Proses Penciptaan Manusia

13
Proses Penciptaan Manusia Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut: 1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa). 2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi. 3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah. 4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim. Setetes Mani Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an : "Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37) Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop. Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36) Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3) Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk

Transcript of Proses Penciptaan Manusia

Page 1: Proses Penciptaan Manusia

Proses Penciptaan Manusia

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya(spermazoa).

2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Setetes ManiSelama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)

Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)

Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)

Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot

Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)

Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-

Page 2: Proses Penciptaan Manusia

akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:

Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim

Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:

"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:

- Tahap Pre-embrionik

Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik

Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

- Tahap fetus

Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi

"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An Najm:45-46)

Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah

Page 3: Proses Penciptaan Manusia

membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.

Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.

Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.

.Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani.

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.

Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:

“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan.” (Al Qur’an, 76:2)

Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari “bahan campuran” ini:

“Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al Qur’an, 32:7-8)

Kata Arab “sulala”, yang diterjemahkan sebagai “sari”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

Ayat pertama berkenaan dengan masalah ini adalah ayat Al-quran yang menyatakan:

“Apakah yang terjadi pada dirimu bahwa kamu tidak mengharapkan kebesaran dan hikmah dari allah? Dan

sesungguhnya, dia telah menciptkan kamu dengan pelbagai bentuk dn keasaan-keadaaan yang berbeda.

Tidakkah kamu melihat begaimana Allah tlah menciptakan bulan, di dalamnya ada cahaya dan membuat

metahari sebagai pelita? Dan Allah telah menyebabkan kamu tumbuuh dasri bumi dengan sebaik-baik

pertumbuhan. Kemudian dia akan menyebabkan kemu kembali kepada_nya dan dia akan mnegluarkan

kemu dengan pengluaran baru”  (Nuh: 14-190)

Maksud dari ayat ini adalah “Wahai kalian umat manusia, mengapa kalian gagal mengetahui bahwa Allah

Page 4: Proses Penciptaan Manusia

tidak menciptakan sesuatu melainkan di dalamnya terdapat kebijksanaan dan tujuan besar yang

mendasarinya. Dengan penghargaan terhadap diri kalian sendiri, tidaklah kalian disisapkan untuk mentolerir

setiap saat dari melakukan hal-hal yang tidak berguna lagi tanpa tujuan. Jadi apakah kalian tetap

beranggapan tidak ada tujuan dalam perbuatan Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui? Mengapa

melompat terlalu pendek hingga pada suatu kesimpulan yang bodoh bahwa Dia menciptakan manusia tanpa

arah maksud dan tujuan yang jelas? Mengapa kalian gagal mengenali bukti kebesaran yang menampak ini

bahwa penciptaanmu bukanlah produk kekacauan suatu impuls tiba-tiba terwujud seketika. Disisi lain, ia

menampilkan rencana yang bijaksana dan dalam suksesi tahapan-tahapan dari datu tahap satu ke tahap

lain. Tidakkah kalian menyadari Allah menciptakan tujuh petala langit dalam keserasian dan serupa itu pula

Dia menciptakan bulan dan matahari? Dan satu tahapan-tahapan yang kalian lalui adalah Dia

menciptakanmu dari tanah dalam perkembangan yang lambat dan kemudian membawamu ke titik

kesempurnaan dimana kamu berada sekarang.”

Inilah deskripsi yang diberikan Al-quran tentang asal dan sebab kejadian manusia. Jadi jelas hukum evolusi

bekerja di dalam ini, penemuan yang bangsa Eropa mengaku berjasa memperolehnya telah jelas

digambarakan dalam Al-quran 1400 tahun lalu, diamana dinyatakan penciptan mansusia secara tiba-tiba

dalam bentuk keadaan mental yang sudah jadi dan juga keadaan fisik seperti yang dijumpai sekarang

adalah tidak benar.

Namun demikian harus diperhatikan bagian-bagiannya, dicermati bahwa kepercayaan-keparcayaan yang

populer di tengah orang-orang Islam, telah kehilangan ketelitiannya dari beberapa point penting berikut:

Yaitu bahwa penciptaan manusia dan kemunculannya bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan

melainkan ia diciptakan dari tanah dan di permukaannya. Kepercayaan populer umat islam adalah manusia

diciptakan di surga, dari sana kemudian dipindahkan ke dunia ini. Sejumlah besar orang juga mempercayai

Allah memiliki kantong besar yang penuh berisi roh-roh, yang dilepaskan-nya satu demi satu dari waktu ke

waktu dan setelah pelepasan itu mereka lahir dalam bentuk manusia-manusia.

