Proses Pembuatan Hujan Buatan

9
Proses Pembuatan Hujan Buatan Rabu, Oktober 10, 2012 Ekky Satrio  No comments S ej ar ah H uj an bu atan di du ni a d i m ul ai p ad a t ah un19 46 ol eh pe ne m un ya V incent S cha ef er da n I r vi ng La ng muir, di l an j ut kan set ah un kem ud i an 19 47 ol eh B er nar d V on ne gu t . Ya ng seb enar nya d i l aku kan ol eh m an usi a a da l ah m enciptakanpeluang hu j andan “mem pe r cepa t t er j ad inya hu j an. Nama yang diguna kan seba gai up aya m em bu at huj an ada lah m en j ad i Teknol og i M od i kasi C ua ca ( T M C ) . N ah, yang di l akuka n ol eh manusia pa da T M C , ad al ah m em pe nga r uh i pr oses yang t er j ad i di aw an seba ga i “da pu r” pe m bu at hu j an . S ehing ga mempe rcepat pe l ua ng terj ad i nya h ujan. B ah an u ntuk “ m empe ng ar uh i” prose s ya ngt e rj a di di aw an t e r d iri d ari dua j e n i s ya i t u : 1. B a h a n u n t u k “m e m be n t u k” es, d iken al de n ga n g l a si oge n ik, beru pa P erak Iodid a (A g I). 2. B ah anuntuk “ m engg ab ungkan” butir - bu t ir at m osp he re di aw an , di ken al de nganhigr osko pis, ber up a ga r am da pu r atauN at ri um C hl or ida( N aC l), at au C aCl 2 da n Ur ea . D i I n d o n e si a , u p aya h u j a n b u at a n i n i d i p e r l uk a n u n tu k : 1. A ntisi p a si K et e r se d iaanAir, m isa l pen g isi a n w a d uk, d a n a u, un t u k ke p e rlu a n at m o sp h e r e bersi h , iri ga si, p e m b a n g ki t l i st r i k ( P LTA ) . 2. A ntisi p a si K e b a ka ra n h u t a n /l a h a n , ka b u t a sa p 1. Prose s H uj an B ua tan: S i f at awan yang menyebab kan huj an ol eh m anu si a d i gun akan unt uk m em bua t huj an bua t an. D al am m e m p ercep a t h u j a n , ora ng m e m b eri za t h i g r o sko p i s se b a ga i i n t i ko n d e n sa si ( p er a k d i o ksi d a , kr i sta l e s, e s ke r i n g atau C O 2 pa da t ) . Z at -zat t er sebu t di t ab ur kan ke u da r a de nga n m en gg un akan pe sawat t er ba ng . P em bu at an hu jan b ua t an d isebu t seba gai suatu pr oses p em od i kasi an a w an d en gan m eng gu na kan b ahan- ba ha n kimia, t er utama N aC l (gar am da pur). K emar au pa nj an g se pe r t i yan g ki t a a l ami seka r an g m emer l uka n u sah a u nt uk m en gh ad ap i t an t an ga n i kl i m . K emar au pa nj an g m en yeb ab kan t an ah ker i ng , at m osp he re su l i t di pe r ol eh , sun ga i men ge ri ng sed an gka n a ng in

description

kimia

Transcript of Proses Pembuatan Hujan Buatan

Proses Pembuatan Hujan Buatan

Rabu, Oktober 10, 2012 Ekky Satrio No comments

Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh Bernard Vonnegut.Yang sebenarnya dilakukan oleh manusia adalah menciptakan peluang hujan dan mempercepat terjadinya hujan. Nama yang digunakan sebagai upaya membuat hujan adalah menjadi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Nah, yang dilakukan oleh manusia pada TMC, adalah mempengaruhi proses yang terjadi di awan sebagai dapur pembuat hujan. Sehingga mempercepat peluang terjadinya hujan.Bahan untuk mempengaruhi proses yang terjadi di awan terdiri dari dua jenis yaitu :1. Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida (AgI).

