PROPSAL IRIGRASI
description
Transcript of PROPSAL IRIGRASI
IRIGRASI & BANGUNAN AIRSTUDI DESAIN BENDUNGAN PADA OPTIMASI PELIMPAH
BENDUNG LEMPAKE SAMARINDA
DI SUSUN OLEH : 1. ARIES ADYATMA 12.11.1001.7311.032 2. FAHRI RAMADHAN S. 12.11.1001.7311.024 3. FREDDY ANGGA PERKHASA 12.11.1001.7311.044 4. M. INDRA PRATAMA 12.11.1001.7311.130 5. M. RANDY 12. 11.1001.7311.174
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sungai Karangmumus merupakan salah satu anak sungai Mahakam
yang melintas kota Samarinda banyak permasalahan setiap saat pada
sungai Karangmumus. Luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
Karangmumus kurang lebih 320 km, dengan panjang sungai utama 25 km
(Karangmumus River Basin Study,1999).
Salah satu permasalahan sungai Karangmumus adalah permasalaahn
banjir tahunan. Bila dicermati peristiwa banjir yang terjadi setiap tahun di
kota Samarinda selain di sebabkan oleh peristiwa alam juga diakibatkan
ulah manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan. Banyak
penebangan hutan di daerah hulu yang tidak ikuti upaya
rehabilitasi/reboisasi dan juga semakin sempitnya alur sungai akibat
sedimen dan juga menurunnnya. Kapasitas aliran sungai karena
terhambatnya aliran oleh tiang-tiang penopang rumah panggung yang
ada di sepanjang alur sungai Karangmumus.
Bendung Lempake merupakan satu-satunya bangunan pengendali
banjir di Sungai Karangmumus yang ada. Luas DPS Karangmumus yang
dapat dikendalikan oleh Bendung Lempake sebesar + 195 km2. Mengingat
besarnya luas DPS yang dapat dikendalikan, maka keberadaan Bendung
Lempake ini harus dipertahankan dan sangat mungkin untuk ditingkatkan.
Peningkatan Bendung Lempake sebagai bangunan pengendali banjir ini
dapat dilakukan dengan menambah volume penambah banjir.
Penambahan volume tampungan banjir ini sangat terkait dengan
perencanaan bangunan pengeluaran (outlet) dalam hal ini adalah
pelimpah. Dengan perencanaan pelimpah yang optimal akan dapat
mengendalikan debit banjir yang keluar dari waduk Lempake dengan
optimal.
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul dalam tulisan ini adalah permasalahan
yang berkaitan dengan peningkatan Bendung Lempake sebagai bangunan
pengendali banjir. Berikut beberapa permasalahan yang di maksud.
1. Untuk mendapatkan volume penampang banjir yang besar, maka diperlukan biaya pembebasan lahan yang tidak sedikit termasuk kompleknya permasalahan sosialnya.
2. Selain pembeban lahan , rencana tubuh bangunan sebagai
prasarana pengaman tampungan banjir di waduk perlu biaya yang
besar.
3. Kapasitas tampungan Waduk Lempake yang terbatas.
4. Sangat pentingnya peran bangunan pengeluaran (outlet) berupa pelimpah, rencana bendungan sebagai bangunan pengendali debit yang akan masuk ke sungai Karangmumus dari DAS seluas 195 km2.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN SUATU PERENCANAAN Maksud dilakukannnya studi Desain Bendungan pada optimasi pelimapah Bendung Lempake Samarinda adalah melakukan analisa perencanaan pelimpah sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan pelimpah yang berlaku untuk bendung lempake Samarinda.Tujuan dari studi adalah :
Menghitung besaran rancangan (desing value) yang diperlukan bagi perencanaan bendungan berupa debit banjir rancangan (desing Food), lebar pelimpah dan tinggi pelimpah yang optimal dari segi kemampuan mereduksi banjir.
1.4 PEMBATASAN MASALAHUntuk lebih memfokuskan kajian perencanaan pelimpah Bendung Lempake yang optimal dan disesuaikan dengan ketersediaan waktu studi, namun tidak mengurangi keakuratan perencanaan maka perlu di lakukan pembatasan masalah dalam studi ini. Batasan masalah yang dimaksud adalah:
1. Semua data perencanaan bersifat sebagai data sekunder (tidak dilakukan pengukuran atau penyelidikan tersendiri).
2. Analisis yang dilakukan adalah analisis hidrologi untuk mencari besaran rancangan (desing values) dan analisis hidraulik pada peimpah (spillway) untuk menentukan peredaman banjir yang paling optimal.
3. Analisis hidraulika untuk bangunan pelimpah hanya di tinjau simulasi untuk menentukan kapasitas bangunan pelimpah yaitu lebar dan tinggi mercu dengan tipe ogee.
4. Analisis rencana meningkatkan volume tampungan waduk dengan cara meninggikan pelimpah atau dengan cara pengerukan untuk wisata dan tempat olah raga air.
BAB IIANALISIS DATA
2.1 DATAMacam data di bedakan menjadi 2 yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari pengukuran langsung di lapangan pada saat penelitian di laksanakan. Jadi data tersebut merupakan hal yang masih baru. Data sekunder adalah data yang di dapat dari hasil pengukuran, pencatatan dan penyelidikan dari pihak lain, termasuk di dalamnya adalah laporan proyek atau laporan penelitian yang menyangkut pemakaian data. Dalam hal ini data diukur pada waktu yang berbeda atau di ukur oleh pihak lain, bukan salah satu kegiatan penelitian yang sedang dilakukan.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data curah harian di beberapa stasiun hujan, peta topografi, peta stasiun hujan.Data-data yang akan digunakan untuk mendapatkan nilai data yang dapat mewakili sebagai DPS. Pengolahan dimaksudkan untuk mengubah data sekunder tersebut menjadi data yang dapat dianalisis menggunakan metode tertentu,selain hal tersebut pengolahan data dimaksudkan untuk memperbaiki, mengganti dan memprkirakan data yang tidak lengkap. Hasil dan pengolahan data secara rinci dijelaskan sebagai berikut ini.
2.2 ANALISIS DATA HUJANHanya ada satu stasiun hujan yang terdapat di Daerah Pengaliran
Sungai (DPS) Lempake, yaitu stasiun hujan Tanah Merah sedangkan stasiun hujan lain yang terdekat adalah stasiun Temindung. Periode pencatatan stasiun ini dimulai pada bulan Januari 2007 sampai tahun 2012. Data hujan bulanan yang tercatat di stasiun hujan Tanah merah dan Temindung disajikan pada Tabel 2-1 dan Tabel 2-2 di bawah ini.
Tabel 2-1 Hujan Bulanan Stasiun Tanah MerahTahun JAN
(mm)FEB
(mm)MAR(mm
)
APR(mm
)
MEI(mm
)
JUN(mm
)
JUL(mm
)
AGS(mm
)
SEP(mm
)
OKT(mm
)
NOV(mm
)
DES(mm)
TOTAL(mm)
2012 319 326 271
104
241
153
130
143
125
291
148
208 2459
2011 35 0 4 78 178
287
319
244
113
304
145
413 2120
2010 224 210 221
122
102
21 12 6 39 34 132
105 1228
2009 233 230 87 158
122
261
126
219
63 267
218
400 2384
2008 245 67 235
134
105
114
78 51 41 126
108
214 1518
2007 100 51 218
210
275
184
214
126
247
0 109
284 2018
Rerata
193 147173
134
171
170
147
132
105
170
143
271 1955
Tabel 2-2 Hujan Bulanan Stasiun TemndungTahun JAN
(mm)FEB
(mm)MAR(mm)
APR(mm)
MEI(mm)
JUN(mm)
JUL(mm)
AGS(mm)
SEP(mm)
OKT(mm)
NOV(mm)
DES(mm)
TOTAL(mm)
2012 15,3 2,5 0,0 105,5
76,2 363,1
191,8
182,2
122,3
241,2
213,8
338 1851
2011 319,8
412,8
179,4
147,2
105,5
75,7 46,6 8,0 4,0 56,5 135,5
187,6
1678,6
2010 239,9
275,5
162,1
152,1
252,7
227,9
91,6 258,7
159,0
251,1
243,8
290,7
2605,1
2009 195,3
93,2 139,5
295,5
177,8
331,3
164,8
161,6
220,0
153,7
234,0
217,3
2384,0
2008 319,5
215,4
279,1
236,5
226 321,1
75,6 44,7 42 139,2
99,3 312,6
2311,2
2007 88,9 186,4
165,7
124,1
228,7
112,4
17,5 47,8 28,2 80,6 281,4
193,1
1718,6
Rerata
196,5
197,6
154,3
176,8
177,8
238,6
98,0117,
295,9
153,7
201,3
256,6
2091,4
Data Hujan yang di gunakan dalam analisis hidrologi adalah hujan. Pemeriksaan tentang adanya adanya besaran hujan yang tidak wajar perlu dilakukan, hal ini mungkin terjadi misal kepustakaan alat. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan kontinuitas data hujan. Jika didapatkan data yang kosong maka perlu dilakukan pengisian data.
Besarnya hujan rerata di tentukan oleh luas DPS dan validitas pengukuran dalam hal kerusakan alat alat dan cara pengukuran. Hujan rerata DPS dapat di tentukan dengan beberapa cara, di antaranya rerata aljabar, metode poligon Thiessen dan metode isohyet. Dalam studi ini data hujan yang di pakai untuk menentukan hujan rerata DPS adalah data hujan dari stasiun Tanahmerah.
