Prospek hukum zakat di indonesia2
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Devices & Hardware
-
view
104 -
download
9
Transcript of Prospek hukum zakat di indonesia2
![Page 1: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/1.jpg)
Pengertian, Dasar Hukum, sejarah dan tujuan berdirinya
Pengertian Zakat
Zakat dari istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada orang – orang yang berhak. Legitimasi zakat sebagai kewajiban terdapat
beberapa ayat dalam Al quran. Kata zakat dalam bentuk ma’rifat disebut 30 kali dalam Al
qur’an, 27 diantaranya disebutkan dalam satu ayat bersama shalat dan sisanya disebutkan
dalam konteks yang sama dengan shalat meskipun tidak dalam satu ayat. Diantara ayat
tentang zakat yang populer adalah surat Al Baqarah ayat 110 : “Dan dirikanlah sholat dan
tunaikanlah zakat.”
Zakat merupakan perintah Allah SWT yang diwajibkan kepada orang-orang yang
beriman dan mampu atas harta yang mereka miliki yang tentunya telah mencapai nishab yang
ditentukan syara’ bertujuan semata-mata untuk mensucikan diri dan harta mereka yang dapat
disalurkan ke alokasi-alokasi yang telah ditetapkan dalam Al-qur’an :
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya untuk orang-orang faqir,orang-orang miskin, amil,
para muallaf yang dibujuk hatinya,orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan
Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.” (At-taubah: 60)
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka.” (At-taubah: 103)
Dasar hukum
Dalam sebuah hadits tentang penempatan Muaz di Yaman. Nabi berkata : “ terangkan
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan sedekah yang dikenakan pada kekayaan orang-
orang kaya.” Dalam beberapa ayat zakat diungkapkan dengan istilah sedekah. Sebenarnya
sedekah berasal dari kata shidq yang berarti Benar. Qadhi Abu Bakar bin Arabi mempunyai
pendapat yang sangat berharga tentang mengapa zakat dinamakan sedekah . ia menyebutkan
kata sedekah berasal dari kata shidq, benar dalam hubungan denagn sejalannya perbuatan dan
ucapan serta keyakinan.
![Page 2: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/2.jpg)
Oleh karena itu , rasulullah bersabda , “ sedekah itu bukti “. Hadits ini bias dikategorikan
sebagai sindiran kepada umat islam. Kebanyakan umat Islam membenarkan Al qur’an dan Al
Hadits sebagai dasar hukum yang mengatur perilaku hidup muslim. Maka sedekah atau zakat
merupakan bukti akan adanya pembenaran – dengan keyakinan – dari umat Islam akan
kebenaran Al qur’an dan Al Hadits.
Gerakan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat perlu didukung. Dukungan riil
dari pemerintah sangat diperlukan sebagai justifikasi penerapan Undang – Undang ( UU ) No.
38 tahun 1998 tentang ketentuan pengelolaan zakat. Dalam bab I pasal 3 disebutkan bahwa :
“ Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada
Muzakki, Mustahiq, dan amil zakat. Begitu juga dalam bab III pasal 6 disebutkan :
“Pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah .”
Di Indonesia pengelolaan zakat diatur dalam UU No. 38 tahun 1998 dengan Keputusan
Menteri Agama No. 581 tahun 1998 tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 dan
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun
2000 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 Hijrah, sementara shadaqah fitrah pada tahun ke-2
Hijrah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 Hijrah
ketika Maulana abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu
lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan
khusus atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada
tahun ke-9 hijrah ketika dasar islam telah kokoh, wilayah negara berekspansi dengan cepat
dan orang berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi system
pengumpulan zakat, barang-barang yang kenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat persentase
zakat untuk barang yang berbeda-beda. Para pengumpul zakat bukanlah pekerjaan yang
memerlukan waktu dan para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka
mendapatkan bayaran dari dana zakat.
Pada masa Rasulullah, zakat dikenakan pada hal-hal berikut:
1) Benda logam yang terbuat dan emas seperti koin, perkakas, ornament atau dalam
bentuk lainnya.