Berkenaan dengn khayal-khayal bodoh besar ini, akan mudah dikenali bahwa dikarenakan oleh beberapa

ironi, pikiran Muslim awam secara ganjil membengkok dengan meyakini pandangan-pandangan yang yang

justru bertentangan dengan hal-hal yang secara jelas dinyatakan di dalam Alquran.

Sebagai contoh adalah berkenaan dengan hal yang dibahas ini. Al-quran menyatakan penciptaan manusia

terjadi melalui tahap-tahap yang bervariasai. Kebijaksanaan di balik semua itu adalah dengan melalui

perkembangan yang perlahan ini, kelemahan-kelemahan akan tersingkirkan dari susunan dan sifat alami

manusia.    Pandangan yang dipegang oleh ulama islam dengan hal ini barangkali disebabkan oleh riwayat

berikut ini. Maulwi Syed Shah pernah meriwayatkan, satu diantara guru-gurunya suatu ketika bercerita

bahwa penjelasan mengapa seseorang tampan sementara yang lain buruk sedang yang lainnya lagi

kelihatan biasa saja adalah disebabkan ketika Tuhan berkehendak menciptakan mansia, ia membuat

perjanjian dengan para Malikat untuk melaksanakannya dalam batas satu hari dan harus selesai. Para

malaikat mengawalinya dengan baik. Mereka mengolah tanah liat dan membentuk wujud-wujud yang baik

darinya dengan sangat hati-hati, dengan memberikan perhatian pada tiap bagian dan bekerja dengan

cermat tanpa tergesa-gesa hingga sore tiba. Kemudian mereka menyadari bahwa waktu yang disepakati

hampir terlampaui, yang menyebabkan pekerjaan mereka selanjutnya serampangan, mengabaikan detail

artistiknya. Karenanya manusia-manusia yang terbentuk pada periode awal sore hari terlihat biasa saja.

Ketika sore hari menurut penglihatan para Malaikat sudah hampiir lewat, dengan kegemparan bahwa

mereka bekerja sangat lamban dari waktu yang ditentukan, maka mereka memperlihatkan arah angin,

mereka memegang tanah liat dengan tergesa-gesa membuat bentuk tertentu, menekankan sebuah jari ke

wajah untuk membuat mulut dan menekankan dua kali untuk membuat sepadang mata. Tak ayal lagi

Page 5: Proses Penciptaan Manusia

manusia yang dibuat setelah itu tampak kaku, canggung, bulat, berlekuk disini dan disana, dibandingkan a

mereka-mereka yang diselesaikan mula-mula. Ini menunjukkan betapa pupopulernya kepercayaan aneh

diantara orang-orang Islam, Kristen dan yang lain telah membengkokkkan kebenaran-kebenaran yang indah

ke dalam khayalan-khayalan seenaknya atau mitos.

Berawal dari bukan apa-apa atau Tidak Mewujud

Hal berikutnya yang Al-quran jelaskan tentang penciptaan  manusia  adalah pada tahap mula-mula keadaan

tidak mewujud atau bukan apa-apa. Kontroversi muncul perihal bagaimana dunia dapat mewujud.

Pandangan Arya adalah abadi. Tuhan tidak lebih hanya menjadikan roh dan materi itu memiliki hubungan

dekat dengan demikian bagaimana manusia dapat mewujud/tercipta.

Kepercayaan ini ditolak oleh Al-quran yang menyatakan materi tidaklah kekal melainkan suatu cipataan

Tuhan dari keadaan bukan apa-apa.

“Tidakkah manusia ingat bahwa kami menciptakannya dulu, padahal ketika itu ia tidak ada sama sekali”.

(Maryam: 68)

Sekarang ini kelahiran manusia terjadi dari benih laki-laki. Akan tetapi dalam ayat yang tersebut diatas,

penyebutan yang dimaksudkan adalah tentang asal penciptaan spesies atau manusia mula-mula, jauh

sebelum tahapan-tahapan keberadaan manusia sekarang ini. Harus diperhatikan pula, Alquran tidak

mengatakan keberadaan diciptakan dari ketiadaaan. Apa yang dikatakannyaadalah masa sebelum tahapan

ketika matahari dan lainnya terwujud, ada tahapan ketika tiada apapun terwujud. Kita berkata bahwa

sebuah kursi atau alat dapat dibuat dari kayu atau sebuah rantai dapat dibuat dari besi. Disini kita memiliki

materi dalam satu bentuk yang dapat digunakan untuk membentuk barang lian.

