ProposalDraft 2_EkaMaya
-
Upload
hendi-santoso -
Category
Documents
-
view
118 -
download
7
Transcript of ProposalDraft 2_EkaMaya
TAKSONOMI MOLEKULER ‘DNA BARCODING’ DAN KERAGAMAN GENETIKA HIU DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP
BERDASARKAN MARKA MITOKONDRIA
EKA MAYA KURNIASIHC54090040
USULAN PENELITIAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
TAKSONOMI MOLEKULER ‘DNA BARCODING’ DAN KERAGAMAN GENETIKA HIU DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP
BERDASARKAN MARKA MITOKONDRIA
EKA MAYA KURNIASIHC54090040
USULAN PENELITIANSebagai Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013
USULAN PENELITIAN
Judul Penelitian : TAKSONOMI MOLEKULER ‘DNA BARCODING’ DAN KERAGAMAN GENETIKA HIU DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP BERDASARKAN MARKA MITOKONDRIA
Nama Mahasiswa : Eka Maya KurniasihNomor Pokok : C54090040Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Mengetahui,Ketua Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan
Prof. Dr. Ir.Setyo Budi Susilo, M.ScNIP. 19580909 198303 1 003
ii
Dosen Pembimbing I
Dr. Hawis Madduppa S.Pi, M.Si . NIP. 19790326 200701 1 001
Dosen Pembimbing II
Beginer Subhan S.Pi, M.Si . NIP. 19800118 200501 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah yang
diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“TAKSONOMI MOLEKULER ‘DNA BARCODING’ DAN KERAGAMAN
GENETIKA HIU DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP
BERDASARKAN MARKA MITOKONDRIA” Proposal ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk melakukan penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hawis Maddupa dan Beginer
Subhan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik dalam
penyelesaian proposal ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa, serta teman-
teman Ilmu dan Teknologi angkatan 2009 serta semua pihak yang telah mendukung
baik moril maupun materil demi terselesaikannya proposal ini.
Segala bentuk kritik, masukan, dan saran sangat penulis harapkan untuk kajian
evaluasi dan perbaikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Bogor, Januari 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
USULAN PENELITIAN.........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................v
1. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
2. METODOLOGI...............................................................................................................5
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.........................................................................................5
2.2. Alat dan Bahan Penelitian.............................................................................................5
2.3 Metode Perolehan Data Sampel.....................................................................................7
2.4 Analisis Laboratorium...................................................................................................7
LAMPIRAN...........................................................................................................................18
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian …………………….……………………………5
Tabel 2. Komposisi Master Mix pada PCR…………………….……………………9
Tabel 3. Komposisi Master mix EXO/SAP …………………….………………….11
iv
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………………… 18
vi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan hiu merupakan ikan bertulang rawan yang termasuk kedalam kelas
Chondrichthyes serta ikan hiu dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah perairan
Indonesia, baik di perairan territorial, perairan samudera maupun Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia (ZEE) dari sabang sampai marauke dari talaud sampai cilacap.
Jenis Hiu yang ditemukan pun beraneka ragam. Diperkirakan lebih dari 75 jenis hiu
ditemukan di perairan Indonesia dan sebagian besar dari jenis tersebut potensial untuk
dimanfaatkan (Wibowo dan Susanto, 1995)
Ketersediaan dan keberadaan stock suatu komoditas disuatu perairan
dipengaruhi oleh perilaku dan pola pikir manusia dalam menerapkan sistem
pengelolaan yang dipilih. Kegiatan penangkapan sumber daya perikanan yang
cenderung bersifat eksploitatif dan pengelolaan dengan menggunakan pendekatan
produksi saat ini sudah pesat yang telah berdampak pada penurunan populasi
beberapa jenis komoditas perikanan yang tergolong andalan komoditas ekspor seperti
ikan hiu yang merupakan komoditas ekspor atau bahkan pemenuhan kebutuhan
domestik. Hampir seluruh bagian tubuh ikan hiu dapat dimanfaatkan, mulai dari sirip,
minyak hati sampai daging, tulang, kulit dan mata. Indonesia memasok sekitar 15%
dari total kebutuhan sirip hiu dunia, sedangkan negara-negara lainnya hanya sekitar
1% (Stevens et al, 2000); (Traffic, 2002).
