Proses Pembelajaran Konsumen
Click here to load reader
Transcript of Proses Pembelajaran Konsumen
Proses Pembelajaran Konsumen
Dalam Pembelajaran konsumen adalah merupakan proses dimana para individu
memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian dan konsumsi yang mereka
terapkan pada perilaku yang berhubungan di waktu yang akan datang. Walaupun
beberapa pembelajaran disengaja, kebanyakan pembelajaran di peroleh secara
kebetulan. Unsur-unsur pokok yang meyumbang pada pemahaman terhadap
pembelajaran adalah motivasi, petunjuk, tanggapan, penguatan.
MOTIVASI
Motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. Motivasi berlaku sebagai pemacu
pembelajaran. Contoh, "Sabun Lifeboy". Seorang ibu yang sangat memperhatikan
kesehatan untuk keluarganya, akan terdorong/ termotivasi untuk mempelajari dan
mencari informasi mengenai pencegahan berbagi penyakit dan sabun apa yang
cocok untuk keluarganya. Dan para ibu cenderung akan memilih sabun yang
mempunyai kandungan anti bakteri dan virus seperti Lifeboy. Sebaliknya, seorang
ibu yang tidak terlalu memperhatikan hal ini, tentu tidak akan tertarik dan mungkin
akan mengabaikan informasi yang berkaitan mengenai hal ini. Tingkat keterkaitan,
atau keterlibatan, menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari
pengetahuan atau informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menentukan motif
konsumen merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang kemudian
berusaha mengajar konsumen yang termotivasi mengapa dan bagaimana produk
mereka dapat memenuhi kebutuhan para konsumen.
[SYARAT
Isyarat (cues) adalah merupakan stimuli yang memberikan arah berbagai motif ini.
Di
pasaran, semua hal seperti harga, gaya, kemasan, iklan, dan penataan toko
menjadi
isyarat untuk membantu para konsumen memenuhi kebutuhan mereka dengan
cara
yang spesifik menurut produk. Contoh: "Toko Mainan Perlengkapan Anak-anak".
Penataan ruangan dan penataan item-item tersusun rapih dan warna cat toko
tersebut benNana cerah misal, warna pink dan biru muda yang di sertai dengan
gambar-gambar kartun yang lucu. Harga dari produk itu pun terjangkau sehingga
calon konsumen tertarik untuk membeli produk ditoko tersebut.
RESPON
Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat-bagaimana mereka
berperilaku akan membentuk respon mereka. Pembelajaran dapat terjadi bahkan
ketika tanggapan tidak jelas. Isyarat memberikan beberapa petunjuk, tetapi banyak
terdapat isyarat yang bersaing menarik perhatian konsumen. Contoh: iklan produk
"Happy Call" di TV, menawarkan produk untuk calon konsumen dan diharapkan
calon konsumen tertarik, merespon produk tersebut dan menghubungi kontak yang
telah di sediakan.
PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa respon khusus akan
terjadi di masa yang mendatang karena adanya berbagai isyarat atau stimuli
khusus.
Misalnya, “Restaurant”. Saat kita makan disana ternyata makanannya sangat enak
dan pelayanan dari restaurant itu sangat memuaskan. Dari situ akan terbentuk
pembelajaran melalui penguatan yang positif. Sebaliknya apabila kita makan di
restaurant yang makanan nya kurang enak dan pelayan disana tidak ramah, maka
kita tidak akan mengunjungi restaurant itu kembali, karena tidak adanya penguatan
walaupun, restaurant itu memiliki penataan ruangan yang bagus.
BEBERAPA TEORI PEMBELAJARAN PERILAKU
Teori pembelajaran perilaku terkadang di sebut teoti stimulus-tanggapan karena
didasarkan pada pemikiran bahwa tanggapan yang nyata terhadap stimuli eksternal
tertentu memberi pertanda bahwa telah terjadi pembelajaran. Jika seseorang
bertindak (memberi tanggapan) dengan cara yang dapat diramalkan terhadap
stimulus yang dikenal, ia dikatakan telah "belajar". Teori perilaku tidak begitu
banyak
hubungannya dengan proses pembelajaran seperti halnya pada masukan dan hasil
pembelajaran; yaitu pada stimuli yang dipilih para konsumen dari lingkungan dari
perilaku yang nyata yang dihasilkan. Dua teori perilaku yang banyak mempunyai
hubungan dengan pemasaran adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian
instrumental (atau operant).
