Proposal.pdf
-
Upload
jaya-syahputra-mielala -
Category
Documents
-
view
6 -
download
5
Transcript of Proposal.pdf
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
STUDI PENERAPAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) TAMBANG DI
PT. PAMA PERSADA, KALIMANTAN TIMUR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada
Jurusan Teknik Pertambangan
Disusun Oleh :
ALEXIUS S GINTING (11 306 012)
RIKKI SITORUS (11 306 060)
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Kepmen 555K/1995 tentang K3 menjabarkan secara detail petunjuk
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum, dengan materi wajib saat
pekerja tambang mengikuti Training Pengawas Operasional Pertama (POP).
Industri pertambangan mengandung potensi dan faktor bahaya dengan resiko
tinggi. Perkembangan industri yang semakin pesat dengan menggunakan peralatan
yang padat teknologi.
Industri Pertambangan memiliki karateristik unik. Satu diantaranya adalah
teknologi tinggi. Akan tetapi untuk menjalankan suatu kegiatan ini perlu orang yang
profesional dibidangnya dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ketat dapat menjadi pegangan keselamatan pekerja. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik melakukan kegiatan ini untuk mengetahui peranan kegiatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Pama Persada
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tahapan-tahapan
SOP K3 yang digunakan dalam kegiatan penambangan di PT. Pama Persada.
1.2.2 Tujuan
Sedangkan tujuannya adalah untuk dapat melihat langsung tata cara penerapan K3
di PT. Pama Persada.
1.3 Batasan Masalah
Kegiatan ini diselanggarakan dengan asumsi yang merupakan representasi dari
pelaksanaan kegiatan K3 di PT. Pama Persada.
1.4 Hasil Yang Diharapkan
Adapun hasil yang diharapkan adalah sebuah laporan untuk memenuhi salah satu
kurikulum pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, Institut
Teknologi Medan (ITM).
1.5 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan dengan metode observasi. Data-data yang
dibutuhkan antara lain :
1. Mencatat jenis-jenis kelengkapan peralatan operasi K3.
2. Memperhatikan cara pemakaian kelengkapan K3 yang baik dan benar.
3. Mencatat kejadian kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan (jika ada).
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) pada PT. Pama Persada
1.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Sesuai dengan surat permohonan yang kami ajukan, kami bermaksud melaksanakan
kerja praktek pada tanggal 9 Maret – 9 April 2015 dengan perincian kegiatan yang
akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
No Kegiatan Minggu Ke -
1 2 3 4
1 Orientasi Lapangan
2 Pengumpulan Data Lapangan
3 Pengolahan Data
4 Penyusunan Laporan
1.7 Diagram Alir Kerja Praktek
Gambar 1.2 Diagram Alir Kerja Praktek
1)Mencatat jenis-jenis
kelengkapan peralatan
operasi K3.
2)Memperhatikan cara
pemakaian kelengkapan
K3 yang baik dan benar.
3)Mencatat kejadian
kecelakaan yang terjadi
pada saat kegiatan (jika
ada).
4)Standar Operasional
Prosedur (SOP) pada
PT. Pama Persada
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan
Selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1. Sejarah Keselamatan Kerja
1700 Tahun Sebelum Masehi
Babilonia, “Humurabi” Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk
seseorang, tidak sempurna sehingga roboh ahli bangunan dibinasakan, bila anak
pemilik korban jadi korban, anak ahli bangunan dibunuh.
Mulai 1300 Tahun Sebelum Masehi
Ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan pekerja “Bila membangun
rumah baru agar pekerja tidak jatuh, tiap ujung atap rumah harus diberi pagar
pengaman.
80 Tahun Sesudah Masehi Roma
Plinius pekerja tambang harus memakai tutup hidung atau masker.
Tahun 1940, Dominico Fantana
Menbuat obelist, Dist, Pieter, Roma “mengharuskan pekerja memakai topi baja”.
Pergerakan Keselamatan Kerja di Indonesia dimulai pada tahun 1847 karena
mulai dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri di Indonesia.
Gagasan yang timbul pada waktu itu bukannya ditujukan untuk melindungi
tenaga kerja, tetapi untuk pengawasan terhadap pemakaian ketel-ketel uap.
Sebab itu pada tanggal 28 Februari 1852 Pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan peraturan tentang penjagaan Keselamatan Kerja pada pemakaian
pesawat-pesawat uap.
2.1.2. Definisi dan Sasaran Keselamatan Kerja
1. Definisi Keselamatan Kerja :
Secara Filosofi
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin baik secara jasmani maupun
rohaniah tenaga khususnya dan manusia pada umumnya serta menjamin
kebutuhan dan kesempurnaan hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil
dan makmur.
Secara Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan atau menaggulangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja
termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja.
Secara Praktis
Merupakan salah satu usaha atau upaya perlindungan terhadap tenaga kerja.
2. Sasaran Keselamatan Kerja :
Mencegah terjadinya kecelakaan
Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja
Mencegah / mengurangi kecelakaan
Mencegah / mengurangi cacat tetap
Mengamankan material, konstruksi, pemiliharaan alat-alat kerja, mesin-
mesin, pesawat-pesawat, dan instalasi-instalasi
Menigkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya
Mencegah pemborosan tenaga karja, modal, alat-alat, dan sumber-sumber
produksi lainya sewaktu kerja
Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman, sehingga dapat
menimbulkan semangat dan kegembiraan kerja
Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, dan sebagainya.
2.2. Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Pekerjaan dibidang Pertambangan memiliki resiko kecelakaan yang tinggi, karena
kondisi dan metode kerja yang berbeda dengan industri lainnya. Oleh sebab itu
Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan pelaksanaan teknis dalam
bidang keselamatan kerja yang diatur dalam Mijn Politie Reglement LN tahun 1930
No. 341. pada Tanggal 12 Januari 1970 Pemerintah menerbitkan Undang-undang
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang wewenangnya dibawah
Departemen Tenaga Kerja. Karena Departemen Tenaga Kerja belum mempunyai
personil dan peralatan yang khusus untuk menyelenggarakan Pengawasan
Keselamatan Kerja Pertambangan didelegasikan dari Menteri Tenaga Kerja kepada
Menteri Pertambangan dan Energi, sesuai dengan peraturan pemerintah No. 19
tahun 1973 No. 25, dan masih mengacu kepada MPR LN tahun 1930 No. 341. pada
tanggal 23 Mei 1995 diterbitkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/MP.E/1995, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum dan mulai tahun 1996 MPR LN tahun 1930 No. 341 tidak berlaku lagi. Dan
yang berlaku adalah Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/MP.E/1995, yang merupakan peraturan pelaksanaan teknis dibidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan.
Program keselamatan kerja juga berpangkal tolak dari pasal 27 ayat 2 Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :
“ setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan perlindungan bagi
kemanusian”atas dasar pasal 27 ayat 2 tersebut dikelurkan UU No.14 tahun 1969
pasal 9 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja menyatakan bahwa “ setiap
tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuaan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan
moral agama”.
Untuk mewujudkan perlindungan tenaga kerja tersebut maka pemerintah
melakuakan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian
norma itu sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan
norma itu sendiri. Hal ini bahwa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya
sangat teknis dan memuat aturan rinci yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan teknologi. Pada gambar 3.1 merupakan dasar hukum keselamatan
kerja pertambangan mulai dari Pemerintah Hindia Belanda yang diatur dalam Mijn
Politie Reglement tahun 1930 sampai pada Kepmen. Energi dan Sumber Daya
Mineral tahun 1995.
2.3. Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Alat Pelindung Diri
(Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3). Dengan Peraturan Perundang-
undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
Memberi pertolongan pada kecelakaan
Memberi alat-alat pelindung diri kepada para pekerja
Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyeber luasnya suhu,
kelembaban debu, kotoran, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi
suara dan getaran.