Dikacaukan oleh penggunaan kata “dari” orang-orang atheis sering mengajukan keberatan bahwa tidak

dimungkinkan membuat sesuatu dari kekosongan. Akan tetapi apa yang dimaksudkan Alquran memang

bukan seperti itu. Apa yang dimaksudkan adalah bahwa sebelum penciptaan alam ini, terdapat sebuah

tahapan ketika tiada apa-apa yang terwujud. Kemudian terjadilah penciptaan dan penciptaan manusia.

Adapun mengapa Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia dimungkinkan karena keseluruhan

proses itu (komprehensinya) adalah diluar jangkauan manusia. Jika manusia dapat memvisualisasikan

bagaimana penciptaannya terjadi, maka ia akan masuk dalam posisi sia-sia untuk berusaha menciptakan

manusia sendiri.

Tahap kedua

tampak dari Alquran bahwa tahap kedua dalam penciptaan manusia adalah suatu keadaan ketika tubuh

manusia terwujud tetapi otak yang membedakan mansusia dari hewan-hewan yang lebih rendah, belum

beroperasi dan aktif seperti berfungsi di kemudian hari. Jadi dapat dikatakan suatu tubuh manusia atau

dengan kata lain terdapat fisik manusia minus otak atau pikiran yang berevolusi sempurna. Kita tidak

mengatakan bahwa dalam tahapan ini manusia merupakan sejenis bentukan batu atau suatu jenis

tumbuhan. Pada beberapa tingkat perkembangan manusia kita bahkan dapat berkata bahwa ia belum

mencapai tingkat hewan.

Al-Quran berkata:

“”(Sesungguhnya) terjadi pada manusia suatu masa ketika ia tidak dapa  berkata-kata”.

Page 6: Proses Penciptaan Manusia

Dengan kata lain, terdapat suatu tahapan dalam sejarah manusia ketika tubuhnya telah ada tetapi bukan

“mazkur”, yakni ia sendiri tidak mengingatnya, tidak menyadari dirinya. Kurang sekali kesadarannya pada

masa itu dan tidak memiliki kemampuan mengenali. Ia memiliki jenis yang tertentu tapi tanpa kesadaran

dan kecerdasan. Ia tidak memiliki semua pengetahuan diatas sebagai kemampuan-kemampuan otak dan

yang disebut sebagai pikiran.

Tahap ketiga

Tahap ketiga adalah evolusi manusia tercapai ketika ia meraih suatu tahapan sebagai makhluk dimana

perkembang-biakannya terjadi sebagai akibat benih-laki-laki tertanam dalam tubuh perempuan melalui

hubungan seksual. Dari sisi selanjutnya tercipta variasi tempramen manusia yang banyak sekali. Diantara

makhluk-makhluk hidup terdapat berjenis-jenis yang tidak disifati oleh kelamin. Allah berfirman

dalam Alquran bahwa suatu tahapan terjadi dalam evolusi manusia ketika ia berkembang menjadi suatu

hewan yang memiliki jenis kelamin., terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Ketika perkembangbiakan

mulai terjadi melalui benih laki-laki (kemampuan yang merupakan suatu bentuk yang lebih tinggi dari

kehidupan binatang) kemudian pada tahapan berikutnya terjadi ketika reproduksinya dimulai dari suatu

nutfatin amsaajin, dari tetes nutfah yang berisi kombinasi sejumlah unsur. Allah berfirman dalam Alquran:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah: agar kami dapat mengujinya maka

kami membuatnya mendengar dan melihat” (AD Dahr: 3)

Dari tahapan ini, penciptaannya mulai disewakan dari beberapa unsur sebab peranannya didalam ini

memiliki banyak segi yang menghendaki manusia harus memiliki kemampuan-kemampuan yang luas.

Tahap Keempat

Tahap keempat dalam evolusi manusia terjadi ketika otak menusia mencapai penyempurnaan, yang

dicirikan oleh bentuk perkembangan pesat kesadaran dan kecerdasan. Dari “sami'” dan Bashir” yang

mampu menguji kecerdasannya terhadap sesuatu sasaran, yang dengan adanya semangat permintaaan dan

pencarian, kesimpulan dan penemuan mulai datang dalam jangkauan kemampuan-kemampuannya. Disisni

ia bangkit ke suatu tingkat yang sangat istimewa yang lebih tinggi dari bentuk-bentuk kehidupan binatang

dengan didukung daya pikir dan kemampuan bicara.

