PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

142
ii PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) SELATAN. PROVINSI SUMATERA SELATAN. Agus Djoko Utomo (BRPPUPP- PALEMBANG) Arif Wibowo (BRPPUPP- PALEMBANG) Herlan Mohtar (BRPPUPP- PALEMBANG) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN BERKERJA SAMA DENGAN: BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUHAN PERIKANAN PALEMBANG 2017

Transcript of PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

Page 1: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

ii

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) SELATAN.

PROVINSI SUMATERA SELATAN.

Agus Djoko Utomo (BRPPUPP- PALEMBANG)

Arif Wibowo (BRPPUPP- PALEMBANG)

Herlan Mohtar (BRPPUPP- PALEMBANG)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

BERKERJA SAMA DENGAN:

BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUHAN PERIKANAN PALEMBANG

2017

Page 2: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

iii

DAFTAR ISI

BAB ISI HALAMAN

I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan dan Tujuan 3

II TINJAUAN PUSATAKA 5

2.1. Keadaan Umum Kabupaten OKU Selatan. 5

2.2. Paerairan Daratan 7

2.3. Perikanan Tangkap. 11

2.4. Perikanan Budidaya. 20

2.5. Kualitas Air 28

2.6. Eutrofikasi. 44

2.7. Biologi Perairan 49

2.8. Pencemaran di Perairan Umum. 51

III METODE 57

3.1.Waktu dan tempat 57

3.2. Bahan dan Alat 58

3.3. Parameter yang Diamati dan Metode Analisis 58

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64

4.1. Jenis ikan di OKU Selatan 64

4.2. Bio-ekologi beberapa jenis ikan 65

4.3. Kualitas air 96

4.4. Tinjauan di BBI Peninjauan dan Fila 100

Page 3: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

iv

4.5. Tinjauan di Sungai Saka dan Selabung 105

4.6. Tinjauan KJA di Kota Batu 119

V KESIMPULAN 124

5.1. Kesimpulan 124 5.2. Saran 125 DAFTAR PUSTAKA 128

LAMPIRAN 136

Page 4: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

1

I.PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan yang beribukota Muaradua

merupakan salah satu Kabupaten pemekaran di Provinsi Sumatera Selatan yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2003

tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan

Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir. Secara geografis, Kabupaten OKU.

Selatan terletak di antara 103°22' - 104°21' Bujur Timur dan antara 04°14' - 04°55'

Lintang Selatan. Kabupaten OKU. Selatan memiliki luas wilayah 5.493,94 Km2 atau

549.394 Ha. Secara administrasi wilayah Kabupaten OKU. Selatan memiliki batas-

batas sebagai berikut (Pemda. OKU. Selatan, 2013):

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ulu Ogan, Kecamatan

Pengandonan, dan Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat Provinsi

Lampung.

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi

Bengkulu dan Kecamatan Semendo Darat Ulu Kabupaten Muara Enim.

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan

Komering Ulu Timur dan Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung.

Topografi Kabupaten OKU. Selatan sebagian besar berbukit dan bergunung-

gunung meliputi ketinggian antara 45 sampai dengan 1.643 meter dari permukaan

laut. Secara umum Kabupaten OKU. Selatan beriklim tropis dan basah. Kecamatan

yang mempunyai temperatur udara rendah dijumpai di daerah Kecamatan Banding

Page 5: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

2

Agung, Kecamatan Pulau Beringin, Muaradua Kisam, Kisam Tinggi yang rata-rata

daerah ini merupakan daerah pegunungan. Selama tahun 2004 jumlah curah hujan

tertinggi terdapat di daerah Kecamatan Banding Agung yang mencapai 4.411 mm

yaitu bulan Desember 2004 dengan jumlah hari hujan 27 hari, sementara jumlah

curah hujan terendah di daerah Kecamatan Muaradua Kisam yaitu 64 mm dengan

jumlah hari hujan 8 hari (Pemda. OKU. Selatan, 2013).

Kabupaten OKU. Selatan dialiri oleh dua sungai besar yang bermuara ke

Sungai Komering, yaitu Sungai Saka dan Selabung, selain itu masih terdapat 20

sungai dan anak sungai lainya yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten OKU.

Selatan. Di Kabupaten OKU. Selatan juga terdapat beberapa danau, baik berukuran

besar maupun kecil. Danau yang terbesar adalah Danau Ranau (Kecamatan

Banding Agung), selanjutnya adalah Danau Rakihan (Kecamatan Sindang Danau),

Danau Halim (Kecamatan Buay Rawan), dan Danau Asmara (Kecamatan Simpang).

Di seluruh areal Danau Ranau banyak terdapat berbagai jenis ikan. Danau Ranau

dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan penangkapan ikan, pembesaran dengan

keramba, dimana hasil produksi ikan budidaya lebih produktif daripada penangkapan

ikan melalui perairan umum. Hal ini terlihat pada produksi ikan selama tahun 2009

yang mencapai 435,918 ton (Pemda. OKU. Selatan, 2013). Menurut Aswajaya,

(2013) produksi ikan di Kabupaten OKU. Selatan untuk perairan umum berjumlah

2.029,30 (ton) dan budidaya 2.258,50 (ton).

Dengan melihat potensi yang dimiliki Kabupaten OKU. Selatan, pemerintah

kabupaten merencanakan pengembangan Kawasan Minapolitan. Penetapan

kawasan ini mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan dan SK. Bupati OKU.

Selatan Nomor: 203 Tahun 2006 tentang Unit Pengembangan Perikanan (UPP).

Page 6: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

3

Kawasan Minapolitan ini berlokasi di Kecamatan Warkuk Ranau Selatan dan

Banding Agung. Kawasan ini terdiri dari wilayah perairan yaitu Danau Ranau (±

12.000 Ha) dan wilayah daratan (± 10.000 Ha). Komoditas unggulannya yaitu

budidaya ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) dan produksi yang dihasilkan saat

ini mencapai 125 ton/tahun (Pemda. OKU. Selatan, 2013). Rencana

pengembangan perikanan di Kabupaten OKU. Selatan diarahkan pada budidaya

perikanan darat di air tawar dan juga perikanan tangkap perairan umum (sungai dan

rawa dalam). Potensi perikanan budidaya tersebar di seluruh kecamatan dengan

komoditi jenis ikan yang dibudidayakan terdiri dari ikan mas, patin, nila, lele dan

bawal. Alokasi ruang untuk pengembangan kawasan perikanan budidaya dan

perairan umum di Kabupaten OKU. Selatan disesuaikan sesuai potensi dari masing-

masing kecamatan yang ada.

1.2. PERMASALAHAN DAN TUJUAN

Ditinjau dari segi potensi sumberdaya perikanan, maka sektor perikanan di

Kabupaten OKU Selatan sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Mengingat

Kabupaten OKU Selatan banyak terdapat Danau Alami, dan sungai yang berarus

deras. Banyak terdapat ikan asli yang bernilai ekonomis dan potensial untuk

dikembangkan menjadi ikan budidaya seperti ikan semah (Tor douronensis), Baung

(Mystus nemurus), Patin (Pangasius djambal), Tawes (Barbodes goneonotus),

Lampam (Barbodes schwanefeldi).. Lahan yang layak untuk dikembangkan untuk

budidaya perikanan di Kab OKU Selatan antara lain Danau, perkeloman yang

bersumber air dari sungai air deras, mina padi. Sedangkan pengelolaan sumberdaya

ikan untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam dapat dikembangkan suaka

perikanan. Terutama suaka perikanan untuk melindungi ikan semah yang terancam

kepunahan.

Page 7: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

4

Walaupun OKU Selatan mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang baik

namun dalam kenyataannya produksi perikanan masih belum mencukupi untuk

kebutuhan masyarakat. Masyarakat OKU Selatan berjumlah 407.851 jiwa,

kebutuhan ikan per tahun = 11.412 ton, sedangkan produksi ikan per tahun hanya

4.302 ton. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ikan harus mendatangkan dari luar

darah seperti dari Kab. Linggau, Kab. OKU timur, Lampung dan Bogor. Dalam

rangka pengembangan dan peningkatan produksi ikan di OKU Selatan maka perlu

dilakukan penelitian dan pengkajian terhadap potensi perikanan agar dapat

dikembangkan secara optimal. Penelitian diharapkan dapat memberikan

rekomendasi langkah langkah pengembangan perikanan di OKU Selatan..

Page 8: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Kabupaten OKU Selatan.

a).Wilayah.

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan merupakan wilayah dataran tinggi

yang berbukit-bukit dengan ketinggian antara 45 sampai 1.643 meter di atas

permukaan laut, terletak di antara 4° 14' sampai 4° 55' Lintang Selatan dan 103°

22' sampai 104° 21' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan adalah seluas 5.493,94 km2. ( Anonimus, 2010).

. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dialiri oleh dua sungai besar yang

bermuara ke Sungai Komering, yaitu Sungai Saka dan Sungai Selabung. Selain itu,

terdapat sekitar 20 sungai dan anak sungai lain yang tersebar di seluruh wilayah.

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan juga memiliki beberapa danau, baik yang

besar maupun agak kecil, sehingga daerah ini merupakan salah satu daerah

pariwisata potensial di Propinsi Sumatera Selatan. Danau yang terbesar adalah

Danau Ranau di Kecamatan Banding Agung (Dinas Perikanan OKU Selatan, 2016).

b).Penduduk

Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan terdiri dari bermacam-

macam suku yang berbeda budaya serta adat istiadatnya. Secara garis besar, suku-

suku asli yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatanan terdiri dari suku

Daya, Haji, Semendo, Ranau, Kisam, Ogan, dan Komering. Dalam perkembangan

selanjutnya, telah banyak penduduk pendatang yang kemudian tinggal dan

menetap, atau bahkan menikah dengan penduduk asli. Penduduk pendatang

tersebut antara lain berasal dari suku Jawa, Sunda, Bali, Minang atau Padang,

Batak, dan sebagainya. ( Anonimus, 2010).

Page 9: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

6

Penduduk Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan berdasarkan proyeksi

penduduk tahun 2015 sebanyak 344.074 jiwa yang terdiri atas 180.608 jiwa

penduduk laki-laki dan 163.466 jiwa penduduk perempuan. Kenaikan penduduk

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebesar 1,37 persen/tahun. Kepadatan

penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan tahun 2015 mencapai 63

jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 4 orang.

Kepadatan penduduk di 19 kecamatan cukup beragam, dengan kepadatan

penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Muaradua dengan kepadatan sebesar 173

jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Sungai Are sebesar 33 jiwa/km2. (Pemda.

OKU. Selatan, 2013).

Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

pada Dinas Kesejahteraan Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Ogan

Komering Ulu Selatan pada tahun 2015 sebanyak 376 pekerja dengan komposisi

223 pekerja laki-laki dan 153 pekerja perempuan. Proporsi terbesar pencari kerja

yang mendaftar berpendidikan terakhir SMA sederajat yaitu sebesar 86,17 persen..

Sementara itu menurut sektor lapangan usaha, sektor Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan merupakan sektor yang menyerap jumlah

tenaga kerja terbanyak di tahun 2015 yaitu sebesar 149.749 pekerja. Tingkat

pengangguran di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan pada tahun 2015 adalah

1,83 persen. Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 77,68 persen.

Mata pencaharian penduduk OKU Selatan berupa a). Pertanian,

perkebunan,kehutanan, perikanan sebanyak 149.749 jiwa, b). Industri 740 jiwa,

c).Perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi 12.585 jiwa, d). Jasa masyarakat,

social dan perorangan 16.274 jiwa, e). Lain lain 6.890 jiwa. ( Anonimus, 2010).

Page 10: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

7

2.2. Paerairan Daratan

a). Difinisi Perairan Daratan

Perairan pedalaman atau perairan umum daratan (inland water) adalah

semua badan air yang ada di daratan terdiri dari perairan umum (sungai, danau,

waduk, rawa) dan yang bukan perairan umum (kolam, tambak, sawah). Perairan

umum didfinisikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang secra permanen atau

berkala digenangi air, baik air tawar air payau atau air laut mulai dari garis pasang

surut terendah kearah daratan, badan air tersebut secara alami maupun buatan

bukan milik perorangan. Secra ekologis perairan umum sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sekitarnya, berbeda dengan kolam pengaruh ekologis dapat diatur oleh

manusia (Utomo, et a., 1992). Sedangkan menurut Permen-KP No 29/Permen-

KP/2016 yang disebut perairan darat adalah segala perairan yang terletak padasisi

darat dari garis air rendah/dari garis penutup mulut sungai. Yang termasuk perairan

umum daratan adalah sungai, waduk, danau, rawa dan genangan air lainnya. Luas

perairan umum di Indonesia kurang lebih ada 53,4 juta hektar yang terdiri dari rawa

pasang surut (39, 4 juta hektar), rawa air tawar dan sungai ( 11,9 juta hektar),

danau, waduk, telaga, saluran irigasi dan genangan air lainnya (2,1 juta hektar).

Perairan umum tersebut tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, terbesar di

Kalimantan yaitu 65 % selanjutnya 29 % di Sumatera (Utomo, et al., 2005)).

b). Peran dan Permasalahan Perairan Daratan

Perairan umum mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Jenis

organisme air yang bernilai ekonomis antara lain ikan, krustasea, moluska, reptil

dan lain lain. Keaneka ragaman jenis ikan air tawar di Indonesia yang beriklim tropis

ini sangat tinggi, di wilayah Paparan Sunda ada 798 jenis ikan, paparan Sahul ada

106 jenis ikan, dan di paparan Walacea ada 68 jenis ikan (Kottelat, et al., 1993).

Page 11: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

8

Untuk lokasi spesifik daerah di aliran sungai Kapuas kurang lebih ada 300 jenis ikan

(Dudley 1996), daerah aliran sungai Barito ada 107 jenis ikan (Prasetiyo et al 2004)

dan di daerah aliran sungai Musi ada 120 jenis ikan (Utomo et al 1993; Samuel et

al 2001)

Perairan umum ditinjau dari segi perikanan mempunyai peran yang penting

yaitu: sebagai mata pencaharian nelayan, sebagai sumber protein hewani yang non

kolesterol, pendapatan asli daerah (PAD) sebasgai contoh kurang lebih 35 – 45 %

PAD di Kabupaten OKI Sumatera selatan berasal dari hasil lelang lebak lebung

(Nasution et al 1993). Produksi ikan di perairan umum indonesia kurang lebih ada

400.000 ton/tahun (Koeshendrajana), perikanan tangkap di perairan umum masih

memegang peran penting terutama di Sumatera dan Kalimantan diperkirakan 75 –

95 % berasal dari hasil tangkapan nelayan, sedang dari usaha budidaya 5-25 %

(Utomo, et al., 1992) 1992).

Perairan umum bertsifat multiguna. Sektor atau sub Sektor yang

menggunakan perairan umum yaitu: Pertanian, Perikanan, Perhubungan,

Perindustrian, Kehutanan, Perkebunan, Pemukiman yang kesemuanya itu akan

berdampak pada ekosistem perairan. Ikan atau organisme air lainnya hidup dalam

media air, maka tekanan terhadap ekosistem perairan akan berpengaruh langsung

terhadap kehidupan ikan. Kegiatan penangkapan ikan juga memberi tekanan

terhadap sumberdaya perikanan terutama kegiatan penangkapan dengan

menggunakan alat stroom, racun masih sering digunakan. Kegiatan penangkapan

sudah intensif dan ada indikasi lebih tangkap (over fishing), terjadi penurunan

populasi ikan dan beberapa jenis ikan menjadi langka seperti Belida (Chitala lopis),

Tapa (Wallago leeri), Arwana (Shcleropages formosus) dan lainnya. Disamping itu

kegiatan budidaya ikan juga memberi tekanan terhadap sumberdaya perikanan

Page 12: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

9

sebagai contoh yaitu pengambilan benih ikan untuk makanan ikan hias,

pencemaran pakan buatan (pellet) ke lingkungan perairan.

c).Tipologi Perairan Umum Daratan

Tipologi perairan sungai. Perairan sungai adalah salah satu bagian dari

perairan umum yang mempunyai ciri khas yaitu airnya mengalir (lotic water),

mekanisme aliran sungai berdasarkan prinsip gravitasi yaitu mengalir dari dataran

tinggi ke dataran rendah, masa air akan mengalir ke satu arau yaiu darah arah hulu

sungai menuju ke hilir sungai, sehingga apa yang terjadi di bagian hulu sungai akan

berdampak di bagian hilir. Secara alami sungai mempunyai fungsi sebagai penyalur

masa air hujan yang jatuh di daratan untuk dibuang ke laut. Berdasarkan

keberadaan masa airnya maka sungai dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu

sungai permenen, sungau intermiten dan sungai episodik. Sungai permanen yaitu

sungai yang selalu berisi air sepanjang tahun, sungai intermiten yaitu sungai sungai

yang berisi air pada musim penghujan dan kering saat musim kemarau, sungai

episodik yaitu sungai yang berisi air saat ada hujan saja. Berdasarkan topografi

dan elevasi maka ada datran tinggi dan ada dataran rendah, sungai yang berada di

dataran tinggi disebut hulu sungai dan berada di dataran rendah disebut hilir sungai.

Tipologi perairan Waduk. Perairan waduk adalah tipe perairan yang

tergenang, terbentuk karena pembendungan sungai. Ada tiga tipe waduk yaitu

waduk serbaguna, waduk irigasi dan waduk lapangan. Waduk serbaguna

terbentuk karena pembendungan sungai permanen, mempunyai fungsi sebagai

pengendali banjir, pengairan / irigasi, dan pembangkit tenaga listrik., waduk

serbaguna senantiasa berisi air tidak mungkin dikeringkan, kedalaman maksimal

100 m, luas perairan lebih dari 500 ha. Waduk irigasi terbentuk kerena

pembendungan sungai intermiten, mempunyai fungsi sebagai pengairan/ irigasi,

Page 13: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

10

masa simpan air antara 9 – 12 bulan, kedalaman maksimal 25 m, luas perairan 10

– 500 ha, waduk ini sewaktu waktu dapat dikeringkan. Waduk lapangan terbentuk

kerena pembendungan sungai episodik, mempunyak fungsi untuk pengairan/ irigasi

lokal, masa simpan air 6 – 9 bulan biasanya mengering saat kemarau, kedalaman

maksimal 5 m, luas perairan kurang dari 10 ha

Tipologi perairan danau. Perairan danau mempunyai ciri khas yaitu dalam,

tepian danau curam, air jernih, keberadaan tumbuhan air terbatas pada tepian

danau, fluktuasi air pada danau umumnya tidak tinggi hanya berkisar antara 1 – 2

m, kedalaman lebih dari 100 m. Berdasarkan proses terbentuknya danau makan

perairan danau ada dua macam yaitu danau Volkanik yaitu terbentuk karena

aktivitas gunung berapi, danau Tektonik yaitu terbentuk karena gempa bumi.

Danau tektonik umumnya lebih dalam dari pada danau Volkanik, danau volkanik

umumnya mempunyai sumber air panas.

Tipologi Perairan rawa. Perairan rawa mempunyai ciri kahs yaitu perairan

relatip tergenang, dangkal,bertepian landai, banyak ditumbuhi tanaman air.

Berdasarkan fluktuasi air maka rawa ada rawa pasang surut dan rawa baniran.

Fluktuasi air di rawa pasang surut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

pasang surut tersebut disebabkab oleh grravitasi planet (bulan), sehingga fluktuasi

air harian sangat berfluktuasi. Sedangkan fluktuasi air pada rawa banjiran

disebabkan oleh perbedaan musim kemarau dan penghujan, saat musim penghujan

tergenang air dan saat musim kemaru kering, fluktuasi air pada perairan rawa

antara 2- 5 m.

Page 14: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

11

2.3. Perikanan Tangkap.

a). Aspek Legal Perikanan Tangkap di Perairan Darat.

Produk hukum perikanan yang berupa undang undang pertama kali ada yaitu

U.U Nomor 9/1985 Tentang Perikanan. Payung hukum perikanan tangkap tersebut

kurang mencirikan proses pembangunan perikanan yang berkelanjutan, cenderung

berorientasi pada pengembangan dan pertumbuhan produksi, kurang

memperhatikan nilai konservasi dalam pengelolaan perikanan. Pengelolaan

perikanan dilakukan dengan pendekatan top-down, sentralistik. Sedangkan

berdasar UU No 31 Th 2004 Tentang Perikanan pemanfaatan sumberdaya

perikanan harus dilakukan secara berkelanjutan ( Pasal 6 ayat.1). Salah satu tujuan

pengelolaan perikanan Indonesia adalah meningkatkan taraf hidup nelayan kecil

dan pembudidaya ikan skala kecil ( Pasal 3. Pasal 60-62). Pengelolaan perikanan

harus dilakukan secara lebih demokrtatis (Pasal 65 dan Pasal 67) dan menerapkan

rezim co-manajemen (Pasal 6 ayat 3). Amanat untuk pengadopsian Pendekatan

Ekosistem dalam pengelolaan Perikanan 9 Pasal 12 ayat 12) Amanat untuk

menerapkan semangat konservasi dalam dunia pemanfaatan sumberdaya alam

yang meliputi kegiatan proteksi mitigasi dan rehabilitasi dalam pengelolaan

perikanan ( Pasal 7 ayat 1). Amanat pemanfaatan informasi iptek terbaik yang

tersedia ( Pasal 46 ayat 1 dan 2, Pasal 52 dan 53) serta kearifan ekologis lokal

(pasal. 52). Adanya hukuman yang keras dan yurisprudensi yang jelas dalam proses

pengembangan perkara pelanggaran peraturan dan kejahatan perikanan (Pasal

72-109).

Berdasarkan Permen-KP No 29/Permen-KP/2016 pasal 4 menyatakan

bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan daratan dapat berupa

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan pada perairan darat meliputi sungai,

Page 15: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

12

danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang tidak dikuasai atau dimiliki oleh

perorangan atau badan hukum tertentu. Pemanfaatan sumberdaya ikan

berdasarkan permen-KP tersebut harus memperhatikan keberlanjutan sumberdaya

ikan antara lain pasal 4 ayat 4 menyebutkan tingkat pemanfaatan (eksploitasi)

sumber daya ikan di Perairan Darat ditentukan dengan menggunakan indikator

kelestarian sumber daya ikan, antara lain: a. ukuran ikan yang tertangkap terhadap

ukuran ikan pertama kali memijah; atau b. ukuran ikan yang tertangkap terhadap

tingkat kematangan gonad. Pada pasal 5 menyebutkan bahwa untuk menjaga

keberlanjutan sumberdaya ikan perlu dilakukan langkah pengelolaan: a). Penetapan

angka potensi sumberdaya ikan, b). Pengelolaan kawasan konservasi perairan, c).

Penetapan jenis ikan yang dilindungi, d).Pembinaan pengelolaan sumberdaya ikan.

Pada pasal 5 menyebutkan bahwa pemerintah pusat akan menyusun petunjuk

rencana pengelolaan sumberdaya ikan pada perairan yang mencakup dua propinsi

atau lebih. Sedangkan pemerintah Provinsi menyusun petunjuk pengelolaan

sumberdaya ikan yang mencakup dua Kabupaten atau lebih, dan pemerintah

Kabupaten menyusun rencana pengelolaan sumberdaya ikan hanya pada wilayah

kabupaten itu sendiri.

b).Status Perikanan Tangkap di Perairan Darat.

Kegiatan penangkapan di periran umum pada umumnya sudah intensip mulai

dari alat yang sederhana sampai dengan alat tangkap yang komplek dapat

menangkap ikan dalam jumlah banyak. Alat tangkap sederhana yang hasil

tangkapannya tidak banyak hanya berkisar antara 2-5 kg/hari biasanya dibuat

dengan bahan yang sederhana, dioperasikan hanya satu orang. Contoh alat

tangkap ikan yang sederhana yaitu pancing (hook line), jala (cast net), jaring (gill-

net), serok (scop-net), tangkul (lift net). Sedangkan alat tangkap yang agak komplek

Page 16: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

13

dapat menangkap ikan dalam jumlah banyak antara lain hampang (barrier traps),

tuguk (filtering device), ngesek (moving barrier), ngesar (moving net). Kegiatan

penangkapan ikan di perairan umum daratan terutama di sungai dan rawa banjiran

pada saat kemarau cenderung lebih intensif karena sebagian besar perairan

mengalami kekeringan, sehingga ikan mudah ditangkap dengan berbagai macam

alat. Dengan demikian saat kemarau perlu daerah perlindungan atau suaka ikan

terutama bagian rawa yang tidak pernah mengalami kekeringan seperti lebung,

danau rawa dan anak anak sungai.(Utomo dan Arifin, 1991., Utomo,2008)

Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan di beberapa daerah sudah menunjukkan

lebih tangkap, hasil tangkapan tiap jenis alat tiap tahun mengalami penurunan

(Utomo, et al.,2014., Utomo, et.,al.,2003). Laju eksploitasi (E) beberapa jenis ikan

sudah tinggi (E>0,5) antara lain ikan Patik dan Haruan di Sungai Barito Kalimantan

yaitu E = 0,71 dan 0,6, Ikan Baung di sungai Batang Hari Jambi E = 0,64. Ikan

Tembakang di Lubuk Lampam dan Mujair di Ranau Sumatera Selatan masing

masing E = 0,58 dan 0,55 (Tabel 2.1).(Utomo, et al., 1990., Utomo, et al.,1994). Ikan

yang sudah sulit ditemukan akibat penangkapan dan kerusakan lingkungan yaitu:

ikan Arwana (Shcleropages formosus), ikan Sengarat (Belodontichthys truncatus),

ikan Belida (Chitala lopis), Tapa (Wallago leerii), Kapas kapas (Rohteichthys

microlepis), Parang parang (Macrochirichthys macrochirus), ikan Elang (Datnioides

quadrifasciatus), ikan Bulutulang (Kryptopterus apagon) dan lain lain. (Utomo, 2016)

Page 17: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

14

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004

kg

Tahun

Responden 1,lokasi Puruk Cahu. Jenis ikan: Tapa,Baung, Pipih"

Responden 2, lokasi M.Tewe. Jenis ikan: Tebirin,Tapa,Baung"

Gambar 2.1.Hasil Tangkapan/alat kalang/orang/hari di Rawa Banjiran

Kalimantan Tengah. (Utomo, 2005)

Tabel 2.1. Parameter pertumbuhan dan Mortalitas beberapa jenis ikan

Jenis ikan / lokasi Parameter pertumbuhan

Parameter mortalitas

L ( cm ) K Z M F E

Sepat Siam ( T. pectoralis) di sungai Barito

19,75

0,6 2,44 1,43 1,01 0,41

Baung ( M. nemurus) di sungai Barito

47,50 0,4 2,96 0,86 2,10 0,71

Baung ( M. nemurus) di sungai Batang hari

60 cm 0,48 2,60 0,90 1,7 0,64

Gabus ( C. striatus ) di sungai Barito

45 0,3 1,70 0,72 0,98 0,57

Sumber: Utomo , et al.,1994., Utomo & Prasetiyo, 2004., Utomo et al 1990)

Page 18: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

15

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

0 5000 10000 15000

Jumlah nelayan (KK)

ton/

tahu

n

Gambar 2.2 Status produksi perikanan tangkap di Kab. OKI Sumatera Selatan

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0 2000 4000 6000 8000

Jumlah nelayan (KK)

Ton/

tahu

n

Gambar 2.3. Status produksi perikanan tangkap di Kab. Muba

Sumatera Selatan

Sumber: Utomo, et al 1992

Page 19: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

16

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0 1000 2000 3000 4000

Prod

uksi

ikan

(to

n)

Upaya penangkapan (KK)

Gambar 2.4 Status produksi perikanan tangkap di Kab. Kapuas Hulu Kalimantan Barat

Sumber: Utomo, et al, 1992

Berdasarkan kenyataan tersebut telah terjadi penurunan populasi ikan yang

disebabkan oleh faktor alami dan tingkat eksplotasi yang berlebih, maka diperlukan

pengelolaan untuk mempertahankan kelestarian sumberadaya ikan, diantaranya

yaitu pengadaan suaka perikanan yang merupakan kegiatan pelestarian habitat dan

pengaturan kegiatan penangkapan ikan di suaka tersebut.

c).Kegiatan penangkapan berdasarkan tipe ekosistem

1. Kegiatan Penangkapan di Perairan Sungai

Perairan di zona hulu sungai berada di dataran tinggi biasanya mempunyai

ciri khas yaitu berarus deras, berbatu. Aktivitas penangkapan di zona hulu sungai

tidak banyak,. kegiatan penangkapan pada umumnya hanya untuk memenuhi

kebutuhan sendir, bukan untuk komersial Jenis alat tangkap yang digunakan tidak

banyak antara lain yaitu yaitu Pancing (hook-line), Jala (cast-net), Jarring insang

Page 20: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

17

(gill-net), dan bubu (pot traps). Contoh batas zona hulu sungai bila di sungai Musi

yaitu mulai dari tebing tinggi ke arah hulu, bila di sungai Kapuas yaitu mulai dari Putu

Sibau ke arah hulu, dan bila di sungai Barito mulai dari Puruk Cahu ke arah hulu.

Grafik 2.5. Fluktuasi Tinggi air dan produksi hasil tangkapan di perairan rawa banjiran Sumatera Selatan

Sumber: Utomo dan Arifin, 1991.

Perairan pada zona tengah berada di dataran rendah, biasanya banyak

terdapat rawa banjiran (flood-plain), banyak terdapat aktivitas penangkapan mulai

dari penangkapan yang sederhana sampai ke jenis alat tangkap yang dapat

F luktua si H asil T ang kap an B erdasark an Mu sim d i P erairan lebak lebu ng (floo d p lain)

0

5 000

10 000

15 000

20 000

25 000

30 000

35 000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B u lan

( K

g )

Th. 93 Th.94 Th. 95 Th96 Th. 97

Fluktuasi air di perairan lebak lebung (flood plain)

0100

200300400

500

Jan

Peb

Maret

April

Mei Juni Juli

Augt

Sept

Oktb Nopb

Desb

Bulan

Ting

gi a

ir ( C

m )

Th. 89 Th. 90 Th. 93 Th. 95 Th. 97 Th. 98 Th. 99 Th. 2003 Series10

Page 21: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

18

menangkap ikan dalam jumlah banyak. Contoh alat tangkap yang sederhana

pancing (hook-line), jala (cast-net). Contoh alat tangkap yang agak komplek dapat

menangkap ikan dalam jumlah banyak yaitu Beje (pond traps), Selambau (Fyke net),

Hampang (Barrier traps with traps-chamber). Sifat usaha penangkapan sudah

menunjukkan ke arah komersial. Perairan rawa banjiran pada zona tengah

merupakan daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang produktip bagi nelayan

setempat.

Contoh batas zona tengah di sungai Musi yaitu mulai dari arah hulu Tebing

tinggi ke arah hilir sampai Tebing abang, untuk sungai Kapuas mulai dari arah hulu

Putusibau ke arah hilir sampai Sanggau, untuk sungai Barito mulai dari arah hulu

Puruk Cahu ke arah hili sampai marabahan. Jenis ikan yang tertangkap di perairan

sungai Baung (Hemibagrus nemurus), Lais (Kryptopterus spp), Lampam

(Barbonymus schwanenfeldii), Jelawat (Leptobarbus hoevenii) dan lainnya. Jenis

ikan yang sering tertangkap di rawa yaitu Betok (Anabas testudineus), Gabus

(Channa striata), Sepat siam (Trichopodus pectoralis), Tembakang (Helostoma

temmenckii) dan lainnya

Perairan zona hilir adalah perairan bagian hilir yang dipengaruhi oleh pasang

surut air laut. Bagian hilir sungai pada umumnya merupakan kawasan industri antara

lain pabrik minyak kelapa sawit, pengolahan karet, pertamina dan lain sebagainya.

Disamping merupakan kawasan industri, bagian hilir sungai banyak terdapat areal

persawahan. Kegiatan penangkapan ikan air tarwar tidak menonjol, yang berstatus

nelayan tetap pada umumnya yang beroperasi di laut (pantai),pada umumnya mata

pencaharian utama adalah petani. Jenis alat tangkap yang gunakan tidak banyak

yaitu Pancing (hook-line), jala (cast-net), jarring insang (gill-net), blad (set-net).

Page 22: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

19

2. Kegiatan Penangkapan ikan di Waduk/ Danau.

Waduk merupakan danau buatan, terbentuknya waduk karena adanya

pembendungan sungai. Kegiatan penangkapan didominansi oleh alat Jaring (gill

net), karena alat tangkap ini dapat dioperasikan sepanjang musim, harganya relative

murah, dapat menangkap bermacam jenis ikan, dapat dioperasikan oleh satu orang,

cara kerjanya mudah, dapat dipindah tempat dengan mudah, perawatan mudah.

Hasil tangkapan didominansi oleh ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang merupakan

ikan tebaran. Tiap tahun Dinas perikanan setempat mempunyai program penebaran

ikan. Ikan Nila merupakan ikan andalan untuk ditebar guna peningkatan produksi

perikanan tangkap, ikan Nila cepat tumbuh dan berkembang biak, dapat hidup di

semua tipe perairan tawar terutama waduk. Selain ikan nila, ikan yang sering

tertangkap di waduk yaitu Tawes (Barbodes gonionatus), Wader (Rasbora spp),

Gabus/Kutuk (Channa striata) dan lainnya. Aalat tangkap lain yang sering digunakan

yaitu jala (cast-net), beranjang (Lift-net), jebakan (cage-traps), pancing (hook-line).

Hasil tangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh pola pergerakan air waduk.

Untuk alat tangkap jebakan yang selalu dipasang ditengah waduk, maka pada saat

air munyurut pintu air dibuka untuk keperluan irigasi (April – Mei) hasil tangkapan

cenderung naik, karena saat air menurut ikan banyak bergerak ke tengah waduk.

Pada saat pintu air ditutup kembali tidak digunakan untuk irigasi yaitu saat kemaru

(Juni – Agustus) hasil tangkapan cenderung menurun. Sedangkan alat tangkap

jarring terjadi kebalikan dengan alat tangkap jebakan, saat air munyurut pintu air

dibuka untuk keperluan irigasi (April – Mei) hasil tangkapan cenderung menurun

karena tepian waduk menurut, sedangkan jaring hasilnya memuaskan bila dipasang

di tepian waduk menghadang ruaya ikan yang menuju ke inlet. Pada saat pintu air

ditutup kembali tidak digunakan untuk irigasi yaitu saat kemaru (Juni – Agustus)

Page 23: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

20

hasil tangkapan jaring cenderung naik kembali karena tepian waduk terluapi iar

kembali

Gambar 2.6. Hasil Tangkapan Enumerator di Waduk Pondok.

Sumber: Aida, et al., 2016.

2.4. Perikanan Budidaya.

A).Teknik Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung

Budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) yaitu membesarkan ikan di

dalam wadah (biasanya berbentuk kubus atau balok) yang dilayangkan

(diapungkan) dalam air, semua sisi diselubungi oleh material yang berfungsi untuk

menahan/ mengurung ikan di dalamnya, dengan memungkinkan adanya pertukaran

air secara bebas dan memungkinkan adanya perembesan (lolos) limbah (sisa

metabolisme atau sisa pakan) ke perairan (Liyanage et al., 2009).

Keberhasilan usaha pemeliharaan ikan sistem KJA sangat tergantung pada

pemberian dan pemeliharaan nilai hara dan lingkungan yang diperlukan oleh ikan.

Kaidah ekologi dan fisiologi ikan merupakan prinsip dari pengembangan KJA.

Page 24: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

21

Menurut Sukadi et al. (2007); Liyanage et al. (2009), beberapa prinsip utama yang

harus dipenuhi dalam pengembangan KJA yaitu:

a). Ikan yang dipelihara dalam KJA harus memperoleh cukup hara untuk

pertumbuhan dan kesehatan ikan

b). Pertukaran air antara lingkungan (di luar karamba) dan di dalam karamba harus

lancar, agar sisa limbah (dari pakan dan metabolisme) dapat cepat terbuang,

agar air secara alami selalu bergantian dengan air yang baru.

c). Kedalaman perairan minimal 15 meter. Bila tinggi KJA yang masuk dalam air 3

meter maka jarak antara dasar KJA dan dasar perairan adalah 12 meter. Dasar

perairan pada umumnya banyak sisa bahan organik, oksigen rendah,

karbondioksida tinggi; maka bila jarak KJA dengan dasar perairan terlampau

dekat dikhawatirkan akan berpengaruh jelek terhadap ikan dalam KJA.

1.Jenis ikan dan padat tebar

Menurut Asmawi (1986), jenis ikan yang cocok untuk dipelihara dalam KJA

sebaiknya mempunyai kriteria sebagai berikut:

a) Ikan omnivora (pemakan segala), sehingga dapat memakan pelet (pakan buatan

komersial) dan dapat memakan plankton atau perifyton (pakan alami di perairan).

b) Ikan mempunyai pertumbuhan yang cepat, sehingga cepat panen dan biaya

pemeliharaan murah

c) Ikan harus mau cepat memakan pakan buatan, sehingga tidak menyulitkan

dalam pemberian pakan

d) Ikan mempunyai harga relatif mahal di pasaran, sehingga menguntungkan dalam

perdagangan

Page 25: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

22

e) Benih ikan mudah didapatkan untuk dipelihara, sehingga keberlangsungan usaha

dapat berjalan terus.

Jenis ikan yang baik untuk dibudidayalan pada KJA yaitu ikan Nila

(Oreochromis niloticus, Linn), Mujahir (Oreochromis mussambicus, Peters), Mas

(Cyprinus carpio) dan Patin (Pangasius hyphopthalmus, Sauvage). Jenis ikan Nila,

Mujahir dan Mas dalam jangka waktu empat bulan sudah dapat dipanen, sedangkan

ikan Patin mencapai enam hingga delapan bulan. Padat penebaran bagi karamba

jaring apung bervariasi, tergantung jenis ikan yang dipelihara, ukuran ikan yang

ditebar dan kualitas perairan. Bila kualitas air jelek maka padat tebar tidak boleh

tinggi. Padat tebar ikan dalam KJA tradisional secara umum adalah 40 ekor/m3,

yang akan menghasilkan panen sekitar 20 – 25 kg/ m3 (Yusuf 1996; Schmittou

1991).

2.Pemberian pakan

Pemberian pakan buatan yang bermutu mutlak diperlukan yaitu jenis pelet

yang kadar proteinnya 25-30 %. Pelet yang diberikan sebaiknya jenis yang tidak

mudah hancur dalam air sehingga mudah ditangkap untuk dimakan, pelet yang

mudah hancur di perairan mudah lolos keluar karamba dan mencemari perairan.

Dosis pemberian pakan kurang lebih 3-5 % dari berat badan/hari, pemberian pakan

dapat dilakukan 3-5 Kali sehari (Usman,2011). Untuk pemeliharaan ikan Nila, Mas,

Mujahir sebaiknya menggunakan pelet yang terapung, karena ikan tersebut suka

menangkap makanan yang terapung, selain itu pakan yang terapung tidak mudah

lolos ke dasar perairan (Sumarsih dan Unang, 2008). Hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian pakan yaitu agar jumlah pakan yang diberikan harus habis

termakan, harus diusahakan jangan sampai ada pakan yang tersisa sehingga

Page 26: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

23

mencemari perairan. Bila banyak pakan yang tidak termakan lolos ke luar karamba,

kemudian mengendap di dasar perairan, maka lama kelamaan sisa pakan yang

mengendap di perairan akan menumpuk banyak dan membusuk. Sehingga suatu

saat terjadi up-welling maka sisa pakan yang telah membusuk di dasar perairan

akan terangkat ke atas, maka ikan di karamba banyak yang mati karena gas racun

dari sisa sisa pembusukan makanan juga akan ikut terangkat ke atas meracuni ikan

tersebut (Ginting 2011; Schmittou 1991).

Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan

efektifitas pakan. Konversi pakan yaitu jumlah pakan yang digunakan untuk

pertumbuhan, konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang

diberikan dengan daging yang terbentuk (Effendie, 1997). Menurut Yuli et al. (2006)

konversi pakan yaitu perbandingan antara jumlah pakan ikan yang digunakan

dengan produksi daging ikan yang dihasilkan. Konversi pakan sangat tergantung

pada jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan, jenis pakan, kualitas perairan, feeding habit,

status fisiologi, dan tingkat kesukaan. Menurut Haryono et al. (2001) pemberian

pakan berbeda terhadap pertumbuhan ikan Nila Gift dengan perlakuan pakan A

(tepung ikan teri), B (tepung ikan pabrik), C (Pellet pabrik/ komersial) menghasilkan

nilai konversi pakan (FCR) yang berbeda yaitu untuk perlakuan A = 1,05; B = 1 dan

C = 1,373

3.Bahan dan ukuran KJA

Ukuran, bentuk dan bahan kontruksi KJA pada umumnya bervariasi. Akan

tetapi harus memperhatikan prinsip dasar budidaya ikan dalam karamba jaring

apung agar mendapatkan hasil yang optimal yaitu (Schmittou, 1991):

Page 27: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

24

a) Bahan yang kuat tahan lama, untuk menopang berat total ikan yang dipelihara.

Bahan tidak menjadi penghambat pertukaran air dari dalam karamba dan luar

karamba.

b) Bahan Karamba dapat menahan pakan sampai dapat dimakan oleh ikan.

c) Bahan tidak menghambat limbah (sisa pakan dan metabolisme) agar terbuang

keluar karamba.

d) Tidak menimbulkan luka, sakit, stres pada ikan.

e) Bahan dan kontruksi tidak mudah rusak karena ombak.

Bahan karamba bisa dibuat dari bambu, kayu atau waring (net). Pemakaian

bahan kayu juga dalamnya harus dilapis dengan waring (net) begitu juga yang dari

bambu agar ikan/pakan tidak mudah lolos keluar karamba. Penggunaan waring

tanpa ada bambu dan kayu dapat digunakan apabila tidak ada binatang yang suka

merusak waring seperti ikan Buntal, Labi Labi dan sebagainya. Penggunaan kayu

dan bambu tujuannya untuk melindungi waring. Teknologi KJA secara tradisional

oleh masyarakat yang kini dipakai di waduk biasanya berukuran 98 m3 atau lebih

dan padat tebarnya rendah 40 ekor/m3, memberikan hasil yang rendah yaitu berkisar

antara 20 – 25 kg/ m3 (Asmawi 1986).

KJA dengan ukuran kecil yaitu antara 1 m3 hingga 10 m3, padat penebaran

400 – 500 ekor/m3, dapat memberikan hasil 150 – 250 kg/m3. Teknologi budidaya

ikan Keramba Jaring Apung (KJA) dengan Volume Rendah Kepadatan Tinggi

(VRKT) layak untuk diterapkan di perairan waduk. Dua prinsip utama yang dipegang

dalam penerapan Keramba Jaring Apung sistem VRKT (Volume Rendah Kepadatan

Tinggi) yaitu (1) Ikan di Karamba harus cukup hara bagi pertumbuhan dan

kesehatan, (2) Pertukaran air dari lingkungan dalam karamba dan luar karamba

Page 28: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

25

harus lancar, sehingga air selalu bergantian dan sisa metabolisme dapat terbuang

segera (Schmittou, 1991).

4.Dampak negatif KJA terhadap lingkungan perairan

Menurut Tacon et al. (2007) dampak yang harus diperhitungkan dalam

pengembangan jaring apung di perairan waduk atau danau yaitu:

a) Meningkatnya nutrien di perairan sebagai akibat sisa pakan dan kotoran ikan

yang lolos ke perairan, sehingga akan terjadi eutrofikasi (pengkayaan nutrien) di

perairan.

b) Apabila penanganan ikan pada KJA tidak baik maka akan beresiko tinggi ikan

tersebut terserang penyakit, dan punya potensi untuk menular ke ikan lain di luar

KJA.

c) Meningkatnya permintaan tepung ikan untuk bahan makanan ikan, sehingga

harga tepung ikan menjadi mahal dan sulit didapatkan di pasaran.

d) Meningkatnya usaha penangkapan ikan kecil untuk bahan tepung ikan sehingga

sumber daya perikanan akan mendapat tekanan dari usaha budidaya.

e) Apabila ikan yang dipelihara lepas ke perairan maka akan berdampak negatip

terhadap ikan asli di perairan.

f) Luasan perairan sebagian akan terganggu oleh keberadaan KJA, bila penataan

ruang tidak baik maka akan berakibat menghalangi tranportasi, mengganggu

turbin PLTA dan mengganggu tempat wisata air.

B).Budidaya Ikan di Kolam Air deras

Kolam air deras adalah kolam yang memiliki debit air yang cukup besar

sehingga dengan hitungan menit seluruh volume air dapat tergantikan. Kolam air

Page 29: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

26

deras merupakan tempat pembesaran ikan yang airnya mengalir secara terus

menerus. Teknologi pembuatan kolam sistem air deras ini diadopsi dari Jepang.

Pertama kalinya tekonologi kolam sistem air deras ini diperkenalkan

di Indonesia pada awal tahun 80-an. Lokasi kolam air deras harus memiliki

sumber air yang tetap, debitnya besar, dan mengalir sepanjang tahun.

Ketinggian air untuk kolam air deras yang dipergunakan untuk usaha perikanan

sebaiknya kurang dari 800 meter di atas permukaan laut. Jika ketinggian tempat

melebihi batas tersebut, suhu udaranya akan semakin dingin sehingga

mempengaruhi pertumbuhan budi daya perikanan. Contoh usaha perikanan yang

sering dibudi dayakan pada kolam air deras yaitu usaha budi daya perikanan

jenis ikan nila. Banyak keuntungan yang didapat dalam usaha perikanan di kolam air

deras yaitu kualitas air budi daya baik karena terjadi pergantian air dalam waktu

cepat sehingga kondisi ikan terjaga dengan baik. Kedua ikan dapat bergerak aktif

karena kolam air deras mengandung oksigen tinggi sehingga metabolisme ikan

cukup baik. Ketiga Penanganan saat panen mudah karena kolam bisa dikeringkan

dalam waktu singkat. Secara umum ada beberapa bentuk kolam air deras yaitu

kolam berbentuk segitiga, segi empat, bulat, dan kapsul. Ukuran kolam air deras

yang digunakan untuk budi daya ikan biasanya panjang 7 meter, lebar 3

meter. Salah satu hal pokok yang membedakan kolam biasa dengan kolam air deras

adalah debit airnya. (Aminah, 2016)

Banyak keuntungan yang didapat dalam usaha perikanan di kolam air deras

yaitu:

Kualitas air budidaya baik karena terjadi pergantian air dalam waktu cepat

sehingga kondisi ikan terjaga dengan baik.

Page 30: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

27

Ikan dapat bergerak aktif karena kolam air deras mengandung oksigen tinggi

sehingga metabolisme ikan cukup baik.

Padat tebar tinggi sehingga produksi menjadi lebih tinggi.

Kesuburan tanah dan air untuk pertumbuhan plankton tidak menjadi syarat mutlak

Penanganan saat panen mudah karena kolam bisa dikeringkan dalam waktu

singkat. Secara umum ada beberapa bentuk kolam air deras yaitu kolam

berbentuk segitiga, segi empat, bulat, dan kapsul.

Potensi menghasilkan produksi ikan yang tinggi pada kolam air deras dipengaruhi

oleh:

1. Kualitas air

2. Suhu air

3. Volume air

4. Kecepatan aliran air

5. Pergantian waktu air masuk ke kolam

6. Spesies dan ukuran ikan yang dibudidayakan

7. Frekuensi perbaikan kolam

8. Hama dan penyakit ikan yang mudah menular karena pergantian air yang cepat.

Kekurangan dan kelemahan dalam sistem budidaya kolam air deras adalah

membutuhkan jumlah pakan yang banyak sehingga perlu adanya manajemen

pemberian pakan dalam kolam air deras harus diperhatikan padat atau jumlah pakan

yang diberikan karena resiko kehilangan pakan akibat arus air yang sangat tinggi,

salah satunya dengan menggunakan wadah pakan sistem pendulum (wadah pakan

yang disimpan di atas permukaan air) supaya pakan yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan. (Supriyatna, 2012)

Page 31: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

28

2.5.Kualitas Air

a). Pengertian Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan

parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter

kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis

(Masduqi, 2009).

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,

fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah

upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai

peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

b).Hubungan Antar Kualitas Air

Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi

kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka

reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun,

termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran.

Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan

prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau akan malakukan yoleransi

yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.

Manurut Anonymaus (2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh nilai

pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu ditambahkan utuk

meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3

Page 32: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

29

dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5. kenaikan pH yang akan terjadi

diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air. Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.

c).Parameter Kualitas Air

1.Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses

fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan

daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula

sebaliknya(Erikarianto,2008).

Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang

diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari

untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.

Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai

dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan

manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak

terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan

udang budidaya.

2.Suhu

Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat

perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat

dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi

juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga

dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh

kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah

Page 33: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

30

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi

matahari.

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan

biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu,

dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila

peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis) (Kordi dan Andi,2009).

3.pH

Menurut Andayani (2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang

diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri

dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin

banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH.

Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+ makin rendah

PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan

bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki

potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi

kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat

membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan

oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,

aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada

suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik

Page 34: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

31

dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan

Andi,2009).

4.Oksigan Terlarut / DO

Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh

suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen

terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan

dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan

oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi

kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana

oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga

terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam

air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya

didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota

akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua

aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif

yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).

5.Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-

tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.

Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air,

namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu

Page 35: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

32

secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak (Kordi dan

Andi,2009).

Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi

keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida

memiliki kelarutan yang relatif banyak.

6.Amonia

Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat,

sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul

(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk

molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan

Andi,2009).

Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi

amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa

diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein

ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :

Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)

Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto

Protein : protein dalam pakan

6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

7.Nitrat nitrogen

Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae

memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen

yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen

Page 36: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

33

(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun

akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara

lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.

Menurut Andayani (2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak

terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada

kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga

mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah

1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya

blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

8).Orthophospat

Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia

bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan

pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang

biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat

ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang

terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah

perlakuan.

Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter

biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya

kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat

hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan

nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme

yang hidup diperairan tersebut.

Page 37: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

34

d).Kualitas Air Untuk Perikanan

Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk

kehidupan ikan :

Rendah kadar amonia dan nitrit

Bersih secara kimiawi

Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai

Rendah kadar cemaran organik

Stabil

Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka

ikan yang dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari berbagai

penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.

Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo

adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur. Pemanfaatan

sumber air harus harus dikelola dengan baik terutama kualitas dan kuantitas.

Kualitas air sangat mendukung pertumbuhan lele dumbo. Oleh karena itu, aor yang

digunakan harus banyak mengandung zat hara, serta tidak tercemar olah racun dan

zat rumah tangga lainnya.

Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda

kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang

menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah

ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah air.

Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat mengurai

seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak mencukupi karena

jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau sulit kembali menjadi

Page 38: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

35

baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan metabolit yang berbahaya

bagi ikan(Lesmana,2001).

Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau

kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu. Dalam

lingkup akuarium, kulitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan atau

cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan

ikan dan kondisi ekosstem yang memadai.

