Prosiding Seminar Nasi onal Infrastruktur Energi Nuklir ...

8
Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019 475 ISSN: 2621-3125 ANALISIS KELAYAKAN PLTN BERBASIS ZONASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014-2034 Nur Hasanah 1 , Hilary Reinhart 2 1 BATAN-PKSEN, Kuningan Barat Mampang Prapatan,Jakarta 12710 2 Sekolah Pasca Sarjana UGM – Ilmu Lingkungan, Sleman, Yogyakarta 55288 email: [email protected] ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN PLTN BERBASIS ZONASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014-2034. Sumber energi utama yang menopang aktivitas harian dan kegiatan ekonomi berasal dari energi fosil, yang mana cadangannya semakin menipis serta proses ekstraksi hingga pemanfaatannya mengancam kerusakan lingkungan, sehingga diperlukan transisi penyediaan energi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Transisi ini membutuhkan upaya besar dalam hal pembuatan kebijakan dan perencanaan energi. Tantangan tersebut menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia, contoh kasus analisis kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif menggunakan metode analisis regional untuk menganalisis pola dan struktur ruang yang ada di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2034 serta sektor-sektor yang terkait langsung dengan kebutuhan energi seperti industri-manufaktur serta transportasi. Kebijakan pembangunan PLTN harus dapat menjawab tuntutan kebutuhan sektor-sektor yang: (1) membutuhkan listrik dalam volume besar; dan (2) sektor yang berkontribusi di Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Data realisasi daya listrik yang terjual di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa sektor rumah tangga mendominasi permintaan dan konsumsi listrik sebesar 65%. Sementara itu sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam postur PDRB Kalimantan Barat adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 22,8%. Mengacu bahwa kebijakan di daerah maupun nasional harus dilakukan secara sinkron dan dilakukan secara tematik, integratif, dan spasial. Diperoleh hasil bahwa dalam aspek keruangan, calon lokasi PLTN yang berada di Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang dapat memenuhi Peraturan daerah provinsi Kalimantan Barat nomor 10 tahun 2014 tentang RTRW provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 – 2034. Kata kunci: Energi, EBT, PLTN, kebijakan energi, perencanaan energi, RTRW, PDRB, Kalimantan Barat. ABSTRACT NUCLEAR POWER PLANT FEASIBILITY STUDY BASED ON ZONATION OF 2014-2034 WEST KALIMANTAN’S URBAN PLANNING. The main energy source that supports daily activities and economic activities comes from fossil energy, which is increasingly depleting reserves, extraction processes and their utilization threatens environmental damage, so that the transition of energy supply from fossil energy to new and renewable energy (EBT) is needed. This transition requires great effort in terms of policymaking and energy planning. This challenge is one of the challenges faced by Indonesia, an example of a case analysis of the feasibility analysis of a Nuclear Power Plant (NPP) in West Kalimantan. This research is a qualitative-descriptive study using regional analysis methods to analyze spatial patterns and structures in the 2014-2034 West Kalimantan's Urban Planning (RTRW) as well as sectors directly related to energy needs such as industry-manufacturing and transportation. The NPP development policy must be able to answer the demands of the sectors that: (1) require large volumes of electricity; and (2) sectors that contribute to Gross Regional Domestic Revenue (GRDP). Data on the realization of electric power sold in West Kalimantan shows that the household sector dominates electricity demand and consumption by 65%. Meanwhile, the sectors that had the biggest contribution in West Kalimantan's GRDP posture were the agriculture, forestry and fisheries sectors by 22.8%. Referring to that policies at the regional and national levels must be carried out synchronously and carried out thematically, integratively, and spatially. The results obtained are that in the spatial aspect, the prospective NPP location located in Gosong Beach, Bengkayang Regency can meet the West Kalimantan provincial regulation number 10 of 2014 concerning the RTRW of West Kalimantan province in 2014 - 2034.