Kaitan rantai-ranatai ini dalam proses evolusi manusia merupakan rangkaian awal dan variasi tahap

perkembangan. Periode-periode diantara kemunculan tingkat-tingkat ini tidak disebutkan secara jelas dalam

dalam Alquran karena hal itu bukan suatu uraian ilmiah dalam hal ini. Alquran menunjuk kepada hal-hal ini

ketika dipandang perlu untuk membukakan suatu poin kebenaran moral dan spiritual dan meninggalkan

celah-celahnya bagi pikiran manusia. Hubungan lain dalam rantai evolusi manusia dapat dijelaskan dari ayat

lain, misalnya: 

“Dan Allah telah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes nutfah kemudian ia menjadikan

manusia berjodoh-jdoh” (Al-Fathir:12)]

Dalam ayat lain dikatakan:

“”Dan Allah membuat kamu tumbuh dari bumi dengan suatu pertumbuhan yang baik” (Nuh: 18)

Sedangkan disini dikatakan “Allah menciptakan kamu dari tanah”, kemudin dari “setetes nutfah” rangkaian

Page 7: Proses Penciptaan Manusia

lain telah ditinggalkan hingga “ia membuat kalian berjodoh-jodoh”: Yaitu menjadi mampu hidup dalam unit-

unit sosial yang dari sini selanjutnya muncul tahapan yang kita menyebutnya peradaban manusia dan

budaya dengan suatu aturan kehidupan.

Dalam tempat lain akan dijelaskan mengapa pandangan yang Alquran telah membiarkan beberapanya tidak

disebut.

Arti “Azwaj”

Disini azwaj tidak menunjuk pada pembagian laki-laki dan perempuan sebab telah  teracakup dalam

pengertian “tetes nutfah” dan harus dimengerti sebagai sesuatu diluar kenampakan jenis kelamin. Dalam

bahasa Arab . Kata “zauj” juga bermakna “jenis atau “variasi” atau “grup-grup komplemen”, dan inilah

makan yang dikehendaki disini. Ketika pikiran manusia berkembang secara penuh dan suatu variasi

tempramen muncul, individu-individu mulai menunjukkan kecenderungan atau pergi dari individu-individu

lain tetentu dalam aktivitas-aktivitas mereka. Ini menyebabkan kemunculan-kemunculan unit-unit sosial

seperti unit-unit keluarga atau kobinasi-kombinasi individu yang teratur satu sama lian.

Cerita evolusi manusia yang muncul dapat diringkaskan bahwa pada awalnya manusia sekarang ini hanyalah

segumpal tanah atau bongkah. Setelah beberapa tahapan intermedier yang Alquran tidak menyebutkannya,

manusia mencapai suatu tahap yang ia menjadi suatu “jenis bintang” berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan dan berkembang biak melalui hubugan seksual. Kemudian Alquran kembali meninggalkan

beberapa tahap intermedier sampai manusia muncul sebagai suatu makhluk sosial yang terbagi dalam

beberapa grup yang terwujud dari berbagai varisasi mental, fisik atau kecenderungan-kecenderungan

ekonomi. Inilah poin ketika cerita peradaban manusia dimulai. 

Diantara tahap-tahap evolusi manusia terdapat masa ketika debu, keping-keping kering tanah dan air itu

menimbullkan sejenis kehidupan di dalamnya, hal ini disebutkan dalam alquran:

“dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air” (Al Anbiya: 31)

“Yang telah menjadikan sempurna segala sesuatu yang diciptakann-Nya dan ia memulai penciptaan

masnusia dari tanah liat” (As-Sajdah: 8)

Kata bahasa Arab untuk tanah liat dalam dua ayat diatas ialah “tiin”, yang artinya tanah dicampur dengan

sejumlah air yang membuatnya rekat satu sama lain. Jadi menurut Al-quran kehidupan manusia berasal dari

suatu substansi campuran tanah dan air yang dalsm perkembangan waktu berkembang menjadi makhluk

sempurna disebut manusia. Bukti dari fakta yang dalam berbagai tempat tertentu Alquran tidak

menyebutkannya untuk diketahui, ketika kita mencermati berbagai teks yang terkait dengan persoalan yag

dibahas. Dalam ayat terakhir yag baru dikutip kita diberi tahu bahwa pada tahap permulaan sekali dalam

evolusi manusia adalah ketika ia diberi “suatu bentuk” dari tanah basah. Mengikutinya datang suatu

tahapan ketika manusia mulai dikembangbiakkan lewat pemungsian organ-oragan seks dari kai-laki dan

perempuan.

