Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu

download Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu

If you can't read please download the document

Transcript of Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu

1. PROSES PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENG LEMBU GLENMORE BANYUWANGI MAGANG KERJA INDUSTRI (MKI) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri Jurusan Manajemen Agribisnis 2. Oleh Fredy Eka Ardhi Pratama D4 110304 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 3. 2014KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER PROSES PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENG LEMBU GLENMORE BANYUWANGI Telah Diuji pada Tanggal 03 Juli 2014 Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Tim Penguji: Ketua (Pembimbing) Dr. Drs. Sumadi, MM NIP. 19570313 199403 1 001 Sekretaris Anggota Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM Naning Retnowati, S.TP, MP NIP. 19760705 200112 2 001 NIP. 19830124 201012 2 003 Mengesahkan: Menyetujui: Direktur Politeknik Negeri Jember, Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM Retno Sari Mahanani, SP, MM NIP. 19590822 198803 1 001 NIP. 19700507 200003 2 001 3 4. MOTTO Hadapi Masa Lalu Tanpa Penyesalan, Hadapi Hari Ini Dengan Tegar Dan Percaya Diri. Siapkan Masa Depan Dengan Rencana Yang Matang Dan Tanpa Rasa Khawatir (Hary Tanoessoedibjo) Sekali Melangkah Pantang Menyerah Sekali Tampil Harus Berhasil -Fredy Eka Ardhi Pratama- Segala Kemudahan Dan Kelancaran Berawal Dari Restu Orang Tua -Fredy Eka Ardhi Pratama- Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung (Soe Hok Gie) Persiapkan Diri Untuk Gagal Tetapi Optimis Untuk Keberhasilan 4 5. (Fredy Eka Ardhi Pratama) 5 6. PERSEMBAHAN Bissmillahirrohmanirrahim, Dengan rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang Kerja Industri ini. Karya yang berjudul Proses Pengolahan dan Pengendalian Kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi ini kami persembahkan untuk: a. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat berupa kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. b. Bapak Dr. Drs. Sumadi, MM, selaku pembimbing c. Ibu Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM, sebagai penguji. d. Ibu Naning Retnowati, S.TP, MP, sebagai penguji. e. Bapak M. Chusnur Rofiq S.TP atas semua bimbingan dalam pelaksanaan Magang Kerja Ilmiah Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi. f. Bapak Munasid atas semua bimbingan dan kesempatannya serta semua ilmu mengenai PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi. g. Bapak Giri Santoso dan Bapak Bahuri atas semua ilmu mengenai Pengolahan Sheet Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi. h. Bapak Joko Indarjo atas semua ilmu mengenai Budidaya Karet Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi. i. Para karyawan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi, yang telah berbaik hati berbagi ilmu. j. Ayah dan Mama tercinta yang tak pernah lelah merawatku sampai aku besar seperti sekarang ini. k. Ririn Fitria Utama yang selalu setia menemani hingga laporan MKI ini terselesaikan. l. Kelompok MKI PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi terima kasih atas kerja sama dan kekompakan kalian. m. Sahabat-sahabatku MID 10 terima kasih atas dukungan kalian. iv iv 6 7. PRAKATA Segala puji dan syukur hanya bagi Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Magang Kerja Industri yang berjudul Proses Pengolahan dan Pengendalian Kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi dapat terselesaikan. Dalam penyusunan Laporan MKI ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Nanang Dwi Wahyono MM. selaku Direktur Politeknik Negeri Jember. 2. Ibu Retno Sari Mahanani, SP, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember. 3. Ibu Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember. 4. Ibu Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri Politeknik Negeri Jember. 5. Bapak Dr. Drs. Sumadi, MM, selaku pembimbing 6. Ibu Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM, sebagai penguji. 7. Ibu Naning Retnowati, S.TP, MP, sebagai penguji. 8. Bapak Drs. Anis Febriantomo selaku Manager PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi. 9. Bapak Herry Nurtjahjo S.P selaku Wakil Manager PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan yang perlu di benahi. Oleh karena itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan MKI ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi pendukung pada MKI selanjutnya. Jember, 03 Juli 2014 Penulis 7 8. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN MOTTO iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN PRAKATA v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix SURAT PERNYATAAN x ABSTRAK xi RINGKASAN xii SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI xiii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.2.1 Tujuan Umum 2 1.2.2 Tujuan Khusus 2 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja Industri (MKI) 3 BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4 2.1 Sejarah Singkat dan Perkembangannya 4 2.1.1 Profil Perusahaan 4 2.1.2 Visi dan Misi PT 5 2.2 Lokasi dan Tata Letak 6 2.3 Keadaan Iklim 6 2.3.1 Kondisi Tanah 7 2.3.2 Hak Guna Usaha 7 2.3.2 Budidaya Tanaman 7 2.4 Sarana dan Prasarana 7 2.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8 2.5.1 Struktur Organisasi 8 2.5.2 Uraian Pekerjaan 9 2.5.3 Ketenagakerjaan 13 BAB III KEGIATAN DI LOKASI MAGANG 14 3.1 Tahapan-Tahapan Kegiatan 14 3.2 Hasil Kegiatan 15 8 9. 3.2.1 Kegiatan Proses Produksi RSS (Ribbed Smoked Sheet) 15 vi BAB IV PEMBAHASAN 18 4.1 Uraian Tahapan Kegiatan 18 4.1.1 Proses Penerimaan Lateks 19 4.1.2 Proses Pengolahan Lateks 21 4.1.3 Proses Penggilingan 22 4.1.4 Proses Pengasapan 23 4.1.5 Proses Sortasi 23 4.1.6 Proses Pengemasan 25 4.1.7 Proses Pelaburan 26 4.2 Uraian Hasil Kegiatan 28 4.2.1 Proses Pengolahan Karet Kebun Kendeng Lembu 28 4.2.2 Proses Penerimaan Lateks 29 4.2.3 Proses Pengenceran Lateks 31 4.2.4 Proses Pembekuan Lateks 32 4.2.5 Proses Penggilingan Lateks Menggunakan Mesin Six In One 34 4.2.6 Proses Pengeringan Dengan Sistem Pengasapan 36 4.2.7 Proses Sortasi 38 4.2.8 Pengepakan dan Pengepresan 39 4.2.9 Proses Pelaburan dan Pemberian Merk 40 4.2.7 Pengendalian Mutu 41 4.3 Pengendalian Mutu Lateks dari Kebun sampai Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) 43 4.3.1 Pengendalian Mutu Lateks 43 4.3.2 Sifat-Sifat Lateks 44 4.3.3 Terjadinya Pra Koagulasi 44 4.3.4 Mengurangi Pra Koagulasi Pra Penyadapan 45 4.3.5 Mengurangi Pra Koagulasi Saat Penyadapan 46 4.3.6 Pasca Penyadapan 46 4.4 Pengendalian Mutu Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) 47 4.4.1 Tujuan Pengendalian Mutu Pengolahan Sheet 48 4.4.2 Sarana Pengendalian Mutu 48 9 10. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 49 5.1 Kesimpulan 49 5.2 Saran 50 DAFTAR PUSTAKA 51 LAMPIRAN 52 vii vii 10 11. DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 2.1 Luas Areal Per Afdeling 6 2.2 Jumlah Tenaga Kerja Kebun Kendeng Lembu 13 3.1 Jadwal Magang Kerja Industri 15 4.1 Mesin Mangel Six In One Kapasitas 400 kg/ per jam 22 4.2 Klasifikasi Small Bale dan Big Bale 39 11 12. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 52 Lampiran 2. Struktur Organisasi Pabrik Pengolahan Sheet Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 53 Lampiran 3. Diagram Alir Penerimaan Lateks Pada PT. Perkebunan Nusatara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 54 Lampiran 4. Mutu Lateks Stabil dan Labil Pada PT. Perkebunan Nusatara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 55 Lampiran 5. Diagram Alir Proses Pengukuran dan Penggilingan Sampel K.K.K Pada PT. Perkebunan Nusatara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 56 Lampiran 6. Absensi Magang Kerja Industri 58 12 13. 13 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama NIM : D4 110 304 Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan Magang Saya yang berjudul Proses Pengolahan dan Pengendalian Kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir MKI ini. Jember, 03 Juli 201419 Fredy Eka Ardhi Pratama NIM. D4 110 304 13 14. PROSES PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS RSS (RIBBED SMOKED SHEET) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENG LEMBU GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI Fredy Eka Ardhi Pratama1 ) Sumadi2 ) ABSTRAK Magang Kerja Industri (MKI) dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Kabupaten Banyuwangi yang dilaksanakan pada tanggal 10 maret sampai dengan 31 mei tahun 2014. Pelaksanaan magang kerja industri di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dilakukan pada Pabrik Pengolahan Sheet. Judul MKI yang dibahas adalah mengenai Proses Pengolahan Dan Pengendalian Kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) Pada Pabrik Pengolahan Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengolahan dan penanganan mutu lateks sebagai bahan baku utama produk RSS (Ribbed Smoked Sheet) PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu. Kata kunci : Pengolahan Sheet, Pengendalian Kualitas Mutu Lateks, RSS (Ribbed Smoked Sheet) 1) Mahasiswa di Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri 2) Dosen di Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri. 14 15. 15 RINGKASAN Fredy Eka Ardhi Pratama, Proses Pengolahan Sheet Pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu, dibimbing oleh Dr. Drs. Sumadi, MM, Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM, dan Naning Retnowati, S.TP, MP, Jurusan Manajemen Agribisnis Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri Politeknik Negeri Jember, 50 Halaman. Kualitas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, Lateks merupakan bahan baku utama dalam pembuatan produk Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu sehingga perlu diterapkan penanganan yang baik pada proses pengolahannya. Untuk itulah Politeknik Negeri Jember mengadakan magang kerja industri bagi mahasiswanya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan diadakannya MKI ini antara lain, tujuan praktek kerja lapangan ini secara umum adalah memperluas wawasan dan pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai kegiatan perusahaan/istansi yang layak dijadikan tempat PKL, selain itu untuk melatih mahasiswa agar berpikir lebih kritis terhadap perbedaan atau kesenjangan yang dijumpai dilapangan dengan yang diperoleh dibangku kuliah. Kegiatan MKI dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu pada Pabrik Pengolahan Sheet. Hasil dari Magang Kerja Industri ini adalah semua proses atau kegiatan yang berlangsung pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dilakukan berdasarkan prosedur atau Work Instruction yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi. 15 16. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama NIM : D4 110 304 Program Studi : Manajemen Agroindustri Jurusan : Manajemen Agribisnis Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Laporan Tugas MKI saya yang berjudul : PROSES PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS RSS (RIBBED SMOKED SHEET) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KENDENG LEMBU GLENMORE KABUPATEN BANYUWANGI Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jember Pada Tanggal : 03 Juli 2014 Yang menyatakan, 16 17. Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama NIM. : D4 110 304 17 18. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang RSS (Ribbed Smoked Sheet) adalah produk karet alam berupa lembaran- lembaran tipis yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari buluk (jamur), tidak saling melekat, warnanya jernih, tidak bergelembung udara, dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna. Prinsip pengolahan sheet adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran karet kering bergaris (beralur) dan diasap. Proses koagulasi, pengasapan dan penyaringan merupakan suatu bagian yang sangat penting dari pengolahan sheet dan proses tersebut sangat berpengaruh terhadap mutu sheet yang dihasilkan. Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) meliputi proses penerimaan lateks, pengolahan (koagulasi) lateks, penggilingan, pengasapan, sortasi, pengepakan dan pengiriman. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu melakukan kerjasama dengan pihak pelanggan namun hal ini menjadi tanggung jawab dari Direksi, Kebun Kendenglembu hanya akan berkomunikasi dengan pihak Direksi sehingga ditetapkan bahwa yang menjadi pelanggan dari Kebun Kendenglembu yang menjadi lingkup sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 adalah pihak Direksi. Standar yang di implementasikan pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 : 2008. Lingkup penerapan standar internasional Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah pada aktifitas pekerjaan dalam pabrik pembuatan produk RSS (Ribbed Smoked Sheet). Mutu produk PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu sudah diatur dan dibakukan di dalam Fademikum. PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Kebun Kendenglembu dikarenakan seluruh hasil produk di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008, hasil keluarannya sudah dapat diverifikasi dengan pemantauan dalam setiap prosesnya melalui uji petik. Sebagai hasil dari program Magang Kerja Industri (MKI) yang dilaksanakan selama 512 Jam, maka ditulis objek pembahasan mengenai Proses Pengolahan Dan Pengendalian Kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) pada Pabrik Pengolahan 1 19. Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Bannyuwangi. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Beberapa tujuan umum dari penyelenggaraan kegiatan magang kerja industri (MKI) ini adalah sebagai berikut : 1. Menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai kegiatan-kegiatan lokasi Magang Kerja Industri (MKI) secara umum. 2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan pada kegiatan magang di lapangan. 3. Melatih mahasiswa untuk berfikir kritis dalam membandingkan teori-teori yang didapatkan dalam kegiatan perkuliahan dengan keadaan sesungguhnya yang terjadi di dunia kerja. 1.2.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penyelenggaraan kegiatan magang kerja industri (MKI) ini adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari dan menjelaskan mengenai kegiatan yang berlangsung pada Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Bannyuwangi. 2. Berpartisipasi dalam proses kegiatan yang berlangsung di pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Bannyuwangi. 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang Kerja Industri (MKI) Kegiatan Magang Kerja Industri (MKI) dilaksanakan di pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur pada Tanggal 10 Maret 2014 sampai dengan 10 Mei 2014 atau selama 512 jam. 1 20. II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat dan Perkembangannya 2.1.1 Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan status Perseroan Terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) didirikan berdasarkan PP nomor 17 tahun 1996, dituangkan dalam akte notaris Harun Kamil, SH nomor 45 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK nomor C.2.8340 HT.01.01 tanggal 8 Agustus 1996. Akte perubahan Anggaran Dasar perusahaan nomor 62 tanggal 24 Mei 2000 dibuat oleh notaris Justisia Soetandio, SH dan disahkan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia dengan SK No. C.22950 HT 01.04 tahun 2000. Selanjutnya, Akte Notaris Nomor 62 diubah menjadi Akte Nomor 30 Notaris Habib Adjie, SH., M.Hum tanggal 16 Agustus 2008. Berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun dalam pengolahan karet alam yang telah dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) di Kebun Kendenglembu, secara keseluruhan perusahaan mampu menghasilkan berbagai macam jenis produk karet alam (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown crepe, compo crepe thin brown crepe remills, thick blacket ambers, flat bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan off crepe) namun karena dewasa ini pelanggan lebih banyak memesan produk RSS (Ribbed Smoked Sheet) maka saat ini produk yang dihasilkan oleh Kebun Kendenglembu adalah RSS (Ribbed Smoked Sheet). PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) melakukan kerjasama dengan pihak pelanggan namun hal ini menjadi tanggung jawab dari Direksi, Kebun Kendenglembu hanya akan berkomunikasi dengan pihak Direksi sehingga ditetapkan bahwa yang menjadi pelanggan dari Kebun Kendenglembu yang menjadi lingkup sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 adalah pihak Direksi. 2.1.2 Visi dan Misi PT a. Visi Menjadi perusahaan agrobisnis dan agroindustri yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra. 4 21. b. Misi 1. Memproduksi dan memasarkan komoditi utama Karet, Kopi, Teh, Kakao, Gula dan Tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertambahan laba (profit growth). 2. Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai (deliveri value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang ramah lingkungan. 3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. 4. Mengembangkan produk hilir, agrowisata dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan. 5. Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. 6. Bersama petani tebu mendukung program Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan Gula Nasional. 7. Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja. 8. Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab social terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi perusahaan. 9. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan peningkatan kesuburan tanah. 2.2 Lokasi dan Tata Letak PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu berada dalam wilayah 1 tepatnya terletak di desa Karangharjo, kecamatan Glenmore, kabupaten Banyuwangi. Kebun Kendeng Lembu berjarak 10 km dari ibu kota kecamatan Glenmore, Lokasi Kebun Kendeng Lembu berbatasan langsung dengan wilayah : Batas sebelah utara : PT. Perkebunan Nusantara XI (PG. Semboro) Batas sebelah selatan : PT. Perkebunan Nusantara XII Kalirejo (Pagundangan) Batas sebelah barat : Kebun Treblasala (LONSUM) Batas sebelah timur : Hutan Lindung 4 22. Kebun Kendeng Lembu memiliki areal seluas 3.802, 59 ha yang ditanami dua komoditas utama yaitu karet dan kakao edel atau bulk.luas areal tanaman karet ialah 409,37 ha yang berada di afdeling (bagian) Rejosari, Besaran, Kaliputih, dan Kampung Anyar dengan pembagian luas areal per afdeling dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Areal per Afdeling No Nama Afdeling Luas (Ha) 1 Besaran 327,63 2 Rejosari 493,60 3 Kaliputih 412,96 4 Gentengan 342,79 5 Kampung Anyar 807,16 6 Semampir 338,02 7 Pager Gunung 860,55 8 Kampung Baru 219,88 Luas Areal Kebun 3.802,59 Sumber: Kebun Kendeng Lembu, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), 2008 2.3 Keadaan Iklim Kebun Kendeng Lembu berada pada ketinggian 250-150 m dpl dengan kelembaban udara berkisar antara 60-100% dan suhu harian rata-rata antara 22-340 C. Berdasarkan metode Schmidt dan Fergusson, iklim kebun Kendeng Lembu berada pada tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 2000-3200 mm/tahun. 2.3.1 Kondisi Tanah Kebun Kendeng Lembu memiliki jenis tanah regosol, latosol, dan clay humik dengan struktur tanah remah dan bertekstur liat berpasir. Jenis Tanah tersebut mempunyai pH 5,8 - 6,2 dan cocok untuk ditanami karet, kakao dan kopi Robusta. 2.3.2 Hak Guna Usaha Struktur keagrariaan kebun Kendeng Lembu adalah Hak Guna Usaha (HGU) berdasarkan SK. HGU No. 21/HGU/DA/88 tanggal 16 Februari 1998 dengan massa berlaku hingga tanggal 13 Februari 2013. 2.3.3 Budidaya Tanaman 4 23. Kebun Kendeng Lembu membudidayakan tanaman karet, kakao edel, kakao bulk. Kebun Kendeng Lembu memiliki 1 pabrik pengolahan karet dan 1 pengolahan kakao. 2.4 Sarana dan Prasarana Manajer Kebun selalu memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja karena manajer menyadari bahwa keberhasilan suatu pekerjaan bergantung pada kreativitas, kemampuan, dan kedisiplinan seluruh tenaga kerja. Kepedulian manajer terhadap tenaga kerja terwujud dalam : a. Pelayanan Kesehatan Kebun Kendeng Lembu menyediakan balai pengobatan yang bertugas untuk melayani tenaga kerja dalam pemeriksaan kesehatan dan penyediaan obat-obatan. b. Peralatan kerja dan perumahan pekerja Karyawan disediakan sarana bekerja berupa pakaian kerja dan peralatan kerja (baik untuk penyadapan karet maupun untuk pengambilan kakao) serta perumahan pekerja. c. Koperasi pekerja Kebun Kendeng Lembu memiliki koperasi pekerja yang beranggotakan seluruh pekerja Kebun Kendeng Lembu dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pekerja. d. Sarana olah raga dan peribadatan Kebun Kendeng Lembu juga menyediakan sarana olah raga (lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan voli) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan solidaritas para tenaga kerja. Kebun juga menyediakan tempat peribadatan berupa masjid dan memberikan waktu yang cukup bagi tenaga kerja untuk melaksanakn ibadah. 