Menurut Susanto(2002), suatu limbah yang mengandung beban pencemar

masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu

efeknya adalah menurunya kadar oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi

fisiologis organisme akuatik. Air limbah memungkinkan mengandung

mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang dapat

menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke lingkungan

http://www.viternaplus.com/2015/09/panduan-pengelolaan-air-budidaya-ikan.html

e).Pengelolaan Air Budidaya Ikan

Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pengelolaan

air, baik dari segi kuantitas maupun kualitas air, terlebih pada budidaya ikan intensif

atau super-intensif. Ketersediaan air harus selalu terjaga sehingga air kolam

budidaya dapat terus diganti sesuai kebutuhan.

Menjaga kuantitas air lebih mudah dilakukan pada budidaya di perairan , baik

dengan karamba maupun dengan karamba jaring apung. Berbeda dengan budidaya

dengan sistem kolam, terutama pada lokasi yang sumber airnya terbatas.

Pengelolaan kuantitas air merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu perlu dipikirkan

Page 39: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

36

alternatif untuk penggantian air, Misalnya dengan memompa dengan air tanah.

Kualitas air untuk budidaya ikan harus memenuhi syarat agar pertumbuhan ikan

dapat optimum. Parameter kualitas air untuk budidaya ikan air tawar dijelaskan di

bawah ini. Faktor fisika air meliputi temperatur, kecerahan, dan kekeruhan air.

Ketiganya berpengaruh besar terhadap keberhasilan budidaya ikan. Bila salah satu

saja tidak memenuhi syarat, ikan tentu tidak akan dapat tumbuh optimal.

1.Temperatur Air

Temperatur atau suhu air adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang

berada di tempat budidaya, baik kolam, karamba, maupun karamba jaring apung.

Temperatur air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari sebagai sumber energi,

suhu udara musim, dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk

menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibanding suhu udara. Energi

cahaya matahari sebagian besar diserap di lapisan permukaan air. Intensitas cahaya

matahari semakin kedalam semakin berkurang. Transfer panas dari lapisan atas ke

bawah tergantung kekuatan pengadukan air oleh angin. Untuk meningkatkannya

maka dipasang kincir angin. semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut dalam air

maka akan tinggi penyerapan panasnya. Suhu air mempengaruhi densitasnya.

semakin tinggi suhu air, densitasnya semakin rendah (gr/cm3). Perbedaan densitas

air dilapisan atas dan di lapisan bawah dapat menyebabkan stratifikasi. Air yang

lebih hangat berada dilapisan atas, sementara air yang lebih dingin berada pada

lapisan bawah.

Suhu yang mematikan untuk hampir semua semua jenis ikan adalah 10-11

drajat celsius selama beberapa hari. Nafsu makan ikan menurun pada suhu di

bawah 16 drajat celsius, sementara reproduksi ikan mengalami penurunan pada

Page 40: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

37

suhu di bawah 21 drajat celsius. Batas optimum suhu berbeda beda, tergantung

berbagai faktor lain, seperti pH, DO, altitude (ketinggian tempat), kedalaman air, dan

cuaca. Berikut ini tabel suhu perairan yang optimum untuk pertumbuhan ikan air

tawar.

TABEL 2.2.SUHU AIR IKAN AIR TAWAR

NO JENIS IKAN TEMPERATUR OPTIMUM

1 TAWES 20 – 33 0C

2 NILEM 18 – 28 0C

3 MAS / TOMBRO 20 – 25 0C

4 PATIN 28 – 32 0C

5 BAWAL 25 – 30 0C

6 GURAME 24 – 28 0C

7 NILA 25 – 30 0C

8 SIDAT 28 – 29 0C

9 LELE 25 – 30 0C

10 GABUS 25 – 30 0C

2. Kecerahan

Kecerahan air atau transparansi adalah daya tembus cahaya matahari ke

dalam perairan. Kecerahan air dipengaruhi oleh kerapatan plankton dan kekeruhan

yang disebabkan oleh partikel tanah terlarut. Pengukuran kecerahan air sering

dilakukan pada budidaya intensif maupun super-intensif. Alat untuk mengukur

kecerahan air adalah Piring Seichi (Seichi Disc). Piring seichi dibuat dari papan

Page 41: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

38

bundar berdiameter 20 cm berwarna putih hitam selang-seling membentuk 4 bagian,

dilengkapi batang kayu dengan penunjuk kedalaman.

Kecerahan air bisa dipakai sebagai indikator untuk melihat kerapatan

plankton di perairan. Tingkat kecerahan air yang baik untuk budidaya adalah 100 -

60 cm. Artinya, pada kedalaman 60 - 100 cm, cahaya matahari masih bisa

menembus. Pada kecerahan 20 cm, kerapatan plankton sudah pada ambang batas

berbahaya karena justru menurunkan kualitas air secara umum.

3.Kekeruhan Air

Kekeruhan air mempengaruhi kemampuan air untuk meneruskan cahaya ke

dalam air. Kekeruhan pada air kolam, karamba dan karamba jaring apung

disebabkan oleh koloid partikel-partikel lumpur dan bahan organik terlarut. Air

dengan tingkat kekeruhan tertentu malah berdampak baik bagi pertumbuhan ikan

karena kekeruhan itu mengurangi intensitas sinar yang masuk ke dalam air.

Kondisi didalam air yang tidak terlalu terang justru mengakibatkan ikan lebih

bernafsu untuk makan. Air yang keruh karena partikel lumpur membuat lumut atau

ganggang terhambat pertumbuhannya. Air yang keruh pun membantu ikan

menghindar dari predator, mengingat predator umumnya lebih menyukai air yang

jernih.

4.Kadar Oksigen Terlarut.

Oksigen diperlukann oleh makhluk hidup, termasuk ikan dan organisme perairan

lainya, untuk pernafasan dan metabolisme tubuh. Oksigen diperlukan untuk

pembakaran pakan sehingga menghasilkan energi untuk melakukan aktifitas gerak,

pertumbuhan dan reproduksi. Laju pertumbuhan ikan dan konversi pakan sangat

Page 42: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

39

dipengaruhi oleh kandungan oksigen dalam air. Sebagai satuan Dissolved Oxygen

yang dipakai adalah ppm (part per million). Konsentrasi minimum oxygen terlarut

(DO) bagi sebagian besar ikan air tawar adalah 5 ppm. Pada perairan dengan

konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih mampu hidup akan tetapi nafsu makannya

rendah, sehingga pertumbuhannya terhambat. Beberapa jenis ikan yang mempunyai

labyrinth masih bisa bertahan pada konsentrasi DO 3 ppm. Oksigen larut dalam air

disebabkan oleh difusi langsung dari udara, hujan yang jatuh, melalui aliran air yang

masuk, adanya pemercikan air oleh kincir dan pengaruh fotosintesis tumbuhan atau

fitoplankton yang menghasilkan oksigen.

Untuk meningkatkan oksigen terlarut, pada budidaya ikan intensif dilakukan

dengan memancarkan air ke udara sehingga kemudian jatuh lagi ke permukaan air.

Percikan air yang bersentuhan dengan udara itu kemudian akan tercampur lagi

dengan air budidaya sehingga meningkatkan DO. Proses fotosintesis tumbuhan

berklorofil dengan energi sinar matahari akan menghasilkan oksigen. Hal ini

membantu meningkatkan DO pada siang hari. Namun oksigen yang diproduksi pada

siang hari itu akan digunakan oleh ikan dan plankton untuk bernafas pada malam

hari sehingga akan menurun konsentrasinya. Selain itu, tumpukan bahan organik

yang bersal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan plankton yang mati akan berkompetisi

dengan ikan yang dibudi-dayakan di dalam menggunakan oksigen. Hal ini juga

mengakibatksn kandungan oksigen pada malam hari menjadi menurun. Hal inilah

yang menyebabkan saat dinihari DO air kolam menurun. Terlebih bila didasar kolam

banyak bahan organik yang juga memerlukan Oksigen untuk proses penguraiannya.

Berikut ini tabel DO yang sesuai untuk budidaya ikan air tawar :

Page 43: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

40

Tabel 2.3. DO Ikan Air Tawar

NO JENIS IKAN DO

(ppm)

1 IKAN TAWES > 5

2 IKAN NILEM > 5

3 IKAN MAS /

TOMBRO > 5

4 IKAN PATIN 4.5 – 6.5

5 IKAN BAWAL > 4

6 IKAN GURAME > 5

7 IKAN NILA 4 – 6

8 IKAN SIDAT 5 – 6

9 IKAN LELE > 4

10 IKAN GABUS > 4

5.Derajat Keasaman Air.

Derajat keasaman air dibagi menjadi tiga, yaitu pH rendah (asam), pH netral

dan pH tinggi (basa). Derajat keasaman air dipengaruhi oleh ion Hidrogen (H+). Air

menjadi asam apabila pH <7 dan dikatakan basa bila PH >7. Derajat keasaman air

budidaya yang memenuhi syarat adalah 5 - 8,5. Untuk budidaya ikan air tawar pH

yang cocok adalah 6,5 - 7,5. Syarat lain yang penting adalah fluktuasi atau

perbedaan pH pagi dan siang tidak lebih dari 1. Misalnya, pagi hari pH air pada

kolam / karamba / karamba jaring apung adalah 6,5 maka pH pada siang hari tidak

boleh mencapai angka 8. Derajat keasaman dipengaruhi oleh aktifitas ikan dan

organisme lain, yaitu pernafasan (respirasi). Respirasi menghasilkan CO2 yang

mengakibatkan pH menurun. Jadi pada malam hari pH air cenderung lebih rendah

dibanding siang hari. Berikut ini pH air yg sesuai untuk ikan air tawar.

Page 44: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

41

Tabel 2.4. pH optimum pada beberapa jenis ikan

JENIS IKAN pH

Ikan Tawes 6.5 – 7.5

Ikan Nilem 6.5 – 7.5

Ikan Tombro /

Mas 7 – 8

Ikan Patin 6 – 7

Ikan Bawal 7 – 8

Ikan Gurame 6.5 – 8

Ikan Nila 6.5 – 8.5

Ikan Sidat 7 – 8

Ikan Lele 6.5 – 8

Ikan Gabus 6 – 7.5

6.Kadar Amonia.

Bahan organik seperti sisa pakan, kotoran ikan, plankton dan tumbuhan air

yang mati akan menghasilkan amonia (NH3) yang larut dalam air. Amonia

merupakan hasil akhir dari dari proses metabolisme protein. Amonia dalam bentuk

terisonasi merupakan racun bagi ikan. Tolsisitas amonia berkaitan erat dengan pH,

dan sedikit terkait dengan suhu dan DO.

Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadi bentuk tak terion (dalam bentuk

bebas). Pada pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1 %,

selanjutnya semakin meningkat. Pada pH 8: 5-9 %, pada pH 9: 30-50 %, dan pada

pH 10: 80-90 %. Fluktuasi pH sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah

(kadar alkalinitas yang baik > 20 mg/l CaCO3).

Page 45: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

42

Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas

maksimal kadar amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya

ikan air tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Amonia total sebesar

0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunkan nafsu makan dan pertumbuhan.

Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan pada insang sehingga ikan

kekurangan oksigen.

7.Kadar Karbondioksida

Karbondioksida merupakan salah satu unsur yang penting untuk proses

fotosintesisi bagi fitoolankton dan tumbuhan air berklorofil. Tumbuhan air dan

fitoplankton ini bermanfaat bagi kesuburan air, sebagai makanan alami ikan. Pada

siang hari fitoplankton menyumbangkan oksigen ke perairan. Karbondioksida

berasal dari proses perombakan bahan organik yang berada di dasar kolam atau

perairan dan pernafasan / respirasi fitoplankton dan tumbuhan air pada malam hari.

Kadar karbondioksida (CO2) berkaitan dengan derajat keasaman (pH) dan suhu.

Jumlah karbondioksida (CO2) yang meningkat akan menekan aktifitas

pernafasan ikan dan menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin sehingga

menjadi sumber stress bagi ikan. Kadar karbondioksida terlarut yang memenuhi

syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar 2-11 ppm.

8.Kadar Nitrogen (NO2)

Nitrit (NO2) merupakan jenis senyawa N. Kadar nitrogen terlarut dalam

perairan 0.1 ppm sudah menimbulkan penyakit brown blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0

ppm sudah menimbulkan kematian pada ikan. Di perairan, Nitrit merupakan hasil

Page 46: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

43

proses dekomposisi dari bahan organik pleh jasad renik. Kadar nitrit maksimum

adalah 0.05 ppm.

9.Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa

penurunan pH larutan. Alkalinitas dinyatakan CaCO3 dalam m/liter (atau disebut

ppm). Alkalinitas di dalam air disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3), Karbonat

(CO3), dan hidroksida (OH). Pada siang hari, aktivitas fotosintesis fitoplankton,

ganggang, dan lumut menyebabkan turunnya karbondioksida (CO2) dan bikarbonat

(HCO3). Turunnya karbondioksida dan bikarbonat menjadikan karbonat (CO3) dan

hidroksida (OH) naik sehingga pH larutan naik. Air dengan kandungan CaCO3

>100mg/lt disebut sebagai alkalin, sedangkan < 100 mg/lt disebut sebagai lunak

atau alkalinitas sedang. Alkalinitas untuk budidaya ikan air tawar adalah > 20 mg/lt

CaCO3. Dengan alkalinitas yang cukup, perubahan / fluktuasi pH air tidak drastis.

Dalam budidaya ikan air tawar di kolam, untuk menaikkan alkalinitas biasanya

ditebarkan dolomite, CaCO3.

10.Kesadahan Total

Kesadahan di dalam air disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+. Juga oleh

Mn2+, Fe2+ dan semua kation bermuatan dua. Kualitas air yang sesuai untuk

budidaya ikan air tawar adalah yang mempunyai kesadahan total minimal 20 mg/lt

Ca CO3.

Page 47: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

44

2.6. Eutrofikasi.

a).Definisi dan batasan

Eutrofikasi adalah pengayaan nutrien dalam perairan, tumbuhan air

berkembang sangat cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga

sering disebut dengan blooming. Eutrofikasi merupakan pencemaran air yang

disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air

dikatakan eutrofik jika konsentrasi total fosfor dalam air berada dalam rentang 35-

100 µg/L. Perairan yang digunakan sebagai seumber air minum seperti waduk

kandungan total fosfor tidak boleh lebih dari 50 µg/L, bila kandungan fosfor di

perairan sudah lebih dari 50 µg/L maka usaha budidaya ikan harus bersifat ekstensif

(Beveridge, 1996). Problem eutrofikasi baru disadari pada dekade awal abad ke-20

saat alga banyak tumbuh di danau dan ekosistem air lainnya, problem tersebut

disebabkan akibat langsung dari aliran limbah domestik. Posfor merupakan elemen

kunci di antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P) di

dalam proses eutrofikasi (Singgih, 2010). Eutrofikasi adalah proses pengayaan

nutrien dan bahan organik dalam air, merupakan masalah di ekosistem air tawar

maupun marin. Eutrofikasi disebabkan masuknya nutrient berlebih terutama pada

buangan pertanian dan buangan limbah rumah tangga. (Tusseau, 2001).

b).Penyebab terjadinya eutrofikasi

Menurut Apridayanti, (2008) eutrofikasi dapat disebabkan karena ulah

manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan, hampir 90 % disebabkan oleh

limbah organik dari aktivitas manusia. Sumber fosfor penyebab eutrofikasi 10 %

berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background source), 7 %

dari industri, 11 % dari detergen, 17 % dari pupuk pertanian, 23 % dari limbah

Page 48: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

45

manusia, dan yang terbesar, 32 %, dari limbah peternakan. Limbah organik yang

berasal dari berbagai aktifitas manusia yaitu limbah rumah tangga, industri,

pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan. Menurut Singgih, (2010) limbah

organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid,

tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan

langsung mengendap menuju dasar perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di

badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Limbah organik kebanyakan

akan mengalir ke sungai, danau atau perairan lainnya melalui aliran air hujan.

c).Dampak eutrofikasi.

Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan

dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik menghasilkan senyawa-senyawa

CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen

fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang

mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan

amin berbau anyir (Singgih, 2010). NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada

tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme

lain, termasuk ikan (Effendi, 2000).

Limbah kotoran ikan dan sisa pakan ikan yang mengandung unsur hara fosfor

dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan

meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya, dalam keadaan berlebihan akan

memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan kehidupan organisme yang

ada dalam badan air, termasuk ikan yang dibudidayakan di perairan danau

(Schmittou,1991). Penumpukan bahan nutrien akan menjadi ancaman kehidupan

ikan di badan danau pada saat musim pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara,

pemanasan sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya

Page 49: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

46

golakan air danau. Hal tersebut menyebabkan arus naik dari dasar danau yang

mengangkat masa air yang mengendap (up-welling). Masa air yang membawa

senyawa beracun dari dasar danau hingga mengakibatkan kandungan oksigen di

badan air berkurang. Rendahnya oksigen di air akan menyebabkan kematian ikan

secara mendadak (Finili, 2007).

Menurut Effendi, (2000) pengaruh pertama proses dekomposisi limbah

organik di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam

badan air. Penurunan kadar oksigen dalam air akan mengganggu pernafasan fauna

air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada

tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Kesulitan

fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan,

sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses

dekomposisi organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya perairan akan

mengalami kekurangan oksigen bahkan bisa habis sehingga menjadi anaerob.

Menurut Tusseau, (2001) pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik

menghasilkan gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna

air seperti ikan dan udang. Penurunan oksigen terlarut, senyawa-senyawa beracun

dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.

Menurut Odum, (1996) dekomposisi bahan organik selain menurunkan

konsentrasi oksigen terlarut, menghasilkan senyawa beracun dan menjadi tempat

hidup mikroba fatogen yang menyengsarakan fauna air; juga menghasilkan senyawa

nutrien (nitrogen dan fosfor) yang menyuburkan perairan. Menurut Fachrul, et al.

(2005) perairan yang mengalami eutrofikasi akan megalami blooming algae yang

didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu terutama algae biru, algae tersebut tidak

bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan karena beracun.

Page 50: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

47

Menurut Sugiyanti, et al. (2006) eutrofikasi selain merugikan dan mengancam

keberlanjutan fauna akibat dominasi fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan

beracun, blooming yang menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga merugikan

fauna, fenomena blooming selalu diikuti dengan penurunan oksigen terlarut secara

drastis akibat pe-manfaatan oksigen yang ber lebihan untuk dekomposisi biomasa

organik yang mati. Menurut Ginting, (20011) rendahnya konsentrasi oksigen terlarut

apalagi jika sampai batas nol akan menyebabkan ikan dan fauna lainnya tidak bisa

hidup dengan baik dan mati. Selain menekan oksigen terlarut proses dekomposisi

tersebut juga menghasilkan gas beracun seperti NH3 dan H2S yang dapat

membahayakan fauna air, termasuk ikan.

Menurut Wibowo, (2004) akibat eutrofikasi maka perairan akan didominasi

oleh fitoplankton yang tidak dapat dimakan oleh ikan, juga merangsang

pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang hidup di tepian yaitu eceng gondok

maupun dalam badan air yaitu hydrilla. Oleh karena itu di rawa-rawa dan danau-

danau yang telah mengalami eutrofikasi tepiannya ditumbuhi dengan subur oleh

tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), hydrilla dan rumput air

lainnya. Permasalahan lainnya yatu perairan yang eutrofik sering ditumbuhi algae

jenis cyanobacteria (blue-green algae) yang mengandung toksin sehingga

membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Menurut Singgih, (2010)

Blooming algae menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan

pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk

mengatasinya

Menurut Singgih, (2010) kematian massal ikan akibat arus balik, eutrofikasi

dan blooming algae setiap tahun terjadi di perairan di Indonesia dengan kerugian

yang besar. Di Danau Maninjau pada Januari 2009 kerugian telah mencapai Rp 150

Page 51: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

48

miliar dan menyebabkan kredit macet Rp 3,6 miliar. Kerugian ini akibat kematian

ikan sekitar 13.413 ton dari 6.286 petak keramba jaring apung (KJA). Konsekuansi

lebih jauh dari aktivitas manusia yang melepaskan fosfat dalam limbahnya adalah:

penurunan kualitas air, estetika lingkungan, dan masalah navigasi perairan dan

penurunan keanekaragaman organisme air. Menurut Finili, (2007) beberapa

penyakit akut dapat disebabkan oleh racun dari kelompok fitoplankton seperti

Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Amnesic Shellfish Poisoning (ASP), dan

Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP). Ketiga racun tersebut mampu melumpuhkan

sistem kerja otot, saraf, dan jantung biota perairan.

Secara singkat dampak eutrofiaksi di perairan dapat dirangkum sebagai

berikut (Finili, 2007; Singgih, 2010; Tusseau, 2001; Fachrul, el al., 2005):

1. Rusaknya habitat untuk kehidupan berbagai spesies ikan dan invertebrata.

Kerusakan habitat akan menyebabkan berkurangnya biodiversitas di habitat

akuatik dan spesies lain dalam rantai makanan.

2. Konsentrasi oksigen terlarut turun sehingga beberapa spesies ikan dan kerang

tidak toleran untuk hidup.

3. Rusaknya kualitas areal yang mempunyai nilai konservasi/ cagar alam

margasatwa.

4. Terjadinya “alga bloom” dan terproduksinya senyawa toksik yang akan meracuni

ikan dan kerang, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat dan

merusak industri perikanan. Pada masa kini hubungan antara pengkayaan

nutrien dengan adanya insiden keracunan kerang di perairan pantai/laut

meningkat.

5. Produksi vegetasi meningkat sehingga penggunaan air untuk navigasi maupun

rekreasi menjadi terganggu. Hal ini berdampak negatif pada sektor pariwisata.

Page 52: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

49

2.7. Biologi Perairan

Perairan daratan habitat bagi organisme air, ada lima kelompok utama

organisme perairan darat yaitu (Dharyati et al., 2009 ) yaitu:

a).Plankton

Plankton merupakan organisme air yang hidupnya melayang di perairan, arah

peregerakanya sangat ditentukan oleh arus. Ada dua macam plankton yaitu

fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton nabati (tumbuhan)

sedang zooplankton merupakan plankton hewani. Plankton merupakan organisme

yang penting dalam rantai makanan di perairan yaitu sebagai pakan alami bagi larva

ikan. Plankton nabati merupakan jenis plankton yang punya zat hijau daun, dapat

melakukan proses fotosintesa mengasilkan oksigen dan bahan organik (Effendie,

1997). Beberapa genus fitoplankton yang terdapat di waduk Gajah Mungkur yaitu:

Synedra, Chroococcus, Staurastrum, Microcystis. Beberapa genus zoo-plankton

yang dominan di waduk Gajah Mungkur yaitu: Cyclops, Trachelomonas. Menurut

Purnomo et al. (2003) kelimpahan plankton di Waduk Gajah Mungkur mempunyai

kontribusi yang besar terhadap perkembangan ikan Patin (Pangasius

hyphopthalmus, Sauvage) di Waduk Gajah Mungkur.

b).Bentos

Bentos yaitu organisme air yang hidupnya di dasar perairan, bersifat menetap

tidak banyak mengadakan perpindahan. Bentos memakan bahan organik yang

mengendap di dasar perairan. Peran bentos dalam rantai makanan yaitu sebagai

pakan alami ikan yang hidupnya di dasar seperti ikan Lele (Clarias). Beberapa

macam bentos yang terdapat di perairan waduk Gajah Mungkur yaitu: a).Cacing

(Tubificidae) dari genus: Aulodrilus, Limnodrilus, b). Serangga air (Insect) dari

genus: Parachironomus, Clinotypus.

Page 53: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

50

c). Macrophyta (tanaman air)

Tanaman air ada yang mengapung contoh eceng gondok (Ecornia), ada yang

tenggelam contoh Hydrilla, ada yang mencuat contoh teratai. Tanaman air

mempunyai zat hijau daun dapat melakukan fotosintesa menghasilkan oksigen dan

bahan organik. Dalam biologi perairan, tanaman air berperan sebagai makanan ikan,

tempat naungan anak ikan, tempat menempel perifyton, tempat pemijahan ikan.

Salah satu jenis tanaman air yang terdapat di waduk Gajah Mungkur yaitu kayu duri

(Misosa sp.), mempunyai peran penting bagi tempat pemijahan dan naungan benih

ikan Patin (Aida et al., 2011). Menurut Purnomo (2000) beberapa jenis ikan di

Waduk Gajah Mungkur dapat berkembang dengan baik karena ikan tersebut dapat

memanfaatkan relung ekologi.

d). Nekton

Nekton adalah jenis organisme air yang dapat bergerak bebas di perairan

contoh ikan, udang. Nekton merupakan jenis organisme air yang mempunyai nilai

ekonomi yang tinggi dibanding organisme air lainnya. Beberapa jenis ikan ekonomis

penting dan terdapat di perairan waduk Gajah Mungkur yaitu: Tawes (Barbodes

gonionotus,Blkr), Sogo (Mystus nemurus, C.V), Patin (Pangasius hyphopthalmus,

Sauvage), Betutu (Oxyeleotris marmorata, Blkr), Nila (Oreochromis niloticus, Linn).

Menurut hasil penelitian Adjie dan Utomo (2010) jenis Ikan introduksi seperti ikan

Patin dan Nila mendominansi hasil tangkapan nelayan di Waduk Gajah Mungkur.

e). Neuston

Neuston adalah organisme air yang mengapung di permukaan air termasuk

serangga air yang berada di permukaan perairan. Peran neuston dalam rantai

makanan yaitu sebagai makanan ikan. Beberapa jenis serangga air termasuk dalam

neuston, banyak terdapat di perairan yang banyak tumbuhan air. Menurut Utomo et

Page 54: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

51

al. (2005) jenis ikan yang sering memakan serangga air di Waduk Gajah Mungkur

yaitu Baung (Mystus nemurus CV), Daringan (Mystus nigriceps CV), Garingan

(Mystus microcanthus CV).