PENGKONDISIAN KLASIK
Dalam pembicaraan sehari-hari, kata pengkondisian berarti seperti respon (atau
otomatis) terhadap situasi yang terjadi melalui pemaparan yang berulang-ulang.
Menurut teori Pavlov (psikolog Rusia), pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika
stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain yang mendatangkan
tanggapan yang di kenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri
saja. Misalnya, “produk soffell (lotion anti nyamuk)". Ketika seseorang sudah
merespon produk tersebut, maka di ingatannya jika memakai soffel sebelum tidur
tidak akan digigit nyamuk. Setelah itu dilakukan secara terus menerus, maka
otomatis di ingatannya yang akan ia lakukan sebelum tidur adalah memakai soffel
lotion anti nyamuk sebelum ia tidur.
PEMBELAJARAN ASOSIASI KOGNITIF
Pembelajaran asosiasi kognitif yaitu bukan perolehan dari refleks baru, tetapi
merupakan perolehan dari pengetahuan baru. Pengkondisian merupakan
pembelajaran yang diakibatkan oleh keterbukaan terhadap berbagai hubungan di
antara berbagaiperistiwa didalam lingkungan; keterbukaan tersebut menimbulkan
berbagai harapan mengenai struktur lingkungan tersebut. Berbagai studi
menemukan bahwa pengkondisian mendorong perhatian pada merk yang
diiklankan
dalam promosi berikutnya. Misalnya, perusahaan yang menggunakan stimuli pada
produk itu sendiri untuk menggerakan perilaku penggantian. Contoh, “Obat nyamuk
Hits elektrik" memasang “sistem peringatan dini" yang menunjukan (jika warna biru
pada obat nyamuk, telah berubah menjadi putih) tiba saatnya obat nyamuk
tersebut
untuk diganti.
Aplikasi Strategis Pengkondisian Klasik
Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik adalah: pengulangan,
generalisasi stimulus, dan diskriminasi stimulus. Setiap konsep ini penting bagi
aplikasi perilaku konsumen yang strategis.
Pengulangan
Pengulangan dapat meningkatkan kekuatan asosiasi antara stimulus yang
dikondisikan dan memperlambat proses melupakannya. Tetapi, riset
mengemukakan
bahwa ada batas pegulangan yang akan membantu ingatan. Walaupun
pembelajaran yang berlebihan, (yaitu, pengulangan yang melebihi yang diperlukan
untuk belajar) membantu ingatan, pada satu titik orang akan merasa jemu dengan
banyaknya paparan, dan perhatian maupun ingatan akan menurun. Akibat ini, yang
dikenal dengan kebosanan terhadap iklan, dapat dikurangi dengan mengubah
pesan
iklan. Beberapa pemasar menghindari kebosanan dengan menghindari kebosanan
dengan memakai strategi variasi kosmetik dan variasi substansif. Variasi kosmetik
(dengan menggunakan latar belakang yang berbeda, tipe cetak yang berbeda, juru
bicara iklan yang berrbeda) sambil mengulang tema iklan yang sama. Contoh,
“iklan
Opertor Indosat IM3". Sebelumnya juru bicara iklan ini adalah "saykoji" dengan
pesan iklan "online terus pake IM3". Sekarang juru bicara iklan ini adalah “J-Rocks"
dengan pesan iklan "Meraih mimpi" dengan IM3. Variasi substansif adalah berbagai
perubahan isi iklan yang meliputi berbagai versi iklan, dengan tidak ada perubahan
ciri-ciri produknya. Contoh, “Mie sedap" yang mengeluarkan tiga varian iklan untuk
mengiklankan produknya yaitu versi "Nusantara atau Indonesia", versi "Band Padi"
dan versi "Anak". Jelas disini pesan iklan, juru bicara iklan berbeda namun tema
iklan
tetap sama.