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (2005) menyatakan “Terdapat
beberapa jenis hiu yang terdapat di perairan Indonesia adalah hiu caping/martil
1
meliputi spesies Sphyrna lewini, S. mokarran dan S. zygaena termasuk kedalam
daftar merah IUCN sebagai spesies yang terancam punah secara global akibat
penangkapan berlebih untuk pemanfaatan siripnya dan appendix II dalam CITES
artinya ikan hiu ini hampir terancam punah atau kemungkinan punah jika
perdagangannya tidak di atur dengan baik. Di Indonesia, hiu caping/martil banyak di
temukan di Taman Nasional Bunaken, Pulan Barat dan Sekotong Lombok Barat. Hiu
lanyam termasuk di dalamnya spesies Carcharhinus plumbeus, C. oobscures dan C.
Longimanus termasuk kedalam daftar merah IUCN dan appendiks II CITES.
Populasinya banyak tersebar di perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara Timur. Spesies hiu slendang (Squalus glaucus) dengan status IUCN
hampir punah (near threatened), dan ikan hiu gergaji (Pristis microdon) juga
termasuk kedalam daftar red list dan appendiks II CITES sehingga ikan hiu ini
dilindungi secara nasional”.
Perkembangan perdagangan ikan hiu yang telah meningkat serta semakin
intensifnya penangkapan ikan hiu menyebabkan ikan hiu rentan terhadap jumlah
populasinya di perairan Indonesia terutama di perairan selatan Indonesia. Hampir
sebagian besar jenis hiu yang ada termasuk kedalam daftar merah IUCN sebagai
spesies yang terancam punah.
Perkembangan biologi molekuler yang mempelajari biologi sel pada tingkat
molekuler berkembang sangat pesat dengan ditemukannya berbagai macam teknologi
seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan dan lain-lain. DNA
digunakan dalam banyak metode ilmu pengetahuan sekarang ini. DNA digunakan
2
beberapa ahli untuk mendapatkan beberapa temuan salah satunya mengetahui filogeni
organisme tertentu dan menghasilkan hubungan antara populasi. Analisis DNA
digunakan untuk karakterisasi sifat genetik pada level molekuler yang secara
langsung mencerminkan sifat genotipe yang dimiliki oleh organisme tertentu. Ikan
hiu memiliki diversitas yang cukup tinggi di perairan selatan Indonesia dengan
diversitas yang ada dengan menggabungkan teknik identifikasi morfologi dan
molekuler dengan pendekatan DNA Barcoding semua organisme akan dapat
diidentifikasi dan dikuantifikasi. Pengkajian keragaman genetik melalui penandaan
molekuler menggunakan DNA (Deoxyribonucleid Acid) baik pada DNA inti dan
DNA mitokondria (mtDNA) akan didapatkan hasil yang dapat mengungkapkan
perbedaan dengan lebih teliti dalam membedakan intra dan interspesies yang
menyangkut tentang struktur, komposisi dan organisasi genom pada tingkat DNA
(Duryadi,1994)
Pengetahuan struktur genetik ini penting untuk konservasi dan proteksi ikan
hiu sebagai spesies langka dan terancam serta menduga pengaruh perubahan terhadap
populasi alami. Kondisi yang seperti telah dijelaskan sebelumnya yang membuat
penulis menganalisis keanekaragaman genetik ikan hiu dengan penentuan marka
mitokondria dalam mengukur kekerabatan spesies ikan hiu dalam populasi dengan
hasil yang ingin dicapai dapat mengidentifikasi jenis ikan hiu apa saja yang banyak
tertangkap atau diperdagangkan serta keanekaragaman genetik ikan hiu di perairan
selatan Indonesia khususnya di wilayah cilacap, Jawa Tengah.