![Page 3: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/3.jpg)
2) Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornament atau dalam
bentuk lainnya.
3) Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing.
4) Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.
5) Hasil pertanian termasuk budak dan hewan.
6) Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
7) Barang temuan.
Zakat dijadikan ukuran fiscal utama dalam rangka memecahkan masalah ekonomi secara
umum. Pengenaan zakat atas harta berarti menjamin penanaman kembali dalam perdagangan
dan perniagaan yang tidak perlu dilakukan dalam pajak pendapatan. Hal ini juga akan
memberi keseimbangan antara perdagangan dan pengeluaran. Dengan demikian dapat
dihindari terjadinya suatu siklus perdagangan yang membahayakan.
Pemungutan zakat dimasa Rasulullah dan khulafaurrasidin menjadi bukti arti penting bagi
pembangunan Negara. Sehingga tidak ada bagi para ulama yang meragukan keefektifan zakat
dalam meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian, zakat merupakan usaha yang sangat
efektif, efisien dan mempunyai daya guna untuk meningkat kesejahteraan dan mengurangi
tingkat kemiskinan umat islam pada masa itu.
Dalam Bab II pasal 5 UU No. 38 tahun 1999 tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan
zakat bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama.
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pratana keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Prinsip-prinsip Pengelolaan Zakat
![Page 4: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/4.jpg)
Dalam pengelolaan zakat terdapat beberapa prinsip-prinsip yang harus diikuti dan ditaati
agar pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan, diantaranya :
a. Prinsip Keterbukaan, artinya dalam pengelolaan zakat hendaknya dilakukan secara
terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.
b. Prinsip Sukarela, artinya bahwa dalam pemungutan atau pengumpulan zakat
hendaknya senantiasa berdasarkan pada prisip sukarela dari umat islam yang
menyerahkan harta zakatnya tanpa ada unsure pemaksaan atau cara-cara yang
dianggap sebagai suatu pemaksaan.
c. Prinsip Keterpaduan, artinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus dilakukan
secara terpadu diantara komponen-komponen yang lainnya.
d. Prinsip Prefesionalisme, artinya dalam pengelolaan zakat harus dilakukan oleh mereka
yang ahli dibidangnya., baik dalam administrasi, keuangan dan sebaginya.
e. Prinsip Kemandirian, prinsip ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari prinsip
prefesionalisme, maka diharapkan lembaga-lembaga pengelola zakat dapat mandiri
dan mamu melaksanakan tugas dan fungsinya tanpa perlu mengunggu bantuan dari
pihak lain.
Zakat disalurkan menurut ketentuan disalurkan kepada tujuh golongan, yaitu:
1. Fakir dan miskin, termasuk didalamnya biaya penyantunan orang-orang miskin di
lembaga-lembaga sosial, panti-panti asuhan dan lembaga modal bagi fakir miskin
agar mereka dapat berusaha secara produktif.
2. Kelompok amil (petugas zakat), termasuk biaya-biaya administrasi dan personel badan
atau organisasi amil itu serta aktivitas yang dilakukannya untuk meningkatkan
kesadaran berzakat di masyarakat.
3. Kelompok muallaf (orang yang baru masuk islam). Selain itu, diadakan dana untuk
membantu penyatunan dan pembinaan orang-orang yang baru masuk Islam
disediakan juga dana untuk membiayai lembaga dakwah agama.
![Page 5: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Memerdekakan budak belian, ditambah pengertian lain yakni dana untuk
membebaskan petani, pedagang, dan nelayan kecil dari hisapan lintah darat,
penijon dan rentenir.
5. Kelompok gharimin atau kelompok yang berutang. Orang atau lembaga Islam yang
jatuh pailit atau mempunyai tanggungan utang sebagai pelaksanaan kegiatan yang
baik dan sah menurut hukum.
6. Fisabilillah, termasuk segala keperluan peribadatan, pendidikan, dakwah, penelitian,
penerbitan buku-buku, majalah ilmiah.
7. Ibnu Sabil, orang yang terputus bekal perjalanan, termasuk segala usaha guna
membantu biaya perjalanan seseorang yang kehabisan biaya, beasiswa, dan biaya-
biaya ilmiah.