Generalisasi Stimulus
Menurut pendapat dari pakar teori pengkondisian klasik, pembelajaran tidak hanya
tergantung pada pengulangan, tetapi juga pada kemampuan para individu untuk
menggenaralisasikannya. Jika kita tidak sanggup melakukan generalisasi stimulus-
yaitu, melakukan reaksi yang sama terhadap stimuli yang agak berbeda-tidak
banyak
pembelajaran yang akan terjadi. Generalisasi stimulus menjelaskan alasan berbagai
produk tiruan (me too) sukses di pasaran. Para konsumen mengacaukan produk-
produk tersebut dengan produk asli yang telah mereka lihat diiklankan. Hal ini juga
menjelaskan mengapa sebuah pabrik/perusahaaan yang mempunyai merk sendiri
berusaha membuat kemasan mereka serupa betul dengan merk yang memimpin
secara nasional. Mereka mengharapkan agar para konsumen mengacaukan
kemasan mereka dengan merk yang utama dan membeli merk mereka daripada
merk yang utama.
Perluasan Lini, bentuk, dan Golongan Produk.
Prinsip generalisasi stimulus diterapkan oleh para pemasar pada perluasan lini,
bentuk, dan golongan produk. Dalam memperluas lini produknya, pemasar
menambahkan berbagai produk yang berkaitan ke merk yang sudah mapan, karena
mengetahui produk baru lebih berkemungkinan untuk di terima jika dihubungkan
dengan merk yang sudah dikenal dan dipercayai. Sebaliknya, akan jauh lebih sulit
mengembangkan merk yang sama sekali baru. Para pemasar tidak hanya
menawarkan perluasan lini produk yang mencakup ukuran yang berbeda, warna
yang berbeda, bahkan rasa yang berbeda (contoh: sebuah mie instant yang dulu
hanya mempunyai rasa ayam bawang, kini mengeluarkan berbagai rasa seperti,
rasa
soto, kari ayam, soto pedas) mereka juga menawarkan perluasan bentuk produk
(contoh: Susu Bendera. Dulu produk ini hanya susu bubuk saja. Namun sekarang,
menjadi susu cair, susu kemasan, dan susu kental manis) dan perluasan golongan
produk (contoh: ). Suksesnya strategi ini tergantung pada sejumlah faktor. Sebagai
contoh, jika citra merk induk merupakan merk yang berkualitas tinggi, para
konsumen lebih berkemungkinan memberikan asosiasi yang positif kepada
perluasan golongan yang baru. Para konsumen cenderung menghubungkan
perluasan merk tertentu dengan berbagai produk lain yang tergabung dalam merk
itu. Para peneliti melaporkan bahwa jumlah produk yg berbeda & berafiliasi pada
sebuah merk benar-benar memperkuat merk, sepanjang perusahaan dapat
mempertahankan citra kualitas pada semua perluasan merk. Kegagalan melakukan
hal tsb., dalam jangka panjang, secara negatif dapat mempengaruhi kepercayaan &
penilaian konsumen terhadap semua yg ditawarkan merk
tersebut.
Pemakaian Merk Gabungan (family branding)
Pemakaian merk gabungan praktik pemasaran seluruh lini produk perusahaan di
bawah satu merk yang sama merupakan strategi lain yang memanfaaatkan
kemampuan konsumen untuk menggeneralisasikan asosiasi merk yang sesuai dari
satu produk ke produk berikutnya. Contoh: "PT. Indofood" (memiliki berbagai
produk
makanan seperti Indomie, Supermi, Popmie, Sunrise, Bimoli, Simas, kecap Indofood
dan Promina.)