Transcript of Prosiding Seminar Nasi onal Infrastruktur Energi Nuklir ...

Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019

475

ISSN: 2621-3125

ANALISIS KELAYAKAN PLTN BERBASIS ZONASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014-2034

Nur Hasanah1, Hilary Reinhart2

1 BATAN-PKSEN, Kuningan Barat Mampang Prapatan,Jakarta 12710 2 Sekolah Pasca Sarjana UGM – Ilmu Lingkungan, Sleman, Yogyakarta 55288

email: [email protected]

ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN PLTN BERBASIS ZONASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014-2034. Sumber energi utama yang menopang aktivitas harian dan kegiatan ekonomi berasal dari energi fosil, yang mana cadangannya semakin menipis serta proses ekstraksi hingga pemanfaatannya mengancam kerusakan lingkungan, sehingga diperlukan transisi penyediaan energi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan (EBT). Transisi ini membutuhkan upaya besar dalam hal pembuatan kebijakan dan perencanaan energi. Tantangan tersebut menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia, contoh kasus analisis kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif menggunakan metode analisis regional untuk menganalisis pola dan struktur ruang yang ada di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Kalimantan Barat tahun 2014-2034 serta sektor-sektor yang terkait langsung dengan kebutuhan energi seperti industri-manufaktur serta transportasi. Kebijakan pembangunan PLTN harus dapat menjawab tuntutan kebutuhan sektor-sektor yang: (1) membutuhkan listrik dalam volume besar; dan (2) sektor yang berkontribusi di Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Data realisasi daya listrik yang terjual di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa sektor rumah tangga mendominasi permintaan dan konsumsi listrik sebesar 65%. Sementara itu sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam postur PDRB Kalimantan Barat adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 22,8%. Mengacu bahwa kebijakan di daerah maupun nasional harus dilakukan secara sinkron dan dilakukan secara tematik, integratif, dan spasial. Diperoleh hasil bahwa dalam aspek keruangan, calon lokasi PLTN yang berada di Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang dapat memenuhi Peraturan daerah provinsi Kalimantan Barat nomor 10 tahun 2014 tentang RTRW provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 – 2034. Kata kunci: Energi, EBT, PLTN, kebijakan energi, perencanaan energi, RTRW, PDRB, Kalimantan Barat.

ABSTRACT NUCLEAR POWER PLANT FEASIBILITY STUDY BASED ON ZONATION OF 2014-2034 WEST KALIMANTAN’S URBAN PLANNING. The main energy source that supports daily activities and economic activities comes from fossil energy, which is increasingly depleting reserves, extraction processes and their utilization threatens environmental damage, so that the transition of energy supply from fossil energy to new and renewable energy (EBT) is needed. This transition requires great effort in terms of policymaking and energy planning. This challenge is one of the challenges faced by Indonesia, an example of a case analysis of the feasibility analysis of a Nuclear Power Plant (NPP) in West Kalimantan. This research is a qualitative-descriptive study using regional analysis methods to analyze spatial patterns and structures in the 2014-2034 West Kalimantan's Urban Planning (RTRW) as well as sectors directly related to energy needs such as industry-manufacturing and transportation. The NPP development policy must be able to answer the demands of the sectors that: (1) require large volumes of electricity; and (2) sectors that contribute to Gross Regional Domestic Revenue (GRDP). Data on the realization of electric power sold in West Kalimantan shows that the household sector dominates electricity demand and consumption by 65%. Meanwhile, the sectors that had the biggest contribution in West Kalimantan's GRDP posture were the agriculture, forestry and fisheries sectors by 22.8%. Referring to that policies at the regional and national levels must be carried out synchronously and carried out thematically, integratively, and spatially. The results obtained are that in the spatial aspect, the prospective NPP location located in Gosong Beach, Bengkayang Regency can meet the West Kalimantan provincial regulation number 10 of 2014 concerning the RTRW of West Kalimantan province in 2014 - 2034.