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari patisari nutfah yang tidak bermakna” (As-Sajdah:9)

dan si suatu tempat dikatakan:

“Bukankah kami telah mencipatakanmu dari cairan yang hina dan menempatkannya dalam suatu tempat

Page 8: Proses Penciptaan Manusia

tinggal yang mantap?”

(Al Mursalat:21-22)

Ayat-ayat ini menunjukkan dengan sangat jelas, manusia berasal dari tanah kering, segumpal tanah atau

bogkah yang dari tahap ke tahap telah melewati keadaan ketika sebelumnya merupakan campuran dengan

air. Campuran ini berkembang menjadi jenis manusia yang belum sempurna atau organisme yang kemudian

berkembang jadi manusia  yang lebih baik. Kemudian dalam suatu tahapan ketika perkembangbiakan

makhluk hidup ini terjadi melalui pemfungsian organ-organ seks yang berkembang menjadi laki-laki dan

perempuan. Keadaan  sebagai tanah, segumpal atau bongkah tanah adalah tahap tertentu, yaitu bahwa

tanah tercampur dengan air adalah tahap lain dan ketika perkembangkbiakan mulai terjadi sebagai suatu

hasil perkembangan seks adalah tahap tertentu yang lain lagi. Semua tahap-tahap ini menampilkan periode-

periode waktu yang berbeda yang masanya hanya dapat dipahami secara samar-samar atau imajiner.

Prinsip Tentang Penciptan Manusia

Kita membaca dalam alquran:

“Dan bahwa Tuhan engkaulah terletak keputusan terakhir. Dan bahwa Dialah yang membuat mereka

menangis. Dan bahwa Dialah yang menciptakan pasangan-pasangan laki-laki dan perempuan. Dari nutfah,

apabila laki-laki dan perempuan. Dari nutfah, apabila dikeluarkan. Dan bahwa bagi Dialah penciptaan

kejadian yang kedua kali” (An-Najm: 43-48)

Dengan kata lain Alquran berkata “penciptaanmu”. Permulaanmu berawal di tangan Allah dan akhirmu

terletak pada-nya. Kedaanmu juga sebagai makhluk adalah seperti suatu busur dengan suatu diameter pada

sasaranya. Ketika busur itu dibengkokkan sedapat mungkin, mungkin ujungnya dapat dipertemukan. Jika

engkau mulai berjalan ke arah dari mana asal mulamu dari posisimu sekarang: kamu akan mencapi suatu

titik dimana disana tidak ada yang lain selain Allah dibalik seluruh alam semesta: sementara jika kamu mulai

berjalan ke arah akhirmu, kamu akan kembali mencapai suatu titik dimana sekali lagi disana tidak ada yang

lain lain melainkan Allah. Dengan kata lain penciptaan manuaia dari Allah dan akhirnya juga terletak pada-

Nya. Rantai sebab akibat menjadi lebih jelas dan lebih jelas lagi sampai mencapai Allah pada ujung

akhirnya”.

Kesimpulan-kesimpulan berikut ini terkandung sangat jelas dalam ayat-ayat diatas:

1.    Materi yang darinya manusia diciptakan tidaklah abadi. Ia diciptakan Allah.

2.    Penciptaan manusia melibatkan suatu proses evolusi meliputi suatu periode waktu. Pandangan bahwa

manusia tercipta secara instan (tiba-tiba) adalah tidak benar.

3.    Manusia diciptakan dari suatu  asal yang berbeda secara istimewa dan bukanlah dari bentuk ciptaan

lain, hewan atau yang lain. Adalah tidak benar ia berasal dari spesies kera atau monyet seperti teori Darwin.

4.    Satu dari tahap-tahap evolusi yang telah dilalui manusia adalah ketika semacam batuan atau bongkah.

5.    Ia kemudian melewati suatu bentuk kehidupan hewan ketika kecerdasan belum dimilikinya sekalpun ia

bergerak, minum dan makan seperti hewan lain yang lebih rendah. 