Pemberian Lisensi (Licensing)
Pemberian lisensi-izin menggunakan merk terkenal ke berbagai produk pabrikan
lain-merupakan strategi pemasaran yang dilakukan atas dasar prinsip generalisasi
stimulus. Nama perancang, pabrikan, selebriti, peusahaan dan bahkan berbagai
karakter kartun di pakai dengan membayar semacam komisi (yaitu, “sewa) pada
bermacam-macam produk, yang memungkinkan para pemegang lisensi mencapai
pengakuan yang cepat dan kualitas yang ditunjukan bagi produk-produk yang diberi
lisensi. (Contoh, Paris Hilton, memberikan lisensi namanya untuk produk parume
“Paris Hilton").
Menggenaralisasikan Situasi Pemakaian
Para pemasar tidak hanya berusaha menggeneralisasikan asosiasi yang positif bagi
merk mereka melalui perluasan lini produk dan perluasan golongan produk, tetapi
beberapa pemasar juga berusaha menggeneralisasikan situasi pemakaian merk-
merk mereka yang terkenal. Sebagai contoh: Obat sakit kepala Bodrex, memberi
pesan kepada konsumen bahwa produknya adalah obat sakit kepala yang dapat
diminum kapan saja walaupun sebelum makan.
Diskriminasi Stimulus
Diskriminasi stimulus adalah lawan dari generalisasi stimulus dan menghasilkan
pilihan stimulus yang khusus diantara stimuli yang serupa. Kemampuan konsumen
untuk melakukan pembedaan di antara stimuli yang serupa merupakan dasar bagi
strategi pengaturan posisi, yang berusaha membangun citra yang khas produk
tertentu kedalam pikiran konsumen.
Pengaturan Posisi
Dalam masyarakat kita dimana komunikasi terjadi berlebihan, kunci diskriminasi
stimulus adalah pengaturan posisi (positioning) yang efektif, keunggulan bersaing
yang utama. Citra atau posisi suatu produk atau jasa yang tertanam dalam pikiran
konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi kesuksesannya. Jika seorang
pemasar menargetkan konsumen dengan suatu program komunikasi yang kuat dan
menitikberatkan pada cara-cara yang khas dimana produknya dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, sebenarnya mereka ingin agar konsumen dapat
membedakan
produknya diantara berbagai produk yang bersaing. Misalnya, "Aqua". (contoh ada
seorang mahasiswa yang membeli Aqua di kantin, namun si penjual memberinya air
mineral "Vit", disini tebukti bahwa Aqua telah mempositioningkan produknya
sebagai
air mineral yang telah melekat di benak konsumennya)
Diferensiasi Produk
Kebanyakan strategi diferensiasi produk direncanakan untuk membedakan produk
atau merk tertentu dari produk atau merk pesaing atas dasar sifat yang relevan,
berarti, dan berharga bagi para konsumen. Penjelasannya adalah bahwa merk yang
unggul biasanya yang pertama berada dipasar dan sudah lama “mengajar”
konsumen (melalui iklan dan penjualan) untuk menghubungkan merk dengan
produk
tersebut. Umumnya, semakin lama masa pembelajaran-menghubungkan suatu
merk
dengan produk tertentu-konsumen lebih berkemungkinan untuk
mendiskriminasikan
dan kurang kemungkinannya untuk menggeneralisasikan stimulus.
Prinsip-prinsip pengkondisian klasik memberikan landasan teoritis bagi kebanyakan
penerapan pemasaran. Pengulangan, generalisasi stimulus, dan diskriminasi
stimulus merupakan konsep terapan utama yang membantu menjelaskan perilaku
konsumen di pasar.
Pengkondisian instrumental
Seperti dalam hal pengkondisian klasik, pengkondisian instrumental
memerlukan hubungan antara stimulus dan tanggapan. Tetapi, pada pengkondisian
instrumental, stimulus yang menghasilkan tanggapan yang paling memuaskan
adalah stimulus yang dipelajari. Para pakar teori pembelajaran instrumental
percaya
bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana
kebiasaan di bentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan
perilaku tertentu. Walaupun pengkondisian klasik berguna untuk menjelaskan
bagaimana para konsumen mempelajari berbagai perilaku yang sangat sederhana,
pengkondisian instrumental lebih bermanfaat untuk menjelaskan berbagai kegiatan
yang kompleks dan berorientasi tujuan.
Perilaku yang berulang
Penguatan Perilaku
Skinner membedakan dua tipe penguatan (atau ganjaran) yang mempengaruhi
kemungkinan bahwa tanggapan tertentu akan berulang. Tipe yang pertama,
penguatan positif, terdiri dari berbagai peristiwa yang memperkuat kemungkinan
timbulnya tanggapan yang khusus. Misalnya, "iklan Pond's" yang dapat membuat
kulit wajah putih dalam waktu 7 hari. Membuat konsumen tertarik untuk membeli
produk tersebut berulang-ulang.
Penguatan negatif merupakan hasil yang tidak menyenangkan atau negatif yang
juga membantu mendorong timbulnya perilaku khusus. Penguatan positif maupun
negatif dapat digunakan untuk menimbulkan tanggapan yang diinginkan.
Melupakan dan Menghapus Ingatan
Jika tanggapan yang dipelajari tidak lagi diperkuat, maka akan makin menghilang
sampai-sampai tingkat penghapusan; yaitu, sampai tingkat di mana hubungan
antara
stimulus dan ganjaran yang diharapkan hilang. Misalnya, “Klinik" jika konsumen
tidak
merasa puas dengan pelayanan yang di berikan oleh suatu klinik, hubungan antara
stimulus (klinik) dan tanggapan (kepuasan yang diharapkan) tidak lagi diperkuat,
maka kecil kemungkinan konsumen tersebut akan kembali. Jika perilaku tidak lagi
diperkuat, berarti “tidak dipelajari" lagi. Tetapi, ada perbedaan antara
pengahapusan
dan melupakan. Melupakan sering berhubungan dengan perjalanan waktu; hal ini
dikenal sebagai proses kehilangan. Para pemasar dapat mengatasi keadaan
dilupakan melalui pengulangan dan dapat melawan penghapusan dengan hati-hati
meningkatkan kepuasan konsumen.
Aplikasi Strategis Pengkondisian instrumental
Para pemasar secara efektif menggunakan berbagai konsep pembelajaran
instrumental konsumen ketika mereka memberikan penguatan positif dengan
menjamin kepuasan terhadap produk, jasa, dan keseluruhan pengalaman membeli.
Kepuasan (Penguatan) Pelanggan
Tujuan semua usaha pemasaran haruslah untuk memaksimumkan kepuasan
pelanggan. Para pemasar harus pasti memberikan produk yang sebaik mungkin
untuk uang ysng di bayarkan dan meghindari memperbesar harapan konsumen
terhadap kinerja produk ysng melebihi apa yang dapat diberikan produk tersebut.
Selain dari pengalaman menggunakan produk itu sendiri, para konsumen dapat
menerima penguatan dari unsur-unsur lain dalam situasi pembelian, seperti
lingkungan di mana transaksi atau pelayanan terjadi, perhatian dan pelayanan yang
diberikan para karyawan, dan sikap ramah tamah yang diberikan. Contoh, “Salon”.
Apabila sebuah salon memberikan pelayanan yang baik, misalnya, mulai dari
pen/vatan rambut, wajah, spa, perawatan kuku nya baik, karyawan salon ramah,
mendapat 1 kali creambath gratis setiap 5 kali transaksi, maka konsumen akan
merasa puas dan berkeinginan untuk mengunjungi salon itu kembali.
Kebanyakan program untuk para pembeli didasarkan pada usaha menigkatkan
penguatan positif dan mendorong agar mereka terus menjadi pelanggan tetap.
Semakin banyak konsumen menggunakan jasa, semakin besar ganjaran yang
diberikan.
