Proses Pemulihan (1)

download Proses Pemulihan (1)

of 6

description

proses pemulihan

Transcript of Proses Pemulihan (1)

Proses Pemulihan (Recovery Process)

Proses pemulihan adiksi napza bukan hanya melepaskan si pecandu dari ketergantungan napza, tetapi juga mencegah mereka kembali menggunakannya. Proses pemulihan adalah suatu perjalanan panjang yang menyakitkan bagi para pasien adiksi napza, mulai dari lepasnya napza dari tubuh sampai ke pola hidup sehat. Dalam proises pemulihan, seorang adiksi harus membuat perubahan intrapersonal dan interpersonal. Proses pemulihan dari berhenti menggunakan napza atau abstinensiaCirri-ciri ideal dari proses pemulihan : Abstinensia Menjauhkan diri dari teman, tempat, benda dan hal lain yang dapat menimbulkan keinginan menggunakan napza kembali Berhenti mempersalahkan diri sendiri Belajar mengendalikan eprasaan Belajar merubah pola pikir adiktif Belajar mengenali permasalahn diri sendiri, orang lain dan sekitarnya

Proses pemulihan terdiri atas beberapa fase berikut :1. Fase pra terapiSebagai akibat kecanduan napza pasien terpaksa terus menerus menggunakan napza. Kadang-kadang mereka merasa yakin dapat mampu mengendalikan penggunaan napza. Namun realita menunjukkan mereka gagal, dan akhirnya tetap menggunakan terus.

2. Fase stabilisasiPada fase stabilisasi, pasien mulai mengetahui bahwa kalau berhenti, akan timbul dorongan ingin menggunakan kembali (craving) dan akibatnya fisik dapat menimbulkan gejala sakau atau gejala putus zat atau withdrawal. Bila pasien gagal pada fase ini, mereka tidak dapat menahan gejala-gejala withdrawal, dank arena tidak dapat menahan penderitaan, mereka menggunakan napza kembali.3. Fase pemulihan diniPada fase ini, pasien telah belajar mengenai adiksi, mengambil jarak dengan teman-teman pengguna lain, menjalin hubungan hanya dengan teman-teman yang mendukung pemulihan diri. Penyebab terjadinya relaps pada fase ini terutama disebabkan karena kurangnya kemampuan berinteraksi social.4. Fase pemulihan menengahPasien mulai mengembangkan pola hidup pada nilai-nilai wajar dalam bidang pendidikan, suasana pekerjaan, lingkungan keluarga. Relaps terjadi karena stress yang timbul terhadap kehidupan yang nyata.

5. Fase pemulihan akhirPada fase ini, seharusnya sudah mulai dikembangkan self esteem, kemampuan untuk hidup produktif dan bahagia. Kegagalan disini, umumnya karena kurangnya kemampuan mengatasi inner child problem.

6. Fase maintenancePasien pada fase ini, harus bisa mengatasi stress dalam kehidupan dengan clean & sober. Relaps terjadi karena tidak mampu mempertahankan program pemulihannya akibat tekanan social yang berat yang tidak mampu diatasi.

Dalam proses pemulihan, ada suatu gejala penting yang harus dipahami yaitu relaps. Relaps dapat dianggap sebagai titik awal dari menggunakan napza kembali (sering disebut slip, terpeleset atau lapse), setelah sebelumnya didahului oleh abstinensia. Relaps bukan suatu kejadian yang berdiri sendiri, tapi merupakan manifestasi perilaku disfungsional yang terus menerus meningkat dan kembali menggunakan napza. Jadi merupakan suatu proses yang sebetulnya dapat dikendalikan. Penelitian membuktikan bahwa relaps dimulai oleh sejumlah warning signs yang umumnya tidak diketahui pasien. Banyak teknik terapi yang dikembangkan khusus untuk mengatasi relaps.