2.8. Pencemaran di Perairan Umum.

a). Definisi dan batasan

Pencemaran perairan adalah masuknya bahan dari luar yang pada umumnya

disebabkan oleh kegiatan manusia sehingga menyebabkan penurunan mutu

perairan. Ambang batas pencemaran adalah kadar maksimum bahan pencemaran

(pollutan) yang diperkenankan. Pencemaran dapat berupa bahan organik dan

anorganik. Contoh pencemaran bahan organik yaitu buangan sampah dari rumah

tangga, sisa pakan dari budidaya ikan. Sedangkan contoh pencemaran bahan

anorganik yaitu buangan unsur unsur logam dari perindustrian seperti Pb, Cr, Cd

dan sebagainya. Pencemaran dari sisa usaha budidaya ikan dalam keramba jaring

apung pada umumnya berupa bahan organik yaitu sisa pakan yang terlepas dan

kotoran ikan. Contoh yang berkaitan dengan ambang batas yaitu kadar maksimum

dalam bahan makanan yang diperbolehkan untuk Cr = 2,5 mg/kg, Pb =2 mg/kg

(Dwiloka et al., 2006). Kadar kromium (Cr) yang aman bagi kehidupan akuatik di

perairan adalah tidak melebihi 0,05 mg/L (Moore, 1991).

Menurut hasil penelitian Utomo et al. (2010) kandungan Cr di Bengawan Solo

sebelah hilirnya Waduk Gajah Mungkur sudah melebihi ambang batas yaitu daerah

Kampung Sewu, Bak Kramat dan Tundungan masing masing kadar Cr adalah

0,375 mg/L, 0,226 mg/L dan 0,233 mg/L. Kandungan Pb dalam ikan Sapu Sapu

(Liposarcus pardalis) di daerah Bak Kramat juga suda melebihi ambang batas yaitu

2 – 2,06 mg/L. Menurut penelitian Universitas Sebelas Maret (2004) bahwa

Page 55: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

52

Bengawan Solo daerah Bak Kramat sudah tercemar Cr, sebagai indikasi kadar Cr

dalam padi yang mendapat pengaliran air dari Bengawan Solo sudah melebihi

ambang batas yaitu 3,8 – 7,5 mg/kg padi. Kromium termasuk unsur yang jarang

ditemukan di perairan alami, kadar Cr yang tinggi di perairan pada umumnya berasal

dari limbah tekstil, logam dan kertas (Effendi, 2000).

b. Studi kasus pencemaran di perairan.

Febrian et al. (2004) menyatakan bahwa tingkat pencemaran perairan waduk

Cirata seluas 6.200 ha sudah berada di atas tingkat baku mutu air. Penyebabnya

selain polutan yang dibawa dari Sungai Citarum juga berasal dari pakan ikan yang

mengandung zat kimia yang mengendap di dasar waduk yang menyebabkan

peralatan waduk mengalami korosi. Waduk Cirata saat ini ada sekitar 30.000 petak

jaring apung. Padahal, berdasarkan pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor

41 Tahun 2002 jumlah jaring apung dibatasi hanya 12.000 petak dan harus seizin

instansi terkait. Kartamihardja (1997) menyatakan bahwa daya dukung perairan

waduk Cirata hanya 3.000 petak, berarti perkembangan KJA di Waduk Cirata telah

melebihi daya dukung sampai 10 kali lipat. Waduk Juanda Jatiluhur yang letaknya di

hilir Waduk Cirata juga telah terkena dampak negatip dari perkembangan KJA di

Waduk Cirata, kandungan H2S (asam sulfida) air buangan Waduk cukup tinggi.

Asam sulfida merupakan uraian sisa protein, sisa pakan yang tidak termakan dan

terbuang. Pengaruh lainnya yaitu beberapa jenis ikan lokal seperti jambal, belida,

baung, dan sebagainya sudah tidak ditemukan lagi.

Surachman (2002) menyatakan bahwa keberadaan Waduk Cirata sebagai

sumber listrik tenaga air berkekuatan 1.000 megawatt (MW) kini dalam kondisi yang

buruk karena sedikitnya 30.000 petak jaring apung milik masyarakat terdapat di

sana, akibatnya terjadi pengendapan limbah sisa pakan yang banyak, sangat

Page 56: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

53

mengganggu turbin pembangkit listrik di waduk itu, beberapa senyawa kimia telah

memberi kontribusi terjadinya korosi pada peralatan turbin, sedangkan kerusakan

lainnya disebabkan oleh endapan sisa pakan yang mencapai ribuan ton di dasar

waduk. Kotoran sisa pakan ikan akan mengapung menuju turbin apabila terjadi arus

balik di sekitar waduk. Arus balik itu terjadi apabila terjadi hujan. Selain pakan ikan,

limbah yang masuk ke Waduk Cirata melalui aliran Sungai Citarum cukup banyak,

terutama dari buangan industri tekstil di sekitar Kabupaten Bandung. Limbah pakan

dan tekstil itu telah menurunkan kualitas air waduk. Menurut Febrian et al. (2004)

sampel ikan mas dan nila yang diambil dari jaring apung di waduk tersebut

ditemukan empat kandungan logam berat. Keempatnya adalah timbal (Pb) 0,6 part

per million (ppm), zinc/seng (Zn) 22,45 ppm, krom (Cr) 0,1 ppm, dan air raksa atau

merkuri (Hg) 179,13 partikel per berat badan (ppb). Pada pertengahan Juli 2004

kematian ikan di Waduk Cirata yang mencapai 300 ton, adalah akibat koi herpes

virus dan pekatnya limbah. Air Waduk Saguling dan Cirata kini tidak lagi layak

dikonsumsi karena baku mutu air normal untuk minum sudah terlewati.

Menurut hasil penelitian Kartamihardja et al. (2002) daya dukung perairan

Waduk Jatiluhur hanya 295 ton ikan/tahun. Dampak dari pakan tersebut membuat

air menjadi keruh, sedangkan dampak dari banyaknya ikan yang dipelihara juga

menyebabkan air waduk berbau amis. Padahal, danau buatan ini adalah sumber

pengairan bagi sekitar 240 ribu hektare areal persawahan di wilayah Jakarta,

Kabupaten/Kota Bekasi, Karawang, Subang, dan sebagian Indramayu. Febrian et al.

(2004) menyatakan bahwa sepuluh tahun lalu air di waduk Jatiluhur masih berwarna

biru bening, namun sekarang warna air kuning keruh. Keruhnya waduk terjadi sejak

makin banyaknya keramba jaring apung. Saat ini di waduk Jati luhur seluas 8.300 ha

tersebut terdapat 3.083 keramba milik 209 Orang. Dari ribuan keramba itu setiap

Page 57: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

54

tahun menghasilkan 16.869 ton ikan. Setiap hari, pemilik KJA menebar sekitar 10

ton pakan ikan. Menurut penelitian Pusat Litbang SDA (2004) yang bekerja sama

dengan Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas

Padjadjaran Bandung, menyatakan bahwa kualitas air Waduk Saguling sudah di

atas ambang batas normal. Kandungan merkuri (Hg) telah mencapai 0,236 ppm,

padahal menurut standar baku mutu angka aman adalah 0,002 ppm. Logam merkuri

itu, berasal dari pakan ikan dan industri plastik. Sedangkan logam berat lainnya

berasal dari pabrik tekstil untuk proses pewarnaan kain. Sekarang air Waduk

Saguling tidak layak lagi dimanfaatkan untuk konsumsi, pertanian, dan perikanan.

Menurut Pusat Litbang SDA (2007), timbunan limbah pakan ikan di Waduk Saguling

hanyalah bagian dari penyebab tercemarnya air waduk, selain itu juga limbah

buangan rumah tangga dan industri yang mengotori daerah aliran Sungai Citarum.

Sungai tersebut sekaligus menjadi tempat pembuangan limbah dari sekitar 1.500

industri di Cekungan Bandung, seperti Majalaya, Banjaran, Rancaekek,

Dayeuhkolot, Ujung Berung, Cimahi, dan Padalarang. Sungai Citarum harus

menampung 280 ton limbah kimia anorganik setiap hari.

Krismono (1992) menyatakan bahwa keramba jaring apung dengan ukuran 7

x7 x3 m3 pakan yang keluar ke perairan 20 – 30 %, sedangkan ukuran 1 x1 x 1 m3

pakan yang keluar 30 – 50 %. Waduk Jatiluhur, Saguling, Cirata masing masing

mengeluarkan pakan yang lolos ke perairan 5.971 ton/tahun, 4.763 ton /tahun,

8.726 ton/tahun. Di dalam pakan tersebut mengandung 4,86 % N dan 0,26 % P;

sehingga nutrien yang lolos ke perairan di Waduk Jatiluhur N=290,19 ton/tahun dan

P=15,52 ton/tahun,Waduk Saguling N= 231,48 ton/tahun dan P =12,38 ton/tahun,

Waduk Cirata N= 424 ton dan P = 22,68 ton/tahun. Selanjutnya, menurut Krismono

et al. (2008) bahwa setiap satu ton ikan akan melepaskan nutrien ke perairan 85 –

Page 58: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

55

90 kg P dan 12- 13 kg N. Sehingga waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur selain

mendapatkan beban dari pakan yang lolos dari sangkar juga beban nutrien yang

dikeluarkan oleh ikan.

Menurut hasil penelitian Vithanage (2009) kandungan PO4-P dan NO3-N pada

anak sungai yang masuk ke Waduk Roxo Netherlands masing masing berkisar

antara 0,2 – 11,65 mg/L dan 9,74 – 55,77 mg/L. Kandungan PO4-P dan NO3-N pada

Waduk Roxo masing masing 0,03 mg/L dan 0,1mg/L. Kandungan fosfat dan nitrat

pada anak sungai lebih besar jika di banding di tengah waduk disebabkan limbah

dari rumah tangga yang banyak terdapat di sekitar sungai, sedangkan di tengah

Waduk Roxo tidak ada aktivitas budidaya ikan KJA. Menurut Utomo et al. (2011);

Daryati et al. (2009) apabila waduk banyak KJA maka kandungan fosfor dan

plankton akan lebih banyak di tengah sekitar KJA dari pada di sungai yang masuk ke

waduk, seperti yang terjadi di Waduk Kedung Ombo dan Waduk Gajah Mungkur.

Pertumbuhan algae dan fitoplankton yang berlebihan di Waduk akan mempunyai

efek terhadap pengurangan air, mengurangi kandungan oksigen terutama saat

malam hari, bau air yang tidak sedap, beberapa jenis algae dari algae biru

mengandung racun yang membahayakan terhadap kehidupan ikan dan manusia.

Menurut Lindon dan Heiskary (2009), blue-green algae dapat memproduksi zat

racun yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan yang memanfatakan

perairan tersebut, Salah satu genus yang membahayakan yaitu Microsystis yang

menghasilkan racun microcystin. Penelitian yang dilakukan pada 12 danau di

Minnesota Amerika Utara menunjukkan bahwa danau tersebut sudah dalam kondisi

eutrophic dengan kandungan total fosfor berkisar antara 40-300 µg/l, kandungan

klorofil-a antara 30 – 60 µg/l, kecerahan 0,2- 1 m. Dari dua belas danau tersebut

semuanya terdapat algae jenis Microcystis, dan tiga diantaranya termasuk beresiko

Page 59: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

56

tinggi karena kandungan Microcystis melebihi 2.000 µg/l. Keberadaan jenis

fitoplankton Microcystis sp di Waduk Gajah Mungkur walaupun belum banyak

namun perlu diwaspadai karena plankton ini merupakan plankton yang beracun.

Jenis racun Microcystine yang ada pada plankton tersebut bila terminum atau

termakan oleh binatang maka akan menimbulkan kelumpuhan syaraf. Sulastri dan

Haryani (2005) menyatakan bahwa Mycrocystis merupakan fotoplankton dari

kelompok algae biru-hijau, bila perairan dalam kondisi eutrofik maka jenis plankton

Microcystis sp Sangat berpotensi untuk berkembang pesat seperti yang terjadi di

Danau Maninjau tahun 2000, Waduk Sutami tahun 2001 dan Waduk Jatiluhur tahun

2002.

Page 60: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

57

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan

pada bulan Juli 2017 . Penelitian bersifat surve lapangan dan analisis materi di

laboratorium. Data penelitian berupa data primer, data sekunder dari instansi yang

terkait dengan sumberdaya ikan danlingkungan di Kab. OKU Selatan, serta

pemanfaatan data terdahulu saat penelitian pendahuluan. Penelitian ini juga bersifat

desk studi, yaitu merangkum dari hasil hasil penelitian yang sudah ada. Sumber bacaan

diambil dari laporan tahunan dari dinas & inastansi terkait, laporan dari lembaga riset &

perguruan tinggi baik dalam bentuk journal dan prosiding dan dari internet.

Lokasi yang dipilih untuk dijadikan obyek riset adalah 1) Danau Ranau

(merupakan tipe perairan tergenang, banyak terdapat aktifitas penangkapan ikan), 2).

Sungai Selabung (merupakan tipe perairan sungai berarus deras, merupakan habitat

ikan khas hulu sungai seperti ikan Semah), 3). Perairan usngai Komering (merupakan

perairan tipe sungai yang berarus tidak deras seperti sungai selabung, merupakan

habitat ikan ikan sungai seperti Baung, Lais dll), 4). Perairan tipe anak sungai (

merupakan tipe perairan anak sungai yang pada umumnya arusnya lambat, banyak

terdapat rawa, merupakan habitat ikan rawa seperti sepat, tembakang, gabus).

Page 61: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

58

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi sampel air, sampel ikan, blanko

pertanyaan, bahan kimia untuk pemeriksaan kualitas air yaitu Na(OH), pH universal

indikator, HCL pekat, larutan tio-sulfat, amilum, larutan CaCO3, H2SO4 pekat, aceton.

Sedangkan peralatan yang digunakan yaitu DO-meter, termometer secchi disk, TDS-

meter, Spectrophotometer, depth sounder, glass-ware, timbangan, papan ukur, kantong

plantik, drigen, cool- box, kertas label, peta Kab Oku Selatan.

3.3. Parameter yang Diamati dan Metode Analisis.

Parameter yang diamati meliputi kualitas air, biologi perairan, jenis ikan, kegiatan

penangkapan ikan, teknik budidaya ikan yang sudah ada, teknik pengelolaan

sumberdaya ikan yang sudah ada.

1.Kualitas air

Tabel 3.1. Parameter dan Metode Analisis Sampel yang Diperiksa

Parameter Satuan Peralatan dan metode

analisis

A. Kualitas air

1. Suhu perairan 0C Insitu. Termometer

2. pH perairan pH unit Insitu. pH universal indicator

3. Karbondioksida perairan mg/L

Insitu. Metode Winkler,

titrimetri dengan Na(OH)

sebagai titrant

4. Oksigen terlarut perairan mg/L Insitu. Do-meter

Page 62: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

59

9. Kecerahan cm Insitu. Piring seki

13. kecepatan arus m/detik Curent meter

Beberapa parameter kualitas air dilakukan analisa secara insitu seperti suhu,

oksigen, karbondioksid, kecerahan, pH, BOD. Selain itu beberapa parameter dilakukan

analisa secara eksitu di laboratorium seperti proksimat pakan, total P, total N, dan

sebagainya lebih rinci disajikan dalam Tabel 3. Metode analisis kualitas air menurut

APHA (1986).

2.Biologi Ikan

Metoda dan analisis yang akan digunakan dalam kegiatan ini dan data yang

dikumpulkan adalah TKG, Fekunditas, ekosistem dan habitat perairan, sebaran jenis

ikan dan food habits serta penyajian dengan tabulasi data, peta, analisis

keanekaragaman ikan (indeks Shannon) dan grafik tertera pada (Tabel 2).

Tabel 3.2. Metode Analisis Biologi Ikan

Data / Parameter Metoda/Peralatan Penyajian/Analisa

-TKG

-Fekunditas

- Nikolsky

- Gravimetri

- Tabulasi data

- Grafik/Histogram

Tipe Ekosistem dan

Habitat Perairan

- Observasi Lapangan

- Peta

- Photo

Sebaran Jenis Ikan

- Sampling Hasil Tangkapan

Nelayan

- Blanko Isian (enumerator)

- Percobaan penangkapan

Tabulasi Data

Page 63: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

60

- Penentuan posisi dengan

GPS

Food habits

- Index of Preponderance

- Frekuensi kejadian (untuk

ukuran kecil/benih)

- Tabulasi data

- Grafik/Histogram

a). Kebiasaan makan.

Untuk mengetahui kebiasan makan maka dilakukan analisis isi lambung ikan

dengan menghitung Index of Preponderance yang merupakan gabungan dari metode

frekunsi kejadian dengan metode volumetrik dengan perumusan sebagai berikut

(Effendi, 1979).

Metode frekuensi kejadian

Tiap-tiap isi pencernaan ikan dicatat masing-masing organisme yang terdapat

sebagai bahan makanannya, demikian juga alat pencernaan yang sama sekali kosong

harus dicatat pula. Jadi seluruh contoh yang diteliti dibagi menjadi dua golongan yaitu

yang berisi dan yang kosong. Masing-masing organisme yang terdapat di dalam

sejumlah alat pencernaan yang berisi nyatakan keadaannya dalam persen dari seluruh

alat pencernaan yang diteliti namun tidak meliputi alat pencernaan yang tidak berisi.

Dengan demikian kita dapat melihat frekuensi kejadian suatu organisme yang dimakan

oleh ikan contoh yang diperiksa itu dalam persen.

Page 64: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

61

Metode volumetrik

Di dalam menerapkan metoda ini ukur dahulu volume makanan ikan itu. Kemudian

makanan tadi dikeringkan dengan kering udara yaitu dengan menaruh makanan ikan di

atas kertas saring supaya airnya terserap ke luar untuk selama lima menit. Pisahkan

masing-masing organisme yang dapat dipisahkan dan ukurlah volumenya dalam

keadaan kering udara. Apabila terdapat makanan yang tak dapat ditentukan

golongannya, masukkan saja ke dalam golongan yang tak dapat ditentukan. Volume

makanan ikan yang didapat dinyatakan dalam persen volume dari seluruh volume

makanan seekor ikan.

Vi x Oi IP = ------------- x 100 ∑Vi x Oi

Keterangan : Vi = persentase volume satu macam makanan

Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

∑Vi x Oi = Jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan

IP = Index of preponderance

b). Analisis Biologi Reproduksi

Nisbah kelamin (Sex ratio)

Nisbah kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan betina

yang diperoleh sesuai dengan Haryani, (1998), adalah sebagai berikut :

Rasio kelamin = J/B

J = Jumlah ikan jantan (ekor)

Page 65: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

62

B = Jumlah ikan betina (ekor)

Penentuan seimbang atau tidaknya nisbah kelamin jantan dan betina dilakukan

dengan uji Chi-square (Walpole, 1993).

Tingkat Kematangan Gonade TKG

Penentuan tingkat kematangan gonad dengan metode Nikolsky dalam Effendie 1997

yaitu:

Tingkat I : Ovari belum masak, transparan, bentuk kecil memanjang seperti

benang, butir telur belum kelihatan.

Tingkat II : Ukuran ovari lebih membesar, warna agak merah gelap, butir telur dapat

terlihat dengan kaca pembesar.

Tingkat III : Ovari kelihatan membesar mencapai 60 % rongga perut, berwarna

kuning, butir telur mulai kelihatan oleh mata.

Tingkat IV : Volume Ovari mencapai lebih dari 70 % rongga perut, berwarna

kuning, butir telur mudah dipisahkan, bila perut ditekan telur mudah

keluar, siap memijah.

Tingkat V : Ovari berkerut karena habis memijah, masih terdapat sisa telur dalam

ovari, perkemnbangan ovari kembali ke tingkat II.

3. Kegiatan Penangkapan Ikan.

Monitoring hasil tangkapan ikan. Survei dilakukan di tempat-tempat nelayan

biasanya mendaratkan ikan, atau perkampungan nelayan. Tujuannya selain untuk data

dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan, juga untuk

Page 66: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

63

mendapatkan data tentang jumlah dan jenis ikan tangkapan nelayan. Dilakukan

wawancara dengan nelayan dari berbagai tipe nelayan berdasarkan alat tangkap yang

digunakan dan tipe perairan. Khusus untuk mengetahui trend hasil tangkapan dari

tahun tahun sebelumnya maka dilakukan wawancara dengan nelayan yang

pengalamannya lebih dari 5 tahun. Data hasil tangkapan ikan dianalisis secara

deskriftif, dibuat tabulasi data dan grafik histogram. Kegiatan penangkapan di ambil

gambar/foto dan dibuat sketsa cara operasional pennagkapan.

Page 67: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

64

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. JENIS IKAN DI OKU SELATAN

Tidak kurang dari 47 jenis ikan ekonomis penting di Kabupaten OKU

Selatan yang hidup menyebar di perairan danau, sungai utama dan anak

sungai. Ikan tersebut mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat

setempat.

Tabel 4.1. Contoh Jenis Ikan Ekonomis Penting di OKU Selatan

No. Nama Lokal Species 1 Aro merah mata Osteochilus melanopleura 2 Baung Mystus nemurus 3 Beberas Cyclocheilichtys apogon 4 Belut Fluta alba 5 Beringit Mystus nigriceps 6 Betet Amblirhynchichthys truncatus 7 Betok Anabas testudineus 8 Betutu Oxyeleotris marmorata 9 Buing Osteochilus triporos 10 Bujuk Channa lucius 11 Cawang hidung Schistorynchus heterorhynchus 12 Cipuk Puntius waandersi 13 Coli Albulichtys albuloides 14 Dalum Bagarius yarelli 15 Damaian Thynnichthys polylepis 16 Gabus Channa striata 17 Gurami Ospronemus goramy 18 Ikan Haji Puntius anchisporus 19 Kebarau Hampala macrolepidota 20 Keli kalang Clarias batrachus 21 Kepiat Mystacoleucus marginatus 22 Kerali Lobocheilos falcifer 23 Lais Cryptopterus cryptopterus 24 Lambak usang Labiobarbus leptocheilus.

Page 68: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

65

25 Lambak muncung Labiobarbus ocellatus 26 Lampam Barbodes schwanefeldii 27 Lemajang Cyclolochelichtys enoplos 28 Mentulu Barbichthys laevis 29 Mujahir Oreochromis mossambicus 30 Nila Oreochromis niloticus 31 Palau Osteochilus hasseltii 32 Piluk Macrognathus aculeatus 33 Putak Notopterus notopterus 34 Seluang Rasbora spp 35 Semah Tor douronensis 36 Sepat siam Trichogaster pectoralis 37 Sepatung Pristolepis fasciatus 38 Serko Channa melasoma 39 Siamis Parachela oxygastroides 40 Sihitam Labeo chrysophekadion 41 Tapa Wallago leerii 42 Tawes Barbodes gonionotus 43 Tembakang Helostoma temminckii 44 Tembelikat Osteochilus wandersii 45 Temperas Cyclocheilichthys repasson 46 Tengaggo Hampala ampalong 47 Toman Channa micropeltes

4.2. BIO-EKOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN

a). Familia Cypriidae

1. Labeo chrysophekadion (Bleeker)

Page 69: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

66

Nama Daerah : Sihitam

Nama Umum : Black sharkminnow

Morfologi

D.3.15-18; A.3.5; P.I.15-17; V.I.8; Ll.41-43. Seluruh badan dan sirip

berwarna hitam; sirip punggung lebar; ikan muda seluruhnya berwarna hitam;

ikan dewasa agak berbeda, yaitu berwarna abu-abu dengan titik mengkilat pada

setiap sisik. Bibir bawah berumbai (Kottelat, et al., 1993; Weber and Beaufort,

1916).

Biologi

Kebiasaan makan sebagai ikan pemakan plankton dan Detritus. Musim

pemijahan terjadi pada awal musim hujan. Larva dan benih-benih hidup di

perairan yang berhutan rawa.

Habitat

Habitat induk di sungai utama dan anak-anak sungai seperti Sungai Ogan

Komering Ulu, Batanghari Leko, Sungai Komering, Sungai Ogan dan di danau-

danau seperti Danau Cala. Benih-benih hidup di hutan rawang/rawa banjiran. Di

DAS Musi bagian hilir sampai DAS Musi bagian hulu.

Alat Tangkap

Jala (cast net), Jaring (gill net), Rebo (seine with fish agrigating device).

Ukuran panjang 70 cm dan sekarang yang paling banyak tertangkap berukuran

panjang 10 cm, mencapai ukuran maksimum 30 cm dengan berat berkisar antara

50-200 g.

Page 70: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

67

Catatan Penting

Aspek biologi ikan sihitam belum banyak diketahui, sudah sulit tertangkap

ukuran yang besar (ukuran induk). Benih-benih banyak dimanfaatkan sebagai

ikan hias.

2. Barbodes schwanenfeldii (Bleeker)

Nama Daerah : Lampam

Nama Umum : Asian barb, Tinfoil barb

Morfologi

D.3.8; A.3.5(6); P.1.14-15; V.2.8; Vertebrata 35-36. Ikan lampam (Barbodes

schwanenfeldii) termasuk ke dalam Genus Barbodes, Familia Cyprinidae dan

Ordo Cypriniformes. Ikan Lampam berbentuk pipih dan berwarna putih keperak-

perakan dan mempunyai gurat sisi yang lengkap yang terdiri dari 35-36 buah

sisik. Sirip punggung berwarna merah atau jingga dengan titik hitam disebelah

atasnya. Bagian belakang jari-jari keras sirip punggung bergerigi. Letak awal sirip

punggung bertepatan dengan sisik gurat sisi ke sebelas. Sirip ekor berwarna

merah dengan garis hitam memanjang pada tiap cabang sirip. Ikan lampam

Page 71: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

68

mempunyai empat lembar sungut masing-masingnya terletak di sudut mulut dan

daerah hidung (Kottelat, et al., 1993; Weber and Beaufort, 1916).