Mencegah dan mengendalikan timbunya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
Memperoleh penerangan yang cukup sesuai
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan, cara dan
memproses kerjanya
Mengamankan dan memperlancarkan pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
Mengamankan dan memeliharan segala jenis bangunan
Mengamankan dan memperlancar pekerja bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
Mencega terkena aliran listrik yang berbahaya
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
2.3.1. Syarat-Syarat Keselamatan Pekerja Tambang
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/
26/M.PE/1995, (Bagian Ketujuh Pekerja Tambang, Pasal 26). Diterapkan syarat-
syarat keselamatan kerja untuk :
1. Pekerja tambang harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan sifat pekerja
yang akan diberikan kepadanya dan harus sehat jasmani maupun rohani.
2. Dilarang menugaskan pekerja tambang bekerja seorang diri pada tempat yang
terpencil atau dimana ada bahaya yang tidak diduga (kecuali tersedia alat yang
langsung dengan pekerja yang lain yang berdekatan)
3. Dilarang mempekerjakan pekerja tambang dalam keadaan sakit atau karena
sesuatu sebab tidak mampu bekerja secara normal.
4. Apabila dari hasil penyelidikan pelaksanaan inspeksi tambang, kepala teknik
tambang teryata telah ditemukan pekerja tambang melanggar keputusan menteri
ini dengan sengaja, maka pekerja tambang tersebut dapat dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2.3.2. Syarat-syarat pemeriksaan kesehatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/
26/M.PE/1995, (Bagian Ketujuh Pekerja Tambang, Pasal 26). Diterapkan
1. Para pekerja tambang berhak untuk mendapat pemeriksaan kesehatannya yang
menjadi kewajiban perusahaan
2. Pekerja tambang harus di periksa kesehatannya (Pemeriksaan menyeluruh)
secara berkala oleh dokter yang bewewenang
3. Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku kepala pelaksanaan inspeksi tambang
dapat menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan pekerjaan tambang yang
menangani bahan berbahaya oleh dokter yang berwewenang.
2.3.3 Alat-Alat Pelindung Diri
Alat-Alat Pelindung diri harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini :
Enak dan nyaman dipakai
Tidak mengganggu kerja
Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya
Alat pelindung diri merupakan alat pengaman yang dikenakan untuk menghindari
kontak langsung dengan bagian tubuh manusia. Alat pelindung diri diberikan dan
disediakan secara cuma-cuma dan memastikan bahwa alat tersebut dipakai dengan
cara yang benar dan sesuai dengan area kerjanya. KEP.MEN
No.555.K/26/M.PE/1995 (pasal 4 ayat 3 dan 4).
Alat pelindung diri yang diberikan adalah :
1. Safety Helmet 13. Dust Mask
2. Safety Shoes 14. Masker
3. Safety Glasses 15. Half Masker Respiration
4. Leather Gloves 16. Safety Belt
5. Cotton Gloves 17. Appron
6. Rubber Gloves 18. Rubber Boat
7. Electrical Gloves 19. Body Harness
8. Chemical Gloves 20. Rain Coat
9. Welding Gloves 21. Barricade Tape /Red-White
10. Welding Cup 22. Barricade Tape /Black-White
11. Face Shield 23. Ear Muffs
12. Goggles 24. Dark Lens
2.4. Program (K-3) Pertambangan
Berdasarkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (BadanPendidikan dan
Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Mei 2004) bahwa dalam rangka
menyusun program K-3 Pertambangan, atau perencanaan program K-3
Pertambangan harus memenuhi tujuh elemen dasar yaitu :
1. Dukungan dan komitmen manajemen terhadap program K-3 pertambangan
2. Penunjukan tanggung jawab
3. Pemeliharaan kondisi kerja yang aman
4. Pencacatatan data dan informasi K-3
5. Pemeliharaan kesadaran dan kepedulian karyawan terhadap K-3 pertambangan
6. Pemeliharaan kesehatan karyawan
7. Pelatihan K-3 pertambangan
2.4.1. Dukungan dan Komitmen Manajemen Terhadap K-3 Pertambangan
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang
berada di tempat kerja. Serta sumber produksi, dan lingkungan kerja dalam keadaan
aman, perlu penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (sistem
manajemen K-3 tambang). Berdasarkan keputusan menteri pertambangan dan
energi No.555.K/26/M.PE/1995, (BAB I Ketentuan Umum Pasal 1). Pengertian
ayat 1 yaitu perusahaan pertambangan adalah orang atau badan usaha yang diberi
wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan berdasarkan kuasa
pertambangan atau perjanjian karya. Dan ayat 10 yaitu pengusaha adalah pimpinan
perusahaan. Maka mempunyai makna bahwa yang dimaksud dengan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajiaan dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendaliaan resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Setiap perusahaan tambang yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus
orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya atau dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, longsoran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja, wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan Kepala Teknik
Tambang, Kepala Inspeksi Pelaksanaan Tambang, pengusaha, dan seluruh tenaga
kerja sebagai suatu kesatuan, KEP.MEN No. 555.K/26/M.PE/1995 (Pasal 1 ayat 4
dan 12).