3
1.2 Tujuan
1. Identifikasi jenis ikan hiu yang diperdagangkan di Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Cilacap, Jawa Tengah.
2. Analisis tingkat keragaman genetik individu antar spesies.
3. Menentukan hubungan kekerabatan antar spesies ikan hiu yang di
perdagangkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap, Jawa Tengah.
4
2. METODOLOGI
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dibagi kedalam dua tahap, yaitu pengambilan sample dan
pengolahan data sample. Pengambilan sample dilakukan dua kali pengambilan
sample yaitu pada 10-11 november 2012 dan pada 16-17 november 2012 sedangkan
pengolahan data dilakukan pada Januari 2013. Pengambilan sample dilakukan di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Samudera, Cilacap, Jawa Tengah
serta industri pengolahan sirip ikan hiu Cilacap. Pada tahapan pengolahan data
bertempat di Laboratorium Biologi Molekuler, Indonesia Biodiversity Research
Center, Bali.
2.2. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan pada pengolahan sampel ikan hiu (tabel 1)
yang digunakan pada analisis laboratorium untuk sebagian peralatan diperlukannnya
sterilisasi alat dan diperlukannya keselamatan bekerja karena sebagian bahan yang
digunakan berbahaya dan beracun.
Tabel 1. Alat dan bahan penelitian
Alat Bahan Keterangan
Vorteks Sampel daging hiu
Mikrosentrifus Larutan ekstraksi Chelex 10%
Alkohol burner Sarung tangan Tahapan ekstraksi
Block pemanas Alkohol
Forceps Tisu
5
Lembar kerja Chelex
Mesin PCR sampel-sampel yang telah di
ekstraksi
Pippettemen 10,20,200ul kontrol positif
Tip Pipet ddH2O Tahapan PCR
Tabung PCR, Rack Buffer PCR 10x
Kalkulator, Alat tulis dNTP(deoksinukleotida trifosfat)
8mM
Lembar kerja PCR Primer
Termoksikler Pewarna
Lembar kerja sekuensing Buffer Tahapan Sequencing
semua peralatan PCR DNA cetakan yang telah dimurnikan
ddH2O
Timbangan Agarosa
Tabung erlemenyer 0.5x TBE Tahapan Elektroforesis
Mikrowave Kertas timbangan
Kotak Gel dengan sisir
Komputer Data hasil elektroforegram Tahapan Analisa Data
Perangkat Lunak Mega 4.0
2.3 Metode Perolehan Data Sampel
Penentuan lokasi perolehan data adalah dengan melakukan survey terlebih
dahulu untuk mendapatkan sampel hiu serta pengambilan secara langsung (in situ) di
6
lokasi. Sampel hiu di dapatkan di TPI Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) serta
industri pengolahan sirip ikan hiu cilacap. Sampel dari hiu hanya menggunakan
sedikit dari daging tubuh hiu yang berada di bawah sirip bagian atas (dorsal).
Penanganan dalam sampel adalah dengan cara dimasukkan ke dalam tabung sampel
yang berisikan etanol 95% dan diberi label berdasarkan masing-masing individu.
2.4 Analisis Laboratorium
Pengolahan data sampel ikan hiu dilakukan melalui beberapa tahap yaitu
2.4.1 DNA Extraction
Ekstraksi DNA bertujuan untuk menghancurkan cell dan mengambil
jaringan pada sample, membuat ekstraksi secara murni serta melindungi DNA
dari degradasi. Teknik ini dikembangkan tahun 1991 dan hanya dapat
digunakan untuk persiapan PCR. Meskipun memiliki keterbatasan, teknik ini
unggul dalam hal cepat, murah dan efektif untuk ekstraksi DNA. Metode
chelex disarankan untuk preparasi DNA karena tidak membutuhkan tabung-
tabung untuk transfer. Metode ini cepat dan menghasilkan kualitas DNA baku
yang dapat digunakan dalam uji kompleks PCR. Metode ini menjamin untuk
menghasilkan sampel kecil sehingga disarankan untuk semua sampel yang
diuji dengan berbagai ukuran dan volume sampel.