Urutan Penguatan j
Para pemasar menemukan bahwa kualitas produk harus terus konsisten dan
kepuasan pelanggan harus diberikan pada setiap pemakaian agar perilaku
konsumen yang diingini terus dipertahankan. Misalnya, “Hypermart” memberikan
"Diskon" dan memberikan “Buy one Get one", yang memungkinkan konsumen
menerima penguatan yang positif dan mendorong timbulnya keinginan uuntuk
berlangganan di tempat itu. Para tenaga pemasaran telah mengenali tiga tipe
urutan
penguatan: penguatan total (atau berkesinambungan), penguatan sistematis (rasio
tetap), dan penguatan acak (rasio variabel). Tidak perlu dikemukakan lagi bahwa
produk atau jasa dasar yang diserahkan diharapkan memberikan penguatan total
setiap kali digunakan.
Pembentukan Perilaku
Penguatan perilaku yang harus dilakukan para konsumen sebelum perilaku yang
diinginkan dapat dilakukan disebut pembentukan perilaku. Pembentukan perilaku
meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku konsumen tertentu yang
diharapkan.
Contoh, "Showroom Mobil", menggunakan SPG yang cantik agar calon konsumen
terdorong untuk mengunjungi showroom mereka. Diharapkan, dengan adanya SPG
itu akan menghasilkan penjualan untuk produk mereka.
Pembelajaran Terkumpul versus Pembelajaran Terdistrubusi
Seperti digambarkan sebelumnya, pengaturan waktu mempunyai pengaruh yang
penting trehadap pembelajaran konsumen. Haruskah jadwal pembelajaran tersebar
dalam jangka waktu tertentu (pembelajaran terdistribusi), atau haruskah
ditempatkan
“pada waktu berdekatan” sekaligus (pembelajaran terkumpul)? Pertanyaan ini
penting bagi para pemasang iklan yang merencanakan suatu jadwal media, karena
iklan yang terkumpul menghasilkan pembelajaran lebih awal, sedangkan jadwal
yang
terdistribusi biasanya menghasilkan pembelajaran yang berlangsung lebih lama.
Tetapi, jika sasarannya adalah pembelian yang berulang dalam jangka panjang
secara teratur, jadwal yang terrdistribusi lebih baik. Jadwal yang terdistribusi
dengan
iklan yang diulang secara teratur, biasanya menghasilkan pembelajaran dengan
jangka lebih panjang dan relatif kebal terhadap penghapusan.
PEMBELAJARAN MELALUI PERAGAAN ATAU PENGAMATAN
Para pakar teori pembelajaran memperhatikan bahwa sebagian pembelajaran
terjadi
dalam keadaan tidak adanya penguatan langsung, baik yang positif maupun
negatif,
melalui proses yang di sebut para psikolog pembelajaran melalui peragaan atau
pengamatan (juga disebut pembelajaran melalui orang lain atau vicarious learning).
Mereka mengamati bagaiman orang lain beperilaku dalam menjawab berbagai
situasi (stimuli) tertentu dan hasil-hasil (penguatan) berikutnya yang terjadi, dan
mereka meniru (model) perilaku yang di perkuat secara positif ketika menghadapi
situasi yang sama. Jadi peragaan adalah proses yang digunakan individu untuk
mempelajari perilaku dengan mengamati perilaku orang lain dan akibat-akibat
perilaku tersebut. Model peran yang mereka pakai biasanya orang yang mereka
kagumi karena sifat-sifat tertentu seperti penampilan, prestasi,
keterampilambahkan
kelas sosial.
TEORI PEMBELAJARAN K OGNI TIF
Pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan mental disebut pembelajaran kognitif.
Teori pembelajaran kognitif mengangggap bahwa pembelajaran yang menjadi cirri
khas manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan para individu dan
dapat mengendalikan lingkungan mereka. Tidak seperti teori pembelajaran
perilaku,
teori kognitif menganggap bahwa pembelajaran menyangkut pengolahan mental
yang kompleks terhadap informasi. Daripada menekankan pentingnya pengulangan
atau hubungan antara ganjaran dengan tanggapan tertentu, para pakar teori
kognitif
menekankan peran motivasi dan proses mental dalam menghasilkan tanggapan
yang diinginkan.
PENGOLAHAN INFORMASI
Pengolahan informasi