Proposal.pdf

21
PROPOSAL KERJA PRAKTEK STUDI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TAMBANG DI PT. PAMA PERSADA, KALIMANTAN TIMUR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada Jurusan Teknik Pertambangan Disusun Oleh : ALEXIUS S GINTING (11 306 012) RIKKI SITORUS (11 306 060) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN 2015

Transcript of Proposal.pdf

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

STUDI PENERAPAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) TAMBANG DI

PT. PAMA PERSADA, KALIMANTAN TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum Pada

Jurusan Teknik Pertambangan

Disusun Oleh :

ALEXIUS S GINTING (11 306 012)

RIKKI SITORUS (11 306 060)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Kepmen 555K/1995 tentang K3 menjabarkan secara detail petunjuk

keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum, dengan materi wajib saat

pekerja tambang mengikuti Training Pengawas Operasional Pertama (POP).

Industri pertambangan mengandung potensi dan faktor bahaya dengan resiko

tinggi. Perkembangan industri yang semakin pesat dengan menggunakan peralatan

yang padat teknologi.

Industri Pertambangan memiliki karateristik unik. Satu diantaranya adalah

teknologi tinggi. Akan tetapi untuk menjalankan suatu kegiatan ini perlu orang yang

profesional dibidangnya dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)

yang ketat dapat menjadi pegangan keselamatan pekerja. Oleh karena itu penulis

merasa tertarik melakukan kegiatan ini untuk mengetahui peranan kegiatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Pama Persada

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tahapan-tahapan

SOP K3 yang digunakan dalam kegiatan penambangan di PT. Pama Persada.

1.2.2 Tujuan

Sedangkan tujuannya adalah untuk dapat melihat langsung tata cara penerapan K3

di PT. Pama Persada.

1.3 Batasan Masalah

Kegiatan ini diselanggarakan dengan asumsi yang merupakan representasi dari

pelaksanaan kegiatan K3 di PT. Pama Persada.

1.4 Hasil Yang Diharapkan

Adapun hasil yang diharapkan adalah sebuah laporan untuk memenuhi salah satu

kurikulum pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, Institut

Teknologi Medan (ITM).

1.5 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek ini dilakukan dengan metode observasi. Data-data yang

dibutuhkan antara lain :

1. Mencatat jenis-jenis kelengkapan peralatan operasi K3.

2. Memperhatikan cara pemakaian kelengkapan K3 yang baik dan benar.

3. Mencatat kejadian kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan (jika ada).

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) pada PT. Pama Persada

1.6 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan surat permohonan yang kami ajukan, kami bermaksud melaksanakan

kerja praktek pada tanggal 9 Maret – 9 April 2015 dengan perincian kegiatan yang

akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

No Kegiatan Minggu Ke -

1 2 3 4

1 Orientasi Lapangan

2 Pengumpulan Data Lapangan

3 Pengolahan Data

4 Penyusunan Laporan

1.7 Diagram Alir Kerja Praktek

Gambar 1.2 Diagram Alir Kerja Praktek

1)Mencatat jenis-jenis

kelengkapan peralatan

operasi K3.

2)Memperhatikan cara

pemakaian kelengkapan

K3 yang baik dan benar.

3)Mencatat kejadian

kecelakaan yang terjadi

pada saat kegiatan (jika

ada).

4)Standar Operasional

Prosedur (SOP) pada

PT. Pama Persada

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan

Data

Pengolahan

Data

Penyusunan

Laporan

Selesai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah dan Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1. Sejarah Keselamatan Kerja

1700 Tahun Sebelum Masehi

Babilonia, “Humurabi” Bila seorang ahli bangunan membuat rumah untuk

seseorang, tidak sempurna sehingga roboh ahli bangunan dibinasakan, bila anak

pemilik korban jadi korban, anak ahli bangunan dibunuh.

Mulai 1300 Tahun Sebelum Masehi

Ahli bangunan bertanggung jawab atas keselamatan pekerja “Bila membangun

rumah baru agar pekerja tidak jatuh, tiap ujung atap rumah harus diberi pagar

pengaman.

80 Tahun Sesudah Masehi Roma

Plinius pekerja tambang harus memakai tutup hidung atau masker.