Tahap pertama prosedur ekstraksi DNA adalah memanaskan sejumlah
jaringan dalam larutan Chelex. Pemanasan tersebut membantu memecahkan
sel dan mendenaturasi protein. Setelah dimasukkan dalam larutan chelex 10%
dan divortex selama 15 detik lalu disentrifugasi selama 10-15 detik dan
dipanaskan dalam heating block pada suhu 95oC selama 30 menit yang telah
7
terisi dengan ddH2O. Setelah pemanasan ini, masukkan potongan kecil
jaringan dari sampel, sampel di vortex lagi selama 15 detik dan disentrifugasi
selama beberapa detik untuk menjamin bahwa semua isi berada di dasar
tabung mikrosentrifugasi. Tahap ekstraksi harus dalam keadaan steril untuk
mencegah kontaminasi dengan selalu menggunakan control chelex negatif
(bawah) untuk mengontrol tahapan ekstraksi.
2.4.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Prosedur PCR adalah tahap selanjutnya digunakan untuk
mengamplifikasi gen tunggal, bagian gen, atau urutan non-kode DNA. PCR
dilakukan dengan menggunakan mesin PCR (thermo cycler) dan diatur siklus
suhunya yang sesuai untuk hiu. Komponen utama dalam PCR adalah DNA
template, dNTPs, buffer PCR, MgCl2, primer, dan enzimpolymerase.
Primer yang digunakan untuk hiu adalah primer modifikasi yang
dipakai menggunakan "Matt Craig, Pers. Comm" untuk lokus COI adalah fish
BCH: 5'-TAA ACT TCA GGG TGA CCA AAA AAT CA-3' atau fish BCL:
5'-TCA ACY AAT CAY AAA GAT ATY GGC AC-3'. Proses amplifikasi ini
dimulai dengan mengisi lembar kerja PCR dengan tanggal, jumlah sampel,
tipe ekstraksi dan catatan lainnya. Pengisian lembar kerja ini dilakukan untuk
menghitung berapa banyak master mix (MM) yang dibutuhkan dan enzim taq
Polimerase serta jumlah ekstrak yang digunakan. Penghitungan volume
master mix yaitu seperti pada Tabel 2.
Tahap selanjutnya yaitu membuat master mix, dengan mengandakan
volume dari protokol baku dengan X (dimana X = # sampel + kontrol positif
8
PCR + kontrol negatif Chelex + kontrol negatif PCR + 1 ekstra). jentikkan
setiap tabung dengan jari untuk mencampur, kocok isi hingga dasar tabung.
Bila reagen hampir habis, sentriguasi tabung untuk mendapatkan cairan sisa,
Kemudian buat campuran Master 1 sesuai dengan volume yang telah dihitung
dalam daftar di lembar PCR dan buat campuran Master Mix (MM) 2 tanpa
ada penambahan taq, masukkan MM1 ke dalam tabung PCR bagi 14 μl ,
tambahkan 1 μl DNA ekstrak untuk setiap tabung. tambahkan Taq ke MM2.