6.    Ia kemudian memiliki kecerdasan dan menjadi “hewan” yang vokal karena dapat berbicara.

7.    Tahapan terakhir dalam kemajuannya sebagai suatu individu yang hidup, ketika ia memiliki suatu

sistem hidup dan berjalan ke arah peradaban dan budaya manusia. Tidak seperti hewan rendah yang hidup

masing-masing secara individu, manusia mulai bekerjasama dengan sesamanya dalam suatu sistem dan

aturan kehidupan.

Page 9: Proses Penciptaan Manusia

Semua tahap-tahap ini secara singkat dapat dibagi menjadi empat, yaitu tahap sebagai bongkahan seperti

batu yang tak hidup; tahap kehidupan tanpa otak yang tinggi; tahap (memperoleh) kecerdasan dan akhirnya

tahap makhluk berperadaban. Adalah jelas bahwa hanya dua tahap yang terakhirlah yang dapat disebut

sebagai keadaan keberadaan manusia. Sementara belum dilengkapi dengan kecerdasan , ia tidak lebih

hanya suatu jenis hewan. Benar bahwa mulai dari permulaan, tentu saja adalah recana tuhan untuk

mengembangkan manusia menjadi makhluk berperadaban, akan tetapi dalam tahap-tahap sebelum

kecerdasan dimilkinya, ia belum dapat sepenuhnya disebut manusia. Keadaannya dapat dikatakan

menyerupai embrio yang masih berkembang dalam rahim. Secara esensi, bayi di dalam rahim adalah

manusia, tetapi karena perkembangannya belum sempurna ia masih jauh dari identitas manuisa. Lemah dan

tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri.

Seperti itu pula perihal permulaan manusia esensinya adalah manusia, meskipun ia belum berkembang ke

tahap dimana dapat menyandang neama itu. Ia belum mencapai kemampuan-kemampuan yang

menaikkannya diatas hewan-hewan lain dan ia belum memperoleh kecerdasan yang memposisikannya pada

tingkat ini. Ia mulai layak disebut seorang manusia setelah ia mengalami perkembangan kecerdasan

sekalipun ia belum dapat disebut manusia rasional, sebab tingka  ini menghendaki sesuatu yang lebih dari

hanya sekedar kecerdasan. Status ini menghendaki suatu jalan hidup yang rasional., sistematika dan teratur

yang ad lah sasaran yang dikandung dalam penciptaan manusia. Dalam hal ini akan membagi permulaan

sejarah manusia menjadi dua bagian:

1.    Periode yang didalamnya ia mendapatkan kemampuan kecerdasan dan rasionalitas.

2.    Dari mana ketika ia menggunakan kemampuan-kemampuan ini dan memulai jalan hidup yang

sistematis dn teratur.

Adam Manusia sempurna yang Pertama

Hal ini mengikuti dari yang telah dinyatakan demikian jauh bahwa area kecerdasan manusia dibagi ke dalam

dua bagian yang jelas, yaitu:

1.    Ketika manusia telah mengembangkan kecerdasan, tetapi bersifat individual untuk ketertarikan

pribadinya atau dalam pasangan.

2.    Ketika daya tarik sosial mengembangkan kecerdaasan ini dan menimbulkan pengertian terhadap hukum

dan aturan.

Ketika manusia mencapai hal yang disebut terakhir itu, ia menjadi mampu menundukkan hidupnya kepada

kontrol dan petunjuk dari luar. Ini menjadi tingkatan ketika era kesempurnaan kemanusiaan dimulai.

Menurut Alquran, Adam merupakan manusia pertama yang memiliki pikiran yang tumbuh pada ketinggian

ini. Ia bukanlah manusa yang pertama kali diciptakan dari gumpalan tanah liat melainkan yang pertama

mencapai perkembangan mental ini dari antara sejumlah besar spesies menusia yang tersebar di suatu

daerah. Adalah sesuatu yang mengherankan bagi manusia guna untuk menundukkan dirinya kepada kontrol

dan petunjuk dari luar. Beberapa dari mereka dalam kehidupan bertetanga ketika perkembanngan ini terjadi

tidak tersiapkan untuk menerima ide  yang baru dan menakjubkan ini. Meskipun mereka memiliki

kecerdasan tertentu, insting mereka untuk bekerja sama dan hidup sosial belum kuat dan mendorong