Tahun 1940, Dominico Fantana

Menbuat obelist, Dist, Pieter, Roma “mengharuskan pekerja memakai topi baja”.

Pergerakan Keselamatan Kerja di Indonesia dimulai pada tahun 1847 karena

mulai dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri di Indonesia.

Gagasan yang timbul pada waktu itu bukannya ditujukan untuk melindungi

tenaga kerja, tetapi untuk pengawasan terhadap pemakaian ketel-ketel uap.

Sebab itu pada tanggal 28 Februari 1852 Pemerintah Hindia Belanda

mengeluarkan peraturan tentang penjagaan Keselamatan Kerja pada pemakaian

pesawat-pesawat uap.

2.1.2. Definisi dan Sasaran Keselamatan Kerja

1. Definisi Keselamatan Kerja :

Secara Filosofi

Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin baik secara jasmani maupun

rohaniah tenaga khususnya dan manusia pada umumnya serta menjamin

kebutuhan dan kesempurnaan hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil

dan makmur.

Secara Keilmuan

Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan atau menaggulangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja

termasuk peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja.

Secara Praktis

Merupakan salah satu usaha atau upaya perlindungan terhadap tenaga kerja.

2. Sasaran Keselamatan Kerja :

Mencegah terjadinya kecelakaan

Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja

Mencegah / mengurangi kecelakaan

Mencegah / mengurangi cacat tetap

Mengamankan material, konstruksi, pemiliharaan alat-alat kerja, mesin-

mesin, pesawat-pesawat, dan instalasi-instalasi

Menigkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin

kehidupan produktifnya

Mencegah pemborosan tenaga karja, modal, alat-alat, dan sumber-sumber

produksi lainya sewaktu kerja

Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman, sehingga dapat

menimbulkan semangat dan kegembiraan kerja

Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, dan sebagainya.

2.2. Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

Pekerjaan dibidang Pertambangan memiliki resiko kecelakaan yang tinggi, karena

kondisi dan metode kerja yang berbeda dengan industri lainnya. Oleh sebab itu

Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan pelaksanaan teknis dalam

bidang keselamatan kerja yang diatur dalam Mijn Politie Reglement LN tahun 1930

No. 341. pada Tanggal 12 Januari 1970 Pemerintah menerbitkan Undang-undang

No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang wewenangnya dibawah

Departemen Tenaga Kerja. Karena Departemen Tenaga Kerja belum mempunyai

personil dan peralatan yang khusus untuk menyelenggarakan Pengawasan

Keselamatan Kerja Pertambangan didelegasikan dari Menteri Tenaga Kerja kepada

Menteri Pertambangan dan Energi, sesuai dengan peraturan pemerintah No. 19

tahun 1973 No. 25, dan masih mengacu kepada MPR LN tahun 1930 No. 341. pada

tanggal 23 Mei 1995 diterbitkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555.K/26/MP.E/1995, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan

Umum dan mulai tahun 1996 MPR LN tahun 1930 No. 341 tidak berlaku lagi. Dan

yang berlaku adalah Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555.K/26/MP.E/1995, yang merupakan peraturan pelaksanaan teknis dibidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan.

Program keselamatan kerja juga berpangkal tolak dari pasal 27 ayat 2 Undang-

Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :

“ setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan perlindungan bagi

kemanusian”atas dasar pasal 27 ayat 2 tersebut dikelurkan UU No.14 tahun 1969

pasal 9 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja menyatakan bahwa “ setiap

tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan

moril kerja serta perlakuaan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan

moral agama”.

Untuk mewujudkan perlindungan tenaga kerja tersebut maka pemerintah

melakuakan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian

norma itu sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan

norma itu sendiri. Hal ini bahwa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya

sangat teknis dan memuat aturan rinci yang selalu berubah sesuai dengan

perkembangan teknologi. Pada gambar 3.1 merupakan dasar hukum keselamatan

kerja pertambangan mulai dari Pemerintah Hindia Belanda yang diatur dalam Mijn

Politie Reglement tahun 1930 sampai pada Kepmen. Energi dan Sumber Daya

Mineral tahun 1995.

2.3. Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Alat Pelindung Diri

(Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3). Dengan Peraturan Perundang-

undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

Mencegah dan mengurangi kecelakaan

Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

Memberi pertolongan pada kecelakaan

Memberi alat-alat pelindung diri kepada para pekerja

Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyeber luasnya suhu,

kelembaban debu, kotoran, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi

suara dan getaran.

Mencegah dan mengendalikan timbunya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan

Memperoleh penerangan yang cukup sesuai

Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja lingkungan, cara dan

memproses kerjanya

Mengamankan dan memperlancarkan pengangkutan orang, binatang, tanaman

atau barang

Mengamankan dan memeliharan segala jenis bangunan

Mengamankan dan memperlancar pekerja bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

Mencega terkena aliran listrik yang berbahaya

Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

2.3.1. Syarat-Syarat Keselamatan Pekerja Tambang

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/

26/M.PE/1995, (Bagian Ketujuh Pekerja Tambang, Pasal 26). Diterapkan syarat-

syarat keselamatan kerja untuk :

1. Pekerja tambang harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan sifat pekerja

yang akan diberikan kepadanya dan harus sehat jasmani maupun rohani.

2. Dilarang menugaskan pekerja tambang bekerja seorang diri pada tempat yang

terpencil atau dimana ada bahaya yang tidak diduga (kecuali tersedia alat yang

langsung dengan pekerja yang lain yang berdekatan)

3. Dilarang mempekerjakan pekerja tambang dalam keadaan sakit atau karena

sesuatu sebab tidak mampu bekerja secara normal.

4. Apabila dari hasil penyelidikan pelaksanaan inspeksi tambang, kepala teknik

tambang teryata telah ditemukan pekerja tambang melanggar keputusan menteri

ini dengan sengaja, maka pekerja tambang tersebut dapat dikenai sanksi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2.3.2. Syarat-syarat pemeriksaan kesehatan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/

26/M.PE/1995, (Bagian Ketujuh Pekerja Tambang, Pasal 26). Diterapkan

1. Para pekerja tambang berhak untuk mendapat pemeriksaan kesehatannya yang

menjadi kewajiban perusahaan

2. Pekerja tambang harus di periksa kesehatannya (Pemeriksaan menyeluruh)

secara berkala oleh dokter yang bewewenang

3. Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku kepala pelaksanaan inspeksi tambang

dapat menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan pekerjaan tambang yang

menangani bahan berbahaya oleh dokter yang berwewenang.

2.3.3 Alat-Alat Pelindung Diri

Alat-Alat Pelindung diri harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini :

Enak dan nyaman dipakai

Tidak mengganggu kerja

Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya

Alat pelindung diri merupakan alat pengaman yang dikenakan untuk menghindari

kontak langsung dengan bagian tubuh manusia. Alat pelindung diri diberikan dan

disediakan secara cuma-cuma dan memastikan bahwa alat tersebut dipakai dengan

cara yang benar dan sesuai dengan area kerjanya. KEP.MEN

No.555.K/26/M.PE/1995 (pasal 4 ayat 3 dan 4).

Alat pelindung diri yang diberikan adalah :

1. Safety Helmet 13. Dust Mask

2. Safety Shoes 14. Masker

3. Safety Glasses 15. Half Masker Respiration

4. Leather Gloves 16. Safety Belt

5. Cotton Gloves 17. Appron

6. Rubber Gloves 18. Rubber Boat

7. Electrical Gloves 19. Body Harness

8. Chemical Gloves 20. Rain Coat

9. Welding Gloves 21. Barricade Tape /Red-White

10. Welding Cup 22. Barricade Tape /Black-White

11. Face Shield 23. Ear Muffs

12. Goggles 24. Dark Lens

2.4. Program (K-3) Pertambangan

Berdasarkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (BadanPendidikan dan

Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Mei 2004) bahwa dalam rangka

menyusun program K-3 Pertambangan, atau perencanaan program K-3

Pertambangan harus memenuhi tujuh elemen dasar yaitu :

1. Dukungan dan komitmen manajemen terhadap program K-3 pertambangan

2. Penunjukan tanggung jawab

3. Pemeliharaan kondisi kerja yang aman

4. Pencacatatan data dan informasi K-3

5. Pemeliharaan kesadaran dan kepedulian karyawan terhadap K-3 pertambangan

6. Pemeliharaan kesehatan karyawan

7. Pelatihan K-3 pertambangan

2.4.1. Dukungan dan Komitmen Manajemen Terhadap K-3 Pertambangan

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang

berada di tempat kerja. Serta sumber produksi, dan lingkungan kerja dalam keadaan

aman, perlu penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (sistem

manajemen K-3 tambang). Berdasarkan keputusan menteri pertambangan dan

energi No.555.K/26/M.PE/1995, (BAB I Ketentuan Umum Pasal 1). Pengertian

ayat 1 yaitu perusahaan pertambangan adalah orang atau badan usaha yang diberi

wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan berdasarkan kuasa

pertambangan atau perjanjian karya. Dan ayat 10 yaitu pengusaha adalah pimpinan

perusahaan. Maka mempunyai makna bahwa yang dimaksud dengan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen

secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan tanggung jawab,

pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajiaan dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendaliaan resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif. Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.

Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah

menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Setiap perusahaan tambang yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus

orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya atau dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja seperti peledakan, longsoran, pencemaran dan penyakit akibat

kerja, wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Sistem keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan Kepala Teknik

Tambang, Kepala Inspeksi Pelaksanaan Tambang, pengusaha, dan seluruh tenaga

kerja sebagai suatu kesatuan, KEP.MEN No. 555.K/26/M.PE/1995 (Pasal 1 ayat 4

dan 12).

Dalam menangani K-3 diperlukan dukungan pimpinan yang menjadi kunci

keberhasilan program K-3. Tanpa dukungan pimpinan maka segala usaha akan sia-

sia. Dukungan pimpinan harus jelas tegas tertuang dalam kebijakan K-3

perusahaan, yang disebarluaskan keseluruh jajaran dan secara konsekuen

dilaksanakan. Berdasarkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan

Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral,Mei 2004) hal tersebut

tertuang dalam :

Tujuan

Kebijaksanaan

Organisasi

Standar K-3

1. Tujuan :

Agar setiap orang bekerja didalam operasi perusahaan dengan penuh rasa

tanggung jawab melaksanakan K-3 dengan mencapai standar yang tinggi setiap

orang memperlakukan K-3 sama pentingnya dengan semangat kerja, biaya dan

produksi.

2. Kebijaksanaan :

Merupakan kebijaksanaan perusahaan bahwa K-3 harus mencapai standar yang

tinggi didalam setiap kegiatan perusahaan :

Semua peraturan K-3 dan SOP merupakan standar yang harus dipatuhi dan

dihormati disemua tempat kegiatan.

Terjalin kerjasama yang baik dan memotifasi seluruh karyawan demi

berhasilnya kebijaksanaan perusahaan.

3. Penunjukan Tanggung Jawab :

Kepala Teknik Tambang

Yang dimaksud dengan Kepala Teknik Tambang berdasarkan Keputusan

Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995, tentang

Ketentuan Umum pasal 1 ayat 6 adalah seseorang yang memimpin dan

bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-

undangan keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu kegitan usaha

pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

Pelaksana Inspeksi Tambang

Yang dimaksud dengan Pelaksana Inspeksi Tambang berdasarkan

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995,

tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 12 adalah aparat pengawas

pelaksanaan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan

pertambangan umum. Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut maka Para

pimpinan mulai dari pimpinan tertinggi sampai dengan pimpinan terendah

sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya, melaksanakan,

menegakkan, serta mentaati peraturan K-3, sebagai realisasi pelaksanaan

program K-3. Setiap pimpinan/pengawas mempunyai tanggung jawab

terhadap pelaksanaan K-3 ditempat kerjanya. Karena berhasilnya program

K-3 tergantung dari tindakan dan usaha pelaksanaan K-3 ditempat kerja.

A. Tanggung Jawab Pimpinan/Pengawas :

Para pimpinan/pengawas bertanggung jawab untuk melaksanakan program K-3 dan

mempertahankan/menjaga kondisi kerja yang aman ditempat kerja :

Memeriksa dan meyakinkan bahwa lingkungan kerja aman untuk para pekerja.

Memberi petunjuk para pekerja secara berkala dalam usaha pencegahan

kecelakaan, tatacara kerja kerja yang aman (instruksi K-3).