Analisis Kelayakan PLTN Berbasis Zonasi Rencana ... Nur Hasanah, dkk.

476

ISSN: 2621-3125

Keyword: Energy, New and renewable energy, NPP, energy policy, energy planning, urban planning, GRDP, West Kalimantan PENDAHULUAN

Saat ini, pertumbuhan dan perkembangan populasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya menuntut terpenuhinya kebutuhan mendasar untuk mendukung perikehidupan. Salah satu kebutuhan mendasar tersebut adalah energi yang digunakan untuk menggerakkan aktivitas harian dan kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk keberlanjutan dan kelangsungan hidup masyarakat dan individu perseorangan. Seiring semakin meningkatnya permintaan masyarakat pada energi yang handal (reliable), layak (feasible) dan terjangkau, diperlukan sumber-sumber energi baru atau terbarukan untuk memenuhinya.

Saat ini sumber energi utama yang menopang dunia berasal dari energi fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara. Pemanfaatan dan eksploitasi sumber energi fosil tersebut bukan tanpa permasalahan. Cadangannya yang semakin menipis serta ancaman kerusakan lingkungan yang berasal dari proses ekstraksi hingga pemanfaatannya melahirkan permasalahan lain yang justru dapat mengganggu perikehidupan dan kualitas hidup masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan energi alternatif yang mampu menggantikan energi fosil seperti energi nuklir yang kini pemanfaataany semakin ditingkatkan. Tantangan tersebut yang saat ini juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang berkembang pesat kini menjadi kekuatan ekonomi dunia. Sektor-sektor yang berkontribusi besar pada perekonomian Indonesia antara lain adalah sektor pertanian, manufaktur, dan pariwisata. Untuk menyokong geliat sektor tersebut diperlukan kapasitas energi yang mumpuni. Diatas kertas, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia mencanangkan kapasitas sebesar 35.000 MW dan sebagian besar diantaranya ditopang oleh bahan bakar fosil.

Kebijakan tersebut berimplikasi secara tata ruang. Kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulaun dengan luas area yang membentang panjang sepanjang lebih dari 5000 km membutuhkan perencanaan tata ruang yang tepat untuk memastikan kebutuhan energi terdistribusi secara merata dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan setempat di setiap daerah. Salah satu strateginya adalah dengan konsep zonasi dan pembuatan pusat-pusat kegiatan ekonomi atau industri. Salah satu daerah yang ditargetkan menjadi penyokong industri tersebut adalah Provinsi Kalimantan Barat.

Implementasi kebijakan berbasis tata ruang di Indonesia dikenal sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana setiap kegiatan, rencana, dan program (KRP), harus disusun dan dialokasikan pada lokasi tertentu yang sesuai dengan peruntukan KRP tersebut. Penelitian ini mencoba menganalisis dan menelaah kebijakan energi nuklir di Kalimantan Barat dengan menjawab pertanyaan seperti apa RTRW Provinsi Kalimantan Barat mendukung rencana PLTN? Dan seperti apa posisi PLTN di dalam RTRW Provinsi Kalimantan Barat? TEORI Melalui UU nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pemerintah mengamanatkan Dewan Energi Nasional (DEN) menyusun Kebijakan Energi Nasional (KEN). KEN ditetapkan melalui PP nomor 79 tahun 2014, dan dijabarkan secara lebih rinci dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden. Selanjutnya RUEN diturunkan ke dalam Rencana Umum Energi Daerah Provinsi (RUED-P) melalui Peraturan Daerah. RUED-P dimaksudkan sebagai komitmen dan panduan bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai kegiatan terkait energi di daerah, sebagai modal pembangunan daerah serta kontribusi daerah dalam pencapaian target-target energi nasional. Merujuk pada Peraturan Presiden nomor 1 tahun 2014, elemen – elemen penting yang terkandung di dalam RUED-P antara lain: proyeksi kebutuhan dan pasokan energi daerah, identifikasi permasalahan energi di daerah, potensi energi di daerah, program energi daerah, dan sumber pendanaan energi di daerah. [1] Saat ini, sebagian besar dari provinsi di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat belum memiliki dokumen RUED-P, sehingga diperlukan upaya mendorong pemerintah daerah untuk menyusun RUED-P. Secara sederhana, RUED-P merupakan dokumen perencanaan energi. Perencanaan energi pada dasarnya membutuhkan kajian tata ruang atau aspek-aspek spasial [2]. Aspek tata ruang diperlukan untuk mengetahui kedudukan suatu pembangkit tenaga listrik terhadap kebutuhan energi maupun terhadap potensi-postensi

Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019

477

ISSN: 2621-3125

sumber energi tersebut. Dengan mengetahui hal tersebut maka perencanaan energi dapat menjadi lebih efisien dan tepat guna serta mendukung agenda-agenda pembangunan berkelanjutan [3]. Selain untuk tujuan efisiensi, analisis tata ruang juga diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai bahaya (hazard) dan mendukung aspek keselamatan (safety) serta keamanan (security) [4]. Peraturan daerah provinsi Kalimantan Barat nomor 10 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 – 2034 pasal 22 ayat (7) menyatakan bahwa pengembangan energi uap, energi air, energi mikro hidro, energi surya, dan nuklir yang berpotensi berada di dalam kawasan hutan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku [5]. Pengaturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang pada peraturan tersebut dianalisis secara spasial untuk meninjau kedudukan potensi calon tapak PLTN yang telah dicanangkan. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif dimana penelitian menggunakan data-data untuk mendeskripsikan suatu permasalahan [6]. Metode yang digunakan adalah metode analisis regional [7] yang umum digunakan untuk menganalisis kondisi suatu wilayah dan berbagai sektor yang ada didalamnya. Analisis dilakukan terhadap pola dan struktur ruang yang ada di RTRW Provinsi Kalimantan Barat serta sektor-sektor yang terkait langsung dengan kebutuhan energi seperti industri-manufaktur serta transportasi. Untuk itu pola dan struktur ruang dianalisis menggunakan pendekatan spasial berbasis kartografi atau Sistem Informasi Geografis.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar merupakan data sekunder berupa data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai gambaran sektor-sektor yang berperan di dalam kegiatan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat sekaligus memberikan gambaran bagaimana permintaan dan kebutuhan tehadap energi dan diperoleh melalui dokumen Badan Pusat Statistik di dalam Daerah Dalam Angka. Selain itu, data yang dibutuhkan adalah kebijakan berupa RTRW. data tersebut kemudian diolah melalui studi literatur dan desk study. Sebagai bahan diskusi dilakukan analisis pasokan-permintaan dimana permintaan yang ada merupakan kebutuhan energi yang didapat dari sektor-sektor kegiatan ekonomi dan pasokan berupa rencana pembangunan PLTN.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan energi nasional dimaksudkan untuk mendukung pembangunan baik pada tingkat nasional maupun regional. Hal tersebut sejalan dengan arahan utama dalam Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional pasal 5 yang mengamanatkan bahwa Kebijakan utama energi salah satunya adalah mendukung pembangunan nasional berkelanjutan [8]. Salah satu upaya dalam mengejawantahkan

Analisis Kelayakan PLTN Berbasis Zonasi Rencana ... Nur Hasanah, dkk.