2. Bahan untuk menggabungkan butir-butir atmosphere di awan, dikenal dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2dan Urea.

Di Indonesia, upaya hujan buatan ini diperlukan untuk :

1. Antisipasi Ketersediaan Air, misal pengisian waduk, danau, untuk keperluan atmosphere bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA).

2. Antisipasi Kebakaran hutan/lahan, kabut asap

1. Proses Hujan Buatan :

Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur).

Kemarau panjang seperti yang kita alami sekarang memerlukan usaha untuk menghadapi tantangan iklim. Kemarau panjang menyebabkan tanah kering, atmosphere sulit diperoleh, sungai mengering sedangkan angin menerbangkan debu-debuan. Tantangan iklim berupa kelangkaan hujan akibat kemarau panjang dapat dilakukan dengan teknologi tinggi berupa hujan buatan. Cara ini tak bisa terus dilakukan sembarangan karena biayanya terlalu mahal. Hujan buatan hanya ditempuh bila keadaan memang keadaan demikian kritis. Apalagi usaha untuk melakukan hujan buatan ini terkadang hasilnya tepat dan terkadang meleset atau tak sesuai dengan yang diharapkan.

Para ahli yang mengetahui terbentuknya awan, terjadinya kondensasi, presipitasi dan lainnya sangat membantu untuk melakukan usaha dan percobaan dalam memodifikasi cuaca untuk mempercepat turunnya hujan. Dalam pembuatan hujan buatan mereka hanya melakukan usaha untuk mendorong dan mempercepat turunnya hujan atau berusaha agar uap atmosphere yang telah ada di udara berkondensasi dengan cepat sehingga pembentukan butir-butir atmosphere dapat segera berlangsung di awan. Pembentukan butir-butir atmosphere tersebut merupakan titik awalnya terjadi hujan.

Usaha ini dilakukan dengan menyebarkan zat kimia atau garam halus ke udara dengan bantuan pesawat terbang. Untuk tahap ini hujan yang diharapkan belum tentu akan turun, karena dilakukan proses lanjutan dengan menyebarkan butir-butiran besar di awan. Butiran tersebut akan bertumbukan dan bergantung dengan butir-butir atmosphere ini akan menjadi berat dan akan meninggalkan awan jatuh sebagai hujan.

Di daerah yang beriklim tropis, awannya dapat digolongkan dalam awan panas. Untuk mempercepat timbulnya hujan hanya dapat dilakukan melalui proses pembentukan awan panas secara alami.

2. Bahan-bahan kimia yang diperlukan

Untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi. Garam-garaman seperti NaCl dan CaCl2 dalam bentuk bubuk dengan hole 10-50 mikron, ternyata cukup higroskopis jika disebarkan di udara. Garam-garam itu di udara akan berperan sebagai titik pangkal pembentukan uap-uap atmosphere pada awan. Pembentukan butir-butir atmosphere juga dapat dilakukan dengan penyebaran garam-garaman tersebut.

Tindakan selanjutnya dapat digunakan bubuk urea. Penyebaran bubuk urea dilakukan beberapa jam setelah penyebaran garam-garaman tadi atau setelah tumbuh awan-awan kecil secara berkelompok pada beberapa beberapa tempat. Bubuk urea selain dapat membentuk awan lebih lanjut, juga bersifat endotermi (menyerap panas) yang sangat baik bila bereaksi dengan atmosphere atau uap air. Penyebaran bubuk urea di siang hari dapat mendinginkan lingkungan sekitarnya sehingga kelompok-kelompok kecil awan segera bergabung menjadi kelompok-kelompok besar.

Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak kehitam-hitaman artinya awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya adalah penyebaran larutan yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3 : 1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang tampaknya hitam. Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u 100 u dengan menggunakan peralatan mikron atmosphere yang dipasang di pesawat. Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4 C, yang akan mengikat awan dan mudah meresap ke dalam awan, sehingga dapat mendorong pembentukan butir-butir atmosphere yang lebih besar karena berat butir-butir atmosphere tersebut akan turun dan menimbulkan hujan.

Garam-garaman yang telah disebarkan di udara punya sifat-sifat fisis tertentu, seperti NaCl dan CaCl2 bila bereaksi dengan atmosphere dapat mengeluarkan panas, sedangkan urea dapat menyerap panas. Karena itu waktu disebar di udara akan timbul reaksi sebagai berikut:

NaCl + H2O - ion-ion + 910 K Cal (eksoterm)

CaCl2 + H2O ion-ion + 915 K Cal (eksoterm)

Urea + H2O - ion-ion 425 K Cal (endoterm)

Sifat garam-garam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Sifat NaCl (garam dapur): berbentuk kristal, mudah larut dalam atmosphere (36 g/100 ml atmosphere daripada 20C), dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis, banyak terdapat di udara (dari atmosphere laut), campuran NaCl dengan es cair mencapai -20C. Sedangkan CaCl2 adalah berbentuk kristal.

Garam dapur yang dimaksud bukanlah garam meja, tetapi adalah garam yang mempunyai sifat higroskopis yang jauh lebih besar daripada garam meja, sehingga garam meja tak dapat digunakan.

3. Perhitungan waktu yang tepat

Sebelum menyebarkan garam-garaman faktor-faktor klimatologi di daerah itu harus diperhitungkan. Penyebaran dilakukan pada ketinggian 4000-7000 kaki, dengan perhitungan faktor arah angin dan kecepatannya yang akan membawa awan ke daerah sasaran. Penyebaran NaCl dan CaCl2 hendaknya dilakukan pada pagi hari sekitar 07.30, dengan perhitungan karena pembentukan awan berlangsung pada pagi hari (dengan memperhatikan terjadinya penguapan).

Penyebaran bubuk urea biasanya dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan perhitungan awan dalam kelompok-kelompok kecil telah terbentuk, sehingga memungkinkan penggabungan awan dalam kelompok besar. Kelompok awan besar yang dimaksud yang dasarnya tampak kehitam-hitaman.

Saat awan besar dengan dasar yang kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul 15.00 dilakukan penyebaran larutan campuran yang telah dikemukakan di atas. Perhitungannya pada jam-jam tersebut awan telah terbentuk.

Perhitungan lainnya yang harus diperhatikan adalah faktor cuaca yang memenuhi persyaratan, yaitu yang mengandung uap atmosphere dengan kelembapan minimal 70%. Kelembapan harus memadai sehingga waktu inti kondensasi (NaCl dan CaCl2) disebarkan akan segera terjadi kondensasi. Kecepatan angin juga di daerah itu sekitar 10 knots dan tak terdapat lapisan inversi di udara.

Jadi kesimpulannya untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (garam-garaman NaCl dan CaCl2) pada waktu yang tepat.

Pembuatan Hujan Buatan

Cara membuat hujan buatan

Untuk meningkatkan kualitas udaranya Beijing sebagai penyelengaara Olimpiade melakukan berbagai cara, salah satunya dengan membuat hujan buatan. Hujan buatan bukan berarti manusia mampu menciptakan hujan, tetapi metode mempercepat terjadinya hujan. Cara membuat hujan buatan dengan menyemai awan dengan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga partikel-partikel air lebih cepat terbentuk dan hujan pun turun.

Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi.

Awan Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus yang baru tumbuh ; Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan Cumulus yang bergabung menjadi satu.

Jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol, merupakan jenis awan yang dijadikan sebagai sasaran penyemaian dalam kegiatan hujan buatan

Ada beberapa metode untuk menyemai bahan semai kedalam awan . Yang paling sering dan biasa dilakukan adalah menggunakan pesawat terbang. Selain menggunakan pesawat terbang, modifikasi pesawat terbang juga dapat dilakukan dari darat dengan menggunakan sistem statis melalui wahana Ground Base Generator (GBG) pada daerah pegunungan untuk memodifikasi awan-awan orografik dan juga menggunakan wahana roket yang diluncurkan ke dalam awan.

