PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx
-
Upload
ito-purnomo -
Category
Documents
-
view
741 -
download
12
Transcript of PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx
![Page 1: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi metalurgi adalah praktek menghapus logam berharga dari sebuah bijih dan
pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni. Metalurgi adalah seni dan
ilmu pengetahuan untuk mendapatkan logam dari bijihnya dan pembuatan logam menjadi
berbagai produk. Ruang lingkup metalurgi terbagi menjadi dua bagian yaitu mineral
processing dan metal processing. Mineral processing yaitu perlakuan bijih untuk
mendapatkan logam atau konsentrat mineral. Sedangkan metal processing yaitu pembuatan
produk dari logam. Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu
sendiri antara lain adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan padatemperatur
tinggi), hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah
dengan cara pelindian dengan media cairan), dan electrometalurgy (proses ekstraksi yang
melibatkan penerapan prinsip elektrokimia, baik pada temperatur rendah maupun pada
temperatur tinggi).
Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu Nickel yang
merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun sifat-
sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak – perakan, ringan, kuat antin karat,
mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Spesifik gravity nya 8,902 dengan titik
lebur 14530C dan titik didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet,
larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik
dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal
tunggal. Batuan ultra basa yang mengandung unsur nikel adalah gabro, basalt, peridotit dan
norit. Endapan nickel tembaga sulfide dihasilkan dari pemisahan lelehan sulfida oksida dari
lelehan silikat bersulfur pada sebelum, selama atau sesudah proses alihan pada suhu diatas
9000C, mineral utamanya adalah pentlandit (Fe,Ni)gS8. mineral lainnya antara lain nikolit
(NiAs), skuterudit (Co, Fe, Ni)As3 dan violurit (FeNi2S4)
Di indonesia endapan Bijih Nickel banyak terdapat didaerah sulawesi. Bijih Nickel
berbeda dengan bahan tambang lainnya dikarenakan Bijih Nickel tidak dapat diketahui secara
Spontanitas dengan pengamatan mata biasa, Oleh karena itu diperlukan penelitian serta
pengamatan di ruang Khusus.
1
![Page 2: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah genesa pembentukan bijih nikel?
2. Bagaimanakah sifat-sifat nikel?
3. Dari manakah sumber dan pembentukan bijih nikel?
4. Bagaimanakah proses penambangan nikel?
5. Bagaimanakah proses pengolahan bijih nikel?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui genesa pembentukan bijih nikel.
2. Untuk mengetahui sifat-sifat nikel.
3. Untuk mengetahui sumber dan pembentukan bijih nikel.
4. Untuk mengetahui proses penambangan nikel.
5. Untuk mengetahui proses pengolahan bijih nikel.
BAB II
2
![Page 3: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/3.jpg)
PEMBAHASAN
2.1 Genesa Pembentukan Bijih Nickel
Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung
nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi (ferrum)
dan nikel.
Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil
proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses
magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite, Lherzolite, Serpentinite,
dll.
Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan batuan
(bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi dibanding
mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%),
kandungan dibedrock didominasi oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses
pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah
larut dan punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg
tinggal di profile jadi tinggi (>2%).
Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan
tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle"
termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan
magnesia, jika terlalu terjal hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan
dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang
bagus. Struktur geologi yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi) dan Saprolite
(bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses pelapukan sudah sangat
lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur
batuan sudah boleh dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan
limonite mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe sangat suka lingkungan
oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana masih ditemukan sisa-sisa
batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona saprolite karena Ni lebih stabil
di zona reduksi.
3
![Page 4: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/4.jpg)
2.2 Sifat kimia, Fisika, serta Karakteristik Nikel
1. Sifat kimia Nikel
Adapun sifat-sifat kimia dari nikel yaitu antara lain:
- Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara.
- Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
- B e r e a k s i d e n g a n C l 2 membentuk Klorida (NiCl2).
- Be reaks i dengan s t e am H 2O membentuk Oksida NiO.
- Be reaks i dengan HCl ence r dan a sam su l f a t ence r , yang r eaks inya
berlangsung lambat.
- Bereaksi dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni + HNO3 → Ni(NO3)2+ NO + H2O
- Tidak beraksi dengan basa alkali
- B e r e a k s i d e n g a n H 2S menghasilkan endapan hitam.
2. Sifat fisika Nikel
Adapun sifat-sifat fisika dari nikel yaitu antara lain:
- Logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras
- Dapa t d i t empa dan d i t a r i k .
- F e r o m a g n e t i k
- TL : 1420 ºC , TD : 2900 ºC
3. Karakteristik Nikel
No Karakteristik Keterangan lain
1 Nama Nikel
2 Lambing Ni
3 Nomor atom 28
4 Deret kimia Logam transisi
5 Golongan VIII B
6 Periode 4
7 Blok d
8 Penampilan Kemilau, metalik
9 Massa atom 58,6934(2) g/mol
4
![Page 5: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/5.jpg)
10 Konfigurasi electron [Ar] 3d8 4s2
11 Jumlah electron tiap kulit 2 8 16 2
2.3 Sumber dan Pembentukan Bijih Nikel.
Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain :
a. Millerit, NiS
b. Smaltit (Fe,Co,Ni)As
c. Nikolit (Ni)As
d. Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
e. Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O
Nikel berwujud secara gabungan dengan belerang dalam millerite, dengan
a r s en ik da l am ga l i an n i cco l i t e , dan dengan a r s en ik dan be l e r ang da l am
(n i cke l glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batu
anultra basa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua
jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi
residu silikadan pada p rose s pe l apukan ba tuan beku u l t r aba sa s e r t a
s ebaga i endapan n ike l - tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit,
dan kalkopirit.
