Proses Persalinan

10
Proses Persalinan 1. Kala I Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Atau proses dimana kontraksi uterus mengarah pada dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta. Persalinan normal merupakan proses dimana janin cukup bulan, pada presentasi occiput melalui jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan dilahirkan secara spontan. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servikas. Tanda dan gejala inpartu termasuk : 1. Penipisan dan pembukaan serviks 2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2x dalam 10 menit) 3. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vagina Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten persalinan :

description

jkgjk

Transcript of Proses Persalinan

Proses Persalinan

1. Kala IPersalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Atau proses dimana kontraksi uterus mengarah pada dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta.Persalinan normal merupakan proses dimana janin cukup bulan, pada presentasi occiput melalui jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan dilahirkan secara spontan. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada servikas.Tanda dan gejala inpartu termasuk :1. Penipisan dan pembukaan serviks2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2x dalam 10 menit)3. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vaginaKala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

Fase laten persalinan :a. Dimulai sejak awal kontraksi yang ,menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahapb. Pembukaan serviks kurang dari 4 cmc. Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

Fase Aktif persalinan :a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung 40 detik atau lebih)b. Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga pembukaan 10 cmc. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) Terbagi menjadi 2 fase :- fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm- fase aktif : serviks berdilatasi 4 9 cm, kecepatan pembukaan 1cm atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai. Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak. Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.

Tanda bahaya kala I

ParameterTemuan abnormalTindakan tanpa dokterTindakan ada dokter

Tekanan darah> 140/90 dengan sedikitnya 1 tanda lain / gejala preeklamsiRujuk ibu dengan membaringkan ibu mering kiri sambil diinfusPanggil dokter

Suhu> 38 derajatSponge, hidrasi dan rujukPanggil dokter, hidrasi

Nadi> 100/menitHidrasi dan rujukPanggil dokter, hidrasi

DJJ< 120 atau > 160/menitHidrasi, ganti posisi ibu ke posisi tidak terlentang atau miring, setelah 1 menit :- DJJ normal lanjutkan mengamati dengan partograf- DJJ tidak normal rujuk ibu dengan ibu berbaring miring kesisi kiri

Kontraksi< 2 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, lemah untuk dipalpasiAmbulasi, perubahan posisi, kosongkan kandung kemih, stimulasi putting, memberikan makan dan minum, jika partograf melewati garis waspada rujuk ibu

Servikspartograf melewati garis waspada pada fase aktifHidrasi dan rujuk Panggil dokter, hidrasi

Cairan amnioticMekonium

Darah

BauTutup monitoring DJJ, antisipasi menghisap saat lahirHidrasi, rujuk ibu dengan ibu berbaring miring kesisi kiriRujuk setelah memberi antibioticMemberitahukan pada dokter

Panggil dokter

Panggil dokter

UrineVolume tidak cukup dan kentalHidrasi, jika tidak ada kemajuan setelah 4 jam selidiki dan tata laksana secara tepat (hidrasi, kateterisasi)Tindakan sama dimana tidak ada dokter

2. Kala IITanda dan Gejala Kala II Persalinan1) Ibu ingin meneran bersamaan dg kontraksi2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pd rektrum/vaginal3) Perineum terlihat menonjol4) Vulva vagina dan sfinger membuka5) Peningkatan pengeluaran lendir & darah

Pross Pengeluaran BayiProses pengeluaran tubuh bayi meliputi: Engagment Descent Fleksi Rotasi interna Ekstensi Rotasi eksterna Ekspulsi

Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua PersalinanBerikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :1) Mulai MengejanJika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.2) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinanMelanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.3) Posisi Ibu saat MeneranMembantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.4) Melahirkan kepalaBimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.5) Memeriksa Tali PusatSetelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.6) Melahirkan BahuSetelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.7) Melahirkan Sisa Tubuh BayiSetelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahirSetelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.8) Memotong tali pusatSegera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.

3. Kala IIITujuan Manajemen Aktif Kala IIIuntuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III (tiga) persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III (tiga) dapat mencegah terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta.Manfaat Manajemen Aktif Kala III1. Persalinan kala tiga lebih singkat.2. Mengurangi jumlah kehilangan darah.3. Mengurangi kejadian retensio plasenta.

Langkah Manajemen Aktif Kala III1. Pemberian suntikan oksitosin.2. Penegangan tali pusat terkendali.3. Masase fundus uteri.Pemberian suntikan oksitosinPemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus. Mengapa demikian? Oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.Penegangan tali pusat terkendaliKlem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di atas simpisis pubis dan tangan yang satu memegang klem di dekat vulva. Tujuannya agar bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul (posterior kemudian anterior). Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.Masase fundus uteriSegera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan fetal. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.