Biologi

Ikan lampam dapat hidup dan memijah di sungai, danau atau di perairan

yang berhutan rawa. Populasi ikan ini masih cukup tinggi di alam karena

frekwensi pemijahannya yang relatif tinggi dalam setahunnya. Ikan lampam

dapat memijah 2-4 kali dalam setahun. Cara makan ikan lampam bersifat

menyambar dan berenang secara berkelompok dalam ukuran yang relatif sama.

Pada awal musim penghujan induk-induk ikan lampam dalam ukuran yang sama

beruaya menuju ke hutan-hutan rawa yang tergenang air untuk melakukan

pemijahan. Benih-benih ikan lampam banyak terdapat di rawa banjiran dan hidup

berkelompok dan berada di dasar perairan. Ikan lampam termasuk golongan ikan

omnivor. Detritus dan algae merupakan makanan utama pada ikan kecil dan ikan

besar, sedangkan bagian tumbuh-tumbuhan hanya merupakan makanan utama

pada ikan besar. Kebiasaan makan ikan kecil berbeda dibandingkan dengan ikan

besar dimana ikan-ikan kecil memanfaatkan Algae dan Protozoa lebih tinggi

dibandingkan dengan ikan dewasa. Protozoa merupakan makanan utama ikan-

ikan kecil disamping detritus dan algae. Ikan lampam betina yang matang gonad

untuk pertama kali berukuran 149-169 mm, Induk jantan 185-187 mm.

Fekunditas berkisar antara 5.040–6.784 butir. Telur berwarna hijau jernih.

Habitat

Penyebaran ikan lampam sangat luas yaitu dari sungai-sungai besar

sampai ke dataran rawa banjiran. Benih-benih ikan lampam hidup di rawa

Page 72: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

69

banjiran sampai berukuran jelejar beruaya ke sungai utama. Penyebaran di

sungai Musi ialah di Ogan Komering ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Ilir,

Musi Rawas, Lematang, Ogan Komering Ulu.

Alat Tangkap

Jaring insang jala (cast net), rombong (pot trap) untuk menangkap benih,

ngesar (active seine), jaring (gill-net), tuguk (filtering device), empang (barrier

traps). Sering tertangkap pada ukuran 17-25 cm, ukuran maksimum tertangkap

35 cm.

Catatan Penting

Komposisi hasil tangkapan oleh nelayan sedang (10%-20%). Benih ikan

lampam dimanfaatkan sebagai ikan hias dan sebagai benih ikan budidaya, ikan

lampam dalam ukuran besar bernilai ekonomis tinggi.

3. Cyclocheilichthys enoplos (Bleeker)

Nama Daerah : Lemajang

Nama Umum : Minnows or carps

Page 73: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

70

Morfologi

D.4.8/9; A.3.5; P.I.16-17; V.2.9; Ll.38-40. Ciri-ciri: duri pada sirip punggung

sangat panjang; Lubang terakhir pada sisik garis rusuk bercabang. Bentuk badan

panjang agak pipih; mempunyai dua pasang sungut yang pendek; bagian

punggung berwarna kelabu, bagian perut putih keperakan (Kottelat, et al., 1993;

Weber and Beaufort, 1916).

Biologi

Makanan utamanya adalah lokan-lokan/remis (bivalves). Akar tanaman air,

zooplankton dan algae hijau. Makanan pelengkapnya berupa larva serangga.

Ikan-ikan muda diketahui merupakan pemakan zooplankton. Ikan ini bermigrasi

ke rawa banjiran atau hutan rawang di musim penghujan untuk melakukan

pemijahan. Setelah melakukan pemijahan bermigrasi kembali ke habitatnya di

sungai utama. Jumlah telur ikan lemajang yang berukuran berat 400-900 g

berkisar antara 9.785–15.879 butir dengan diameter 0,8-1,2 mm.

Habitat

Induk-induk hidup di kolom air di sungai-sungai besar (sungai utama) di

bagian tengah dan bagian hulu dari daerah pasang surut. Benih hidup di hutan-

hutan rawang/rawa banjiran sampai pada akhir musim penghujan kemudian

bermigrasi ke sungai utama sampai berukuran dewasa. Distribusi di DAS Musi

bagian tengah, seperti Sungai Lempuing Ogan Komering Ilir. Musi Banyuasin

Ogan Komering Ulu, dan Musi Rawas.

Page 74: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

71

Alat Tangkap

Daerah penangkapan di perairan-perairan Kabupaten Ogan Komering Ilir,

Ogan Komering Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin alat

tangkap yang dipakai kerakat (active seine), jaring hanyut (gill net), empang

lulung (barrier trap) dan rawai (long line). Ukuran maksimum 450 mm dengan

berat 4.000 g, Ukuran yang sering tertangkap berat rata-rata 250-1000 g.

Catatan Penting

Belum banyak diketahui aspek biologinya dan belum didomestikasi,

padahal ini sangat potensial sebagai ikan budidaya karena diminati konsumen.

Sudah sulit didapatkan di perairan umum. Mempunyai nilai ekonomis penting,

sebagai ikan konsumsi.

4. Cyclocheilichthys apogon

Nama Daerah : Temperas

Nama Umum : Minnows or carps

Morfologi

D.4.8; A.3.5 (6); P.I.16-17; V.2.9; Ll.34-35. Tidak bersungut, sebuah titik

gelap pada pangkal sirip ekor; terdapat barisan titik-titik hitam di sepanjang

Page 75: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

72

barisan sisik; batang ekor dikelilingi oleh 16 sisik (Kottelat, et al., 1993; Weber

and Beaufort, 1916).

Biologi

Merupakan jenis ikan pemakan organisme kecil seperti plankton dan

perifiton. Pemijahan mencapai puncaknya pada musim penghujan.

Habitat

Hidup di perairan sungai utama maupun anak sungai. Distribusi di DAS

Musi sangat luas seperti di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu,

Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas.

Alat Tangkap

Alat tangkap seperti jaring (gill net), ngesar (active seine), tuguk (filtering

device) dan jala (cash net) merupakan jenis alat yang sering dipakai untuk

menangkap ikan beberas. Sering tertangkap pada ukuran antara 10-12 cm.

Ukuran maksimum mencapai 15 cm.

Catatan Penting

Komposisi hasil tangkapan oleh nelayan umumnya sedang (10%-20%).

Mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan asin

Page 76: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

73

5. Hampala macrolepidota (C.V.)

Nama Daerah : Sebarau

Nama Umum : Minnows

Morfologi

D.3.8; A.3.5; PI.15-16; V.2.8; Ll.28-29. Bentuk badan panjang dan agak

pipih bagian punggung agak tinggi mulut lebar; pada rahang atas terdapat

sepasang sungut yang panjangnya kira-kira sampai mata warna badan bagian

punggung keperakan; antara sirip punggung dan sirip berbelang hitam melintang.

Belang ini akan menjadi samar-samar pada ikan yang sangat besar. Bagian tepi

atas dan bawah sirip ekor berwarna hitam kebiru-biruan, pada tepi sirip

punggung berwarna merah (Kottelat, et al., 1993; Weber and Beaufort, 1916).

Biologi

Ikan hampal termasuk ikan yang beruaya dari danau ke hulu sungai. Ikan

yang berukuran kecil (24 cm) beruaya secara mengelompok, ikan yang

berukuran besar (>24 cm) beruaya secara solitair. Termasuk golongan ikan

predator, makanannya berupa ikan-ikan kecil, udang, kepiting, insekta dan

larvanya. Induk betina yang sudah dapat memijah kira-kira berumur 1,5-2 tahun

Page 77: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

74

dengan ukuran panjang total 20-30 cm. Panjang ikan pada kematangan pertama

15 cm. Panjang total 20,5-37,5 cm dan beratnya dari 97,2-750 g, telurnya

berkisar dari 7.132-62.031 butir. Fekunditas cenderung meningkat dengan

bertambah panjangnya ikan. Musim pemijahannya pada awal musim penghujan.

Habitat

Hidup di air tawar (sungai dan danau) dan benih hidup dan mengalami

pembesaran di hutan rawa. Pada awal musim kemarau benih ikan barau akan

memasuki anak-anak sungai menuju ke sungai utama. Distribusi di DAS Musi

terutama di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu,

Lematang dan Musi Rawas.

Alat Tangkap

Tempat-tempat penangkapan di muara-muara sungai dengan alat tangkap

yang dipakai jaring (gillnet), rawai (long line), tuguk (filtering device). Ukuran

maksimum 40 cm. Sering tertangkap pada ukuran10-30 cm.

Catatan Penting

Di alam jumlahnya sudah mulai menurun dan yang tertangkap rata-rata

berukuran kecil. Mempunyai nilai ekonomis penting sebagai ikan konsumsi.

Komposisi hasil tangkapan nelayan rendah (kurang lebih 10%).

Page 78: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

75

6. Barbichthys laevis (Valenciennes)

Nama Daerah : Mentulu,.

Nama Umum : Sucker barb

Morfologi

D.3.8; A.3.5; P.I.15; V.I.8; Ll.37-39. Terdapat pelebaran tulang bawah

mata yang hampir menutupi seluruh pipi; masing-masing cuping sirip ekor

bergaris warna hitam; garis panjang melintang sirip punggung. Pita hitam

melintang pada pertengahan sirip punggung mungkin menghilang pada

spesimen yang besar (Kottelat, et al., 1993; Weber and Beaufort, 1916).

Biologi

Kebiasan makan ikan bentulu adalah pemakan tumbuhan yang hidup di

sepanjang sungai sebagai makanan utamanya, makanan pelengkapnya adalah

bentos dan algae serta tanaman air. Pada ukuran benih ikan bentulu merupakan

ikan predator, memakan ikan-ikan yang lebih kecil.

Habitat

Benih-benih hidup di rawa banjiran dan perairan yang berhutan rawang

pada musim penghujan dan musim kemarau benih-benih yang sudah berukuran

jari beruaya ke sungai utama. Induk-induk hidup di sungai utama dan anak-anak

Page 79: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

76

sungai. Pada musim penghujan induk-induk akan beruaya ke rawa banjiran yang

berhutan rawang untuk melakukan pemijahan. Penyebaran ikan bentulu di

Sungai Musi terdapat di anak-anak sungai-sungai besar seperti Sungai

Komering, Ogan, Batanghari Leko.

Alat Tangkap

Tertangkap dengan alat tangkap empang (barrier trap), jala (cash net) dan

jarring (gill net). Sering tertangkap pada ukuran 10-12 cm, ukuran maksimum 15

cm. Komposisi hasil tangkapan nelayan rendah yaitu di bawah 10%.

Catatan Penting

Benih-benih dalam ukuran panjang 2-3 cm diperdagangkan sebagai ikan

hias. Sebagai ikan konsumsi dan ukuran kecil sebagai ikan hias.

7. Mystacoleucus marginatus (Valenciennes )

Nama Daerah : Kepiat

Nama Umum : Minnows/Carp

Page 80: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

77

Morfologi

D.4.8; A.3.8-9(10); P.I.14-15; V.I.8; Ll.26-29. Mempunyai duri di depan sirip

punggung; mempunyai 4 buah sungut; mempunyai warna hitam pada bagian

ujung atau pinggir sirip ekor; sebagian besar sisiknya mempunyai warna atau

bayangan hitam pada bagian dasarnya (Weber and Beaufort, 1916; Kottelat, et

al., 1993).

Biologi

Merupakan jenis ikan bentopelagis. Ikan yang digolongkan omnivora ini

makanan utamanya adalah tanaman air, udang, cacing dan bentos.

Habitat

Habitat di perairan tawar terutama di sungai yang airnya agak jernih.

Distribusi di Sungai Musi terutama di DAS bagian hulu (daerah Lahat dan Ogan

Komering Ulu).

Alat Tangkap

Alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap ikan kepiat adalah

jaring (gill net) dan bubu (pot traps). Ukuran ikan yang sering tertangkap berkisar

antara 10-15 cm, TL. dengan ukuran terbesar mencapai 20 cm.

Catatan Penting: Sudah mulai banyak dijadikan ikan hias di akuarium.

Page 81: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

78

8. Ostiochilus hasselti (C.V.)

Nama Daerah : Palau

Nama Umum : Hard Lipped Barb

Morfologi

D.3.12-18; A.3.5; P.I.13-15; V.I.8; SL.320; L.1.30-33, mempunyai 12–18,5

jari-jari bercabang pada sirip punggung, bibir tertutup oleh lipatan kulit,

mempunyai 5,5 sisik di antara sirip punggung pertama dengan linea lateralis,

mempunyai bulatan warna hitam pada pangkal ekornya, batang ekor dikelilingi

16 sisik dan bagian depan sirip punggung dikelilingi 26 sisik (Weber and

Beaufort, 1916; Kottelat, et al., 1993). .

Biologi

Fekunditas individu ikan palau pada ukuran 23 cm mencapai 26.700 butir

telur. Dapat memijah sepanjang tahun di alam namun puncak musim pemijahan

pada awal musim penghujan. Pakan alami ikan Palau antara lain jenis ganggang,

Chlorophyceae, Bacillariophyceae dan serangga air (Utomo, et al., 2001).

Page 82: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

79

Habitat

Ikan palau hidup di perairan yang umumnya tidak berarus deras, di danau,

sungai dataran rendah. Di perairan rawa banjiran mereka cenderung hidup di

sungai (White fish), hanya saat banjir beruaya ke perairan rawa yang banyak

vegetasinya untuk mencari pakan dan memijah. Ikan palau hidup di perairan

pada pH 6–7, oksigen terlarut diatas 4 mg/l. Penyebaran ikan palau di Sungai

Musi sangat luas di antaranya yaitu di Danau Ranau; hampir di semua perairan

dataran rendah seperti sungai di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan

Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas.

Alat Tangkap

Alat tangkap yang sering digunakan yaitu jaring (gill-net), jala (cast net),

empang (barrier traps), ngesar (active seine), sengkirai (pot traps). Sering

tertangkap pada ukuran 15–25 cm. Panjang maksimum 32 cm.

Catatan Penting

Di Sumatera Selatan ikan palau mempunyai nilai ekonomi sebagai ikan

konsumsi segar, ikan asin, peda (fermentasi), Ikan palau walaupun harganya

tidak begitu mahal namun komposisi hasil tangkapan nelayan tinggi, dan

merupakan makanan bagi ikan karnivora seperti ikan toman (Channa

micropeltes), atau tapa (Wallago spp).

Page 83: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

80

9. Thynnichthys polylepis

Nama daerah : Damaian, Lumo pakan

Nama Umum : Minnows atau carp

Morfologi

D.3.8-10; A.3.5; P.I.17-18; V.2.8; 65-75 sisik pada gurat sisi; 16-17 sisik

antara sirip punggung dan gurat sisi (Weber and de Beaufort, 1916. hal.123,

Kottelat, et al., 1993. hal.67).

Biologi

Memakan detritus, larva serangga dan invertebrata. Pemijahan terjadi

pada awal musim penghujan dan benih-benih hidup di rawa banjiran sampai

berukuran berat ± 50 g keluar dari rawa banjiran dan untuk seterusnya dewasa

dan memijah di sungai-sungai dan larva terbawa arus masuk ke perairan rawa

banjiran.

Habitat

Ikan damaian menyukai perairan yang banyak hutan rawa dan merupakan

rawa banjiran. Di sepanjang DAS Musi bagian tengah dan konsentrasi yang

tinggi ditemukan di lebak-lebak dan danau banjiran di Kabupaten Ogan Komering

Ilir, Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Page 84: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

81

Alat Tangkap

Tertangkap dengan alat tangkap jaring (gill net) dan empang (barrier traps),

Kilung (fyke net).

Catatan Penting

Ikan damaian merupakan salah satu ikan dari suku Cyprinidae yang

dominan tertangkap di perairan rawa banjiran (20–30%). Ikan damaian dijual

dalam keadaan segar sebagai ikan asin

10. Tor douronensis

Nama Daerah : Semah (ukuran dewasa), Cengkak (ukuran kecil, sebutan di

Lahat dan Pagar Alam), Siran (ukuran kecil, sebutan di OKU).

Nama Umum : Carp

Morfologi

D.3.9; A.3.5; P.I.16; V.2.8; ikan semah mempunyai bentuk streamline

seperti torpedo, sisik berwarna silver, mulut subinferior. TL.350 L.1.21–24,

cuping berukuran sedang pada bibir bawah tidak mencapai sudut mulut, bagian

jari-jari terakhir sirip punggung yang mengeras panjangnya sama dengan

panjang kepala tanpa moncong (Weber and Beaufort, 1916; Kottelat, et al.,

1993).

Page 85: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

82

Biologi

Ikan semah dapat memijah sepanjang tahun, matang gonad pada ukuran

40 cm, fekunditas ikan semah pada ukuran 40–80 cm berkisar antara 9.180-

63.360 butir telur dengan gonado somatic index 5,34-10,78, diameter telur yang

sudah matang kelamin berkisar antara 2,2–2,5 mm. Jumlah telur mempunyai

hubungan dengan ukuran panjang yaitu F = 0,004 L 3,7988 ( F = fekunditas dan L

panjang total). Ikan semah merupakan jenis ikan yang omnivora makanannya

jenis gastropoda, pelecypoda, tanaman air. Ikan semah yang masih kecil

cenderung memakan phytoplankton dan zooplankton. (Gaffar, et al., 1991).

Habitat

Ikan semah hidup di perairan hulu sungai, berair deras dan jernih , kadar

oksigen lebih dari 6 mg/l, pH = 7. Induk dewasa sering tinggal di lubuk sungai,

saat memijah mencari perairan yang berbatu, larva semah sering dijumpai di

sela-sela batu. Distribusi ikan semah di DAS Musi yaitu Danau Ranau OKU,

Sungai Selabung OKU, Sungai Kikim,Lahat.

Alat Tangkap

Ikan semah sering tertangkap dengan alat Jaring (gill net), panah (arrow),

pancing (hook line). Ukuran maksimum 50 cm. Ikan Semah yang sering

tertangkap yaitu pada ukuran panjang total 20– 40 cm.

Catatan Penting

Ikan semah mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi. Populasi di

alam sudah menurun tajam karena habitat spesifik untuk ikan tersebut yaitu

lubuk sungai dan batu kali banyak mengalami kerusakan.

Page 86: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

83

b). FAMILIA MASTACEMBELIDAE

1. Macrognathus aculeatus (Bloch)

Nama Daerah : Sili, Piluk

Nama Umum : Lesser spiny eel

Morfologi

D.XIV-XXII.46-54; A.III.44-54; P.20-26. Moncong berdaging membesar;

bentuk perutnya mencembung dengan deretan seperti piringan gigi

berpasangan; 14-17 pita warna gelap lonjong melintang badan, tidak ada bercak

warna pada sirip ekor (Beaufort and Briggs, 1962; Kottelat, et al., 1993).

Biologi

Kebiasaan makan merupakan ikan predator yang memangsa anak-anak

ikan dan ikan-ikan kecil dan detritus. Pemijahan bersifat eksternal dan telur

bersifat menyebar di badan-badan air, fekunditas minimal ikan piluk mencapai

1.000 butir per ekor induk.

Habitat

Merupakan ikan dasar; potamodromous, hidup di air tawar dan estuarin

dengan kisaran pH 6,5 – 7,5. Distribusi di Sungai Musi di daerah Ogan Komering

Ilir, Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Musi Banyuasin, Banyuasin.

Page 87: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

84

Alat Tangkap

Pada umumnya tertangkap dengan alat tangkap belat (seine with fish

agrigating device) di muara sungai dan empang (barrier traps) di DAS Musi

bagian tengah. Ukuran panjang maksimum 38 cm.

tatan Penting

Populasi di alam sudah semakin berkurang. Ekonomis penting sebagai ikan

hias tetapi kurang penting sebagai ikan konsumsi

c). FAMILIA CHANIDAE

1. Channa striata (Bloch)

Nama Daerah : Deleg, gabus

Nama Umum : Snakehead fish

Morfologi

Mempunyai rumus sirip: D.38-43; A.23-27; P.15-17; V.6; Ll.52-57; TL.900.

Mempunyai bentuk kepala seperti ular, dilengkapi dengan alat pernafasan labirin.

Sisi badan mempunyai pita warna berbentuk ‘<’, mengarah ke depan, bagian

atas umumnya tidak jelas pada ikan dewasa, tidak ada gigi bentuk taring pada

vomer dan palatine, 4-5 sisik antara gurat sisi dan pangkal jari-jari sirip punggung

bagian depan (Kottelat, et al., 1993; Weber and de Beaufort,1922).

Page 88: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

85

Biologi

Ikan karnivora (ikan buas), makanan utama ikan, udang, katak, moluska,

serangga dan cacing. Memijah sepanjang tahun. Matang gonad pertama kali

pada ukuran antara 15-20 cm. Fekunditas antara 2.000-17.000 butir.

Pertumbuhan umumnya bersifat allometrik, ukuran tubuh di alam dapat

mencapai lebih dari 50 cm (Makmur, et al., 2003).

Habitat

Habitat utamanya sungai, rawa, lebak, danau, kanal, kolam, sawah. Dapat

hidup pada kondisi perairan yang ekstrim seperti pH asam (4-5,5), oksigen

rendah atau bahkan di lumpur. Di DAS Musi ikan gabus ditemukan disepanjang

DAS (hulu sampai hilir) seperti di Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Musi

Banyuasin, Banyuasin, Lematang dan Musi Rawas.

Alat Tangkap

Alat tangkap ikan gabus adalah pancing (hook line), tajur (hook line) dan

rawai (long line), empang (barrier traps), ngesek (active barrier). Ukuran ikan

yang sering ditangkap yaitu ukuran konsumsi > 15 cm. Ukuran benih juga sering

dikumpulkan untuk pakan ikan hias seperti arwana dan louhan. Ikan gabus dapat

mencapai ukuran 80 cm. Bahkan jenis tomam dapat mencapai ukuran 1 meter.

Catatan Penting

Selain sebagai bahan baku pembuatan kerupuk dan pempek daging ikan

gabus juga untuk bahan baku industri farmasi, yaitu sebagai bahan baku albumin

untuk obat penyembuh luka. Budidaya ikan gabus dapat dilakukan karena

Page 89: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

86

berdasarkan hasil penelitian ikan gabus dapat makan pakan buatan (pelet).

Komposisi hasil tangkapan tinggi terutama di perairan rawa.

d). FAMILIA BAGRIDAE

1. Mystus nemurus (C.V.)

Nama Daerah : Baung

Nama Umum : Catfish

Morfologi

D.II.7; A. 12-13; P.I. 8-9; V.6. Bentuk badan memanjang, tidak bersisik. Sirip

dada terdapat tulang yang tajam dan berbisa, sirip punggung yang berjari-jari

keras berbisa. Bagian punggung berwarna coklat gelap dan bagian dada

berwarna putih. Terdapat pita tipis yang memanjang berawal dari tutup insang

hingga pangkal sirip ekor. Ciri khas spesies ini adalah panjang dasar sirip lemak

sama dengan dasar sirip dubur, sungut hidung mencapai mata, sungut rahang

atas memanjang mencapai sirip dubur, lebar badan 5 kali lebih pendek dari

panjang standar, bagian atas kepala kasar. Perbedaan ikan baung jantan dan

betina dapat dilihat secara morfologi yaitu, pada ikan baung jantan terdapat

Page 90: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

87

papilla yang letaknya di belakang lubang genital, sedangkan ikan betina tidak

dijumpai papilla (Weber and de Beaufort, 1913; Smith, 1945; Kottelat, et al.,

1993).

Biologi

Di alam ikan baung bersifat karnivor, makanannya terdiri dari ikan, udang,

insekta dan larva (Vaas, et al.,1953; Arsyad, 1973; Anggraini, 2004). Pakan

utama bagi anak-anak ikan adalah dari kelompok insekta. Ikan baung dewasa

ada perbedaan makanan di bulan Januari yaitu, ikan betina dewasa bagian

terbesar pakan utamanya adalah ikan sedangkan ikan jantan dewasa pakan

utamanya adalah kelompok insekta (Arsyad, 1973). Pada bulan Oktober ketika

banyak ditemukan udang di perairan maka udang menjadi pakan utama baik ikan

jantan maupun ikan betina dewasa, pada bulan berikutnya sejalan dengan

menurunnya populasi udang maka ikan baung kembali ke pakan utamanya yaitu

ikan atau insekta.

Di alam ukuran terkecil baung yang matang gonad adalah 32 cm,

sedangkan ikan yang dipelihara di kolam pernah dijumpai ikan berukuran 20 cm

dengan berat 101 gram telah matang gonad. Fekunditas induk betina yang

bobotnya 327 gram adalah 20.815, sedangkan pada ikan dengan bobot 1,584 g

adalah 87.118 butir. Ikan betina yang matang gonad yang ditemukan pada bulan

Desember-Januari, mempunyai indeks gonada somatik dengan nilai 11–16 %.

Warna telur yang belum matang putih kecoklatan atau kuning kecoklatan,

sedangkan yang telah matang berwarna coklat tua atau coklat kemerahan.

Ukuran ikan baung jantan yang mulai matang kelamin adalah berkisar dari

Page 91: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

88

panjan 25–30 cm dengan berat 200–300 gram. Spermanya berbentuk rumbai-

rumbai (Muflikhah, et al.,1995).

Pertumbuhan ikan baung adalah pertumbuhan allometrik. Pertumbuhannya

di alam tergantung dengan kondisi air, terutama ketinggian dan musim. Pada

musim hujan dan air tinggi ikan baung tumbuh relatif cepat, yaitu dari bulan

November sampai bulan Februari, namun saat mulai musim kemarau dan

ketinggian air menurun maka pertumbuhan ikan baung menurun, bahkan yang

dipelihara di karamba bisa mengalami minus.