478

ISSN: 2621-3125

Kebijakan Energi Nasional tersebut adalah dengan mencanangkan target penyediaan listrik sebesar 35.000 MW. Capaian tersebut memerlukan bauran energi antara sumber energi fosil, energi baru, dan energi terbarukan. Salah satu sumber energi yang kini tengah digiatkan adalah tenaga nuklir di Provinsi Kalimantan Barat. Kebijakan atau program pembangunan PLTN tersebut harus dapat menjawab tuntutan kebutuhan sektor-sektor yang: (1) membutuhkan listrik dalam volume besar; dan (2) sektor yang berkontribusi di PDRB. Hal tersebut dikarenakan listrik keluaran PLTN relatif besar dan stabil

Kebutuhan akan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat secara umum terpusat pada sektor rumah tangga, bisnis, dan industri. Data dari RUPTL-PLN menunjukkan bahwa pada tahun 2017 sektor yang memiliki penjualan tertinggi adalah sektor rumah tangga. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 berikut.

Tabel 1. Realisasi Penjualan Listrik pada tahun 2017 [9] No Sektor Penjualan (GWh) Prosentase 1 Rumah Tangga 1.496 65% 2 Bisnis 505 22% 3 Publik 189 8% 4 Industri 123 5% Total 2.313

Gambar 2. Prosentase Sektor Penjualan Listrik Provinsi Kalimantan Barat (Analisis,

2019) Gambar 2 menunjukkan 65% daya listrik yang terjual oleh PLN diserap oleh sektor

rumah tangga sementara 22% diserap bisnis, 8% diserap publik dan hanya 5% yang diserap industri. Data realisasi daya listrik yang terjual tersebut dapat menjadi gambaran sektor apa yang memiliki permintaan dan konsumsi listrik di Provinsi Kalimantan Barat.

Sementara itu dari sektor ekonomi, sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam postur PDRB adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan [10]. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha [10]

No Sektor Besaran (juta rupiah) Prosentase

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 28,353,271.40 22.8%

2 Industri Pengolahan 20,093,405.60 16.2%

3 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 18,516,434.50 14.9%

4 Konstruksi 14,033,227.20 11.3%

5 Informasi dan Komunikasi 6,297,482.70 5.1%

Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019

479

ISSN: 2621-3125

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang hampir 23% pendapatan daerah diikuti dengan industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, serta sektor informasi dan komunikasi. Sementara itu sektor pembelian listrik berkontribusi hanya sebesar 0.1% terhadap PDRB.

Uraian data pada Tabel 2 menunjukkan sektor-sektor yang patut dipertahankan keberlanjutannya dan ditingkatkan volumenya serta kapasitasnya. Salah satu syarat untuk peningkatan sektor-sektor dalam PDRB adalah dengan memberikan porsi energi dalam bentuk kelistrikan untuk menggerakkan infrastruktur maupun struktur-struktur pendukung yang ada di dalam sektor tersebut.

Analisis Spasial

Dalam penelitian ini, elemen tata ruang PLTN dianalisis pada kedudukannya terhadap struktur ruang dalam RTRW Provinsi Kalimantan Barat. Sebagai tambahan, untuk mendapatkan gambaran mengenai proyeksi tata ruang energi, persebaran pembangkit-pembangkit listrik tersedia dan rencana juga ditambahkan dan dilihat lokasinya terhadap pusat-pusat pertumbuhan dan permintaan dari masyarakat. Struktur ruang Provinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Struktur Ruang Provinsi Kalimantan Barat [11]

Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa terdapat Pusat-pusat Kegiatan yang terdiri

atas: (1) Pusat Kegiatan Nasional, (2) Pusat Kegiatan Wilayah, (3) Pusat Kegiatan Lokal, dan (4) Pusat Kegiatan Perbatasan. Pusat-pusat kegiatan tersebut merupakan lokasi-lokasi yang membutuhkan energi untuk menopang berbagai aktivitas yang ada di dalamnya dan di sekitarnya. Selain pusat-pusat kegiatan, di dalam RTRW juga terdapat kawasan andalan yang ditujukan sebagai sentra multisektor yang terdiri atas kawasan andalan Singkawang, Pontianak, Ketapang, Sanggau, dan Kapuas Hulu. Untuk gambaran persebaran pembangkit listrik sebagai pasokan energi dan pusat kegiatan sebagai permintaan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Analisis Kelayakan PLTN Berbasis Zonasi Rencana ... Nur Hasanah, dkk.