Perkembangan Pengelolaan Zakat dibeberapa Negara Muslim
Di beberapa Negara Muslim telah banyak mengembangkan tentang pengelolaan zakat,
supaya dana zakat lebih bermanfaat dan berguna untuk semua masyarakat. Untuk itu, + yang
berlangsung di Jeddah membahas tentang zakat saham. Saham yang dianggap sebagai
bagian prosentetif dari modal usaha, dirasa perlu untuk dikeluarkan zakatnya oleh para
pemegang saham.
Pada Muktamar yang pertama, telah menetapkan bahwa zakat saham itu diikat
berdasarkan posisi saham sebagai milik satu orang tertentu dengan prinsip penyatuan modal
yang disebutkan dalam As Sunnah. Sebagian ulama mengqiyaskan tentang penyatuan zakat
saham dengan zakat binatang ternak yang dikelola secara kolektif dan hal ini berlaku untuk
semua jenis harta.
Sedangkan pada muktamar yang kedua, telah menelorkan pendapat yang sama pada
mayoritas ulama. Mereka tidak mengacu pada prinsip penyatuan modal, tapi melihat masing-
masing modal investasi secara terpisah. Dalam perusahaan-perusahaandimana beberapa
orang ikut andil untuk menanamkan investasi tidaklah dilihat secara kolektif dari seluruh
modal dan keuntungan usaha. Maka harus dilihat modal masing-masing investor dengan
keuntungan yang terpisah.
![Page 6: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/6.jpg)
Setelah meneliti berbagai kajian yang sampai ke lembaga yang berkaitan dengan zakat
perusahaan, pada akhirnya memutuskan :
- pertama : zakat wajib dikeluarkan dari saham-saham para pemegangnya. Zakat itu dapat
dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan mereka, kalau sudah ditetapkan pada
peraturan dasar perusahaan atau ada SK dari pihak perusahaan sendiri atau sudah
menjadi undang-undang Negara. Maka pada saat itu perusahaan harus mengurus
pengeluaran zakatnya.
- Kedua : pihak perusahaan mengeluarkan zakat dari saham –saham yang ada seperti
seorang mengeluarkan zakat dari harta pribadinya. Dalam artian perusahaan
menganggap semua modal saham para investor seprti modal sendiri. Maka zakat itu
dikeluarkan berdasarkan keberadaan itu sebagi harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya, berdasarkan nishabnya dan jumlah yang harus dikeluarkan serta berbagai
hal lain yang dijadikan syarat dalam zakat pribadi pada umumnya.
Kontribusi Zakat bagi Perekonomian Umat
Mengapa zakat dapat memberi nilai tambah? Hal ini dapat dikomparasikan dengan
ilmu dan hukum ekonomi yang disebut dengan nilai tambah (Added value). Teori tersebut
menyatakan meningkatnya daya beli konsumen terutama golongan ekonomi lemah, pasti
meningkatkan pula kegiatan ekonomi dan perdagangan yang juga dapat meningkatkan bagi
pihak produsen. Maka dengan pemerataan distribusi harta yang berupa zakat yang diterima
golongan ekonomi lemah, yang selanjutnya digunakan dalam proses produksi dan aktivitas
ekonomi lainnya.
Demikian pula keadaan orang yang mengeluarkan zakat, yang secara ekonomi harta
zakat itu akan berputar secara simbiosis antara orang kaya dengan orang miskin, dengan hal
itu dapat meningkatkan income dan laju pertumbuhan ekonomi khususnya (gol. Ekonomi
lemah) dan perekonomian suatu negara umumnya. Zakat dapat memberi efek positif dari
berbagai pihak (multiplier effect) yang akan menumbuh suburkan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat secara adil dan merata. Tujuan dari zakat bagi kepentingan masyarakat :
- Menggalang jiwa dan semangat saling menunjang solidaritas sosial di kalangan
masyarakat
![Page 7: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/7.jpg)
- Menangulangi biaya yang timbul akibat berbagai bencana
- Menutup biaya-biaya yang timbul akibat konflik.