2.4. Penambangan Nikel
Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan ultramafik yang
terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km.
Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.
Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran, pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah
guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan, lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang
kemudian dibuang di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu
wilayah purna tambang.
5
![Page 6: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Penggalian, lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke
tempat pengolahan.
2.5. Pengolahan Bijih Nickel
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral
sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida.
Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya pun juga tidak
sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel dari mineral oksida
(Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu
Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis bijih ini
adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan Fe
rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade
Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai
kadar Ni.
Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus digunakan
di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga
sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan refractory yang akan
menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga menentukan viscositas slag, semakin
tinggi basisitas maka slag semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun
basisitas yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin
besar sehingga kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.
Setelah bahan galian ditambang dan lalu diangkut dengan alat muat (wheel loader)
menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan proses pengolahan nickel.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan nikel melalui
beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan
Granulasi dan Pengemasan.
6
![Page 7: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/7.jpg)
Gambar. Pengolahan biji nikel dengan metode pirometalurgi
A. Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi
lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari
mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan
berikut:
1. Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dimana proses ini bertujuan juga
untuk reduksi ukuran dari bahan galian/bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of
mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan
bisa sampai ukuran 2,5 cm. Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery
Crusher yaitu antara lain :
a. Jaw crusher
b. Gyratory crusher
c. Cone crusher
d. Roll crusher
7
![Page 8: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/8.jpg)
e. Impact crusher
f. Rotary breaker
g. Hammer Mill
2. Grinding
Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan. Tujuan
Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang
memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.
B. Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran
yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara
lain :
a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :
- Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
- Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :
- Hand sieve
- Vibrating sieve series / Tyler vibrating Sieve
- Sieve shaker / rotap
- Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara lain :
- Stationary grizzly
8
![Page 9: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/9.jpg)
- Roll grizzly
- Sieve Ben
- Revolving screen
- Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
- Shaking screen
- Rotary shifter
b. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya
dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut
classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:
Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar)
disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :
a. Partition Concept
b. Tapping Concept
c. Rein Concept
C. Pengeringan di Tanur Pengering (Drying)
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron feeder ore
mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan belt conveyor
menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan
bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air
dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Dimana drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture dalam
bijih. Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan dalam proses ini
dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang dibuat). Dalam rotary
dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas panas yang dihasilkan dari
9
![Page 10: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/10.jpg)
pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot Air Generator (HAG) secara Co-
Current (searah) pada temperature sampai 200 C.
D. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang
tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena
itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta
mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih
dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan
ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan
operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan
pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi
reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah
belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC.
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih,air kristal
yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan goethite (Fe2O3.H2O).
Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln dengan tempetatur sampai 850 oC
menggunakan pulverized coal secara Counter Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:
Reaksi ini
terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi endotermik. Pemanasan lebih
lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite dan enstatite yang merupakan reaksi
eksotermik.
2MgO + SiO2 2MgO.SiO2
MgO + SiO2 MgO.SiO2
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:
10
![Page 11: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/11.jpg)
Fe2O3.H2O Fe2O3 + H2O
Reaksi ini terjadi pada 260C – 330C dan merupakan reaksi endotermik. Disamping
menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain sudah terjadi reaksi
reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp rent, semua reduksi dilakukan
dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalam technology Electric Furnace,
hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan
80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric furnace. Produk
dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2%
dan siap dilebur dalam electric furnace.
E. Peleburan di Tanur Listrik (smalting)
Gambar. Tanur tiup(blast furnance)
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan
Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan
kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag.
Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui
balok tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian
diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
11
![Page 12: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/12.jpg)
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam rangkaian proses ini.
Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi langsung yang terjadi
adalah sebagai berikut:
NiO(l) + C(s) Ni(l) + CO(g)
FeO(l) + C(s) Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen juga
tereduksi dan menjadi pengotor dalam logam.
SiO2(l) + 2C(s) Si(l) + 2CO(g)
Cr2O3(l) + 3C(s) 2Cr(l) + 3CO(g)
P2O5(l) + 5C(s) 2P(l) + 5CO(g)
3Fe(l) + C(s) Fe3C(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi pada zona
leleh elektroda. CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan CO(g) dari reaksi
boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui mekanisme solid-gas reaction (reaksi
tidak langsung):
NiO(s) + CO(g) Ni(s) + CO2(g)
CoO(s) + CO(g) Co(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) 2FeO(s) + CO2(g)
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui reaksi tidak
langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses sudah bisa dikatakan
selesai.
F. Pengkayaan di Tanur Pemurni (refining)
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di
atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur
pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat
besi oksida dan membentuk ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga
menjadi mudah untuk dipisahkan.
12
![Page 13: PROSES PENGOLAHAN NIKEL.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/55721416497959fc0b93bb09/html5/thumbnails/13.jpg)
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil kandungan
sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan
dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk
pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm
sedangkan kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3% sehingga jika kandungan
sulfur tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk
menurunkan kandungan sulfur ini.
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.
Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian
refining hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor
lain seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja
reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si (l) + O2 (g) SiO2 (l) ↔ SiO2 (l) + CaO (l) CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g) 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g) 2P2O5 (l) ↔ CaO (l) + P2O5 (l) CaO. P2O5 (l)
C(l) + ½ O2 (g) CO (g)
C(l) + O2 (g) CO2 (g)
G. Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap
diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang
dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring,
dikeringkan dan siap dikemas.
13