480

ISSN: 2621-3125

Gambar 4. Peta Overlay Pembangkit Listrik (pasokan) dengan Jumlah Penduduk per

Kabupaten (permintaan) (Analisis, 2019) Berdasarkan peta tumpang tindih tersebut dapat dilihat bahwa rencana

pengembangan pembangkit tenaga listrik dengan skala besar umumnya terpusat di sepanjang pesisir dan secara khusus berada di Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Hal tersebut sejalan dengan sebaran penduduk dimana penduduk di kawasan pesisir memiliki jumlah relatif lebih besar dibandingkan dengan penduduk di Kawasan dataran.

Calon lokasi PLTN yang berada di Pantai Gosong Kabupaten Bengkayang diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang kawasan pemukiman dan industri pengolahan yang berada di Singkawang hingga Pontianak. Keberadaan PLTN di dekat Kota Singkawang menjadi nilai tambah sebab Kota Singkawang memiliki permintaan listrik yang cukup besar. Selain itu, selain digunakan untuk menggerakkan Kota Singkawang dan Pontianak, keberadaan PLTN yang terletak di sisi utara diharapkan dapat meningkatkan pasokan listrik untuk pusat-pusat kegiatan perbatasan yang tersebar merata di sepanjang perbatasan Indonesia-Serawak seperti Jagoi Babang dan Entikong.

Selain itu, melihat sebaran rencana jalur transmisi, dapat dilihat bahwa sistem jaringan terbagi atas tiga kluster yakni kluster pesisir, kluster pedalaman, dan kluster perbatasan. Masing-masing kluster tersebut memiliki kebutuhan dan pemanfaatan listrik yang berbeda-beda tergantung kepada karakteristik wilayah. Secara ringkas, karakteristik tiap kluster dapat dilihat pada Tabel 3. Sebaran kluster dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 3. Pembagian Kluster Kebutuhan dan Pemanfaatan Listrik (Analisis, 2019) No. Kluster Kebutuhan dan Pemanfaatan Listrik 1. Pesisir Pemukiman, Rumah Tangga, Jasa, Industri

Pengolahan, Transportasi 2. Pedalaman Pariwisata, Perkebunan, Kehutanan 3. Perbatasan Pemukiman, Produksi Energi untuk Ekspor

Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019

481

ISSN: 2621-3125

Pembahasan

Selain aspek teoritis, secara politis, PLTN merupakan suatu infrastruktur yang

pengadaan serta penyelenggaraannya tidak terlepas dari kerangka kebijakan, rencana, atau program. Sebagai suatu kebijakan maka sudah selayaknya PLTN terkait dan saling mendukung serta terkait dengan kebijakan lainnya. Dalam konteks tata ruang, kebijakan yang diacu adalah Rencana Tata Ruang Wilayah. PLTN harus kontekstual dalam RTRW agar sesuai dengan penataan struktur dan pola ruang. Selain itu, mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 disebutkan bahwa suatu kebijakan di daerah maupun nasional harus dilakukan secara sinkron dan dilakukan secara tematik, integratif, dan spasial [12]. Hal tersebut ditujukan agar setiap kebijakan benar-benar kontekstual dan mampu menjawab permasalahn masa kini yang sifatnya multidimensi.