Relaps dan PencegahannyaRelaps adalah proses dimana adiksi kembali menggunakan napza dengan frekuensi dan jumlah yang sekurang-kurangnya sama seperti ketika pasien menggunakan narkoba sebelum masa abstinensia. Dalam proses relaps, seorang adiksi akan menunjukkan gejala-gejala dini yang memungkinkan untuk dipahami si pecandu dan keluarganya sehingga membantu pasien mengatasi relapsnya. Gejala dini dikenal dengan nama Relapse Warning Signs.Seperti telah disebutkan, adiksi adalah gangguan mental menahun yang sering relaps. Pencegahan terhadap relaps merupakan salah satu elemen kritis dalam terapi adiksi napza. Penelitian menunjukkan bahwa 54% dari semua pasien adiksi akan menjadi relaps setelah menjalankan terapi dan 61% dari jumlah tersebut mengalami periode relaps berkali-kali. Sebagian adiksi napza mengalami relaps setelah sebulan pasca terapi, sebagian lagi relaps 12 bulan pasca terapi. Meskipun relaps adalah salah satu gejala adiksi, namun relaps tersebut dapat dicegah. Factor kunci pencegahan relaps adalah memperbaiki penyesuaian social. Penyesuaian diri yang lemah seperti pada tahanan criminal menyebabkan mereka cenderung relaps dan selalu dikaitkan dengan perilaku criminal. Metode dari pencegahan relaps merupakan titik kritis keberhasilan suatu terapi adiksi. Relaps didahului oleh factor pencetus atau trigger yang disebut sebagai warning sign. Berbagai bentuk dari warning sign sangat banyak, antara lain : BerbohongCirri paling penting dalam sinyal relaps adalah berbohong, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Mempersalahkan orang lainBila pecandu mempersalahkan orang lain karena perbuatannya, berarti dia membuat dirinya menjadi korban. Apabila ia menjadi korban, maka ia harus mengambil resiko bertanggung jawab. Perasaan maluBanyak adiksi yang malu mengakui kesalahannya. Pecandu napza khawatir kalau mengakui kesalahannya, dia tidak akan dihargai dan dipercaya lagi. EuphoriaEuphoria adalah perasaan yang tidak lazim berlebih-lebihan. Bila pecandu napza tampa euphoria, tampak dia optimistic dan umumnya kurang sensitive. Kalau dia menggunakan napza lagi, dia merasa kurang bertanggung jawab.

Ketidakmampuan pecandu napza memiliki ketrampilan mengidentifikasi warning sign dan cara-cara mengatasinya perlu mendapatkan pelatihan yang disebut Relapse Prevention Training atau Therapy. Dewasa ini berkembang terapi mengatasi relaps yang berazaskan pada perubahan perilaku dan kognitif yang disebut Cognitive Behaviour Therapy.

Stages of ChangeDalam proses pemulihan, seorang adiksi napza mengalami banyak perubahan yang dapat dinilai dari motivasi. Model stages of change dilakukan untuk memahami proses seorang adiksi napza dalam upayanya untuk menghentikan kebiasaan. Model tersebut berupa lingkaran spiral yang menggambarkan fase-fase perubahan, yaitu :1. Fase prekontemplasi Pasien masih sama sekali belum menyadari adanya perubahan dalam dirinya akibat menggunakan napza Pasien tidak memiliki minat untuk berubah, meskipun keluarga atau orang-orang dekat dengannya telah mengingatkan bahwa telah terjadi masalah akibat tingkah lakunya. Kalau mereka telah masuk ke sentra-sentra rehabilitasi umumnya karena paksaan, ditipu atau karena pelanggaran hukum Pasien menganggap bahwa kecanduan diakui sebagai urusan pribadi. Orang tua, orang lain atau siapapun tidak perlu mencampuri persoalan dirinya Kewajibannya sebagai anggota keluarga tetap dianggap tidak terganggu, mereka tetap mempertahankan argumentasinya meskipun fakta-fakta berbeda. Dia berulang kali mencari-cari alasan Saya tidak perlu berubah, karena saya merasa tidak melakukan suatu kesalahan

2. Fase kontemplasi Pasien sudah mulai mengakui telah terjadi kesulitan akibat napza (mungkin telah mulai ada keluhan fisik), tetapi menolak suatu komitmen untuk berubah Pasien mempertimbangkan berbagai kemungkinan-kemungkinan untuk berubah, namun masih ada perasaan ragu-ragu, bimbang, dan ambivalensi Pasien telah mulai memiliki perasaan bahwa dalam dirinya telah terjadi suatuproblem akibat penggunaan napza Kadang-kadang pasien tampak bersungguh-sungguh menunjukkan keinginan atau kebutuhan berhenti, namun belum berbuat apapun. Pasien merasa belum waktunya untuk berubah Pasien mulai merasakan penderitaan keluarga akibat tingkah laku dirinya Pasien sedang menimbang-nimbang untung dan rugi akibat menggunakan napza, namun merasa lebih banyak untungnya