(mereka). Jadi kelompok manusia yang secara komparatif kurang berkembang tersebut pasti memiliki

dendam (marah) liar dan melawan terhadap pendirian ide yang revolusioner dan juga rezim yang dihasilkan

dari ide tersebut. Adalah jelas jika dua ekor kuda diikat pada gandaran (kereta) yang sama, yang satu

menurut sedang yang lain liar dan menendang-nendang dengan beringas, maka kereta itu tak ragu lagi akan

menderita goncangan yang sangat hebat. Laju kedepan yang dimungkinkan sepanjang jalan itu tentu akan

jauh dari ketenangan., sebab kuda yang liar yang tidak menurut akan mengusakan memuntahkan (kendali)

dalam mulutnya untuk dapat bebas dan kemudian lari jauh. Ini adalah hal yang pasti telah terjadi ketika

Page 10: Proses Penciptaan Manusia

manusia pertama (yang sempurna) muncul dan memanggil kawan sebangsanya kepada kehidupan sosial

yang teratur dan berdisiplin berdarkan kesederajatan dan semangat kerjasama.

Arti Adam

Nama yang diberikan oleh alquran kepada manusia sempurna yang pertama merrupakan hal yag sangat

penting. Kata Adam dalam bahas Arab dapat ditarik (diderivikasi) dari dua akar kata: “Adim” yang berarti

permukaan bumi atau “udma” yang berarti warna gandum. Jadi Adam berbarti orang yang hidup di

permukaan bumi atau seorang manusia yang bercirikan berwarna gandum seluruhnya. Pada faktanya arti

kepadanya itu tampak menjelaskan hal yang sama: seorang manusia atau kelompok manusia yag hidup di

tempat terbuka berlawanan dengan yang lain yang hidup di gua-gua. Yang hidup di tempat terbuka itu

berwarna lebih gelap disebabkan pemanasan konstan matahari.

Melalui Adam sebagai agen samawi yang pertama, telah diletakkan pondasi kemasyrakatan manusia dan

juga peradaban dan budaya. Orang-orang yang ikut kepada seruannya harus telah memutuskan untuk

keluar dari gua-gua dan bentukan-bentukan alami (kandang) lain dan hidup dalam koloni padat yan

dirancang untuk memfasilitsi sebuah kombinasi pertahanan dalam kssus penyerangan.

Budaya Manusia pada Zaman Adam

selama masa Adam disana pasti terdapat sejumlah manusia yang masih berada pada tahapan mental

sebelumnya, yang belum memahami pemikiran yang baru. Jadi mereka pasti telah bengkit melawan secara

liar terhadap usaha-usaha pengurangan kebebasan san kemerdekaan mereka. Mereka menolak

mendengarkan Adam dan tetap terus meneruskan hidup seperti sebelumnya di gua-gua dan jenis

“kandang”lain. Spesies manusia manusia saat itu terbagi secara tajam ke dalam dua kelompok , yaitu

mereka yang menerima pengarahan baru dan mereka yang tidak. Kelompok yang pertama keluar dari gua-

gua dan “kandang”. Mereka mulai hidup dalam koloni kecil padat didirikan atas prinsip-prinsip kerjasama

dalam kaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia dan sebagai kombinasi pertahanan dari koloni tersebut

dalam menghadapi bahaya. Kelompok yang kedua tetap hidup dalam gua-gua dan “kandang-kandang” dan

secara berangsur dikenal oleh kelompok yang lain sebagai jinn , yang berarti ke suatu makhluk yang

hidupnya sedikit terkena cahaya., dalam kegelapan dan jarang terlihat secara terbuka dan sepenuhnya.

Mereka juga susah dikenali oleh kerena kecenderungan berbuat kejam dan jahil; bentuk permusuhan umum

kepada tiap orang. Mereka yang hidup terbuka di permukaan bumi dalam koloni-koloni, saling dukung dan

bekerjasama satu sama lain. Adalah insan-insan pertama yaitu yang dijalankan oleh unas, yakni perasaan

sederajat dan kecintaan satu sama lain. Mereka yang hidup dalam kegelapan gua-gua jarang berani keluar

di tempat terbuka dan selalu dicirikan oleh kecenderungan curiga dan permusuhan terhadap makhluk lain.

Grup yang lain menyebut mereka Jinn, kelam, sial, liar, kejam, bermusuhan, jahil dan berkecenderungan

jahat kepada yang lain. Namun demikian harus diingat bahwa kedua anggota kelompok itu adalah dari jenis

yang sama.