Cara penetapan seri data yang di gunakan dalam analisis adalah Maximum Annual Series, cara ini dilakukan dengan mengambil satu data maksimum setiap tahun, yang berarti jumlah data dalam seri akan sama dengan panjang tahun data yang tersedia. Hal ini berarti pula hanya besaran maksimum tiap tahun saja yang berpengaruh dalam analisis selanjutnya. Akibatnya besar hujan maksimum kedua dalam satu tahun yang mungkin lebih besar daripada hujan maksimum dalam tahun yang lain tidak di perhitungkan.
2.3 ANALISIS PETA TOPOGRAFI
Daerah pengaliran sungai merupakan daerah Diana semua airnya
mengalir ke dalam satu sungai yang di maksud. Daerah ini umumnya di
batasi oleh batas topografi, yang berarti di tetapkan berdasrakan aliran
air permukaan. Peta topografi dengan skala tertentu digunakan untuk
menentukan luas DPS dan batas-batas DPS. Peta tipografi
memperlihatkan adanya garis-garis kontur yang membedakan tinggi
rendahnya tempat sehingga dapat di gambarkan alur aliran sungainya
dan pola alirannya. Dari batas DPS tersebut dengan membandingkan
pada skala peta dapat ditentukan luas DPS dengan alat planimeter.
Peta yang di gunakan untuk menentukan luasan DPS lempake dalam
studi ini adalah peta rupa bumi skala 1: 50.000 lokasi studi dapat di lihat
pada gambar 2.1
Gambar 2.1 topografi denah studi
Dari luasan DPS yang di dapat kemudian di cari data DPS yang di perlukan untuk mencari parameter DPS yang di perlukan sebagai masukan untuk pengalihragamaan hujan menjadi aliran dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1.
Dari peta rupa bumi ini juga hubungan antara luas tampang-elevasi-tampungan waduk. Digambar tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama untuk kemudian di cari luasnya dengan alat planimeter, kemudian dari data elevasi dan luas ini di cari volume waduk.
3.4 HIDROGRAF BANJIR RANCANGANHidrograf banjir rancangan di dapatkan dengan melakukan
pengalihragamaan hujan menjadi aliran dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1. Metode ini memerlukan data DPS yang di ukur dari peta topografi yang nantinya akan di gunakan untuk mencari parameter pembentuk hidrograf. Data DPS dan parameter pembentuk hidrograf dapat di lihat pada tabel 2-3 dan 2-4 di bawah ini.
Tabel 2-3 Data DPS
Tabel 2-4 Parameter Pembentuk Hidrograf
DATA DPS
Luas DPS 195 km2
Luas DPS sebelah hulu 99.4 km2
Lebar ¾ L (B1) 12.1 kmLebar ¼ (B1) 14.1 kmPanjang sungai utama 168.9 kmPanjang sungai semua tingkat
81 km
Panjang sungai tingkat 1 69 kmPertemuan sungai (JN) 61Jumlah sungai tingkat 1 62Jumlah sungai semua tingkat
115
DATA DPS
Faktor Sumber (SF) 0.852Frekuensi Sumber (SN) 0.539Faktor Lebar (WF) 0.858Luas DPS sebelah hulu (RUA)
0.510
Faktor Simetri (SIM) 0.437Kerapatan Jaringan Kuras (D)
0.415
Waktu naik hidrograf (TR) 1.748Debit Puncak Hidrograf (QP) 8.702Waktu Dasar Hidrogref (TB) 27.794Koefisien Tampungan (K) 3.770Indek Phie 10.346Aliran Dasar (QB) 6.204
Dari hasil hitungan hidrodraf satuan ternyata total perkalian unit hidrograf tiap jam dibagi dengan DPS tidak sama 1 mm, hidrograf satuan yang ada perlu di koreksi
2.5 DATA TEKNISData teknis Bendungan Lempake adalah sebagai berikut :
A. Kondisi Eksisting1. Tubuh Bendungo Elevasi Puncak Tubuh Bendung = + 8.50o Panjang Tubuh Bendung = 180 mo Kemiringan Lereng Hulu = 1 : 3o Kemiringan Lereng Hilir = 1 : 22. Pelimpah Utamao Elevasi Puncak = + 6.50o Lebar = 15.00 mo Elevasi Kolam Olak = +3 .00
3. Pelimpah Darurato Elevasi Puncak = + 7.00o Lebar = 50.00 mo Elevasi Kolam Olak = + 3.00
B. Kondisi Perencanaan Sebagai data studi ini,Bendung Lempake di rencanakan akan di tingkatkan kapasitas tampungannya dengan cara mengubah bendung menjadi bendungan, tinggi tubuh bendungan di dapat dari tinggi muka air dari perhitungan penelusuran banjir pada bangunan pelimpah di tambah dengan tinggi jagaan.