2.5 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 2.5.1 Struktur Organisasi Kebun Kendeng Lembu dipimpin oleh seorang administratur atau manajer. Manajer menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakil Manajer (Sinder Kepala) yang membawahi kepala tata usaha, asisten tanaman, asisten pengolahan, dan mantri kesehatan. Manajer sebagai seorang pimpinan kebun bertanggung jawab atas 4 24. kelancaran semua aktifitas yang terjadi di kebun dngan bantuan dari semua bawahannya. Manajer mempertanggungjawabkan tugas dan kewajibannya kepada Direksi di Surabaya. Assisten Keuangan, Administrasi dan Umum bertugas melaksanakan sistem administrasi kebun. Asisten Tanaman bertanggung jawab atas kelancaran proses penyediaan bahan baku di afdeling. Asisten Teknik dan Pengolahan bertanggung jawab atas kelancaran proses pengolahan, penyimpanan, dan pengiriman. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.5.2 Uraian Pekerjaan 1. Manajer Kebun Membantu Direksi PTPN dengan memimpin unit unit pelaksanaan perusahaan kebun budidaya dengan melaksanakan tugas tugas operasional perusahaan. Tugas : a. Menyusun rencana dan anggaran perusahaan untuk satu tahun periode anggaran perusahaan tahunan PTPN atas dasar ketentuan ketentuan yang ditetapkan oleh Direksi. b. Melaksanakan rencana kerja anggaran perusahaan yang telah disahkan oleh Direksi sesuai dengan jenis pekerjaan/kegiatan dalam bidang tanaman,teknik/pengolahan dan ketatausahaan. c. Melaksanakan sistem jeminan mutu (ISO 9000) bebas kontaminasi terhadap produk budidaya mulai dari bahan baku sampai dengan penyerahaannya di veen yang memenuhi standar spesifikasi teknis dan permintaan konsumen dalam pola manajemen PMT/GKM (Pengendalian Mutu Terpadu/Gugus Kendali Mutu). 2. Wakil Manajer Kebun Tugas : a. Melaksanakan pengawasan operasional terhadap asisten tanaman, asisten teknik dan pengolahan dalam pencapaian produksi, mutu dan rendemen. b. Menghimpun dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan investasi tanaman dan non tanaman. c. Menghimpun dan mengevaluasi laporan produksi dan hama penyakit. 4 25. d. Bersama-sama Manajer Kebun menyusun PPAP,RKAP dan RJP. e. Menghimpun dan mengevaluasi pelaksanaan pemupukan. f. Bersama-sama Manajer Kebun melaksanakan kegiatan diwilayah kerjanya. Tanggungjawab : a. Bersama-sama Manajer Kebun, memimpin, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan b. Bersama-sama Manajer Kebun membina dan mengembangkan SDM yang menjadi tanggung jawabnya. c. Memberikan penilaian kinerja assisten tanaman dan assisten teknik pengolahan. d. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar. 2. Assisten Keuangan, Administrasi dan Umum (ASS.AKU) Tugas : a. Menghipun RKAP dari masing-masing bagian. b. Melaksanakan pengawasan bidang keuangan dan umum dengan mengontrol Laporan Harian. c. Membuat laporan harian. d. Menyusun buku kas. e. Mengirim laporan harian produksi ke UBS (Unit Bisnis Strategis). f. Validasi keabsahan bukti pengeluaran dan penerimaan uang. g. Validasi keabsahan permintaan bahan dan barang masing-masing bagian. h. Stok opname kas,persediaan bahan dan hasil. i. Mengkoplikasikan Kebutuhan dan Membuat permintaan modal kerja sepuluh harian. j. Memeriksa dan mengeluarkan upah karyawan tiap pertengahan dan akhir bulan. k. Menyusun laporan Manajer. l. Mengambil modal kerja ke bank. m. Membayar pajak dan iuran JAMSOSTEK. n. Menghimpun dan membuat PPAP triwulan dan RKAP tahunan. o. Membuat neraca laba /rugi triwulan dan tahunan Tanggung jawab : a. Mengelola administrasi keuangan dan umum kebun. 4 26. b. Merencanakan dan mengusulkan pelatihan teknis karyawan bawahanya. c. Melakukan pembinaan dan pengembangan SDM yang menjadi tanggung jawabnya. d. Melakukan penilaian kinerja karyawannya. e. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar. f. Menentukan keabsahan bukti pengeluaran dan penerimaan uang, bahan dan barang. 3. Sinder Teknik dan Pengolahan (ASS. TEK. POL) Membantu Manajer dengan memimpin bagian teknik untuk kegiatan bidang kerja teknik, pengolahan, mesin, listrik, teknik sipil dan fraksi. Tugas : a. Menyusun dan mengusulkan RKAP bidang teknik/ pengolahan kepada Administratur sesuai pedoman yang telah ditetapkan. b. Menyusun kebutuhan tenaga kerja dan mengupayakan pemenuhannya untuk tugas tugas di bidang teknik/ pengolahan sesuai rasio tenaga kerja yang efektif dan efisien. c. Melaksanakan pekerjaan teknis/ pengolahan, kendaraan, mesin pembangkit, teknik sipil dll, sesuai RKAP dan pedoman yang telah disetujui/ ditetapkan. d. Melaksanakan pengelolaan lingkungan antara lain pembuatan instalasi penanganan limbah. e. Membina, membimbing dan memberikan petunjuk kepada bawahannya di bidang teknik/ pengolahan untuk meningkatkan prestasi kerja di bidang teknik/ pengolahan. f. Menjaga dan memelihara kekayaan perusahaan yang berada di bidang teknik/ pengolahan. g. Menyelenggarakan administrasi di bidang teknik/ pengolahan, absensi karyawan, upah dll secara tertib dan up to date. h. Mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja bawahan di bidang teknik/ pengolahan dan administrasinya serta mengambil langkah langkah perbaikan/ penyempurnaan. i. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh Administratur. Tanggung Jawab : a. Bertanggung jawab terhadap Administratur. 4 27. 4. Assiten Tanaman (ASS. TAN) Membantu Manajer dengan memimpin bagian kebun untuk mengelola budidaya guna menghasilkan produksi sesuai dengan pembakuan kualitas dan kuantitas yang telah ditetapkan. Tugas : a. Mengawasi dan memeriksa pelaksanaan rol karyawan. b. Mendelegasikan tugas kerja harian kepada mantra. c. Mengontrol kesepian kondisi peralatan kerja dan bahan. d. Mengawasi pelaksanaan kerja. e. Menghimpun laporan hasil kerja. f. Memeriksa dan menandatangani laporan harian kerja. g. Mengevaluasi hasil kerja bulanan dibandingkan dengan anggaran. h. Mengajukan permintaan dan membayar upah karyawan. i. Memerikasa dan melaporkan pencapaian hasil pengolahan produksi harian,bulanan dan tahunan. j. Menyusunan RKAP dan RKO bagian Tahunan,PPAP bagian Triwulan Tanggung jawab : a. Mengelola tanaman budidaya sesuai dengan prosedur. b. Mengelola keamanan. c. Mengelola sumberdaya kebun guna tercapainya kuantitas dan kualitas produksi. d. Merencanakan /mengusulkan pelatihan teknis untuk karyawan bawahannnya. e. Melakukan pembinaan dan pengembangan SDM yang menjadi tanggung jawabnya. f. Melakukan penilaian kinerja bawahannya. g. Mnejalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar 2.5.3 Ketenagakerjaan 1. Kepegawaian 4 28. Kebun Kendeng Lembu banyak menyerap tenaga kerja lokal sebagai karyawan bulanan, dan karyawan harian. Semua hal ini mengenai penerimaan dan pengangkatan staf dan karyawan bulanan merupakan wewenang Direksi, sedangkan pengangkatan karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas langsung ditangani oleh manajer kebun. Jumlah tenaga kerja Kebun Kendeng Lembu dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Kerja Kebun Kendeng Lembu No Jenis Golongan Jumlah (orang) 1 Karyawan Staf Pendidikan (Staf) III A IV D 11 2 Karyawan Bulanan Tetap (KBT) I B II D 83 3 Karyawan Harian Tetap (KHT) I A 240 4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 2.575 Jumlah Tenaga Kerja 2.909 Sumber: Kebun Kendeng Lembu, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), 2008 2. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Semua karyawan dimasukkan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jamsostek tersebut meliputi jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JK), dan jaminan hari tua (JHT). 4 29. III. KEGIATAN DI LOKASI MAGANG KERJA INDUSTRI 3.1 Tahapan-Tahapan Kegiatan Adapun tahapan-tahapan kegiatan Magang Kerja Industri di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore-Banyuwangi adalah sebagai berikut ; 1. Pengenalan Perusahaan Kegiatan pertama saat pelaksanaan magang yaitu pengenalan lokasi magang dan gambaran umum alur proses produksi karet Sheet di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu yang disampaikan oleh pembimbing lapang ASS. TEK. POL (M. Chusnur Rofiq S.TP) 2. Pelaksanaan Magang Pelaksanaan kegiatan Magang Kerja Industri diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu proses produksi di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu, kegiatan Magang Kerja Industri dilaksanakan mulai tanggal 10 Maret sampai dengan 31 Mei 2014 selama 512 jam. Tahapan kegiatan di lokasi magang dapat dilihat pada jadwal berikut ini: Tabel 3.1 Jadwal Magang Kerja Industri : No Kegiatan Fasilitator Time 1 Observasi lingkungan pabrik pengolahan sheet ASS. TEK. POL Bapak M.Chusnur Rofiq, S.TP 10 Maret 2014 2 Proses pengadaan bahan baku lateks Staff Kontrol Produksi Bapak Joko Indarjo 11 Maret s/d 10 Mei 2014 3 Proses penerimaan bahan baku lateks Mandor Pengolahan Bapak Giri Santoso dan Bapak Bahuri 11 Maret s/d 10 Mei 2014 4 Proses pengenceran lateks pada bak pembekuan Mandor Besar Pabrik Bapak Munasid dan Mandor Pengolahan Bapak Giri Santoso Bapak Bahuri 11 Maret s/d 10 Mei 2014 5 Proses pembekuan lateks Mandor Pengolahan Bapak Giri Santoso dan Bapak Bahuri 11 Maret s/d 10 Mei 2014 6 Proses penggilingan lateks menggunakan mesin mangel six in one Mandor Pengolahan Bapak Giri Santoso dan Bapak Bahuri 11 Maret s/d 10 Mei 2014 7 Proses pengasapan Mandor Pengolahan Bapak Giri Santoso dan 11 Maret s/d 10 Mei 2014 14 30. Bapak Bahuri 8 Proses sortasi Mandor Sortasi Ibu Sumiarsih 11 Maret s/d 10 Mei 2014 9 Evaluasi ASS. TEK. POL Bapak M.Chusnur Rofiq, S.TP 12 Mei 2014 3.2 Hasil Kegiatan 3.2.1 Kegiatan Proses Produksi RSS (Ribbed Smoked Sheet) 1. Observasi Proses pengenalan awal sebelum proses Magang Kerja Industri (MKI) dilakukan. Pengarahan ini menjelaskan tentang aturan-aturan yang berlaku pada pabrik pengolahan karet dan kakao di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu, sejarah perusahaan, pengenalan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dan penentuan jadwal penempatan kegiatan Magang Kerja Industri (MKI). 2. Pengadaan Bahan Baku Lateks Bahan baku yang di peroleh dihasilkan oleh perkebunan itu sendiri dengan pembagian beberapa afdeling yang menjadi penyedia bahan baku. Lateks diperoleh dari hasil sadap per afdeling. 