3. Fase prepasi Tampaknya pasien telah secara sungguh-sungguh menunjukkan keinginan berubah atau kebutuhan untuk berhenti, namun belum siap Pasien mengaku belum mau berubah, kalau belum merasa betul-betul mantap Pasien banyak bertanya teman pecandu lain dan mulai mencari indo tentang upaya penyembuhan ketergantungan napza. Sering juga mencari-cari alasan waktu dan menunda-nunda action Pasien mulai mengembangkan rencana kerja dan mempersiapkan etape awal perubahan Last minute shopping lalu pergi ke dokter Pasien telah memahami dan mengakui adanya problem dalam keluarga, sudah dapat mengambil keputusan untuk menetapkan mau berubah, untuk memulai upaya penyembuhan.

4. Fase aksi Pasien secara aktif mengambil langkah-langkah untuk berubah, tetapi belum mencapai suatu kondisi stabil Pasien berhasil menunjukkan beberapa perubahan perilaku yang berkait dengan napza, misalnya bersedia mengikuti terapi dan menghadiri meeting Pada tahap aksi, pasien sudah mulai melatih, merubah tingkah launya dan ini memerlukan eksperimentasi yang berulang kali Counterthinkin : bebaskan diri pasien dariu pola pikir, misalnya pada satu saat ada perasaan dalam diri pasien ingin marah, segera catat dalam pikiran pasien bahwa marah-marah membuat dirinya lebih menderita Pasien mulai mencari aktivitas alternative di luar focus problem ketergantungan napza.

5. Fase rumatan Pasien telah mencapai sasaran misalnya abstinensia dan sekarang sedang bekerja keras untuk tetap mempertahankannya Dia mulai menghindari diri menggunakan napza apapun dan berhasil mengendalikan relaps yang datang serta mampu mengatasinya Pasien terlibat dalam melatih diri dengan kesabaran dan mempertahankan kontinuitas Bila pasien mengalami slip, pasien tidak panic karena merasa yakin ia sudah dibekali skill untuk mengatasi diri Pasien bersedia secara aktif untuk membantu orang lain yang sependeritaan dengannya Pasien telah mencoba untuk menahan berbagai godaan dari orang lain yang masih aktif menggunakannya

Bila pasien mengalami suatu pengalaman relaps sehinggga terjadi gejala-gejala dan sekarang harus menanggung konsekuensinya dan dalam keadaan tersebut seyogyanya ia mampu memutuskan apa yang akan dilakukan pada hari-hari berikutnya. Slip atau relaps awal dapat terjadi dengan sengaja atupun tidak.Dokter-dokter umum yang bekerja di beberapa puskesmas, terutama di kota-kota besar dan diharuskan bekerja sebagai terapis yang terlibat dalam program substitusi metadon, disarankan untuk memiliki kemampuan melakukan wawancara praktis terhadap pasien pasien adiksi zat.

Peran Tenaga Medis dalam Proses Pemulihan Seorang professional dalam bidang adiksi tidak perlu semata-mata berlatar belakang medis. Penanganan menjadi lebih rumit, bila kasus ditangani banyak pakar disiplin ilmu yang satu sama lain tidak memiliki koordinasi. Terapi medic, khususnya yang menyangkut detoksifikasi atau terapi withdrawal dijalankan oleh : Dokter ahli adiksi Psikiater Dokter umum/dokter keluarga Perawat spesialis adiksi Konselor adiksi

Di luar negeri, tenaga professional tersebut mendapatkan akreditasi dari organisasi professional berkait dan bila mereka berminat melayani kasus adiksi, izin atau lisensi dari badan pemerintah setempat. Dipersyaratkan kepada tenaga professional tersebut untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dengan jumlah kredit tertentu secara periodic.Dalam terapi tangkaian aktivitas jangka panjang, tenaga professional yang terlibat dalam program terapi meliputi banyak bidang, sehingga mereka yang telah mendapat pelatihan khusus adiksi bekerja di unit tersebut, termasuk antara lain : Terapi vokasional Pekerja social Legal professionals Konselor adiksi Educator Art creative designer