Secara tata ruang dan mengacu kepada RTRW, calon lokasi PLTN yang berada di Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang memberikan sejumlah keuntungan seperti: (1) dekat dengan pusat pemukiman seperti Kota Singkawang dan Pontianak; (2) dekat dengan pusat industri; (3) memiliki akses langsung ke perbatasan. Khusus poin ketiga, perbatasan menjadi salah satu perhatian khusus pada pemerintahan Presiden Joko Widodo seperti yang tertuang di Nawacita poin ketiga yakni “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Selain itu, secara akses, keberadaan PLTN di lokasi tersebut juga dapat menjangkau daerah-daerah yang masuk ke dalam kluster pesisir dan kluster pedalaman dimana, secara sektoral, terdapat dua sektor terbesar bagi PDRB yakni sektor industri pengolahan dan perkebunan dan kehutanan. KESIMPULAN

Dalam aspek keruangan, calon lokasi PLTN yang berada di Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang dapat memenuhi Peraturan daerah provinsi Kalimantan Barat nomor 10 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Kalimantan Barat tahun 2014 – 2034. Dalam aspek perencanaan energi, calon lokasi PLTN tersebut dapat memenuhi kebutuhan energi pada berbagai sektor pelanggan listrik dan lapangan usaha

Kluster Perbatasan

Kluster Pesisir

Kluster Pedalaman

Gambar 5. Sebaran Kluster Kebutuhan dan Pemanfaatan Listrik (Analisis, 2019)

Analisis Kelayakan PLTN Berbasis Zonasi Rencana ... Nur Hasanah, dkk.

482

ISSN: 2621-3125

penyumbang Produk Domestik Regional Bruto yang ada dalam kluster-kluster energi di Provinsi Kalimantan Barat. UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Bidang dan rekan kerja Kajian Infrastruktur, Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional yang telah memberikan saran dan kritikan untuk perbaikan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA [1] K. Esdm and K. Bappenas, “Pedoman Teknis Permodelan Rencana Umum Energi

Daerah (RUED) Provinsi,” 2017. [2] Q. Wang, M. M. M. Ikiugu, and I. Kinoshita, “A GIS-Based Approach in Support of

Spatial Planning for Renewable Energy: A Case Study of Fukushima, Japan,” pp. 2087–2117, 2014.

[3] G. Stoeglehner, G. Neugebauer, S. Erker, and M. Narodoslawsky, Integrated Spatial and Energy Planning. Cham: Springer International Publishing, 2016.

[4] M. Nahavandchi and J. Balist, “Nuclear power plant locating by WLC & GIS ( case study : Iran , hormozgan province ),” no. December, 2015.

[5] P. P. Kalimantan Barat, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2014. 2014.

[6] L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, 2017. [7] L. Muta’ali, Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang, dan

Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, 2015.

[8] P. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi. 2014.

[9] PT. Perusahaan Listrik Negara, “Rencana usaha penyediaan tenaga listrik,” Rencana Usaha Penyediaan Tenaga List., pp. 2019–2028, 2019.

[10] B. P. K. Barat, Provinsi Kalimantan Barat dalam Angka. BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2018.

[11] Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementrian ATR/BPN, “GISTARU (Geographic Information System Tata Ruang).” [Online]. Available: http://gistaru.atrbpn.go.id/rtronline/.

[12] P. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah no.17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional. 2017.

DISKUSI/TANYA JAWAB : 1. PERTANYAAN (Rr. Arum Puni Rijanti - BATAN):

Kenapa data yang digunakan RUPTL 2017 padahal sudah ada RUPTL terbaru yang 2019 JAWABAN : Karena data sektor perekonomian, demografi dan populasi provinsi Kalimantan Barat yang terbaru tersedia untuk tahun 2017, sedangkan data tersebut dibandingkan dengan data sektor pelanggan realisasi penjualan listrik di Kalimantan Barat yang ada di RUPTL, maka digunakan data pada waktu yang sama, yaitu 2017.

2. PERTANYAAN (Harini W - BATAN): Berbagai sektor yang disimpulkan itu apa aja ? JAWABAN : 1. Sektor pelanggan listrik, yaitu rumah tangga, bisnis, publik dan industri 2. Sektor lapangan usaha penyumbang PDRB, yaitu pertanian, kehutanan, perikanan; industri pengolahan; perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan motor; konstruksi; informasi dan komunikasi