3. Penerimaan Bahan Baku Lateks Bahan baku diperoleh dari setiap afdeling dengan proses penerimaan sebagai berikut : a. Pemisahan mutu latek antara super dan infer (lump bubur, mangkok, scrap). b. Penimbangan latex infer (lump bubur, mangkok, scrap) c. Pengukuran latex stabil d. Pengambilan sampel K.K.K (kadar karet kering) 4. Pengenceran dan Pembekuan Lateks Setelah pengujian K3, maka dapat menentukan penggunaan air yang dipakai untuk pengenceran latex. Setelah penggunaan air ditentukan dan dimasukkan dalam bak koagulasi maka lateks dari bak penampung dialirkan kedalam bak koagulasi sehingga terjadilah proses pengenceran dan gelembung gelembung yang terdapat diatas permukaan lateks dibersihkan dengan menggunakan lerop (alat pengambil busa pada bak koagulum). Perbandingan antara lateks dan air harus diperlakukan dengan tepat dan teliti. Pembekuan dilakukan dengan 14 31. penambahan Asam Semut yang diencerkan terlebih dahulu. kemudian dilakukan pengadukan 8 kali secara bolak balik hingga merata. Setelah itu gelembung -gelembung yang terdapat diatas permukaan lateks dibersihkan dengan menggunakan lerop. Kemudian secepat mungkin dipasang tussen schott (pembatas slab dengan ketebalan awal 5 cm) untuk menghindari pembekuan lebih awal, dan ditunggu 2-3 jam. Penggunaan asam semut harus benar benar tepat, karena mengingat apabila kelebihan asam semut maka karet yang dihasilkan akan mudah putus dan keras. Sedangkan apabila kekurangan asam semut maka lembaran karet menjadi terlalu lunak. 5. Proses Penggilingan Lateks Proses penggilingan merupakan lanjutan dari proses pengolahan. Dalam proses penggilingan ini lateks yang telah menggumpal atau disebut koagulum (slab) digiling menjadi lembaran sheet dengan ketebalan akhir 0,3 mm. Peralatan yang dipakai adalah mesin giling dengan enam rol penggiling mangel six in one yang salah satu printer sebagai identitas produk tersebut. Cara kerja alat ini adalah semakin maju rol penggiling akan menghasilkan lembaran yang semakin tipis. 6. Proses Pengasapan Proses pengasapan adalah proses pengubahan lembaran sheet yang baru selesai digiling menjadi lembaran karet berwarna coklat. Sesuai dengan namanya yaitu proses pengasapan, maka dalam proses ini sangat dibutuhkan asap. Asap ini diperoleh dari pembakaran kayu bakar melalui tungku bakar dan dilewatkan ventilasi ventilasi asap. Dan asap asap inilah yang akan mengubah warna sheet yang semula putih menjadi coklat. Dalam proses pengasapan juga sangat memperhatikan suhu yang dipakai untuk membuat matang lembaran lembaran sheet tersebut dengan waktu pengasapan selama 6 hari. 7. Proses Sortasi Proses sortasi merupakan proses pemisahan lembaran-lembaran sheet berdasarkan mutu atau kualitasnya. Pemisahan lembaran sheet ini dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan ketentuan perusahaan yang telah dibuat. Kelompok atau golongan tersebut adalah golongan RSS 1, RSS 2, RSS 3. Selain 14 32. itu untuk potongan potongan karet Cutting B. Dalam proses sortasi ini lembaran karet yang telah diturunkan dari kamar asap dibawa ke ruang sortir dengan cara lembaran karet yang bertumpukandipisahkan satu persatu,setelah itu karet yang terdapat gelembung-gelembung digunting agar dapat masuk dalam RSS I dan yang terdapat gelembung banyak dapat masuk dalam RSS III. Sedangkan yang berupa potongan potongan karet akan masuk dalam Cutting. 14 33. IV. PEMBAHASAN 4.1 Uraian Tahapan Kegiatan Prinsip pengolahan sheet adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran karet kering bergaris (beralur) dan diasap. Proses koagulasi, pengasapan dan penyaringan merupakan suatu bagian yang sangat penting dari pengolahan sheet dan proses tersebut sangat berpengaruh terhadap mutu sheet yang dihasilkan. Flow Diagram Alir Proses Pengolahan Karet RSS, adalah sebagai berikut : 4.1.1 Proses Penerimaan Lateks 18 34. Penerimaan lateks merupakan tahap awal dari proses pengolahan karet sheet. Penerimaan lateks di Pabrik Kendeng Lembu dipisahkan per afdeling per tahun tanam. Mekanisme penerimaan lateks sebagai berikut : 1. Lateks dari truk diturunkan dan dikumpulkan tiap afdeling per tahun tanam. 2. Pisahkan bowl dari jenis mutu superior dan inferior. 3. Pada latek inferior atau lump lakukan penimbangan dan catat pengirimam lump dari per afdeling per tahun tanam yang diterima pada pabrik. Kriteria mutu inferior atau lump dapat dibedakan sebagai berikut : a. Lump Mangkok adalah Lateks yang mengalami pembekuan pada mangkok sadap. b. Lump Scrap adalah Lateks yang mengalami pembekuan pada alur bidang sadap. c. Lump Getah Tanah adalah Lateks yang terjatuh ke tanah dan mengalami pembekuan. 4. Pada lateks superior buka penutup bowl lateks. 5. Masukkan telapak tangan kedalaman lateks untuk mengetahui kondisi lateks seperti berikut : a. Lateks stabil (normal) apabila lateks yang menempel di telapak tangan tidak terdapat gumpalan baik kecil maupun besar. b. Latek labil (sudah membentuk prakoagulasi) apabila di telapak tangan terdapat bintik-bintik gumpalan lateks dalam jumlah banyak. 6. Pisahkan antara Lateks stabil (normal) dengan Latek labil (sudah membentuk prakoagulasi). 7. Pengukuran lateks yang stabil pada bowl dengan menggunakan penggaris ukur yang sudah dikonversikan ke dalam cm dengan perhitungan 1 cm = 28 liter latek. 8. Ambil sampel dengan jumlah 100 cc dengan gelas ukur dari per afdeling per tahun tanam untuk mengetahui K.K.K (Kadar Kering Karet) yang diperoleh. Dalam pengukuran K.K.K (Kadar Kering Karet) adapun mekanismenya sebagai berikut : a. Ambil 100 cc lateks per afdeling per tahun tanam dengan gelas ukur. b. Pindahkan contoh lateks dari gelas ukur ke dalam mangkok sadap alumunium. 18 35. c. Tambahkan asam semut secukupnya. d. Taruh mangkok sadap alumunium ke atas mesin pemanas. e. Setelah latek menjadi koagulum giling sebanyak 20 x pada mesin penggiling hingga mencapai ketebalan 0,3 mm. f. Keringkan lembaran tipis koagulum dengan menghamparkan diatas kain lap. g. Timbang lembaran tipis koagulum dan catat sebagai berat basah h. Hitung K.K.K (kadar Kering Karet) dengan rumus : Penentuan FP (Faktor Pengering) dilakukan dengan uji petik setiap 1 minggu sekali. Uji petik dilakukan pada lateks setiap afdeling per tahun tanam. Lateks per afdeling per tahun tanam disampling 100 cc, dibekukan dan digiling 20 x hingga ketebalan 0,3 mm. Kemudian contoh lembaran koagulum basah dilap dengan kain dan ditimbang beratnya, setelah itu dicatat sebagai berat contoh basah. Lembaran contoh selanjutnya dikeringkan selama 6 hari di pengasapan dan ditimbang sebagai berat contoh kering. Faktor pengering merupakan rata-rata angka faktor pengering per afdeling per tahun tanam. Rumus untuk mencari faktor pengering adalah sebgai berikut : 4.1.2 Proses Pengolahan Lateks Berdasarkan penentuan K.K.K ini dapat ditentukan taksasi (taksiran) berat kering yang dihasilkan, mengukur banyaknya air pengencer yang digunakan dalam pengenceran lateks. Lateks yang telah diukur volume dan K.K.K nya tersebut telah siap untuk diolah. Pemberian air yang dialirkan ke dalam bak koagulum disaring terlebih dahulu menggunakan saringan 80-120 mesh yang dilapisi kain blaco, jumlah air yang dibutuhkan sesuai perhitungan yang ditetapkan. Lateks kemudian diukur volumenya. Setelah lateks disaring dan masuk di bak penerimaan, lateks kemudian dimasukkan kedalam bak pengukuran untuk di ukur volumenya. Pengukuran lateks pada bak koagulum dilakukan oleh mandor pengolahan dan disaksikan oleh mandor kebun bagian afdeling. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris yang sudah 18 36. terkonversi dalam liter dengan perhitungan dalam 1 cm membutuhkan 28 liter baik air maupun latek. Sedangkan volume bak koagulum ketinggian 26 cm (air + lateks) atau 728 liter. Sebelum dicampur dengan asam semut dimasukkan kedalam bak koagulum secara merata dari ujung ke ujung dengan arah yang berlawanan. Lakukan pengadukan sebanyak 6 kali (3 kali ditarik 3 kali dorong) tanpa terlalu menggerakkan permukaan lateks. Pemberian asam semut 2,5 % dengan takaran 4,5 cc/ kg kering dimana nilai tersebut diharapkan dapat mencapai Titik Isoelektrik untuk penggumpalan lateks (pH= 4,5 - 4,8). Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif. Kemudian buang busa dengan hati-hati dipermukaan lateks dengan menggunakan alat pengumpul busa dan saput busa yang diikuti dengan pemasangan tussen schott. Kemudian bak koagulum ditutup dengan plastik untuk mencegah kontaminasi debu atau serangga. 4.1.3 Proses Penggilingan Proses pembekuan lateks pada bak pembekuan dilakukan 2 jam. Setelah itu dilakukan penambahan air kedalam bak koagulasi sampai terendam dengan tujuan mempercepat proses pengerutan sehigga hasil bekuan tidak melekat pada saat dikeluarkan serta mencegah oksidasi. Kemudian tussen schott dibuka untuk kemudian hasil bekuan digiling. Mesin penggilingan yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah Mesin Mangel (Six In One). Proses penggilingan dapat dilakukan dengan mengeluarkan hasil bekuan (Slab) dari bak 18 37. koagulum yang kemudian ditaruh pada talang penyalur bekuan yang berisi air guna mempermudah penyaluran bekuan (slab) ke mesin penggilingan mesin mangel (six in one). Lateks yang beku tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sheet mangel secara teratur dan dijaga agar slab dari rol ke rol tidak rusak. Pemasukkan bekuan (slab) ke dalam sheet mangel rol pertama harus menipiskan bagian ujung depan slab secara merata. Tabel 4.1 Mesin Mangel Six In One Kapasitas 400 kg/per jam Rol Ke-1 6,4 mm 42 rpm (Revolutions Per Minute) Rol Ke-2 3,2 mm 48 rpm (Revolutions Per Minute) Rol Ke-3 1,8 mm 53 rpm (Revolutions Per Minute) Rol Ke-4 1,3 mm 57 rpm (Revolutions Per Minute) Rol Ke-5 0,8 mm 63 rpm (Revolutions Per Minute) Rol Ke-6 0,3 mm 63 rpm (Revolutions Per Minute) Slab yang keluar dari mangel langsung dimasukkan ke bak air dengan maksut membersihkan sisa asam, sisa serum, dan kotoran yang menempel selama penggilingan. Usahakan slab yang keluar dari mesin mangel six in one tidak ditarik agar slab tidak pecak dan rusak. 4.1.4 Proses Pengasapan Pengasapan sheet dilakukan selama 6 hari, dengan suhu yang digunakan sebagai berikut : a. Hari Ke-1 : 40 - 45C b. Hari Ke-2 : 45 - 50C c. Hari Ke-3 : 50 - 55C d. Hari Ke-4 : 55 - 60C e. Hari Ke-5 : 60C f. Hari Ke-6 : Penurunan Ruangan pengasapan harus dalam keadaan bersih baik dari debu maupun serpihan kayu. Sedangkan untuk glantang selesai digunakan harus dicuci dan disemprot dengan formalin 2% untuk mencegah jamur. 18 38. 4.1.5 Proses Sortasi Sheet yang turun dari ruang pengasapan ditimbang per afdeling per tahun tanam lalu masuk ke ruang sortasi dan diletakkan dalam meja turun pengasapan, disini sheet dipotong jadi 2 bagian dengan maksud mempermudah proses sortasi. Jika ditemukan jamur dan kotoran lainnya maka sheet dibersihkan terlebih dahulu dengan cara menyikatnya menggunakan larutan formalin. Setelah itu sheet dibawa kemeja siap sortir. Sheet kemudian disortir dimeja kaca untuk menentukan kualitas mutu sheet (RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting). Meja sortasi ini merupakan meja yang dibagian atasnya terbuat dari kaca bening yang tembus pandang. Di bagian bawah kaca terdapat lampu sebagai alat penerangan saat pengamatan lembaran sheet. Pada meja ini juga terdapat standart contoh RSS 1, RSS 2, RSS 3 yang digunakan sebagai pedoman dan pelaksanaan sortasi. Sheet yang akan disortasi diletakkan pada kaca ini, kemudian lampu dihidupkan agar pengamatan sheet jadi jelas. Pisahkan sheet menurut standart mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3. Gunakan peralatan untuk membersihkan atau memotong bagian sheet yang tidak memenuhi syarat mutu tertentu selama sortasi. Potongan-potongan bagian sheet yang tidak memenuhi syarat ini akan menjadi Mutu Cutting. Sheet yang telah disortasi daan dikelompokkan mutunya kemudian dibawa ke ruang pengasapan untuk dikemas, baik dalam bentuk big bale dan small bale. Klasifikasi mutu RSS (Ribbed Smoked Sheet) adalah sebagai berikut : a. Mutu RSS 1 1. Bebas jamur (bintik-bintik jamur). 