Prosedur Medikolegal

download Prosedur Medikolegal

of 1

description

prosedur medikolegal forensik

Transcript of Prosedur Medikolegal

A. Prosedur MedikolegalPada kasus-kasus seperti pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, maupun korban meninggal yang dicurigai adanya tindak pindana, penyidik mungki membutuhkan bantuan ahli, salah satunya adalah ahli kedokteran kehakiman. Hal tersebut bertujuan untuk membantu proses penegakkan hukum. Pada kondisi-kondisi seperti diatas, penyidik berwenang meminta keterangan ahli, sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 1: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

Dalam pasal diatas yang berhak mengajukan keterangan ahli penyidik. Adapun yang termasuk dalam kategori penyidik menurut KUHAP pasal ayat 1 jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat 1 adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya, Pembantu Letnan Dua. Sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Dalam PP yang sama disebutkan bahwa bila penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, maka kepangkatannya adalah serendah-rendahnya golongan II/b untuk penyidik dan II/a untuk penyidik pembantu.Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis. Hal ini diatur dengan tegas dalam pasal 133 ayat 2: Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat identitas mayat, di- lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah, ataukah pemeriksaan autopsi. Bila pemeriksaan autopsi yang diminta, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban. Jenazah hanya boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah dilakukan. Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan kematian. Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan visum et repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan bedah jenazah. Apabila dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh, dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian.