. 1984. Kebudayaan martalitet dan pembangunan. Gramedia, Jakarta.Pantjara, B., E. Susianingsih dan A. Mustafa. 2013. Remediasi Tanah sulfat masam untuk budiaya

udang windu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Laporan Penelitian. Balai Penelitian danPengembangan Budidaya Air Payau, 15 hal.

Pantjara, B. Dan A. Parengrengi. 2013. Pengelolaan Tambak Marginal untuk peningkatan produktvitasperikanan air payau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi dan Penelitian terapan.STP, No2, ISSN 1418-7694.

Rangka, N.A. 1999, Laporan Hasil Survei MREP Wilayah Pantai Barat. Balitkanta. MarosSalamun. B.N. 1990, Pemahaman Dinamika Kelompok, Grafika Jakarta

Page 484 of 1000

Page 12 of 13

469 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014

Sajogyo, 1989. Garis Kemiskinan dan kebutuhan minimum pangan, Penduduk Indonesia: SuatuPerkembangan Pemikiran 1990-1991 (PT Gramedia, Jakarta), halaman 400-410.

Singarimbun, M. Dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei . Penerbit LP3ES. JakartaSudrajat. A., Rangka. N.A, Parengrengi. A, Ratnawati.E, 2005. Analisis Kebijakan Pengembangan

Budidaya Rumput Laut di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Laporan Hasil Survei. PusatRiset Perikanan Budidaya, Jakarta.

Page 485 of 1000

Page 13 of 13