2. Kering, bersih (bebas benda asing), kekar, kondisi baik dan tidak mengandung cacat. 3. Bebas dari kotoran bintik-bintik atau garis-garis karena oksidasi. 4. Tidak lembek (tacky), tidak over smoke, tidak buram, tidak hangus. 5. Masak optimal (tidak boleh kurang masak) b. Mutu RSS 2 1. Bebas jamur (bintik-bintik jamur). 2. Kering, bersih (bebas benda asing), kekar, kondisi baik dan tidak mengandung cacat. 18 39. 3. Boleh ada gelembung udara kecil dan noda-noda kecil. 4. Tidak lembek (tacky), tidak over smoke, tidak buram, tidak hangus. 5. Masak optimal (tidak boleh kurang masak) c. Mutu RSS 3 1. Bebas jamur (bintik-bintik jamur). 2. Kering, bersih (bebas benda asing), kekar, kondisi baik dan tidak mengandung cacat. 3. Boleh ada sedikit cacat warna, gelembung udara kecil dan noda-noda kecil. 4. Tidak lembek (tacky), tidak over smoke, tidak buram, tidak hangus. 5. Masak optimal (tidak boleh kurang masak) 4.1.6 Pengemasan Terdapat dua macam pengemasan, yaitu dalam bentuk small bale dan big bale. Untuk RSS 1 pengemasan dilakukan secara big bale dan small bale, sedangkan untuk mutu RSS 2, dan RSS 3 dan Cutting hanya menggunakan pengemasan big bale. a. Pengemasan Big Bale Sheet hasil sortasi ditata dalam kotak alumunium kemudian ditimbang hingga beratnya mencapai 113 kg. selanjutnya bandela dipress selama 5 menit, kemudian dipasang begel untuk menahan bandela agar tidak berubah bentuknya. Pembegelan dilakukan selama 24 jam. Bandela yang sudah dibegel selanjutnya dibungkus dengan lembaran sheet pembungkus kemudian dilakukan pelaburan dan penyablonan. Ukuran big bale 60 x 48 x 48 cm dengan berat 113 kg. b. Pengemasan Small Bale RSS 1 hasil sortasi ditata dalam kotak alumunium kemudian ditimbang sebanyak 33,33 kg. selanjutnya dilakukan pembungkusan pada sheet menggunakan plastik bening dan ujung plastik ditutup menggunakan mesin sealer. Selanjutnya tiga buah bandela small bale dalam kemasan plastik ditumpuk dan dipress selama 5 menit, kemudian pasang begel untuk menahan bandela agar tidak berubah bentuknya. Pembegelan dilakukan selama 24 jam. Terdapat tiga macam ukuran pengemasan small bale yaitu MB 3, MB 4, dan MB 5. Ukuran small bale ini untuk MB 3 ialah 62 x 30 x 18 40. 20 cm, untuk MB 4 ialah 68 x 32 x 18 dan MB 5 ialah 71 x 36 x 16 cm, masing- masing dengan berat 33,33 kg. Alir proses kerja pengepresan adalah sebagai berikut : 1. Siapkan bungkus sesuai mutu 2. Timbang susunan sheet hasil pengepakan dan bungkusnya 3. Siapkan alas dumpal press bagian bawah & taburi dgn powder 4. Letakkan sheet hasil pengepakan seberat 113 kg & taburi dgn powder 5. Pasang dumpal bagian atas 6. Lakukan pengepresan 7. Pasang begel penahan pada bandela 8. Angkut bandela ke tempat penyimpanan 9. Hasil pres ditahan 24 jam 10. Buka begel dan lakukan pembungkusan 11. Labur bandel 12. Penyablonan bandela 13. Letakkan bandela di gudang siap kirim (ready stock) sesuai mutu RSS 4.1.7 Pelaburan Pelaburan dilakukan pada semua sisi bale dengan pelaburan sisi bagian bawah dilakukan setelah laburan sisi kanan, kiri dan atas mongering. Bahan yang digunakan untuk proses pelaburan terdiri dari : a. Minyak tanah 60 liter. b. Arpus 750 gr c. Talk 25 kg d. Lateks 5 liter Setelah dilabur mengering selanjutnya dilakukan penyablonan. Setelah semua bandela dilabur dan disablon kemudian dilakukan pencatatn jumlah bandela per masing- masing jenis mutunya, lalu bandela tersebut disimpan digudang untuk menunggu pengiriman. Penyimpanan bandela hanya diperbolehkan maksimum dua tumpukan bandela. Setelah bandela mencukupi satu chop (50 bandela untuk mutu RSS (Ribbed Smoked Sheet) 1 dan 10 bandela untuk mutu lokal) segera pindahkan ke gudang siap 18 41. kirim (ready stock). Bandela-bandela tersebut ditempatkan di atas alas yang terbuat dari papan yang dilapisi dengan terpal dan ditutup dengan plastik sheet yang bertujuan menghindari kontaminasi dan menjaga kadar air bandela. Alir proses pengemasan RSS (Ribbed Smoked Sheet) ukuran Big Bale sebagai berikut: 1. Labur RSS yang sudah dipress dan dibegel dengan ukuran big bale (berat 113 Kg) 2. RSS ukuran big bale yang sudah dilabur dibiarkan kering. 3. Sesudah kering, RSS diberi kode produksi dengan cara disablon dengan pengkodean sebagai berikut : a. RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan cutting (berdasarkan grade mutu). b. PTPN XII (diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara XII ) c. Kode 26 R. 2014 (26 R = Kode Kebun, 2014 = Tahun Produksi) d. Berat = 113 kg e. Estate Indonesia. 4.2 Uraian Hasil Kegiatan 4.2.1 Proses Pengolahan Karet Kebun Kendeng Lembu Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang menghasilkan lump atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Untuk mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun sangat diperlukan, terlebih jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh. Lateks yang mengalami prakoagulasi dan lump (lateks yang telah membeku). Beberapa hal yang menyebabkan prakoagulasi pada lateks di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu antara lain : 1. Iklim Pada musim panas, suhu udara sekitar menjadi panas. Hal ini akan mengakibatkan gerakan brown dari partikel karet dan akan terjadi benturan hingga kestabilan koloidnya rusak atau pecah yang mengakibatkan prakoagulasi. Pada musim Penghujan air hujan membawa zat penyamak berupa kotoran dan garam yang larut dikulit batang. Reaksi dengan air hujan dengan pH di bawah 7 mendorong pH lateks mendekati titik iso elektris (pH 4,7) dimana akan terjadi pembekuan sebagian atau menjadi bubur. 2. Pengangkutan 18 42. Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh dari afdeling menuju pabrik pengolahan Kendeng Lembu menyebabkan lateks baru tiba pada siang hari dan sempat terkena sinar matahari sehingga menggangu kestabilan lateks. Serta jalan yang rusak dapat mengguncang-guncangkan lateks hal ini mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloid. Zat yang digunakan dalam mencegah prakoagulasi disebut dengan zat antikoagulan. Syarat zat antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH didalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks sehingga kestabilan dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan. Penggunaan bahan ini harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi pengolahan pabrik agar hasilnya maksimal. Jenis zat antikoagulan yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah sebagai berikut : 1. Amonia (NH3) Zat anti koagulan ini termasuk jenis zat yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dalam mencegah prakoagulasi. Zat antikoagulan atau ammonia berfungsi sebagai berikut : a. Disinfektan sehingga dapat membunuh bakteri. b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan pH lateks 6,5 7,0 c. Mengurangi konsentrasi logam. Takaran dosis yang ditentukan pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu dalam mencegah prakoagulasi dengan konsentrasi 2,5 % per liter latek atau 12 cc per liter lateks. 4.2.2 Proses Penerimaan Lateks Tujuan penerimaan lateks adalah untuk mengetahui mutu lateks yang dikirim dari afdeling serta jumlah lateks yang diterima pabrik dari afdeling. Dalam penerimaan lateks yang perlu dilakukan adalah memisahkan mutu lateks superior dan inferior, mengukur volume lateks superior dan inferior, menimbang berat lump yang diterima pabrik. Latek yang dikirim dari afdeling diterima oleh mandor penerimaan Pengolahan Karet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu kemudian dicek 18 43. kondisinya. Apabila lateks sudah mengalami prakoagulasi lateks disendirikan atau dipisahkan guna mencegah terjadinya kerusakan pada lateks yang lain. Alasan pemisahan mutu lateks superior dan inferior karena mutu lateks yang inferior dapat merusak mutu lateks superior apabila tercampur dalam satu bowl atau dalam bak penerimaan dan untuk dapat menjadi sheet yang bermutu RSS 1 membutuhkan penanganan yang ekstra (proses bertingkat). Pemasukkan lateks ke dalam bak pembekuan melewati saringan 20 mesh dengan atujuan untuk mencegah kotoran, daun, ranting, pasir atau benda lain terikut lateks ke dalam bak koagulum. Lateks yang terkumpul dalam bak pembekuan selanjutnya dilakukan pengukuran volume lateks untuk mengetahui jumlah lateks yang diterima pabrik, kemudian diambil sampel K.K.K. Pengambilan K.K.K bertujuan sebagai taksasi kering lembaran karet (sheet) serta menentukan volume air yang digunakan untuk proses pengenceran lateks pada bak pembekuan. Tujuan pengukuran volume lateks adalah untuk mengetahui total penerimaan lateks yang diterima pabrik pada hari tersebut dari afdeling per tahun tanam sehingga dapat diketahui produktivitas karet kering dari tanaman per tahun per afdeling. Titik kritis dalam proses pengukuran volume lateks berada pada alat pengukur biasanya berupa penggaris yang dikalibrasi dengan bak pembekuan. Penggaris ini perlu dikalibrasi setiap 6 bulan sekali untuk meminimalkan kerugian pabrik dalam menentukan taksasi karet kering yang dihasilkan per hari, perawatan bak penampung dengan cara membersihkan dinding bak setiap hari dan memperbaiki bagian dinding yang berlubang. Tujuan pengukuran kadar karet kering pada bak pembekuan adalah untuk menentukan taksasi kering karet sheet yang dihasilkan dan menentukan jumlah liter air yang ditambahkan pada lateks di bak koagulasi saat proses pengenceran lateks. Titik kritis dalam pengukuran kadar karet kering berupa pengambilan sample 100 cc lateks harus tepat (tidak ada busa yang terikut), jumlah penggilingan contoh lateks beku, penimbangan sample sheet basah dan penentuan faktor pengering yang jadi pengali berat basah. Pengambilan sample menggunakan canting yang telah dikalibrasi menjadi sangat vital apabila ternyata volume lateks yang diambil lebih dari 100 cc 18 44. yang berakibat pada tingginya nilai kadar karet kering, penggilingan yang berlebih dapat mengakibatkan berat sample sheet basah tidak konstan. Penggunaan timbangan yang telah ditera ulang oleh DISPERINDAG menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan nilai upah yang akan dibayarkan kepada penyadap dan penentuan faktor pengering setiap 10 