Di Indonesia, sejak tahun 1998 BPPT dan PT. INCO bekerja sama dengan perusahaan dari Amerika memakai metode penyemain awan dengan teknologi flare perak iodida. Dengan teknologi ini, pesawat yang dibutuhkan untuk menemai awan tidak perlu besar, cukup pesawat kecil yang dilengkapi dengan 24 tabung flare perak iodida yang di pasang di sayap pesawat terbang dan bak peluncur roket.

Setelah posisi awan, arah dan keepatan angin diketahui pesawat pun menuju awan potensial dan flare pun mulai dinyalakan dengan mematik listrik otomatis dari kokpit pesawat. Setelah itu tinggal menunggu hasilnya.

Cara Membuat Hujan Buatan dengan Garam

Cara Membuat Hujan Buatan dengan Garam, Hujan Buatan, Proses Hujan BuatanGaram Ditabur Cegah Hujan

NaCl di pesawat sebelum dilakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC)

Tahukah anda Hujan Buatan. Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh Bernard Vonnegut.Yang sebenarnya dilakukan oleh manusia adalah menciptakan peluang hujan dan mempercepat terjadinya hujan. Nama yang digunakan sebagai upaya membuat hujan adalah menjadi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Nah, yang dilakukan oleh manusia pada TMC, adalah mempengaruhi proses yang terjadi di awan sebagai dapur pembuat hujan. Sehingga mempercepat peluang terjadinya hujan.

Bahan untuk mempengaruhi proses yang terjadi di awan terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida (AgI).

2. Bahan untuk menggabungkan butir-butir atmosphere di awan, dikenal dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2dan Urea.

Di Indonesia, upaya hujan buatan ini diperlukan untuk :

1. Antisipasi Ketersediaan Air, misal pengisian waduk, danau, untuk keperluan atmosphere bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA).

2. Antisipasi Kebakaran hutan/lahan, kabut asap

1. Proses Hujan Buatan :

Sifat awan yang menyebabkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (perak dioksida, kristal es, es kering atau CO2 padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat terbang. Pembuatan hujan buatan disebut sebagai suatu proses pemodifikasian awan dengan menggunakan bahan-bahan kimia, terutama NaCl (garam dapur).

Kemarau panjang seperti yang kita alami sekarang memerlukan usaha untuk menghadapi tantangan iklim. Kemarau panjang menyebabkan tanah kering, atmosphere sulit diperoleh, sungai mengering sedangkan angin menerbangkan debu-debuan. Tantangan iklim berupa kelangkaan hujan akibat kemarau panjang dapat dilakukan dengan teknologi tinggi berupa hujan buatan. Cara ini tak bisa terus dilakukan sembarangan karena biayanya terlalu mahal. Hujan buatan hanya ditempuh bila keadaan memang keadaan demikian kritis. Apalagi usaha untuk melakukan hujan buatan ini terkadang hasilnya tepat dan terkadang meleset atau tak sesuai dengan yang diharapkan.

Para ahli yang mengetahui terbentuknya awan, terjadinya kondensasi, presipitasi dan lainnya sangat membantu untuk melakukan usaha dan percobaan dalam memodifikasi cuaca untuk mempercepat turunnya hujan. Dalam pembuatan hujan buatan mereka hanya melakukan usaha untuk mendorong dan mempercepat turunnya hujan atau berusaha agar uap atmosphere yang telah ada di udara berkondensasi dengan cepat sehingga pembentukan butir-butir atmosphere dapat segera berlangsung di awan. Pembentukan butir-butir atmosphere tersebut merupakan titik awalnya terjadi hujan.

Usaha ini dilakukan dengan menyebarkan zat kimia atau garam halus ke udara dengan bantuan pesawat terbang. Untuk tahap ini hujan yang diharapkan belum tentu akan turun, karena dilakukan proses lanjutan dengan menyebarkan butir-butiran besar di awan. Butiran tersebut akan bertumbukan dan bergantung dengan butir-butir atmosphere ini akan menjadi berat dan akan meninggalkan awan jatuh sebagai hujan.