- Menyediakan sesuatu dana taktis dan khusus.
Jika kita tinjau dari aspek Perekonomian, bahwa tidak ada unsur-unsur zakat yang
menjadikan masyarakat melarat. Bahkan kalau kita telusuri lebih dalam lagi, bahwa zakat
mempunyai peran penting dalam menciptakan masyarakat yang makmur dan mengurangi
tingkat kemiskinan.
Sebenarnya zakat dari sector non-produktif menghasilkan dana zakat yang lebih besar
dari pada sector produktif. Dengan besarnya zakat di sector non-produktif diharapkan dapat
mendorong masyarakat untuk mengalihkan dananya ke sector produktif. Dengan
mengalihkan dana ke sektor produktif, maka input produksi akan meningkat ditandai dengan
meningkatnya permintaan atas sejumlah factor produksi, seperti meningkatnya jumlah tenaga
kerja.
Disamping dapat mempengaruhi aspek ekonomi, zakat juga dapat mempengaruhi sector
pemberdayaan sumber daya manusia. Zakat memberikan kontribusi yang tak kalah besarnya
dengan pajak. Dengan adanya zakat mental para mustahik diharapkan dapat biasa menjadi
seorang yang lebih maju dan tidak bergantung pada belas kasih orang lain. Berikut efek dari
dana zakat :
• Bersifat Pemberdayaan Ekonomi
– Kondisi akomodatif untuk maju dan berkembang
– Mustahik punya potensi, skill, wirausaha
• Bersifat Pemberdayaan SDM
– Kondisi akomodatif untuk maju dan berkembang
– Mustahik punya potensi: cerdas dan atau bakat ketrampilan
Prospek kendala dan Strategi pengelolaan Zakat
![Page 8: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/8.jpg)
Saat ini peran lembaga pengelola zakat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meskipun masih banyak kendala-kendala. Diantaranya :
a. Masih banyak masyarakat yang memahami bahwa zakat bukan merupakan suatu
kewajiban dan pelaksanaanya dapat dipaksakan.
b. Zakat kadang kala masih disamakan dengan pajak sehingga dijadikan legitimasi
masyarakat untuk tidak mengeluarkan zakatnya.
c. Di Indonesia sudah banyak lembaga zakat, namun terasa lembaga ini kurang efektif
untuk mengakomodasi sumber-sumber zakat.
d. Keberadaan UU zakat belum sepenuhnya diimplementasikan. Hal ini disebabkan
struktur birokrasi pemerintahan yang kurabf akomodatif terhadap keberadaan system
islam dalam membangun system ekonomi Negara.
Adapun untuk menutupi kekurangan tersebut, maka kita perlu strategi yang tepat supaya
zakat dapat terkumpul dan tersalurkan dengan mudah dan tepat, diantaranya :
a. Zakat perlu disosialisasikan bukan hanya diwilayah keagamaan saja, tetapi zakat perlu disampaikan ditempat-tempat umum.
b. Adanya peningkatan tentang pemahaman tentang zakat yang sebenarnya.sebab kurangnya pemahaman masyarakat tentang zakat, maka tidak hanya melalui pendekatan agama saja, tapi juga dengan pendekatan ekonomi, sosial, budaya dan politik.
c. Perlunya peningkatan koordinasi antar lembaga-lembaga zakat, sebab kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat dapat diawali dari keadaan seperti ini.
d. Keberadaan UU tentang zakat memberikan banyak peluang untuk mendirikan atau membuka lembaga zakat sebanyak-banyaknya. Setidaknya UU ini menjadi legitimasi bagi umat Islam dalam mengembangkan lembaga zakat.
Perbedaan Zakat Dengan Pajak
Antara zakat dan pajak terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah:
ZAKAT PAJAK
Merupakan kewajiban agama dan merupakasuatu bentuk ibadah.
Diwajibkan kepada seluruh umat islam saja disuatu Negara.
Kewajiban agama bagi umat islam yang harus dibayar dalam keadaan seperti
Merupakan kebijakan ekonomi yang diterapkan untuk memperoleh pandapatan bagi pemerintah.
