Proses konseling

8

Click here to load reader

Transcript of Proses konseling

Page 1: Proses konseling

IHDANUL F. ARRIZAL

120111409978

BK OFF A

TAHAP PELAKSANAAN KONSELING

A. Tahap pengantaran

Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien Kunci keberhasilan

membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling,

terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan. Memperjelas dan

mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien

telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.

1. Penjajagan dan Penafsiran

Membuat penafsiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir

kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan,

Menegosiasikan kontrak.

2. Pembinaan

Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.Hal ini bisa terjadi jika : Klien

merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara konseling, serta

menampakKan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang

dihadapinya.Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang

bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli

terhadap klien.

3. Penilaian

a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling

b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah

terbangun dari proses konseling sebelumnya.

c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).

d. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu.

a. Menurunnya kecemasan klien.

Page 2: Proses konseling

b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis.

c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya

d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.

A. Faktor-Faktor Efektifitas Pelakssanaan Konseling

a. Faktor Eksternal

1. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses konseling diantaranya:

Lingkungan fisik dan tempat wawancara berlangsung. Warna cat tembok

yang tenang, beberapa hiasan dinding, satu dua pot tumbuh-tumbuhan dan sinar

cahaya yang tidak menyilaukan membantu suasana yang tenang sehingga konseli

merasa nyaman di ruang konseling.

Penataan ruangan. Perabot-perabot hendaklah sesuai misalnya tempat-tempat

duduk yang memungkinkan duduk dengan enak sampai agak lama. Susunan tempat

duduk konselor dan konseli sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga konseli

duduk agak ke samping di sisi kiri atau kanan meja dan tidak duduk berhadapan

langsung dengan konselor. Jarak antara konselor dan konseli adalah antara 1,5 meter

sehingga pembicaraan dapat enak, namun tidak ditumbuhkan kesan bahwa konselor

dan konseli sedang berkencan. Dan hal ini nilai-nilai kultural yang harus

diperhatikan.

Bentuk bangunan ruang. Yang memungkinkan pembicaraan secara pribadi

(privace).

Pembicaraan. Pembicaraan di dalam ruang tidak boleh didengarkan orang

lain di luar ruang, dan orang lain tidak boleh melihat kepada dalam, paling sedikit

tidak dapat melihat konseli dari depan. Hal ini berkaitan erat dengan etika jabatan

konselor, yang mengharuskan konselor untuk menjamin kerahasiaan pembicaraan

dan karena itu merupakan prasyarat. Namun mengingat kepekaan masyarakat

terhadap pertemuan dua orang yang berlainan jenis di ruang tertutup, harus dijaga

jangan sampai timbul kesan-kesan yang dapat mencemarkan nama baik konselor

dan konseli.

Page 3: Proses konseling

Konselor berpakaian rapi. Kerapian dalam berpakaian sudah menimbulkan

kesan pada konseli bahwa dia dihormati dan sekaligus menciptakan suasana agak

formal.

Kerapian dalam menata barang-barang yang terdapat di ruang dan di atas

meja konselor. Ruang yang tidak diatur dengan rapi, berkas-berkas yang berserakan

di mana-mana dan ruangan yang tidak bersih, mudah menimbulkan kesan bahwa

konselor adalah orang yang tidak tahu disiplin diri dan sopan santun terhadap tamu.

Penggunaan sistem janji. Konselor membuat janji dengan konseli kapan

pertemuan mereka dapat dilakukan, sehingga konseli tidak perlu menunggu lama

dan tidak kecewa karena pertemuan mereka tidak dapat dilakukan.

Konselor menyisihkan berbagai barang yang ada di atas meja saat

berwawancara dengan konseli, karena tindakan ini menyampaikan pesan kepada

konseli bahwa seluruh perhatian konselor dicurahkan kepada konseli.

Konselor tidak memasang rekaman atas pembicaraannya dengan konseli, baik

berupa rekaman radio ataupun video. 

b. Faktor Internal

1.  Di pihak konseli/ klien

Pada waktu konseli akan menghadap konselor, dia membawa sikap tertentu,

pengalaman-pengalaman tertentu dalam hal mendapatkan pelayanan bimbingan, sukses dan

kegagalan di masa lampau, aspirasi-aspirasi kekecewaan dan pandangan serta harapannya

terhadap konseling. Ini merupakan keadaan awal yang sedikit banyak akan berpengaruh

terhadap wawancara dan proses konseling. Keadaan awal ini dapat berpengaruh positif

maupun negatif. Namun keadaan awal ini bukanlah komponen inti yang menjamin

keberhasilan konseling dan menyebabkan kegagalannya.

Dalam proses konseling ada beberapa kondisi yang harus dilakukan oleh klien

untuk mendukung keberhasilan konseling. Yaitu keadaan awal : maksudnya keadaan

sebelum proses konseling dan keadaan yang menyangkut proses konseling secara langsung

yaitu :

a.  Konseli/ klien harus termotivasi untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang

sedang dihadapi.

Page 4: Proses konseling

b.  Konseli/ klien harus mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan apa yang

diputuskan dalam proses konseling.

c.   Konseli/ klien harus mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaannya serta masalah yang sedang dihadapi.

2.  Di pihak konselor 

Menurut Belkin, seorang konselor itu harus mempunyai tiga kemampuan yaitu

kemampuan mengenal diri sendiri, kemampuan memahami orang lain dan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain.

Sedangkan Shertzer dan Stone mengatakan bahwa konselor yang efektif dan

konselor yang tidak efektif dapat dibedakan atas tiga dimensi yaitu pengalaman, corak

hubungan antar pribadi dan faktor-faktor non kognitif.

Dalam proses konseling, ada beberapa kondisi yang harus dilakukan konselor

yaitu :

a. Keadaan awal yaitu keadaan sebelum hubungan antara konselor dan konseli

berlangsung.

b.  Persyaratan-persyaratan di luar proses konseling yang mendukung dalam komunikasi

antara konselor dan klien selama proses konseling.

c. Persyaratan-persyaratan yang berkaitan langsung dengan komunikasi antara konselor

dan konseli

C. Teknik di dalam Konseling

1. Tahap awal konseling

a. Attending e. Bertanya terbuka

b. empati primer dan advance f. Mendefinisikanmasalah bersama

klien

c. Refleksi perasaan g. Dorongan minimal (minimal and

encouragement)

d. Eksplorasi perasaan, pengalaman, dan ide

2. Tahap pertengahan konseling

Page 5: Proses konseling

a. Memimpin (leading) e. Menginformasikan (informing)-hanya jika diminta klien

(siswa)

b. Memfokuskan (focusing) f. Memberi nasehat (advising)-hanya jika diminta klien

(siswa)

c. Konfrontasi (confrontation) g. Menyimpulkan sementara (summarizing)

d. Mendorong (supporting) h. Bertanya terbuka (open question)

3. Tahap akhir konseling

a. Menyimpulkan

b. Mendorong

c. Merencana

d. Menilai (evaluasi)

e. Mengakhiri proses/ sesi konseling

Rujukan:

Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan

Publisher.

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP

Muhammad, Reza.2010. Proses Konseling

, (Online), (http://muhammad-reza.blogspot.com/2010/01/proses-konseling.html),

diakses 4 Maret 2013