Habitat

Habitat ikan ini cukup luas, meliputi sungai-sungai besar, anak-anak sungai,

lubuk-lubuk sungai, sampai ke danau, terutama danau yang berada di dataran

rendah, danau oxbow, danau-danau rawa, rawa lebak, rawa banjiran dan hutan

rawa. Pada musim hujan penyebarannya sampai ke rawa lebak yang

berhubungan langsung dengan sungai, sehngga kualitas air di lebak/rawa

kurang lebih sama dengan kualitas air sungai. pH air lebak berkisar 5,5–6,5.

Pada musim hujan hutan rawa banyak ditemukan mulai dari tingkat benih sampai

baung dewasa yang matang gonad karena di tempat ini merupakan habitat bagi

mikrooranisme dan makroorganisme lain yang menjadi sumber pakan alami bagi

ikan baung. Penyebaran ikan baung dijumpai di DAS Musi mulai dari hulu

sungai, Danau Ranau sampai ke muara sungai.

Page 92: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

89

Alat Tangkap

Jala (cast net), jaring insang (gill net), pancing (hook line), tuguk (filtering

device), rebo. Ukuran maksimal ikan baung dapat mencapai 57 cm dan ukuran

yang banyak tertangkap berkisar antara 10-30 cm dengan berat 50-500 gram.

Catatan Penting

Ikan baung telah didomestikasi dan mampu tumbuh baik dengan diberi

pakan buatan berbentuk pelet baik yang dipelihara di kolam maupun yang

dipelihara dalam sangkar. Mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi

dalam bentuk segar maupun olahan

e). FAMILIA NOTOPTERIDAE

1. Notopterus notopterus (Pall.)

Nama Daerah : Putak

Nama Umum : Featherbacks

Morfologi

D.8-9; A.100-110; P.15-17; V.5; L.l.65. Bentuk kepala tetap cembung

hampir lurus, kadang-kadang sedikit cembung; rahang tidak memanjang dengan

meningkatnya umur, hanya memanjang kira-kira di bagian belakang batas mata;

Page 93: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

90

sisik pre operculum 6-8; 9-111 jari-jari pada sirip dubur; 28-37 pasang duri kecil

di sepanjang perut; badan seluruhnya berwarna coklat; ikan muda banyak

memiliki pita hitam tegak. Kerabat belida ikan putak (Notopterus notopterus),

mempunyai ukuran yang lebih kecil dan yang membedakan dengan belida

terutama pada bagian punggung yang tidak mencembung atau bentuk kepala

dengan punggung hampir lurus (Kottelat, et al., 1993; Weber and de Beaufort,

1913).

Biologi

Makanan utama ikan putak adalah anak-anak ikan dan serangga air.

Pemijahan terjadi pada awal musim penghujan dan benih-benih banyak terdapat

di rawa banjiran dalam ukuran 5–10 cm pada akhir musim penghujan.

Habitat

Habitat pada umumnya di rawa banjiran dan di sungai-sungai yang banyak

terdapat hutan rawa. Penyebaran ikan Putak di perairan DAS Musi bagian

tengah pada daerah rawa banjiran seperti di Ogan komering Ilir, Ogan Komering

Ulu, Musi Banyuasin.

Alat Tangkap

Tertangkap dengan empang lulung (barrier traps), pancing (hook line).

Catatan Penting

Bernilai ekonomis sedang sebagai pengganti ikan belida untuk pembuatan

kerupuk dan empek-empek. Populasi ikan putak sudah mulai berkurang seiring

Page 94: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

91

dengan tingginya tingkat pemanfaatan ikan putak untuk bahan baku pembuatan

kerupuk.

f). FAMILIA SISORIDAE

1. Bagarius yarelli (Hamilton)

Nama Daerah : Dalum

Nama Umum : Dwarf goonch

Morfologi

D.I.6; A.12-15; P.I.12; V.6. Tidak memiliki sirip dada atau duri sirip dada

ramping dan pangkal sungutnya tebal dan pipih datar pada sudut mulut. Badan

datar karena adaptasi dengan air berarus deras. Duri sirip dorsal 1-1; jari-jari

lunak dorsal 6; sirip lunak anal 13-14; vertebrae 38-42 ((Weber and de Beaufort,

1913; Kottelat, et al., 1993).

Page 95: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

92

Biologi

Ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah serangga, ikan kecil

katak dan udang. Memijah tahunan di sungai terutama pada saat musim hujan

atau banjir.

Habitat

Habitat di sungai, terutama di sungai yang berarus deras dan berbatu.

Penyebaran ikan dalum di Sungai Musi. Ditemukan umumnya di bagian hulu

sungai, seperti Lahat, Pagar Alam dan Ogan Komering Ulu.

Alat Tangkap

Alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap ikan dalum adalah jala

(cast net), jaring (gill net). Ukuran ikan yang sering tertangkap adalah 30-50 cm,

ukuran terbesar yang pernah tertangkap mencapai 1 m.

Catatan Penting

Ikan yang hidup di perairan deras dan sering menempel di bebatuan.

Komposisi hasil tangkapan nelayan rendah (di bawah 10%).

g). FAMILIA CICHLIDAE

Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758)

Page 96: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

93

Nama Daerah : Nila

Nama Internasional : Nile tilapia

Morfologi

D.XVI-XVII, 11-15; A.III. 8-11; TL. 300. Ciri-ciri garis warna tegak terdapat

pada sirip ekor, hampir seluruhnya berwarna hitam; beberapa pita warna pada

badan (tidak jelas pada yang dewasa), mulut mengarah ke atas; tenggorok, sirip

dada, sirip perut, sirip ekor, dan ujung sirip punggung berwarna merah ketika

musim berkembang biak (agak kurang pada yang betina). (Kotellat et al., 1993).

Biologi

Ikan nila cepat tumbuh, bila perairannya banyak tumbuh-tumbuhan lunak

seperti hydrilla, ganggang, plankton terutama dari kelompok bacillariophyceae,

sedangkan plankton dari cyanophyceae kurang disukai. Ikan nila mulai memijah

pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telur sangat sedikit. Induk dengan

bobot 500-600 gram bisa mencapai 300-1500 butir. Secara alami ikan nila

memijah setelah turun hujan. Ikan jantan membuat sarang berbentuk cekungan

di dasar kolam dengan diameter 30-50 cm sesuai dengan besarnya ikan lalu ikan

jantan menjemput ikan betina pasangannya masuk ke dalam lubang tadi. Ikan

betina mengeluarkan telur-telurnya dan pada saat yang sama ikan jantan

mengeluarkan sperma, dan pembuahan terjadi di dasar cekungan tersebut. Ikan

nila betina merupakan ikan yang mengerami dan mengasuh sendiri anak-

anaknya (Mouth breeder).

Page 97: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

94

Habitat

Ikan nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan

hidup. Ikan ini dapat hidup di air tawar, air payau, dan air asin. Kehadiran ikan

Nila di perairan umum daratan merupakan ikan tebaran. Ikan nila yang di tebar di

Danau Ranau dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dan dapat

menyebar di seluruh badan air Danau Ranau.

Alat tangkap

Sering tertangkap dengan alat jaring (gill net), jala (cast net).

h). PRESTOLEPIDIDAE Pristolepis fasciatus

Nama Daerah : Sepatung, kepor

Nama Umum : Mud Perches

Morfologi

D.XII-XIV.14-16; A.III.8-9; Ll.20-22+9-12. Termasuk ke dalam Genus

Pristolepis, Familia Pristolepididae, Sub Ordo Percoidei dan Ordo Perciformes.

Ciri-ciri ikan sepatung mempunyai 4½ sisik antara gurat sisi dan pertengahan

sirip punggung; sirip perut mencapai lubang dubur. Profil punggung bagian

depan lurus dengan sedikit cekungan di atas mata; kira-kira 10 pita warna

Page 98: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

95

melintang. Bentuk badan pipih membulat, ditutupi oleh sisik keras berwarna

hitam keemasan dan bagian punggung terdapat sirip punggung yang tajam dan

keras yang berfungsi sebagai pelindung diri. Dapat tumbuh sampai mencapai

ukuran panjang 21 cm (Kottelat et al., 1993; Weber and de Beaufort, 1936).

Biologi

Udang kecil, cacing, serangga, anak ikan, udang kecil serta cacing tanah

adalah makanan utama, serangga merupakan makanan tambahan. Tidak aktif

dan gemar mendiamkan diri kecuali ketika hujan. Ketika hujan tiba ikan ini aktif

mengejar rintik-rintik hujan yang jatuh ke permukaan air yang dikira makanan.

Ukuran panjang ikan sepatung pertama sekali memijah adalah 10 cm dengan 15

g. Jumlah telur berkisar antara 7.895–12.368 butir.

Habitat

Habitat ikan sepatung yaitu danau, lebak anak sungai dan sungai yang

berarus tenang. Suhu yang paling cocok untuk kehidupan ikan sepatung berkisar

antara 26–29oC. Ikan sepatung hidup di anak-anak sungai di DAS Musi (Sungai

Ogan, Sungai Komering, sungai Batanghari Leko), Danau Ranau OKU dan di

danau-danau banjiran.

Alat Tangkap

Tertangkap bersamaan dengan jenis ikan lainnya dengan alat tangkap jala

(cast net), jaring (gill net) dan dengan pancing (hook line).

Catatan Penting

Komposisi hasil tangkapan sedang terutama di daerah rawa-rawa (10-

20%).

Page 99: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

96

4.3. KUALITAS AIR.

Tabel 4.3.1. Kualitas Perairan di Danau Ranau (in situ)

Parameter Stasiun 1 2 3 4 5 6

Suhu Udara (°C) 26 26 26 27 26 26

Suhu Air (°C) 27 26 27 27 26 26

Kecerahan (cm) 140 170 230 330 290 140

DO permukaan (mg/ l) 5,23 5,64 4,03 1,61 2,26 4,83

Co2 permukaan (mg/ l) 0,44 0,44 0,44 0,88 0,88 0,44

pH permukaan 6,50 6,55 6,64 6,39 6,35 6,71

Tabel 4.3.2. Kualitas Perairan di Danau Ranau (Laboratorium)

Parameter Stasiun 1 2 3 4 5 6

Klorofil permukaan

(mg/m3)

4,1299 6,0936 7,8695 4,1501 40,2674 4,8992

Hardness

permukaan (mg/l)

79,08 71,07 73,07 80,58 77,08 75,08

N-NH3 permukaan

(mg/l)

0,0918 0,0467 0,0287 0,0054 0,1181 0,1354

DHL permukaan

(µs/cm)

207,00 207,90 205,20 231,10 228,10 211,80

NO3 permukaan

(mg/l)

0,1452 0,1583 0,8523 0,0318 0,8561 0,0624

T.P permukaan

(mg/l)

0,4120 0,2622 0,2097 0,2322 0,3745 0,2060

Page 100: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

97

Tabel 4.3.3. Kualitas air di kolam BBI, Sungai Selabung dan Sungai Saka

PARAMETERr BBI PENINJAUAN

BBI PENINJAUAN

SUNGAI SAKA

SUNGAI SELABUNG

JAM 12.3 wib 13.00 wib 15.30 wib 15.32 wib

SUHU AIR (0c) 27,7 27,7 29,5 26,6

SUHU UDARA

(0 c) 29,1 29 30,7 27,7

KEDALAMAN

(Cm) 70 cm 70 cm # #

KECERAHAN

(Cm) 25 cm 15 cm # #

DO (mg/L) 6,11 6,60 7,41 7,90

CO2 (mg/L) 0.65 0.65 0.45 0.25

Ph 6,5 6,5 7,5 8

Kec arus

(m/detik) # # 1,2 m/detik 1,49 m/detik

a).Pemeriksaan kualitas air secara insitu di Danau Ranau

Hampir semua parameter pemeriksaan kualitas air secara insitu di Danau Ranau

menunjukkan kisaran angka yang baik, memenuhi persyaratan untuk kehidupak ikan air

tawar pada umumnya. Namun kandungan oksigen terlarut menunjukkan angka yang

rendah 1,61 – 5,23 mg/L.. Bila kandungan oksigen > 5 mg/L maka ikan dapat tumbuh

dengan baik, bila oksigen minimal adalah 3 mg/L maka ikan masih dapat tumbuh ,

namun bila kandungan oksigen kurang 3 mg/L hingga 2 mg/L maka ikan masih dapat

bertahan hidup namun pertumbuhannya terganggu, sedangkan bila kurang dari 2 mg/L

dapat menyebabkan kematian bagi ikan (Boyd, 1988). Kandungan oksigen yang rendah

Page 101: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

98

sering disebabkan karena adanya pencemaran bahan organik yang akan mereduksi

oksigen terlarut.

Dampak dari kandungan oksgen yang rendah sudah dapat dirasakan oleh para

petani ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di kota batu. Pertumbuhan ikan yang

dipelihara lambat dan sering etrjadi kematian ikan. Pada saat hujan deras selama

beberapa hari akan menyebabkan pembalikan air yaitu air pada lapisan atas dengan

suhu yang dingin akan turun kebawah dan lapisan air dasar akan naik ke atas (up-

welling). Lapisan air bagian bawah pada umumnya kandungan oksigen rendah, banyak

terdapat gas beracun seperti CO2, H2S dan NH3. Bila lapisan air bagian bawah tersbut

naik keatas akan menyebabkan kematian ikan dalam KJA, karena ikan dalam KJA tidak

dapat melarikan diri terkurung dalam KJA.

Kandungan oksigen terlarut (DO) di perairan merupakan parameter yang sangat

penting untuk organisme air terutama ikan. Pernafasan oleh ikan memerlukan oksigen

yang cukup untuk proses pembakaran yang akan menghasilkan energi. Oksigen di

perairan selain diperlukan oleh organisme air juga diperlukan dalam proses

dekomposisi bahan organik menjadi bahan anorganik. Sumber oksigen di perairan

berasal dari hasil proses fotosintesa tumbuhan air terutama oleh fitoplankton, juga dari

difusi oksigen dari atmosfer (Effendi, 2000).

b).Pemeriksaan secara eksitu (laboratorium) di Danau Ranau.

Berdasarkan pemeriksaan di laboratorium, hampir semua parameter masih

belum membahayakan untuk kehidupan ikan maupun organisme air lainnya. Namun

ditinjau dari segi kandungan total fosfor (TP), maka sudah ada indikasi bahwa perairan

Page 102: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

99

tersebut sudah tercemar oleh bahan organik. Menurut Novotny dan Olem (1994);

perairan oligotrofik (kesuburan rendah) bila kandungan total fosfor kurang dari 10 μg/L,

mesotrofik (kesuburan sedang) bila kandungan fosfor total antara 10 – 35 μg/L, eutrofik

(kesuburan tinggi) bila kandungan fosfor total lebih dari 35 – 100 μg/L, hipertrofik bila

kandungan fosfor total > 100 μg/L.

Kandungan TP di Danau Ranau cukup tinggi yaitu 0,2060 mg/L (atau 206 μg/L)

hingga . 0,4120 mg/L (atau 412 μg/L). Keberadaan fosfor yang tinggi di perairan dapat

menstimulir pertumbuhan fitoplankton, selanjutnya dapat menghambat penetrasi sinar

matahari masuk ke perairan sehingga tidak menguntungkan bagi ekosistem perairan.

Selain itu, perairan Danau Ranau juga berfungsi sebagai sumber air minum, ambang

batas total fosfor perairan untuk kepentingan air minum tidak boleh melebihi 50 μg/L

(Beveridge, 1996). Aktivitas perikanan tidak boleh mengganggu fungsi utama danau

termasuk sebagai sumber air minum.

c).Pemeriksaan insitu di Balai Benih Ikan

Para meter kualitas air yang kurang baik yaitu kedalaman air dan kecerah.

Kedalam air hanya 70 Cm, nilai kecerahan hanya berkisar antara 15- 25 Cm.

Kecerahan adalah ukuran transparansi air, nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh

kekeruhan dan padatan tersuspensi. Peningkatan kadar padatan tersuspensi akan

sebanding dengan peningkatan kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan.

Ketiga parameter tersebut akan mempengaruhi intensitas sinar matahari yang masuk

ke dalam perairan.

Page 103: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

100

Kekeruhan pada perairan tergenang lebih banyak disebabkan oleh bahan

tersuspensi berupa koloid dan partikel halus. Nilai kekeruhan juga menunjukkan

banyaknya partikel anorganik dari hasil erosi dan juga dari bahan organik yang terlarut

bisa berasal dari limbah. Kekeruhan yang tinggi (atau kecerahan yang rendah) dapat

menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat

organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air

d).Pemeriksaan insitu di Sungai Selabung dan Sungai Saka.

Beberapa parameter kualitas air yang diperiksa maka dapat dinyatakan bahwa

kualitas air di ke dua sungai tersebut masih layak untuk kehidupan ikan. Kandungan

oksigen cukup tinggi yaitu di atas 7 mg/L, hal tersebut disebabkan karena adanya arus

yang deras mencapai 1,49 m/detik sehingga akan menambah difusi oksigen ke

perairan.

4.4.TINJAUAN DI BALAI BENIH IKAN PENINJAUAN DAN FILA

Permasalahan ke dua balai benih tersebut secara umum sama yaitu dana

operasional sangat minim yaitu hanya 27 juta rupiah per tahun untuk dua BBI,

sumberdaya manusia untuk teknik perikanan sangat kurang, irigasi untuk mengisi air di

perkolaman masih sangat kurang, dan kurang perawatan.

1.Irigasi ke perkolaman.

Saluran iri gasi untuk memasok air ke perkolaman merupakan sarana yang

sangat penting. Apabila saluran irigasi tersebut tidak berfungsi maka vlume air untuk

Page 104: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

101

memasok air ke perkolaman sangat bekurang, sehingga kinerja BBI tidak akan berjalan

dengan baik.

Gambar 4.4.1 Kondisi saluran irigasi di perkolaman BBI Peninjauan

Gambar 4.4.2.Kondisi saluran irigasi di perkolaman BBI Fila

Page 105: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

102

Salah satu penyebab utama buruknya keadaan saluran irigasi perkolaman di BBI

tersebut disebabkan karena permasalahan irigasi di luar waduk, yaitu saluran irigasi

yang menghubungan sumber air dari pegunungan ke lokasi BBI sering rusak karena

tertimbun tanah lonsor dan pembagian air dengan irigasi pertanian. Untuk itu perlu

perbaikan irigasi mulai dari sumber air sampai lokasi perkolaman, perlu koordinasi

dengan irigasi pertanian dan bila perlu membuat saluran irigasi khusus yang tidak

terganggu oleh pembagian irigasi pertanian.

2.Perkolaman.

Akibat dari irigasi perkolaman yang tidak baik maka menyebabkan banyak kolam

yang mengalami kekeringan dan keruh, sehingga fungsi BBI sebagai pemasok benih

ikan ke pembudidaya ikan sangat kurang. Disamping itu kondisi perkolaman kurang

perawatan banyak yang rusak dan ditumbuhi rumput. Hal tersebut merupakan salah

satu dampak dari kurangnya anggaran dan tenaga teknis perikanan.

Gambar 4.4.3. Kondisi perkolaman di BBI Peninjauan

Page 106: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

103

Gambar 4.4.5. Kondisi perkolaman di BBI Fila

Air yang keruh akan mengganggu pernafasan ikan, volume air yang kecil dan

dangal akan menyebabkan suhu perairan mudah panas serta oksigen rendah.

Banyaknya rumput di perkolaman akan menjadikan sarang hama bagi ikan. Kondisi

seperti tersebut akan menyebabkan pertumbuhan ikan lambat, terserang penyakit dan

bahkan menyebabkan kematian.

3).Perbenihan (Hatchery)

Kondisi hatchery di kedua BBI tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi

perkolaman, masih tidak bagus. Kurang sarana-prasarana, kurang perawatan dan

kurang tenaga teknis perikanan untuk perbenihan. Fasilitas perbenihan diperlukan listrik

yang cukup untuk menhidupkan airator dan blower jika saat melakukan perawatan

larva, diperlukan instalasi airator yang cukup dan kondisi yang layak pakai. Hatchery

memerlukan air yang bersih untuk perawatan larva, sehingga diperlukan fasilitas

penyaringan dan pengendapan air sebelum masuk ke hatchery. Bahan bahan lain yang

diperlukan dalam perbenihan yaitu hormon untuk perbenihan seperti,HCG dan ovaprim,

seperangkat alat untuk induced breeding, obat obatan untuk penyakit ikan.(metil blue,

Page 107: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

104

larutan malachyt green oxalate , kalium permanganat (PK), dll). Obat penyuci hama di

bak air perbenihan antara lain larutan chlorine (Na OCI). Persediaan pakan untuk larva

ikan yaitu artemia.

Gambar 4.4.6. Hatchry di BBI Fila

Gambar 4.4.7. Hatchry di BBI Peninjauan

Page 108: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

105

4). Sumberdaya manusia

Kekurangan tenaga teknis yang ahli di bidang perikanan dan mau menekuni

pekerjaan teknik budidaya ikan di lapangan. Tenaga teknik yang diperlukan adalah

sarjana S1 bidang budidaya ikan, SUPM dan SPMA. Serta di dukung oleh tenaga

pekerya dan administrasi. Pelatihan/kursus untuk teknik budidaya ikan bagi tenaga

teknik dan penyuluh perikanan perlu di tingkatkan. Diperlukan tunjangan intensif yang

memadai bagi tenaga teknik yang menekuni bidang budidaya ikan.

Apa bila BBI sudah diperbaiki kekurangan baik dari segi teknis, sumberdaya

manusia dan anggaran maka perlu peningkatan budidaya ikan ikan asli lokal di OKU

Selatan. Beberapa jenis ikan lokal di OKU Selatan yang punya potensi untuk di

budidayakan yaitu ikan semah, (Tor douronensis) tawes (Barbodes gonionotus), lapam

(Barbodes schwanefeldii) dan baung (Mystus nemurus), betutu (Oxyeleotris marmorata),

gurami (Ospronemus goramy ), palau/nilem (Osteochilus hasseltii),

4.5.TINJAUAN DI SUNGAI SAKA DAN SELABUNG.

Sungai Saka dan Selabung merupakan contoh dari sungai sungai yang berada di

OKU Selatan (Lampiran 2). Sungai tersebut merupakan sungai di dataran tinggi,

berarus deras, kecepetan aurs mencapai 1,5 m/detik, ber batu batu. Jenis ikan yang

spesifik di dataran tinggi yang berarus deras yaitu ikan Semah (Tor douronensis). Ikan

tersebut memijah di air deras yang berbatu batu, benih ikan semah banyak terdapat di

sela sela batu. Perairan ber arus deras pada umumnya mempunyai kandungan oksigen

terlarut lebih tinggi dari pada perairan tergenang. Gerakan air yang deras dan

bergombang akan menambah difusi oksigen dari udara.

Page 109: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

106

Gambar 4.5.1.Sungai Saka di OKU Selatan

Gambar 4.5.2.Sungai Selabung di OKU Selatan

1.Opsi pengembangan budidaya ikan di kolam air deras.

Wilayah Kabupaten OKU Selatan sebagian besar terletak di dataran tinggi yaitu

wilayah yang ketinggiannya 500 - 1.888 m dpl (diatas permukaan laut) mencapai

Page 110: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

107

kurang lebih 76 %. Sebagian besar sungai merupakan tipe sungai bagian hulu dengan

cirri cirri berarus deras, berbatu. Kurang lebih terdapat 47 jenis ikan asli, diantaranya

terdapat beberepa jenis ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi ikan

budidaya. Jenis ikan yang potensial untuk dijadikan komeditas ikan budidaya yaitu

semah, (To douronensis) tawes (Barbodes gonionotus), lapam (Barbodes schwanefeldii) dan

baung (Mystus nemurus), betutu (Oxyeleotris marmorata), gurami (Ospronemus goramy ),

palau/nilem (Osteochilus hasseltii), Potensi lahan untuk dikembangkan menjadi lahan

budidaya ikan masih luas (Lampiran 3) terutama pengembangan bididaya ikan di air d

Usaha budidaya ikan air deras (running water system) belum begitu lama dimulai di

Indonesia, sistem ini baru berkembang sekitar akhir 1970. Sistem air deras dewasa ini

banyak diminati karena dapat memberikan hasil yang cukup tinggi dalam kurun waktu

pemeliharaan yang relatif singkat sehingga akan memberikan keuntungan yang tinggi

bagi pengelolanya.

Sesuai dengan namanya, budidaya sistem air deras memanfaatkan aliran air

deras untuk mempercepat pertumbuhan ikan yang dipelihara. Budidaya dengan air

deras dapat dibagi menjadi beberapa jenis meliputi kolam air deras, kolam drum dan

kolam parit. Jenis ikan yang dipelihara harus merupakan jenis ikan yang bersifat

reotaksis positif (menyenangi arus), dan bentuk tubuh ikan tidak pipih sehingga

memudahkan untuk bergerak melawan arus, Sampai saat ini jenis ikan yang memenuhi

kriteria di atas hanya ikan mas (Cyprinus carpio).

Kolam air deras adalah kolam yang memiliki debit air yang cukup besar sehingga

dengan hitungan menit seluruh volume air dapat tergantikan. Kolam air deras

merupakan tempat pembesaran ikan yang airnya mengalir secara terus menerus.

Page 111: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

108

Teknologi pembuatan kolam sistem air deras ini diadopsi dari Jepang. Pertama kalinya

tekonologi kolam sistem air deras ini diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 80-

an. banyak berkembang di Jawa Barat selanjutnya didikuti oleh daerah lain karena

tingkat produktivitasnya tinggi. Lokasi kolam air deras harus memiliki sumber air yang

tetap, debitnya besar, dan mengalir sepanjang tahun. Ketinggian air untuk kolam air

deras yang dipergunakan untuk usaha perikanan sebaiknya antara 500 - 800 meter di

atas permukaan laut. Jika ketinggian tempat melebihi batas tersebut, suhu udaranya

akan semakin dingin sehingga mempengaruhi pertumbuhan budidaya perikanan.

Ukuran kolam air deras yang digunakan untuk budi daya ikan biasanya panjang 7

meter, lebar 3 meter.