Tabel 2 Komposisi Master Mix pada PCR
Master mix 20 tabung 25µL
STANDAR PROTOCOL ( 1uL DNA template)
Standar Protokol 20 Tabung
ddH2O 14,5 290
10x Buffer PCR (PE-II) 2,5 50
dNTPs (8 mM) 2,5 50
MgCl2 (25 mM) 2 40
Primer 1 (10 mM) 1,25 25
Primer 2 (10 mM) 1,25 25
Amplitaq polymerase ( 5 unit/ µL) 0,125 2,5
Total 24
Saat memulai program hot-star PCR dengan membiarkan penutup
panas dan tahan sebentar saat suhu mencapai 80º C. Tempatkan strip tabung
ke dalam mesin PCR dengan memastikan semua tertutup untuk mencegah
penguapan reaksi PCR. Menggunakan pipet DNA, atur 10 ul pipetman, pipet
9
naik turun MM2 untuk mencampur campuran master. Kemudian, dalam satu
waktu, buka tutup tabung, tambahkan MM2, aduk, dan tutup kembali. Ulangi
untuk setiap tabung. Unpause program dan lihat layar mesin PCR untuk
menjamin bahwa mesin PCR sedang bekerja.Letakkan reagen ke dalam
freezer dan ekstrak DNA ke dalam lemari pendingin.
2.4.3. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik laboratorium untuk memisahkan molekul
bermuatan. Gel merujuk pada matriks yang digunakan untuk memisahkan
molekulnya. Elektroforesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya DNA
dalam produk PCR kita. Tahap awal dalam elektroforesis adalah membuat gel
agarosa 10%, yaitu dengan mencampurkan 1 gram bubuk agarosa dengan 100
mL TBE 0,5X ke dalam tabung erlemenyer dan tambahkan 2 µL cyber green
(sebagai pewarna molekul). Panaskan pada HIGH dengan microwave sampai
agarosa benar-benar terlarut kira-kira 30 detik, dan tuang dalam cetakan
agarosa. Pasang sisir pada cetakan dan tunggu selama 15-20 menit hingga
agarosa mengeras. Masukan gel kedalam tangki elektroforesis yang berisi
buffer TBE 0,5X. Selanjutnya siapkan sampel yang akan dielektroforesis.
Hamparkan parafilm, dan totolkan sekitar 1 µL loding dye untuk 1
sampel. Ambil 4 µL PCR produk dan campurkan dengan lodyng dye
kemudian masukan dalam sumur gel. Jalankan mesin elektroforesis pada 200
V dan arus 400 mA selama 15 menit. Setelah 15 menit, angkat gel dan lihat
hasilnya dengan menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm
dan foto menggunakan kamera Polaroid.
10
2.4.4 EXO (Exonuclease I) /SAP (Shrimp Alkaline Phosphatase)
Exo/Sap bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa primer yang tidak
ikut bereaksi dan juga dNTPs sisa selama proses PCR berlangsung. Sample
yang positif setelah diuji dengan menggunakan gel elektroforesis, maka
selanjutnya produk PCR tersebut di EXO/SAP. Protokol EXO/SAP adalah
cara paling sederhana untuk memurnikan hasil PCR sebelum sekuensing.
Eksonuklease I membersihkan sisa-sisa primer rantai tunggal dan beberapa
hasil DNA rantai tunggal tambahan dalam PCR. Fosfatase Alkaline Udang
membersihkan sisa dNTP dari campuran PCR. Komposisi Master Mix
EXO/SAP disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Komposisi Master mix EXO/SAP
Master Mix...... Tabung
EXO/SAP Standar Protokol (µL) ........ Tabung (µL)
EXO 0,5 .......
SAP 0,5 .......
Master Mix 1 .......
PCR Produk 5 .......
Total 6 .......
2.4.5 Sekuensing (Perunutan Produk PCR)
DNA yang telah teramplifikasi kemudian disiapkan untuk proses
penentuan urutan nukleotida menggunakan DNA sequencer. Urutan DNA
berhubungan dengan informasi genetik turunan dalam nukleus (inti), plasmid,
11
mitokondria, dan kloroplas yang membentuk dasar pengembangan semua
makhluk hidup. Proses seqquensing DNA akan di lakukan di Laboratorium
Indonesia Biodiversity Research Center (IBRC) Bali, yaitu dengan
menggunakan tabung microsentrifugasi yang memiliki 48 lubang, jadi untuk
melakukan cycle sequencing kita harus memiliki minimal 24 DNA hasil
EXO/SAP. Sebelum membuat mastermix, siapkan tabung microsentrifugasi
(tabung berisi 48 lubang) dan beri label tabung tersebut. Buat dua campuran
master sesuai dengan jumlah setiap sampel, abaikan cetakannya: Big dye 1
µL , primer (10 µM, stock =3,3 pmol) 0,33 µL, 5x buffer 1,5 µL,DNA
cetakan( setelah SAP/EXO) 1-3 µL, dan tambahkan air hingga 10 µL.
Satu campuran master akan memiliki primer jenis 1 dan lainnya
akan memiliki primer jenis 2. Bila semua reagen telah
ditambahkan, pipet MM1 naik turun beberapa kali. Bagi 9 µL
campuran master kedalam tabung yang ditandai MM1. Bila telah
selesai, ganti tip dan ulangi dengan MM2. Kemudian isikan 1 µL
DNA hasil EXO/SAP pada masing-masing tabung. Perhatikan gelembung
dalam tabung, bila ada gelembung lakukan sentrifugasi singkat. Setelah itu,
masukan dalam thermo cycler dan jalankan program cycle sequencing, yaitu
pada suhu 96o C selama 10 detik, 50o C selama 5 detik, 60o C selama 4 menit,
dan lakukan pengulangan sebanyak 25 siklus.
Produk PCR berupa pita tunggal berukuran sesuai desain primer
dilakukan perunutan nukleotida dengan cara sekuensing DNA yaitu tahapan
akhir untuk memperoleh data urutan nukleotida dari fragmen hasil
12
perbanyakan fragmen DNA. Produk PCR ini bisa dikirim ke Cornel
University, Amerika Serikat untuk penentuan urutan nukleotida dari sequens
DNA dengan menggunakan mesin sequencher AB1377 (appliedBiosystem).
2.5 Analisis Data
2.5.1 Analisis Filogeni
Urutan Nukleotida yang diperoleh diedit secara manual dan
disejajarkan dengan urutan nukleotida anggota famili hiu yang terdapat di
Genebank. Proses pensejajaran dilakukan dengan menggunakan program
MEGA 4.0 (Molecular Evolutionary Genetic Analysis) (Tamura et al.2007).
Hasil analisis berupa komposisi nukleotida, jumlah basa, jarak genetik dan
kontruksi pohon filogeni.
Data hasil penjajaran nukleotida yang diperoleh kemudian dicocokkan
pada data yang tersedia pada GeneBank di NCBI (National Centre for
Biotechnology Information) menggunakan BLAST (http://blast.ncbi.nlm.nih.-
gov). Analisis DNA barcoding dilakukan dengan membuat pohon filogeni
berdasarkan hasil penjajaran nukleotida yang telah dicocokkan dengan data
pada GeneBank. Selain itu, beberapa hasil penjajaran nukleotida dari beberapa
spesies yang memiliki kekerabatan yang dekat digunakan untuk mengetahui
kedekatannya dengan spesies yang diuji.
2.5.2 Status Konservasi
Hasil yang diperoleh dari GeneBank akan dianalisis status
konservasinya dengan menggunakan International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN ) yaitu sebuah organisasi Internasional
13
yang didedikasikan untuk konservasi sumberdaya alam. Tujuan IUCN adalah
membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam. Kategori Status
konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN
dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk hidup
yang terancam kepunahan. Maka setiap spesies yang didapatkan dari
penelitian ini dapat diketahui status konservasinya berdasarkan IUCN Red list.
DAFTAR PUSTAKA
[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2005. Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia 2003. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Duryadi D. 1994. Peranan DNA Mitokondria (mtDNA) dalam Studi Keragaman
Genetik dan Biologi Populasi pada Hean hayati 1(1) : 1-4
14
FAO. 2002a. The Living Marine Resources of The Western Central Atlantic. Volume
1. Introduction, Molluscs, Crustaceans, Hagfishes, Sharks, Batoid Fishes and
Chimaeras. (Ed), Kent E. Carpenter Department Of Biological Sciences. Old
Dominion University. Norfolk, Virginia, USA. Food and Agriculture
Organization Of The United Nations. Rome.