hari sekali untuk meminimalkan selisih perhitungan KKK dengan saat penurunan sheet setelah pengasapan. Titik kritis dalam proses penerimaan adalah pada penanganan penerimaan lateks dari kebun, penyaringan lateks, pelaksanaan uji K.K.K, pengukuran Faktor Pengering dengan konsisten, dan kebersihan air yang digunakan unruk pengolahan. Mutu lateks yang superior dan inferior harus segera dipisahkan. Standart penerimaan bahan baku adalah 95% superior dan 5% inferior, penggunaan saringan 20 mesh untuk menyaring kotoran pada saat proses ngolot sebelum lateks dimasukkan ke dalam bowl. 4.2.3 Proses Pengenceran Lateks Tujuan pengenceran lateks sebelum dibekukan adalah untuk mendapatkan lembaran sheet yang seragam tiap baknya, mendapatkan nilai kadar karet kering lateks tiap bak koagulum sesuai dengan yang diharapkan. Alasan dilakukan pengenceran adalah untuk memudahkan terbentuknya slab dengan kadar karet kering sesuai harapan serta pengenceran lateks bertujuan untuk menurunkan kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang diperlukan dalam pembuatan sheet yaitu sebesar 11% - 14 %, untuk pemakaian pengenceran di Pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu sesuai dengan kondisi atau musim. Dalam pelaksanaan Proses Pengolahannya Pabrik Pengolahan Karet Kebun Kendeng Lembu menyusun tabel konversi kebutuhan air pengenceran dalam satuan centimeter sesuai dengan nilai KKK lateks. Dengan dimensi bak pembekuan sebagai berikut : a. Volume bak pembekuan Panjang 305 cm x Tinggi 92 cm b. Standart volume bak pembekuan dalam liter sebesar 728 Liter (air + latek) c. Estimasi Kg Sheet Kering sebesar 90 kg d. Standart tinggi bak pembekuan 26 cm setara dengan 1 cm = 28 liter (air + latek) per centimeter. 18 45. Titik kritis dalam tahap pengenceran adalah kebersihan air dan ketepatan penggunaan air yang dibutuhkan sesuai perhitungan yang ditetapkan. Alasan penggunaan saringan 30 mesh dan 40 mesh untuk mencegah kotoran, ranting ataupun benda lain tercampur ke dalam lateks yang akan dibekukan, bahan saringan dan bak koagulasi dari alumunium untuk mencegah timbulnya karat dan reaksi oksidasi antara lateks dengan barang berbahan besi atau seng, pengadukan harus homogen agar antara lateks dan air. 4.2.4 Proses Pembekuan Lateks Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks supaya menjadi satu gumpalan dalam koagulum. Untuk membuat koagulum ini lateks perlu diberi zat asam semut. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai pH 6,5 7,0. Untuk memcegah terjadinya prakoagulasi, pH yang mendekati netral tersebut harus diturunkan sampai pH 4,2 4,7. Pada proses penurunan pH lateks mendekati titik isoelektris atau keseimbangan muatan listrik pada permukaan partikel-partikel karet, sehingga partikel-partikel karet tersebut dapat menggumpal menjadi satu. Penambahan asam semut harus sesuai dengan kebutuhan. Asam semut yang berlebihan akan menyebabkan hasil bekuan yang terlalu keras menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses selanjutnya yaitu sukar digiling, pengeringan menjadi lebih lambat, dan warna sheet lebih muda karena kurangnya pewarnaan oleh asap. Dan sebaliknya apabila bekuan terlalu lembek kan menyebabkan sobek pada waktu proses penggilingan dan menjadi lebih panjang atau molor pada saat proses pengasapan. Pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu penggunaan konsentrasi asam semut adalah 2,5 % dengan taksasi kering dalam 1 kg sheet membutuhkan 4,5 cc per kg kering. Alasan digunakan asam semut sebagai bahan koagulum karena asam semut dapat larut sempurna dengan air dan sedikit larut dalam benzene dan merupakan asam terkuat dari seri homolog gugus karboksilat. Setelah ditambahkan asama semut, maka campuran lateks, air dan asam semut diaduk agar homogen ( 8 kali pengadukan dalam arti 1 kali tarik 1 kali dorong 4 kali ulangan). Pengadukan harus hati-hati tanpa terlalu menggerakkan permukaan lateks. Setelah proses homogenisasi (pengadukan), segera 18 46. dilakukan pembersihan busa dan gelembung udara dalam bak pembekuan dengan saringan kurungan. Pembersihan harus dilakukan semaksimal mungkin. Busa dan gelembung udara yang tertinggal dalam bak pembekuan berpotensi terperangkap dalam bekuan dan dapat menurunkan mutu produk. Pembekuan dilakukan selama 2 - 3 jam, setelah menjadi hasil bekuan (slab) yang terbentuk dialiri dengan air dengan tujuan hasil bekuan (slab) tidak melekat satu dengan yang lain dan mencegah oksidasi. Setelah itu Tussen Schott harus dibersihkan terlebih dahulu agar slab tidak lengket satu sama lain. Setelah bersih, segera dilakukan pemasangan Tussen Schott / sekat. Tussen Schott berguna untuk membentuk bekuan (koagulum) menjadi lembaran (slab) dengan ketebalan 3 3,5 cm. Pemasangan tussen schot harus dilakukan dengan cepat dan tepat pada alur yang telah dibuat dalam bak pembekuan. Kekurang tepatan pemasangan tussen schot berdampak pada terbentuknya slab dengan ketebalan yang tidak sama. Hal ini berpengaruh pada proses giling dan dapat mempengaruhi pada mutu sheet kering yang dihasilkan. Dalam proses pembekuan penutupan bak pembeku sangat berpengaruh pada kontaminasi benda asing seperti debu, kotoran besi, kayu, kap atap seng, dll sehingga dapat menurunkan mutu RSS 1 yang dihasilkan oleh Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu. Pemasangan Tussen Schott dilakukan dari tengah agar ukuran tinggi slab bisa merata. Apabila dilakukan dari pinggir, maka kemungkinan ukuran slab pada akhir sekat Tussen Schott pada bak koagulum akan tinggi. Selain ketepatan pemasangan tussen schot, kualitas koagulum (slab) juga dipengaruhi oleh lama waktu pembekuan dan jumlah koagulan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kekerasan koagulum sebagai berikut : 1. Asam semut yang dipakai semakin banyak maka koagulum semakin keras. 2. K.K.K pengenceran yang tinggi semakin keras koagulum yang dihasilkan. 3. Semakin lama waktu pembekuan dapat mengakibatkan koagulum semakin keras. 18 47. Beberapa akibat yang akan timbul apabila hasil bekuan terlalu keras berupa slab sulit digiling, sulit dalam pencetakan pola pada sheet, pengeringan menjadi lebih lambat dan warna sheet lebih muda akibat dari pewarnaan oleh asap kurang. Sedangkan apabila hasil bekuan terlalu lembek akan berakibat slab pada saat digiling mudah sobek atau terkoyak dan terjadi penambahan panjang (molor) pada saat pengeringan atau pengasapan. Guna mencegah terjadinya kontaminasi, setelah pemasangan tussen schot maka bak pembekuan ditutup dengan plastik. Titik kritis dalam proses pembekuan lateks yang perlu diperhatikan untuk memperoleh mutu yang diharapkan adalah pada penanganan proses pembekuan dalam hal pengenceran lateks, pengadukan lateks, ketepatan takaran dosis pemeberian asam semut dan bebas dari busa. 4.2.5 Proses Penggilingan Lateks Menggunakan Mesin Six In One Tujuan penggilingan pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah untuk mengeluarkan sebagian air pada bekuan dengan adanya pengepresan (tekanan) dari roll sheet mangel yang akan mempercepat pengeringan, memperluas bidang permukaan sheet dengan menipiskannya, menyeragamkan mutu lembaran sheet dengan pembentukan alur dan pemberian identitas kebun yang memproduksi lembaran sheet. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penggilingan antara lain: 1. Kecepatan gilingan Apabila kecepatan gilingan tinggi maka akan menyebabkan lembaran sheet mudah robek sedangkan kecepatan gilingan rendah dapat menurunkan kapasitas produksi sheet. Berikut kecepatan gilingan yang optimum pada sheet mangel six in one yang ada di Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu: 1. Gilingan 1 : 42 rpm (Revolutions Per Minute) 2. Gilingan 2 : 48 rpm (Revolutions Per Minute) 3. Gilingan 3 : 53 rpm (Revolutions Per Minute) 4. Gilingan 4 : 57 rpm (Revolutions Per Minute) 5. Gilingan 5 : 63 rpm (Revolutions Per Minute) 18 48. 6. Gilingan 6 : 63 rpm (Revolutions Per Minute) 2. Jarak antara kedua roda pada gilingan Jarak antar roda harus disesuaikan agar hasil akhir lembaran sheet dapat sesuai dengan yang diharapkan + 3 mm. Berikut jarak antar roda pada mangel sheet six in one yang ada di Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu : 1. Gilingan 1 : 6,4 mm 2. Gilingan 2 : 3,2 mm 3. Gilingan 3 : 1,8 mm 4. Gilingan 4 : 1,3 mm 5. Gilingan 5 : 0,8 mm 6. Gilingan 6 : 0,3 mm Selama dalam proses giling enam kali dengan gilingan polos dan sekali gilingan beralur sheet disemprot dengan air. Tujuannya adalah untuk mencuci sheet dan mencegah lengketnya sheet pada rol penggiling. Proses penggilingan dilakukan dengan cermat dan hati hati guna mencegah terjadinya cacat giling dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Karena, cacat giling pada akhirnya menjadikan sheet tidak bisa dimasukkan dalam kualitas atas (RSS 1 3) dan masuk kualitas cutting. Setelah lembaran sheet melewati gilingan terakhir, segera diterima dan jangan ditarik agar lembaran sheet tidak rusak lalu segera dimasukkan ke dalam bak yang berisi air yang mengalir dengan tujuan untuk membersihkan serum dan sisa asam dari permukaan sheet. Titik kritis pada tahap penggilingan adalah cara memasukkan slab pada sheet mangel harus dengan benar, apabila slab terlalu tebal dapat dipipihkan terlebih dahulu ujung depannya agar tebal slab bisa berkurang mengikuti ukuran mangel (lembaran sheet yang terlalu tebal dapat menyebabkan waktu pengeringan lebih dari 6 hari karena tidak masak atau masih mentah), pengaturan celah antar gilingan dan kecepatan putaran masing-masing gilingan, air yang digunakan untuk mencuci lembaran sheet harus bersih dan mengalir untuk mencegah kontaminan dengan kotoran, dan kondisi gilingan roll tidak boleh goyang karena akan menyebabkan tebal sheet tidak merata sehingga kematangan juga menjadi tidak merata. 18 49. 