Di daerah yang beriklim tropis, awannya dapat digolongkan dalam awan panas. Untuk mempercepat timbulnya hujan hanya dapat dilakukan melalui proses pembentukan awan panas secara alami.

2. Bahan-bahan kimia yang diperlukan

Untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi. Garam-garaman seperti NaCl dan CaCl2 dalam bentuk bubuk dengan hole 10-50 mikron, ternyata cukup higroskopis jika disebarkan di udara. Garam-garam itu di udara akan berperan sebagai titik pangkal pembentukan uap-uap atmosphere pada awan. Pembentukan butir-butir atmosphere juga dapat dilakukan dengan penyebaran garam-garaman tersebut.

Tindakan selanjutnya dapat digunakan bubuk urea. Penyebaran bubuk urea dilakukan beberapa jam setelah penyebaran garam-garaman tadi atau setelah tumbuh awan-awan kecil secara berkelompok pada beberapa beberapa tempat. Bubuk urea selain dapat membentuk awan lebih lanjut, juga bersifat endotermi (menyerap panas) yang sangat baik bila bereaksi dengan atmosphere atau uap air. Penyebaran bubuk urea di siang hari dapat mendinginkan lingkungan sekitarnya sehingga kelompok-kelompok kecil awan segera bergabung menjadi kelompok-kelompok besar.

Kelompok awan besar biasanya segera terlihat agak kehitam-hitaman artinya awan hujan telah terbentuk. Tindakan berikutnya adalah penyebaran larutan yang berkomposisi air, urea serta amonium nitrat dengan perbandingan 4 : 3 : 1 ke dalam kelompok-kelompok besar awan yang tampaknya hitam. Besarnya larutan yang disebarkan antara 50 u 100 u dengan menggunakan peralatan mikron atmosphere yang dipasang di pesawat. Larutan ini cukup dingin yaitu sekitar 4 C, yang akan mengikat awan dan mudah meresap ke dalam awan, sehingga dapat mendorong pembentukan butir-butir atmosphere yang lebih besar karena berat butir-butir atmosphere tersebut akan turun dan menimbulkan hujan.

Garam-garaman yang telah disebarkan di udara punya sifat-sifat fisis tertentu, seperti NaCl dan CaCl2 bila bereaksi dengan atmosphere dapat mengeluarkan panas, sedangkan urea dapat menyerap panas. Karena itu waktu disebar di udara akan timbul reaksi sebagai berikut:

NaCl + H2O - ion-ion + 910 K Cal (eksoterm)

CaCl2 + H2O ion-ion + 915 K Cal (eksoterm)

Urea + H2O - ion-ion 425 K Cal (endoterm)

Sifat garam-garam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Sifat NaCl (garam dapur): berbentuk kristal, mudah larut dalam atmosphere (36 g/100 ml atmosphere daripada 20C), dalam bentuk bubuk bersifat higroskopis, banyak terdapat di udara (dari atmosphere laut), campuran NaCl dengan es cair mencapai -20C. Sedangkan CaCl2 adalah berbentuk kristal.

Garam dapur yang dimaksud bukanlah garam meja, tetapi adalah garam yang mempunyai sifat higroskopis yang jauh lebih besar daripada garam meja, sehingga garam meja tak dapat digunakan.

3. Perhitungan waktu yang tepat

Sebelum menyebarkan garam-garaman faktor-faktor klimatologi di daerah itu harus diperhitungkan. Penyebaran dilakukan pada ketinggian 4000-7000 kaki, dengan perhitungan faktor arah angin dan kecepatannya yang akan membawa awan ke daerah sasaran. Penyebaran NaCl dan CaCl2 hendaknya dilakukan pada pagi hari sekitar 07.30, dengan perhitungan karena pembentukan awan berlangsung pada pagi hari (dengan memperhatikan terjadinya penguapan).

Penyebaran bubuk urea biasanya dilakukan sekitar pukul 12.00, dengan perhitungan awan dalam kelompok-kelompok kecil telah terbentuk, sehingga memungkinkan penggabungan awan dalam kelompok besar. Kelompok awan besar yang dimaksud yang dasarnya tampak kehitam-hitaman.