Dalam menangani K-3 diperlukan dukungan pimpinan yang menjadi kunci
keberhasilan program K-3. Tanpa dukungan pimpinan maka segala usaha akan sia-
sia. Dukungan pimpinan harus jelas tegas tertuang dalam kebijakan K-3
perusahaan, yang disebarluaskan keseluruh jajaran dan secara konsekuen
dilaksanakan. Berdasarkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan
Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral,Mei 2004) hal tersebut
tertuang dalam :
Tujuan
Kebijaksanaan
Organisasi
Standar K-3
1. Tujuan :
Agar setiap orang bekerja didalam operasi perusahaan dengan penuh rasa
tanggung jawab melaksanakan K-3 dengan mencapai standar yang tinggi setiap
orang memperlakukan K-3 sama pentingnya dengan semangat kerja, biaya dan
produksi.
2. Kebijaksanaan :
Merupakan kebijaksanaan perusahaan bahwa K-3 harus mencapai standar yang
tinggi didalam setiap kegiatan perusahaan :
Semua peraturan K-3 dan SOP merupakan standar yang harus dipatuhi dan
dihormati disemua tempat kegiatan.
Terjalin kerjasama yang baik dan memotifasi seluruh karyawan demi
berhasilnya kebijaksanaan perusahaan.
3. Penunjukan Tanggung Jawab :
Kepala Teknik Tambang
Yang dimaksud dengan Kepala Teknik Tambang berdasarkan Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang
Ketentuan Umum pasal 1 ayat 6 adalah seseorang yang memimpin dan
bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-
undangan keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu kegitan usaha
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
Pelaksana Inspeksi Tambang
Yang dimaksud dengan Pelaksana Inspeksi Tambang berdasarkan
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995,
tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 12 adalah aparat pengawas
pelaksanaan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan
pertambangan umum. Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut maka Para
pimpinan mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan pimpinan terendah
sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya, melaksanakan,
menegakkan, serta mentaati peraturan K-3, sebagai realisasi pelaksanaan
program K-3. Setiap pimpinan/pengawas mempunyai tanggung jawab
terhadap pelaksanaan K-3 ditempat kerjanya. Karena berhasilnya program
K-3 tergantung dari tindakan dan usaha pelaksanaan K-3 ditempat kerja.
A. Tanggung Jawab Pimpinan/Pengawas :
Para pimpinan/pengawas bertanggung jawab untuk melaksanakan program K-3 dan
mempertahankan/menjaga kondisi kerja yang aman ditempat kerja :
Memeriksa dan meyakinkan bahwa lingkungan kerja aman untuk para pekerja.
Memberi petunjuk para pekerja secara berkala dalam usaha pencegahan
kecelakaan, tatacara kerja kerja yang aman (instruksi K-3).
Menegakkan mengendalikan ketertiban dan kerapihan tempat kerja.
Menginformasikan suatu kerja/bagian kerja lain yang berkepentingan mengenai
operasi atau kondisi yang dapat membahayakan pekerja.
Menginformasikan rumah sakit mengenai kecelakaan kerja yang terjadi dan
mengirim korban kecelakaan ke rumah sakit.
Menyediakan Alat Proteksi Diri (APD) bagi pekerja dan memerintahkan pekerja
untuk memakai dengan benar.
Memberi sanksi kepada pekerja yang melanggar peraturan /ketentuan dan
memberikan penghargaan kepada pekerja yang bekerja dengan standar K-3 yang
tinggi (Reward and Punishment).
B. Tanggung Jawab Pekerja :
Melaksanakan K-3 dalam pekerjaan merupakan tangung jawab seluruh pekerja dan
pekerja harus :
Mematuhi semua peraturan/ketentuan K-3 dilingkungan kerjanya termasuk
memakai APD
Segera melaporkan kepada pengawas bila ada operasi maupun kondisi kerja
yang tidak aman
Segera melaporkan kepada pengawas setiap terjadi kecelakaan walupun kecil
Melaksanakan hygne perseorangan dengan baik
Melapor untuk pemeriksaan kesehatan secara teratur
2.4.2. Pemeliharaan Kondisi Kerja Yang Aman (Pembinaan Pekerja)
Dalam merencanakan kegiatan harus selalu dilakukan pembinaan pekerjaan yang
memperhatikan K-3 :
1. Pada peralatan/mesin dipasang pengaman mesin
2. Penggunaan peralatan yang sesuai, benar dan aman
3. Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai
4. Terhadap pekerja yang berpotensial berbahaya dilakukan Job Safety Analisis
(JSA) dan dikeluarkan standard Operation Prosedure (SOP).
Agar hal tersebut terlaksanakan perlu dilaksanakan :
1. Observasi K-3
2. Inspeksi K-3
3. Instruksi K-3
4. Perawatan dan perbaikan peralatan
2.4.3. Pencatatan Data dan Informasi (K-3)
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi (No. 555.
K/26/M.PE/1995, Pasal 20 dan 21). Mengenai Buku Tambang dan Catatan Buku
Tambang, yang intinya bahwa Setiap data dan informasi mengenai kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dikuatkan dengan analisanya. Dikuatkan publikasi atau
buletin K-3 dalam usaha mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Buletin atau publikasi tersebut disebarluaskan setiap satuan kerja.
2.4.4. Pemeliharaan Kesadaran dan Kepedulian Karyawan Terhadap (K-3)
Pertambangan
Dalam rangka menyusun rencana atau perencanaan K-3 Pertambangan harus
mengutamakan pembinaan manusia (Pimpinan, Pengawas, Pekerja) agar mereka
mempunyai kesadaran dan kepeduliaan untuk melaksanakan K-3 dengan baik
ditempat kerjanya:
1. Seleksi Karyawan
Pada penerimaan karyawan harus dilaksanakan tes :
Psikotes
Kesehatan
Pengetahuan
Untuk mendapatkan karyawan yang memenuhi syarat yang memadai untuk
pekerjaannya.
2. Pelatihan/Kursus/Training K-3
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan dibidang K-3,
setiap pimpinan disetiap satuan kerja diharapkan untuk mengevaluasi kebutuhan
training para karyawannya dan dikoordinasikan oleh Bidang K-3 perusahaan.
Pelatihan biasa dilaksanakan
Di perusahaan (On The Job Training), kerjasama antara bidang K-3,
Personalia, Diklat, Pusdiklat Tekmira
Diluar perusahaan; Pusdiklat Tekmira, Depertemen Energi dan Sumber Daya
mineral dan lain-lain.