Arti asal dari kata jin adalah bahasa Arab adalah seseorang atau sesuatu yang menyukai dirinya tidak

terlihat; tersembunyi; tidak dikenal; sesuatu atau seseorang dengan kekuatan besar dan selalu berbahaya

bagi yang lain. Inilah mengapa orang-orang penting, para kepala suku, para pemimpn politik dan lain-lain

juga dikenal sebagai jin dalam bahsa Arab, sebab mereka selalu dilingkupi oleh rutinitas dan pengawal-

pengawal , tidak mudah dihubungi dan jarang terlihat di depan publik. Dalam penggunaan bahasa arab kata

itu juga dikenakan kepada orang-orang asing dan telah digunakan dalam makna ini di dalam Alquran.

Namun demikian ini bukanlah saatnya untuk lebih detail membahas hal ini.  

Page 11: Proses Penciptaan Manusia

Atas karunia Allah, aku telah mengumpulkan bukti-bukti dariAlquran yang luas yang menyatakan bahwa

kata jinn telah digunakan untuk manusia-manusia. Aku telah menemukan orang-orang yang bagi mereka

alquran telah menggunakan kata ini dan juga tempat-tempat mereka tinggal beserta bukti yang

menunjukkan bahwa jin-jin ini adalah manusia yang tidak berubah.

Adam Bukan Manusia Pertama

Poin pertamaku dalam mencermati hal ini adalah bahwa menerut Alquran, Adam bukanlah manusia 

pertama dalam pengertian secara instan diciptakan, sebelum kemunculan Adam dalam lingkungannya,

spesies manusia telah ada dalam periode yang lama. Menujuk kepada adam, Allah berfirman dalam alquran:

“aku hendak menjadikan sorang khalifah di muka bumi” (Al Baqarah: 31)

Jika Adam manusia yang pertama kali, tentu Alalh seharusnya berfirman bahwa ia akan menjadikan manusia

yang pertama, akan tetapi Allah tidak berfirman demikian. Apa yang Allah firmankan adalah bahwa ia akan

membangkitkan seorang manusia utama untuk menjabat status sebagai khlifah-Nya. Implikasi hal ini tidak

salah lagi adalah bahwa pada waktu itu manusia-manusia lain juga ada dan satu dari antara mereka terpilih

untuk maksud ini dan tanggung jawab yang mengiringinya. Dan sangat jelas dari kata-kata ini bahwa apa

yang difirmankannya tidak menunjuk kepada penciptaan nenek moyang spesies melainkan pengutusan

seorang untuk melaksanakan tanggung jawab yang jelas. Ayat kedua yang membuktikan bahwa masyarakat

telah ada sebelum kemunculan Adam adalah:

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dan kemudian kami beri bentuk lalu kami

memerintahkan kepda padra maliakt, tunduklah kepada adam” (al-A'raf: 12)

dengan kata lain, manusia-masnusia telah diciptakan mula-mula dan kemudian melalui  suatu prises,

mereka diberi bentuk pribadi dan perkembangan kecerdsan pikiran, kemudian para malaikat diperintahkan

untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka. Disini Allah tidak berfirman bahwa ia telah berfirman bahwa

ia telah menciptakan seorang  manusia dan memerintahkan pada malaikat untuk bersembah sujud

kepadanya, apa yang difirmankannya adalah bahwa ia telah menciptakan manusia-manusia dan menjadikan

mereka memperoleh tingkatan dan kondisi berbentuk (manusia). Ketika hal itu tejadi, Ia memerintahkan

para malaikat untuk menghormat tunduk di depan manusia yang telah mencapai kemajuan yang tidak

dicapai sebelumnya. Hal ini sangat jelas mengimplikasikan keberadaan anggota-anggota spesies manusia

yang lain dan waktu itu ketika saat diantara mereka diangkat pada kemuliaan dan kehormatan menjadi

khalifah Allah

v Nuthfah, (“setetes” atau sejumlah kecil air)v ‘Alaqoh (struktur seperti lintah)v Mudghah (struktur bekas kunyahan)v ‘Idhaam (tulang” atau “rangka)v An-Nasy’a (formasi/ pembentukan fetus yang sudah jelas)v Kisaa al-‘Idham bil laham, (membungkus tulang dengan daging atau otot).