Saat awan besar dengan dasar yang kehitam-hitaman terbentuk, sekitar pukul 15.00 dilakukan penyebaran larutan campuran yang telah dikemukakan di atas. Perhitungannya pada jam-jam tersebut awan telah terbentuk.

Perhitungan lainnya yang harus diperhatikan adalah faktor cuaca yang memenuhi persyaratan, yaitu yang mengandung uap atmosphere dengan kelembapan minimal 70%. Kelembapan harus memadai sehingga waktu inti kondensasi (NaCl dan CaCl2) disebarkan akan segera terjadi kondensasi. Kecepatan angin juga di daerah itu sekitar 10 knots dan tak terdapat lapisan inversi di udara.

Jadi kesimpulannya untuk mempercepat turunnya hujan buatan dengan memberi zat higroskopis sebagai inti kondensasi (garam-garaman NaCl dan CaCl2) pada waktu yang tepat.

HujanBuatan

Posted on February 3, 2013 by noaaavhrr Posted in ATMOSFER Leave a comment

Istilah hujan buatan sebenarnya kurang tepat karena sampai sekarang belum ada yang bisa membuat hujan. Lebih tepatnya adalah membuat perangsang hujan, yaitu mengumpulkan titik-titik air dengan cara memberikan inti kondensasi, berupa butir garam, urea, serta zat-zat kimia yang lain.

Sejarah Hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh penemunya Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, dilanjutkan setahun kemudian 1947 oleh Bernard Vonnegut.

Agar bisa merangsang hujan, diperlukan beberapa syarat, sebagai berikut :

1) Terdapat awan jenis cumulonimbus dengan ketebalan sekurang-kurangnya dua kilometer ;

2) Ketinggian awan antara 5000 7000 kaki dari permukaan laut ;

3) Kecepatan angin antara 8 20 knot ;

4) Kelembaban udara relatif (RH) sekurang-kurangnya 70% ;

5) Ukuran titik air pada awan antara 18 2 mikron.

Bahan untuk merangsang terjadinya hujan terdiri dari dua jenis yaitu :

1) Bahan untuk membentuk es, dikenal dengan glasiogenik, berupa Perak Iodida (AgI)

2) Bahan untuk menggabungkan butir-butir air di awan, dikenal dengan higroskopis, berupa garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.

Cara merangsang terjadinya hujan :

1) Urea, CaCl2, NaCl (Sodium Chlorida) digiling halus dengan menambahkan bahan antigumpal fumed silica ;2) Bahan yang telah digiling halus dikemas dalam kantung plastik kedap udara sebanyak 800 1000 kg, bahan dimuat kedalam pesawat ;

3) Pesawat memasuki awan dan ketika berada didalamnya bahan dilepaskan.

Pesawat terbang merupakan alat pendukung utama dalam kegiatan ini, Pesawat terbang yang biasa digunakan adalah jenis pesawat Cassa NC 212-200 yang telah dimodifikasi pada beberapa bagian meliputi :

1) Pembuatan lubang dengan diameter 30 cm pada bagian lantai ;

2) Pemasanganairscooperyaitu outlet bercabang dua untuk saluran pengeluaran bahan semai, pada bagian bawah perut pesawat ;

3) Pemasanganchimney, yaitu dudukanairscooper, di bagian dalam pesawat tepat pada lantai yang telah dilubangi ;

Pembalutan bagian dalam pesawat denganinner coveruntuk menghindarkan agar bubuk bahan semai yang digunakan tidak mengenai body pesawat (mencegah korosi).

Di Indonesia, upaya hujan buatan ini diperlukan untuk :

1) Antisipasi Ketersediaan Air, misal pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA) ;

2) Antisipasi Kebakaran hutan/lahan dan kabut asap saat musim kemarau ;

3) Antisipasi banjir di wilayah tertentu saat musim hujan.

Ketika hujan turun sulit membedakan hujan alami dengan hujan buatan karena menurut penelitian tidak ada perbedaan kualitas antara hujan alami dan hujan buatan.