Hajibabaei M et al. 2006. A minimalist barcode can identify a specimen whose DNA
is degraded. J Compilation Blackwell Publishing. 6: 959-964
Hebert PDN, Cywinska A, Ball SL, Deward JR. 2003. Biological identifications
through DNA barcodes. Proceedings of the Royal Societyof London Series B,
Biological Sciences. 270:313-321.
Kamal, M.M. 2007a. Chondrychthyes (materi kuliah ikhtiologi). Departemen
Managemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Kress WJ, Wurdack KJ, Zimmer EA, Weight LA, Janzen DH. 2005. Use of DNA
barcodes to identifyflowering plants. Proceedings of the National Academy of
Sciences, USA. 102: 8369-8374
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Hal 211-214.
Savolainen V, Cowan RS, Vogler AP, Roderick GK, Lane R. 2005. Towards writing
the encyclopedia of life: an introduction to DNA barcoding. Philosophical
Transactions of The Royal Society of London. Series B, Biological Sciences.
360:1805-1811
Stansfield W, Cano R, Colome J. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Amalia Safitri,
editor. Terjemahan dari Molecular and Cell Biology. Jakarta : Erlangga
15
Stevens, J.D., Bonfil, R, Dulvy, N.K, and Walker, P.A. 2000. The effects of fishing
on sharks, rays and chiemaeras (chondrinhtyans), and the implications for
marine ecosistem. ICES Journal of Marine Science, 57:476-494
Tamura K, Dudley J, Nei M, Kumar S. 2007. Mega 4: Molecular Evolutionary
Genetics Analysis (MEGA) software version 4.0. Mol Biol Evol. 24:1596-
1599.
Yuwono T.2006. Teori dan aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta: Andi
Teletchea, F., Celia Maudet, Catherine Hanni. 2005. Food and forensic molecular
identification : update and challenges. Trends in Biotechnology 23(7): 359-
366.
Traffic. (2002). A CITES priorities: Sharks and the twelfth meeting of the conference
of the parties to CITES. Retrieved 6 February, 2004, from
(http://www.traffic.org/news/Sharks_CoP12.pdf)
Wibowo, S. dan H. Susanto. 1995. Sumberdaya dan Pemanfaatan Hiu. Penebar
Swadaya. Jakarta. 156 hal.
Narsongko, T. W. 1993. Pengaruh Penggunanaan Darah segar terhadap hasil
Tangkapan ikan cucut pada rawai cucut di Cilacap. Skripsi. Program studi
Pemanfaatan Sumberdaya perikanan. Fakultas perikanan. IPB., 58 hal.
Rahayuningsih, W. 1993. Pengaruh Kedalaman Mata Pancing Rawai Cucut terhadap
Hasil tangkapan Ikan cucut Pada Rawai Cucut Di Cilacap. Skripsi. Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institu
Pertanian Bogor.
16
LAMPIRAN
Jadwal Kegiatan Penelitian “Taksonomi Molekuler ‘DNA Barcoding’ Dan
Keragaman Genetika Hiu Di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Berdasarkan
Marka Mitokondria” sebagai berikut
No
Kegiatan
Tahun 2013Bulan
Januari Februari MaretM3
M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1 Tahap Persiapan
17
Perizinan ke LAB IBRC Bali
Persiapan alat dan bahan
2 Tahap Pelaksanaan
Sterilisasi alat dan bahan
Ekstraksi DNA PCR Elektroforesis EXO/SAP DNA sekuensing 3 Tahap Analisis Data Analisis urutan DNA
Analisis urutan filogenetik
4 Tahap Evaluasi 5 Tahap Laporan 6 Tahap Lanjutan
18