Dikenakan kepada seluruh masyarakat tanpa
![Page 9: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/9.jpg)
apapun. Sumbar dan besar zakat ditentukan
berdasarkan kitab suci al-Qur’an dan Sunnah dan tidak boleh diubah oleh seseorang maupun pemerintah.
Butir-butir pengeluaran dan orang-orang yang berhak menerima harta zakat juga dinyatakan oleh al-Qur’an dan Sunnah zaktat diperoleh dari orang berharta dan diterima kepada golongan yang ditentukan al-Qur’an dan al-Hadits.
Zakat dikenakan bukan terhadap uang saja tetapi juga terhadap barang-barang komersial, hasil pertanian, ternak, barang tambang, dan ornament.
memepertimbangkan agama, maupun ras.
Dapat ditangguhkan oleh pemerintah yang berkuasa.
Besarnya pajak dapat diubah dari waktu ke waktu berdasarkan keperluan pemerintah suatu Negara.
Pembelanjaan pajak biasa dapat diubah atau dimodifikasi menurut kebutuhan pemerintah.
Pajak biasa memberikan manfaat kepada orang kaya sekaligus kepada orang miskin.
Pajak dikenakan terhadap uang.
Obyek zakat tidaklah sama dengan obyek pajak. Yang merupakan obyek zakat adalah
harta kekayaan yang dimiliki seorang muslim yang sudah sampai pada nisabnya. Maka dia
wajib untuk mengeluarkan sebagian dari harta tersebut dan memberikannya kepada orang-
orang miskin atau mereka yang berhak menerimanya sesuai dengan syari’at.
Sedangkan yang menjadi obyek pajak adalah sesuai pasal 4 ayat 1 UU Pajak Penghasilan
tahun 2000 yang berbunyi : “ setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun diluar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun.
HIKMAH ZAKAT
Dari berbagai hikmah zakat yang ada, beberapa hikmah zakat dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan dhu’afa.
2) Pilar amal jama’I antara aghniya dengan para mujahid dan da’I yang berjuang dan
berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT .
3) Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.
4) Alat pembersih harta dan panjagaan dari ketamakan orang jahat.
![Page 10: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/10.jpg)
5) Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan.
6) Untuk pengembangan potensi umat.
7) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk islam.
8) Menambah pendapatan Negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi umat.
9) Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhu’afa yang lemah papa
dengan materi sekadar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
10) Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang-orang miskin yang
tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan kepada mereka, sementara
disekitarnya orang-orang kaya berkehidupan cukup, apalagi mewah.
11) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan distribusi harta (social
distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.
12) Dapat menunjang terwujudnya system kemasyarakatan islam yang yang berdiri atas
prinsip-prinsip: ummatan wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat,
hak, dan kewajiban), ukhuwah islamiyah (persaudaran islam), dan takaful ijli’ma
(tanggung jawab bersama).
13) Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan
akhlaq mulia menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat
bakhil serta serakah.
14) Zakat adalah ibadah amaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau
pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial,
pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam dan
pengikat persatuan umat dan bangsa.
15) Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan
yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan
situasi yang tentram, aman lahir dan batin.
REFERENSI
![Page 11: Prospek hukum zakat di indonesia2](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022012403/55b8a7febb61eb690c8b469f/html5/thumbnails/11.jpg)
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, EKONISIA, Yogyakarta :
Januari, 2003. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Prof. Dr. Abdullah al Mushlih dan Prof. Dr. Shalah ash Shawi. Fikih Ekonomi
Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta : Maret, 2004. Cetakan I.
Drs. H.M. Djamal Doa. Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat
Harta, Nuansa Madani, Jakarta : Juli, 2001. Cetakan I.
Prof. H. A. Djahuli dan Drs. Yadi Janwari M.Ag. Lembaga – Lembaga
Perekonomian Umat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta : September, 2002. Cetakan I.
KH. Abdullah Zaky Al Kaaf. Ekonomi dalam Perspektif Islam, CV. Pustaka Ceria,
Bandung : Maret, 2002. Cetakan Pertama.