Menegakkan mengendalikan ketertiban dan kerapihan tempat kerja.

Menginformasikan suatu kerja/bagian kerja lain yang berkepentingan mengenai

operasi atau kondisi yang dapat membahayakan pekerja.

Menginformasikan rumah sakit mengenai kecelakaan kerja yang terjadi dan

mengirim korban kecelakaan ke rumah sakit.

Menyediakan Alat Proteksi Diri (APD) bagi pekerja dan memerintahkan pekerja

untuk memakai dengan benar.

Memberi sanksi kepada pekerja yang melanggar peraturan /ketentuan dan

memberikan penghargaan kepada pekerja yang bekerja dengan standar K-3 yang

tinggi (Reward and Punishment).

B. Tanggung Jawab Pekerja :

Melaksanakan K-3 dalam pekerjaan merupakan tangung jawab seluruh pekerja dan

pekerja harus :

Mematuhi semua peraturan/ketentuan K-3 dilingkungan kerjanya termasuk

memakai APD

Segera melaporkan kepada pengawas bila ada operasi maupun kondisi kerja

yang tidak aman

Segera melaporkan kepada pengawas setiap terjadi kecelakaan walupun kecil

Melaksanakan hygne perseorangan dengan baik

Melapor untuk pemeriksaan kesehatan secara teratur

2.4.2. Pemeliharaan Kondisi Kerja Yang Aman (Pembinaan Pekerja)

Dalam merencanakan kegiatan harus selalu dilakukan pembinaan pekerjaan yang

memperhatikan K-3 :

1. Pada peralatan/mesin dipasang pengaman mesin

2. Penggunaan peralatan yang sesuai, benar dan aman

3. Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai

4. Terhadap pekerja yang berpotensial berbahaya dilakukan Job Safety Analisis

(JSA) dan dikeluarkan standard Operation Prosedure (SOP).

Agar hal tersebut terlaksanakan perlu dilaksanakan :

1. Observasi K-3

2. Inspeksi K-3

3. Instruksi K-3

4. Perawatan dan perbaikan peralatan

2.4.3. Pencatatan Data dan Informasi (K-3)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi (No. 555.

K/26/M.PE/1995, Pasal 20 dan 21). Mengenai Buku Tambang dan Catatan Buku

Tambang, yang intinya bahwa Setiap data dan informasi mengenai kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja dikuatkan dengan analisanya. Dikuatkan publikasi atau

buletin K-3 dalam usaha mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Buletin atau publikasi tersebut disebarluaskan setiap satuan kerja.

2.4.4. Pemeliharaan Kesadaran dan Kepedulian Karyawan Terhadap (K-3)

Pertambangan

Dalam rangka menyusun rencana atau perencanaan K-3 Pertambangan harus

mengutamakan pembinaan manusia (Pimpinan, Pengawas, Pekerja) agar mereka

mempunyai kesadaran dan kepeduliaan untuk melaksanakan K-3 dengan baik

ditempat kerjanya:

1. Seleksi Karyawan

Pada penerimaan karyawan harus dilaksanakan tes :

Psikotes

Kesehatan

Pengetahuan

Untuk mendapatkan karyawan yang memenuhi syarat yang memadai untuk

pekerjaannya.

2. Pelatihan/Kursus/Training K-3

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan dibidang K-3,

setiap pimpinan disetiap satuan kerja diharapkan untuk mengevaluasi kebutuhan

training para karyawannya dan dikoordinasikan oleh Bidang K-3 perusahaan.

Pelatihan biasa dilaksanakan

Di perusahaan (On The Job Training), kerjasama antara bidang K-3,

Personalia, Diklat, Pusdiklat Tekmira

Diluar perusahaan; Pusdiklat Tekmira, Depertemen Energi dan Sumber Daya

mineral dan lain-lain.

Pelatihan/Training K-3 berupa :

Pelatihan K-3 untuk karyawan baru

Dasar-dasar K-3

P3K

STOP

Penadaan kebakaran

Mine Rescue

SAR dan lain-lain

Kursus K-3 terpadu

3. Pembinaan motivasi karyawan

Untuk meningkatkan motivasi karyawan terhadap K-3 diusahakan dengan cara

Penyuluhan K-3

Ceramah-ceramah K-3

Buletin dan Publikasi K-3

Reward and Punishment

4. Monitoring pengawasan/pengendalian

Agar program terlaksana sesuai dengan rencana perlu dilakukan monitoring

dengan pengendalian :

Memonitoring pelaksanaan K-3 diseluruh kegiatan kerja

Melakukan observasi/pengamatan kerja, pekerja oleh setiap pengawas

disetiap satuan kerja

Melakukan inspeksi K-3

Melakukan safety patrol

Melakukan tindakan koreksi

Mencatat hasil pelaksanaan K-3

Dalam rangka menyusun rencana program K-3 atau perencanaan program K-3

perlu ditentukan :

1. Skala prioritas bagi yang pareton

2. Apakah perlu Crash Program

3. Jangka waktu rencana :

Jangka pendek

Jangka menengah

Jangka panjang

Program K-3 yang baik adalah program yang realistis yang dapat dilaksanakan dari

segi :

Pembiayaan

Kemampuaan personil (kualitas dan kuantitas)

Waktu yang tersedia

2.4.5. Contoh Program (K-3) Tahunan dan Bentuk Laporan

a. Contoh Program K-3 Tahunan Untuk Suatu Pertambangan :

Sasaran Utama :

1. Data angka kecelakaan :

Meniadakan kecelakaan tambang berakibat mati

Mengurangi angka Lost Time Accident

Mengurangi korban kecelakaan < 5 orang

Mengurangi frekuensi rate kecelakaan menjadi < 1,00

2. Latihan/Training K-3

Kepada semua pimpinan satuan kerja harus meninjau kembali dan mengevaluasi

kebutuhan pelatihan K-3 karyawan dan mengusulkan pelatihan untuk tahun

berikutnya :

A. Seluruh karyawan harus sudah mendapat pelatihan :

P3K

Penandaan Kebakaran

Dasar K-3

B. Seluruh pengawas harus mendapat pelatihan :

STOP

K-3 Terpadu

C. Seluruh Kepala Bagian sudah mendapat pelatihan

(K-3) untuk supervisior di Pusdiklat Tekmira

D. Kursus penyegaran dan perdamaian bagi manajemen :

Manajemen K-3

Lost Control

3. Insruksi K-3 bersama satuan kerja terkait melaksanakan :

Setiap satuan kerja agar menetapkan angka yang harus dicapai pada ukuran

waktu tertentu dengan mengadakan pengendalian serta mengikuti aktivitas-

aktivitas program K-3 yang ditentukan.

4. Bidang K-3 :

Membuat statistik K-3 tahunan

Kampaye K-3

Ceramah K-3

Membuat poster, spanduk K-3

Tanda-tanda peringatan dan larangan

Menggalakan dan mengkoordinir setiap komite diseluruh satuan kerja

Melaksanakan Inspeksi K-3 reguler

Bersama satuan kerja terkait melaksanakan Safety Patrol berkala.

5. Lalu lintas

Bidang K-3 berasama satuan kerja terkait melaksanakan :

Inspeksi jalan/traffic light

Sweeping kendaraan

Pemeriksaan pengemudi (SIM, dll)

2.5. Kerugian-kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

Tiap kerugian dari kecelakaan dapat terlihat dari adanya dan besarnya biaya yang

diakibatkan dari kecelakaan, yaitu :

a. Kerusakan

b. Kekacauan Organisasi

c. Keluhan dan kesedihan

d. Kelainan dan cacat

e. Kematian

Sering biaya untuk kecelakaan ini sangat besar. Biaya dapat dibagi menjadi biaya

langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya atas PPPK,

pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama

pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan-

bahan, alat-alat dan mesin (Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995, Pasal 39 dan 40).

Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada

waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi biaya ini meliputi berhentinya

operasi penambangan oleh karena pekerja-pekerja lain yang menolong atau tertarik

dengan peristiwa kecelakaan itu, biaya yang sedang diperhitungkan untuk menganti

orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang

belum bisa bekerja di tempat itu

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2005.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur, Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung 1991.

Suma'mur, Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Gunung

Agung, 1985