Pelatihan/Training K-3 berupa :
Pelatihan K-3 untuk karyawan baru
Dasar-dasar K-3
P3K
STOP
Penadaan kebakaran
Mine Rescue
SAR dan lain-lain
Kursus K-3 terpadu
3. Pembinaan motivasi karyawan
Untuk meningkatkan motivasi karyawan terhadap K-3 diusahakan dengan cara
Penyuluhan K-3
Ceramah-ceramah K-3
Buletin dan Publikasi K-3
Reward and Punishment
4. Monitoring pengawasan/pengendalian
Agar program terlaksana sesuai dengan rencana perlu dilakukan monitoring
dengan pengendalian :
Memonitoring pelaksanaan K-3 diseluruh kegiatan kerja
Melakukan observasi/pengamatan kerja, pekerja oleh setiap pengawas
disetiap satuan kerja
Melakukan inspeksi K-3
Melakukan safety patrol
Melakukan tindakan koreksi
Mencatat hasil pelaksanaan K-3
Dalam rangka menyusun rencana program K-3 atau perencanaan program K-3
perlu ditentukan :
1. Skala prioritas bagi yang pareton
2. Apakah perlu Crash Program
3. Jangka waktu rencana :
Jangka pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
Program K-3 yang baik adalah program yang realistis yang dapat dilaksanakan dari
segi :
Pembiayaan
Kemampuaan personil (kualitas dan kuantitas)
Waktu yang tersedia
2.4.5. Contoh Program (K-3) Tahunan dan Bentuk Laporan
a. Contoh Program K-3 Tahunan Untuk Suatu Pertambangan :
Sasaran Utama :
1. Data angka kecelakaan :
Meniadakan kecelakaan tambang berakibat mati
Mengurangi angka Lost Time Accident
Mengurangi korban kecelakaan < 5 orang
Mengurangi frekuensi rate kecelakaan menjadi < 1,00
2. Latihan/Training K-3
Kepada semua pimpinan satuan kerja harus meninjau kembali dan mengevaluasi
kebutuhan pelatihan K-3 karyawan dan mengusulkan pelatihan untuk tahun
berikutnya :
A. Seluruh karyawan harus sudah mendapat pelatihan :
P3K
Penandaan Kebakaran
Dasar K-3
B. Seluruh pengawas harus mendapat pelatihan :
STOP
K-3 Terpadu
C. Seluruh Kepala Bagian sudah mendapat pelatihan
(K-3) untuk supervisior di Pusdiklat Tekmira
D. Kursus penyegaran dan perdamaian bagi manajemen :
Manajemen K-3
Lost Control
3. Insruksi K-3 bersama satuan kerja terkait melaksanakan :
Setiap satuan kerja agar menetapkan angka yang harus dicapai pada ukuran
waktu tertentu dengan mengadakan pengendalian serta mengikuti aktivitas-
aktivitas program K-3 yang ditentukan.
4. Bidang K-3 :
Membuat statistik K-3 tahunan
Kampaye K-3
Ceramah K-3
Membuat poster, spanduk K-3
Tanda-tanda peringatan dan larangan
Menggalakan dan mengkoordinir setiap komite diseluruh satuan kerja
Melaksanakan Inspeksi K-3 reguler
Bersama satuan kerja terkait melaksanakan Safety Patrol berkala.
5. Lalu lintas
Bidang K-3 berasama satuan kerja terkait melaksanakan :
Inspeksi jalan/traffic light
Sweeping kendaraan
Pemeriksaan pengemudi (SIM, dll)
2.5. Kerugian-kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Tiap kerugian dari kecelakaan dapat terlihat dari adanya dan besarnya biaya yang
diakibatkan dari kecelakaan, yaitu :
a. Kerusakan
b. Kekacauan Organisasi
c. Keluhan dan kesedihan
d. Kelainan dan cacat
e. Kematian
Sering biaya untuk kecelakaan ini sangat besar. Biaya dapat dibagi menjadi biaya
langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya atas PPPK,
pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama
pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan-
bahan, alat-alat dan mesin (Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995, Pasal 39 dan 40).
Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada
waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi biaya ini meliputi berhentinya
operasi penambangan oleh karena pekerja-pekerja lain yang menolong atau tertarik
dengan peristiwa kecelakaan itu, biaya yang sedang diperhitungkan untuk menganti
orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang
belum bisa bekerja di tempat itu
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005.
Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.
Suma'mur, Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung 1991.
Suma'mur, Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Gunung
Agung, 1985