Keuntungan lain yang diberikan oleh sistem air deras ini adalah:

Ketersediaan oksigen yang cukup bagi ikan akan selalu terjaga, karena aliran air

deras mampu menyediakan oksigen terlarut pada tingkat jenuh,

Proses pemeliharaan kolam/wadah akan lebih mudah, karena aliran air akan

mempermudah pembuangan sisa pakan ataupun sisa metabolisme ikan,

Tingkat kepadatan ikan yang dapat dipelihara dalam kolam air deras akan

sangat tinggi karena jumlah oksigen terlarut dalam air selalu tinggi sehingga

produktivitas wadah juga akan meningkat,

Biaya produksi dan biaya pemeliharaan relatif rendah dan cara pembuatan

wadah juga cukup mudah,

Pembudidaya akan lebih mudah melakukan pengontrolan,

Proses panen akan menjadi lebih mudah, terutama untuk sistem kolam drum.

Page 112: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

109

Budidaya kolam air deras merupakan salah satu usaha budidaya yang dapat

dilakukan oleh semua kalangan petani, karena selain memerlukan modal yang relatif

kecil, juga dapat dilakukan dengan skala kecil dengan keuntungan yang diberikan

masih memadai sebagai penghasilan tambahan. Kolam air deras dibuat dengan cara

memasang sekat-sekat baik kayu maupun kawat pada saluran air yang berarus cukup

deras misalnya pada sungai kecil. Ukuran dari kolam ini tidak terlalu besar umumnya

hanya sekitar 50 m2, dan bentuknya bisa berbagai macam misalnya bujur sangkar,

persegi panjang, bulat atau segitiga, tetapi bentuk yang lazim digunakan adalah persegi

panjang. . Selain fungsinya sebagai wadah pemeliharaan ikan, budidaya ikan dengan

sistem air deras ini juga memberikan fungsi tambahan karena pagar/sekat yang di

pasang di saluran air dapat digunakan sebagai penyaring sampah, sehingga saluran air

lebih mudah dibersihkan.

Gambar 4.5.3.Kolam Air Deras

Page 113: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

110

BENTUK KOLAM AIR DERAS.

1. Kolam Air Deras Bentuk Segi Empat

Sistem pengairan ada yang menggunakan seri, ada juga yang parallel. Konstruksi

kolam pada saluran pemasukan dibuat miring kearah pintu pengeluaran, dengan tujuan

kalau dikuras, kotoran dalam kolam dapat hanyut keluar kolam. Pada bagian terdalam

dibuatkan saluran penguras berbentuk monik. Fungsi lain monik dari monik adalah

dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya air dalam kolam, yaitu dengan

mengatur susunan papan kayu yang ada setinggi yang diinginkan. Ukuran kolam selain

tergantung pada letak dan kondisi tempat, juga tergantung dari kebutuhannya. Pada

saluran pemasukan dipasang saringan air, sedangkan pada saluran pengeluaran dibuat

pintu berbentuk monik.

2. Kolam Air Deras Bentuk Segi Tiga

Konstruksi untuk kolam seperti ini dibuat sedemikian rupa, sehingga terdapat

tempat yang dalam, miring dan melandai, tujuannya adalah apabila dikuras, kotoran

dalam kolam dapat hanyut ke luar kolam. Bentuk kolam sengaja dibuat siku-siku,

dengan dasar kolam terdalam terdalam pada sudut siku-sikunya. Di dekat sudut siku-

siku dibuat saluran penguras berbentuk monik. Dengan konstruksi tersebut diharapkan

akan timbul pusaran (pengadukan) pada sisis siku-siku terpanjang sehingga kotoran

maupun sisa pakan dapat hanyut keluar. Dengan demikian selain kolam selalu bersih,

kandungan oksigennya pun cukup tinggi.

Page 114: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

111

3. Kolam Air Deras Bentuk Oval

Konstruksi kolam dibuat sama seperti pada kolam bentuk segi empat, yang

berbeda hanya bentuk sudutnya yang berbeda. Tujuannya membangun kolam seperti

ini adalah dengan harapan akan lebih banyak lumpur, kotoran dan sisa-sisa pakan yang

bisa dihanyutkan keluar kolam. Pada umumnya luas kolam kurang dari 50 M2, tetapi

ada pula yang hanya berukuran luas 30 M2 dengan panjang 10 m dan lebar 3 m,

kedalaman dekat saluran pemasukan 125 cm, kedalaman pada saluran pengeluaran

170-200 cm. pada saluran pengeluaran dibuat pintu berbentuk monik.

4. Kolam Air Deras Bentuk Tak Beraturan

Pada pembuatan kolam seperti ini, bangunan dan bentuknya disesuaikan

dengan kondisi tempat (topografi, elevasi, luas tanah). Adapun luas dan dalamnya

bervariasi, menurut selera pemilik. Tetapi prinsip pembuatan kolamnya tidak akan

menyimpang dari persyaratan kolam air deras.

PEMBUATAN KOLAM

Sebelum membuat kolan air deras, kita harus menhetahui terlebuh dahulu

bagian-bagian dari kolam air deras tersebut. Setiap KAD memiliki 6 bagian pokok, yaitu

saluran pemasukan, lubang pemasukan, saringan, pematang, dasar kolam, lubang

pembuangan, saringan, dan saluran pembuangan.

1. Saluran pemasukan

Bagian ini dibuat dekat dengan sungai, atau sumber air, yaitu setelah kolam

pengendapan, atau filter. Ukuran panjang, lebar, dan tinggi saluran pemasukan

Page 115: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

112

tergantung dari debit air yang akan dialirkan, dan jumlah KAD yang akan dibangun.

Untuk 10 buah KAD yang berukuran panjang 10 m, lebar 3 m, dan tinggi 2 m, cukup

dibuat saluran pemasukan dengan panjang 40 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,7 m. Tentu

saja bagian ini harus dibuat dari beton, agar kuat dan kokoh, tidak mudah terkikis oleh

aliran air.

Gambar 4.5.4.Saluran Pemasukan Air

2. Lubang pemasukan dan saringan

Bagian ini dibuat berhubungan langsung dengan saluran pemasukan. Ukuran

lebar dan tinggi lubang pemasukan tergantung dari lebar KAD. Ini sangat berkaitan erat

dengan debit air yang akan dimasukan ke KAD. Untuk KAD yang lebarnya 3 m, cukup

dibuat saluran pemasukan dengan lebar 40 – 50 cm, dan tinggi 15 – 20 cm. Pada

bagian ini dibuat sekoneng, atau coakan secara vertikal dengan lebar 2 – 3 cm, dan

dalam 1 – 2 cm. Coakan itu berfungsi sebagai tempat memasang saringan. Saringan

Page 116: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

113

sebaiknya dibuat dari besi, atau behel ukuran minimal 5 mm. Behel itu dilas secara

vertikal pada besi segi empat dengan jarak 0,5 – 1 cm. Saringan berfunsi untuk

menahan sampah, ranting dan kotoran lainnya.

Gambar 4.5.5. Lubang Pemasukan dan Saringan Air

3. Pematang

Pematang adalah bagian penting dari KAD. Pematang dibuat sekeliling kolam

dengan posisi tegak lurus, tidak miring seperti kolam tanah. Tinggi pematang pada KAD

umumnya antara 1,5 – 1,8 m. Pada lubang pemasukan 1,5 m, sedangkan pada lubang

pengeluaran 1,8 m. Lebar pematang sebaiknya minimal 30 cm, semakin lebar semakin

kuat. Bagian ini harus kuat dan kokoh. Karena selain harus dapat menahan aliran air,

Page 117: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

114

kikisan air, juga harus bisa menahan volume air yang sangat besar. Karena itu, bagian

ini dibuat dari beton, atau campuran pasir, badu, kerikil dan pasir. Semennya lebih

banyak. Seluruh permukaan pematang harus halus, agar ikan tidak terluka.

Gambar 4.5.6.Pematang Kolam

4. Dasar kolam

Dasar kolam adalah bagian bawah KAD. Bagian ini dibuat melandai dari lubang

pemasukan ke lubang pengeluaran. Tujuannya agar air dalam KAD mudah dikeluarkan

dengan dasar kering. Selain melandai, bagian ini juga harus cekung. Tujuannya agar

semua kotoran terkumpul di tengah, sehingga mudah terbawa arus air dengan mudah.

Dasar kolam juga harus kuat, agar tidak bocor akibat tekanan air yang sangat besar,

dan juga kikisan air. Karena itu bagian ini dibuat dari beton seperti halnya pematang.

Tetapi betonya harus tebal. Agar tidak melukai ikan, terutama ketika panen, maka

seluruh permukaan dasar kolam harus halus. Selain itu pada dasar kolam yang halus,

kotoran lebih mudah terbawa arus.

Page 118: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

115

5. Lubang pembuangan dan saringan

Lubang pembuangan adalah lubang untuk membuang air, pada saat penen, dan

juga sehari-hari. Bagian ini dibuat pada dinding belakang dari lebar kolam. Letaknya di

bagian bawah dengan lebar 30 – 40 cm, dan tinggi 20 – 30 cm. Untuk menetapkan

ketinggian air kolam, maka pada bagian belakang lubang pengeluaran dibuat sekoneng

dengan lebar 3 – 4 cm, dan dalam cm. Bagian itu digunakan sebagai tempat untuk

memasang papan sebagai penehan ketinggian air KAD. Saringan dipasang pada

bagian itu dengan lebar dan tinggi sama dengan lebar dan tinggi lubang pembuangan.

Saringan yang dibuat sama dengan saringan pada lubang pemasukan. Bagian ini

berfungsi untuk menjaga agar ikan tidak keluar, tetapi kotoran, seperti lumpur, sisa

pakan, dan kotoran ikan bisa keluar.

6. Saluran pembuangan

Saluran pembuangan adalah bagian untuk membuang seluruh air dari KAD. Bagian ini

dibuat di belakang, dan berhubungan langsung dengan lubang pengeluaran. Letaknya

harus lebih rendah dari dasar kolam. Tujuannya agar seluruh air kolam dapat kering.

Saluran pembuangan harus lebih lebar dari saluran pemasukan. Demikian juga dengan

tingginya. Karena harus bisa menampung air dari beberapa KAD yang telah dibuat.

Selain itu juga harus lebih kuat dan kokoh karena tekanan airnya lebih besar dari

saluran pemasukan.

Page 119: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

116

Gmabar 4.5.7.Saluran Pembuangan

2. Opsi Penentuan Suaka Perikanan.

Untuk mempertahankan kelestarian sumber daya ikan diperlukan suaka perikanan

yang dapat dikombinasikan dengan pengaturan penangkapan dan penebaran ikan di

dalam suaka perikanan.. Pengertian suaka perikanan secara umum yaitu bagian dari

perairan umum yang dilindungi, dilarang melakukan kegiatan penangkapan ikan dan

kegiatan lainnya yang dapat merusak lingkungan. Pengertian suaka perikanan menurut

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun 2007 yaitu kawasan perairan

tertentu baik tawar, payau maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat

berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu yang berfungsi sebagai

daerah perlindungan4. Suaka perikanan dapat berfungsi sebagai tempat konservasi

sumber daya perikanan, melindungi ikan yang sudah langka, sumber plasma nutfah

Page 120: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

117

perikanan, secara alami merupakan sumber benih ke perairan sekitarnya, dapat

memulihkan populasi yang terancam kepunahan

Penentuan lokasi suaka perikanan dapat dikatakan tepat bila suaka tersebut

mempunyai integritas ekologis, mempunyai ekosistem yang lengkap sehingga ikan

dapat berkembang biak dengan baik. Kondisi suaka perikanan di Indonesia pada

umumnya secara bioekologi kurang memenuhi syarat karena terbatasnya habitat

pemijahan, banyak mengalami pendangkalan, penurunan kualitas air dan adanya

gulma air yang tidak terkendali, disamping itu banyak pengelolaan berbasis kearifan

lokal sudah memudar..

Perairan OkU Selatan yang sabgian besar di dataran tinggi, banyak terdapat

sungai berarus deras yang merupakan habitat ikan Semah (Tor douronensis). Namun

keberadaan ikan Semah tersebut sudah terancam dari kepunahan akibat dari kegiatan

penangkapan yang intensif dan akbiat dari kerusakan habitat. Kerusakan habitat ikan

Semah di OKU Selatan salah satu penyebab yaitu adanya bendungan di sungai

sehingga ruaya ikan ter ganggu dan terjadi perubahan volume air yang semakin kecil.

Untuk itu diperlukan penentuan daerah yang tepat untuk perlindungan ikan Semah.

Bendungan di desa Rantau Nipis, merupakan bendungan untuk kepentingan

irigasi dan PLTA. Pada tahun 1988, sebelum ada bendungan banyak terdapat ikan

semah di sungai Selabung mulai dari Danau Ranau hingga desa Rantau Nipis. Larva

ikan Semah banyak berada di sela sela batu sungai, induk ikan semah banyak terdapat

di sungai terutama yang dalam (lubuk sungai) dan di danau ranau. Namun setelah ada

bendungan ikan semah tersebut mulai punah, sulit untuk didapatkannya.

Page 121: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

118

Gambar 4.5.8.Sungai Selabung di Hilir bendungan

Gambar 4.5.9. Lubuk sungai dan batu kali di Sungai Selabung

Ikan semah menyenangi perairan yang deras. Untuk penentuan suaka perikanan

harus dipilih bagian hilir dari bendungan, karena airnya deras. Bila dipilih bagian hulu

bendungan maka airnya relatip tergenang. Penentuan suaka perikanan hendaknya

Page 122: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

119

mulai dari hilir bendungan sampai akhir desa rantau nipis tepatnya sampai di daerah

olah raga arum jeram, panjangnya kurang lebih 2 km. Sepanjang segmen sungai

tersebut disamping airnya deras juga banyak terdapat batu kali, dan terdapat lubuk

sungai yang merupakan habitat ikan semah. Perlu dilakukan penebaran ikan ikan asli

di suaka tersebut terutama jenis ikan yang senang hidup di air deras antara lain

semah,, tawes dan lainnya. Penentuan suaka perikanan yang sesuai dengan criteria

tersebut di atas harus dilakukan tidak hanya di sungai selabung tetapi juga di 21 sungai

di OKU Selatan (Lampiran 2)

4.6. TINJAUAN DI KERAMBA JARING APUNG KOTA BATU.

Jumlah keramba jaring apung (KJA) di danau Ranau kurang lebih ada 37 unit,

tiap satu unit terdiri dari 3 – 5 petak KJA.. Jumlah keramba jaring sekat (pen sistem)

ada 609 petak (Lapmiran 4). Kedua tipe budidaya ikan tersebut dilakukan di Danau

Ranau, semuanya diberi makanan tambahan berupa plelet. Berdasarkan wawancara

dengan petani ikan di Kota Batu tiap satu petak KJA akan menghasilkan ikan sebanyak

370 kg tiap panen ikan. Ikan yang dipelihara pada umumnya ikan Nila, lama

pemeliharaan ikan dalam KJA memerlukan waktu kurang lebih 6 -8 bulan, berat rata

rata adalah 3- 4 ekor/Kg. Ukuran KJA yaitu panjang 7 m, lebar 4 m dan dalam 2 m.

Padat tebar benih ikan adalah 2000 ekor/petak. Benih ikan berasal dari Lampung

Barat.

Untuk keberlanjutan usaha budidaya ikan dalam KJA harus memperhatikan

dampak terhadap lingkungan perairan. Danau merupakan perairan yang tertutup,

kedalaman rata rata mencapai 200m, Pembuangan air melalui sungai keluar (outlet)

Page 123: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

120

yaitu sungai Selabung. Air yang terbuang dari danau melalui sungai selabung hanya air

permukaan, sedangkan lapisan air bagian bawah tidak dapat terbuang. Sisa pakan dan

kotoran ikan yang tidak termakan oleh ikan akan lolos ke perairan sebagian larut

dalam air dan sebagian mengendap di dasar perairan.

Sisa pakan dan kotoran ikan yang mengendap di dasar perairan tiap hari lama

kelamaan akan terakumulasi. Sisa pakan dan kotoran ikan tersebut akan membusuk,

terdekomposisi menghasilkan gas beracun seperti CO2, H2S, amonia. Dekomposisi

bahan organik di perairan juga akan mereduksi oksigen terlarut di perairan sehingga

kandungan oksigen menjadi rendah.

Bila terjadi hujan lebat selama beberapa hari maka lapisan permukaan perairan

menjadi dingin dan berat jenis air akan lebih berat, sehingga lapisan permukaan

perairan akan turun ke bawah dan lapisan dasar perairan akan naik ke atas (peristiwa

ini disebut upwelling). Peristiwa upwelling ini akan menyebabkan kematian ikan secara

masal, terutama ikan di dalam KJA yang tidak dapat melarikan diri. Kematian ikan ini

disebabkan karena lapisan air bagian bawah yang miskin oksigen dan mengandung

gas beracun (CO2, H2S, amonia) akan naik ke atas pdrmukaan perairan mengenai ikan

ikan yang dipelihara dalam KJA..

Untuk itu dalam usaha budidaya ikan dalam KJA maka harus memperhatikan

daya dukung perairan. Perairan mempunyai daya dukung yang terbatas terhadap

beban budidaya ikan. Selain itu juga harus memperhatikan jumlah pakan yang

diberikan harus termakan oleh ikan, tidak boleh banyak sisa pakan yang lolos ke

perairan. Sangat dianjurkan bila usaha budidaya ikan di Danau sebaikan memilih

Page 124: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

121

sistem budidaya ikan ekstensif, tidak usah diberi pakan pelet, diberi pakan berupa

tumbuhan hidup se[erti kangkung, sehingga walaupun pakan tersebut belum termakan

ikan tetap hidup di perairan tidak membusuk. Jenis ikan yang dipelihara adalah jenis

ikan herbivora seperti ikan gurami. Menjaga jarak antar KJA jangan terlampu rapat.

Sebaiknya tidak menggunakan pengapung bambu, karena kelihatan kumuh.

Pengampung KJA sebaiknya menggunakan drum plastik dan kerangka pengapung nya

adalah kayu..

Bila saat musim penghujan tiba petani ikan harus waspada, karena sangat

memungkinkan sekali upwelling akan muncul saat hujan terjadi perubahan suhu yang

mencolok. Bila ada tanda tanda berubahan suhu perairan karena hujan lebih baik

segera ikan dipanen, atau menarik KJA ke tempat yang aman seperti ke tengah danau

atau ke tempat lain yang diperkirakan di dasar perairan tidak banyak sisa kotoran ikan.

Berdasrkan wawancara dengan nelayan bila dibandingkan dengan 1o tahun

yang lalu terlihat ada penurunan pertumbhan ikan. Sekarang untuk menumbuhkan ikan

dari benih hingga ukuran 3-4 ekor/kg memerlukan waktu 6-8 bulan, sedangkan

pertumbuhan ikan waktu 10 tahun yang lalu hanya memerlukan waktu 3-4 bulan. Hal

tersebut disebabkan karena ada penurunan kualitas air yang menyebabkan

pertumbhan ikan lambat. Berdasarkan hasil analisis kualitas air pada bulan juli 2017,

kandungan oksigen dibeberapa lokasi terutama dekat KJA hanya 1,6 – mg/L.

Sedangkan untuk keperluan ikan air tawar agar pertumbhannya baik diperlukan

kandungan oksigen minimal 5 mg/L.

Page 125: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

122

Gambar 4.6.1 . KJA di Kota Batu Danau Ranau

Catatan: warna air yang keruh menunjukkan adanya bahan bahan organik yang terlarut di perairan

O2

(CO2, H2S, NH3)

Gambar 4.6.2. Lapisan Perairan Dana Berdasarkan Cahaya yang Masuk

Catatan: Dasar perairan danau banyak terdapat gas yang toksit (CO2, H2S,NH3) Bila naik ke permukaan akan membahayakan ikan dalam KJA

Page 126: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

123

Sumber : Odum, 1996 Gambar 4.6.3. Lapisan Perairan Danau Berdasarkan Suhu Perairan

Catatan: Bila terjadi Perbedaan suhu bagian atas menjadi dingin karena turun hujan, maka bisa menyebabkan upewlling

Page 127: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

124

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN.

1) Perairan darat OKU Selatan mempunyai potensi lahan yang luas belum banyak

dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan produksi perikanan tawar

2) Perairan darat OKU Selatan mempunyai tidak kurang dari 47 jenis ikan asli bernilai

ekonomis yang belum banyak dikembangkan menjadi ikan budidaya air tawar.

Beberapa jenis ikan yang potensial untuk dikembangkan menjadi ikan budidaya air

tawar antara lan ikan semah, (To douronensis) tawes (Barbodes gonionotus), lapam

(Barbodes schwanefeldii) dan baung (Mystus nemurus), betutu (Oxyeleotris marmorata),

gurami (Ospronemus goramy ), palau/nilem (Osteochilus hasseltii),

3) Keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) di Peni jauan dan di Fila kurang dapat mendukung

kebutuhan binih ikan di OKU Selatan disebabkan karena kurangnya sarana-prasarana,

kurang perawatan dan kurang tenaga teknis perikanan.

4) Usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) dan jaring sekat (pen, bila ditinjau

dari segi luasan jumlah KJA yang ada di danau ranau belum banyak. Namun penentuan

jumlah KJA hendaknya berdasarkan atas daya dukung perairan untuk KJA. Perlu

diwaspadai beberapa lokasi di area KJA kandungan oksigen terlarut rendah (dibawah 2

mg/l) dan perairannya keruh. Hal tersebut merupakan indikasi sudah ada dampak

pencemaran dari sisa pakan dan Koran ikan.

5) Sungai berarus deras seperti sungai Selabung dan Sungai Saka mempunyai

potensi untuk dikembangkan budidaya ikan di air deras.

Page 128: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

125

5.2. SARAN.

A. Balai Benih Ikan

Perlu peningkatan sarana-prasarana, perawatan dan tenaga teknis perikanan untuk

Balai Benih (BBI) di Peninjauan dan di Fila.

Perbaikan saluran irigasi mulai dari sumber air sampai ke perkolaman.

Perlu mempunyai saluran air khusus ke BBI, sehingga tidak selalu tergantung

dengan kepentingan pertanian.

Air yang masuk ke kolam harus dalam volume besar, lancar, Usahakan saat air

masuk ke kolam kecepatan arus masih deras, usahakan air datang air ke kolam

menggerojok dari atas sehingga menimbulkan gerakan air akan menambah

kadar oksigen dalam air.

Perlu perawatan kolam mulai dari perawatan dasar kolam agar tidak bocor,

perawatan pematang, dan pengendalian rumput.

Perlu perbaikan system penyaringan air untuk keperluan hatchery. Air yang

masuk hatchery harus bersih bebas dari kotoran dan hama.

Perlu perbaikan/penambahan instalasi air bersih dalam hatchery, sehingga

mudah menyalurkan air ke dalam bak dan aquarium.

Perlu penambahan daya listrik untuk keperluan hatchery

Perlu perbaikan/ penambahan instalasi aerator dan blower

Perlu persediaan yang memadai untuk peralatan induced breeding (jarum suntik,

terpal, hapa, kakaban, hormone HCG dan ovaprim)

Perlu persediaan obat obatan untuk penyakit ikan.(metil blue, larutan malachyt

green oxalate , kalium permanganat (PK), dll). Obat penyuci hama di bak air

Page 129: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

126

perbenihan antara lain larutan chlorine (Na OCI). Persediaan pakan untuk larva

ikan yaitu artemia..

Perlu tenaga teknik perikanan sarjana S1 bidang budidaya ikan, SUPM dan

SPMA. Serta di dukung oleh tenaga pekerya dan administrasi. Pelatihan/kursus

untuk teknik budidaya ikan bagi tenaga teknik dan penyuluh perikanan perlu di

tingkatkan. Diperlukan tunjangan intensif yang memadai bagi tenaga teknik yang

menekuni bidang budidaya ikan.

Apa bila BBI sudah diperbaiki kekurangannya baik dari segi teknis, sumberdaya

manusia dan anggaran maka perlu peningkatan budidaya ikan ikan asli lokal di

OKU Selatan. Beberapa jenis ikan lokal di OKU Selatan yang punya potensi

untuk di budidayakan yaitu ikan semah, (Tor douronensis) tawes (Barbodes

gonionotus), lapam (Barbodes schwanefeldii) dan baung (Mystus nemurus), betutu

(Oxyeleotris marmorata), gurami (Ospronemus goramy ), palau/nilem (Osteochilus

hasseltii). Walaupun ikan Nila dan Mas masih harus dipertahankan sebagai ikan

budidaya

Perincian lebih rinci tentang perbaikan BBI dapat dilihat pada isi naskah ini

B. PENGEMBAGAN BUDIDAYA IKAN DI AIR DERAS

OKU Selatan terletak di dataran tinggi banyak mempunyai sumberdaya air deras

yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan di air deras. Prinsip dari budidaya di air

deras adalah mengupayakan air masuk ke perkolaman dalam volume yang besar dan

airnya deras. Air yang deras di perkolaman dapat menambah kadar oksigen,

Page 130: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

127

pertumbuhan ikan cepat, lebih mudah mengatur keluar masuk air, lebih mudah

membuang kotoran bersama air pembuangan. Perincian tentang budidaya ikan di air

deras dapat dilihat pada isi naskah ini. Pengembangan budidaya ikan pada air deras

hendaknya dilakukan pada 21 sungai di OKU Selatan ,walaupun budidaya ikan pada

kolam stagnan dan mina padi tetap harus dipertahankan terutama pada daerah dataran

rendah.

C. PENENTUAN LOKASI SUAKA PERIKANAN

Suaka perikanan diharapkan dapat melesatarikan 47 jeis ikan lokal di OKU

Selatan. Suaka perikanan yang memenuhi persyaratan dapat melestarikan ikan bahkan

dapat meningkatkan produksi ikan di sekitarnya. Penentuan suaka perikanan harus

dilakukan pada 21 sungai di OKU Selatan. Perincian tentang cara penentuan lokasi

suaka perikanan dapat dilihat pada isi naskah ini.

D. KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI DANAU RANAU.

Walaupun luasan perairan yang digunakan untuk KJA belum begiatu banyak bila

dibandingkan dengan luasan danau Ranau. Namun usaha budidaya ikan di danau

harus mempertimbangkan daya dukung perairan, kondisi danau dan keindahan. Untuk

melihat lebih lanjut tentang bahasan KJA di danau Ranau dapat dilihat dalam ini naskah

ini

Page 131: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

128

DAFTAR PUSTAKA Acehpedia, 2010. Fungsi Unsur Hara. Diakses dari http://acehpedia.org/ Fungsi

Unsur Hara. Diakses 25 Mei 2016

Aertebjerg, G., J. Carstensen., K. Dahl, 2001. Eutrophication in Europe,s Costal Water. Eropean Environment Agency. Belgium. 155 p.

Agromedia, 2007. http://www.agromedia.net/Info/kualitas-air-mendukung-pertumbuhan-lele-dumbo.html

Aida, SN., AD. Utomo., T. Hidayah., M. Ali. 2016. Sumberdaya Ikan dan Lingkungan di

Waduk Pondok dan Widas Jawa Timur. Laporan Taknis. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang

Aminah, S. 2016. Apa itu system budidaya kolam air deras.

https://sitiaminah2006.blogspot.co.id. 16 Maret 2016. Andayani, S., 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan. Universitas

Brawijaya : Malang. Anonimus, 2010. Ogan Komering Ulu Selatan dalam Angka. Kantor Pentelitian

Pengembangan dan Statistik Kabupaten OKU Selatan 196 hal. APHA, 1986. Standard methods for the examinations of water and wastewater. APHA

inc, Washington DC. 986 p.

Arianto, E., 2008. Parameter Fisika–Kimia Perairan, http://erikarianto. wordpress.com 1-10-2008

Asnawi, S 1986. Pemeliharaan ikan dalam Keramba. PT Gramedia Jakarta. 82 p.

Aswajaya, W.N.U 2013. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. http://moslemwiki. com/Kabupaten_Ogan_Komering_Ulu_Selatan#Perikanan Diakses tanggal 19 Juni 2017.

Asyari, Z Arifin, dan AD Utomo. Pembesaran ikan patin (Pangasius pangasius) dalam keramba jaring apung di Sungai Musi Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1997; 3 (2): 83-90.

Beveridge, M.C.M 1996. Cage Culture, Second Edition. Fishing News Books, Ltd

Fornham Survey, England. 346 p.

Page 132: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

129

Boyd, C.E 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth printing. Auburn University Agriculture Experiment Station. Alabama. USA. 359 p.

Danakusumah. E., H. Herawan 2000. Kematian masal ikan budidaya di perairan Waduk dan kemungkinan penanggulangannya. Pross. Semiloka Nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan Danau dan Waduk. Universitas Pejajaran. Bandung. 7 Nopember 2000. I:306-314.

Dharyati, E., AD. Utomo., S. Adjie., Asyari., D. Wijaya, 2009. Bio-ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan di Waduk Kedung Ombo dan Gajah Mungkur Jawa Tengah. Laporan akhir tahun. BalaiRiset Perikanan Perairan Umum. Palembang. 75 hal

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2011. Fenomena Upwelling Pada Budidaya Ikan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) Di Danau/Waduk. http//isjd.pdii.lipi.go.id. 17 Desember 2011

Dudley, R.G. 1996. The Fishery of the Danau Sentarum Wildlife Reserve West Kalimantan Indonesia. Asian Wetland Bureau (AWB). Bogor. 435p.

Effendi,H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Buku Materi Kuliah pada Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor 259 hal.

Fachmijany, Triyanto, Lukman, dan A.Meutia, 2010. Keramba Jaring Apung ramah lingkungan. LIPI, Cibinong-Bogor. http://www Bataviase. co.id. 6 April 2010.

Febrian R; R. Srihartini dan N. Sutisna 2004. Kondisi Danau dan Waduk di Indonesia. http//www.pusair.pu.go.id. 10 April 2010

Gaffar AK dan AD Utomo.1991. Sumber daya perikanan Sungai Komering. Bulletin Penelitian Perikan an Darat. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor.; 10(3): 1-6.

Gaffar AK, SA Rifai, AD Utomo, Z Nasution. Karakteristik limnologi sungai Komering

Sumatera Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor. 1988; 7(2): 66-74.

Gaffar, A. K and A. D.Utomo. 1990. Effektifitas dan Selektivitas Berbagai Alat Tangkap di Lubuk Lampam, Sumatera Selatan. Bul. Penel. Perikanan Darat 9(1): 1.7.

Gaffar, A.K., Agus Djoko Utomo., 1991. Sumberdaya Perikanan Sungai Komering.

Bulletin Penelitian Perikanan Darat. Vol.10.No.3. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor., pp:1-6.

Page 133: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

130

Gaffar, A.K; AD.Utomo dan S. Adjie, 1991. Pola pertumbuhan ikan semah ( Tor. douronensis) di sungai Komering bagian Hulu. Belletin Penelitian Perikanan Darat. Balitkanwar Bogor. 10 (1): 17-22.

Gilpin, A 1996. Dictionary of Environment and Sustainable Development. John Wiley & Sons. Chichester

Ginting, O, 2011. Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung dengan Pengkayaan Nutrien dan Chlorofil-a di Danau Toba. Tesis. Program Pasca Sarjana. Fakultas Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan. 70 hal.

Haryono., J.Khoir., Syamsir., T.Erwanto, 2001. Pertumbuhan Ikan Nila Gift yang dideri pakan dengan sumber protein hewani yang berbeda. Zoologi-Bioologi LIPI. Bogor. 60 hal

Hoggart,D., M.F. Sukadi,A.Sarnita., S. Koeshendrajana, Ondara, dan Samuel. 2000.Panduan pengelolaan bersama suaka produksi ikan di perairan sungai dan rawa banjiran. Puslitbang Perikanan, Jakarta

Hoggarth, D & A.D. Utomo. 1994. The Fisheries Ecology of The Lubuk Lampam River

Flood Plain in South Sumatera, Indonesia. International Journal Fisheries Research. Elsevier. Netherland. 20: 191-213

http://www.viternaplus.com/2015/09/panduan-pengelolaan-air-budidaya-ikan.html Ilyas,S., et al.,1990. Petunjuk teknis pengelolaan periran umum bagi pembangunan

perikanan. Seri pengembangan hasil penelitian perikanan. No. PHP/KAN/09/1990. BALITBANGTAN. 80 Hal.

Kartamihardja ,1997 .Pencemaran pakan di waduk. http://[email protected]. 6 Kartamihardja, E.S., K. Purnomo., D.W.H Tjahyo., dan S.E Purnamaningsih 2002.

Estimasi Daya Dukung Perairan Waduk Utama untuk pengembangan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung. Makalah dipresentasikan pada seminar hasil penelitian tahun 2003 di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta. 15 hal.

Koeshendrajana, 2014.. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Perairan Umum Daratan Untuk Pembangunan Perikanan Berkelanjutan. Orasi pengukuhan profesor riset. Bidang sosial ekonomi. Badan Litbang Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 2014; 105 hal

Kordi, M.G. & B. T. Andi, 2009. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Page 134: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

131

Kottelat, M., A.J Whitten, S.N. Kartika, & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Berkeley Books Pte. Ltd Forrer Road, P.O. Box 115. Singapura 9128.

Krismono, ASN dan Krismono 2003. Indikator umbalan dilihat dari segi aspek kualitas air di Waduk Ir. Djuanda, Jatiluhur Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta. 9(4). 8 - 17:

Lesmana, D. S., 2001. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya

Lindon, M and S.Heiskary (2009). Blue-green algae toxin ( Mycrocystin) levels in

Minnesota Lakes. International Journal. Lake and Reservoir Management. Taylor and Francis. London. 25(3): 240-252.

Liyanage N.P.P; S.M Ruwanpathirana and S.C Jayamanne 2009. Cage Culture of Fresh Water Fishes in Reservoir. Training manual for Kattakaduwa fishing community. NARA-AIDA. Sri Lanka. 50 p.

Marganof (2007). Model pengendalian Pencemaran di Danau Maninjau Sumatera Barat. . Disertasi. Pasca Sarjana IPB. Bogor. 164 hal

Masduqi, A., 2009. Parameter Kualitas Air. www.masduqiali.blogspot.com Diakses 02 Agustus 2017.

Muchtar, M., 2002. Fluktasi Fosfat dan Nitrat Pada Musim Peralihan di Teluk Banten,

Jawa Barat. LIPI : Jakarta Muhtar, H., S.Sawestri., S.Apriyanti., TNM, Wulandari., A.Bintaro dan Tumiran, 2017.

Estimasi stok dan potensi perikanan di Danau Ranau dan Cala, Sumatera Selatan. Laporan Semester. Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan. Palembang.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Novotny,V and Olem,H.1994. Water Quality, prevention, identification, and

management of diffuse polluition. Van Nostrans Reinhold. New York. 1054 p.

Odum, E.P 1996. Fundamentals of Ecology. Third Edition Saunders College Publishing. Rinehart and Winston. 486 p.

O-fish, 2010. Parameter Umum Kualitas Perairan. http://www.ofish.com/ Air/kualitas_air.php. Diakses 24 Mei 2010

Page 135: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

132

Ondara dan A.D. Utomo. 1987. Pendugaan nilai hasil tangkapan lestari perikanan perairan lebak Lubuk Lampam. Bull. Penel perik. Bogor.6(1):16-20

Pemda. OKU. Selatan, 2013. Buku Putih Sanitasi Kabupaten OKU. Selatan. https://www.google.co.id/ Diakses tanggal 19 Juni 2017

Prasetyo,D. Asyari, dan Rupawan, 2004. Keragaman Jenis Ikan di Sungai Barito

Laporan Teknis Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

Pusat Litbang SDA 2004. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia. http//www.pusair.pu.go.id. 10 April 2010.

Sadili, D dan S. Koeshendradjana 1989. Aspek ekonomi dari budidaya ikan dalam KJA di Waduk Saguling, Jawa Barat. Bulletin Penelitian Perikanan Darat. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor. 8(1): 1-7

Samuel, Asyari, dan A.D. Utomo. 1990. Produktivitas perairan Lubuk Lampam daerah aliran sungai Komering. Bull.Penel.Perik. Darat. Vol.9 No. 1. Bogor.

Schmittou, H.R 1991. Budidaya Keramba. Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia. Puslitbang Perikanan dan Auburn University. Jakarta. 126 hal.

Sukimin, S. 2008. The application of phosphourus loading model estimating the carriying capacity for cage culture and Its productivity of Saguling Reservoir, West Java, Indonesia. Proceding, International Conference on Indonesian Inland Waters. Research Institute for Inland Fisheries Palembang. 99- 104.

Sumarsih, E dan Unang, 2008. Optimasi Sumberdaya Perairan Melalui Usaha Budidaya Ikan dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur. Jurnal Universitas Siliwangi. Jawa Barat. 8(1): 31-47.

Supriyatna, A. 2012. Wadah budidaya perikanan kolam air deras. https://www.blogger.com.April 2012.

Surachman, 2002. Kondisi Waduk Cirata. http//www.pusair. pu.go.id. 10 April 2010

Susana, T., 2002. Nitrogen – Urea di Perairan Teluk Banten. LIPI : Jakarta Susanto, G. N., 2002. Hasil Olahan Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya Terhadap

Laju Pertumbuhan Spesifik dan Sintasan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Unila : Lampung

Tacon A.G.J and M. Halwart 2007. Cage aquaculture: a global overview. In M.

Halwart, D. Soto and J.R. Arthur. Cage aquaculture – Regional reviews and global overview. Fisheries Technical Paper No.498. FAO,Rome. pp.1-16

Page 136: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

133

Usman, 2011. Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung. Balai Riset Perikanan Budidaya. Maros. 42 hal.

Utomo A.D., N. Muflikah., S. Nurdawati., MF. Rahardjo., S. Makmur 2007. Ichtiofauna di Sungai Musi Sumatera Selatan. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 380 hal

Utomo A.D., M.F. Sukadi, Z.Nasution dan D.Sadili. 1992. Potensi Sumberdaya Perikanan Daerah Aliran Sungai Musi dan Kapuas. Pros. Puslitbangkan N0.22/1992.Hal. 29-48.

Utomo A.D; Samuel 2008. Status of Inland water fish biodevercity in Indonesia.. Prosiding Seminar International II. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang.

Utomo AD dan DI Hartoto. 2008. Evaluation of Experimental Fishery Reserve System at Lubuk Lampam Floodplain, South Sumatera. In Monograph Fisheries Ecology and Management of Lubuk Lampam Floodplain Musi River, South Sumatera. Research Institute for Inland Waters Fisheries, Palembang. p.120-128.

Utomo AD dan S Adjie.1994 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan tembakang (Helostoma temminckii) di perairan Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Buletin Penelitian Perikanan Darat. Balitkanwar Bogor. 12(2): 144-149.

Utomo AD dan Z Arifin. 1991. Pengaruh musim terhadap kegiatan penangkapan dan

hasil tangkapan di perairan Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat Bogor. 10(2):1-5.

Utomo AD SN Aida D Oktaviani, E Priyanto, G Subroto.2014. Evaluasi Pelaksanaan

Pengelolaan Reservat di Sumatera Selatan. Laporan Teknis Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang. 2014; 50 hal.

Utomo AD, AK Gaffar dan Samuel. 1990. Parameter pertumbuhan, mortalitas, dan laju penangkapan ikan Mujair (O. mossambicus) di Danau Ranau Sumatera Selatan. Bulletin Penelitian Perikanan Darat. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor. 9(2): 97-104..

Utomo AD, MTD Sunarno dan S Adjie. 2005. Teknik Peningkatan Produksi Perikanan Perairan Umum di Rawa Banjiran melalui Penyediaan Suaka Perikanan. Prosiding forum perairan umum I. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang.; hal 185 -192.

Utomo AD, N Muflikah, S Nurdhawati, MF Rahardjo, S Makmur. 2007. Ichtyofauna Sungai Musi Sumatera Selatan. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang. 183 hal.

Page 137: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

134

Utomo AD, Rupawan dan Suhardi. Penangkapan Ikan di Sungai Barito. 2003. Prosiding hasil hasil riset. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 2003; 149–159.

Utomo AD, S Adjie, N Muflikah dan A Wibowo. 2006. Distribusi jenis ikan dan kualitas perairan di Bengawan Solo. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta. 12(2): 89-103.

Utomo AD, Z Nasution, dan S Adjie.1992 Kondisi ekologi dan potensi sumber daya perikanan sungai dan rawa di Sumatera Selatan. Prosiding TKI perikanan perairan umum. Pengkajian potensi dan prospek pengembangan perairan umum Sumatera Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta; hal: 46-61.

Utomo AD, Z Nasution, MF Sukadi 1992. Potensi sumber daya perikanan DAS Musi dan Kapuas. Prosiding TKI pengelolaan sungai dan perairan umum bagi perikanan. Puslitbang Perikanan Jakarta. Pros. Puslitbang kan/No 22/1992. Hal: 20–50.

Utomo AD. The Role of Floodplain Fish Reserve to Fish Production. Proceeding international of conference on inland capture fisheries IV. Palembang. Research Institute for Inland Fisheries Palembang. 2014; p:81-88.

Utomo, 2016. Optimal;isasi Pengelolaan Suaka Perikanan di Rawa Banjiran. Orasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Utomo, A.D 2007. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Bengawan Solo di Daerah

Solo, Karang Anyar, Sragen. Makalah SEMNASKAN UGM Yogyakarta. Utomo, A.D 2010. Pendugaan Daya Dukung Perairan untuk Budidaya Ikan pada

Keramba Jaring Apung di Waduk Kuto Panjang Riau. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Jurusan Perikakan Kelautan UGM dan BRKP. Yogyakarta. VII (1): 1-8

Utomo, A.D., Z. Nasution dan S, Adjie 1992. Kondisi Ekologi dan Potensi Sumberdaya Perikanan Sungai dan Rawa. TKI Perikanan Perairan Umum di Palembang (12-13 Pebruari 1992). Puslitbang Perikanan. Jakarta. 16 hal.

Utomo, AD., Z. Nasution., D. Prasetyo 1994. Pendugaan Parameter Pertumbuhan,

Mortalitas dan Laju penangkapan ikan Baung (Mystus nemurus ) di sungai Batanghari Jambi. Prosiding Kumpulan Makalah Seminar PPEHP Perikanan Perairan Umum. Sub Balitkanwar Palembang. Hal : 131 – 135.

Utomo, A.D dan D.Prasetiyo 2004. Evaluasi hasil tangkapan beberapa kegiatan penangkapan ikan di sungai Barito. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia . Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 11 (2).

Utomo, A.D.S.Adjie, N. Muflikhah, dan A.Wibowo. 2006. Distribusi Jenis Ikan dan Kualitas Perairan di Bengawan Solo. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.12,no.2. 89-103.

Page 138: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

135

Utomo, AD; Asyari; dan S. Nurdawati, 2001. Peranan Suaka Pperikanan dalam Peningkatan Produksi Perikanan dan Pelestarian Sumberdaya Perikanan Perairan Uumum. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta. 7 (1): 1-9

Utomo, AD; S. Adjie; N.Muflikah dan A. Wibowo, 2005. Distribusi jenis ikan dan kualitas perairan di Bengawan solo. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 12 ( 2 ). Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 12(2): 1-12

Utomo, P., P. Hasanah., I. Moko Ginta 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cypronus carpio) di Keramba Jaring Apung. Jurnal Akuakultur Indonesia. IPB. Bogor. 4(2):49-52.

Utomo,A.D., A.K.Gaffar, dan Samuel. 1990. Parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju penangkapan ikan Mujair (Oreochomis mossambicus). Bull. Penel. Perik. Darat. Vol. 9 No. 2. Jakarta. Hal. 97-104.

Utomo,A.D.,M.F.Sukadi, Z.Nasution, dan D.Sadili.1992. Potensi Sumberdaya Perikanan Daerah Aliran Sungai Musi dan Kapuas. Pros. Makalah seminar TKI pengelolaan perairan umum di Indonesia. Puslitbangkan. No. 22.

Welch, E.B 2009. Phosphorus reduction by dilution and shift in fish species in Moses

lake. International Journal. Lake and Reservoir Management. Taylor and Francis. London. 25(3): 276-283.

Wibisono, M. S., 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Widyastuti, E 2005. Model Pengelolaan Berkelanjutan Budidaya ikan dalam keramba

jaring apung di waduk PB Soedirman. Disertasi. Pasca Sarjana IPB. Bogor. 206 hal.

Yusuf, M 1996. Pembudidaya Ikan dengan Keramba. http://www.litbang.deptan.go.id. 1 April 2012.

Page 139: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

136

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Kegiatan Lapangan

Di ruang tunggu Pemda OKU Selatan Pertemuan dengan Sekda OKU Selatan

Perkantoran BBI Peninjauan Halaman BBI Peninjauan

Pertemuan dengan Nelayan di D. Ranau Keramba jaring apung di Danau Ranau

Page 140: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

137

Lampiran 2. Nama Sungai Kabupaten OKU Selatan

No. Nama Sungai Panjang ( Km )

1. Sungai Saka 60

2. Air Gilas 12

3. Air Sililu 35

4. Sungai Mangama 22

5. Sungai Pilamasin 15

6. Sungai Giham 30

7. Sungai Tahmi 20

8. Air Selain 9

9. Sungai Puru 15

10. Sungai Imas 40

11. Air Buyuk 25

12. Way Telema 30

13. Sungai Keruh 40

14. Sungai Selabung 44

15. Way Ruos 26

16. Way Ngepak 10

17. Sungai Mekakau 40

18. Aik Beangtai 15

19. Sungai Kemu 35

20. Aik Singau 23

21. Aik Kisam 50

Jumlah 596 km

Page 141: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

138

Lampiran 3. Potensi Perikanan Kabupaten OKU Selatan

Jenis Budidaya

Potensi Pemanfaatan Potensi Peningkatan

Potensi Produksi

(Ton)

Pen sistem 2.000 Ha

(24.300 unit)

250 Unit 473 Ha 4.730

Keramba Jaring

Apung

5.414 Ha 8 Unit 527 Ha 5.270

Kolam Air Deras 400 Unit 16 unit 416 Unit/50 m2 4.160

Kolam Air

Tenang (Semi

Intensif)

26.825,7 Ha 1.825,5 Ha 25.000,2 Ha 262.000

Lainnya 5.342 Ha 255,5 Ha 5.027,5 Ha 5.027

Page 142: PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN …

139

Lampiran 4. Data Produksi Perikanan Tahun 2016

No Kecamatan Jenis Budidaya JUMLAH TOTAL KAT Pensystem KAD KJA Mina Padi dll

Luas (Ha)

Produksi (Ton) Luas

(Unit/ petak)

Produksi (Ton)

Luas (Unit)

Produksi (Ton)

Luas (Unit)

Produksi (Ton)

Luas (Ha)

Produksi (Ton)

Luas (Ha)

Produksi (Ton)

Mas Nila Patin Lele Jumlah Nila Jumlah Mas Patin Jumlah Nila Jumlah Mas Patin Gurame Jumlah Mas Nila Patin Lele Gurame Jumlah 1 MEKAKAU ILIR 51 25 30,1 28,1 0 83,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0,3 0,0 0,1 0,5 53 25,3 30,1 28,1 0,0 0,1 83,7

2 BANDING AGUNG 49 29,0 90,0 20,0 7,0 146,0 243 447 447 26 7,0 10,0 17,0 0 0 0 0,5 0,1 0,0 0,0 0,125 75,5 36,1 537,0 30,0 7,0 0,0 610,125

3

WARKUK RANAU SELATAN 16 25,0 150,8 40,3 12,0 228,1 322 716 716 12 12,0 12,9 24,9 31 100 100 24 4,1 0,4 1,4 6 83 41,1 966,8 53,6 12,0 1,4 1075

4 BPR. RANAU TENGAH 37 18,0 99,0 16,2 4,3 42,9 43 124 124 0 0,0 0,0 0 0 0 0 11 1,9 0,2 0,7 2,75 91 19,9 223,0 16,4 4,3 0,7 169,65

5 BUAY RAWAN 97 73,1 80,6 106,0 21,0 280,7 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 16 2,8 0,3 1,0 4 113 75,9 80,6 106,3 21,0 1,0 284,7 6 MUARADUA 105 99 6 282,1 33 420,1 1 2,5 2,5 0 0,0 0,0 0 0 0 0 10 1,7 0,2 0,6 2,5 116 100,7 8,5 282,3 33,0 0,6 425,1 7 BUAY PEMACA 98 50,0 41,0 41,0 13,5 135 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 8 1,4 0,1 0,5 2 106 51,4 41,0 41,1 13,5 0,5 137 8 SIMPANG 5 2,0 6,0 98,0 0,8 7,9 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 5 0,9 0,1 0,3 1,25 10 2,9 6,0 98,1 0,8 0,3 9,15

9 BUAY SANDANG AJI 37 18,0 25,0 34,0 4,6 45,6 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0 37 18,0 25,0 34,0 4,6 0,0 45,6

10 TIGA DIHAJI 97 50,0 41,0 61,0 13,3 132,5 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0 97 50,0 41,0 61,0 13,3 0,0 132,5

11 BUAY RUNJUNG 83 35,0 22,0 21,0 9,9 99 0 0 0 6 10,1 3,8 13,9 0 0 0 5 0,9 0,1 0,3 1,25 94 46,0 22,0 24,9 9,9 0,3 114,15

12 RUNJUNG AGUNG 68 32,0 26,0 22,0 8,9 88,6 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 2 0,3 0,0 0,1 0,5 70 32,3 26,0 22,0 8,9 0,1 89,1

13 KISAM TINGGI 24 21,0 22,0 12,0 5,7 56,7 0 0 0 0 0,0 0,0 0 6 14 14 6 1,0 0,1 0,4 1,5 36 22,0 36,0 12,1 5,7 0,4 72,2

14 MUARADUA KISAM 33 16,0 27,0 16,7 4,4 43,5 0 0 0 6 9,7 10,0 19,7 0 0 0 15 2,6 0,3 0,9 3,75 54 28,3 27,0 27,0 4,4 0,9 66,95

15 KISAM ILIR 18 16,0 15,0 6,7 4,0 39,6 0 0 0 9 7,7 8,5 16,2 0 0 0 1 0,2 0,0 0,1 0,25 28 23,9 15,0 15,2 4,0 0,1 56,05

16 PULAU BERINGIN 18,8 25,0 24,3 10,9 6,4 64 0 0 0 14 3,4 12,0 15,4 0 0 0 9 1,6 0,2 0,5 2,25 41,8 30,0 24,3 23,0 6,4 0,5 81,65

17 SINDANG DANAU 16 12,0 12,4 5,5 3,3 32,5 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 4 0,7 0,1 0,2 1 20 12,7 12,4 5,6 3,3 0,2 33,5

18 SUNGAI ARE 15 11,8 12,2 5,4 3,2 32 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 2 0,3 0,0 0,1 0,5 17 12,1 12,2 5,5 3,2 0,1 32,5

19 BUANA PEMACA 1 9,0 8,2 3,7 2,2 21,6 0 0 0 0 0,0 0,0 0 0 0 0 8 1,4 0,1 0,5 2 9 10,4 8,2 3,8 2,2 0,5 23,6 JUMLAH 868,8 566,9 738,6 830,6 157,1 1999,5 609 1289,5 1289,5 73 49,9 57,2 107,1 37 114 114 128,5 22,2 2,2 7,7 32,125 1151,3 639,0 2142,1 890,1 157,1 7,7 3542,2