4.2.6 Proses Pengeringan Dengan Sistem Pengasapan Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sheet, memberi warna khas cokelat, menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran karet, dan mengawetkan sheet sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi akibat dari penyerapan sifat sifat pengawet yang ada dalam asap terperangkap dalam lembaran sheet yang basah. Pada asap mengandung zat fenol yang dapat mencegah tumbuhnya jamur perusak pada sheet. Pada hari pertama suhu yang dipakai berkisar antara 400 C - 450 C dengan waktu proses 8 10 jam menggunakan kayu karet yang agak basah. Tujuan pengasapan hari pertama adalah untuk pengasapan sheet dan penuntasan air pada permukaan lembaran sheet. Pada hari kedua suhu yang dipakai berkisar antara 450 C - 500 C dengan waktu proses 24 jam menggunakan kayu karet yang agak kering. Tujuan pengasapan hari kedua adalah untuk pembentukan warna sheet dan penguapan air dari permukaan lembaran sheet. Pada hari kedua dilakukan proses pembalikan dengan tujuan agar pengasapan lembaran sheet dapat berjalan merata, mencegah sheet lengket satu dengan yang lai, dan mencegah terbentuknya bekas bambu glantang pada sheet kering. Pada hari ketiga suhu berkisar antara 500 C - 550 C dengan waktu proses 24 jam menggunakan kayu kayu karet kering. Tujuan pengasapan pada hari ketiga adalah untuk pembentukan warna dan penguapan air pada permukaan lembaran sheet. Pada hari keempat suhu yang digunakan pada ruang pengasapan berkisar antara 550 C - 600 C dengan waktu proses 24 jam menggunakan kayu karet kering. Tujuan pengasapan pada hari keempat adalah untuk penguapan air dan pengeringan lembaran sheet. Pada hari keempat sedapat mungkin kayu yang digunakan merupakan kayu kering sehingga panas yang dihasilkan optimal dan tidak terbentuk asap. Pada hari kelima suhu ruang pengasapan berkisar antara 550 C - 600 C dengan waktu proses 24 jam menggunakan kayu karet yang kering. Tujuan pengasapan hari kelima adalah untuk proses pengeringan lembaran sheet. Pada hari keenam merupakan saat penurunan lembaran sheet dengan tanda bahwa seluruh lembaran sheet berwarna cokelat kekuningan secara merata dan kering. 18 50. Kemudian dilakukan penimbangan hasil pengasapan untuk data awal berat lembaran sheet sebelum sortasi. Pembersihan glantang menggunakan formalin adalah untuk mencegah tumbuhnya jamur yang dapat merusak mutu lembaran sheet. Sedangkan uji petik pengasapan untuk mengetahui sejauh mana persentase lembaran sheet yang cacat akibat proses pengolahan. Standard pemakaian bahan bakar (kayu) adalah 4 m3 per ton berat kering sheet kayu keras (karet) selama 5 hari proses pengasapan. Titik kritis pada tahap proses pengasapan antara lain monitoring suhu ruang pengasapan agar tidak terbentuk gelembung akibat suhu yang terlalu tinggi atau sheet tidak masak apabila suhu minimum tidak tercapai, penambahan kayu bakar diatur sedemikian rupa agar perubahan suhu tidak terlalu besar, pemasangan glantang pada ruang pengasapan harus tepat agar tidak terdapat lembaran sheet yang jatuh dan terjadi kebakaran, pembalikan sheet pada hari kedua untuk mencegah melekatnya lembaran sheet satu dengan lainnya dan kebersihan tempat pengasapan karena jika ruang pengasapan kotor maka akan menimbulkan jamur yang akan berpengaruh pada mutu sheet yang dihasilkan. 4.2.7 Proses Sortasi Tujuan proses sortasi adalah proses pemisahan sheet sesuai dengan kualitas atau mutu yang telah ditetapkan. Proses sortasi berdasarkan pada warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada pedoman SNI 06-0001- 1987 yang diadopsi dari Green Books dan Arsip Contoh dari Pengujian Mutu Barang (PPMB) Jakarta. Setelah sheet dipisahkan berdasarkan mutunya RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan Cutting sheet kemudian dipackaging, sheet kemudian ditimabang (Big Bale Atau Small Bale sesuai permintaan) dan dipress dengan mesin hidrolis selama 5 menit untuk mendapatkan ukuran (tinggi) Big Bale atau Small Bale kemudian dibegel 24 jam dengan maksud sudah tidak terjadi deformasi bentuk akibat sifat elastisitas karet. Sortasi dilakukan secara visual dan manual dengan alat yang sederhana seperti meja, gunting, cungkit dan sikat. Proses sortasi memerlukan ruangan yang terang. Hal tersebut berfungsi untuk mengoptimalkan pengamatan (visualisasi) pekerja sortasi. 18 51. Tenaga sortasi merupakan tenaga yang berpengalaman, terlatih dan teliti sebab akan mempengaruhi kualitas hasil sortasi. Titik kritis pada tahap proses sortasi antara lain kecermatan dalam mengamati lembaran sheet, pemilahan antara mutu RSS 1, RSS 2 dan RSS 3 oleh karyawan harus benar, terhindar dari kontaminan benda asing. 4.2.8 Pengepakan dan Pengepresan Proses pengepakan pada sheet berupa proses menata lembaran - lembaran sheet hasil sortasi per spesifikasi mutu dalam kotak pengepakan. Berdasarkan ukurannya, terdapat 2 (dua) ukuran pengepakan, yaitu Small Bale (SB) dan Big Bale (BB). Pengepakan Big Bale dilakukan sesuai permintaan dari buyer. Tujuan pengepakan adalah untuk menyusun lembaran sheet menjadi kotak persegi sesuai dengan mutunya sehingga mudah untuk diproses pengepresan menggunakan press hidrolik. Alasan disusun terlebih dahulu sebelum dipress agar mudah saat ditimbang 113 kg dan memudahkan proses pengepresan dengan press hidrolik. Tabel 4.2 Klasifikasi Small Bale dan Big Bale Kriteria Small Bale Big Bale Klasifikasi Mutu Ukuran Kotak Pengepakan Dimensi Bandela Berat Bandela Pengepresan Pembegelan Jumlah 1 Chop Pengemasan RSS 1 67 x 36 x 16 cm 64 x 33 x 30 cm 33,333 kg + 5 menit 24 jam (3 bale/begel) 18 bale Pembungkus plastik tebal 0,03 mm RSS 1, 2, 3 dan Cutting 53 x 45 x 36 cm 47 x 44 x 61 cm 113 kg + 5 menit 24 jam (1 bandela/begel) RSS 1 = 50 bandela RSS 2, 3, cutting = 10 bandela Lembaran sheet yang dilabur dan disablon 18 52. Titik kritis pada tahap pengepakan berada pada penyusunan lembaran sheet pada kotak pengepakan, penataan lembaran harus rapi agar tidak mudah berubah bentuknya saat akan dipress. Tujuan pengepresan adalah memperoleh bentuk produk kompak sehingga memudahkan dalam pengemasan bandela dan penyimpanan. Pemasangan begel bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan ukuran sheet setelah pengepresan. Pembegelan berlangsung selama 24 jam. Titik kritis pada tahap pengepresan dan pembegelan antara lain pemberian talk powder yang sedikit pada dumpal berakibat susah saat melepaskan bandela dari dumpal setelah selesai dibegel, penyusunan lembaran sheet yang tidak tepat berakibat pada bentuk bandela yang miring dan tekanan hidrolik tidak merata. 4.2.9 Proses Pelaburan dan Pemberian Merk Tujuan dari pelaburan dan pemberian merk adalah untuk mencegah munculnya jamur pada waktu penyimpanan, memberikan identitas sheet yang telah dikemas. Setelah 24 jam, begel dilepas dan dilakukan pembungkusan bandela. Pembungkusan Small Bale dilakukan dengan menggunakan plastik polyethylene (PE) 0,03 yang tembus pandang. Berbeda dengan Small Bale, pembungkusan Big Bale dilakukan dengan sheet yang dipilih dan telah ditimbang diawal (bersama sheet hasil pengepakan). Mutu sheet pembungkus harus sesuai dengan spesifikasi mutu bandela. Setelah dibungkus, dilakukan pelaburan bandela. Labur yang digunakan merupakan campuran dari karet potongan, minyak tanah, talk powder, dan arphus. Berat netto Big Bale setelah pelaburan dan penyablonan adalah 113 kg per bale. Sebagai identitas produk, dilakukan penyablonan pada pembungkus baik Small Bale maupun Big Bale. Penyablonan merk memuat Asal Perusahaan dan Kode Estate atau Kebun, Tahun Produksi, Nomor Chop, Nomor Urut Bandela, Berat Bandela, Jenis Mutu dan ESTATE INDONESIA. Sebelum pemberian letter pada bandela, harus dilakukan pemerikasaan tanda pengenal mutu yang telah ditentukan untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberiaan letter. Selesai pemberian letter, bandela diberi nomor chop dan nomor urut dan dilakukan pencatatan jumlah bandela dengan spesifikasi mutunya 18 53. Alasan dilakukan pelaburan dan pemberian merk adalah untuk mempermudah administrasi persediaan stok dan mempermudah penelusuran apabila terjadi komplain dari pihak konsumen. Titik kritis pada proses pelaburan dan pemberian merk adalah pemberian merk yang kurang jelas, ketepatan pemberian letter, nomor chop dan nomor urut. 4.2.10 Pengendalian Mutu Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu juga memegang peran dalam tahap pembentukan kualitas dari karet RSS (Ribbed Smoked Sheet). Proses pengolahan yang bersih, cepat dan tepat harus bisa dilakukan untuk menjaga kualitas dari produk itu sendiri. Permasalahan yang sering terjadi pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu yang dapat mempengaruhi kualitas antara lain sebagai berikut : No Cacat Pada Bahan Baku Lateks Faktor Penyebab Cara Penanggulangan 1 Lateks Prakoagulasi a. Terlambat mengolah b. Tidak diberi zat antikogulan a. Lateks segera diolah b. Diberi zat anti koagulan ditakeran kebun 2 Penggilingan Slab pecah a. Slab menjadi lembek b. Bekuan tebal tidak merata c. Setelan mangel kurang tepat a. Waktu giling ditunda b. Tussen Schoot diatur rapi c. Sit Mangel disetel tepat 3 Penggilingan Slab terdapat gelembung a. Slab menjadi lembek b. RPM mesin six in one terlalu cepat c. Jarak roll mangel besar a. Waktu giling tunda b. RPM disesuaikan SOP c. Roll mangel disetel tepat 4 Hasil Slab kotor pada saat penggilingan a. Slab kotor tidak melalui penyaringan b. Sit Mangel kotor a. Lateks disaring sebelum pembekuan b. Pemebersihan sit mangel sebelum penggilingan 5 Lembaran Sheet berjamur a. Rumah Pengasapan kotor dan lembab b. Glantang kotor dan berjamur c. Rumah Pengasapan bocor a. Rumah asap dibersihkan b. Glantang dicuci dan disemprot dengan formalin c. Rumah pengasapan dibenahi 18 54. 6 Warna Lembaran Sheet cacat ( hitam rata) a. Terlalu lama di pengasapan b. Pengaturan ventilasi kurang c. Kayu bakar rapuh dan basah a. Waktu pengasapan sesuai SOP b. Ventilasi ruang pengasapan diatur baik c. Kayu bakar diusahakan baik Di Ruangan Sortasi 7 Lembaran Sheet terkontaminasi debu a. Penyikatan kurang bersih b. Dumpal dari bahan kayu keropos c. Ruang pengepakan kotor a. Pengawasan intensif b. Dumpal dilapisi plat alumunium c. Ruang selalu dibersihkan 8 Mutu tercampur a. Pelaksanaan sortasi kurang teliti a. Pengawasan Intensif 9 Laburan bandela luntur a. Bahan campuran laburan kurang baik atau campuran lem kurang a. Pengawasan Intensif 4.3 Pengendalian Mutu Lateks dari Kebun sampai Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 4.3.1 Pengendalian Mutu Lateks Pengendalian Mutu Lateks, merupakan kegiatan untuk mendapatkan mutu lateks sebagai bahan dasar pengolahan, dengan cara sistem pemeriksaan yang teliti sejak awal hingga didapatkan mutu lateks sesuai standar mutu yang telah ditetapkan. 1. Bahan Utama Pengolahan Karet: a. Lateks Segar b. Lump, Cuplump, Scrap c. Lump Tanah/ Getah Tanah 2. Produk Pengolahan Karet : a. Produk utama/ Superior : Sheet (min 95%) b. Produk Inferior : Brown crepe (max 5%) 3. Komponen Lateks Karet 18 55. Protein Lipid Log Logam Fraksi Karet (36%) Fraksi Frey Wyssling (1%) Karotenoid Lipid Lateks Kebun Air Karbohidrat dan inositol Protein dan turunannya Senyawa Nitrogen Asam nukleat dan nukleosida Ion anorganik Ion Logam Serum (53%) 18 56. Fraksi dasar (10%) Protein senyawa nitrogen Karet dan karotenoid Lipid dan Ion Logam 4.3.2 Sifat-sifat Lateks a. Lateks yang berasal dari Heavea Brasilliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penyadapan batang pohon karet. b. Lateks terdiri dari 30 - 40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organic serta bukan organic c. Faktor-faktor yang seperti jenis pohon karet, cara menyadap, keadaan tanah dan juga cuaca mempengaruhi kandungan karet kering dalam pohon yang disadap. d. Partikel karet dalam lateks yang terdapat dalam serum dilapisi oleh ikatan hydrogen antara air dengan protein. e. Gangguan pada lapisan serum tersebut baik berupa adanya kotoran, penambahan bahan tertentu maupun gangguan mekanis akan dapat merusak bagian yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. f. Proses penggumpalan karet didalam lateks juga dapat terjadi secara alamiah akibat kegiatan mikroba. 4.3.3 Terjadinya Pra Koagulasi a. Pra Penyadapan 18 57. 1. Kebersihan mangkok sadap 2. Kebersihan ember dan bowl sadap 3. Perlakuan mangkok sadap pada musim hujan b. Saat Penyadapan 1. Terikutnya kotoran pada waktu penyadapan 2. Penyadapan yang kurang baik c. Pasca Penyadapan 1. Lateks rusak dengan Uji Petik lateks penyadap 2. Penggunaan saringan yang bersih 3. Jalan transport lateks 4. Kondisi cuaca panas selama pengangkutan, kondisi lateks tidak stabil. 4.3.4 Mengurangi Pra Koagulasi Pra Penyadapan a. Keadaan mangkok sebelum digunakan harus dalam keadaan bersih, karena kotoran pada mangkok dapat menyebabkan rusaknya lapisan hidro protein yang melindungi lateks, sehingga lateks tidak stabil dan terjadilah koagulasi pada sebagian lateks. Untuk mencegah terjadinya mangkok kotor, maka diharuskan penyadap membersihkan mangkok setelah penggumpalan lateks hasil penyadapan hari itu. b. Ember dan Bowl Sadap juga wajib dalam keadaan bersih sebelum digunakan, karena sebagaimana mangkok maka kotoran menyebabkan pra koagulasi. c. Untuk membersihkan bowl dan bahan plastik yang ada tutupnya, dapat menggunakan tambahan bahan Amonia 0,5% agar karet yang menempel pada plastik dapat dibersihkan. d. Faktor dari kebun, penggunaan intensitas sadap yang tinggi dapat menyebabkan rendahnya Kadar Karet Kering (K.K.K) yang berakibatkan lateks labil lebih mudah terjadinya pra koagulasi, oleh karena itu sangat diperlukan control yang ketat terhadap Kadar Karet Kering (K.K.K). Demikian pula kebersihan pohon mempunyai pengaruh terhadap terjadinya pra koagulasi, karena kotoran dari pohon akan terikut ke mangkok sadap pada waktu penyadapan. 18 58. e. Pada musim hujan, dimana kemungkinan adanya rembesan air hujan dari pohon ke mangkok, maka sebelum penyadapan perlu mangkok sadap diberi larutan amunia 1% atau 0,2 cc dengan cara dikopyok pada ember atau bowl sadap sebelum mangkok sadap tersebut digunakan. f. Dengan sendirinya ember atau bowl sadap pun otomatis terkena ammonia tersebut. Pemberian amonia ini dapat mencegah atau mengurangi terjadinya pra kroagulasi. 4.3.5 Mengurangi Pra Koagulasi Saat Penyadapan a. Mencegah terikutnya kotoran pada waktu penyadapan dengan cara mengikuti cara- cara penyadapan yang benar yaitu membersihkan scrap dan alur sadap sebelum penyadapan dan mangkok dipasang setelah penyayatan kulit (penyadapan), apabila mangkok dipasang terlebih dahulu maka kotorannya akan tercampur pada lateks hasil sadapan yang dapat mengakibatkan pra koagulasi. b. Penyadapan harus dilakukan dengan baik dan benar diupayakan tidak terlalu dalam hingga mengena kambium, yang mengakibatkan air sel atau air dung-dung akan terikut pada lateks sehingga K.K.K rendah dan lateks lebih mudah terjadi koagulasi. c. Peralatan sadap terutama sadap harus selalu bersih dan tajam. d. Urutan penyadapan harus dilakukan dengan betul yaitu dengan membersihkan scrap baik pada alur sadap maupun pada talang sadap sebelum penyadapan. e. Kotoran kotoran yang terikut pada mangkok sadap menyebabkan pra koagulasi. 4.3.6 Pasca Penyadapan a. Uji petik di TPH dilakukan khususnya pada saat hari hujan untuk memisahkan lateks yang rusak. b. Lateks yang diterima diperiksa dengan memasukkan tangan kedalam lateks, bila tangan diangkat dan sisa cairan lateks yang menempel pada tangan nampak bintik-bintik 2 putih berarti lateks tersebut rusak (lateks cor-cor) dan harus dipisahkan dengan latek yang baik. 18 59. c. Ember takaran lateks, saringan 20 mesh, talang, dan tangki lateks harus selalu bersih sehingga tidak ada sisa air cucian yang bersifat asam yang akan mudah terjadi pra koagulasi. d. Tangki angkutan lateks ditutupi karung yang selalu basah agar suhu lateks dalam tangki tetep rendah. e. Kondisi jalan yang dilalui truk pengangkutan bowl lateks agar selalu baik hal bertujuan untuk mengurangi guncangan yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. 4.4 Pengendalian Mutu Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Pengendalian mutu terdiri dari dua kata, yaitu pengendalian dan mutu. Pengendalian adalah tindakan yang perlu dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang dimulai dari bahan mentah hingga menjadi barang jadi atau setengah jadi sesuai dengan yang diingikan. Mutu adalah kumpulan dari sejumlah sifat-sifat yang saling berhubungan dari produk itu sendiri. Pengendalian mutu merupakan aktivitas untuk mendapatkan hasil jadi atau setengah jadi yang mutunya sesuai dengan standar yang diinginkan atau dengan pengertian yang lebih rinci adalah suatu cara sistem pemeriksaan dengan jalan yang teliti sejak dari bahan mentah sampai dengan hasil jadi atau setengah jadi, sehingga dapat dilakukan upaya penetapan penindakan yang harus diambil dalam proses produksi untuk mencapai dan memelihara mutu produksi yang telah dicapai ditetapkan terlebih dahulu. Fungsi dan pentingnya pengendalian mutu karena sifat pemasaran karet buyers (pasar ditentukan oleh pembeli), maka pengendalian mutu menjadi sangat penting bagi perusahaan. Program pengendalian mutu diharapkan dapat mengarahkan kembali segala penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang sudah ditentukan, sehigga pengendalian mutu sangat memegang peranan penting terhadap suksesnya kegiatan produksi atau tujuan perusahaan. 4.4.1 Tujuan Pengendalian Mutu Pengolahan Karet 18 60. 1. Pengawasan terhadap mutu produksi. 2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. 3. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan petunjuk dalam intruksi serta dasar-dasar yang telah ditetapkan. 4. Untuk mengetahui apakah ada kelemahan, kesulitan serta kegagalan sehingga dapat diadakan perubahan dan perbaikan serta menjaga jangan sampai terulang kesalahan. 5. Untuk mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan berdaya guna atau berhasil guna dan kemungkinan mengadakan perbaikan. 4.4.2 Sarana pengendalian mutu, meliputi : 1. Adanya standar dengan spesifikasi yang telah ditentukan. 2. Pengawasan terhadap bahan baku, bahan pembantu. 3. Teknik uji petik. 4. Penggunaan alat-alat ukur (kelembapan, suhu, kadar air, timbangan) 5. Tindakan perbaikan sarana bila diperlukan. 18 61. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan MKI (Magang Kerja Industri) di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi maka dapat disimpulkan : 1. Keseluruhan proses yang berlangsung dalam pengolahan dan pengendalian kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) pada Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu Glenmore Banyuwangi dilakukan sesuai dengan Fademikum. Proses terbentuknya mutu diperoleh dari panen kebun karet yang dihasilkan pada seluruh afdeling, karena mutu terbentuk dari kebun dan diolah dipabrik untuk membentuk mutu maksimal yaitu 95 % Lateks Super dan 5 % Latek Infer. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu yaitu mulai dari proses penerimaan lateks, pengolahan (koagulasi) lateks, penggilingan, pengasapan, sortasi, pengepakan dan pengiriman. 2. Proses pengendalian kualitas dilakukan dengan cara melakukan pengujian- pengujian terhadap mutu bahan baku lateks dan pengolahan sheet seperti pengambilan sampel K.K.K di kebun, perhitungan K.K.K di pabrik, pengujian faktor pengering, pengujian konsentrasi amonia, pengujian konsentrasi asam semut, dan pengujian berat kering sheet setelah proses pengasapan, agar sesuai dengan standart kualitas RSS (Ribbed Smoked Sheet) yang telah ditentukan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu. 3. Proses Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu. a. Kebun Kendeng Lembu mengolah lateks menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan Cutting. b. Titik kritis dalam Proses Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu antara lain : 1) Pemberian saringan pada proses penerimaan. 2) Pemisahan lateks yang prakoagulasi. 49 62. 3) Perhitungan ketepatan K.K.K. 4) Pengukuran volume bak koagulum. 5) Pemberian air dan lateks yang tepat dalam proses koagulum. 6) Pengolahan yang baik pada proses koagulum terutama pengambilan busa lateks dan ketepatan pemasangan tussen schott. 7) Pengontrolan mesin mangel six in one secara berkala untuk mengurangi kerusakan produk pada proses penggilingan. 8) Memonitoring suhu pada proses pengasapan dan kebersihan rumah asap secara berkala. 4. Kunci keberhasilan Proses Pengolahan RSS (Ribbed Smoked Sheet) Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu adalah pengolahan yang cepat, tepat dan bersih. 5. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 sebagai wujud komitmen jaminan kualitas produk yang berpedoman pada efektifitas proses perbaikan yang berkelanjutan dengan pilar utama pola pikir PDCA (Plan DO Check Action). 5.2 Saran Berdasarkan permasalahan yang telah disajikan pada bab pembahasan mengenai pemisahan mutu lateks dalam proses penerimaan lateks, maka disarankan kepada pihak Pabrik Pengolahan Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu sebaiknya melakukan pengecekan mutu lateks secara teliti karena lateks inferior dapat merusak mutu lateks superior apabila tercampur dalam satu bowl atau dalam bak penerimaan dan untuk dapat menjadi sheet yang bermutu RSS 1 membutuhkan penanganan yang ekstra (proses bertingkat). 49 63. DAFTAR PUSTAKA FADEMIKUM ( Pedoman Pengolahan Budidaya Karet Tahun 1997 ) IK-KDL-RSS-01 Penerimaan Lateks IK-KDL-RSS-02 Pembersihan Bowl IK-KDL-RSS-03 Pembekuan Lateks IK-KDL-RSS-04 Penggilingan Lateks IK-KDL-RSS-06 Pengasapan IK-KDL-RSS-07 Pembersihan Ruang Pengasapan IK-KDL-RSS-08 Pembersihan Gelantang IK-KDL-RSS-09 Sortasi IK-KDL-RSS-10 Pengepresan IK-KDL-RSS-12 Pelaburan Big Bale IK-KDL-UP-01 Uji Petik FP IK-KDL-UP-02 Uji Petik K3 Lateks per Afdeling IK-KDL-UP-03 Uji Petik mutu bahan baku lateks di pabrik IK-KDL-UP-04 Uji Petik kondisi air pengencer IK-KDL-UP-05 Uji Petik pengolahan karet RSS IK-KDL-UP-06 Uji Petik Penggilingan sheet IK-KDL-UP-07 Uji Petik proses pengasapan IK-KDL-UP-08 Uji Petik hasil pengasapan IK-KDL-UP-09 Uji Petik hasil sortasi RSS IK-KDL-UP-10 Uji Petik pengebalan dan penyimpanan RSS IK-KDL-UP-11 Uji Petik Kadar Amoniak IK-KDL-UP-12 Uji Petik Kadar Asam Semut 51 64. Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kendeng Lembu 52 65. La mp